Anda di halaman 1dari 43

1.

Asuhan Keperawatan
a. Data Fokus Pengkajian
a. Identitas Klien

1. Nama :-
2. No. Register :-
3. Umur : Khususnya prevalen di antara para penderita
malnutrisi usia di atas 50 tahun dengan
alkoholisme kronis (Kowalak, 2011).
4. Jenis Kelamin : Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki
dengan insidensi dua kali lebih sering
dibandingkan pada wanita (Kowalak, 2011).
b. Keluhan utama : Lemas, cemas, mual, muntah, terjadi pembengkakan di kaki, tangan,

asites.

c. Riwayat penyakit sekarang : berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab

terjadinya penyakit, serta upaya yang telah di lakukan oleh penderita

untukmengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat penyakit sirosis hepatis, atau penyakit-

penyakit lain yang ada kaitannya dengan penyakit hati misal hepatitis.

e. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang

penyakit, misal riwayat dari keluarga alkoholik, memiliki riwayat terkena sakit kuning,

dan sebagainya.

f. Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita yang sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga

terhadap penyakit penderita.

g. Kaji terhadap manifestasi sirosis hepatis : ikterus (penguningan), asites, edema di

ekstrimitas, hipertensi portal, hepatomegali.

h. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan

tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

b. Analisa data

1
Symptom Etiologi Problem

Ketidakefektifan pola nafas

Sirosis Hepatis Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari tubuh

Liver fibrosis

Aliran darah vena


portal terganggu

Peningkatan tekanan
vena portal

Peningkatan tekanan
hidrostatis

Perpindahan cairan
ke ekstraseluler

Asites

Penekanan lambung

Lambung terasa
penuh

2
Mual

Intake in adekuat

Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Sirosis Hepatis Kelebihan volume cairan

Liver fibrosis

Aliran darah vena


portal terganggu

Peningkatan tekanan
vena portal

Peningkatan tekanan
hidrostatis

Perpindahan cairan
ke ekstraseluler

3
Asites

Kelebihan volume
cairan

Sirosis hepatis Nyeri Kronis

Kerusakan jaringan
hepar

Pengeluaran resptor
nyeri (prostaglandin,
bradikinin, serotonin)

Medula spinalis

Hipotalamus

Talamus

Nyeri kronis

Resiko ketidakseimbangan
elektrolit

Resiko perdarahan

4
Resiko gangguan fungsi hati

c. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh
3. Kelebihan volume cairan
4. Nyeri Kronis
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
6. Resiko perdarahan
7. Resiko gangguan fungsi hati

d. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekuder terhadap anoreksia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap
sirosis hepatis
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan Faktor pembekuan darah & sintesis
prosumber terganggu
7. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan sirosis hepatis

e. Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan pola NOC NIC


nafas berhubungan
dengan penurunan  Rerpiratory status : ventilation Airway Management
ekspansi paru  Respiratory status : Airway
patency  Posisikan pasien untuk
 Vital sign status memaksimalkan ventilasi

5
Criteria hasil  Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
 Mendemonstrasikan batuk tambahan
efektif dan suara nafas yang  Atur intake untuk cairan
bersih, tidak ada sianosis dan mengoptimalkan
dyspneu keseimbangan
 Menunjukkan jalan nafas yang  Monitor respirasi dan
paten (klien tidak merasa status o2
tercekik, irama nafas,  Pertahankan jalan nafas
frekuensi pernafasan dalam yang paten
rentang normal, tidak ada
 Atur peralatan oksigenasi
suara nafas abnormal)
 Monitor aliran oksigen
 Tanda-tanda vital dalam
 Pertahankan posisi pasien
rentang normal
 Observasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
 Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, shu,
dan RR
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari tubuh
berhubungan dengan  Nutritional status Nutritional Management
intake yang tidak adekuat  Nutritional status : food and
fluid  Kaji adanya alergi
sekuder terhadap makanan
anoreksia  Intake
 Nutritional status : nutrient  Kolaborasi dengan ahli
intake gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
 Weight control
yang dibutuuhkan pasien
kriteria hasil  Anjurkan pasien untuk
meningakatkan protein
 Adanya peningkatan berat
dan vitamin c
badan sesuai dengan tujuan
 Monitor jumlah nutrisi
 Berat badan ideal sesuai
dan kandungan kalori
dengan tinggi badan
 Berikan informasi tentang
 Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi
 Nutritional Monitoring
 Tidak ada tanda-tanda
 Monitor adanya
malnutrisi
penurunan berat badan
 Menunjukkan peningkatan
 Monitoring lingkungan
fungsi pengecapan dari
selama makan
menelan
 Monitoring kulit kering
 Tidak terjadi penurunan berat
dan perubahan pigmentasi
badan yang berarti
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah

6
3. Kelebihan volume cairan NOC NIC
berhubungan dengan
hipertensi portal sekunder  Elekcttrolit and acid base Fluid management
terhadap sirosis hepatis balance
 Fluid balance  Pertahankan catatan
 Hydration intake dan output yang
akurat
Criteria hasil  Monitor hasi Hb yang
sesuai dengan retensi
 Terbebas dari edema, efusi
cairan (BUN, Hmt,
anaskara
osmolaritas urin)
 Bunyi nafas berish, tidak ada
 Monitor status
dyspneu/ortopneu
hemodinamik termasuk
 Terbebas dari distensi vena
CVP, MAP, PAP,dan
jugularis, refleks
PCWP
hepatojogular (+)
 Kaji lokasi dan luas
 Memelihara tekanan vena
edema
sentral, tekanan kapiler paru,
 Monitor status nutrisi
output jantung dan vital sign
 Kolaborasi pemberian
dalam batas normal
diuretic sesuai intruksi
 Terbebas dari kelelahan,
 Kolaborasi dokter jika
kecemasan atau kebingungan
tanda cairan berlebihan
 Menjelaskan indikator
muncul memburuk
kelebihan cairan
 Fluid monitoring
 Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
 Monitor berat badan
4. Nyeri kronik berhubungan NOC NIC
dengan inflamasi akut
 Pain level Pain management
 Pain control
 Confort level  Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif
Criteria hasil termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
 Mampu mengontrol nyeri
frekuensi, kualitas dan
(tahu penyebab nyeri, mampu
factor presipitasi
menggunakan tehnik
 Observasi reaksi non
nonfarmakologi untuk
verbal dari
mengurangi nyeri, mencari
ketidaknyamanan
bantuan)
 Control lingkungan yang
 Melaporkan bahwa nyeri
dapat mempengaruhi
berkurang dengan
nyeri seperti suhu
menggunakan manajemen
ruangan, pencahayaan
nyeri
dan kebisingan
 Mampu mengenali nyeri
 Kaji tipe nyeri dan
(skala, intensita, frekuensi dan
sumber nyeri untuk
tanda nyeri)
menentukan intervensi

7
 Menyatakan rasa nyaman  Ajarkan teknik
setelah nyeri berkurang nonfarmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Analgesic administration
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosisi
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
5. Resiko NOC NIC
ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan  Fluid balance Fluid Management
dengan peningkatan  Hydration
peristaltic usus  Nutritional status : food and  Pertahankan catatan
fluid intake dan output yang
akurat
 Intake
 Monitor status hidrasi
kriteria hasil  Kolaborasikan pemberian
cairan IV
 Mempertahankan urine,
 Kolaborasikan dengan
output sesuai dengan usia dan
dokter jika tanda cairan
BB, BJ urine normal, HT
berlebihan muncul
normal
memburuk
 Tekanan darah, nadi, suhu
 Hypoventilasi
tubuh dalam batas normal
management
 Tidak ada tanda-tanda
 Monitor status cairan
dehidrasi
termsuk intake dan output
 Elastisitas turgor kulit baik,
 Monitor berat badan
membrane mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan
6. Resiko perdarahan NOC NIC
berhubungan dengan
Faktor pembekuan darah  Blood lose severity Bleeding precautions
& sintesis prosumber  Blood koagulation
 Monitor ketat tanda-tanda
terganggu Criteria hasil perdarahan
 Catat nilai Hb dan HT
 Tidak ada hematuria dan
sebelum dan sesudah
hematesis
perdarahan
 Kehilangan darah yang terlihat
 Monitor TTV
 Tekanan darah dalam batas
 Pertahankan bed rest
normal sistol dan diastole
selama perdarahan aktif
 Tidak ada perdarahan
 Kolaborasi dalam
pervagina
pemberian produk darah
 Tidak ada distensi abdominal (platelet atau fresh frozen
 Hemoglobin dab hematokrit plasma)
dalam batas normal  Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake

8
 Plasma, PT, PTT dalam batas makanan yang
normal mengandung vitamin K
 Instruksikan pasien untuk
membatasi aktivitas
7. Resiko gangguan fungsi NOC NIC
hati berhubungan dengan
sirosis hepatis  Liver function, risk for Teaching : disease process
impaired
 Risk control drug use  Beritahukan pengetahuan
 Risk control alcohol use tentang proses penyakit
 Risk control:sexually  Kaji pengetahuan pasien
transmitted tentang kondisinya
 Disease (STD)  Mendiskusikan
pemberian terapi
kriteria hasil  Identifikasi perubahan
kondisi fisik pasien
 Penghentian perilaku
 Deskripsikan
penyalahgunaan alkohol dan
kemingkinan komplikasi
narkoba
kronik
 Pengendalian risiko :
 Memberikan informasi
- Penggunaan alkohol
kepada keluarga tentang
- Penggunaan narkoba kemajuan kesehatan
- Proses menular pasien
- Penyakit menular seksual  Surveiliance
 Deteksi risiko  Menumpukkan,
 Zat penarikan keparahan mengintrepetasi dan
mensintesis data pasien
secara terarah dan
kontinyu untuk
mengambil keputusan
klinis

9
10
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn. J
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh

11
Agama : Islam
No Medrec : 754018
Alamat : Cikutra RT 05/03 Neglasari, Cibeunying Kaler
Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2018
Tanggal Masuk RS : 5 Oktober 2018
Diagnosa Medis : Acites ec Sirosis Hepatis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Pekerjaan : Wiraswasta
Usia : 37 tahun
Hubungan dengan klien : Adik
Alamat : Cikutra RT 05/03 Neglasari,
Cibeunying Kaler
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri di perut.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri di area perut, nyeri dirasakan terutama jika batuk dan
banyak bergerak, nyeri berkurang dengan istirahat, nyeri terasa seperti disayat-
sayat, nyeri dirasakan diarea perut,skala nyeri 6(1-10), nyeri dirasakan terus
menerus. Klien juga mengeluh mual, perut terasa makin keras dan membesar tapi
badan tampak kurus, klien mengatakan BB naik dengan cepat beberapa hari ini
karena perutnya yang semakin membesar. Klien juga mengeluh meriang disertai
pusing.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit berat ataupun yang memgharuskan klien
di rawat di rumah sakit, klien belum pernah di operasi, klien juga tidak ada alergi
obat dan makanan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama dengan klien, serta tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti hipertensi , gangguan jantung
d. .Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya

12
Menurut klien ekonomi berkecukupan walaupun tidak berlebihan, klien merupakan
kepala keluarga, semua kebutuhan keluarga di penuhi oleh klien. Hubungan klien
dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik.
e. Faktor Lingkungan
Menurut klien tempat tinggalnya cukup bersih, ada tempat untuk membuang sampah
dan ada ventilasi untuk sirkulasi untuk sirkulasi udara, pencahayaan kurang, terdapat
kamar mandi di rumah klien.
f. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
1) Pola Penatalaksanaan Kesehatan / Persepsi Kesehatan
Menurut pasien jika ada salah satu anggota keluarganya yang sakit akan segera
di bawah kepuskesmas, atau dokter untuk mendapatkan perawatan atau pelayanan
kesehatan.
2) Pola Nutrisi Metabolik DS :
Sebelum sakit selama sakit

Makan pagi : habis 1 porsi habis ¼ porsi

Makan siang : habis 1 porsi habis ½ porsi

Makan malam : habis 1 porsi habis ¼ porsi

Minum : + 9 gelas/ hari + 7 gelas/hari

3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit

BAK BAB

Frekuensi : ± 4-5 x/ hari Frekuensi : 2x/ hari

Jumlah urine :- jumlah fases : -

Warna :- warna :-

Bau : khas urine korsistensi : lunak

13
Selama sakit

BAK BAB

Frekuensi :± 4-5 x/ hari Frekuensi : 1x

Jumlah urine :- jumlah fases :-

Warna :- warna : kuning

Bau : khas urine korsistensi : lunak

14
4) Pola Aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan sebelum sakit dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti
berpakaian, mandi, makan dilakukan secara mandiri, tetapi selama sakit pasien
dalam beraktivitas dibantu oleh keluarganya.

5) Pola tidur dan istirahat


sebelum sakit selama sakit

Tidur siang : Tidak pernah ± 2 jam /hari

Tidur malam : ±7 jam/hari ± 5 jam /hari

6) Pola kognitif perceptual kekuatan alat sensori


Penglihatan : Baik

Perasa : Baik

Pembau : Baik

Kemampuan untuk berbahasa : Baik

Belajar : Baik

Ingatan dan Pembuatan keputusan : Baik

7) Pola Persepsi Konsep diri


Sikap pasien terhadap dirinya : Baik

Pola Emosional : Baik

Citra diri : Baik

Identitas diri : Baik

Ideal diri : Baik

15
Harga diri/ peran diri : sebagai kepala keluarga

Persepsi pasien tentang : beraktivitas dibantu keluarga


kemampuannya

8) Pola Seksual Reproduksi


Pasien mengatakan didalam keluarga berperan sebagai kepala keluarga selama
dirawat di RS, pasien tidak dapat menjalankan perannya seperti bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Pasien mengatakan bahagia telah dikaruniai 3
orang anak, 1 laki-laki dan 2 perempuan

9) Pola koping dan toleransi stress


Pasien mengatakan stress terhadap penyakitnya, metode koping yang digunakan
adalah berdo’a, sistem pendukung koping pasien adalah keluarganya. Efek penyakit
terhadap tingkat stress pasien merasa cemas karena memikirkan penyakitnya.
Ekspresi wajah pasien tampak lemah.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Kesadaran : Comphes mentis

b. vital sign : TD : 110/70

N : 80X/menit

RR : 22X/menit
S : 38,5° C

Bb sebelum sakit : 49 kg

Bb setelah sakit : 59 kg

TB : 160 cm

16
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bulat, tidak ada luka

Palpasi : tidak ada lesi,tidak ada benjolan.

2) 2
2) Mata )
Inspeksi : simetris, penglihatan jelas,sclera ikterik, konjunctiva anemis

Palpasi : tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan

3) Leher

Inspeksi : tidak terlihat pembesaran vena jugularis

Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan

4) Telinga

Inspeksi : tidak ada serumen bersih

Palpasi : tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan

Pandengaran : pendengaran baik

5) Hidung

Inspeksi : tidak ada lendir, tidak ada luka, simetris

Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri benjolan

Penciuman : penciuman baik, dapat mengenali rangsang bau

6) Mulut

Inspeksi : tidak ada luka, perasa baik

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

7) Kulit

Inspeksi :warna kulit ikterik, tidak ada luka, bersih

17
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba hangat

8) Paru

Inspeksi : bentuk dada simetris

Palpasi : pengembangan dada kanan dan kiri sama

Perkusi : sonor

Auskaltasi : terdengar bunyi vasikuler

9) Jantung

Inspeksi : tidak terlihat ictus cardis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : bunyi pekak

Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1-2

10) Perut

Inspeksi : simetris, asites

auskultasi : terdengar bunyi bising usus

Palpasi : - seluruh area perut teraba keras, terdapat nyeri tekan seluruh

bagian perut, turgor baik

- batas hepar teraba tegas.

