Anda di halaman 1dari 30

APLIKASI TEORI JEAN WATSON “PHILOSOPHY AND SCIENCE OF

CARING” DALAM PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :
1. ISNADI AGUS
2. PUTRI INDAH PRATIWI
3. RIHALIZA
4. TESSA OLIVIA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas hidayahNya dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Aplikasi Teori Jean Watson Philosophy And Science Of Caring dalam
Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar
Sain Keperawatan pendekatan Pengkajian Program Magister Keperawatan peminatan Keperawatan
Medikal Bedah.
Makalah ini membahas mengenai konsep teori caring Jean Watson dan penerapan teori
tersebut ke dalam proses pemberian asuhan keperawatan, khususnya pengkajian.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penyusun mengharapkan saran
konstruktif untuk memperbaiki makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan ilmu dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kelompok penyusun pada
khususnya.

Padang, April 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.3.Tujuan ....................................................................................... 3
1.4.Manfaat..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
2.1 Biografi dan Profil Jean Watson............................................... 4
2.2 Teori Konseptual “Caring” Jean Watson.................................. 5
2.3 Asumsi Watson......................................................................... 7
2.4 Asumsi Science of Caring......................................................... 8
2.5 Konsep Utama: 10 Faktor Karatif............................................. 9
2.6 Caritas Process......................................................................... 23
2.7 Paradigma Keperawatan Menurut Jean Watson........................ 25
BAB III APLIKASI TEORI PHILOSOPHICAL AND SCIENCE OF CARING
PADA PENGKAJIAN MEDIKAL BEDAH ................................................ 26
3.1 Pengkajian Berdasarkan Teori Philosophical and Science of Caring Pada
Pengkajian Medikal Bedah....................................................... 26
3.2 Panduan Format Pengkajian Sesuai Teori Jean Watson............ 29
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 40
4.1 Kesimpulan............................................................................... 40
4.2 Saran......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 42
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat dan
bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Masyarakat lebih sadar
akan hak dan kewajiban untuk menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan
dengan mutu yang secara profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini
tiada upaya lain yang perlu dilakukan kecuali mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap
mutu layanan keperawatan.
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori-teori
keperawatan, salah satunya adalah teori Caring menurut Jean Watson. Caring adalah sentral
untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis,
dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada pasien. Kunci dari
kualitas pelayanan asuhan keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Hal
ini sangat sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi faktor caring, seperti umur, gender, lingkungan kerja
dan kualifikasi perawat. melihat banyak faktor yang mempengaruhi perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang didasari prinsip caring, kelompok tertarik untuk melihat fenomena
yang terjadi di lahan praktek, apakah caring dapat dilaksanakan oleh perawat tanpa dibatasi
tempat, waktu dan kondisi pasien.
Ilmu dan praktik keperawatan adalah dua hal yang sangat perlu dikembangkan oleh
perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang professional. Perawat yang berada
pada tingkat praktisi, peneliti atau pendidik atau pada posisi lain diharapkan untuk dapat
mengembangkan usaha penerapan teori keperawatan yang sudah ada dalam ke dalam praktik
keperawatan yang baik dan benar. Teori keperawatan yang telah ada sebenarnya dapat
membantu mengarahkan praktik keperawatan menuju asuhan keperawatan yang lebih baik.
Teori keperawatan merupakan suatu teori yang berkembang yang didasarkan pada
pengetahuan ilmu keperawatan bukan berdasarkan pengetahuan ilmu lain.Perkembangan pada
teori keperawatan merupkan aspek yang signifikan pada evolusi ilmiah dan batu loncatan dari
ilmu keperawatan.
Alligood &Tomey (2006) menjelaskan bahwa teori muncul atas usaha individual dari
para pemimpin keperawatan. Perkembangan teori muncul sebagai produk dari ilmu professional
dan proses pertumbuhan dari pemimpin keperawatan, administrator, pendidik, dan praktisioner
yang telah mendapat pendidikan tinggi dan melihat keterbatasan dari disiplin ilmu lain. Dalam
membuat suatu teori mereka mempunyai filosofi atau falsafah sebagai pedoman untuk mengkaji
tentang penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingin-tahuan tentang
gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dari pada metode empiris. Dengan
cara menganalisis suatu fenomena keperawatan secara rasional dan logis.
Salah satu teoris dengan teorinya Philosophy and Science of Caring yaitu Jean Watson
menggunakan suatu filosofi untuk mendeskripsikan teorinya.Dia percaya bahwa perawat harus
mengembangan filosofi kemanusiaan dan system nilai.Karena kedua hal tersebut merupakan
dasar yang kuat dari ilmu caring.Salah satu contoh aplikasi teori Philosophy and Science of
Caring pada pasien dengan hipertensi.
Penerapan teori model watson dipercaya dapat meningkat kualitas hidup pasien karena
penerapan model caring ini memandang manusia sebagai mahkluk yang holistik: biologis,
psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Model teori caring Watson direkomendasikan pada
perawat dalam merawat pasien agar meraka dapat meningkatkan kemampuannya, lebih efektif
dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pada aplikasi teori ini kami berusaha memaparkan salah satu teori keperawatan, yaitu
teori dari Jean Watson tentang “Philosophy and Science of Caring” dan penerapan teori tersebut
dalam kasus penyakit yang dialami pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana teori dari Jean Watson tentang “Philosophy and Science of Caring” sebagai
philosophical theory dan penerapan teori tersebut dalam pengkajian keperawatan medical
bedah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui teori dari Jean Watson tentang
“Philosophy and Science of Caring” dan penerapan teori tersebut dalam pengkajian keperawatan
medical bedah.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan aplikasi teori ini diharapkan kita dapat mengambil makna dari
filosofi teori keperawatan agar dapat menerapkan pada praktik keperawatan baik dalam
pendidikan, pelayanan dan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biografi dan Profil Jean Watson


Margareth Jean Harman Watson lahir 21 Juli 1940 di Virginia Barat bagian selatan dan
besar di sebuah kota kecil Welch di pegunungan Appalachian. Watson memasuki sekolah
menengah atas di Virginia barat dan kemudian sekolah keperawatan Lewis gale. Dr.Jean Watson
menjadi Profesor Keperawatan dan menjabat sebagai ketua dalam Ilmu Keperawatan di
University of Colorado Denver dan Anschutz Kampus Kedokteran Pusat.Dia adalah pendiri dari
Pusat Keparawatan di Colorado dan merupakan anggota dari Akademi Keperawatan
Amerika.Dia sebelumnya menjabat sebagai Dekan Keperawatan di Universitas Ilmu Kesehatan
Pusat dan merupakan mantan presiden Liga Nasional untuk Keperawatan. Kegiatannya terbaru
termasuk Pendiri dan Direktur dari sebuah yayasan baru: Watson Caring Science Institute.
Dr .Watson telah menerima gelar sarjana dan pascasarjana di bidang keperawatan dan
kejiwaan, keperawatan kesehatan dan memegang gelar PhD dalam bidang psikologi pendidikan
dan konseling.Dia adalah seorang penulis dipublikasikan secara luas dan penerima beberapa
penghargaan dan gelar kehormatan, termasuk Kellogg internasional Fellowship di Australia,
Fulbright Research Award di Swedia.Dia memegang delapan (8) Gelar Doktor Kehormatan,
termasuk 5 Internasional Kehormatan Doktorat (Swedia, Inggris, Spanyol, Inggris, Kolombia
dan Quebec, Kanada).
Dia telah menjadi Guru Besar dan diakui di universitas-universitas di seluruh Amerika
Serikat dan sudah berkeliling dunia beberapa kali.Keperawat klinis dan program akademik di
seluruh dunia menggunakan karya-karyanya yang diterbitkan pada filsafat dan teori kepedulian
manusia serta seni dan ilmu dalam keperawatan peduli.
Filsafat peduli Dr Watson digunakan untuk memandu model transformatif kepedulian
dan penyembuhan praktik bagi perawat dan pasien, dalam pengaturan yang beragam di seluruh
dunia. Dia adalah penerima penghargaan nasional, termasuk Penghargaan Institut Fetzer
Norman Cousins, sebagai pengakuan atas komitmennya untuk mengembangkan, memelihara
dan mencontohkan hubungan-berpusat praktek perawatan.
Di Universitas Colorado, Dr.Watson memegang gelar Distinguished Profesor
Keperawatan; kehormatan tertinggi yang diberikan fakultas untuk karya ilmiah. Pada tahun
1999 ia menjabat sebagai Ketua Murchinson-Scoville di Science Peduli, kursi pertama yang
diberikan pada bangsa di bidang Caring science, berbasis di University of Colorado Denver &
Health Sciences Center.
Sebagai penulis atau rekan penulis telah membuat lebih dari 14 buku tentang
merawat.Buku terbarunya mengenai pengukuran empiris dari kepedulian, untuk filsafat modern
baru tentang kepedulian dan penyembuhan. Buku-bukunya banyak menerima penghargaan
tahunan AJN. Dimana dalam isi bukunya ia berusaha untuk menjembatani paradigma serta
mengarah ke model transformatif untuk abad ke-21.

2.2 Teori Konseptual “Caring” Jean Watson


Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap
proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science lainnya,
meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan
hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik – dari individu, pada
orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta (Watson, 2004).
Watson(1988) dan George (1990) dalam Sartika (2011) mendefenisikan caring
lebih dari sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya
caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spritualnya
meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan
dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggung
jawaban hubungan antara perawat-pasien, dimana perawat membantu memperoleh pengetahuan
dan meningkatkan kesehatan.
“Theory of Human Caring” (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.Watson
mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan.
Dalam hal ini caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Kemudian caring juga menekankan harga
diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai pasien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan pasien. Watson juga
mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah kesehatan unik, artinya
dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus mampu memahami setiap respon yang
berbeda dari pasien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi.
Selain itu, caring hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal yaitu hubungan yang
terjadi antara perawat dengan pasien, dimana perawat menunjukkan caring melalui perhatian,
intervensi untuk mempertahankan kesehatan pasien dan energi positif yang diberikan pada
pasien. Watson juga berpendapat bahwa caring meliputi komitmen untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat di
tantang untuk tidak ragu dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik
keperawatan.
Yudha dan Subekti (2009;79-81) mengemukakan bahwa Jean Watson memulai karya
mengenai metafisik dang transpersonalnya mengenai caring pada manusia pada tahun 1970-an
dan menerbitkan buku pertamanya “Nursing The Philosophy and science of caring” pada tahun
1979. Ia terus mengembangkan teori-teorinya, yang mencerminkan paradigma ilmu
pengetahuan tentang manusia yang baru dan telah memperbaiki teorinya tersebut pada publikasi
berikutnya (Watson 1985, 1988, 1990). Watson berkeyakinan bahwa keperawatan jauh dari
sekedar pendekatan ekstensial-fenomenologis untuk memadukan konsep-konsep kejiwaan dan
transendensi. Jiwa adalah esensi dari seseorang yang mengandung geits (roh atau kesan diri
yang tinggi), yang memiliki kesadaran diri, tingkat kesadaran tinggi, suatu kekuatan internal,
dan kekuatan yang dapat memperbesar kapasitas manusia dan memungkinkan seseorang untuk
melebihi dari lazimnya (1982:224). Transendensi mengacu pada kapasitas untuk eksis bersama
dengan masa lalu, saat ini, dan masa depan semua sekaligus dalam saat ini dan sekarang.
Transpersonal human caring dipandang baik sebagai ideal moral keperawatan maupun
sebagai proses caring. Ideal moral mengandung interaksi transpersonal dan intersubjektif
dengan orang-orang.Proses caring terdiri atas komitmen untuk melindungi, meningkatkan, dan
memulihkan humanitas dengan mengembalikan martabat, keselarasan batin, dan memfasilitasi
kesembuhan. Perawat membantu orang lain untuk mendapatkan pengetahuan diri, pengendalian
diri, dan kesiapan untuk penyembuhan diri, yang memungkinkan mereka untuk meraih kembali
rasa keselarasan batin mereka.

2.3 Asumsi Watson


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip holografis keperawatan
transpersonal.Ia berkeyakinan bahwa jika seseorang memiliki tubuh yang tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Sebagian dari asumsi Watson (1985:32-33) yang mendasari nilai-nilai asuhan
manusia dalam keperawatan adalah:
a. Kasih sayang dan cinta adalah kekuatan kosmik yang paling universal daan misterius dan
tersusun atas energy psikis universal dan primal.
b. Untuk dapat bertahan hidup, seseorang harus menjadi lebih menyanyangi dan mencintai
untuk memelihara humanitas mereka.
c. Menyayangi dan mencintai diri-sendiri adalah hal penting sebalum seseorang dapat
menghargai dan merawat orang lain dengan welas asih dan bermartabat.
d. Kasih sayang adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus paling utama dan
penyatu untuk praktik keperawatan.
e. Peran merawat mengalami penurunan dalam system layanan kesehatan dan terancam oleh
meningkatnya teknologi medis dan birokrasi-manajerial institusi.
f. Konstribusi social, moral, dan ilmiah keperawatan terhadap manusia dan masyarakat terletak
pada komitmennya terhadap manusia dan masyarakat terhadap ideal perawatan manusia
dalam teori, praktik, dan penalitian.

2.4 Asumsi science of caring


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal
caring.Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu.
Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:
1) Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara interpersonal
2) Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan
manusia tertentu
3) Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga
4) Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga menerima
akan jadi apa dia kemudian
5) Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari potensi yang ada,
dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk memilih tindakan yang terbaik bagi
dirinya saat itu
6) Caring lebih “healthogenic” daripada curing.
7) Praktek caring merupakan sentral bagi keperawatan

George(1995:294) mengemukakan bahwa Watson melihat kepedulian keperawatan


sebagai atribut paling berharga yang ditawarkan kepada umat manusia, tak adanya kepedulian,
akan kurang diterimanya penekanan dibanding aspek-aspek lain dari praktek keperawatan.
Watson dalam George (1995) menyatakan ;
“Peran perawatan manusia (dalam keperawatan) terancam oleh teknologi medis meningkat,
birokrasi-manajerial kendala institusional dalam sebuah masyarakat. Pada saat yang sama telah
terjadi proliferasi pengobatan dan teknik pengobatan dan penyembuhan yang sering tanpa
memperhatikan biaya.

