BAB II PEMBAHASAN
1. Empat Terlalu
Faktor internal berasal dari si ibu itu sendiri. istilah ”empat terlalu” yang dapat
mengakibatikan persalinan berisiko tinggi. Diantaranya terlalu muda (usia di bawah 16 tahun),
terlalu tua (usia diatas 35 tahun), terlalu sering (eprbedaan usia antar anak sangat dekat) dan
terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak).
Bukan hanya itu saja, penyakit yang diderita ibu pun turut mempengaruhi. Misalnya
anemia, jantung, hipertensi, diabetes dan sebagainya. ”Orang sering mengabaikan faktor
kekurangan darah atau anemia. Padahal, seorang wanita hamil berarti ia membagi darahnya
dengan janin. Jadi, yang paling utama adalah mengonsumsi vitamin tambah darah. Banyak ibu-
ibu yang merasa dirinya sehat-sehat saja, makannya juga kuat, tubuhnya gemuk. Akhirnya malas
minum vitamin. Saya selalu bilang kepada pasien, kalau vitamin itu adalah tabungan hari depan,
wanita mana yang melahirkantidak berdarah.
Adapun faktor lain yang menyebabkan persalinan berisiko tinggi adalah perdarahan,
infeksi, keguguran (abortus), pre eklampsia dan eklampsia. ”Hingga kini yang cukup berbahaya
adalah pre eklampsia atau keracunan sebelum hamil, si ibu tidak mengalami hipertensi. Tetapi
setelah hamil, tekanan darahnya meningkat secara drastis. Jadi, risikonya amat tinggi. Apalagi
hingga kini penyebabnya belum ditemukan.
Satu lagi faktor internal yang tak boleh dilupakan yaitu kondisi janin. ”Kelainan letak
janin seperti sungsang atau melintang saja sudah merupakan suatu risiko. Apalagi jika ditemukan
pertumbuhannya terhambat dan terjadi cacat bawaan,”
2. Tiga Terlambat
faktor eksternal atau faktor di luar kondisi ibu, yaitu pendidikan, sosial ekonomi, kultur
dan geografis. Ia menyebutkan dengan istilah “tiga terlambat.”
Pertama, terlambat mengetahui adanya kelainan atau penyakit pada ibu hamil.
“Kebanyakan disebabkan oleh taraf pendidikan yang rendah.
2
Kedua, terlambat mengambil keputusan, yang akhirnya terlambat ke rumah sakit. Faktor
keterlambatan ini dapat pula karena kondisi ekonomi dan letak geografis yang tidak strategis.
”Bagi orang-orang yang tinggal di tempat terpencil. Kemungkinan jarak ke Puskesmas atau
Rumah Sakitnya perlu ditempuh dalam waktu lebih lama. Apalagi jika harus menyewa kapal
misalnya. Selain tentunya butuh dana besar untuk biaya persalainan,”
Ketiga, terlambat mengirim dan menangani. ”Karena sudah terlambat sampai di tempta
rujukan, kondisi ibu sudah makin melemah. Ditambah lagi bila sesampainya disana, fasilitasnya
kurang lengkap atau tenaga medisnya kurang. Akhirnya benar-benar terlambat ditangani.
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saaat hamil, bersalin, dan
masa nifas ( dalam 42 hari ) setelah persalinan. Jumlah kematian ibu di indonesia mencapai
angka yang spektular yaitu 307/100.000 kelahiran dario rata-rata kelahiran sekitar 3,4 jika setiap
tahun.
1. Secara langsung
a) Perdarahan (42%)
c) Keguguran/abortus(11%)
d) Infeksi (10%)
b) Sosial ekonomi dan budaya di INA yang masih menggunakan ayah di banding ibu,
contohnya di bidang makanan.
d) (3 terlambat) yaitu:
Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka ke matian ibu yang di sebut
MPS atau making pregnancy safel 3:
b) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang dapat memadai.
c) Setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak di
inginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
1. Kerjasama lintas program dan lintas sektor, mitra lain dan pemerintah dan swasta.
3. Pemberdayaan masyarakat.
D. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat 1 tahun. Angka kematian bayi ( AKB ) 35/1.000 kelahiran hidup.
2. Peningkatan ASI esklusif, stator gizi, deteksi dan pemantauan tumbuh kembang.
7. Program asuh.