Perkusi : pekak

11) Ekstermitas

Inspeksi : terpasang infuse ditangan kanan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik

18
d. Prosedur Diagnostik dan Laboratorium
1) Pemeriksaan Lab
Tanggal 5 oktober 2018

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HB 9,7 g/dl 13,2 – 15,5

PCV 31 % 40 - 52

Leukosit 10.610 mm₃ 3,8 – 10,6

Eritrosit 3,52 10^6/uL 4,4 – 5,9

MCH 87 IL 80 - 100

MCHC 32 gr/dl 32 - 36

Trombosit 220.0000 mm₃ 150 – 440

KIMIA KLINIK

GDS 121 mg%

SGOT 353 U/L(370C) 0 – 50

SGPT 106 U/L(370C) 0 – 50

BUN 11 mg% 6 - 20

Creatinin 0,96 mg% 0,6 – 1,2

Bilirubin total 0,99 mg% 0,1 – 1,0

Bilirubin direct 0,70 mg% 0 – 0,2

Bilirubin indirect 0,29 mg%

Hb SAG Positif Negative

19
2) Radiologi
Ro Thorax PA tanggal 5 Oktober 2018, Kesan : Efusi pleura kiri dan curiga
efusi pleura minimal kanan, tidak tampak kardiomegali

3) USG tanggal 8 oktober 2018


Kesan : suspek sirosis hepatis disertai multipel nodul splenomegali, penebalan
dinding galliblader. Koleksi cairan disekitar hepar, limpa dan di rongga pelvis.
USG pankreas kedua ginjal, kandung kemih dalam batas normal. Tak tampak
pembesaran KGB paraaorta.

e. Terapi Obat.
Terapi infus : 1. RL20tpm

2. Assering 20tpm
Terapi injeksi : Furosemid 1x1 amp IV
Cefotaxime 3 x1gr IV

Terapi oral : Spironolacton 200mg 1 x 1 tab

Curcuma 3x1 tablet

Vitalbumin 3x1 tab

20
B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Sirosis hepatis Nyeri kronis

Klien mengatakan nyeri di


area perut terutama jika
Kerusakan jaringan
batuk dan banyak bergerak,
hepar
nyeri berkurang dengan
istirahat, nyeri terasa seperti
disayat-sayat, nyeri
Pengeluaran resptor
dirasakan diarea perut,skala
nyeri (prostaglandin,
nyeri 6(1-10), nyeri
bradikinin, serotonin)
dirasakan terus menerus.

DO :
Medula spinalis
Tampak ada asites, perut
teraba mengeras.

Terdapat nyeri tekan pada Hipotalamus


area perut

TD 10/70 mmHg, N 80x/mnt


Talamus
R 22x/mnt S 38,50C

Nyeri kronis

2 DS : klien mengeluh Sirosis hepatis Hipertermi


meriang, pusing

DO :

21
Kulit teraba hangat Kerusakan jaringan
hepar
S = 38,50C

Terjadi inflamasi

Pengeluaran
prostaglandin

Mempengaruhi
hipotalamus

Peningkatan set point


hipotalamus

hipertermi

3 DS : Sirosis Hepatis Kelebihan volume


cairan
Klien mengatakan perut
terasa makin keras dan
Liver fibrosis
membesar tapi badan tampak
kurus, klien mengatakan BB
naik dengan cepat beberapa
Aliran darah vena portal
hari ini karena perutnya yang
terganggu
semakin membesar

DO ;

22
BB sebelum sakit 49 kg Peningkatan tekanan
vena portal
BB setelah sakit 59kg

Tampak asites
Peningkatan tekanan
Hasil Ro Thorax ada efusi
hidrostatis
pleura

Hasil USG abdomen :


sirosis hepatis Perpindahan cairan ke
ekstraseluler

Asites

Kelebihan volume cairan

4 DS : klien mnegatakan mual Sirosis Hepatis Ketidakseimbangan


dan porsi makan tidak habis nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DO :
Liver fibrosis
Konjunctiva anemis,
makan habis ¼ porsi
Aliran darah vena portal
HB : 9,7 gr%
terganggu

Peningkatan tekanan
vena portal

23
Peningkatan tekanan
hidrostatis

Perpindahan cairan ke
ekstraseluler

Asites

Penekanan lambung

Lambung terasa penuh

Mual

Intake in adekuat

Kebutuhan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar
2. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites

24
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat

25
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Observasi reaksi ketidaknyaman 1. Untuk mengetahui tingkat
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, secara nonverbal ketidaknyamanan dirasakan oleh
keruskan jaringan nyeri yang dirasakan klien 2. Gunakan strategi komunikasi pasien
berkurang dengan criteria hasil : terapeutik untuk mengungkapkan 2. Untuk mengalihkan perhatian
hepar
 Klien melaporkan nyeri pengalaman nyeri dan penerimaan pasien dari rasa nyeri
berkurang klien terhadap respon nyeri 3. Pemberian “health education”
 Klien dapat mengenal 3. Berikan informasi tentang nyeri dapat mengurangi tingkat
lamanya (onset) nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa kecemasan dan membantu klien
 Klien dapat menggambarkan lama nyeri akan hilang, antisipasi dalam membentuk mekanisme
faktor penyebab terhadap ketidaknyamanan dari koping terhadap rasa nyer
 Klien dapat menggunakan prosedur 4. Untuk mengurangi tingkat
teknik non farmakologis 4. Control lingkungan yang dapat ketidaknyamanan yang
 Klien melaporkan nyeri mempengaruhi respon dirasakan klien.
berkurang ketidaknyamanan klien( suhu 5. Agar nyeri yang dirasakan klien
 Klien tidak tampak mengeluh ruangan, cahaya dan suara) tidak bertambah.
dan menangis 5. Hilangkan faktor presipitasi yang 6. Agar klien mampu
 Ekspresi wajah klien tidak dapat meningkatkan pengalaman menggunakan teknik
menunjukkan nyeri nyeri klien( ketakutan, kurang nonfarmakologi dalam
 Klien tidak gelisah pengetahuan) memanagement nyeri yang
6. Ajarkan cara penggunaan terapi dirasakan.
non farmakologi (distraksi, guide 7. Pemberian analgetik dapat
imagery,relaksasi) mengurangi rasa nyeri pasien
7. Kolaborasi pemberian analgesic

26
2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital terutama 1. Tanda – tanda vital merupakan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 suhu acuan untuk mengetahui keadaan
inflamasi jam.pasien menunjukkan Suhu 2. Anjurkan menggunakan pakaian umum pasien terutama suhu
tipis yang menyerap keringat tubuhnya
tubuh dalam batas normal dengan
3. Berikan kompres air biasa 2. Mempercepat hilangnya panas
kreiteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian antipiretik tubuh dengan sistem evaporasi
dn antibiotik 3. Dengan kompres akan terjadi
 Suhu 36 – 370C
perpindahan panas secara
 Nadi dan RR dalam rentang konduksi
normal 4. Antibiotik merupakan obat anti
 Tidak ada perubahan warna infeksi dna natipiretik dapat
kulit dan tidak ada pusing, menurunkan panas secara
farmakologis
3 Kelebihan volume 1. Memonitor hasil pemeriksaan 1. Indikator adanya perubahan
cairan berhubungan Setelah diberikan asuhan Laboratorium yang berkaitan keseimbangan cairan
dengan asites keperawatan selama 3×24 jam dengan keseimbangan cairan. 2. Indikator adanya perubahan
diharapkan kelebihan volume 2. Memonitor hasil pemeriksaan keseimbangan cairan
cairan dapat berkurang dengan laboratorium yang berkaitan 3. Retensi cairan berefek terjadinya
criteria hasil: dengan retensi cairan. edema
1. RR dalam batas yang 3. Monitor tanda dan gejala retensi 4. Tanda vital berperan pada
diharapkan (20-30x/mnt) cairan dan ketidakseimbangan perkembangan kondisi pasien
2. Tidak terjadi dispnea saat elektrolit 6. Indikator efek terapeutik dan
beristirahat 4. Monitor tanda Vital, jika efek samping terkait terapi
3. Kelelahan berkurang. diperlukan. 5. Memastikan obat diminum
4. Serum kreatinin kembali ke 5. Bantu pasien untuk meminum sesuai aturan
rentang yang diharapkan (0.7 obatnya. 6. Diuretik berfungsi dalam
– 7.2 mg/dL) 6. Berikan obat diuretic sesuai menurunkan penumpukan cairan
5. Nilai BUN kembali ke indikasi. sehingga mengurangi edema.
rentang yang diharapkan
(8.00-50.00 mg/dl)

27
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Jaga kebersihan mulut, anjurkan 1. Mulut yang bersih dapat
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3×24 jam untuk selalu melalukan oral meningkatkan nafsu makan
kebutuhan tubuh diharapkan pemenuhan kebutuhan hygiene. 2. Informasi yang diberikan dapat
pasien tercukupi dengan kriteria 2. Berian informasi yang tepat memotivasi pasien untuk
berhubungan dengan
hasil : terhadap pasien tentang meningkatkan intake nutrisi.
intake tidak adekuat kebutuhan nutrisi yang tepat dan 3. Zat besi dapat membantu tubuh
 Intake nutrisi tercukupi. sesuai. sebagai zat penambah darah
 Asupan makanan dan cairan 3. Anjurkan pasien untuk sehingga mencegah terjadinya
tercukupi mengkonsumsi makanan tinggi anemia atau kekurangan darah
 Penurunan intensitas zat besi seperti sayuran hijau 4. Penting untuk mengetahui
terjadinya mual 4. Observasi frekuensi mual, durasi, karakteristik mual dan faktor-
tingkat keparahan, faktor faktor yang menyebabkan mual.
frekuensi, presipitasi yang Apabila karakteristik mual dan
menyebabkan mual. faktor penyebab mual diketahui
5. Anjurkan pasien makan sedikit maka dapat menetukan
demi sedikit tapi sering. intervensi yang diberikan.
6. Anjurkan pasien untuk makan 5. Makan sedikit demi sedikit dapat
selagi hangat meningkatkn intake nutrisi.
7. Diskusikan dengan keluarga dan 6. Makanan dalam kondisi hangat
pasien pentingnya intake nutrisi dapat menurunkan rasa mual
8. Timbang berat badan pasien jika sehingga intake nutrisi dapat
memungkinan dengan teratur. ditingkatkan.
7. Membantu memilih alternatif
pemenuhan nutrisi yang adekuat.

