Laporan Praktikum Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid
Laporan Praktikum Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Diharapkan setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu nelakukan identifikasi
senyawa flavonoid pada tanaman yang digunakan dalam sistem pengobatan
1.2 Dasar teori
Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun,
akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoid ini berada di dalam
tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoid yng terdapat pada hewan, misalnya
dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan
bahwa flavonoid berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak
dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang
tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988)
Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini
gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan
asam. Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti
flavonoid, misalnya pada orientin. (Markham, 1988).
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon
flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan
variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh
udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat
dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-
hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya.
Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol.
Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna
yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat
juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-
glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan
terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan
pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda
cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai
bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua
glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan
jeruk.
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambirdan daun
teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.
7. Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua
warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan
tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu
sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau
pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen
dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air.
(Harborne, 1996)
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.
Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas
berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga
bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoid dimana semua
flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spessies : Psidium guajava, L. ( Cronquist, 1981).
Menurut Taiz dan Zeiger (2002) metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan
merupakan bagian dari sistem pertahanan diri. Senyawa tersebut berperan sebagai pelindung
dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegah pemakanan oleh herbivora. Metabolit
sekunder dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu terpen, fenolik, dan senyawa
mengandung nitrogen terutama alkaloid.
Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan kulit
batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun tanaman jambu biji
selain mengandung tanin, juga mengandung zat lainseperti asam ursolat, asam lat, asam
guajaverin, minyak atsiri dan vitamin (Thomas, 1989). Daun-daun jambu biji memiliki
kandungan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9%, minyak atsiri berwarna kehijauan yang
mengandung eganol sekitar 0,4%, damar 3%, minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral
(Kartasapoetra, 2004).
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena
daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam
malat (Depkes, 1989). Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai antidiare, astringen,
sariawan dan menghentikan pendarahan. Sebagai obat anti diare telah dipasarkan dalam
bentuk jamu modern atau pil, bahkan industri farmasi seperti “Kimia Farma” telah
memformulasikan menjadi obat fitofarmaka yang sudah banyak beredar dipasaran dengan
nama “Fitodiar”, produk lainnya dari pabrik „Soho” yaitu Diapet. Selain daunnya, buah
jambu batu terutama dari jenis berwarna merah sering digunakan untuk mengobati penyakit
demam berdarah. Sedangkan senyawa kimia yang terkandung didalam buah jambu adalah
benzaldehid, D-ribosa, Larabinosa, D-ramnosa, D-glukosa, Dgalaktosa, D-fruktosa dan
sukrosa Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon, senyawa
ini banyak terdapat pada tanaman famili myrtaceae dan solanacea. Telah dikenal sejumlah
glikosida flavonol yaitu turunan dari quersetin , diantaranya adalah quersetin –3-L-
rhamonoside atau quersitrin yang digunakan untuk pewarna tekstil, quersetin–3-rutinoside
yang biasa disebut rutin dan quersetin 3 glukoside atau isoquersitrin yang berkhasiat
diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia. Senyawa rutin
terdapat dalam tanaman tembakau dari famili Solanaceae dan Eucalyptus macrorynh dari
familia Myrtaceae (Harborne, 1987).
Rosella segar mengandung sangat tinggi vitamin C, selain itu Rosella juga kaya
akan mineral seperti kalsium, phosphor, potassium dan zat besi yang sangat penting
untuk tubuh. Kelopak bunga Rosella sangat berkhasiat sebagai antiinflamasi, antiseptik,
antibakteri, astringent, analgetik dan anti kanker, anti oksidan tinggi, menurunkan
kolesterol dan asam urat. Kelopak bunga Rosella memiliki khasiat tersebut karena
memiliki kandungan bahan aktif, antara lain flavonoid, fenol atau polifenol , asam
sitrat,saponin, tannin, anti oksidan seperti gossypeptin, anthocyanin, glucide hibiscin.
Flavoid berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme, karena mampu
membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen (Istudor dan
Humadi, 2008).
1.2.5 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner
denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes
lewat.Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin
suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981). Cara-cara kromatografi dapat digolongkan
sesuai dengan sifat – sifat dari fasa diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa
diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi
partisi. Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem
kromatografi yaitu:
1. Fasa gerak cair–fasa diam padat (kromatografi serapan):
3. Fasa gerak cair–fasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas.
a. kromatografi gas–cair
Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya
5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30
menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau
sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan
zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut.
(Sudjadi, 1986).
dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas (Markham, 1988).
Angka Rf berjangka antara nol koma nol dan hanya ditentukan dua desimal. hRf adalah
angka Rf dikalikan factor 100 (h),menghasilkan nilai berjangka nol sampai 100, tetapi karena
angka Rf mempunyai fungsi sejumlah faktor, angka ini dianggap sebagai petunjuk saja, harga
hRf lah yang dicantumkan untuk menunjukan letak suatu senyawa pada kromatogram (Stahl,
1985).
BAB II
METODE
6,3 𝑐𝑚
Rf = 8 𝑐𝑚 = 0,8
3.2 Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid Pada Hibiscus sabdariffa
Hasil pengamatan pada bahan ekstrak Hibiscus sabdariffa setelah diamati dibawah lampu
UV pada panjang gelombang 366 nm, noda tidak tampak dan hanya tampak garis yang berwarna
biru. Dan diperoleh data berupa :
a. Jarak noda dengan batas bawah :-
b. Jarak antara batas bawah dan batas atas : 8 cm
Sehingga didapatkan nilai Rf sebesar :
−
Rf =8 𝑐𝑚 = -
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat Dan Makanan.
El Sohafy, S.M., Metwalli, A.M., Harraz, F.M., and Omar, A.A., 2009, Quantification of
flavonoids of Psidium guajava L. preparations by planar chromatography (HPTLC), Phcog
Mag., 4(17), 61-66
Fajar, Mohammad. 2011. Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap Aktifitas Antioksidan
Ekstrak etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih. Universitas
Islam Bandung : Bandung
Istudor, V., dan Humadi, S.S. (2008). Quantitative Analysis of Bio-Active Compound in Hibiscus
sabdariffa L. Extracts. Note I Quantitative analysis of flavonoids. Farmacia.