Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Eksresi

Ekskresi merupakan perpindahan obat dari sirkulasi sistemik (darah) menuju ke organ
ekskresi. Obat mengalami ekskresi untuk keperluan detokstfikasi obat tersebut. Apabila obat
tidak diekskresi maka obat akan tertinggal dalam tubuh dan mengakibatkan ketoksikan pada
organisme bersangkutan. Tempat atau jalur ekskresi adalah melalui ginjal (organ utama), hati
atau empedu, paru, kelenjar saliva, kelenjar susu dan kelenjar keringat. Pada kesempatan ini
hanya dibahas detail ekskresi melalui ginjal dan hati karena dua mekanisme tersebut
merupakan mekanisme ekskresi dari kebanyakan obat.
Obat diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi
dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi
melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi
ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun.
Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama
feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).

Macam-macam Mekanisme Eksresi Dalam Tubuh


Ekskresi Obat Melalui Ginjal
Ginjal merupakan organ utama dalam proses ekskresi. Organ ini mengekskresikan senyawa
dari sirkulasi sistemik atau dari darah guna mempertahankan miliu internal. Dalam ginjal
terdapat unit fungsional terkecil yang disebut dengan Nefron. Nefron terdiri atas pembuluh
proksimal, lengkung Henle, dan pembuluh distal, sedangkan bagian kapiler terdiri dari
glomerulus yang terdapat dalam kapsula Bowmann.
Fungsi Ginjal
 Menyaring Darah
Konsumsi makanan yang kita makan setiap hari sebagai penghasil energi setelah melalui
proses pencernaan pastilah akan menghasilkan banyak zat sisa dan limbah serta racun atau
toksin. Zat-zat tersebutlah yang akan dikeluarkan oleh ginjal karena jika tidak maka akan sangat
berbahaya bagi tubuh kita. Nefron adalah salah satu bagian ginjal yang menjalankan fungsi ini.
 Mempertahankan keseimbangan Kadar Asam dan Basa
Ginjal berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh dengan cara mengeluarkan kelebihan asam/basa melalui urine.
 Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh
Ginjal akan mengekskresikan (mengeluarkan) zat-zat yang merugikan bagi tubuh seperti
urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri, dan juga obat-obatan. Jika zat
tersebut tidak dikeluarkan maka akan menjadi racun yang dapat membahayakan kesehatan di
dalam tubuh.
 Memproses Ulang Zat
Ginjal akan mengembalikan kembali zat yang masih berguna bagi tubuh kembali menuju
darah. Zat tersebut berupa glukosa, garam, air, dan asam amino. Proses pengembalian zat yang
masih berguna ke dalam darah disebut reabsorpsi.
 Mengatur Volume Cairan dalam Darah
Ginjal dapat mengontrol jumlah cairan darah yang dipertahnkan agar tetap seimbang didalam
tubuh. Tanpa adanya control dari ginjal maka tubuh akan menjadi kering karena kekurangan
cairan darah, dan sebaliknya.

