Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KONTRASEPSI MENETAP PADA


WANITA
(MOW)

Oleh:

I GUSTI AYU RISA ARISTANTI


(P07120215076)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV TINGKAT 2B SEMESTER IV
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KONTRASEPSI MENETAP PADA
WANITA
(MOW)

Oleh:

N. ADI SUMARTAWAN
(P07120215078)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV TINGKAT 2B SEMESTER IV
2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KONTRASEPSI MENETAP PADA WANITA
( MOW )

A. Definisi
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara
mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki).
Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap
Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal dengan
MOW atau tubektomi.

MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi.
MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang
menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu
gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2006).

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau


kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, jadi dasar dari
MOW ini adalah mengokulasi tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat
bertemu.

B. Etiologi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang menghubungkan ovarium
dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju
uterus. Bila ada sperma di tuba falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang
kemudian melekat di uterus. Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa
cara. Tuba bisa ditutup dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta dengan
memotong atau mengikat. Metode yang paling dipakai sekarang adalah dengan
mempergunakan laparoskopi kemudian menjepit kedua saluran tuba dengan klip atau
dengan memasang ring.
Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba yaitu : laparoskopi,
mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio Cesarea (SC), mini-laparotomi
(operasi kecil), histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan
ikat, sehingga saluran tuba akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina
(sekarang tidak dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter dapat menggunakan
alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil
bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk
menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk
memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian
ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak
menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

C. Jenis-jenis
1. Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyerdahanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan
kecil sekitar 3 cm baik pada perut bawah (suprapubik) maupun sub umbilical (pada lingkar
perut pusat). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat
dilakukan oleh dokter yang diberi latihan khusus. Operasi ini aman dan efektif.

2. Laparoskopi
Prosedur ini memelukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang
telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat
dilakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan atau setelah atau abortus (tanpa komplikasi).
Laparoskopi sebaiknya digunakan pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan
laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal.
D. Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan tubektomi
a. Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang
berulang-ulang
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksual
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
e. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
f. Tidak bergantung pada faktor senggama
g. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius
h. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
i. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
j. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium).

2. Kerugian Tubektomi
a. Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
b. Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
c. Klien dapat menyesal dikemudian hari
d. Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi umum)
e. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
f. Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)

E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan lokal pada bagian post operasi
2. Pucat

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca bedah.
G. Syarat-syarat Kontrasepsi Tubektomi
1. Harus sudah memiliki paritas > 2 anak terkecil berumur 2 tahun.
2. Umur ibu Menganjurkan rumus 100 artinya umur ibu dikalikan dijumlah anak setidak-
tidaknya mendekati angka 100/lebih, contoh : ibu yang berumur 30 tahun bila 12
berumur 25 dijumlah anak minimal adalah 4 (Santoso, 2006) dan menurut
Prawirohardjo (2003), usia ibu > 26 tahun.
3. Perkawinan stabil (Keluarga harmonis). Karena perceraian setelah kontap dapat
membuat penyesalan yang sangat sulit diatasi.
4. Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada
satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Klien diberi kesempatan untuk
menilai keuntungan, kerugian, akibat, prosedur dan alternatif lain dan tidak harus
menentukan pilihannya ada saat itu juga. Sangat penting karena penyesalan setelah
kontap kebanyakan terjadi karena konseling yang kurang adekuat. Konseling harus
dilakukan pada saat calon klien (pasangan) berada pada kondisi psikologis yang prima.
5. Informed consent
Pernyataan klien bahwa 12 menerima atau menyetujui sebuah tindakan medis (dalam
hal ini Tubektomi) secara sukarela dan menyadari sepenuhnya semua risiko dan
akibatnya

H. Indikasi
Yang Dapat Menjalani Tubektomi :
1. Usia > 26 tahun.
2. Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn.
3. Yakin telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendak
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
5. Pascapersalinan.
6. Pascakeguguran.
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu :
1. Indikasi medis
Penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (termasuk derajat 3 dan 4)
ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit jantung, gangguan pernafasan,
diabetes mellitus tidak terkontrol, hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor
ginekologik, infeksi panggul 3 bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang sulit
observasi (Santoso, 2006).
2. Indikasi obsetri
Keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat.Meskipun secara medis
tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas (banyak anak) dengan usia relatif
lanjut (grandemultigravida) yakni paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea
dua kali atau lebih.
3. Indikasi genetik
Penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak seperti :
Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lain- lain.
4. Indikasi kontrasepsi
Indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan artinya pasangan
tersebut tidak menginginkan kelahiran anak lagi.
5. Indikasi ekonomi
Pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga
menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga

I. Kontra Indikasi
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
1. Hamil (sudah dideteksi atau dicurigai).
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi).
3. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itudisembuhkan atau
dikontrol).
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan.
6. Belum memberikan persetujuan tertulis.
J. Efek Samping
1. Reaksi alergi anestesi
Penanggulangan KIE:
Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi karena
masuknya larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anestesi
lokal yang melebihi dosis. Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan
operasi baik operasi besar atau kecil.
2. Infeksi atau abses pada luka
Penanggulangan KIE:
Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat
operasi dan pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik perawatan luka
pasca operasi.Gejala ini umumnya terjadi karena kurang diperhatikannya strerilitas
alat dan ruangan, kurang sempurnanya persiapan operasi teknik dan perawatan luka
pasca operasi
3. Perforasi rahim
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorongterlalu kuat
kearah yang salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang
memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim
hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada rahim, pasca keguguran). Terangkan
mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia.
4. Perlukaan kandung kencing
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya pengosongan kandung
kencing. Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi
tubuh manusia.

5. Perlukaan usus
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik
operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi
tubuh yang rumit. Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta
anatomi tubuh manusia.
6. Perdarahan mesosalping
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah
mesosalping.
K. Komplikasi
1. Komplikasi selama operasi
a. Perdarahan dan syok.
b. Sesak nafas (apnoe).
2. Komplikasi pasca bedah
a. Nyeri perut, perut kembung, nyeri dada.
b. Infeksi dan febris.
c. Disparenea karena pertumbuhan jaringan granulasi pada bekas luka kolpotomi.

L. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboraturium untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
membuat rencana asuhan keperawatan klien.
1. Pengkajian
Dilakukan pada tanggal……………
a. Identifikasi pasien dan penanggung jawab
b. Pemeriksaan fisik
1) System kardiovaskular : untuk mengetahui tanda – tanda vital, ada
tidaknya distensi vena jugularis, edema, dan
kelainan bunyi jantung
2) System hematologi : untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatanleukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan perdarahan, mimisan,
splenomegali.
3) System urogenital : ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan
keluhan sakit pinggang.
4) System musculoskeletal : untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakan, sakit pada tulang sendi, dan terdapat
fraktur atau tidak.
c. Keluhan utama
Penderita datang pada tanggal…jam…ingin menjadi akseptor KB kontap (tubektomi)
d. Riwayat KB
Riwayat KB sebelumnya yang digunakan
e. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit keturunan, menular dan berat
f. Riwayat keluarga
Penyakit keturunan, menular, dan berat
g. Riwayat haid
Menarche, lama haid, siklus, banyaknya, dismenorhea, keputihan
h. Riwayat perkawinan
Umur waktu perkawinan, berapa kali, berapa lama
i. Riwayat psikososial
Ketidaktahuan ibu tentang kontrasepsi ( tubektomi )
j. Kebiasaan sehari – hari
Nutrisi, eliminasi, PH, istirahat, tidur, spiritual

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun
potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan
mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen bawah post operasi tubektomi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive tubektomi.

N. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa NOC NIC Rasional


1. Nyeri akut NOC : NIC :  Agar pasien
berhubungan 1. Kontrol Nyeri 1. Pemberian Analgesik tidamengalami alergi

dengan luka 2. Tingkat Nyeri 1. Cek adanya dan menghindari


Kriteria Hasil : riwayat alergi obat komplikasi
insisi pada
abdomen 1. Pasien mampu 2. Pilih  Agar analgesik yang
bawah post mengenali kapan nyeri analgesik atau bdiberikan dapat

operasi terjadi kombinasi anlgetik, bekerja efektif ke


2. Pasien dapat rute dan dosis dan
tubektomi tubuh pasien
menggambarkan faktor keterlibatan pasien  Menghindari
penyebab sesuai kebutuhan terjadinya overdosis
3. Pasien dapat 3. Berikan pada pasien
analgesik sesuai  Memudahkan
menggunakan analgesik
waktu paruhnya, perawat untuk
yang direkomendasikan
terutama pada nyeri mengetahui respon
4. Pasien dapat mengenali
yang berat tubuh pasien
apa yang terkait dengan
4. Dokumentasi terhadap analgesik
gejala nyeri
kan respon terhadap  Memudahkan
5. Pasien tidak mengerang
analgesik dan adanya perawat mengetahui
dan menangis
efek samping apa yang pasien
6. Pasien tidak mengalami 2. Manajemen Nyeri ketahui tentang nyeri
agitasi 1. Gali  Untuk mengetahui
7. Fokus pasien tidak pengetahuan dan apa yang pasien
kepercayaan pasien gunakan untuk
menyempit
mengenai nyeri menurunkan nyeri
8. Pasien tidak mengalami
2. Gali bersama  Agar pasien lebih
ketegangan otot
pasien faktor-faktor mengetahui tentang
yang dapat nyerin berkaitan
menurunkan atau dengan
memperberat nyeri pengobatannya
3. Berikan
 Memudahkan pasien
informasi mengenai
untuk meminimalisir
nyeri, seperti
efek nyeri yang
penyebab nyeri,
pasien rasakan
berapa lama nyeri  Menghindari
akan dirasakan, dan kesalahan pasien
antisipasi dari dalam
ketidaknyamanan mengkonsumsi obat
akibat prosedur analgesik
4. Ajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
5. Ajarkan
metode farmakologi
untuk menurunkan
nyeri
2. Intoleransi NOC NIC  Meminimalisir
1. Toleransi 1.
aktivitas kemungkinan cedera
terhadap aktivitas Terapi Aktivitas
berhubungan karena
2. Daya tahan 1.
Kriteria hasil : ketidakmampuan
dengan Pertimbangkan
1. Pasi
pasien dalam
pembatasan kemampuan klien
en dapat dengan mudah
beraktifitas
gerak sekunder dalam berpartisipasin
bernapas saat beraktifitas  Memudahkan pasien
terhadap nyeri. 2. Kec melalui aktivitas
mencapai kestabilan
epatan jalan pasien stabil spesifik
3. Jara 2. gerak
 Untuk memberi
k pasien berjalan cukup Dorong aktivitas kreatif
4. Kem kemudahan pada
yang tepat
udahan dalam melakukan 3. pasien dalam

aktivitas hidup harian Bantu klien untuk memilih aktivitas

(activities of daily mengidentifikasi sesuai

living/ADL) aktivitas yang kemampuannya


5. Kem  Untuk mencegah
diinginkan
ampuan berbicara saat ketegangan otot
2. Manajemen Energi
melakukan aktivitas fisik karena terlalu
1. Anjurkan periode
6. Pasi banyak beraktifitas
istirahat dan kegiatan  Untuk melatih
en dapat melakukan
secara bergantian kemampuan otot
aktivitas rutin
7. Day 2. Lakukan ROM agar terhindar dari
a tahan otot normal aktif/pasif untuk kaku otot
menghilangkan  Untuk
ketegangan meminimalisir fokus
4. Berikan kegiatan pasien terhadap rasa
pengalihan yang nyeri saat
menenangkan untuk beraktifitas
meningkatkan
relaksasi
3. Resiko NOC : NIC :  Untuk menghindari
infeksi 1. Immune Status Infection Control (kontrol lingkungan yang
berhubungan 2. Knowledge : infection infeksi kotor sebagai

dengan control 1. Pertahankan faktor utama


lingkungan aseptik pencetus infeksi
prosedur 3. Risk control
2. Tingkatkan intake  Untuk
invasive Kriteria Hasil : nutrisi mempertahankan
tubektomi. 1. Klien bebas 3. Berikan terapi
ketahanan tubuh
dari tanda gejala antibiotik bila perlu  Untuk menunjang
infection protection sistem imun tubuh
infeksi
(proteksi terhadap  Agar dapat dengan
2. Mendeskrip
infeksi) cepat melakukan
sikan proses
4. Monitor adanya tindakan
penularan penyakit,
tanda gejala infeksi seandainya terjadi
faktor yang sistemik dan lokal infeksi
mempengaruhi 5. Monitor granulosit,  Untuk memonitor
penularan serta WBC trjadi infeksi dalam
6. Dorong masukan
penatalaksanaanya tubuh pasien
cairan  Menghindari
3. Menunjukk 7. Ajarkan cara
an kemampuan untuk pasien mengalami
menghindari infeksi
dehidrasi
mencegah timbulnya
 Agar pasien lebih
infeksi mandiri dalam
4. Jumlah
menjaga
leukosit dalam bats
kesehatannya agar
normal
terhindar dari
5. Menunjukk
infeksi
an perilaku hidup
sehat

Daftar Pustaka

BKKBN, 2012, Pedoman Pelayanan Keluarga berencana Pasca Persalinan, Jakarta, BKKBN.

Bobak, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.


Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Ed 3. Jakarta : EGC.

Nanda. 2016. Diagnosis Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika.

Nanda Nic-Noc.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda,Jilid 1.Jakarta:MediaActionPublishing

Prawirohardjo, S, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai