LAPORAN Balancing
LAPORAN Balancing
PENDAHULUAN
1
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Balancing
Balancing didefinisikan sebagai kesamaan distribusi massa sistem poros rotor
terhadap sumbu putar.
Kondisi balance akan terjadi bila memenuhi persyaratan :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
ΣM=0
Kondisi tidak balance pada suatu sistem poros rotor yang berputar disebabkan adanya
gaya inersia ( Fi )
Fi = m.R. ω 2
dimana : Fi = gaya inersia ( gaya sentrifugal )
m = massa tak balance ( W/g )
R = jarak titik pusat putaran dengan titik pusat tak balance
ω = kecepatan sudut sistem poros rotor yang berputar
2
Dalam kenyataannya ( pada sistem poros rotor yang terdapat pada turbin,
kompresor, pompa ), rotor hampir selalu tidak merupakan sistem rotor poros tunggal,
dan tempat massa penyeimbang tidak terletak pada lempengan yang bersangkutan.
Umumnya disediakan tempat khusus untuk tempat massa penyeimbang.
Couple adalah dua gaya yang sama besarnya, bekerja pada arah yang berlawanan dan
antara gaya mempunyai jarak.
Besarnya kopel adalah :
K F x L
dimana : K = Kopel ( Nm )
F = Gaya ( N )
L = Jarak antara dua gaya ( m )
Untuk melakukan penyeimbangan pada suatu bidang dapat dilakukan dengan kaidah :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
ΣM=0
2.2 Unbalance
Unbalance didefinisikan sebagai ketidaksamaan distribusi massa sistem poros
rotor terhadap sumbu putar. Definisi lain menyatakan bahwa unbalance adalah
kondisi tidak berimpitnya sumbu putar poros dengan sumbu principal.
Sumbu principal adalah sumbu dimana massa sistem poros rotor terdistribusi merata
pada sumbu tersebut.
3
Unbalance yang berlebihan menyebabkan getaran pada rotor dan struktur penyangga-
nya. Kondisi ini akan memperpendek umur mesin.
Formulasi unbalance :
2
2 Rpm
F = m R
60
Center of Gravity
Unbalance
4
Static unbalance dapat dideteksi dengan menggunakan knife edge. Sistem poros
rotor akan berputar sedemikian rupa sehingga titik terberatnya dibawah.
Cara yang lain untuk mendeteksi adalah dengan menggunakan pendulum. Massa
unbalance akan terletak pada posisi paling bawah.
Couple unbalance disebut juga moment unbalance. Untuk mengetahui adanya couple
unbalance dapat digunakan metode dinamik. Jika sistem poros berputar maka akan
terjadi getaran yang berbeda fasa 180° pada dua bidang.
5
Couple unbalance
Static Unbalance
Sumbu Poros
Sumbu Utama
Quasi unbalance akan terlihat mempunyai getaran yang berbeda besarnya dan ber-
lawanan arah pada dua bidang.
6
2.4 Penyebab Unbalance
o Blow holes pada pengecoran. Impeller pompa atau pulley yang besar
kadang-kadang mempunyai blow holes atau pasir yang terjebak yang
disebabkan karena proses pengecoran
o Eccentricity. Terjadi jika geometric centerline tidak berimpit dengan
rotating centerline. Contohnya adalah jika suatu rotor bulat sempurna
tetapi pusat putarnya tidak pada center.
o Key and Keyways. Jika pembuat pulley membalance pulleynya tanpa key,
dan pembuat motor membalance motor juga tanpa key, maka ketika
komponen ini digabungkan key yang dipasang akan menyebabkan
unbalance.
o Distorsi. Walaupun komponen sudah sudah dianggap pada kondisi balance
pada proses pembuatannya, pada proses selanjutnya mungkin saja tarjadi
distorsi yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari komponen
tersebut.
Thermal distorsion adalah distorsi yang disebabkan oleh tidak meratanya
perubahan bentuk yang disebabkan oleh temperatur. Hamper semua metal
memuai jika dipanaskan. Jika pemanasannya tidak merata, maka
perubahan bentuk juga tidak merata yang akhirnya akan menyebabkan
kondisi unbalance.
o Clearance tolerance. Salah satu penyebab unbalance yang sangat umum
adalah akumulasi toleransi yang berakibat terjadinya pergeseran ukuran.
o Korosi dan keausan. Komponen yang bekerja pada lingkungan korosif
atau mudah terjadi keausan sedemikian rupa sehingga terjadi korosi dan
keausan yang tidak merata akan menyebabkan kondisi unbalance.
o Deposit built-up. Rotor yang digunakan dalam menangani proses
pemindaha material mengalami unbalance yang disebabkan oleh
menumpuknya material secara merata.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
8
3.3 Prosedur Balancing
1. Peralatan praktikum
a. Roller stand dan Batu gerinda pedestal
b. Bandul
c. Busur derajat
d. Spidol
e. Kunci L 4mm
2. Langkah-langkah praktikum
a. Memeriksa kondisi peralatan.
b. Assembly peralatan.
c. Mencari titik-titik unbalance.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum pada Laboratorium Maintenance dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a. Bahwa setiap batu gerinda pedestal yang dibuat oleh pabrik masih terdapat titik-
titik unbalance.
b. Untuk menyeimbangkan suatu batu gerinda pedestal, dipasanglah beberapa
bandul yang dapat diatur dengan mengeser-geser bandul tersebut.
c. Tidak samanya jarak antara titik unbalance yang satu dengan yang lain menye-
babkan tidak sama juga jarak antara bandul yang satu dengan yang lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rotor Balancing & Shaft Alignment, PT. Wahana Ilmu Sarana Hakiki.
12