 Mengatur Keseimbangan Kandungan Kimia dalam Darah


Salah satu contohnya yaitu mengatur kadar garam didalam darah.
 Mengendalikan Kadar Gula dalam Darah
Ginjal amat penting untuk mengatur kelebihan atau kekurangan gula dalam darah dengan
menggunakan hormon insulin dan adrenalin. Ini penting untuk menghindari diabetes. Insulin
berfungsi sebagai hormon penurun kadar gula dalam darah jika kadar gula dalam darah berlebih.
Adrenalin berfungsi untuk menaikkan kadar gula dalam darah jika kadar gula di dalam darah
tidak mencukupi.
 Penghasil Zat dan Hormon
Ginjal merupakan penghasil zat atau hormon tertentu seperti eritropoietin, kalsitriol, dan
renin. Hormon yang dihasilkan oleh ginjal yaitu hormon eritroprotein atau yang disingkat dengan
EPO berfungsi untuk merangsang peningkatan laju pembentukan sel darah merah oleh sumsum
tulang. Renin berfungsi untuk mengatur tekanan darah di dalam tubuh, sementara kalsitriol
merupakan fungsi ginjal untuk membentuk vitamin D, menjaga keseimbangan kimia di dalam
tubuh, serta untuk mempertahankan kalsium di dalam tulang yang ada di dalam tubuh.
 Menjaga Tekanan Osmosis
Ginjal menjaga tekanan osmosis dengan cara mengatur keseimbangan garam-garam di
dalam tubuh.
a. Filrasi Glomerulus
Glumerolus merupakan jaringan kapiler dapat melewatkan semua zat yang lebih kecil dari
albumin melalui cela antara sel endotelnya sehingga semua obat yang tidak terikat protein
plasma mengalami filtrasi disana. Kapiler-kapiler glomeruli akan menyaring plasma darah
sedemikian rupa sehingga setiap molekul obat yang berat molekulnya dibawah 20.000 akan
melewati glomeruli sedangkan albumin plasma dengan berat molekul 68.000 tidak dapat
melewati glomeruli. Obat-obat yang terikat pada albumin plasma tidak dapat melewati glomeruli
misalnya fenibutazon.
Obat yang tidak terikat protein (bentuk bebas) akan mengalami filtrasi glomerulus masuk
ke tubulus (Batubara, 2008). Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat, yakni minus plasma
protein, jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein akan
tetap tinggal dalam darah (Setiawati dkk., 2007). Kelarutan dan pH tidak berpengaruh pada
kecepatan filtrasi glomerulus, yang berpengaruh adalah ukuran partikel, bentuk partikel, dan
jumlah pori glomerulus (Batubara, 2008).
Laju filtrasi glomerulus meningkat pada:

 kenaikan tekanan darah dalam kapiler glomerulus


 pada peningkatan luas permukaan filtrasi pada kondisi glomerulus yang tenang.
 pada pengurangan protein plasma akibat berkurangnya ikatan protein dengan bahan obat

b. Sekresi Aktif Ditubulus Proksimal


Filtasi glomeruli hanya menghasilkan paling banyak 20% dari seluruh obat yang terdapat
dalam darah yang bisa mencapai ginjal. Sisanya 80% akan dikeluarkan ke lumen tubuli oleh
suatu mekanisme transpor aktif, yang bergerak melawan gradient konsentrasi sehingga akan
mengurangi jumlah obat dalam plasma sampai nihil. Oleh karena itu, sekresi tubuli ini
merupakan mekanisme eliminasi obat yang paling cepat melalui ginjal. Tidak seperti filtrasi
glomeruli, system transportasi aktif ini dapat mencapai bersihan maksimal walaupun obat terikat
pada protein plasma. Misalnya penisilin, walaupun 80% terikat pada protein plasma dan
diekskresi sangat lambat melalui filtrasi glomeruli, kecepatan eliminasi penisilin via ginjal sangat
tinggi karena penisilin disekresikan secara aktif kedalam lumen tubuli ginjal.
Sekresi tubulus proksimal merupakan proses transport aktif, jadi memerlukan carrier
(pembawa) dan energi (Batubara, 2008). Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus
proksimal terjadi melalui transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (Multidrug-
Resistance Protein) yang terdapat di membran sel epitel dengan selektivitas berbeda, yakni MPR
utuk anion organik dan konyugat (mis: penisilin, ptobenesid, glukuronat, sulfat da konyugat
glutation), dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (mis: kuinidin, digoksin ) (Setiawati
dkk., 2007).
Karena banyak obat yang disekresikan secara aktif dengan cara yang sama, dapat terjadi
kompetisi antara obat-obat tersebut. Misalnya probenesid, dapat memperlambat ekskresi
penisilin dengan jalan berkompetisi untuk transport aktif pada sel-sel tubuli ginjal sehingga
secara klinik akan diperoleh kadar penisilin yang lebih tinggi. Selain itu, probenesid juga
menghambat reabsorpsi asam urat ( yang dipengaruhi pembawa yang sama ) sehingga berguna
juga untuk pengobatan penyakit gout.

c. Reabsorpsi Pasif Disepanjang Tubulus


Setelah obat sampai di tubulus, kebanyakan akan mengalami reabsorpsi kembali ke
sirkulasi sistemik (Batubara, 2008). Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk
non-ion obat yang larut lemak. Oleh karena derajat ionisasi bergantung pada pH larutan, maka
hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat ekskresi ginjal pada keracunan suatu obat asam atau
obat basa (Setiawati dkk., 2007). Obat-obat yang mempunyai kelarutan dalam lemak yang tinggi
akan berdifusi secara pasif masuk kembali melewati sel-sel epitel tubuli sehingga terjadi
reabsorpsi obat secara pasif. Dengan demikian, obat-obat yang mudah larut dalam lemak akan
diekskresikan secara lambat sekali. Sebaliknya, obat-obat yang polar akan tetap tinggal dalam
filtrate sebab membrane tubuli tidak permeable untuk obat-obat yang terionisasi dan kurang larut
dalam lemak.
Di tubuli proksimal dan distal terjadi reabsorbsi pasif untuk bentuk non ion. Oleh karena
itu untuk obat berupa elektrolit lemah, proses reabsorbsi ini bergantung pada pH lumen tubuli
yang menentukan derajat ionisasi. Bila urine lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak
sehingga reabsorbsinya berkurang, akibatnya ekskresinya meningkat. Sebaliknya bila urine lebih
asam, ekskresi asam lemah berkurang. Keadaan yang berlawanan terjadi dalam ekskresi basa
lemah.
Reabsorbsi pasif bergantung pada pH urine yang ada di ginjal. Bila pH asam maka obat-
obatan yang bersifat asam lemah akan diserap kembali sehingga tidak dieksresikan dan bila pada
suasana basa maka obat-obat asam tadi akan terionisasi sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh.
Begitu sebaliknya dengan obat-obat basa yang akan dieksresi kembali pada suasana basa. Hal ini
dapat dimanfaatkan pada kasus keracunan. Pada pasien yang keracunan phenobarbital (obat asam
lemah) maka kelebihan phenobarbital yang ada di dalam darah dapat cepat dikeluarkan dengan
memberikan Natrium bikarbonat yang bersifat basa sehingga phenobarbital dapat cepat dieksresi
dari tubuh melalui urine.

Ekskresi Obat Melalui Hati


Sel hati mentransfer beberapa senyawa dari darah menuju empedu dengan mekanisme
yang mirip dengan tubulus renal, dan juga melibatkan Pglikoprotein. Berbagai konjugat obat
hidrofilik (khususnya glukuronida) berada dalam empedu dan dipindahkan menuju usus dimana
glukuronat dihidrolisis, menghasilkan obat bebas dan aktif. Obat aktif tersebut dapat mengalami
reabsorpsi menuju sirkulasi sistemik, peristiwa ini dinamakan sirkulasi enterohepatik. Contort
dari peristiwa ini adalah morfin dan etinilestradiol.
Fungsi hati
 Menghasilakan empedu
Getah empedu dihasilkan dari hasil perombakan sel darah merah. Getah ini ditampung di
dalam kantung empedu kemudian disalurkan ke usus 12 jari. Getah empedu pada dasarnya terdiri
atas dua komponen yaitu garam empedu dan zat warna empedu. Garam empedu berfungsi dalam
proses pencernaan makanan yaitu untuk mengemulsi lemak. Sedangkan zat warna empedu tidak
berfungsi sehingga harus diekskresikan. Zat warna empedu yang diekskresikan ke usus 12 jari,
sebagian menjadi sterkobilin, yaitu zat yang mewarnai feses dan beberapa diserap kembali oleh
darah dibuang melalui ginjal sehingga membuat warna pada urine yang disebut urobilin. Kedua
zat ini mengakibatkan warna feses dan urine kuning kecoklatan.

 Menghasilkan urea
Urea adalah salah satu zat hasil perombakan protein. Karena zat ini beracun bagi tubuh
maka harus dibuang keluar tubuh. Dari hati urea diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan bersama
urine.
Pola dan mekanisme ekskresi
Jalur Mekanisme Contoh
ekskresi
Urin Filtrasi glomerulus, sekresi Semua obat dalam bentuk
tubular aktif ion, penisilin, diuretik
merkurat organic
Empedu Transport aktif, difusi pasif Senaya ammonium striknin,
dan kuartener, pinositosis kuinin, tetrasiklin