2.5 Konsep Utama: 10 Faktor Karatif


Dasar teori Watson (1989) adalah nilai dan penghormatannya yang sangat mendalam
terhadap keajaiban dan misteri kehidupan, suatu pengakuan terhadap dimensi spiritual
kehidupan dan keyakinan terhadap kekuatan internal proses keperawatan dan penyembuhan.
Konsep utama Watson meliputi 10 carativefaktor, penyembuhan transpersonal dan hubungan
caring transpersonal, caring momen, kewajiban untuk caring, caring healing modalities,
kesadaran untuk caring, energy kesadaran untuk caring, dan kesatuan kesadaran. Watson
memperluas factor karatif ke konsep yang terkait erat, karitas, kata Latin yang berarti "untuk
menghargai, untuk menghargai, untuk memberikan perhatian khusus, jika tidak mencintai
perhatian. Faktor karatif berevolusi dalam perspektif, dan ide-ide dan nilai-nilai nya
berkembang, Watson menawarkan terjemahan dari faktor karatif aslike dalam proses caritas
klinis yang disarankan dan menawarkan pandangan yang lebih terbuka. Watson (1999)
menggambarkan "Hubungan Caring Transpersonal"sebagai dasar teorinya. Adapun 10 faktor
karatif Watson dalam Parker (2014) yaitu:
1. Pembentukan system nilai humanistic-altruistic
Humanistik dan altruistik nilai dipelajari sejak awal kehidupan tetapi dapat sangat
dipengaruhi oleh pendidik perawat.Faktor ini dapat didefinisikan sebagai kepuasan melalui
pemberian dan perpanjangan rasa diri (Watson, 1979).
2. Penerapan keyakinan dan harapan
Faktor ini menggabungkan nilai-nilai humanistik dan altruistik, memfasilitasi promosi
perawatan holistik keperawatan dan kesehatan yang positif dalam populasi pasien.Hal ini
juga menggambarkan peran perawat dalam mengembangkan hubungan antar perawat-pasien
yang efektif dan dalam mempromosikan Wallness dengan membantu pasien mengadopsi
perilaku mencari kesehatan (Watson, 1979).
3. Budaya sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain
Pengakuan perasaan mengarah ke aktualisasi diri melalui penerimaan diri untuk kedua
perawat dan pasien. Sebagai perawat mengakui sensitivitas dan perasaan mereka, mereka
menjadi lebih wajar, otentik, dan peka terhadap orang lain (Watson, 1979)
4. Pengembangan hubungan saling percaya yang sifatnya membantu
Pengembangan hubungan membantu kepercayaan antara perawat dan pasien sangat penting
untuk kepedulian transpersonal.Sebuah hubungan saling percaya mempromosikan dan
menerima ekspresi perasaan baik positif dan negatif.Ini melibatkan kesesuaian,
empati,kehangatan non posesif, dan komunikasi yang efektif. Kongruensi melibatkan
menjadi nyata, jujur, tulus, dan otentik. Empati adalah kemampuan untuk mengalami dan
dengan demikian, memahami persepsi orang lain dan perasaan dan untuk
mengkomunikasikan pemahaman. Kehangatan non posesif ditunjukkan oleh volume
berbicara moderat, sikap, santai, terbuka, dan ekspresi wajah yang kongruen dengan
komunikasi lainnya. Komunikasi yang efektif memiliki kognitif, komponen respon afektif,
dan perilaku (Watson,1979)
5. Penerimaan dan peningkatan ungkapan perasaan yang positif maupun negatif
Berbagi perasaan adalah pengalaman pengambilan risiko untuk kedua perawat dan
pasien.Perawat harus siap baik untuk perasaan positif atau negatif. Perawat harus menyadari
bahwa pemahaman intelektual dan emosional dari situasi berbeda (Watson, 1979).
6. Penggunaaan metode penyelesaian secara ilmiah dan sistematis dalam pengambilan
keputusan
Penggunaan proses keperawatan membawa pendekatan pemecahan masalah ilmiah asuhan
keperawatan, menghilangkan dalam citra tradisional perawat sebagai hamba dokter. Proses
keperawatan ini mirip dengan proses penelitian yang sistematis dan terorganisir (Watson,
1979).
7. Peningkatan belajar-mengajar interpersonal
Faktor ini merupakan konsep penting untuk keperawatan dalam hal itu memisahkan
kepedulian dari menyembuhkan.Hal ini memungkinkan pasien untuk diberitahu dan
menggeser tanggung jawab untuk Wallness dan kesehatan kepada pasien. Perawat
memfasilitasi prosesini dengan mengajar teknik belajar yang dirancang untuk
memungkinkan kebutuhan, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi mereka
(Watson, 1979).
8. Penyediaan lingkungan mental, fisik, sosiokutural, dan spiritual yang supportif, protektif dan
korektif
Perawat harus menyadari pengaruh bahwa lingkungan internal dan eksternal terhadap
kesehatan dan penyakit individu.Konsep yang relevan dengan lingkungan internal meliputi
keyakinan mental dan spiritual kesejahteraan dan sosial budaya dari dan individu. Selain
variabel epidemiologi, variabel eksternal lainnya termasuk kenyamanan, privasi, keamanan,
dan bersih, estetika sekitarnya (Watson, 1979).
9. Bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia
Perawat mengakui kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal diri dan
pasien.Pasien harus memenuhi kebutuhan yang lebih rendah sebelum mencoba untuk
mencapai tingkat kebutuhan yang tinggi.
10. Kekuatan eksistensial-fenomenal kekuatan
Fenomenologi menggambarkan data situasi langsung yang membantu orang memahami
fenomena tersebut.Psycology eksistensial adalah ilmu eksistensi manusia yang
menggunakan analisis fenomenologis.Watson menganggap faktor ini sulit dimengerti. Hal
ini termasuk untuk memberikan pengalaman pemikiran yang mengarah kepemahaman yang
lebih baik tentang diri dan orang lain.
George (1995:297-298) mengemukakan bahwa Jean Watson dalam memahami konsep
keperawatan terkenal dengan Human Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari
pada unsur teori kemanusiaan. Jean Watson (1985) membagi kebutuhan dasar manusia dalam
dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya
kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam
konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal, kebutuhan psikofisikal, kebutuhan
psikososial dan kebutuhan intrapersonal dan interpersonal.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan
spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga
untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan
kesehatan.

Berikut tingkatan kebutuhan tersebut:


