Laporan Praktikum Identifikasi Alkohol Dan Fenol
Laporan Praktikum Identifikasi Alkohol Dan Fenol
PERCOBAAN I
ALKOHOL DAN FENOL
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
memabukkan yang terdapat dalam anggur dan bir. Etanol adalah salah satu dari
keluarga senyawa organik yang disebut alkohol yang terdapat di alam. Alkohol alami
bunga mawar, sukrosa yaitu gula untuk memenuhi rasa manis; dan banyak lagi.
Gugus hidroksil terdapat dalam banyak molekul yang penting secara biologis. Empat
mendasar. Namun, ada tiga alkohol fenolik yang membentuk blok pembangun dasar
dari lignin, yaitu zat polimer rumit, yang bersama-sama dengan selulosa, membentuk
bagian berkayu pada pohon. Beberapa bahan alam fenolik yang harus dihindari ialah
urushiol, yaitu bahan alergen aktif dalam racun tumbuhan ivy dan oak (Hart, dkk.,
2003).
Alkohol dan fenol merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Namun demikian, salah satu jenis alkohol dan fenol juga merupakan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat fisika
dan kimia dari alkohol dan fenol serta membedakan antara alkohol primer, sekunder,
dan tersier.
1. Untuk mengetahui kelarutan metanol dan fenol dalam air dan n-heksana.
3. Untuk mengetahui beberapa reaksi alkohol dan fenol dengan Na 2CO3, NaHCO3
dan FeCl3.
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kepolaran alkohol dan fenol
dengan cara mencampurkan dengan air dan n-heksana, jika larut dalam air dan tidak
larut dalam n-heksana bersifat polar, jika tidak larut dalam air namun larut dalam n-
heksana bersifat nonpolar, dan jika larut di keduanya maka sifatnya semipolar.
1.3.2 Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier dengan cara Lukas
Prinsip dari percobaan ini adalah membedakan jenis alkohol primer, sekunder,
dan tersier serta fenol (sebangai pembanding) dengan menggunakan pereaksi lukas,
dengan mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaHCO3, jika bereaksi ia asam dan jika
Prinsip dari percobaan ini adalah membedakan senyawa alkohol dan fenol
dengan mereaksikannya dengan FeCl3, jika bereaksi dengan FeCl3 maka ia fenol dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang terikat pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH,
dimana R merupakan alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik. alkohol disini
tidak termasuk fenol (gugus hidroksil berikatan dengan cincin aromatik), enol (gugus
hidroksil berikatan dengan karbon vinilik) karena sifatnya kadang berbeda. Alkohol
dapat dianggap merupakan turunan dari air (H—O—H), di mana satu atom
Alkohol digolongkan ke dalam alkohol primer (1 o), sekunder (2o), atau tersier
(3o), bergantung apakah satu, dua, atau tiga gugus organik yang berhubungan dengan
Metil alkohol, yang tidak secara ketat disebut dalam penggolongan ini, biasanya
penggolongan pada karbokation. Akan kita lihat bagaimana sifat kimiawi alkohol
benzen atau cincin benzenoid. Induk senyawa kelompok ini, C6H5OH, disebut fenol,
merupakan bahan kimia industri yang penting. Banyak sifat fenol yang serupa
dengan alkohol, tapi kesamaan ini adalah sesuatu penyederhanaan yang berlebihan.
Seperti arylamines, fenol adalah senyawa difungsi; gugus hidroksil dan cincin
aromatik berinteraksi kuat, mempengaruhi reaktivitas masing-masing. Interaksi ini
menyebabkan beberapa sifat dan kegunaan baru dari fenol. Sebuah langkah penting
dalam sintesis aspirin, misalnya, tanpa paralel dalam reaksi baik alkohol atau
Seperti halnya air, alkohol dan fenol merupakan asam lemah. Gugus hidroksil
dapat bertindak sebagai pendonor proton, dan disosiasi terjadi mirip seperti pada air:
Basa konjugat suatu alkohol ialah ion alkoksida (contohnya, ion metoksida dari
metanol, ion etoksida dari etanol dan seterusnya) (Hart, dkk., 2003).
Metanol dan etanol memiliki keasaman yang hamper sama dengan air;
alkohol meruah seperti t-butil alkohol sedikit lebih lemah karena keruahannya
membuatnya sukar disolvasi, tidak seperti ion alkoksidanya (Hart, dkk., 2003).
Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada alkohol terutama karena ion
terkonsentrasi pada atom oksigen, tetapi muatan negatif pada ion fenoksida dapat
didelokalisasi pada posisi cincin orto dan para melalui resonansi (Hart, dkk., 2003).
Untuk membantu kita memahami mengapa fenol lebih asam dari alkohol,
mari kita bandingkan kesetimbangan ionisasi untuk fenol dan etanol. Secara khusus,
perhatikan perbedaan muatan delokalisasi dalam ion etoksida dan ion fenoksida.
Muatan negatif dalam ion etoksida terlokalisir pada oksigen dan distabilkan hanya
Muatan negatif dalam ion fenoksida dibagi oleh oksigen dan karbon yang orto
dan para untuk itu. Delokalisasi muatan negatif kuat menstabilkan ion
Alkoksida, yaitu basa konjugat dari alkohol, merupakan basa kuat seperti
halnya ion hidroksida. Alkoksida ialah senyawa ionik yang sering digunakan sebagai
basa kuat dalam kimia orgaik. Ion ini dapat dibuat melalui reaksi alkohol dengan
logam natrium atau kalium atau dengan hidrida logam. Reaksi ini berlangsung tak
reversible (tidak dapat balik), menghasilkan alkoksida logam yang sering kali dapat
menjadi alkoksidanya. Ini karena alkoksida merupakan basa yang lebih kuat
daripada ion hidroksida, sehingga reaksi berjalan ke arah yang berlawanan. Akan
melainkan juga sebagai basa lemah. Golongan tersebut memiliki pasangan elektron
bebas pada oksigen dan dengan demikian merupakan basa lewis. Golongan ini dapat
diprotonasi oleh asam kuat. Produknya, analog dengan ion oksonium, H3O+, yaitu ion
Berbagai kondisi reaksi basa dan asam termasuk penggunaan asam Lewis
telah diaplikasikan pada reaksi antara gliserol dan o-metoksi fenol sebagai upaya
dalam pemanfaatan gliserol dari hasil samping produksi biodiesel berbahan dasar
minyak jelantah. Reaksi ini nantinya akan digunakan pada pembuatan obat batuk
gliseril guaiakolat. Kondisi reaksi yang dilakukan belum menghasilkan suatu reaksi
(Ritmaleni, 2013).
Pengaruh oksigen dan nutrisi yang berlebihan atau pembatasan serta kehadiran
beberapa ion penting pada fenol dan tingkat penyerapan oksigen tertentu dicapai
pada fenol sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Menerapkan fungsi
polinom yang paling cocok, tingkat penyerapan spesifik maksimum fenol dan
oksigen, konsentrasi kritis fenol, konstanta setengah jenuh dan konstanta inhibisi
ditentukan. Hubungan linear antara spesifik tingkat serapan fenol dan tingkat
respirasi eksogen ditemukan terlepas dari jenis dan kehadiran nutrisi penting. Pada
batasan oksigen baik tingkat penyerapan fenol dan afinitas sel fenol menurun lebih
kuat dibandingkan dengan mereka yang di bawah batasan nutrisi. Oksigen lebih
nutrisi penting meningkatkan laju degradasi fenol tertentu dan menyebabkan oksidasi
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan alkohol dan fenol yaitu tabung
0,5 mL air dan 0,5 mL n-heksana. 10 tetes metanol ditambahkan kemudian dikocok
3.3.2 Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier dengan cara Lukas
butil alkohol, tabung kedua diisi dengan 1 mL isopropil alkohol, tabung reaksi ketiga
diisi dengan 1 mL fenol, dan tabung reaksi keempat diisi dengan 1 mL asam asetat.
dan dibiarkan selama 3–5 menit (pada tempratur kamar). Perubahan yang terjadi
diperhatikan dan dicatat. Prosedur di atas dilakukan kembali dengan Na2CO3 diganti
dengan NaHCO3.
metanol, tabung kedua diisi dengan 1 mL etanol, tabung reaksi ketiga diisi dengan
tabung reaksi ditambahkan 0,5 mL FeCl3. Perubahan yang terjadi diperhatikan dan
dicatat.