Intestin / Difusi pasif dan sekresi Asam organic terionisasi


usus empedu
Saliva Difusi pasif dan transport aktif Penisilin, tetrasiklin, tiamin,
etanol dan eter

Paru Difusi pasif Kamfor, amonium klorida,


iodida, natrium bikarbonat
Keringat Difusi pasif Asam dan basa lemah
organik, tiamin
Susu Difusi pasif dan transport aktif Basa organik lemah, anastesi,
eritromisin, streptomisin,
kanamisin dan gentamisin

Ekresi Melalui Kulit


Eksresi pada kulit terjadi pada kulit dermis, kelenjar keringat mengeluarkan keringat
yang dipengaruhi oleh suhu, saat suhu meningkat maka kelenjar keringat akan aktif dan
pembuluh darah akan melebar sehingga aliran darah lebih banyak. Hal tersebut menyebabkan
penyaringan air dan sisa metabolisme oleh kelenjar keringat meningkat. Meningkatnya aktivitas
kelelnjar keringat dari kulit dengan cara penguapan.penguapan pada permukaan kulit akan
menurunkan suhu sehingga akan mengurangi rasa panas pada tubuh.

Fungsi kulit
 Fungsi Penyerapan
Kulit tudak bisa menyerap air, melainkan menyerap sejenis material seperti vitamin A, D, E,
dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Kulit memungkin penyerapan
terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air yang memungkinkan kulit sebagai alat respirasi
(pernafasan). Kemampuan penyerapan kulit ini dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
 Berfungsi memberikan perlindungan
Fungsi kulit manusia yang membungkus tubuh ini akan melindungi tubuh dari sentuhan
langsung dengan bagian luar. Pada saat menyentuh sesuatu, kulit melindungi organ kita dengan
terhadap gesekan atau tekanan berlebih. Selain itu menjaga tubuh dari bahaya sinar ultra violet,
mikro organisme seperti jamur dan virus atau polisi kimia secara langsung. Fungsi proteksi kulit
ini bekerja jika pH (tingkat keasamaan) alami kulit selalu terjaga dengan berbagai tips menjaga
kesehatan kulit.
 Berfungsi sebagai alat ekskresi
Keringat merupakan hasil ekskresi kulit yang mampu mengatur suhu pada tubuh seseorang.
Zat-zat yang tidak berguna seperti asam urat, ammonia, urea dan zat racun lain yang zat sisa
tubuh tersebut dikeluarkan oleh kulit yang disebut dengan keringat.
 Berfungsi Mengatur tubuh
Saat cuaca atau dingin atau panas, pembuluh darah pada kulit melakukan penyempitan atau
melebarkan pori-porinya. Saat cuaca panas, pori-pori kulit akan membesar seiring dengan
dikeluarkannya keringat dan suhu panas tubuh yang mencegahkulit kering. Kemudian sebaliknya
jika cuaca dingin, pori-pori akan merapat untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat.
 Fungsi persepsi rangsangan
Ujung-ujung syaraf sensorik pada lapisan kulit, seperti terhadap rangsangan keadaan dingin
yang dilakukan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak
di papila dermis yang berperan terhadap respon rabaan. Saraf sensor yang ditangkap inilah yang
kemudian diteruskan ke otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa kliren renal dipengaruhi oleh kecepatan filtrasi
glomerulus, sekresi tubular dan kecepatan reabsorpsi tubular. Semakin besar kecepatan filtrasi
glomerulus dan sekresi tubular maka ekskresi obat akan meningkat, namun semakin besar
reabsorpsi tubular menurunkan ekskresi suatu obat. Selain ketiga faktor tersebut, ekskresi
dipengaruhi oleh aliran darah di ginjal, ikatan dalam darah, pH urin dan aliran urin.
Amfetamin suatu basa lemah akan mengalami reabsorpsi apabila pH urin dibuat basa karena
terbentuk senyawa yang tidak terionisasi yang cenderung larut dalam lemak. Sebaliknya,
pengasaman urin akan menyebabkan amfetamin menjadi terionisasi (bentuk garam). Bentuk
garam lebih mudah larut dalam air dan sedikit direabsorpsi dan mempunyai kecenderungan
diekskresi dalam urin lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai