Anda di halaman 1dari 17

6) Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada

diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan

dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk

pelajaran.

7) Layanan Konseling Kelompok

Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling

kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam

perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat

penyembuhan.

8) Layanan Mediasi

Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan

yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.

9) Layanan Konsultasi

Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis

untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki

masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab

konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung

melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9&Itemid=38

Pengertian Layanan Advokasi


Salah satu fungsi konseling adalah fungsi advokasi yang
artinya membela hak seseorang yang tercederai. Sebagaimana
di ketahui bahwa setiap orang memiliki berbagai hak yang
secara umum di rumuskan di dalam dokumen HAM (hak asasi
manusia). Berlandaskan HAM itu setiap orang memiliki hak –
hak yang menjamin keberadaannya, kehidupannya dan
perkembangan dirinya. Fungsi advokasi dalam konseling
berupaya memberikan bantuan oleh konselor agar hak – hak
keberadaan, kehidupan dan perkembangan orang atau
individu atau klien yang bersangkutan kembali memperoleh
hak – haknya yang selama ini di rampas,di halangi, di hambat,
di batasi / di jegal.
Dalam kamus hukum, kata advokasi adalah kata kerja dari
kata benda advocaat (belanda) yang berarti penasehat hukum,
pembela perkara atau pengacara. Advokasi sendiri bisa
diartikan sebagai proses pembelaan suatu perkara dalam
koridor hukum yang berlaku. Ada beberapa jenis pembedaan
advokasi. Yaitu, :
 Advokasi litigasi – non litigasi (pengadilan – diluar
pengadilan)
 Advokasi kasus – non kasus (Kebijakan)
 Advokasi Pengorganisasian – Legislasi (Atas – bawah)
 Advokasi pemenuhan hak asasi, politik – ekonomi,
sosial, budaya.
Menilik jenis-jenis tersebut, maka jelas bahwa advokasi bukan
hanya pekerjaan yang dilakukan oleh pengacara di dalam
pengadilan, lebih dari itu, kegiatan pembelaan (advokasi) pun
bisa dilakukan oleh perseorangan/ kelompok diluar
pengadilan.
Pengertian Advokasi adalah usaha sistimatis secara bertahap
(inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok
atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota,
serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk
membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut,
sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan
efektif.
Pengertian Advokasi menurut Kaminski dan Walmsley,
Advokasi adalah satu aktivitas yang menunjukkan keunggulan
pekerjaan social berbanding profesi lain. Selain itu, banyak
defenisi yang diberikan mengenai advokasi. Beberapa di
antaranya mendefinisikan advokasi adalah adalah suatu
tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan,
kedudukan atas programdari suatu institusi.
Pengertian Advokasi menurut Mansour Faqih, Advokasi
adalah Media atau cara yang digunakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan
suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi
dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap maju.
Pengertian Advokasi menurut Julie Stirling, Advokasi sebagai
serangkaian tindakan yang berproses atau kampanye yang
terencana/terarah untuk mempengaruhi orang lain yang hasil
akhirnya adalah untuk merubah kebijakan publik.
Pengertian Advokasi menurut IDEA, Advokasi adalah aksi
yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok
masyarakat untuk memasukkan suatu masalah (isu) ke dalam
agenda kebijakan, danmengontrol para pengambil keputusan
untuk mengupayakansolusi bagi masalah tersebut sekaligus
membangun basis dukungan bagi penegakan dan penerapan
kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah
tersebut.
Pengertian Advokasi menurut Zastrow, Advokasi sebagai
aktivitas menolong klien untuk mencapai layanan ketika
mereka ditolak suatu lembaga atau suatu system layanan, dan
mebantu dan memperluas pelayanan agar mencakup lebih
banyak orang yang mebutuhkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian Layanan Advokasi
adalah suatu layanan yang membela hak seseorang yang
tercederai dimana usaha yang dilaksanakan sistimatis secara
bertahap (inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh
kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi
anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik
untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok
tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar
berjalan efektif.
http://www.infoguru.ga/2015/06/makalah-layanan-advokasi.html

Pengertian Layanan Mediasi


Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata “medium” yang
berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga
berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang semula terpisah. Juga
bermakna menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak
sehingga dua pihak yang semula terpisah menjadi saling terkait. Melalui mediasi atau wasilah
dua pihak yang sebelumnya terpisah menjadi saling terkait, saling mengurangi atau
meniadakan jarak, saling memperkecil perbedaan sehingga jarak keduanya menjadi lebih
dekat.1[1]
Layanan mediasi dilaksanakan oleh konselor terhadap dua pihak atau lebih yang
sedang dalam keadaan tidak menemukan kecocokan atau tidak harmonis. Misalnya
ketidakcocokan ini adalah dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus yang merasa tidakcocok
dengan teman sebangkunya yang tidak memiliki kebutuhan khusus (anak pada umumnya)
atau dengan anak berkebutuhan lainnya karena ada hal-hal yng merasa terusik dengan prilaku
temannya karena suka mengolok-olok.2[2]
Berbeda dengan layanan yang lain terutama layanan konseling perorangan, dalam
layanan mediasi konselor atau pembimbing menghadapi klien (siswa) yang terdiri atas dua
pihak atau lebih, dua orang atau lebih, dua kelompok atau lebih. Dengan perkataan lain,
kombinasi antara sejumlah individu dan kelompok.3[3]

B. Tujuan Layanan Mediasi


Layanan mediasi ini bertujuan agar tercapai kondisi hubungan yang positif dan
kondusif diantara pihak-pihak atau anak-anak yang berselisih atau ada ketidakcocokan.
Fokus layanan mediasi adalah perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru dalam
hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.4[4]
Secara umum, layanan mediasi bertujuan agar tercapai hubungan kondisi hubungan
yang positif dan kondusif di antara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau
bermusuhan. Dengan perkataan lain agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif di
antara siswa yang bertikai atau bermusuhan.
Secara Khusus, Layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi awal
yang negative (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru (kondusif dan
bersahabat) dalam hubungan antara dua belah pihak yang bermasalah. Terjadinya perubahan
kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi yang lebih positif .5[5]
C. Isi Layanan Mediasi
Isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-hal yang berkenaan
dengan hubungan yang terjadi antara individu-individu (para siswa) atau kelompok-kelompk
yang sedang bertikai. Masalah-masalah tersebut dapat mencakup: (a) pertikaian atas
kepemilikan sesuatu, (b) kejadian dadakan (misalnya perkelahian) antara siswa atau
sekelompok siswa, (c) tuntutan atas hak, dan lain sebagainya. Berdasarkan cakupan di atas,
isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi lebih banyak berkenaan dengan
masalah-masalah individu yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya (masalah
sosial).
Masalah-masalah yang menjadi isi layanan mediasi atau yang dibahas dalam layanan
mediasi bukan masalah yang bersifat kriminal. Dengan perkataan lain individu atau
kelompok yang menjadi klien dalam layanan mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus
kriminal yang menjadi urusan polisi.6[6]
D. Teknik Layanan Mediasi
Penerapan teknik-teknik tertentu dalam konseling termasuk layanan mediasi, pada
prinsipnya bertujuan antara lain untuk mangaktifkan peserta layanan (siswa) dalam proses
layanan. Khusus layanan mediasi, semua peserta secara individual didorong untuk secara
aktif berpartisipasi dalam proses layanan.
Ada dua teknik yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi, yaitu teknik umum dan
khusus. Pertama, teknik umum yang termasuk dalam teknik umum adalah: (a) Penerimaan
terhadap klien dan posisi duduk. Proses layanan mediasi diawali dengan penerimaan terhadap
klien untuk memasuki layanan. Suasana penerimaan harus dapat mencerminkan suasana
penghormatan, keakraban, kehangatan, dan keterbukaan terhadap semua calon peserta
layanan, sehingga timbul suasana kondusif proses layanan mediasi. (b) Penstrukturan.
Melalui penstrukturan, konselor mengembangkan pemahaman peserta layanan tentang apa,
mengapa, untuk apa, dan bagaimana layanan mediasi itu. Dalam penstrukturan juga
dikembangkan tentang pentingnya asas-asas konseling dalam layanan mediasi terutama asas
kerahasiaan, keterbukaan, dan kesukarelaan. Selain itu juga harus dikembangkan pemahaman
terhadapa klien bahwa konselor tidak memihak, kecuali kepada kebenaran. (c) Ajakan untuk
berbicara. Apabila melalui penstrukturan para siswa belum mau bicara, khususnya berkenaan
dengan pokok perselisihan mereka yang memerlukan mediasi, konselor harus mengajak
siswa mulai membicarakannya. Ajakan berbicara dapat diawali dengan upaya konselor
(pembimbing) mencari tahu adanya permasalahan yang dialami para siswa dan bagaimana
konselor dapat bertemu dengan mereka. Ajakan berbicara dilakukan oleh konselor dengan
mengemukakan pokok-pokoknya saja dan tidak memberikan penafsiran-penafsiran atau pun
harapan-harapan karena hal itu semua akan menjadi substansi bahasan tahap-tahap proses
selanjutnya.
Teknik-teknik umum lainnya yang diterapkan dalam layanan mediasi adalah: (a)
kontak mata, kontak psikologis, dorongan minimal, dan teknik tiga M diarahkan kepada
setiap siswa yang sedang berbicara, (b) keruntutan, refleksi, dan pertanyaan terbuka
disampaikan kepada pembicara dan dapat dijawab oleh peserta selain pembjcara. Kehati-
hatian konselor sangat dituntut, terlebih apabila jawaban atas pertanyaan terbuka diberikan
oleh pihak lain yang berselisih atau berseberangan dengan pembicara, (c) penyimpulan,
penafsiran, dan konfrontasi khususnya ditujukan kepada pembicara dan secara umum boleh
ditanggapi oleh peserta lainnya, (d) transferensi dan kontra transferensi sangat mungkin
muncul di antara para peserta. Oleh karena itu, konselor harus secara cerdas mengendalikan
diri dalam mengemukakan kontra transferensi, (e) teknik eksperensial diterapkan untuk
memunculkan penglaman-penglaman khusus, terutama dari peserta yang benar-benar
mengalami berkenaan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam layanan mediasi, (f)
strategi memfrustasikan klien (siswa) dan tiada maaf diterapkan untuk membangun semangat
