Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dari berbagai negara yang tergolong maju, setidaknya ada dua pelajaran penting
yang harus menjadi pelajaran bagi bagi bangsa indonesia , yaitu menciptakan pemerintahan
yangbaik dan bersih (clean and good governance). Semua peraturan yang baik yang di buat
akan dapat diterapkan apabila pemerintah mampu memberikan contoh terhadap aturan
aturan tersebut.

Sekarang ini banyak kita lihat pemerintah mengaku bersih namun tetap melakukan
penyelewengan terhadap mayarakat. Tujuan dari adanya pemerintah adalah mampu
menyelarakan antara kepentingan dan keinginan dari masyarakat. Pemerintah yang
mendominasi kehidupan masyarakat seharusnya tidak memanfaatkan kepentingan tersebut
dengan melakukan penyelewengan. Korupsi, kolusi dan nepotisme seharusnya sudah bisa
dihilangkan agar terciptanya good governance.

Masalah masalah kenegaraan semakin lama semakin membesar, bukan hanya masalah
ekonomi saja, namun masalah lain seperti politik, sosial dan budaya juga ikut menambah
kehidupan pemerintah. Hal tersebut terjadi karena pemerintah belum mengetahui
bagaimana dan dengan apa cara menjalankan good governance.

Ini pun ditambah dengan citra pemerintahan yang buruk ditandai dengan saratnya
tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) telah melahirkan sebuah fase sejarah politik
bangsa Indonesia. Negara Indonesia akan menjadi maju apabila antara masyarakat dan
pemerintah mampu bekerja sama dalam memajukan negaranya. Masyarakat dan
pemerintah harus sama sama mengetahui apa itu good governance dan bagaimana
menjalankan nya. Untuk itu makalah ini dibuat untuk mengetahui good governance.

B. Tujuan

1
- Memahami pengertian good governance
- Memahami pentingnya prinsip-prinsip good governance dalam tata kelola
pemerintahan yang akuntabel.
- Memahami keterkaitan good and clean governance dengan gerakan anti korupsi
- Memahami kebijakan pemerintah terkait dengan paradigma good and clean
governance

C. Rumusan masalah

1. Apa itu good governance ?


2. Apa prinsip dan pilar good governance ?
3. Bagaimana langkah langkah perwujudan good governance ?
4. Apa peranan good and clean governance dalam gerakan anti korupsi ?
5. Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dalam kinerja birokrasi pelayanan
publik ?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi ?
7. Apa fungsi good governance dalam kerangka otonomi daerah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance


Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu
politik. Hal tersebut terjadi karena citra pemerintahan yang buruk ditandai dengan
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah melahirkan fase sejarah politik bangsa
Indonesia dengan semangat reformasi. Ia muncul pada pada awal 1990 an. secara
umum istilah clean and good governance memiliki pengertian akan segala hal yang
berkaitan dengan tindakan atau atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan atau memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai nilai tersebut
dalam kehidupan sehari hari . Dalam hal ini, pengertian good governance bukan hanya
ditujukan untuk pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik
pemerntahan maupun non pemerintahan (lembaga swadaya masyarakat) dengan istilah
good corporate. Bahkan prinsip-prinsip good governance dapat pula diterapkan dalam
pengelolan lembaga sosial dan kemasyarakatan dari yang paling ederhana hingga yang
berkala besar,
Di Indonesia, good governance di maknai dengan pemerintahan yang baik, bersih
dan berwibawa. Pemerintah yang baik adalah sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh
masyarakat yang diatur oleh berbagai tingkat pemerintah Negara yang berkaiatan
dengan sumber sumber sosial, budaya, politik serta ekonomi. Dalam praktiknya
pemerintahan yang baik dan berih adalah pemerintahan yang efektif, efisien, jujur,
transparan dan bertanggung jawab.

Istilah good governance pertama kali dipopulerkan oleh lembaga dana


internasional seperti World Bank, UNDP, dan IMF dalam rangka menjaga dan menjamin
kelangsungan dana bantuan yang diberikan kepada Negara sasaran bantuan. Pada
3
dasarnya, badan badan internasional ini berpandangan bahwa setiap ini berpandangan
bahwa setiap bantuan internasional untuk pembangunan di Negara dunia, terutama
Negara berkembang sulit berhasil tanpa adanya good governance di Negara tersebut.
Karena itu good governance kemudian menjadi isu sentral dalam hubungan lembaga
lembaga multilateral tersebut dengan negara sasaran.
Wacana good governance mendapatkan relevansinya di Indonesia dalam
pandangan Masyarakat Tranparansi Indonesia dengan 3 sebab utama :
1. Krisis ekonomi dan politik yang masih terus menerus dan belum ada tanda tanda
akan segera berakhir.
2. Masih banyaknya korupsi dan berbagai bentuk penyimpangan dalam
penyelenggaran Negara.
3. Kebijakan otonomi daerah yang merupakan harapan besar bagi proses
demokratisasi dan sekaligus kekhawatiran akan kegagalan program tersebut.

Alasan lain adalah masih belum optimalnya pelayanan birokrasi pemerintahan


dan juga sektor swasta dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik.

Pengertian good governance menurut para ahli :

1. MM. Billah
Istilah good governance menunjuk pada arti asli kata governing yang berarti
mengarahkan atau mengendalikan masalah publik dalam sutu negeri. Karena itu
dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai
nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah
publik untuk mewujudkan nilai nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
2. Taylor
Good governance adalah pemerintahan demokratis seperti yang dipraktikan dalam
Negara demokrasi maju di eropa barat dan Amerika misalnya. Demokrasi sebagai
suatu sistem pemerintahan yang baik karena paling merefleksikan sifat sifat good
governance yang secara normative dituntut kehadirannya bagi suksesnya suatu
bantuan badan badan dunia.

4
3. Mas ahmad santosa
Pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah masalah
bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut bisa dikatakan baik (good atau sound )
jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsive terhadap kebutuhan rakyat
dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan.
Sesuai dengan pengertian di atas, maka pemerintahan yang baik itu adalah
pemerintahan yang baik dalam ukuran proses maupun hasil hasilnya. Semua unsur
dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan,
memperoleh dukungan dari rakyat dan lepas dari gerakan gerakan anarkis yang bisa
menghambat prosesnya daan lajunya pembangunan. Pemerintah juga dapat di
katakana baik jika pembangunan itu dapat dilakukan dengan biaya yang sangat
minimal menuju cita kesejahteraan dan kemakmuran.
Faktor lain yang tak kalah penting, suatu pemerintahan dapat dikatakan baik jika
produktivitas bersinergi dengan peningkatan indikator kemampuan ekonomi rakyat,
baik dalam apek produktivitas, daya beli maupun keejahteraan spiritualitasnya.
Untuk mencapai kondisi sosial ekonomi di atas, proses pembentukan pemerintahan
yang berlangsung secara demokratis mutlak dilakukan. Sebagai sebuah paradigma
pengelolaan lembaga Negara, good and clean governance dapat terwujud secara
maksimal jika di topang oleh dua unsur yang saling terkait. Negara dan masyarakat
madani yang didalamnya terdapat sektor swasta. Sektor swasta sebagai pengelola
sumber daya Negara dan birokrasi pemerintah pun harus memberikan konstribusi
dalam usaha pengelolan sumber daya tersebut. Penerapan cita good governance
pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan organisasi kemasyarajatan sebagai
kekuatan penyeimbang Negara.

B. Prinsip prinsip good governance


Untuk merealisasikan pemerintah yang professional dan akuntabel yang
berpegang pada prinsip prinip good governance, lembaga administrasi Negara (LAN )

5
Merumuskan Sembilan aspek fundamental (azas) dalam good governance yang haru
diperhatikan yaitu :
1. Partisipasi (partisipation)
2. Penegakan hokum (rule of law)
3. Transparansi
4. Responsif
5. Orientasi kesepakatan
6. Keadilan
7. Efektivitas
8. Akuntabilitas
9. Visi strategis

1. PARTISIPASI (PARTISIPATION )
Semua warga masyarakat berhak terlibat dalam pengambilan keputusan hak,
baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh mengungkapkan pendapat serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik lansung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah
yang mewakili kepentingan mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan prinsip demonkrasi yakni kebebasan berkumpul dan
mengeluarkan pendapat. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh
aspek pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya selain
kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisasi.

2. PENEGAKAN HUKUM (RULE OF LAW)


Asas penegakan hokum adalah pengelolaan pemerintahan yang professional
hatus didukung oleh penegakan hokum yang berwibawa. Tanpa ditopang oleh

6
sebuah aturan hokum dan penegakannya secara konsekwen, partisipasi publik dapat
berubah menjadi tindakan publik yang anarkis. Ditambahkan pula bahwa pelaksana
kenegaraan dan pemerintahan juga harus ditata oleh sebuah system dan aturan
hukum yang kuat.

Proses mewujudkan cita good governance harus diimbangi dengan


komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter antara lain :

a. Supermasi hukum yakni setiap tindakan unsure-unsur kekuaaaan Negara


dan peluang partisipai mayarakat dijamin pelaksanaanya secara benar
dan independen.
b. Kepastian hukum yakni setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur
oleh hukum yang jelas dan pasti.
c. Hukum yang responsif yakni aturan aturan hukum disusun berdasarkan
aspirai mayarakat luas.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif yakni penegakan
hukum berlaku untk semua orang tanpa pandang bulu.
e. Independensi peradilan yakni peradilan yang independen bebas dari
pengaruh penguasa.
3. TRANSPARANSI
Prinsip transparansi ini menurut para ahli Indonesia terjerumus kedalam
lingkaran korupsi yang parah, untuk tidak mengulangi pengalaman masa lalu
dibidang ekonomi pemerintah disemua tingkatan harus menerapkan prinsip
transparansi dalam kebijakan publik.
Dalam pengelolaan Negara terdapat 8 unsur yang harus dilakukan secara
transparan yaitu :
a. Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
b. Kekayaan pejabat publik
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan

7
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aturan pelayanan publik
g. Keamanan dan ketertiban
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
4. RESPONSIF
Yakni pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap persoalan masyarakat.
Gafar menegaskan bahwa pemerintah harus memehai kebutuhan
masyarakatnya, mereka harus proaktif mempelajari dan menganalisis kebutuhan
mayarakat. Sesiai dengan asas responsif, setiap unsure pemeritah harus memilki
2 etika, yakni etika etika indifidual dan sosial. Etika indifidual menuntut
pemerintah memiliki criteria kapabilitas dan loyalitas professional. Sedangka etik
sosial menuntut mereka agar memilki sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan
publik.
5. KONSENSUS
Bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui
konsensus. Cara pengambilan keputusan consensus dapat memuaskan semua
pihak atau sebagian besar, cara ini memiliki kekuatan yang memaksa terhadap
semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
6. KESETARAAN ( EQUITY)
Adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas kesetaraan ini
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan berprilaku
adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku,
jenis kelamin dan kelas sosial.
7. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI
Untuk menunjang asas diatas pemerintah yang baik dan bersih juga harus
memenuhi criteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil guna.
kriteria efektifitas biasanya diukur dengan parameter pruduk yang dapat
menjangkau sebesar besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok.

8
Sedangkan asas efisiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarkat.
8. AKUNTABILTAS
Asas akuntabiltas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Secara teoritik akuntabilitas menyangkut 2 dimensi yakni vertika dan
horizontal. Akuntabiltas vertical menyangkut hubungan antara pemegang
kekuasaan dengan rakyatnya sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggung jawaban pemegang jabatan politik pada lembaga yang setara.
9. VISI STRATEGIS
Adalah pandangan pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Kebijakan apapun yang diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya
pada 10 atau 20 tahun yang akan datang.

C. LANGKAH-LANGKAH PERWUJUDAN GOOD GOVERNANCE


1. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan
Lembaga perwakilan rakyat, yakni DPR, DPD, dan DPRD harus mampu menyerap dan
mengartikulasikan berbagai aspirasi masyrakat, serta mendelegasikannya pada
eksekutif untukmernacang program operasional sesuai rumusan yang ditetapkan
lembaga perwakilan tersebut, kemudian terus melakukan fungsi kontrolnya
terhadap lembaga eksekutif , seluruh gagasan dan aspirasi yang dikehendaki
masyarakat melalu para wakilnya itu dapa dilaksanakan dengan baik.
2. Kemandirian Lembaga Peradilan
Intervensi eksekutif terhadap irikative masih sangat kuat sehingga peradilan tidak
mampu menjadi pilar terdepan dalam menegakkan asas rule of law. Era reformasi
sebagai era pembaharuan masih belum memberikan angin segar bagi

9
indepenndensi lembaga peradilan karena pembaharuan independennsi saat ini
belum jelas.
Sementara konsep peradilan yang bersih dan profesional belum jelas dan baru
menjadi wacana dikalangan akademisi serta praktisi hukum yang peduli terhadap
judicial independence.
3. Aparatur pemerintah yang professional dan penuh integritas.
Birokrasi di Indonesia tidak hanya dikenal buruk dalam memberikan pelayanan
publik, tapi juga telah memberi peluang berkembangnya praktek KKN. Dengan
demikian pembaharuan konsep dan mekanisme kerja birokrasi merupakan sebuah
keharusan dalam proses menuju cita good governance. Jajaran birokrasi harus diisi
oleh mereka yang memilki kemampuan profesionalitas baik, memiliki integritas,
berjiwa demokratis dan memiliki akuntabilitas yang kuat sehingga memperoleh
legitimasi dari rakyat. Karna itu paradigma pengembangan birokrasi kedepan harus
diubah menjadi birokrasi populis, yakni jajaran birokrasi yang peka terhadap
berbagai aspirasi dan kepentingan trakyat serta memiliki integritas untuk
memberikan pelayanan kepada rakyatnya dengan pelayanan prima.
4. Masyarakat madani yang kuat dan partisipasif
Peran aktif masyarakat dalam proses kebijakan publik pada dasarnya dijamin oleh
prinsip HAM. Masyarakat mempunyai hak atas informasi hak untuk menyampaikan
usulan dan hak untuk melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
5. Penguatan upaya otonomi daerah
Untuk merealisasikan prinsip clean and good governance kebijakan otonomi daerah
dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan modal pemerintahan yang
menopang tumbuhnya cultur demokrasi di Indonesia. Lahirnya UU No. 32 Tahun
2004 tentang pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan
masyarakat dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka menjaga
keutuhan NKRI.

10
D. GOOD AND CLEAN GOVERNANCE DAN GERAKAN ANTI KORUPSI
Korupsi merupakan permasalahan besar yang merusak keberhasilan
pembangunan nasional. Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna meraih keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum
dan Negara secara spesififik.
Untuk mengetahui parahnya praktek korupsi di Indonesia, hasil survei political
and economic risk consultance (PERC). Dapat dijadikan referensi awal. Enurut PERC
untuk kurun tahun 1998 – 2005 indonesia berada pada posisi buruk dalam hal korupsi,
dan sistem nasional tidak mampu menangani masalah ini.

GERAKAN ANTI KORUPSI

Pada hakikatnya korupsi tidak dapt ditangkal hanya dengan 1 cara.


Penanggulangan korupsi harus dilakukan dengan pndekatan komprehensif, sistematis
dan terus menerus. Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakuka antara laindengan
:

1. Adanya political will dan political action dari pejabat Negara dan pimpinan
lembaga pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melkukan
langkah proaktif pencegahan dan pemberantasan prilaku dan tindak pidana
korupsi.
2. Penegakan hukum secara tegas dan berat
Contohnya proses eksekusi mati koruptor di cina .
3. Membangun lembaga lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi,
contoh nya KPK dapat berperan banyak dalam mencari dan membongkar
praktik praktik korupsi.
4. Membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin
terlaksananya praktik good and clean governance, baik d sektor pemerintah,
swasta, atau organisasi masyarakat.
5. Memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
non formal

11
6. Gerakan agama anti korupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran
keagamaan dan mengembangkan spiritualitas anti korupsi.

E. TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN KINERJA BIROKRASI PELAYANAN


PUBLIK.

Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah,
pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyrakat dengan
atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyrakat. Jadi,
bukan hanya pemerintah saja yang haru memberikan pelayanan publik, namun pihak
pihak swasta dapat berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyrakat.
Pelayanan publik dari pemerintah memiliki motif sosial dan politik yang bertujuan
menjalan kan tugas dan memperoleh dukungan suara dari masyarakat. Sedangkan
dalam pihak swasta hanya memiliki motif ekonomi, yaitu mencari keuntungan.

Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara gratis, namun sebenarnya
merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh mayarakat itu sendiri,
sedangkan masyarakat harus membayar pelayanan publik yang didapat disesuaikan
dengan tarif pada harga pasar ataupun pada harga yang terjangkau oleh masyarakat.
Dalam hal ini rasionalitas dan transparasi biaya pelayanan publik harus dijalankan oleh
aparat pelayanan publik, demi tercapainya prinsip prinip clean and good governance.
Alasan alasan mengapa pelayanan publik menjadi pertimbangan dalam memulai
pengembangan dan penerapan clean and good governance di Indonesia yaitu :
a. Pelayanan publik menjadi area untuk pemerintah berinteraki dengan lembaga non
pemerintah
b. Pelayanan publik adalah wilayah dimana berbagai aspek good and clean bisa
diartikulasikan secara mudah
c. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsure governance, yaitu
pemerintah, masyarakat dan mekanime pasar.

12
Dengan demikian, pelayanan publik menjadi titik pangkal efektifnya kinerja
birokrasi.

Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan


tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dengan memperhtungkan elemen
elemen Indikator sebgai berikut :
1. Indikator manuia (inputs), adalah segala esuatu yang dibutuhkan agar birokrasi
mampu menghailkan produknya, baik barang atau jasa yang meliputi sumber
daya manusia, informai, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator proses (process), yaitu sesuatu yang berkaiatan dengan proses
pekerjaan dimana adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
3. Indikator pruduksi (output), yaitu sesuatu yang di harapkan lanung dicapai dari
suatu kegiatan fisik maupun non fisik.
4. Indikator hasil (out comes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya produk kegiatan pada jangka menengah.
5. Indikator manfaat (benefit)
6. Indikator dampak (impact), pengaruh yang ditimbulakan , baik positif maupun
negative pada setiap tingkatan Indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
F. Faktor faktor yang memengaruhi kinerja birokasi
 Manajemen organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan
birokrasi
 Budaya kerja
 Organisasi pada birokrasi
 Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi
 Koordinasi kerja pada birokrasi
Kinerja birokrasi pada masa depan dipengaruhi faktor faktor berikut ini :
a. struktur birokrasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan
fungsi yang menjalankan aktivitas birokrasi.

13
b. Kebijakan pengelolan berupa visi, misi, sasaran, tujuandalam
perencanaan strategis pada birokrasi
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan
kapasitas diri untuk bekerja dan berkarya secara optimal
d. Sistem informasi manjemen, yang berhubungan dengn pengelolan data base
dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.
e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan
teknologi bagi penyelenggaraan birokrai pada etiap aktivitas birokrasi.

G. Good governance dalam kerangka otonomi daerah


Berbagai literature tentang desentralisasi sebagaimana dikemukakan oleh Walter O.
Oyugi memberikan penekanan bahwa desentralisasi merupakan prasyarat bagi
terciptanya bagi good governance. Dasar asumsinya adalah bahwa good governance
menyangkut situasi di mana terdapat pembagian kekuasaan (power sharing) antara pusat
dan daerah dalam proses pengambilan keputusan. Pemerintah local sebagai salah satu
bentuk desentraliasi memberikan kontribusi bagi local self government. Alasan lainnya
adalah bahwa pemerintahan local akan memelihara berbagai penerimaan masyarakat
terhadap demokrasi.
Perubahan paradigma penyelenggaran pemerintah daerah, dari sentralisasi ke
desentralisasi, dari terpusatnya kekuasan pada pemerintah dan pemerintahan daerah
(eksekutif) ke power sharing antara eksekutif dan legislative daerah, harus ditindak
lanjuti dengan perubahan manajemen pemerintah daerah. dari sisi manajemen pemerintah
daerah harus terjadi perubahan nilai yang semula menganut proses manajemen yang
berorientasi kepada kepentingan internal organisasi pemerintah ke kepentingan internal
organisasi pemerintah ke kepentingan eksternal disertai dengan peningkatan pelayanan
dan pendelegasian sebagian tugas pelayanan pemerintah ke masyarakat.

Dalam rangka membangun good governance di daerah prinsip prinsip fundamental yamg
menopang tegaknya good governance harus diperhatikan dan diwujudkan tanpa
terkecuali. Penyelenggaraan otonomi daerah pada dasarnya akan betul betul terealisasi
dengan baik apabila dilaksanakan dengan memakai prinsip prinsip good governance.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Good governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam
mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut dapat
dikatakan baik jka dilakukan dengan efektif dan efisien terhadap kebutuhan rakyat,
dalam suasana demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak
hanya terbatas dilakukan di kalangan birokras pemerintahan, tetapi juga di sector wisata
dan lembaga non pemerintah.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sesuai dengan cita good
governance, seluruh mekanisme pengelolaan Negara yang harus dilakukan secara
transparan yaitu, pemetapan posisi, jabatan dan kedudukan, kekayaan pejabat public,
pemberian penghargaan, penetapan kebijakan, moralitas para pejabat dan aparatur
pelayanan publik, kebijakan strategis untuk penceraha kehidupan masyarakat. Kontrol
masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik dan efektif (good
government) dan bersih (clean government), bebas dari KKN.

15
Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Masyarakat


Madani. Jakarta: Prenada Media.

Azra, Azyumardi. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Ketiga


Demokrasi. Jakarta: Prenada Media.

Bakarudin Rosyidi, Syaiful, Roza Liesmana, Tengku Rika Valentina.


2006. Good Governance and Clean Government. Padang :
Laboratorium Ilmu Politik Universitas Andalas.

16

Anda mungkin juga menyukai