Marilyn Scholl dan Art Sherwood (2014) koperasi menerapkan nilai dan prinsip
menawarkan model empat PILAR koperasi dalam pelaksanaan pengelolaan.
PENGELOLAAN KOPERASI (Gambar 1) yang
terdiri dari: Untuk lebih dapat memahami mendalam,
1. Menjadi Tim (Teaming) materi akan memaparkan masing-masing
2. Pemberdayaan yang Akuntabel pilar dalam setiap pertemuan nantinya. Untuk
(Accountable Empowerment) materi kali ini akan dipaparkan Pilar Kedua –
3. Kepemimpinan Strategik (Strategic Pemberdayaan yang Akuntabel (Accountable
Leadership) Empowerment).
4. Demokrasi (Democracy)
Materi ini dipilih sebagai pembelajaran
Pilar-pilar tersebut lebih menekankan pada pengelolaan koperasi mutakhir sesuai
pemahaman pengelolaan koperasi pada level perkembangan zaman sehingga pengelola
perangkat koperasi: rapat anggota, koperasi dapat mampu beradaptasi dengan
pengurus, pengawas, dan atau pengelola. perubahan yang cepat terjadi saat ini.
Pengelolaan efektif akan diwujudkan melalui
intensitas bagaimana para perangkat
Gambar 1
Pilar Pengelolaan Koperasi
Sumber diolah dari Marilyn School & Art Sherwood.
Four Pillars of Cooperative Governance. 2014. From
Cooperative Grocer
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
1/8
Tanggal Penerbitan
PEMBERDAYAAN
Empowerment, atau pemberdayaan adalah membangun dan menggunakan kompetensi
sebuah konsep yang lahir sebagai bagian diri untuk dibagikan atau digunakan dalam
dari perkembangan alam pikiran dan pengelolaan koperasi, semata-mata untuk
kebudayaan masyarakat Barat, terutama mencapai suatu prestasi bersama dan
Eropa. Konsep ini muncul sejak dekade 70-an mewujudkan perbaikan yang berkelanjutan.
dan kemudian terus berkembang sampai saat Duval C.K. (1999) menegaskan:
ini (Widayanti, 2012). Business Dictionary
mendefinisikan empowerment sebagai: Empowerment is an internal decision by an
individual to commit to achieving
A management practice of sharing organizational goals and objectives, to
information, rewards, and power with collaborate with others toward the
employees so that they can take initiative accomplishment of common goals and to
and make decisions to solve problems and choose to act freely within the boundaries
improve service and performance. and structure of the organization for the
Empowerment is based on the idea that purpose of achieving individual and
giving employees skill, resources, authority, organizational goals.
opportunity, motivation, as well holding [Pemberdayaan adalah suatu keputusan
them responsible and accountable for internal dari seseorang untuk mewujudkan
outcomes of their actions, will contribute to pencapaian cita-cita dan tujuan [utama]
their competence and satisfaction. organisasi, melalui kolaborasi bersama yang
[Praktik manajemen dalam membagi lain untuk mewujudkan tujuan bersama, dan
informasi, penghargaan dan kekuasaan memilih aktivitas secara bebas sesuai batasan
kepada karyawan agar mereka dapat dan struktur organisasi dalam upaya
mengambil inisiatif dan membuat keputusan pencapaian prestasi individu dan tujuan
untuk menyelesaikan masalah dan organisasi.]
meningkatkan pelayanan dan kinerja.
Pemberdayaan didasarkan pada pemikiran Pemberdayaan sangat membutuhkan
untuk memberikan karyawan kemampuan, kepercayaan tingkat tinggi. Namun ini tidak
sumber daya, wewenang, kesempatan, bisa terjadi secara cepat dan instan, harus
motivasi, serta menjaga mereka bertanggung dibangun sebuah sistem organisasi, dimana
jawab dan mempertanggungjawabkan atas Gessner (1996) mengumpamakan,
hasil dari tindakannya, sebagai suatu “Empowerment is not a blank check or a
kontribusi terhadap kompetensi dan rubber stamp. Accountability has to be a
kepuasaan diri sendiri.] central component” [Pemberdayaan
bukanlah sebuah cek kosong atau stempel
Pemberdayaan, terkait dengan koperasi, karet biasa (alat pengesahan belaka).
adalah tentang usaha mendapatkan sisi Akuntabilitaslah yang harus menjadi
terbaik dari elemen-elemen yang ada dalam komponen utamanya]. Pemberdayaan
koperasi itu sendiri: anggota, pengurus, dan (empowerment) dan akuntabilitas
pengawas. Ini merupakan proses dimana (accountability) merupakan dua kereta yang
koperasi sebagai suatu organisasi berjalan pada jalur paralel, yang tidak bisa
memberikan kesempatan individu untuk ditinggalkan satu dengan yang lainnya.
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
2/8
Tanggal Penerbitan
AKUNTABILITAS
Akuntabilitas dianggap sebagai kunci pencapaian yang diharapkan dan
penting dalam sistem umpan-balik yang konsekuensi yang akan diambil.
sukses (successful feedback system) dan 2. Melatih dan menyediakan sumber daya
pengelolaan yang baik (good governance) di yang dibutuhkan untuk mencapai apa
banyak organisasi, termasuk koperasi. yang diharapkan.
Akuntabilitas terdiri dari dua komponen 3. Menindaklanjuti dan mendampingi
utama, yaitu transparansi (transparency) dan selama pelaksanaan kerja.
kepatuhan (compliance), Untuk 4. Umpan-balik dan konsekuensi atas
mewujudkannya dengan baik, batasan waktu pelaksanaan kerja. Apabila positif akan
dan informasi terkait menjadi sangat penting diberikan penghargaan yang layak,
dimasukkan dalam aturan yang efektif, yang sebaliknya apabila negatif akan dibina
disertai pengawasannya (monitoring) oleh bila memungkinkan.
perangkat-perangkat koperasi.
Akuntabilitas memang merupakan konsep
Carolee Colter (2014) dari CDS Consulting yang mudah namun untuk melaksanakan
Co-op membagi 4 tahapan untuk dalam operasi yang kompleks dengan jumlah
mewujudkan akuntabilitas tersebut: orang yang banyak tampak lebih mudah
1. Mengerti dan menyetujui ekspektasi yang dikatakan daripada dilaksanakan. Inilah
ditetapkan, yang didalamnya jelas tantangan kepemimpinan modern hari ini!
memuat standar-standar kerja,
Gambar 2
Tahapan Akuntabilitas
Sumber diolah dari Colter, Carolee. Accountability=Job Satisfaction Part I. CDS Consulting Co-op
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
3/8
Tanggal Penerbitan
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
4/8
Tanggal Penerbitan
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
5/8
Tanggal Penerbitan
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
6/8
Tanggal Penerbitan
Suatu proses evaluasi harus dilakukan yang ada sehingga tetap manusiawi penuh
konsisten dan transparan agar dapat penghormatan.
menciptakan situasi positif dan mampu
memberdayakan bagi pekerja itu sendiri dan Sebelum tindakan pendisiplinan dilakukan,
pengelola koperasi. Untuk itu, formulir biasanya ada empat alasan mengapa terjadi
evaluasi harus sesuai dengan apa yang “pembangkangan”, yaitu:
menjadi keunikan budaya koperasi itu 1. Perintah yang tidak jelas.
sendiri. Dengan demikian, perlu 2. Perintah yang tidak masuk akal dan tidak
dipertimbangkan beberapa hal dalam dapat dicapai.
pelaksanaan proses evaluasi ini, yaitu: 3. Anggota yang kurang kemampuan,
1. Waktu Pelaksanaan, biasanya informasi, pelatihan dan sejenisnya yang
dilaksanakan setahun sekali. Akan tetapi, dibutuhkan dalam pelaksanaan
bisa dipertimbangkan sesuai situasi, pekerjaan.
misalnya setelah masa percobaan bagi 4. Anggota yang memang memilih untuk
para anggota atau pekerja baru. tidak melaksanakan perintah.
2. Cara Pelaksanaan, menentukan siapa
yang berhak memberi evaluasi dan Untuk itu selama proses pelaksanaan
bagaimana menyampaikan masa evaluasi pekerjaan, pendampingan dan pengawasan
tersebut kepada yang bersangkutan. harus dilakukan. Teguran selama pelaksanaan
3. Tindak Lanjut, memberi waktu diskusi pekerjaan akan sangat berharga untuk
terhadap hasil evaluasi tersebut, apapun pemberdayaan ini, bahkan bila dipandang
hasilnya. perlu dilakukan seketika meskipun di depan
konsumen, dengan tetap
PENGHENTIAN DAN DISIPLIN mempertimbangkan nilai kesalahan yang
diperbuat.
Kebijakan penegakan disiplin seakan tampak
tidak sesuai dengan nilai-nilai koperasi. Yang terpenting dalam penegakan
Bagaimanapun, suatu transparansi dan kedisiplinan ini adalah dokumentasi
proses konsisten dapat meningkatkan segalanya, artinya setiap apa yang terjadi,
kualitas koperasi itu sendiri. Proses baik teguran dan bahkan peringatan
pendisiplinan koperasi harus dirancang sekalipun, harus tercatat dan tersimpam
sesuai dengan budaya dan gaya manajemen dalam dokumen yang rapi.
DAFTAR BACAAN
Colter, Carolee. Accountability=Job Satisfaction Part I. 4 November 2014. CDS Consulting Co-op
Duval, C.K. “An International Journey”, Developing Individual Freedom to Act: Empowerment in the
Knowledge Organization Participation and Empowerment, Vol. 7 No. 8, hal. 204-212
Gribas, Alison Booth dan Cordeiro, Stacey. Designing Effective System of Evaluation and
Accountability in Worker Cooperatives. 2014. Democracy at Work Network
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
7/8
Tanggal Penerbitan
Healy, Michael dkk. Monitoring Staff Treatment Using Staff Survey Data. “Presentasi dalam Program
CBLD”, CDS Consulting Co-op
Scholl, Marilyn & Sherwood, Art. Four Pillars of Cooperative Governance. Cooperative Grocer,
Januari-Februari 2014, hal. 18-21
Stone, Florence. The Essential New Manager’s Kit. 2004. Kaplan Professional
Widayanti, Sri. “Welfare, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial”, Pemberdayaan Masyarakat: Pendekatan
Teoritis, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2012, hal. 87-102
https://ibnukhayathfarisanu.wordpress.com
ibnu.khayath@gmail.com
8/8