Diajukan Oleh :
F.15.150
Kepada
A. Latar Belakang
pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah termasuk membran yang
permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh
ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam
amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh
Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma. (Watson,
2007).
Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena
adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah
merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa
sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah
tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya
sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi
sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah
merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah
yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan
kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa
sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan
eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu (Wulangi,
2009).
larutan merah cerah yang berasal dari hemoglobin keluar dari eritrosit, dan sering
masyarakat dengan khasiat yang teruji secara impiris. Salah satu tanaman yang
secara tradisional dapat berkhasiat sebagai obat adalah daun Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth).
dkk Tahun 2008 mengatakan bahwa ekstrak metanolik daun kenikir (Cosmos
caudatus Kunth) memiliki sifat sitotoksik terhadap sel T47D dengan IC sebesar
flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri (Harborne, 1998
dilakukan dalam tabung reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh mahluk hidup.
komponen bahan dengan sel, enzim, atau isolasi dari suatu sistem bilogik.
pertumbuhan sel, metabolisme sel, fungsi sel. Bisa pula pemeriksaan in vitro
untuk mengetahui suatu bahan terhadap genetik sel. Ada beberapa keuntungan
dilakukan kontrol.
hemolisis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai beriut :
1. Tujuan Khusus
daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) dengan konsentrasi 10, 100, 500 dan
1000 µg/mL.
2. Tujuan Umum
3. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
A. Rujukan penelitian
Penelitian yang menjadi rujukan atau referensi dalam penelitian ini antara
lain adalah :
1. Riansyah dkk, (2015) “uji aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun ubi jalar
ungu (ipome batatas L.) terhadap tikus putih jantan galur wistar” menyatakan
variasi konsentrasi (10, 100, 500 dan 1000 μg/mL), yaitu masing-masing
3. Ratna Budhi Pebriana dkk, 2008 ”Pengaruh Ekstrak Metanolik Daun Kenikir
B. Landasan Teori
1. Uraian Kenikir
runcing, baunya seperti damar apabila di remas. Kenikir juga memiliki bunga
yang sangat menarik sehingga biasa kita jumpai di pekarangan rumah sebagai
hiasan. Kenikir juga biasa di jadikan sebagai lalapan, sebagai pelengkap nasi
pecel dan terlebih makanan desa. Kenikir juga ternyata memiliki beberapa
dll. Tetapi belum banyak masyarakat yang mengetahui manfaat dari kenikir
tersebut.
Pulau Jawa dan tumbuh pada ketinggian 10-1400 m dpl. Tumbuhan yang
termasuk dalam suku Asteraceae ini berasal dari Amerika Tengah, dan
pembuka karena memiliki rasa dan aroma yang khas (Shui, 2005).
Daun tanaman kenikir (Cosmos caudatus Kunth) mengandung
cryptochlorogenic acid, ferulic acid dan caffeic acid (Bunawan dkk., 2014).
Batari (2007) mengatakan bahwa kadar quercetin daun kenikir kering 413,57
natrium dari dalam tubuh (Mackraj, dkk., 2008). Mounnissamy and Nagar,
2001).
1. Habitat
sayuran daun tahunan. Hal ini disebabkan karena sayuran tersebut mudah
di budidayakan dan panen yang dilakukan dapat lebih dari satu kali.
pekarangan ((Sunarto, 1994) dan (Van Den Bergh, 1994)). tanaman ini
memiliki kandungan gizi yang cukup baik seperti kandungan protein
sekitar 3% dari berat kering, vitamin, mineral dan serat serta memiliki
khasiat obat.
4 atau berbagi menyirip dengan panjang dan lebar 15-25 cm. Semakin
keatas tangkai daun semakin pendek, semakin kecil dan kurang terbagi.
kuning dan mempunyai benang sari berwarna coklat agak hitam (Stennis
dkk., 2005).
Gambar 1. Tanaman kenikir diambil dari Bunawan, dkk. (2014)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Asteraceae
Marga : Cosmos
2. Uraian Hemolisis
pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah termasuk membran
sitoplasmanya. Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang hipertonis
maka sel darah merah akan mengalami pengerutan (krenasi), apabila sel darah
merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel akan pecah dan
tiba larutan merah cerah yang berasal dari hemoglobin keluar dari eritrosit, dan
sering digunakan untuk mengukur kecepatan penetrasi suatu komponen masuk
mendeteksi kerusakan akibat toksik pada membran eritrosit antara lain adalah
dan perubahan rasio volume terhadap luas permukaan membran sel (Luke &
Betton, 1987).
kandungan lemak tidak jenuh ganda yang sangat tinggi, kandungan oksigen
yang tinggi, dan keberadaan logam transisi. PUFA (Poly Unsaturated Faty
Acids), fosfolipid, dan kolesterol bebas adalah dasar dan konstituen permanen
spesifik, dan enzim dimasukkan. Pada sistem biologis, UFA (Unsaturated Faty
antioksidan ataupun daya toksik suatu zat tertentu secara in vitro, terutama
terbentuk pada fase air atau lipid dapat menyerang membran eritrosit yang
askorbat dan asam urat yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas larut
air (berada di plasma) dan tokoferol yang berfungsi sebagai penangkap radikal
bebas larut lemak yang terdapat di membran eritrosit (Zhu dkk., 2002).
berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Penggunaan eritrosit sebagai
model pada penelitian sudah banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh
sitotoksik garam empedu, Zhu et al. (2002) yang mengukur pengaruh flavonoid
HClO, dan Karimi (2008) yang mengukur efek perlindungan eritrosit oleh
silimarin. Untuk melakukan uji menggunakan eritrosit suhu dipertahankan
3. Natrium Diklofenak
paruh yang pendek. Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan sinovial.
Potensi diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk
kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk
4. Uraian Ekstraksi
a. Definisi
mentah obat dan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang
mengekstraksi zat aktif baik dari simplisia nabati maupun simplisia hewani
b. Tujuan
pada lapisan antar muka, kemudian terdifusi masuk kedalam pelarut (Ansel.,
1989).
c. Jenis ekstraksi
a) Maserasi
b) Perkolasi
a) Soxhletasi
b) Refluks
c) Infusa
d) Dekok
e) Destilasi
d. Metode maserasi
maserasi digunakan untuk komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
1989).
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel, zat aktif akan larut
dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI., 2000).
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
2) Keuntungan Maserasi
3) Kerugian Maserasi
5. Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat
tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi (Ncube
dkk., 2008). Sifat pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut
yang rendah, mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat mengekstraksi
Reseptor
COX-1 COX-2
membentuk prostaglandin yang merupakan enzim yang terbentuk
di butuhkan untuk proses- hanya pada saat terjadi
proses normal tubuh, antara lain peradangan/cedera, yang
memberikan efek perlindungan menghasilkan prostaglandin yang
terhadap mukosa lambung. menjadi mediator nyeri/radang
antiinflamasi
Uji Antiinflamasi
secara In Vitro
Hasil
Ya/Tidak
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain penelitian
perlakuan terhadap subjek uji, yaitu untuk megetahui efek hemolisis dari ekstrak
daun kenikir.
1. Populasi
maserasi.
E. Kerangka Konsep
Daun kenikir
(Cosmos caudatus
Kunth)
Ekstrak daun
kenikir
F. Variabel Penelitian
dalam bahasa melayu di sebut suring maupun ulam raja. Kenikir merupakan
2. Ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) adalah sediaan kental yang
diperoleh dari hasil maserasi dengan perbandingan sampel dan pelarut 1:7,5.
4. Uji efek hemolisis adalah uji yang dilakukan menggunakan metode sel darah
spektrofotometer.
H. Hipotesis
Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) yang dibuat menjadi ekstrak dapat
a. Alat
b. Bahan
2. Cara Kerja
a. Penyiapan sampel
menjadi serbuk
b. Pembuatan ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) dengan
metode maserasi.
(toples)
pelarut.
c. Penapisan fitokimia
2011).
d. Uji Efek Hemolisis Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah
c) Pembuatan isosalin
selama 30 menit.
(µg/mL))
kecepatan 3.000 rpm selama 15 menit pada suhu ruang. Supernatan yang
pipet tetes steril. Endapan sel-sel darah dicuci dengan larutan isosaline dan
Sukumar, 2007).
larutan Na diklofenak.
merah.
serapan yang terdeteksi pada campuran larutan uji berarti membran sel
a. Data
1) Sifat data
2) Jenis data
merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Ciri-ciri lain data
nominal adalah ia hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit saja.
Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal
(Nazir, 2003).
3) Sumber data
dari kualitasnya.
c. Pengolahan data
untuk melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji levene untuk melihat
dilanjutkan dengan uji Analisis of Varians (ANOVA) satu arah dengan taraf
d. Penyajian data
Analisis fitokimia
Data
Analisis data
pembahasan
kesimpulan
Bunawan, H., N.B. Syarul, S.N. Bunawan, N.M. Amin dan N.M. Noor. 2014,
Cosmos caudatus Kunth : A Traditional Medicinal Herb, Global
Journal of Pharmacology.
Erlina, R., A. Indah dan Yanwirasti. 2007, Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol
Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih Jantan Galur
Wista, J. Sains dan Teknologi Farmasi.
Kumar, V., Zulfiqar, A.B., Dinesh, K., Khan N.A. dan Chashoo, I.A. 2012.
Evaluation of Anti-Inflamatory Potensial of Leaf Extracs of Skimmia
anquetilia, Asian Pasific Journal of Tropical Biomidicine.
Kumar, V., Zulfiqar, A. B., Dinesh, K., Khan, N.A., Chashoo, I.A. dan M Y Shah.
2012, Evaluation of Anti-Inflamatory Potensial of Petal Extracs of
Crocus sativus “Cashmerianus”, International Journal of
Phytopharmacology.
Lelo, A. dan D.S. Hidayat. 2004, Penggunaan Antiinflamasi Non Steroid yang
Rrasional pada Penanggulangan Nyeri Reumatik,
http://library.usu.ac.id/download/fk/farmakol.
Shui, G.L.P., S.P. Leong dan Wong. 2005, Rapid Screening and Characterization
of Antioxidant of Cosmos caudatus Using Liquid Chromatography
Coupled With Mass Spectrometry.
Van den Bergh, M.H. 1994, Cosmos caudatus Kunth. Di dalam: Siemonsma J.S,
K Piluek, editor, Plant Resources of South-East Asia, PROSEA (8):
Vegetables, Bogor.
Yuwono. 2009, Mencit strain CBR Swiss Derived, Pusat Penelitian Penyakit
Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.