28
8. Dengan menimbang berat badan
dapat memantau peningkatan
dan penrunan status gizi.

29
E. IMPLEMENTASI
Tanggal/ Diagnosa Tindakan Respon Paraf
jam Keperawatan

9-10- Nyeri akut 1. Mengobservasi reaksi Nyeri masih


2018 berhubungan ketidaknyaman secara dirasakan, skala
dengan kerusakan nonverbal nyeri 6 (0-10)
2. Menggunakan strategi
jaringan hepar
komunikasi terapeutik
09.00 untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan Klien mampu
penerimaan klien mengungkapkan
terhadap respon nyeri nyeri dan
3. Memberikan informasi
melokalisasi nyeri
tentang nyeri termasuk
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan hilang,
antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari
prosedur
4. Melakukan Control
lingkungan yang dapat Klien faham tentang
mempengaruhi respon penyebab dan cara
ketidaknyamanan menangani nyeri
klien( suhu ruangan,
cahaya dan suara)
5. menghilangkan faktor
presipitasi yang dapat
11.00 meningkatkan
pengalaman nyeri
klien( ketakutan,
kurang pengetahuan)
6. Mengajarkan cara
penggunaan terapi non Klien dan keluarga
farmakologi (distraksi, dapat memanfaatkan
guide lingkungan utk
imagery,relaksasi) mengurangi nyeri

Klien mampu
mengurangi
presipitasi nyeri

30
13.00

Klien mampu dan


faham
mendemostrasikan
terapi non
farmakologi utk
mengurangi nyeri

15.00 Hipertermi 1. Memantau tanda- TD: 110/70 mmHg,


berhubungan tanda vital terutama N: 84 x/m, RR:
dengan inflamasi suhu 22x/m, S: 38,5o C

Klien memakai baju


2. Menganjurkan
tipis
menggunakan pakaian
tipis yang menyerap
keringat
3. Memberikan kompres
air biasa
4. Berkolaborasi Suhu turun menjadi
pemberian antipiretik 38o C
dan antibiotik
Paracetamol
diminum 1 tablet

18.00 Kelebihan volume 1. Memonitor hasil Hasil laboratorium


cairan berhubungan pemeriksaan tercatat
dengan asites Laboratorium yang
berkaitan dengan
keseimbangan cairan.
2. Memonitor tanda Vital

TD: 110/70 mmHg,


N: 84 x/m, RR:
22x/m, S: 38o C
3. Membantu pasien
untuk meminum Obat diminum
obatnya. pasien
4. Memberikan obat
diuretic sesuai indikasi.

31
5. Mengukur intake - Furosemid 1amp
output (IV) spironolacton
200mg (po)

Intake: 600

Output: 500

BC: +100

10-10- Ketidakseimbangan 1. Menjaga kebersihan Klien mandi 2 x/hr


2018 nutrisi kurang dari mulut, anjurkan untuk
kebutuhan tubuh selalu melalukan oral
hygiene.
berhubungan
2. Berian informasi yang
06.30 dengan intake tidak tepat terhadap pasien
adekuat tentang kebutuhan Klien faham tentang
nutrisi yang tepat dan diet sirosis
sesuai.
3. Menganjurkan pasien
untuk mengkonsumsi
makanan tinggi zat besi
seperti sayuran hijau Klien faham tentang
4. Menganjurkan pasien
pentingnya makanan
makan sedikit demi
sedikit tapi sering. tinggi zat besi
5. Menganjurkan pasien
untuk makan selagi
11.00 hangat
Klien melakukan
6. Mendiskusikan dengan
keluarga dan pasien makan sedikit-
pentingnya intake sedikit tapi sering
nutrisi
Kliem makan ketka
masih hangat

Klien dan keluarga


faham akan
pentingnya asupan
nutrisi

32
F. EVALUASI
Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan
Keperawatan

10-10- Nyeri akut S:


2018 berhubungan dengan
keruskan jaringan  Klien mengatakan nyeri di area perut
hepar masih terasa, skala nyeri 6(1-10), nyeri
dirasakan hilang timbul.
O:

 Tampak ada asites, perut teraba


mengeras.
 Terdapat nyeri tekan pada area perut
 TD 110/70 mmHg, N 80x/mnt
 R 22x/mnt S 38,50C
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1 – 7

Hipertermi S : klien mengeluh meriang, pusing


berhubungan dengan
inflamasi O:

 Kulit teraba hangat


 S = 38,50C
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1- 4

Kelebihan volume S:
cairan berhubungan
dengan asites  Klien mengatakan perut terasa makin
keras dan membesar tapi badan
tampak kurus, klien mengatakan BB
naik dengan cepat beberapa hari ini

33
karena perutnya yang semakin
membesar
O;

 Tampak asites
 Area perut teraba keras
 Hasil pemeriksaan Lab : Uerum.........,
creatinin............
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1-6

Ketidakseimbangan S : klien mengatakan mual berkurang


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh O : Makan habis ½ porsi
berhubungan dengan
intake tidak adekuat A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 8

11-09- Nyeri akut S:


2018 berhubungan dengan
keruskan jaringan  Klien mengatakan nyeri di area perut
hepar masih terasa, skala nyeri 6(1-10), nyeri
dirasakan hilang timbul.
O:

 Tampak ada asites, perut teraba


mengeras.
 Terdapat nyeri tekan pada area perut
 TD 130/70 mmHg, N 90x/mnt
 R 22x/mnt
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 7

34
Hipertermi S : klien mengeluh meriang, pusing
berhubungan dengan
inflamasi O:

 Kulit teraba hangat


 S = 38,50C
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1- 4

Kelebihan volume S:
cairan berhubungan
dengan asites  Klien mengatakan perut terasa makin
keras dan membesar tapi badan
tampak kurus, klien mengatakan BB
naik dengan cepat beberapa hari ini
karena perutnya yang semakin
membesar
O;

 Tampak asites
 Area perut teraba keras
 Hasil pemeriksaan Lab : Uerum.........,
creatinin............
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1-6

Ketidakseimbangan S : klien mengatakan mual berkurang


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh O : Makan habis ½ porsi
berhubungan dengan
intake tidak adekuat A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 8

35
12-10- Nyeri akut S:
2018 berhubungan dengan
keruskan jaringan  Klien mengatakan nyeri di area perut
hepar masih terasa, skala nyeri 6(1-10), nyeri
dirasakan hilang timbul.
O:

 Tampak ada asites, perut teraba


mengeras.
 Terdapat nyeri tekan pada area perut
 TD 130/70 mmHg, N 90x/mnt
 R 22x/mnt
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 7

Hipertermi S : klien mengeluh meriang, pusing


berhubungan dengan
inflamasi O:

 Kulit teraba hangat


 S = 38,50C
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1- 4

Kelebihan volume S:
cairan berhubungan
dengan asites  Klien mengatakan perut terasa makin
keras dan membesar tapi badan
tampak kurus, klien mengatakan BB
naik dengan cepat beberapa hari ini
karena perutnya yang semakin
membesar

36
O;

 Tampak asites
 Area perut teraba keras
 Hasil pemeriksaan Lab : Uerum.........,
creatinin............
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi No. 1-6

Ketidakseimbangan S : klien mengatakan mual berkurang


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh O : Makan habis ½ porsi
berhubungan dengan
intake tidak adekuat A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi No. 1 - 8

37
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa Data Hasil Pengkajian

Menurut Smeltzer & Bare (2001) manifestasi klinis dari sirosis hepatis
antara lain : penurunan nafsu makan, mual, penurunan berat badan, pembesaran
hati, obstruksi portal dan acites, varises gastrointestinal, edema, defisiensi
vitamin (terutama vit. A, C dan K) dan anemia, serta kemunduran mental
dengan ensefalopati dan koma hepatik.

Pada hasil pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan alkalin fosfat


serum, ALT dan AST, peningkatan kadar ammonia darah, protombin
memanjang, gangguan elektrolit, SGOT, SGPT, LDH, serta penurunan kadar
albumin.

Berdasarkan hasil kajian didapatkan data subjektif dan objektif dari


pasien sebagai berikut :

1. Data Subjektif :
a. Klien mengatakan nyeri di area perut terutama jika batuk dan banyak
bergerak, nyeri berkurang dengan istirahat, nyeri terasa seperti disayat-
sayat, nyeri dirasakan diarea perut,skala nyeri 6 (1-10), nyeri dirasakan
terus menerus.
b. Klien mengeluh meriang, pusing.
c. Klien mengatakan perut terasa makin keras dan membesar tapi badan
tampak kurus
d. Klien mengatakan BB naik dengan cepat beberapa hari ini.
e. Klien mengatakan perutnya yang semakin membesar.
f. Klien mnegatakan mual dan porsi makan tidak habis.
g. Klien mengatakan bahwa ia seorang pecandu alkohol sejak masih SMP
sampai sebelum masuk RS.
2. Data Objektif :
a. Tampak ada asites, perut teraba mengeras.

38
b. Terdapat nyeri tekan pada area perut
c. TTV : TD = 10/70 mmHg; N = 80x/mnt; R = 22x/mnt; S = 38,5 0C.
d. Kulit teraba hangat
e. BB sebelum sakit : 49 kg; BB setelah sakit : 59 kg.
f. Tampak asites
g. Hasil Ro Thorax ada efusi pleura
h. Hasil USG abdomen : sirosis hepatis
i. Konjunctiva anemis, makan habis ¼ porsi
j. HB : 9,7 gr%

Dari hasil kajian didapatkan bahwa tanda dan gejala yang muncul pada
klien merupakan manifestasi lanjut yang disebabkan oleh kegagalan fungsi hati
yang kronis dan obstruksi sirkulasi portal. Penumpukan cairan di daerah
peritoneal menyebabkan acites. Tipe klinis ini disebut penyakit hepatoseluler
(sirosis laennec) yang paling sering ditemukan dan terutama disebabkan oleh
hepatitis C dan Alkoholisme. Berdasarkan analisa data tersebut, pasien
dicurigai terjadinya sirosis hepatis akibat dari kebiasaan mengkonsumsi
alkohol yang terlalu lama.

Penelitian yang dilakukan oleh A Lovena (2013) tentang karakteristik


pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. M. Jamil Padang periode 1 Januari 2011 –
31 Desember 2013 didapatkan hasil bahwa dari 304 kasus sirosis hepatis
frekuensi terbanyak adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki (65%),
penyebab terbanyak hepatitis B (51%), dan komplikasi terbanyak acites
(36,3%).

Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat adalah alkohol dan


Hepatitis C, sedangkan di Indonesia penyebab utama sirosis hepatis adalah
Hepatitis B (40%-50%) dan Hepatitis C (30%-40%) (Nurdjanah, 2006).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi akut

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

39
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi portal sekunder
terhadap sirosis hepatis

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat sekuder terhadap anoreksia.

B. Evaluasi Hasil

Asuhan keperawatan telah diimplementasikan selama 3 hari


berdasarkan prioritas masalah keperawatan, dengan hasil sebagai berikut :

1. Data Subjektif :
a. Pasien mengatakan masih nyeri di bagian abdomen, nyeri seperti
tersayat-sayat, nyeri hilang timbul, nyeri muncul bila batuk atau perut
terisi makanan atau minuman, nyeri berkurang saat beristirahat dan
makan minum dibatasi. Skala nyeri 6.
b. Klien mengatakan kadang – kadang pusing.
c. Klien mengatakan mualnya berkurang
d. Klien mengatakan takut kalau makan atau minum terlalu banyak
perutnya bertambah besar dan nyeri
2. Data Objektif :
a. Abdomen tampak acites dan teraba keras
b. Terdapat nyeri tekan pada area abdomen
c. Kulit teraba hangat
d. Makan hanya habis ½ porsi
e. TD : 100/80 mmHg; HR : 100 x/mnt; RR : 20 x/mnt; T : 38,6 0 C.

Asites bisa terjadi disebabkan penimbunan cairan dalam rongga


peritoneum akibat hipertensi porta dan hipoalbuminemia. Pada pasien dengan
sirosis hepatis, edema yang pertama akan muncul adalah pada bagian abdomen.
Pada sirosis hepatis terjadi jaringan fibrosis yang mengakibatkan terjadinya
tahanan pada vena porta akibatnya terjadi peningkatan tekanan dari vena

40
tersebut. Akibat dari peningkatan ini, terjadi pengalihan aliran darah ke
pembuluh darah mesenterika sehingga terjadi filtrasi bersih cairan keluar dari
pembuluh darah ke rongga peritoneum (Price, 2007).
Perawatan pasien dengan sirosis hepatis harus dilakukan kontrol yang
baik dan tertaur terutama intake dan outputnya, istirahat yang cukup, diet tinggi
kalori tinggi protein, serta lemak secukupnya. Pasien kemungkinan besar
menderita sirosis hepatis diakibatkan oleh kebiasaan mengkonsumsi minumal
beralkohol yang sudah cukup lama, sehingga perlu diberikan pendkes terhadap
klien dan keluarganya agar menghentikan kebiasaan tersebut yang akan
memperparah keadaan klien dikemudian hari. Tirah baring dan diet rendah
garam juga harus diperhatikan untuk mengurangi acites. Penggunaan diuretik
harus tetap dikontrol dengan ketat serta dilindungi dengan pemberian albumin.

Menurut Farkhan (2018) ...............................

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

42
DAFTAR PUSTAKA

Angela Lovena, dkk. 2013. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Farida, Y., Andayani, T. M., & Ratnasari, N. 2013. Analisis penggunaan obat pada
komplikasi sirosis hati. Jurnal manajemen dan pelayanan farmasi (Journal
of Management and Pharmacy Practice), 4(2), 77-84.
Leki, M. E. 2016. Studi penggunaan laktulosa pada pasien sirosis dengan
ensefalopati hepatik rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo (Doctoral
dissertation, Widya Mandala Catholic University Surabaya).
Marselina, N. M. T., & Purnomo, H. D. 2014. Gambaran klinis pasien sirosis hati:
Studi Kasus Di Rsup Dr Kariadi Semarang Periode 2010-2012 (Doctoral
dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro University).
Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnosa
medis dan Nanda Nic-Noc. Ed. Revisi. Jilid 3. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction Jogja.
Nurdjanah S. Sirosis hati. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S editor (penyunting). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi
ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.
Pradipta, S. E. 2015. Studi penggunaan antibiotik cefotaxime pada pasien sirosis
hati dengan manifestasi Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) rawat inap
di RSUD kabupaten Sidoarjo (Doctoral dissertation, Widya Mandala
Catholic University Surabaya).
Price. Sylvia A. Lorraine M. Wilson. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC;2007
RISKESDAS. (2013). Laporan riset kesehatan dasar. www.litbang.depkes.go
.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Ris kesdas2013.PDF riskesdas.
Suwanti, I., & Aprilin, H. 2017. Studi korelasi pengetahuan keluarga pasien
tentang penularan hepatitis dengan perilaku cuci. Jurnal
Keperawatan, 10(2), 20-32.

43

Anda mungkin juga menyukai