para peserta dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Konselor (pembimbing)
harus hati-hati dalam menerapkan strategi ini agar tidak menimbulkan sikap memperthankan
diri atau dikap negatif lainnya.
Kedua, teknik khusus. Teknik-teknik khusus konseling perorangan bisa diterapkan
dalam layanan mediasi. Teknik ini diterapkan dalam layanan mediasi bertujuan untuk
mengubah tingkah laku para peserta layanan (siswa yang berselisih). Beberapa teknik khusus
yang bisa diterapkan dalam layanan mediasi adalah: (a) Informasi dan contoh pribadi. Teknik
ini diterapkan apabila siswa benar-benar memerlukan. Informasi harus diberikan secara jelas
dan objektif, sedangkan contoh pribadi harus diberikan secara sederhana dan berlebihan. (b)
Perumusan tujuan, pemberian contoh, dan latihan bertingkah laku. Teknik ini diarahakan
untuk terbentuknya tingkah laku baru. Latihan bertingkah laku, khususnya cara berhubungan
atau berkomunikasi dapat dilaksanakan melalui teknik kursi kosong. Misalnya (1) latihan
keluguan dan bermain peran atau dialog yang diarahkan untuk terbinanya komunikasi yang
objektif, jujur, bermoral, dan bertanggungjawab, (2) latihan penenangan, desensitisasi atau
sentisisasi bertujuan untuk terhindarnya klien (siswa) dari hal-hal yang mengganggu dirinya
karena klien (siswa) terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap rangsangan tertentu. Teknik
ini bisa diterapkan secara individual tanpa kehadiran peserta atau siswa lain yang berselisih.
(c) Nasihat. Teknik ini diterapkan apabila benar-benar diperlukan. Usahakan tidak
memberikan nasihat. Apabila teknik-teknik yang lain sudah diterapkan secara baik, nasihat
tidak diperlukan lagi. (d) peneguhan hasrat dan kontrak. Teknik ini merupakan tahap
pengunci atas berbagai upaya pengubahan tingkah laku yang telah dilaksanakan. Teguhnya
hasrat merupakan komitmen diri bahwa apa yang telah dilatihkan dan semua hasil layanan
mediasi benar-benar dilaksanakan. Komitmen tersebut dapat disusun dalam bentuk kontrak
yang realisasinya akan ditindaklanjuti oleh klien bersama konselor.7[7]
E. Pelaksanaan Layanan Mediasi
Seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga melalui proses atau
tahapan-tahapan sebagai berikut
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan
b. Mengatur dengan calon peserta layanan
c. Menetapkan fasilitas layanan
d. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang meliputi kegiatan
a. Menerima pihak-pihak yang berselisih atau bertikai
b. Menyelenggaraan perstrukturan layanan mediasi
c. Membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta layanan
d. Menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan
e. Membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak –pihak lain
f. Melakukan penilain segera (laiseg)
3. Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadaphasil-hasil
layanan mediasi. Fokus evaluasi hasil layanan ialah diperoleh nya pemahaman baru
(understanding) klien, berkembangnya perasaan positif (comfort), dan kegiatan apa yang
akan dilakukan oleh klien (action) setelah proses layanan berlangsung. Evaluasi dalam
layanan mediasi dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
a. Evaluasi atau penilaian segera yang fokusnya adalah understanding (pemahaman baru klien),
comfort (perkembangan perasaan positif), dan action (kegiatan yang akan dilakukan klien
setelah proses layanan berlangsung)
b. Evaluasi atau penilaian jangka pendek. Fokus evaluasi ini adalah kualitas hubungan antara
dua belah pihak yang berselisih. Indikatornya adalah apakah masalah yang ada diantara
mereka sudah benar-benar mereda, sudah hilang sama sekali, atau apakah sudah berkembang
secara harmonis, saling mendukung dan bersifat positif dan produktif
c. Evaluasi atau penilain jangka panjang. Penilaian ini merupakan pendalaman, perluasan dan
pemantapan penilaian segera dan penilaian jangka pendek dalam rentang waktu yang lama
(prayitno, 2004)
Penilaian dalam layanan mediasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dalam format
individual atau kelompok. Responden untuk penilaian segera adalah seluruh peserta layanan,
sedangkan untuk responden untuk penilaian jangka pendek dan panjang dapat merupakan
wakil daridari pihak-pihak yang berselilsih atau bertikai.
4. Analisis Hasil Evaluasi
Analisis hasil evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penafsiran hasil
evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami oleh pihak-
pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.
5. Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan mediasi
lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian diantara
pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.
6. Laporan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Membicarakan laporan yang deperlukan oleh pihak-pihak peserta layanan mediasi
b. Mendokumentasikan laporan 8[8]
http://hase02.blogspot.co.id/2014/05/bimbingan-konseling-layanan-mediasi.html

Layanan Konsultasi dalam Pelayanan Konseling

DESKRIPSI UMUM
Kedudukan Layanan Konsultasi Dalam Bimbingan dan Konseling
Pola-17 Plus
Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) memperoleh
perbendaharaan istilah baru yaitu BK Pola-17. Hal ini memberiwarna tersendiri bagi arah
bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung BK di jajaran pendidikan dasar dan menengah.
Pada Abad ke-21, BK Pola 17 itu berkembang menjadi BK Pola-17 Plus. Kegiatan BK ini
mengacu pada sasaran pelayanan yang lebih luas, diantaranya mencakup semua peserta didik
dan warga masyarakat.Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola-
17 Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil pengembangan
dari BK Pola 17 Plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini, maka layanan konsultasi
dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas konselor dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling, khususnya pelayanan BK di sekolah.

Menurut Prayitno (2004: i-ii) butir-butir pokok BK Pola-17 Plus adalah sebagai berikut:
A. Keterpaduan mantap tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas, serta landasan
BK

B. Bidang Pelayanan BK, meliputi:


1. Bidang pengembangan pribadi
2. Bidang pengembangan sosial
3. Bidang pengembangan kegiatan belajar
4. Bidang pengembangan karir
5. Bidang pengembangan kehidupan berkarya
6. Bidang pengembangan kehidupan keberagamaan
LAYANAN KONSULTASI adalah bantuan dari konselor ke klien dimana klien sebagai
konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga
yang dibicarakan adalah orang yang merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak,
murid atau orangtuanya. Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia
mampu mengahdapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya. Jika konselor tidak mampu
mengatasi masalah yang dihadapi oleh konsulti maka direferalkan kepada pihak lain yang
lebih pakar. Layanan konsultasi bisa berubah menjadi konseling perorangan jika
permasalahan ternyata disebabkan oleh konsulti. Dan konseling keluarga karena berkaitan
dengan pihak keluarga. Konsultasi dapat dilakukan diberbagai tempat dan berbagai
kesempatan, seperti disekolah atau dikantor tempat konsultan bekerja, dilingkungan keluarga
yang mengundang konselor praktik mandiri (privat), atau ditempat – tempat lain yang
dikehendaki konsulti dan disetujui konselor. Dimanapun konsultasi diadakan, suasana yang
tercipta haruslah relaks dan kondusif serta memungkinkan terlaksananya asas-asas konseling
dan teknik – teknik konsultasi. Menurut Prayitno (2004: 1), ”layanan konsultasi adalah
layanan konseling oleh konselor terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti
memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani
masalah pihak ketiga”. Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam
format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti. Konsultasi dapat juga
dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti- konsulti itu
menghendakinya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 6) dijelaskan bahwa
”layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik”.
Dalam program bimbingan di sekolah, Brow dkk (dalam Marsudi, 2003:124) menegaskan
bahwa ’konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan
layanan yang langsung ditujukan kepada siswa (klien), tetapi secara tidak langsung melayani
siswa melalui bantuan yang diberikan oleh orang lain’. Layanan konsultasi juga didefinisikan
bantuan dari konselor ke klien dimana konselor sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti,
membahas tentang masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang
merasa dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya. Bantuan
yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu menghadapi pihak ketiga
yang dipermasalahkannya (http://konseling Indonesia.com).
Dari beberapa pengertian, dapat disimpulkan penulis bahwa layanan konsultasi adalah
layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan kepada konsulti dengan tujuan
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan konsulti dalam
rangka membantu terselesaikannya masalah yang dialami pihak ketiga (konseli yang
bermasalah). Pada layanan konsultasi, dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap konsultasi
yang dilakukan oleh konselor kepada konsulti, dan tahap penanganan yang dilakukan oleh
konsulti kepada konseli/pihak ketiga. Maka petugas pada tahap konsultasi adalah konselor,
sedangkan petugas pada tahap penanganan adalah konsulti.
TUJUAN
Tujuan Layanan Konsultasi BK
Pada dasarnya setiap kegiatan tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. ”Tujuan
diberikannya bantuan yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani
menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas”
(Winkel, 2005:32). Layanan konsultasi merupakan bagian dari layanan Bimbingan dan
Konseling, maka tujuan dari layanan ini sepenuhnya akan mendukung dari tercapainya tujuan
BK. Fullmer dan Bernard (dalam Marsudi, 2003: 124-125) merumuskan tujuan layanan
konsultasi sebagai bagian tujuan bimbingan di sekolah adalah sebagai berikut:
(1) Mengambangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan
administrator sekolah.
(2) Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi di antara orang yang
penting.
(3) Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar.
(4) Memperluas layanan dari para ahli.
(5) Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator.
(6) Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
(7) Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang
baik.
(8) Menggerakkan organisasi yang mandiri.

Tujuan layanan konsultasi sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004:2) adalah:


1.tujuan umum
Layanan konsultasi (KSI) bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya sendiri dapat
menangani kondisi dan permasalahan yang dialami pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga
mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan yang
dialami oleh pihak ketiga itu (setidak-tidaknya) sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.
2. Tujuan khusus
Kemampuan sendiri yang dimaksudkan diatas diatas dapat berupa wawasan, pemahaman dan
cara-cara bertindak yang terkait lansung dengan suasana dan/atau permasalahan pihak ketiga
itu (fungsi pemahaman). Dengan kemampuan sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu
(sebagai bentuk lansung dari hasil kosultasi) terhadap pihak ketiga. Dalam kaitan ini, proses
konsultasi yang dilakukan Konselor disisi yang pertama dan proses pemberian bantuan atau
tindakan konsulti terhadap pihak ketiga pada sisi yang kedua, bermaksud mengentaskan
masalah yang dialami pihak ketiga (fungsi pengentasan). Demikian juga Dougherty (dalam
Sciarra, 2004: 55) mengungkapkan ’tujuan konsultasi, yaitu :
(1) The goal of all consulting is to solve problems
(2) Another goal of consulting is to improve the consultee’s work with the client and, in turn,
improve the welfare of the clien’. Dari ungkapan tersebut dijelaskan bahwa tujuan konsultasi
adalah mengatasi masalah dan konsultasi untuk meningkatkan kerja konsulti kepada konseli
yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan konseli.
KOMPONEN LAYANAN KSI
Dari definisi layanan konsultasi, dijelaskan bahwa dalam proses konsultasi akan melibatkan
tiga pihak, yaitu konselor, konsulti, dan pihak ketiga/konseli. Hal ini seperti pendapat
Dougherty (dalam Sciarra, 2004: 55) ’consulting is tripartite: it involves a consultant, a
consultee, and a client’ (Berkonsultasi meliputi tiga pihak yaitu melibatkan seorang
konsultan, konsulti, dan konseli). Ketiga pihak ini disebut sebagai komponen layanan
konsultasi. Ketiga komponen layanan konsultasi tersebut menjadi syarat untuk
menyelenggarakan kegiatan layanan.
Dijelaskan oleh Prayitno (2004: 3-4), bahwa:
1. Konselor adalah tenaga ahli konseling yang memiliki kewenangan melakukan pelayanan
konseling pada bidang tugas pekerjaannya. Sesuai dengan keahliannya, konselor melakukan
berbagai jenis layanan konseling, salah satu diantaranya adalah layanan konsultasi;
2. Konsulti adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu
menangani kondisi dan atau permasalahan pihak ketiga yang (setidak-tidaknya sebahagian)
menjadi tanggung jawabnya. Bantuan itu diminta dari konselor karena konsulti belum mampu
menangani situasi dan atau permasalahan pihak ketiga itu;
3. Pihak ketiga adalah individu (atau individu-individu) yang kondisi dan atau
permasalahannya dipersoalkan oleh konsulti. Menurut konsulti, kondisi/ permasalahan pihak
ketiga itu perlu diatasi, dan konsulti merasa (setidak-tidaknya ikut) bertanggung jawab atas
pengentasannya.

Marsudi (2003: 124-125) menyebutkan bahwa layanan konsultasi mengandung beberapa


aspek, yaitu:
(1) Konsultan, yaitu seseorang yang secara profesional mempunyai kewenangan untuk
memberikan bantuan kepada konsulti dalam upaya mengatasi masalah klien.
(2) Konsulti, yaitu pribadi atau seorang profesional yang secara langsung memberikan
bantuan pemecahan masalah terhadap klien.
(3) Klien, yaitu pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah.
(4) Konsultasi merupakan proses pemberian bantuan dalam upaya mengatasi masalah klien
secara tidak langsung.
Dalam layanan konsultasi ini dapat diperjelas bahwa penanganan masalah yang dialami
konseli (pihak ketiga) dilakukan oleh konsulti. Konsulti akan dikembangkan kemampuannya
oleh konselor pada saat tahap konsultasi berlangsung, yaitu mengembangkan pada diri
konsulti tentang wawasan,
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Akhir proses konsultasi ini adalah konselor
menganggap bahwa konsulti mampu membantu menangani kondisi atau permasalahan pihak
ketiga yang setidaknya menjadi tanggung jawabnya. Konsulti adalah orang yang ikut
bertanggung jawab terhadap masalah yang dialami pihak ketiga. Misalnya orang tua, guru,
kepala sekolah, kakak, dan
sebagainya. Seorang konsulti harus bersedia membantu penyelesaian masalah pihak ketiga.
Menurut Sciarra (2004: 55) “also, collaboration between consultant and consultee is
especially important in the school setting because it eases the burden on the consultant”
(kerjasama antara konsultan dan konsulti menjadi yang terpenting di sekolah sebab dapat
meringankan beban konsultan).

AZAS – AZAS LAYANAN KSI

Munro, dkk (dalam Prayitno, 2004: 5) menyebutkan ’ada tiga etika dasar konseling yaitu
kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri (kemandirian)’. Etika
dasar ini terkait langsung dengan asas konseling. Asas ini juga berlaku pada layanan
konsultasi. Ketiga asas ini diuraikan sebagai berikut:
(1) Asas kerahasiaan
Seorang konselor diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan, dengan harapan adanya
kepercayaan dari semua pihak maka mereka akan memperoleh manfaat dari pelayanan BK.
Oleh karena itu, Mugiarso (2004: 24) mengemukakan bahwa ”asas kerahasiaan merupakan
asas kunci dalam usaha BK, dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab”. Asas kerahasiaan pada layanan konsultasi yang dimaksudkan adalah
menyangkut jaminan kerahasiaan identitas konsulti dan pihak ketiga, dan jaminan
kerahasiaan terhadap permasalahan yangdialami pihak ketiga.
(2) Asas kesukarelaan
Kesukarelaan yang dimaksudkan pada layanan konsultasi adalah kesukarelaan dari konselor
dan konsulti. Konselor secara suka dan rela membantu konsulti untuk membantu
mengarahkan bantuan pemecahan masalah yang akan diberikan kepada pihak ketiga.
Kesukarelaan konsulti yaitu bersikap sukarela datang sendiri kepada konselor, dan kemudian
terbuka mengemukakan hal-hal
yang terkait dengan konsulti sendiri dan pihak ketiga dengan tujuan agar permasalahan yang
dialami pihak ketiga segera terselesaikan.
(3) Asas kemandirian
”Pada layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap kemandirian berikut: (1)
memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan dinamis, (2) memahami dan
menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan secara
positif dan tepat, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil, (5)
mewujudkan diri sendiri” (Prayitno,2004: 8-9).
(4) Asas – asas yang lain
Yaitu: asas kegiatan, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, kehlian alih tangan,
dan tut wuri handayani, pelaksanaannya dalam layanan konsultasi sama dengan pelaksanaan
asas-asas tersebut dalam pelayanan konseling perorangan dan layanan lainnya dalam profesi
konseling. Kekhususan aplikasi asas-asas tersebut dalam layanan KSI terfokus pada kondisi
diri konsulti dalam kaitannya dengan pihak ketiga dan permasalahannya.
http://iyus-ruslan.blogspot.co.id/2013/11/layanan-konsultasi-dalam-pelayanan.html

Pengertian Konseling Kelompok

Ilustrasi Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang
bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam
Vitalis, 2008:63).
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran
dan perilaku yang disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama
anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik (Winkel dan Hastuti, 2004:198).

Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan konseling kelompok antara lain (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63):

1. Melatih siswa agar berani bicara dihadapan orang banyak


2. Melatih siswa dapat bertoleransi dengan temannya
3. Mengembangkan bakat dan minat masing-masing
4. Mengentaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi kelompok
5. Melatih siswa untuk berani melakukan sharing dalam kelompok

Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya


kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau
mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik,
sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal (Tohirin,
2007:181).

Materi Layanan Konseling Kelompok

Materi layanan konseling kelompok dapat mencakup hal-hal sebagai berikut (Prayitno dalam Vitalis,
2008:64):

1. Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan penyalurannya


2. Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan diri dan
perkembangannya
3. Perencanaan dan aktualisasi diri
4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan gagasan, ide,
opini, perilaku, dan hubungan sosial
5. Mengembangkan hubungan dengan peer group, baik di sekolah maupun di luar sekolah
6. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih, serta melatih
teknik-teknik penguasaan materi pelajaran
7. Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di
Perguruan Tinggi
8. Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihannya
9. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan
10. Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.

Teknik Layanan Konseling Kelompok

Terdapat dua teknik layanan konseling kelompok antara lain (Tohirin, 2007:182):
a. Teknik Umum (pengembangan dinamika kelompok)
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok
mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok
untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi antara
lain :

1. Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka


2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis,
dan pengembangan argumentasi
3. Dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas anggota kelompok
4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis,
argumentasi, dan pembahasan
5. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki

Teknik Permainan Kelompok

Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan baik sebagai sebagai selingan
maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok
yang efektif harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut :

1. Sederhana
2. Menggembirakan
3. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
4. Meningkatkan keakraban
5. Diikuti oleh semua anggota kelompok

Fase-fase Proses Konseling Kelompok

Terdapat lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan Hastuti dalam Vitalis, 2008:66):

a. Pembukaan
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang
memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Jika konselor dan
konseli bertemu untuk pertama kali, waktunya akan lebih lama dan isinya akan berbeda
dibandingkan dengan pembukaan saat konseli dan konselor bertemu kembali untuk melanjutkan
wawancara yang telah berlangsung sebelumnya.

b. Penjelasan masalah
Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk mengungkapkan alam perasaan, alam
pikiran kepada konselor secara bebas. Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran
konseli dengan teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka
dirinya.

c. Penggalian latar belakang masalah


Pada fase penggalian latar belakang masalah ini inisiatif ada pihak konselor untuk memperoleh
gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam tentang masalah konseli. Fase ini disebut dengan
analisis kasus, yang dilakukan menurut sistematika tertentu sesuai dengan pendekatan konseling
yang diambil. Konselor disini mengambil sikap’’ekletik’’, karena sistematika analisis disesuaikan
dengan jenis masalah, taraf perkembangan konseli, dan pengalaman konselor dalam menetapkan
konseling tertentu.

d. Penyelesaian masalah
Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana
persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini harus ikut berfikir, memandang dan
mempertimbangkan, peran konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian
permasalahan pada umumnya lebih besar.

e. Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan
konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi telah usai. Oleh karena itu biasanya konselor
mengambil inisiatif dalam memulai fase penutup ini.

http://www.kajianpustaka.com/2013/01/layanan-konseling-kelompok.html

Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995: 61) bahwa “Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika
untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih
menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”.

Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa : Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari
narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang
diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam
penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif.

Tujuan Bimbingan Kelompok

Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan
dicapai dalam layanan layanan kelompok yang diselenggarakan.

Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai
berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa,
khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan
Kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan,
diringankan melalui berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan tanggapan
baru. Selain bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga bermaksud mengentaskan
masalah klien denagn memanfaatkan dinamika kelompok.
2. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika


kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang
lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal
ditingkatkan.

https://sugithewae.wordpress.com/2012/12/12/pengertian-dan-tujuan-layanan-bimbingan-
kelompok/

Anda mungkin juga menyukai