1) Kebutuhan biofisikal/biophysical needs (lower order needs)
a. Kebutuhan makan dan cairan
Menurut Watson (Watson, 2008), kebutuhan ini lebih dari sekedar kebutuhan
untuk kelangsungan hidup semata. Kebutuhan ini sangat simbolik dan penuh makna.
Pada semua budaya, makan dan makanan memiliki makna intrinsik terhadap hubungan
emosional, komunikasi, dan perasaan cinta, persahabatan, kesenangan, kenyamanan,
dukungan, kehidupan sosial. Seseorang tidak sekedar mencerna makanan dan minuman,
namun mengintegrasikannya dengan perasaan atau sensasi, kondisi lingkungan sekitar,
keberadaan orang lain, suara, suasana hati, kesadaran, dan bahkan orang yang
menyiapkan atau memberikan makanan dan minuman tersebut. Manusia memasukkan
semua komponen tersebut ke dalam tubuh dan ke dalam pengalaman mereka saat
memakan makanan dan saat diberikan makanan (disuapi). Perilaku dan kebiasaan
makan, rasa makanan, dan selera/nafsu makan berhubungan langsung dengan makna
makan dan minum.
Hubungan perawat dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan makan dan minum
bersifat timbal balik, yaitu merupakan proses memberi dan menerima; membantu pasien
memperoleh kebutuhan paling dasar manusia, dimana kebutuhan tersebut merupakan
kebutuhan dasar baik untuk perawat maupun pasien. Untuk memenuhi kebutuhan makan
minum pasien, diperlukan kesadaran karitas (caritas consciousness), yaitu tentang
bagaimana menjalin hubungan yang benar dengan pasien, keberadaan perawat (perawat
selalu ada saat pasien memerlukan makan minum), memberikan makan minum di saat
yang tepat, secara sadar, siap sedia dan tahu bagaimana cara mendampingi pasien.
Perawat memenuhi kebutuhan makan minum dengan cara yang dapat diterima oleh
pasien. Perawat perlu memahami apa arti makan dan makanan bagi setiap pasien,
bagaimana budaya makan pasien, kebiasaan makan, rasa maupun aroma makanan yang
disukai, dan sebagainya (Watson, 2008).

b. Kebutuhan eliminasi
Watson menjelaskan kebutuhan eliminasi manusia meliputi kebutuhan toileting,
mandi, dan penampilan diri. Kebutuhan eliminasi tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal namun juga meliputi perasaan subyektif seperti privasi, gambaran
diri, pola dan kebiasaan eliminasi. Perbedaan budaya mempengaruhi respon terhadap
kebutuhan eliminasi. Pada budaya tertentu, masyarakat cenderung tertutup dan
merahasiakannya, namun pada budaya yang lain, masyarakat justru lebih terbuka dan
menerima kebutuhan ini sebagai fungsi normal tubuh manusia dan tidak malu dengan
kebutuhan BAB dan BAK mereka (Watson, 2008).
Perawat perlu untuk memahami makna emosional dan kebiasaan pasien terkait
eliminasi. Perawat yang karitas adalah perawat yang menghormati dan menghargai
pasien sebagai manusia yang utuh dengan segala pemaknaan subyektif pasien terkait
kebutuhan eliminasinya. Perawat akan melakukan yang terbaik untuk berespon terhadap
pasien. Hal ini membutuhkan keterampilan, sensitivitas (kepekaan) dan rasa saling
percaya diantara pasien dan perawat.
Sensitivitas dan perasaan perawat terkait dengan kebutuhan eliminasi ini akan
mempengaruhi respon perawat tersebut dalam merawat pasien. Perawat yang memiliki
jiwa karitas yang reflektif maka akan menghormati dan menghargai serta aware terhadap
pasien. Merawat pasien dengan kebutuhan eliminasi melalui pendekatan karitas ibarat
memberi hadiah kepada pasien, yaitu dengan memperhatikan integritas perasaan pasien,
berusaha memberikan yang terbaik sehingga membuat hati orang yang menerima hadiah
tersebut yaitu pasien merasa senang dan terhibur (Watson. 2008).
c. Kebutuhan ventilasi
Kebutuhan ventilasi yaitu terkait kebutuhan bernapas pasien. Napas dan proses
bernapas memiliki makna yang simbolis, terjadi aliran energi yang masuk dan keluar
tubuh. Bernapas adalah dasar untuk bertahan hidup, namun lebih dari sekedar itu,
bernapas merupakan sumber kehidupan, sumber semangat. Melalui proses menarik
napas dan menghembuskan napas, seseorang terkoneksi dengan alam semesta (Watson,
2008).
Kebutuhan ini berhubungan dengan jantung, sistem sirkulasi, paru-paru, dan
diafragma, disebut dengan sistem energi respirasi-jantung. Sistem jantung paru-paru
berhubungan dengan banyak penyakit patologis seperti serangan jantung, alergi, stres,
asma, dan gangguan lainnya.
Kebutuhan ventilasi, yang merupakan kebutuhan dasar manusia ini termasuk di
dalamnya adalah kebutuhan akan udara yang sehat, segar dan kaya akan oksigen, sistem
ventilasi lingkungan yang baik, serta terbebas dari zat-zat berbahaya dan polusi udara
sehingga sistem respirasi dan sirkulasi tubuh dapat berfungsi optimum.
Perawat dalam memenuhi kebutuhan ventilasi pasien sebaiknya juga melakukan
tindakan preventif dan berkelanjutan, seperti relaksasi, latihan kerja pernapasan, nafas
dalam dan penurunan emosi pasien. Kecemasan, marah, dan demam sering
menyebabkan perubahan pola pernapasan. Ketika seseorang sedih atau patah hati,
penurunan frekuensi atau kedalaman pernapasan sering terjadi. Pernapasan ireguler
berkaitan dengan kemarahan, ketakutan, rasa bersalah dan kesedihan. Oleh karena itu
pada orang yang berduka maka paru-parunya seringkali terganggu. Perawat perlu
memahami dimensi kompleks dari kebutuhan ventilasi pasien serta hubungannya dengan
emosi dan biofisikal sistem jantung paru-paru tubuh (Watson, 2008).

2) Kebutuhan psikofisikal/psychophysical needs (lower order needs)


a. Kebutuhan aktivitas dan istirahat
Kebutuhan seseorang terhadap aktivitas dan istirahat merupakan hal pokok dan
penting untuk kehidupan, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak
dan berinteraksi dengan lingkungannya dan mengontrol kondisi lingkungan eksternal
maupun internal. Aktivitas dan kerja membawa kepuasan tersendiri dan membuat
kehidupan seseorang lebih bermakna dan memiliki tujuan. Pergerakan dan aktivitas
merupakan sarana untuk mengekspresikan emosi dan bakat atau kemampuan seseorang
di dunia, yang kemudian mempengaruhi perilaku seseorang, gaya hidup, komunikasi,
pekerjaan, pelayanan, dan lain-lain (Watson, 2008).
Kebutuhan aktivitas-istirahat berkaitan dengan sistem musculoskeletal, yang
memungkinkan seseorang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan ini
juga berkaitan dengan kebutuhan relaksasi, tidur, istirahat, membaca, meditasi, dan lain-
lain dimana seseorang mengisi kembali energi tubuh. Aktivits dan istirahat penting untuk
menyeimbangkan energi seseorang dengan lingkungan. Terdapat pola bioritmis yang
terdiri dari irama eksogen dan endogen. Irama eksogen tergantung pada lingkungan
eksternal (misalnya jenis musim, siklus bulan, siklus siang-malam). Irama eksogen
membantu tercapainya keseimbangan internal dengan stimulus eksternal. Irama endogen
merupakan regulasi internal. Irama ini secara umum berfungsi pada harmoni atau
keselarasan, namun apabila terdapat perubahan pada salah satu siklus maka akan
berdampak pada yang lainnya. Perubahan siklus tidur-bangun adalah yang paling sering
berdampak pada level aktivitas istirahat pasien.
Perubahan pola dan tingkat aktivitas istirahat pasien dapat diamati, diubah, dan
ditingkatkan. Sebagian besar intervensi keperawatan untuk kebutuhan ini adalah
berdasarkan praktik mandiri profesional dan pertimbangan klinis dari perawat. Perawat
juga perlu melibatkan pasien dalam perencanaan perawatannya. Pemenuhan kebutuhan
ini memerlukan kerjasama dengan pasien, dengan kemauannya sendiri untuk
mendapatkan hidup yang baik tanpa membatasi nilai-nilai filosofi dan spiritual pasien.
Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan dalam memberikan saran, edukasi,
bimbingan, dan jika perlu bantuan fisik. Bantuan diberikan pada pasien-pasien yang
tergantung (dependent) dan sedang dirawat di Rumah Sakit, namun walau
bagaimanapun, level aktivitas istirahat pasien tidak dapat dialihkan atau dibebankan
pada orang lain. Perawat dalam merawat pasien, bekerja dalam konteks hubungan
caring dan dengan pendekatan pemecahan masalah secara kreatif untuk membantu
pasien mengambil keputusannya sendiri terkait pemenuhan kebutuhan aktivitas
istirahatnya. Perawat yang berjiwa karitas akan mengidentifiksi dan mengembangkan
sumberdaya, ide-ide, objek, dan aksi/tindakan yang paling dapat membantu pemenuhan
kebutuhan pasien (Watson, 2008).

b. Kebutuhan seksualitas
Kebutuhan seksualitas disebut juga kebutuhan kreativitas, kebutuhan keintiman,
ataupun kebutuhan kasih sayang. Kebutuhan ini memuat simbol-simbol, emosi, spiritual,
dan sensitivitas budaya. Seksualitas menjelaskan identitas seseorang dan merupakan
ekspresi dari bagaimana seseorang itu sesungguhnya. Seksualitas menggambarkan
energi dan kekuatan seseorang, mencerminkan kebutuhan untuk bersama-sama, untuk
bersatu dengan orang lain sehingga dapat mempertahankan kehidupan. Kebutuhan ini
melibatkan komitmen yang sungguh-sungguh sehingga seseorang dapat
mengekspresikan secara utuh kasih sayang yang ada di dalam hatinya. (Arrien, 2005
dalam Watson, 2008).
Menurut teori sistem energi kuno, sumber energi seksual terhubung dengan tubuh
melalui organ-organ reproduksi seksual, usus besar, tulang vertebra bawah, pelvis, area
pinggul, apendik, dan kandung kemih (Watson, 2008). Aspek seksualitas pada manusia
termasuk menciptakan ide-ide baru, kreativitas, dan ekspresi diri pada berbagai
tingkatan. Kebutuhan ini tidak hanya terkait dengan diri pribadi seseorang namun juga
bagaimana hubungan seseorang dengan orang lain serta lingkungan fisik (Myss, 1996
dalam Watson, 2008). Hal ini melibatkan kekuatan, otoritas, uang, dan tuntutan fisik,
lingkungan, serta biologis.
Belajar bagaimana cara untuk mengakui dan menyatakan kebutuhan seksual
merupakan bagian dari kreativitas seseorang. Individu belajar untuk hidup dengan apa
yang sudah dimiliki oleh dirinya, menerima, mencintai dan menghargai, dengan segala
kelemahan dan kekurangan pribadi. Membantu pasien dengan menghargai kebutuhan
dasarnya dapat menjadi tindakan penyembuhan bagi pasien, serta dapat memperdalam
tingkat kepercayaan pasien terhadap perawat, meningkatkan sikap terbuka dan
kepedulian antara perawat dengan pasien (Watson, 2008).

3) Kebutuhan psikososial/psychosocial needs(higher order needs)


a. Kebutuhan berprestasi
Setiap orang memiliki keinginan tertentu untuk terlibat dalam kehidupan social
sehingga merasa bermanfaat, seperti pekerjaan yang dilakukan sehingga menghasilkan
prestasi, yang competitive untuk hasil yang baik. Keinginan yang dimaksud adalah
merupakan bagian kebutuhan dasar manusia, dimana semua itu merupakan bagian dari
bagaimana kita melihat kemampuan seseorang; kemampuan, dan kesempatan untuk
mencapai keinginan sehingga dapat berkontribusi pada diri sendiri, kepuasan, dan
aktualisasi diri.
Seseorang yang telah mencapai tujuan terkait prestasi yang ada ternyata ada
pengorbanan yang lain secara internal berupa motivasi batin untuk ekspresi diri yang
lain,sehingga kebutuhan prestasi menjadi terdistorsi atau salah arah, kemudian
menyebabkan ketidakpuasan, bahkan putus asa, yang kemudian menyebabkan tidak ada
dasar untuk menilai secara bermakna jika seseorang semata-mata didorong oleh
kekuatan eksternal saja. Perlu disadari ada motivasi bawaan untuk kompetensi perilaku
dan berjuang tujuan dalam kehidupan seseorang. Kebutuhan ini disesuaikan dengan
bakat seseorang, penghargaan, keterampilan serta tingkat kematangan dan kesiapan.
Kebutuhan akan prestasi dipengaruhi oleh harapan seseorang dari keberhasilan
atau kegagalan dalam situasi tertentu. Jika prestasi masa lalu tidak lagi realistis, orang
harus mengalami repatterning akan harapan serta hasil yang baru lagi. Pandangan
mengenai prestasi semakin jelas kompleksitas mengenai interaksi antara kompetensi
dan harapan batin; talenta, keterampilan, dan nilai-nilai; dan akses terhadap kesempatan.
Bersama-sama kekuatan-kekuatan ini, sehingga perlu dikombinasikan dengan norma-
norma sosial dan struktur yang ada seperti keluarga, tempat ibadah, sekolah, kelompok
masyarakat, dan unit terorganisasi
Dalam pandangan ini, ada pemahaman bahwa seseorang mengharapkan bahwa
prestasi tertentu akan membawa penguatan nilai, bagi orang yang sakit atau memiliki
situasi kehidupan yang berubah. Sebagai contoh, seorang pria yang telah bertani
sepanjang hidupnya mungkin tidak dapat melakukan tingkat tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk pertanian setelah serangan jantung, operasi, dan sebagainya. Dengan
demikian, harapannya akan pekerjaan yang dulu dan prestasi dan tujun dapat berubah
secara dramatis yang mempengaruhi diri, harga diri, dan standar batin.
Praktek caring sering melibatkan dan membantu orang lain untuk (1)
mendapatkan pandangan yang lebih realistis dari diri mereka sendiri dan harapan mereka
dan (2) mengidentifikasi di mana mereka dapat tampil pada tingkat dimana mereka dapat
menemukan kepuasan yang diinginkan. Konsep repatterning sangat membantu dalam
membuat harapan baru dan tanggunggung jawab baru, rasa rendah diri, tidak berdaya,
putus asa, dan depresi terhadap hasil.
Kebutuhan prestasi demikian nyata di tingkat individu dan sosial-budaya serta
tercermin antara praktik spiritual individu, masyarakat, ras, dan negara antar bangsa.
Berbagai dimensi , nilai-nilai, pandangan, dan teori prestasi harus dipertimbangankan
dalam praktek keperawatan.

b. Kebutuhan berorganisasi
Dari semua kebutuhan dasar manusia, kebutuhan afiliasi paling mendekati inti
dari kemanusiaan dan kemanusiaan kita. Pernyataan bahwa kita tidak dapat hidup sendiri
menjadi dasar adalah bahwa orang perlu orang; yang kemudian menjadi penting dalam
menjaga keseimbangan dan ketergantungan akan kemerdekaan dan kebebasan, privasi
dengan keakraban, keterpisahan dengan keterhubungan, dan individuasi dalam keluarga
serta umat manusia secara kolektif .
Dalam perkembangannya berbicara tentang hubungan manusia, kemitraan, dan
untuk menghormati satu sama lain saat berinteraksi setiap manusia memiliki kebutuhan
untuk diterima dan menjadi bagian kelompok manusia juga saling menjaga privasi akan
diri sendiri dan kelompok . Pertimbangan luas kebutuhan ini berpusat bagaimana saling
berbagi,menjaga keseimbangan individu serta dinamika kelompok dan akan tekanan,
dan sebaliknya mampu menghargai akan diri sendiri .
Dalam konteks ini dapat dijelaskan bahwa kebutuhan afiliasi berkembang dalam
menanggapi hal yang berkaitan bagaimana belajar tentang diri sendiri dan orang lain
dari perbedaan-pengalaman fisik, lingkungan dan hubungan sosial, perilaku, dan
emosional seseorang.
Sistem afiliasi memungkinkan umpan balik dari orang lain; ini adalah apa yang
membantu untuk membentuk pikiran seseorang dan untuk mendukung perasaan, apa
yang membantu seseorang untuk mengidentifikasi dan mengurangi kecemasan. Jika
salah satu kekurangan interaksi ini, orang tersebut mungkin gagal untuk
mengembangkan potensi dirinya untuk keterkaitan atau menjadi tidak nyaman, ditarik,
atau tertutup di keterkaitan interpersonal.
Tiga kebutuhan interpersonal yang diidentifikasi dalam karya awal Schultz
(1967) dalam Watson (2008):
 Inklusi. Kebutuhan identitas, perhatian, dan hubungan dengan orang lain.
 Control. Kebutuhan otonomi; kekuatan untuk mempengaruhi seseorang. Kontrol
juga mengacu pada proses pengambilan keputusan antara orang. Secara dinamis juga
mengendalikan orang lain atau yang dikendalikan oleh orang lain. Ini termasuk
masalah dominasi: atas bawah, tergantung dan tidak tergantung
 Kasih sayang. Kebutuhan intim, hubungan emosional antara dan antara lain.
Dinamika ini mewakili ketegangan antara keintiman vs isolasi, apakah seseorang
dekat atau jauh dari dan dengan manusia lainnya. Kasih sayang meliputi perasaan
cinta, kelembutan, penerimaan, kepercayaan, kehangatan, dan sebagainya; itu juga
merupakan kemampuan untuk secara konstruktif menangani perasaan yang
berlawanan, seperti marah, benci, sedih, rasa bersalah, dan emosi yang terkait.

Hubungan ekstra-familial meliputi (1) membentuk persahabatan dengan orang


lain; dan (2) berbagi, bergaul, bekerja, dan bergabung dengan orang lain. Interaksi ini
menyebabkan pelayanan kemanusiaan melalui komunitas, masyarakat, profesional,
agama, dan organisasi amal. Karakteristik ini terkait dengan altruisme dan merawat
orang lain, sebelumnya dan generasi mendatang. Tanpa hubungan, manusia kehilangan
kontak dengan realitas dan makanan sosial yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Kebalikan dari afiliasi adalah isolasi.
Jika menyimak makna isolasi yang ditimbulkan maka seseorang akan
mengalami :
 Kesedihan dan penyiksaan diri
 Kecenderungan yang kuat untuk bermimpi, berpikir, berfantasi, dan kadang-kadang
berhalusinasi tentang orang lain.
 Mereka mengalami penarikan, penderitaan, apatis, berkurang pertumbuhan dan
perkembangan, dan bahkan gagal tumbuh.

Kebutuhan dasar ini dipengaruhi oleh situasi kesehatan-penyakit. Ketika


seseorang khawatir tentang kesehatan nya atau sebenarnya sakit, yang individual sering
memiliki penurunan kontak dengan orang lain, termasuk keluarga atau sistem
pendukung utama serta yang lain yang signifikan. memahami bagaimana kebutuhan
afiliasi sangat mempengaruhi bahkan penyakit ringan dan berada di "tempat tidur selama
masa sakit." Terkadang kondisi isolasi akibat penyakit ini menyebabkan hilangnya
kontak dengan kegiatan sehari-hari dan rutinitas, kekurangan dan gangguan perilaku
yang terima. Tiba-tiba, ketika pola hidup terganggu, serasa ada sesuatu yang hilang akan
kegiatan yang sebelumnya biasa dilakukan dan akhirnya mereka menjadi terasing dan
jauh dari orang disekitarnya
Terlepas dari situasi kehidupan yang memicu isolasi dari afiliatif (misalnya,
khawatir, penyakit, diagnosis, kehilangan, perubahan, ketakutan, trauma, dan
sebagainya), ketika kapasitas seseorang untuk fokus pada orang lain berkurang, afiliasi
biasanya menyebabkan kebutuhan berubah, mengakibatkan frustrasi. Pada saat yang
sama, ketika afiliasi seseorang terganggu, ada cenderung menjadi kebutuhan untuk
penurunan kuantitatif hubungan-keinginan untuk ruang sosial dan kontrak lingkungan
sosial. Sejalan dengan itu, ada peningkatan kualitatif dalam nilai umat yang ada di
sekitar individu. Memiliki lebih sedikit orang di sekitar yang khusus, dekat, intim, dan
bermakna mungkin lebih memuaskan daripada banyak orang

4) Kebutuhan Intrapersonal-interpersonal (higher order needs)


Kebutuhan aktualisasi diri
Dalam perkembangan modern teori kepribadian telah mengakui bahwa setiap
manusia memiliki perjuangan internal sehingga dapat tumbuh dan berkembang, dalam
memenuhi kebutuhan diri. Perjuangan ini juga merupkan bagian kebutuhan untuk aktualisasi
diri. Hal ini dianggap sebagai kebutuhan manusia yang universal dan terwujud dalam cara
yang unik.
Kebutuhan aktualiasasi berjuang untuk melahirkan semangat yang termotivasi secara
internal dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal seseorang untuk membentuk harmoni
pikiran-tubuh-jiwa, Keutuhan jiwa. Menurut karya Erikson (1963), aktualisasi diri adalah
mengangkat akan kesadaran ke tingkat yang lebih tinggi terkait budaya, etika, dan spiritual.
Konsepsi ini mencakup gagasan generativity-yaitu, suatu lingkungan yang membahas
ekologis dalam mendukung dan peduli akan kesehatan manusia untuk generasi mendatang
Caritas Kesadaran Perawat adalah untuk melihat apakah perawat atau pasien selalu
saling mendengarkan dan terbuka. Kualitas hidup terkait dengan cinta-diri, kesadaran diri,
dan pengetahuan diri-memungkinkan untuk peduli, penyembuhan diri, pengetahuan diri, dan
pengendalian diri melalui kesadaran diri, pilihan informasi, keputusan, dan tindakan .
Kesadaran dalam membereikan kontribusi terhadap pemahaman kita tentang pola hidup dan
kesejahteraan dan pemahaman konsep kita terhadap sakit dan penyakit.

2.6 Caritas Process


Konsep utama Watson meliputi 10 carative faktor, penyembuhan transpersonal dan
hubungan caring transpersonal, caring momen, kewajiban untuk caring, caring healing
modalities, kesadaran untuk caring, energy kesadaran untuk caring, dan kesatuan kesadaran.
Watson memperluas factor karatif ke konsep yang terkait erat, karitas, kata Latin yang berarti
untuk menghargai, untuk menghargai, untuk memberikan perhatian khusus, jika tidak mencintai
perhatian. Faktor karatif berevolusi dalam perspektif, dan ide-ide dan nilai-nilai nya
berkembang, Watson menawarkan terjemahan dari faktor karatif aslike dalam proses caritas
klinis yang disarankan dan menawarkan pandangan yang lebih terbuka. Watson (1999)
menggambarkan "Hubungan Caring Transpersonal"sebagai dasar teorinya.
Adapun caritas process yang telah dikembangkan oleh Watson dari original carative
factor yaitu:
1. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan dalam konteks
kesadaran terhadap caring.
2. Hadir dengan sepenuhnya, dan mewujudkan dan mempertahankan system keperacayaan
yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan orang dirawat.
3. Memberikan perhatian terhadap praktek, praktek spiritual dan transpersonal diri orang lain,
melebihi ego dirinya.
4. Mengembangkan dan mempertahakan suatu hubungan caring yang sebenarnya, yang saling
bantu dan saling percaya.
5. Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan negative sebagai
suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri dan orang yang dirawat.
6. Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif sebagai bagian dari
proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-healing yang artistik.
7. Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang mengakui keutuhan diri
orang lain dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain.
8. Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun non fisik,
lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang memiliki keholistikan,
keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
9. Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang penuh,
memberikan “human care essentials”, yang memunculkan penyesuaian jiwa, raga dan
pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri dalam seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa
dan keberadaan secara spiritual.
10. Menelaah dan menghargai misteri spritual, dan dimensi eksistensial dari kehidupan dan
kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang yang dirawat.

2.7 Paradigma Keperawatan Menurut Jean Watson


a. Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi transpersonal caring
untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan raga yang
menimbulkan selfknowlegde, self-control, self-care, dan selfhealing.
b. Pasien
Pasien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan pikiran, jiwa dan
raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang kondisi sehat-
sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self-control, pilihan dan selfdetermination.
c. Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga antara diri
dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara pasien dan
perawat.
BAB III

APLIKASI TEORI PHILOSOPHICAL AND SCIENCEOF CARING


PADA PENGKAJIAN MEDIKAL BEDAH

3.1 Pengkajian Berdasarkan teori Philosophical and Scienceof Caring Pada Pengkajian
Medikal Bedah
Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada filosofi humanistik
dan sistem nilai yang tertuang dalam sepuluh carative factors. Tolak ukur pandangan Watson
membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher
order needs).
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan
spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga
untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan
kesehatan. Berikut akan dibahas aplikasi teori Jean Watson apabila diterapkan pada format
pengkajian medikal bedah yang didasari pada unsur pemenuhan kebutuhan dasar.

Tabel Format Pengkajian Berdasarkan teori Philosophical and Scienceof Caring Pada
Pengkajian Medikal Bedah
I DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
- Nama :
- Usia / tanggal lahir :
:
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Suku / bangsa :
- Status pernikahan :
:
- Agama / keyakinan
:
- Pekerjaan / sumber :
penghasilan :
- Diagnosa medik :
:
- No. medical record

- Tanggal masuk

- Tanggal pengkajian

- Therapy medik
B. Penanggung jawab :
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Pekerjaan / sumber :
penghasilan
- Hubungan dengan :
pasien
II PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (Menurut Jean Watson)

Kebutuhan biofisikal/biophysical needs (lower order needs)


- Kebutuhan makan :
dan cairan

Masalah Keperawatan :

- Kebutuhan eliminasi :

Masalah Keperawatan :

- Kebutuhan ventilasi :

Masalah Keperawatan :

Kebutuhan psikofisikal/psychophysical needs (lower order needs)


- Kebutuhan aktivitas :
dan istirahat

Masalah Keperawatan :

- Kebutuhan seksualitas

Masalah Keperawatan :
Kebutuhan psikososial/psychosocial needs(higher order needs)
- Kebutuhan berprestasi :

Masalah Keperawatan :

- Kebutuhan berorganisasi :
Masalah Keperawatan :

Kebutuhan intrapersonal-interpersonal (higher order needs)


- Kebutuhan aktualisasi diri :

Masalah Keperawatan :

3.2 Panduan Format Pengkajian Sesuai Teori Jean Watson


I. DATA DEMOGRAFI
Dalam data demografi dijelaskan tentang biodata diri pasien yang terdiri dari nama
(nama lengkap dan nama panggilan), usia/tanggal lahir, jenis kelamin, alamat (lengkap
dengan nomor telepon/hp), suku/bangsa, status pernikahan, agamakeyakinan,
pekerjaan/sumber penghasilan, diagnosa medis oleh dokter, no medical record dan tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian serta terapi medis yang sedang dijalani. Serta
informasi tentang data diri penanggung jawab pasien seperti nama penanggung jawab, usia,
jenis kelamin, pekerjaan/sumber penghasilan serta hubungan penanggung jawab dengan
pasien.

II. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (Menurut Jean Watson)


Pengkajian kebutuhan dasar manusia mencari data pasien sebelum pasien masuk
rumah sakit dan data saat pasien dirawat di rumah sakit. Pada format diatas pengkajian
kebutuhan dasar manusia digunakan berdasarakan teori Philosophical And Science of
Caring dari Jean Watson.
Filosofi Watson tentang asuhan keperawatan berupaya untuk mendefinisikan hasil
dari aktivitas yang berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan. Pandangan teori
ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling
berhubungan, diantaranya:

1. Kebutuhan biofisikal/biophysical needs (lower order needs)


a. Kebutuhan Makan dan cairan
- Kaji pola makan pasien terkait frekuensi, waktu makan, dan jenis makanan
minuman yang disukai pasien.
- Kaji selera makan pasien, terkait bagaimana aroma dan rasa yang disukainya.
- Kaji kebiasaan/ budaya makan dan minum pasien
- Kaji respon dan perasaan pasien terhadap makanan dan minumannya.
- Kaji kondisi lingkungan sekitar pasien yang dapat mempengaruhi aktivitas
makan minum pasien.
- Kaji suasana hati pasien saat makan dan minum
- Kaji keinginan pasien terkait siapa yang memberikan atau menyiapkan makanan
untuknya.

b. Kebutuhan Eliminasi
- Kaji pola eliminasi pasien, terkait frekuensi, karakteristik urin maupun feses,
kesulitan/gangguan dalam melakukan eliminasi.
- Kaji adanya nyeri saat berkemih maupun BAB.
- Kaji kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi eliminasi pasien.
- Kaji bagaimana perasaan dan respon pasien terhadap kebutuhan eliminasi.
- Kaji kebiasaan/budaya eliminasi urin maupun fekal pasien.
- Kaji kebutuhan privasi pasien saat melakukan eliminasi.
- Kaji perlunya bantuan/pendampingan perawat pada kebutuhan eliminasi pasien.

c. Kebutuhan Ventilasi
- Kaji pola pernapasan pasien, terkait frekuensi, irama, kedalaman napas, adanya
retraksi atau penggunaan otot bantu napas.
- Kaji makna bernapas terhadap semangat dan peningkatan energi pasien.
- Kaji respon dan perasaan pasien saat bernapas sehari-hari.
- Kaji kualitas sumber oksigen pasien, yakni terkait ventilasi ruangan, kebersihan
udara, ada tidaknya polusi udara maupun zat-zat toksik berbahaya pada udara
sekitar pasien.
- Kaji adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan ventilasi pasien.
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan relaksasi, latihan kerja pernapasan,
dan bernapas efektif.
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi pola bernapas pasien, seperti kecemasan,
marah, sedih, takut, dan penyakit (demam, penyakit pernapasan, dll).

2. Kebutuhan psikofisikal/psychophysical needs (lower order needs)


a. Kebutuhan aktivitas dan istirahat
- Kaji pola dan kebiasaan/budaya aktivitas pasien
- Kaji pola dan kebiasaan/budaya tidur dan istirahat pasien
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan istirahat pasien (faktor
internal dan eksternal)
- Kaji makna aktivitas dan istirahat terhadap kualitas hidup pasien.
- Kaji pengaruh aktivitas dan istirahat terhadap kondisi emosional pasien, perilaku,
komunikasi, pekerjaan, dan gaya hidup pasien.
- Kaji pengaruh istirahat terhadap restorasi energi tubuh pasien
- Kaji adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas-istirahat pasien.
- Kaji adanya perubahan tingkat dan pola aktivitas pasien
- Kaji adanya perubahan siklus tidur-bangun pasien
- Kaji tingkat ketergantungan pasien dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari
(ADL)

b. Kebutuhan seksualitas
- Kaji makna kebutuhan seksualitas menurut pasien.
- Kaji bagaimana pasien mengekspresikan kebutuhan seksualitasnya.
- Kaji pengaruh seksualitas terhadap kualitas hidup pasien.
- Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan seksualitas pasien.

3. Kebutuhan psikososial/psychosocial needs(higher order needs)


a. Kebutuhan berprestasi
- Kaji keterlibatan pasien di dalam lingkungan sosialnya
- Kaji makna kehidupan sosial dan manfaatnya terhadap pasien
- Kaji tingkat kepuasan pasien dalam bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan
sosial
- Kaji prestasi dan pencapaian pasien selama hidupnya
- Kaji keinginan dan harapan pasien yang belum tercapai dan bagaimana usaha
pasien untuk mewujudkannya.
- Kaji sumber-sumber dukungan sosial pasien
- Kaji riwayat kegagalan, keputusasaan, dan ketidakpuasan pasien dalam
pencapaian keinginannya.
- Kaji respon pasien terhadap kegagalan tersebut
- Kaji mekanisme koping pasien

b. Kebutuhan berorganisasi
- Kaji makna keberadaan orang lain/kelompok/masyarakat bagi pasien
- Kaji kuantitas dan kualitas hubungan pasien dengan keluarga, teman/sahabat,
rekan kerja dan orang lain.
- Kaji tingkat kemandirian dan tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain.
- Kaji bagaimana pasien beradaptasi dengan dinamika di dalam kelompok atau
masyarakat.
- Kaji bagaimana pasien mengelola perilaku dan respon emosionalnya saat berada
di masyarakat.
- Kaji identitas diri pasien, kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya.
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas hubungan pasien
(faktor internal: motivasi, kepercayaan terhadap orang lain,dll; maupun faktor
eksternal: kondisi sakit, jarak, dll)
- Identifikasi adanya gangguan bersosialisasi (misalnya isolasi sosial, mengurung
diri, dll)
- Kaji dampak gangguan tersebut terhadap kualitas hidup pasien

4. Kebutuhan Intrapersonal-interpersonal (higher order needs)


Kebutuhan aktualisasi diri
- Kaji makna aktualisasi diri bagi pasien
- Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri pasien
- Kaji pengaruh aktualisasi diri terhadap keseimbangan pikiran-tubuh-jiwa pasien.
- Kaji aktualisasi budaya, etika dan spiritual pasien
- Kaji harapan pasien terhadap kualitas hidup jangka panjang
- Kaji gangguan pemenuhan aktualisasi diri pasien (seperti kondisi sakit
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Semua teori keperawatan yang dikemukakan oleh pakar keperawatan merupakan hasil
yang telah melalui tahap-tahap metode ilmiah yang sistematis. Teori yang dipakai adalah proses
panjang yang telah diakui keperawatan di seluruh dunia sebagai bagian dari teori keperawatan.
Seperti halnya teori yang dikemukakan Watson, pandangan teori Watson memahami bahwa
manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan, yaitu Kebutuhan
Biofisikal/kebutuhan untuk hidup seperti ( Kebutuhan nutrisi/makan dan minum, Kebutuhan
eliminasi, dan Kebutuhan ventilasi), Kebutuhan Psikofisikal/kebutuhan fungsional yang
meliputi (Kebutuhan aktivitas dan istirahat dan Kebutuhan Seksual ) Kebutuhan
Psikososial/kebutuhan integrasi seperti (Kebutuhan berprestasi dan Kebutuhan Berorganisasi )
dan Kebutuhan Intrapersonal-interpersonal/kebutuhan untuk pengembangan yang mengkaji
Kebutuhan aktualisasi diri pasien. Empat kebutuhan dasar manusia menurut Watson tersebut
dimasukkan kedalam pengkajian kebutuhan dasar manusia. Pengkajian ini bisa diterapkan pada
semua kasus penyakit dalam keperawatan medical bedah karena Watson lebih menekankan
proses keperawatan pada pemenuhan empat kebutuhan dasar manusia yang diterapkan berdasar
caritas procces saat aplikasi langsung kepada pasien guna mencapai kualitas pelayanan asuhan
keperawatan yang maksimal.
Hal penting perlu dipahamai bahwa dalam implementasi dan evaluasi harus disesuaikan
dengan apa yang ada dalam teori keperawatan sehingga menghsailkan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang professional.Oleh karena diharapkan perawat harus membiasakan diri untuk
berdiskusi bersama rekan sejawat dan bila perlu melibatkan para pakar untuk menentukan teori
apa yang baik dan sesuai untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi dan situasi institusi pelayanan
tempat perawat tersebut bekerja.
1.2 Saran
a. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk meningkatkan
pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan perawat.
b. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi, institusi
pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan yang berdasarkan
teori dapat diwujudkan.
c. Sebaiknya dalam penerapan teori ini dikombinasikan atau dimodifikasi dengan teori lain
agar menghasilkan bentuk aplikasi teori dalam praktik keperawatan yang lebih
komprehensif, saling mengisi dan melengkapi kekurangan dari teori yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Alligood,M.R. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eight Edition. St. Louis: Mosby Elsevier,
Inc.

George, J.B. (1995). Nursing Theories: The Base for Professional Nursing Practice. Universitas
Micigan:Appleton dan Lange.

Muhlisin, A & Ichsan, B. (2008). Aplikasi Model Konseptual Caring Dari Jean Watson Dalam
Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, 1(3):147-150.

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Volume 2. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.

Watson, J. (1979). Nursing:The Philosophy and Science of Caring. Botson: Little Brown.

Watson, J. (1985). Nursing’s Scientific Quest. Nursing Outlook, 29, 413-416.

Watson, J. (2008). Nursing: The Philosophy and Science of Caring, Revised Edition. Colorado:
University Press of Colorado.

Yudha, E.K & Subhekti, N.B (Eds).(1996). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konsepual.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai