Makalah Penyamakan Kulit
Makalah Penyamakan Kulit
Disusun Oleh:
125009005
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaaniraahiim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kekhadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Penyamakan Kulit Sapi” . Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengelolaan dan Pengolahan Hasil
Pertanian.
Dengan segala kerendahan hati, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membimbing, membantu mengarahkan dan memotivasi saya
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KULIT ··············································································· 3
B. PENGAWETAN ·································································· 4
C. PENYAMAKAN ·································································· 5
A. KESIMPULAN ···································································· 13
B. SARAN ············································································· 13
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit sapi ialah bagian paling luar daging sapi. Kulit sapi biasanya dikeringkan
dan digoreng menjadi rambak. Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat,
pada sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan
hasil ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai
keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor ternak.
Epidermis merupakan bagian kulit paling atas tersusun dari sel epitel pipih
kompleks, pada lapisan ini juga terdapat asesori epidermis seperti rambut, kelenjar
minyak, kelenjar keringat, dan otot penegak rambut. Di bawahnya terletak lapisan
dermis atau kulit jangat yang tersusun dari jaringan ikat padat. Pada lapisan paling
bawah terdapat hipodermis yang tersusun dari jaringan ikat longgar, jaringan
adiposa, dan sisa daging.
Pada proses penyamakan, kulit jangat inilah yang akan disamak dan diubah
menjadi kulit samak yang bersifat lentur, fleksibel, kuat dan tahan terhadap
pengaruh cuaca dan serangan mikroba. Lapisan epidermis tersusun dari jaringan
ikat keratin yang relatif tahan terhadap serangan bahan kimia maupun
agen biologi (mikroba dan ensim). Pada kulit terdapat dua jenis keratin yaitu
keratin lunak yang menyusun akar rambut dan lapisan epidermis bawah, dan
keratin keras menyusun batang rambut. Keratin lunak mudah larut dan mudah
diserang oleh ensim (misal alkalin protease), sedangkan keratin keras sangat tahan
terhadap bahan kimia dan ensim kecuali sulfida dan keratinase.
Kulit samak adalah kulit hewan yang telah diubah secara kimia guna
menghasilkan bahan yang kuat, lentur, dan ntahan terhadap pembusukan. Hampir
semua kulit samak diproduksi dari kulit sapi, domba dan kambing. Kadang-kadang
kulit samak juga dihasilkan dari kulit kuda, babi, kangguru, rusa, reptil, lumba-
lumba dan singa laut. Akhir-akhir ini kulit ikan kakap, kulit ikan pari dan
ikan tuna juga telah disamak.
1
Kulit samak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam barang
seperti sepatu, sendal, tas, ikat pinggang, koper, jaket, topi, jok mobil,
sarung HP, dompet dan cindera mata seperti gantungan kunci. Barang kerajinan
lain yang dihasilkan dari kulit mentah misalnya wayang kulit, hiasan
dinding, kaligrafi, beduk, genderang, kendang, dan kipas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu penyamakan kulit sapi?
2. Bagaimana proses penyamakan kulit sapi?
3. Apa tujuan proses penyamakan kulit sapi?
4. Apa hasil dari penyamakan kulit sapi?
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KULIT
Komposisi kimia kulit terdiri atas air, protein, lemak, garam mineral, dan
zat lainnya (Fahidin, 1977). Kandungan air pada tiap bagian kulit tidaklah
sama. Bagian yang paling sedikit mengandung air adalah krupon (bagian
punggung), selanjutnya berturut-turut adalah bagian leher dan perut (Purnomo,
1985). Kadar air berbanding terbalik terhadap kadar lemak. Jika kadar
lemaknya tinggi maka kadar airnya rendah (Purnomo, 1985). Tabel 1
menunjukkan komposisi kimia kulit mentah segar. Terlihat dalam Tabel 1
bahwa kandungan protein pada kulit memiliki presentasi yang tinggi sehingga
3
harus segera dilakukan proses pengawetan dan penyamakan agar kulit tahan
lama.
Protein fibrous
-elastin 0.3
-kolagen 29
Lemak 2
-keratin 2
Garam mineral 0.5
Zat lain 0.5
Protein globular
Sumber: Sharephouse (1978)
-albumin, globulin
B. PENGAWETAN 1
1. Pementangan
Kulit mentah yang sudah dibersihkan pada suatu bingkai segi empat
yang terbuat dari kayu, bambu atau papan, kemudian dijemur dengan
kemiringan 60o dari tanah dan permukaan daging mengarah ke atas.
Lama penjemuran untuk kulit sapi antara 2 sampai 4 hari, sedang kulit
4
kambing dan domba cukup 1 sampai 2 hari.
2. Pickle
Yaitu cairan yang terdiri dari larutan garam dapur (NaCl) dengan
asam sulfat (H2SO4) atau asam formit (H3COOH) dengan perbandingan
tertentu. Pengerjaan dengan pickle harus melalui proses siap samak,
sehingga telah bersih dari segala kotoran. Kulit siap samak tersebut
dimasukkan ke dalam asam, diaduk perlahan-lahan dan kemudian
didiamkan selama satu malam. Menurut Aten (1966), pengawetan
dengan cara penggaraman terbagi menjadi penggaraman kering (dry
salting) dan penggaraman basah (wet salting). Stanley (1993),
menambahkan bahwa penggaraman merupakan metode pengawetan yang
paling mudah dan efektif. Reaksi osmosis dari garam mendesak air
keluar dari kulit hingga tingkat kondisi yang tidak memungkinkan
pertumbuhan bakteri.
C. PENYAMAKAN
5
lebih lanjut.
1. Prapenyamakan
6
dalam proses pengapuran antara lain:
3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya
untuk kulit atasan yang lebih lemas membutuhkan waktu proses
bating yang lebih lama Sisa kapur yang masih ketinggalan (Purnomo,
1992).
Ca(OH)2+(NH)2SO4 CaSO4+2NH4OH
7
Menurut Mann (1980), waktu bating yang berlebihan dapat
menyebabkan kulit menjadi lepas dan menipis karena banyak protein
yang terhidrolisis sehingga mengakibatkan kekuatan tarik menjadi
rendah. O’ Flaherty (1956) menyatakan bahwa waktu bating yang terlalu
singkat menyebabkan terjadinya pemisahan serat-serat fibril yang tidak
sempurna, penetrasi bahan penyamak kurang merata, permukaan terluar
dari serabut lebih tersamak sehingga kulit menjadi mudah patah, kaku,
dan keras.
2. Penyamakan
Penyamakan adalah seni atau teknik dalam mengubah kulit mentah yang
bersifat labil menjadi kulit samak yang lebih permanen (Judoamidjojo,
1984; Brotomulyono et al., 1986). Penyamakan bertujuan mengubah kulit
mentah yang memiliki sifat tidak stabil menjadi kulit tersamak yang
mempunyai sifat stabil dan bahan pokok dari proses ini adalah kulit siap
samak dan bahan samak (Purnomo,
1992). Fahidin dan Muslich (1999) juga menyebutkan bahwa bahan mineral
yang digunakan pada proses penyamakan adalah garam yang berasal dari
logam alumunium, zirkanium, ferum, cobalt, dan kromium. Keuntungan
penggunaan krom adalah penyamakan lebih cepat, murah, serta mudah
diwarnai.
8
Al, Cr, atau Zn; 3) samak sintesis, menggunakan bahan penyamak sintetik
seperti aromatic syntans, resin, dan apiphatic syntans; 4) samak aldehid,
menggunakan bahan penyamak aldehid seperti minyak ikan, gluteraldehid,
formaldehid (Shapouse, 1983).
40- 50 % air
9
dan dikeringkan pada udara yang lembab selama 2-3 hari. Kulit diregang
dengan tangan atau mesin sampai cukup lemas (Shapouse, 1983).
3. Pasca Penyamakan
10
Menurut Thorstensen (1985), jenis minyak yang umum digunakan dalam
proses peminyakan adalah trigliserida yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan, ikan laut, dan hewan.
Mutu kulit samak (leather) selain dipengaruhi oleh proses yang dilakukan
di industri penyamakan kulit, juga sangat bergantung pada mutu kulit
mentah sebagai bahan dasarnya. Sementara itu, mutu kulit mentah dipengaruhi
oleh kerusakan kulit yang terjadi pada saat hewan hidup, pemotongan, dan
pengawetan (Willamson dan Payne, 1993). Tancous et al. (1981) membagi
kerusahan kulit mentah menjadi:
Selain kerusakan tersebut, mutu kulit juga dipengaruhi oleh bangsa, jenis
kelamin, dan umur ternak waktu dipotong (Tancous et al., 1981). Menurut
Mann (1966), bangsa sapi untuk produksi susu atau domba untuk produksi
wool mempunyai kulit yang tipis karena nutrisi makanan yang diserap tubuh
digunakan untuk memproduksi susu/wool. Tingginya kadar lemak dalam
kroium maupun subcutis merupakan faktor penurunan kualitas lainnya yang
dipengaruhi bangsa domba (Tancous et al., 1981). Kulit seperti itu juga dapat
mempengaruhi kualitas kulit samak karena kekuatan tarik dan kemuluran kulit
samak menjadi rendah.
11
Dikatakan pula pada setiap spesies terapat perbedaan antara kulit
hewan jaantan dan betina. Perbedaan pokoknya adalah kulit hewan betina
mempunyai rajah yang lebih halus daripada kulit hewan jantan. Pada umumnya,
kulit hewan betina mempunyai bobot rata-rata lebih ringan dari kulit hewan
jantan tetapi mempunyai daya tahan renggang yang lebih besar. Namun
demikian, karena permintaan kulit di pasar sangat besar maka perbedaan kedua
jenis kelamin dapat diabaikan dan tidak dianggap sebagai suatu defek.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyamakan adalah pengolahan
limbah dari proses penyamakan kulit, karena sisa-sisa bahan yang terbuang dari
proses penyamakan akan menjadi limbah yang akan menimbulkan dampak
lingkungan, baik dari segi kesehatan maupun secara sosial. hal ini diperhatikan
mengingat selain dari sisi ekonomi suatu uasa perlu juga diperhatikan dari sisi
kesehatan dan dampaknya terhadap lingkungan. Dalam suatu system pebangunan
yang baik tentunya akan mempertimbangkan dampak yang akan timbul dari suatu
usaha tersebut. Apakah layak dan aman untuk dijalankan atau tidak.
13
DAFTAR ISI
Aten ARF. 1966. Flying and Curing of Hide and Skin as A Rural Industry. FAO
Fahidin dan Mislich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Fateta. IPB. Bogor.
Judoamidjojo M. 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Departemen
eknologi Hasil Pertanian. Fateta. IPB. Bogor.
Mann I. 1980. Rural Tanning Techniques. Food and Agriculture Organization
of The United Nations. Rome
Oetojo B. 1996. Penggunaan Campuran Kuning Telur dan Putih Telur
untuk Peminyakan Kuit. Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik. 12
(24):47-53.
O’Flaheri, Reddy FOT, Lollar MR. 1956. The Cemicals and Technology
of Leather. Reinhold Publishing Corporation. New York.
Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit.
Akademi Teknologi Kulit. Departemen Perindustrian. Yogyakarta.
14