BAB IV
Keterangan
Kelarutan Kelarutan
Alkohol/ Air n-heksana
dalam dalam
Fenol
Air n-heksana
Tidak
Tidak
berwarna →
Metanol √ × Polar berwarna → Polar
tidak
putih keruh
berwarna
Tidak
Tidak
berwarna →
Etanol √ × Polar berwarna → Polar
tidak
putih keruh
berwarna
Tidak Tidak
berwarna → berwarna →
1-propanol √ √ Semi polar Semi polar
tidak tidak
berwarna berwarna
Tidak Tidak
berwarna → berwarna →
2-propanol √ √ Semi polar Semi polar
tidak tidak
berwarna berwarna
Tidak Tidak
Amyl berwarna → berwarna →
√ √ Semi polar Semi polar
alkohol tidak tidak
berwarna berwarna
Tidak Tidak
berwarna → berwarna →
1-butanol × √ Nonpolar Nonpolar
tidak tidak
berwarna berwarna
Tidak Tidak
berwarna → berwarna →
2-butanol × √ Nonpolar Nonpolar
tidak tidak
berwarna berwarna
Tidak
Tidak
2-metil-2- berwarna →
√ × Polar berwarna → Polar
propanol tidak
putih keruh
berwarna
Oranye → Oranye →
Fenol × × - -
oranye oranye
B. Reaksi
H H
H3 C OH + O H3 C O + H O
H H
H H
OH + O O + H O
H H
H H
OH + O O + H O
H H
OH H O H
+ O + H O
H H
H H
OH + O O + H O
H H
H
OH + O
H
OH H
+ O
H
OH H O H
+ O + H O
H H
OH
+ O
H
C. Pembahasan
menggunakan air dan n-heksana. Air (H2O) merupakan senyawa polar dan
larut dalam air dan tidak larut pada n-heksana maka zat itu polar, jika jika zat uji
tidak larut dalam air dan larut pada n-heksana maka zat itu nonpolar, dan jika larut
secara bertahap sesuai bertambahnya gugus karbonil dan dapat bersifat semi polar
bahkan bersifat nonpolar. Adanya gugus OH dalam air, membuat alkohol memiliki
polaritas yang hampir sama dengan polaritas air, sehingga alkohol dapat larut dalam
air. Namun, kepolaran yang dimiliki oleh alkohol tidak akan sebanding dengan
polaritas air. Hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. Gugus
alkil merupakan gugus nonpolar, semakin panjang alkil yang dimiliki oleh suatu
senyawa maka akan semakin besar juga sifat nonpolarnya. Oleh karena itu, senyawa
alkohol yang berantai pendek atau memiliki atom C 1-5 akan larut dalam beberapa
pelarut polar seperti air. Sedangkan, untuk senyawa alkohol yang berantai panjang
atau memiliki atom C ≥ 6 akan sukar larut dalam pelarut polar, tapi larut dalam
Metanol, etanol dan 2-metil-2-propanol dapat larut sempurna dalam air dan
tidak larut dalam n-heksana. Hal ini dikarenakan metanol dan etanol memiliki gugus
alkil berantai pendek, sehingga tidak merubah tingkat keelektronegatifan, dan gugus
hidroksil (-OH) pada metanol tersebut mengambil bagian yang lebih besar dalam
maupun n-heksana. Hal ini berarti ketiga senyawa tersebut merupaka senyawa semi
polar. Berdasarkan teori atau data pustaka 1-propanol dan 2-propanol merupakan
senyawa polar dimana keduanya bercampur sempurna dengan air. Kesalahan terjadi
dimungkinkan karena adanya human error, ataupun pada zat yang digunakan. Hasil
percobaan yang menyatakan bahwa amil alkohol merupakan senyawa semi polar
sudah sesuai dengan teori dan data pustaka dimana kelarutan amil alkohol adalah
27 g/L (pada suhu 20 °C). Hal ini dikarenakan amil alkohol (n-pentanol) memiliki
pengaruh ketidakpolaran yang dimiliki gugus alkil, sehingga gugus hidroksil (-OH)
dan gugus alkil (R) pada zat tersebut mengambil bagian yang hampir sama besar
1-butanol dan 2-butanol tidak larut dalam air namun larut dalam n-heksana,
yang berarti kedua zat ini bersifat nonpolar. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa senyawa alkohol yang berantai pendek atau memiliki atom C 1-5
akan mempunyai sifat menyerupai air yang berarti dapat larut dalam beberapa pelarut
polar seperti air. 1-butanol dan 2-butanol merupakan alkohol 1o dan 2o yang memiliki
4 atom C yang seharusnya bersifat nonpolar, namun dalam percobaaan ini kedua
senyawa tersebut tidak larut dalam air, hal ini mungkin dikarenakan perbandingan air
dan alkohol yang tidak sesuai dimana kelarutan 1-butanol dalam air adalah 79 g/L
(pada suhu 20 °C) dan kelarutan 2-butanol dalam air adalah 290 g/L (pada suhu
20 °C). Jadi sebenarnya senyawa tersebut larut namun hanya sedikit dan akan terlihat
dalam air dan n-heksana. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
fenol memiliki sifat yang cenderung asam yang berarti fenol merupakan senyawa
polar. Jadi berdasarkan teori fenol seharusnya larut dalam air. Pada percobaan
didapatkan fenol tidak larut dalam air kemungkinan karena air yang ditamambahkan
terlalu banyak sehingga kelihatannya fenol tidak larut. Fenol memiliki kelarutan
terbatas dalam air, dimana kelarutan fenol dalam air sebanyak 8.3 g/100 mL (pada
suhu 20 °C). Dapat ditarik kesimpulan bahwa fenol larut dalam air namun dalam
4.2 Hasil pengamatan alkohol primer, sekunder, tersier, dan fenol dengan
pereaksi lukas
pereaksi lukas
Keterangan
Pereaksi
Alkohol/ Fenol
Lukas
Laju
Fasa Warna
Reaksi
OH Cl
H
ZnCl2
+ H Cl + O
H
OH Cl H
ZnCl2
+ H Cl + O
OH
ZnCl2
+ H Cl
C. Pembahasan
tersier dengan menggunakan pereaksi lukas serta mereaksikan fenol dengan pereaksi
lukas sebagai pembanding. Pereaksi lukas terdiri atas campuran larutan ZnCl2
ditambah dengan HCl pekat. Reaksi antara alkohol dengan hidrogen klorida akan
menghasilkan suatu alkil halida. Cara menandai cepat atau lambatnya bereaksi yaitu
dengan terjadinya larutan yang keruh saat bercampur dan cepat kembalinya keadaan
Sesuai dengan teori, pada percobaan ini didapatan bahwa 1-butanol bereaksi
lambat saat dicampur dengan pereaksi lukas, 2-butanol bereaksi sedang, dan
2-metil-2-propanol bereaksi cepat (1o < 2o < 3o). Hal ini disebabkan karena pada
karbon yang berikatan langsung dengan gugus hidroksil dapat diminimalisir oleh
atom karbon lain yang berada disekelilingnya. Pada pernyataan ini, alkohol tersier
lebih banyak memiliki atom karbon yang menyebabkan kurangnya kestabilan atom
sekunder dan disusul alkohol primer. Selain itu, kecepatan dan mekanisme reaksi
alkohol dengan hidrogen klorida bergantung pada struktur alkohol tersebut. Semakin
banyak atom yang dapat membantu menstabilkan karbokation (keadaan stabil pada
banyak gugus alkil lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan alkohol sekunder dan
alkohol primer. Sehingga urutan kereaktifan alkohol dengan pereaksi Lukas yaitu
reaksi sedikitpun. Hal ini disebabkan karena gugus hidroksil pada fenol sukar
sebelahnya, resonansi terjadi pada gugus aromatik (aril) yang terkonjugasi sempurna,
yaitu yang memiliki ikatan tunggal dan rangkap dua secara selang-seling. Sehingga
fenol hanya mampu melepaskan atom hidrogen pada gugus hidroksil bukan OH−. Hal
Na2HCO3
Keterangan
Zat Na2CO3 Na2HCO3 Na2CO3 NaHCO3
Warna Sifat Warna Sifat
Tidak
Tidak
Butil Sedikit Sedikit berwarna
berwarna Asam Asam
alkohol gelembung gelembung → tidak
→ kuning
berwarna
Tidak Tidak
Isopropil Tidak ada Tidak ada berwarna berwarna
Basa Basa
alkohol gelembung gelembung → tidak → tidak
berwarna berwarna
Banyak Banyak Oranye → Oranye →
Fenol Asam Asam
gelembung gelembung Krem Krem
Tidak Tidak
Asam Tidak ada Tidak ada berwarna berwarna
Basa Basa
asetat gelembung gelembung → tidak → tidak
berwarna berwarna
B. Reaksi
+ Na2CO3
OH ONa
O
H3C + Na2CO3
OH
+ NaHCO3
OH ONa
O
H3 C + NaHCO3
OH
C. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui keasaman dari suatu zat dengan
mereaksikannya dengan basa kuat yakni Na2CO3 dan NaHCO3. Jika zat uji bersifat
asam maka zat itu dapat bereaksi dengan kedua basa tersebut dan sebaliknya jika
bersifat basa maka zat itu tidak dapat bereaksi dengan kedua basa tersebut.
Pada percobaan ini, isopropil alkohol dan asam asetat direaksikan dengan
Na2CO3 dan NaHCO3 tidak menghasilan gelembung gas (CO2) yang menandakan
senyawa ini tidak bereaksi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya
isopropil alkohol dapat bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 membentuk natrium
alkoksida, air, dan gelembung gas CO2. Tingkat keasaman alkohol ditentukan oleh
panjangnya rantai karbon yang terikat pada gugus hidroksil. Semakin panjang rantai
semakin pendek rantai karbon maka semakin rendah tingkat keasaman alkohol
tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin panjang rantai karbon pada alkil maka
sifat gaya dorong elektronnya semakin besar sehingga ion H+ pada gugus hidroksil
akan sulit terlepas. Jadi berdasarka teori isopropil alkohol memiliki rantai karbon
yang pendek sehingga daya dorong elektron tidak terlalu besar sehingga ion H+ tidak
terikat kuat dengan ion alkoksida sehingga ion H+ masih bisa terlepas. Asam asetat
yang merupakan suatu asam lemah namun lebih tinggi dibanding alkohol dan fenol,
alkoksida, air, dan gelembung gas CO2. Kekeliruan ini mungkin disebabkan oleh
konsentrasi isopropil alkohol dan asam asetat yang digunakan sangat kecil ataupun
Pada percobaan ini, didapatkan bahwa butil alkohol dan fenol dapat bereaksi
dengan Na2CO3 dan NaHCO3 yang ditandai dengan adanya gelembung gas (CO2).
Karena bahwa kedua zat ini dapat bereaksi dengan basa (Na2CO3 dan NaHCO3) maka
kedunya bersifat asam. Hal ini sesuai dengan teori dimana butil alkohol merupakan
asam lemah dan jika direaksikan dengan basa maka akan menghasilkan garam
alkoksida dan air. Seperti halnya butil alkohol fenol juga merupakan asam lemah
yang lebih kuat dibanding alkohol dan jika direaksikan dengan basa maka akan
menghasilkan garam fenoksida dan air. Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada
alkohol terutama karena ion fenoksidanya distabilkan oleh resonansi. Muatan negatif
pada ion alkoksida terkonsentrasi pada atom oksigen, tetapi muatan negatif pada ion
fenoksida dapat didelokalisasi pada posisi cincin orto dan para melalui resonansi.
B. Reaksi
H3C OH + FeCl3
+ FeCl3
OH
OH
+ FeCl3
OH OFeCl2
+ FeCl3 + HCl
C. Pembahasan
senyawa alkohol dan fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan untuk beraksi
dengan fenol (alkohol alifatik) dan tidak beraksi dengan alkohol alifatik. Adanya
reaksi ditandai dengan melihat perubahan warna sesaat setelah dicampurkan. Jika
bereaksi larutan akan berubah warna menjadi merah sampai ungu kehitaman.
dicampurkan dengan FeCl3, larutan menjadi berubah warna menjadi kuning dan
kuning keruh. Hal ini menunjukkan bahwa etanol, 1–butanol dan 2–butanol tidak
bereaksi dengan FeCl3. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa alkohol tidak dapat
bereaksi dengan FeCl3. Warna kekuning-kuningan berasal dari larutan FeCl 3 bukan
hasil reaksi.
merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks
dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil
yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan FeCl 3
BAB V
1. Fenol bersifat polar sementara pada alkohol semakin panjang gugus alkil alkohol
2. Kecepatan reaksi pada alkohol primer, sekunder, dan tersier dengan pereaksi
5.2 Saran
Sebaiknya percobaan yang dilakukan lebih banyak agar praktikan dapat lebih
Sebaiknya kondisi kelayakan alat dan bahan untuk praktikum seperti wastafel
yang tersumbat dan bocor dan pipet tetes yang pecah dan karetnya rusak
diperhatikan dan ditangani agar percobaan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ritmaleni, 2013, Reaksi Antara Gliserol dan o-Metoksi Fenol Dalam Suasana Basa
dan Asam Sebagai Upaya Pendahuluan Pemanfaatan Gliserol dari Produk
Samping Produksi Biodiesel Untuk Pembuatan Obat Batuk Gliseril
Guaiakolat, Indonesian E-Journal of Applied Chemistry, 1(2): ISSN 2302-
7274.