Anda di halaman 1dari 12

Fase fase Perkembangan Manusia

By Muhammad Baitul Alim + December 22nd, 2009

Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan
pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam
pengertian periode atau fase perkembangan.

Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai
berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa pertengahan dan akhir
anak anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir
dewasa.

Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum
kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
pada setiap periode tahap tahap perkembangan manusia:

Periode prakelahiran (prenatal period) ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode
ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi
organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira
dalam periode 9 bulan.

Masa bayi (infacy) ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18
atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak
kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis,
koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.

Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari
masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode
prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri
mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,
mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman
teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri
masa awal anak anak.

Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode
perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira
setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun
sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan
berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan
kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri
mulai meningkat.

Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang
dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir
usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan
tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan
karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang
secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula
pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini
adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti
membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai
serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.

Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia
enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa
penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya,
pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.

Tahap Perkembangan Manusia


Posted on January 26, 2010 by the corner

2.1 Pengertian Perkembangan Manusia

Dalam buku “Human Development”, definisi perkembangan manusia adalah proses


perubahan dan kemantapan/kematangan yang dilalui sepanjang rentang kehidupan seseorang.
Tujuan ilmu perkembangan ini agar manusia lebih mengerti tentang dirinya.(Papalia et al,
2007)

Perubahan dan kemantapan mencakup pada perkembangan fisik yang meliputi pertumbuhan
tubuh dan otak, sensori, ketrampilan, kesehatan. Perkembangan kognitif yang meliputi
belajar, perhatian, memori, bahasa, berfikir, berargumen dan kreativitas. Perkembangan
psikososial yang meliputi emosi, kepribadian dan hubungan sosial. Tapi tidak ada definisi
yang baku dalam tahapan perkembangan ini, tergantung pada konstruk sosial yang dianut di
masing-masing negara atau budaya. (Papalia et al, 2007)

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia

Perkembangan itu komplek, setiap individu dalam tahapan perkembangan yang sama
menunjukkan perbedaan, seperti ukuran tubuh, keadaan emosi, intelegensi, dan sebagainya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut Papalia et al (2007) dalam buku
“Human Development” adalah:
a. Keturunan (nature), yaitu sifat bawaan dari orang tua biologis, misalnya kecerdasan dan
watak.

b. Lingkungan (nurture), yaitu tempat dan kondisi sosial di mana individu tumbuh dan
berkembang.

c. Kematangan, kesiapan individu untuk menguasai ketrampilan baru, misalnya kematangan


otak dan tubuh pada fase anak-anak awal, sehinggga mempunyai kemampuan untuk berjalan
dan berbicara. Karakteristik diri dan pengalaman sangat berperan dalam beradaptasi dengan
lingkungan internal dan eksternal.

d. Keluarga (cara mendidik, perhatian dan memperlakukan anak)

e. Status sosial dan ekonomi (penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan, kemiskinan)

f. Budaya (adat, tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, perilaku modeling dari orang tua)

g. Ras/suku (leluhur, bangsa, agama, bahasa, yang membentuk identitas diri)

(Papalia, et al, 2007)

1.3 Pengaruh Normatif dan Non-normatif

Untuk mengerti kesamaan dan perbedaan di masa perkembangan, kita harus melihat apakah
tahap perkembangan tersebut dialami oleh sebagian besar individu atau hanya individu
tertentu.

Pengaruh normatif adalah pengalaman yang dialami oleh hampir semua individu sepanjang
rentang kehidupannya. Jadi mereka mengalami pengalaman yang sama sesuai dengan tahap
perkembangannya. Pengalaman normatif seperti kematangan seksual yaitu pubertas dan
menopause, peran sosial yaitu dalam pendidikan, menikah, menjadi orang tua dan pensiun.
(Papalia et al, 2007)

Pengaruh non-normatif adalah peristiwa yang tidak biasa yang dialami individu yang
berdampak dalam kehidupan individu. Suatu peristiwa yang terjadi pada suatu waktu di
rentang kehidupan. Peristiwa non-normatif seperti menikah di usia remaja, meninggal
sewaktu kecil, mengalami kecelakaan pesawat, memenangkan lotre.(Papalia et al, 2007)

1.4 Risk Factors dan Protective Factors

Dalam rentang kehidupan manusia terdapat hal-hal yang dapat mendukung atau malah
sebaiknya menggangu proses perkembangan sesuai dengan tahapannya. Hal ini yang disebut
risk factors dan protective factors. Risk factors adalah kondisi-kondisi yang meningkatkan
kemungkinan perkembangan yang negatif, misalnya kurangnya akses jaminan kesehatan,
keluarga yang berantakan, dan tekanan dari orang lain serta kemiskinan. (Papalia et al, 2007).
Protective factors adalah segala sesuatu yang melindungi atau mengurangi kemungkinan
gangguan perkembangan, misalnya dukungan keluarga dan sosial, strategi koping.
(www.about.com)

1.5 Tahap-Tahap Perkembangan Manusia


Dalam buku “Human Development” karangan Papalia et al (2007) disebutkan tahapan-
tahapan perkembangan manusia yaitu:

1. Masa prenatal
2. Masa bayi & toddler ( lahir-3 tahun)
3. Anak-anak awal (3-6 tahun)
4. Anak-anak pertengahan (6-11 tahun)
5. Remaja /adolescence (11-20 tahun)
6. Young adulthood (20-40 tahun)
7. Middle adulthood (40-65 tahun)
8. Late adulthood (65 tahun ke atas)

1.6 Tugas-Tugas Perkembangan Manusia

Tahapan perkembangan manusia mempunyai 3 dimensi tahapan perkembangan, yaitu


perkembangan fisik, perkembangan kognisi dan perkembangan psikososial. Perkembangan
fisik terdiri dari pertumbuhan fisik dan otak, kapasitas sensori, ketrampilan motorik dan
perkembangan kesehatan. Sedangkan untuk perkembangan kognisi adalah berupa perubahan
dalam kemampuan mental, contohya pembelajaran, perhatian, memori, bahasa, pemikiran,
penalaran dan kreatifitas. Untuk perkembangan psikososial perubahan dalam emosi,
kepribadian, dan hubunga sosial.

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan tugas perkembangan sesuai rentang waktu
pengalaman yang masih diingat oleh subyek. Ada lima tahapan perkembangan yang dilalui
dan masih diingat oleh subyek, yaitu masa toddler, masa anak awal, masa anak petengahan,
masa remaja dan masa dewasa awal.

1.6.1 Bayi dan Toodler

Pada tahapan ini dialami seorang individu dimulai pada saat bayi sampai mencapai umur 3
tahun. Perkembangan fisik meliputi beroperasinya semua sistem rasa dan tubuh dengan
tingkatan yang bervariasi, perkembangan otak yang kompleks dan tingginya pengaruh
lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan fisik (ketrampilan) berlangsung dengan cepat.
Perkembangan kognitif meliputi kemampuan untuk belajar dan mengingat peristiwa yang
saat ini terjadi, pengunaan simbol dan kemampuan untuk memecahkan masalah diakhir tahun
ke-2, dan berkembangnya pemahaman dan bahasa dengan cepat. Perkembangan psikososial
meliputi terbentuk hubungan kelekatan dengan orang tua, caregiver dan orang lain dengan
kuat, berkembangnya sistem kewaspadaan diri, adanya perubahan dari ketergantungan
menjadi mandiri. Meningkatkan ketertarikan dengan anak-anak yang lain yang seumuran.

(Papalia et al, 2007)

1.6.2 Anak-Anak Awal (Early Childhood)

Rentang umur dalam tahap ini adalah 3-6 tahun. Perkembangan fisik meliputi mengalami
pertumbuhan fisik yang stabil, penampilan fisik menjadi lebih ramping dan proporsional
seperti orang dewasa, biasanya terjadi berkurangnya nafsu makan dan kurang tidur,
meningkatnya ketrampilan dan kekuatan gerakan. Perkembangan kognitif meliputi
pemahaman mengenai perspektif orang lain berkembang, ketidakmatangan kognitif karena
memiliki beberapa ide yang tidak logis mengenai dunia, berkembangnya memori dan bahasa,
kecerdasan dapat diprediksi, mempunyai pengalaman belajar di preschool dan kindergarten.
Perkembangan psikososial meliputi konsep diri dan pemahaman emosi menjadi lebih
kompleks, meningkatnya kemandirian, inisiatif, dan kontrol diri, berkembangnya identitas
gender, permainan menjadi lebih imajinatif, elaboratif dan melibatkan orang lain (sosial),
berkembangnya sifat menolong, agresif dan ketakutan. (Papalia et al, 2007)

1.6.3 Anak-Anak Pertengahan (Middle Childhood)

Tahapan ini dialami individu dimulai dari umur 6 sampai 11 tahun. Perkembangan fisik
meliputi pertumbuhan fisik lambat, meningkatnya kekuatan dan ketrampilan atletis,
mengalami masalah pada sistem pernafasan,tetapi umumnya kesehatan lebih baik di rentang
kehidupan. Perkembangan kognitif meliputi menurunnya egosentris, anak mulai berfikir
secara logis, tapi nyata, menigkatkan kemampuan memori dan bahasa, memasuki sekolah
dasar, karena secara kognitif mengizinkan. Perkembangan psikososial meliputi konsep diri
lebih konpleks, yang mempengaruhi sistem perhargaan dirinya, kontrol yang berubah dari
orang tua ke anak (agak kurang diperhatikan kebutuhannya), pentingnya hubungan dengan
teman sebaya. (Papalia et al, 2007)

1.6.4 Remaja (Adolescence)

Tahapan perkembangan ini dimulai sejak individu berumur 11 tahun sampai 20 tahun.
Perkembangan fisik meliputi perubahan fisik dengan cepat, terjadinya kematangan alat
reproduksi, meningkatnya gangguan makan (eating disorder) dan pengunaan narkoba dan
obat-obatan terlarang dalam rangka pencapaian identitas diri. Perkembangan kognitif
meliputi kemampuan berfikir abstrak, dan berkembangnya pengunaan alasan yang ilmiah,
ketidakdewasaan berfikir dalam beberapa perilaku dan kebiasaan, pendidikan difokuskan
untuk persiapan ke pendidikan yang lebih tinggi dan universitas. Perkembangan psikososial
meliputi pencarian identitas termasuk identitas seksual, hubungan dengan orang tua baik,
pergaulan dengan teman sebaya berdampak positif atau negatif. (Papalia et al, 2007)

1.6.5 Dewasa Awal (Young Adulthood)

Dewasa awal ini merupakan masa transisi masa remaja menuju dewasa. Masa ini disebut
dengan “masa muda” (Kenniston dalam Santrock, 1995). Transisi ini ditunjukan dengan
kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan ( karir, nilai-nilai, keluarga,
hubungan, dan gaya hidup) dan merupakan transisi dari sekolah menengah menuju
universitas. Tahapan perkembangan ini dimulai ketika individu berumur 20 tahun sampai 40
tahun (Papalia et al, 2007).

1.6.5.1 Perkembangan Fisik

Di masa ini, pemuda berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan, serta di
puncak fungsi sensoris dan motoris, semua fungsi tubuh berkembang sempurna, ketajaman
visual, intensitas rasa, bau, sensitif terhadap rasa sakit dan temperatur. Dan akan mengalami
penurunan pada usia 45 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu genetik,
perilaku (apa yang dimakan (nutrisi), pola tidur, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol dan obat-obatan terlarang). Faktor yang tidak langsung seperti kondisi sosial-
ekonomi, ras, gender dan hubungan dengan orang lain. Hal-hal ini memberi kontribusi besar
pada kesejahreaan pada saat ini dan mendatang. Hubungan perilaku dan kesehatan
mengambarkan hubungan antara aspek fisik, kognitif dan emosional. (Santrock, 1995)
1.6.5.2 Perkembangan Kognitif

Pikiran sehat menyatakan cara berfikir pemuda berbeda dengan anak-anak dan remaja.
Pemuda melakukan beberapa percakapan yang berbeda, memahami materi yang lebih rumit,
mengunakan pengalaman untuk memecahkan masalah.

Piaget : Pemuda mengalami pergeseran ke pemikiran post-formal. Pemikiran pada masa


dewasa cenderung tampak fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistis. Tahap kognisi orang
dewasa ini sering kali disebut pemikiran post-formal yang bersifat relatif. Pemikiran post-
formal melihat bayangan abu-abu. Pemikiran tersebut sering kali muncul sebagai respon
terhadap peristiwa dan interaksi membuka cara pandang tidak biasa terhadap sesuatu dan
menantang pandanan sederhana terpolarisasi terhadap dunia. Pemikiran tersebut
memungkinkan orang dewasa melampaui sistem logika tunggal dan mendamaikan atau
memilih diantara beberapa ide yang saling berlawanan. (Papalia et al, 2007)

Schaie: Model Rentang Kehidupan Perkembangan Kognitif. Model schaie melihat


perkembangan penggunaan inteletual dalam konteks sosial. Tujuh tahapnya berkaitan dengan
tujuan yang muncul ke permukaan dalam berbagai tahap usia. Tujuan ini bergeser dari
penguasaan informasi dan keterampilan (apa yang harus saya ketahui) kepada intergrasi
praktis pengetahuan dan keterampilan (bagaimana menggunakan apa yang saya ketahui)
untuk mencari makna dan tujuan (mengapa saya harus tahu).(Papalia et al, 2007)

Perkembangan Moral

Dalam teori Kohlberg, masa dewasa, penilaian moral seringkali menjadi lebih kompleks.
Pengalaman mengarahkan orang dewasa untuk mengevaluasi kembali kriteria mereka tentang
benar dan salah. Sebagian orang secara spontan menyebut pengalaman personal sebagai
alasan jawaban mereka terhadap dilemma moral. Misalnya, orang-orang yang mengidap
kanker atau saudara yang memiliki penyakit tersebut, berkecenderungan lebih besar
memaafkan pria yang mencuri obat mahal demi istrinya yang sedang sakit sekarat, dan
menjelaskan pandangan ini dari pengalaman mereka sendiri (Papalia, 2007).

Pendidikan dan Pekerjaan

Bagi pemuda, keterbukaannya terhadap pendidikan atau lingkungan kerja baru menawarkan
peluang untuk mengasah kemampuannya, mempertanyakan asumsi yang sudah dipegang
sejak lama, dan mencoba cara baru memandang dunia.

Memasuki dunia kerja. Penyesuaian pertama adalah memilih bidang yang cocok dengan
bakat, minat dan faktor psikologis lainnya yang secara hakiki sulit dipungkiri agar kesehatan
mental dan fisiknya sebagai orang dewasa dapat terjaga. Penyesuaian kedua adalah pilihan
jurusan harus dilakukan dengan mantap. Seberapa jauh tingkat kemantapan pemilihan jurusan
bagi seseorang bergantung pada tiga faktor, yaitu pengalaman pekerjaan, daya tarik pribadi
terhadap perkerjaan, dan nilai yang terkandung pada pekerjaan yang dipilih.

Riset otak memberikan penjelasan bagaimana orang menghadapi pekerjaan yang kompleks.
Perkembangan yang sempurna pada lobus frontal pada masa dewasa awal telah
memungkinkan orang untuk melakukan pekerjaan dalam satu waktu. Magnetic resonance
imaging mengungkapkan bagian paling depan lobus frontal, fronto-polar prefrontal cortex
(FPPC) memiliki fungsi khusus dalam memecahkan masalah dan perencanaan.
Pendidikan dan literasi orang dewasa. Banyak orang dewasa ini yang berusaha meningkatkan
keterampilan kerja mereka. Literasi merupakan persyaratan fundamental untuk berpartisipasi
bukan hanya di tempat kerja tapi juga dalam segala segi masyarakat informasi modern. Orang
dewasa terpelajar adalah mereka yang dapat menggunakan informasi cetak dan tertulis untuk
berativitas dalam masyarakat, mencapai target mereka, dan mengembangkan pengetahuan
dan potensi mereka.

(Papalia et al, 2007)

1.6.5.3 Perkembangan Psikososial

Tahap perkembangan psikososial Erikson, masa dewasa awal ini berada pada tahap ke-6
yaitu “intimidasi vs isolasi”, Jika seorang dewasa awal tidak dapat membuat komitmen
personal yang dalam terhadap orang lain, maka mereka akan terisolasi dan terpaku pada
kegiatan dan pikiran sendiri (self absorb). Akan tetapi, mereka juga butuh kesendirian
sebagai upaya merefleksikan kehidupan meraka. Ketika mereka berusaha menyelesaikan
tuntutan saling berlawanan dari intimidasi, kompetisi dan jarak, mereka mengembangkan
pemahaman etis, yang dianggap Erikson sebagai tanda kedewasaan. (Papalia et al, 2007)

Pernikahan & Menjadi Orang Tua

Pernikahan dianggap cara terbaik menjamin keteraturan dalam membesarkan anak.


Pernikahan memungkinkan pembagian dalam hal konsumsi dan pekerjaan. Pernikahan
menawarkan intimasi, komitmen, persahabatan, kasih sayang, pemuasan seksual,
pendampingan dan peluang bagi pertumbuhan emosional, serta sumber identitas dan
kepercayaan diri. Kehadiran seorang anak merupakan kebahagiaan tersendiri dan
mengembangkan kecemasan dan tanggung jawab akan masa depan anaknya.(Papalia et al,
2007)

Edukasi

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Dwi Teguh Priyanto

simpel. . .

Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Manusia


OPINI | 15 November 2010 | 19:50 674 0 Nihil

Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang terjadi sampai mencapai kematangan
fisik yang bersifat kuantitatif yang dialami oleh individu yang satu dengan yang lain berbeda.
Sedangkan perkembangan adalah perubahan individu yang lebih ke arah rohaniah yang
menjadi unik untuk setiap individu, karena perkembangan individu berbeda, perkembangan
juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas yang hanya bisa diamati tanpa bisa diukur.

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun


demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya
mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan
sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus
mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adlah
faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut
hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya.

Fase dan Tugas Perkembangan

Fase perkembangan manusia:

1. Bayi

2. Anak-anak

3. Remaja

4. Dewasa

5. Lansia

Setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring
dengan kegiatan belajar. Tugas fase yang muncul dalam setiap perkembangan, merupakan
keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar terampil
melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal.
Selain itu, hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas perkembangan adalah:

● adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembanangan tertentu

● adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri, dan

● adanya tuntutan kultural masyarakat.

Setiap anak atau individu berkembang melalui tahap perkembangan. Setiap tahap, terutama
tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erickson dan Havigurst mempunyai tema
yang menggambarkan tugas utama dari masa itu. Setiap tahap juga memiliki tugas-tugas
perkembangan konkrit yang penting, yang harus dicapai si anak atau individu.

Dalam rangka memfungsikan tahap-tahap perubahan yang menyertai perkembangannya


manusia harus belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tententu umpamanya kebiasaan belajar
berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun. Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan
tententu pada saat atau masa perkembangan yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan
tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Prinsip Perkembangan

Secara spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai “kaidah atau patokan yang
menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Bisa pula dikatakan, prinsip
perkembangan adalah “patokan generalisasi mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa
perkembangandalam diri manusia”.

Pada pembahasan ini akan diterangkan prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991).
Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
oleh seorang anak, prinsip tersebut adalah :

a. Adanya perubahan.

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami
perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak,
kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.

b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.

Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap
kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal
cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat
4 bukti yang membenarkan pendapat ini.

1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembanga anak

2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang
hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak

3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah

4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak untuk
mengadakan perubahan bagi dirinya.

c. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu
terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari
warisan genetik individu.

d. Pola perkembangan dapat diramalkan

Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan


yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam
struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki.
Hukum yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh.
Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih
dahulu.

e. Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan


Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk
perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama
dari saatu tahap menuju tahap berikutnya.

f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan

Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang
dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan
lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang
melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap
orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan
yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak.

g. Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial

Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya
yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan
terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak
tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan
bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.

Faktor yang Memengaruhi Perkembangan

Faktor genetik

●Faktor keturunan

●Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan

●Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen

●Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara
positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

Faktor eksternal / lingkungan

● Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan

●Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya

Aliran Psikologi dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Aliran gestalt

Menurut para pengikut gestalt perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses
diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder;
bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan
fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul
oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertenu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang
kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus, atau
dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt;
baru kemudian menuyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang
baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dan sebagainya.

Teori Behaviorisme

Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu
bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca
maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf
A sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya
dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar
apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak bisa menjadi bisa
membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley &
Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):

●Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif
didalamnya

●Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang
logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya

●Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat
mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum

●Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.
Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif

Teori Kognitif

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:

1) Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil
tersebut.

2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar.

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan.

4) Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.


Teori konstruktivisme

Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :

a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-
jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar
suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar
sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang
baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa
akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.

b. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam
kerangka kognitifnya.

c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat
para sisiwa untuk mendukung model-model itu.

d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing


konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi
bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental
yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai