Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian balancing adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan
dimana letak titik-titik ketidak seimbangan yang terdapat pada suatu rotor yang bulat
sempurna.
Pada laporan ini yang dibahas hanyalah tentang pengujian balancing terhadap
batu gerinda pedestal. Batu gerinda ini digunakan untuk menggerinda suatu bahan
yang memiliki tingkat toleransi yang sangat kecil.
Batu gerinda pedestal yang dihasilkan oleh pabrik memiliki bagian-bagian yang
tidak seimbang (unbalance) yang disebabkan oleh ketidaksamaan distribusi massa
sistem poros batu gerinda terhadap sumbu putar yang pada umumnya terjadi pada
saat pabrik memproduksinya. Ketidaksamaan distribusi massa ini terjadi pada saat
percetakan dimana terdapatnya kekosongan-kekosongan ataupun menumpuknya
bahan dasar batu gerinda pada suatu sisi. Untuk mengurangi ketidak seimbangan
yang terjadi pada batu gerinda tersebut, dipasanglah beberapa bandul yang berfungsi
untuk menyeimbangkan putaran batu gerinda. Penyeimbangan ini dapat dilakukan
dengan menggeser-geser bandul tersebut.

1.2 Tujuan percobaan


Secara garis besar pengujian Balancing ini dilakukan dengan tujuan :
a. Mempelajari jenis-jenis Unbalance,
b. Mempelajari Penyebab terjadinya Unbalance,
c. Mempelajari dimana letak titik-titik Unbalance,
d. Mempelajari cara-cara membalancekan suatu rotor yang Unbalance.

1
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Balancing
Balancing didefinisikan sebagai kesamaan distribusi massa sistem poros rotor
terhadap sumbu putar.
Kondisi balance akan terjadi bila memenuhi persyaratan :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
ΣM=0
Kondisi tidak balance pada suatu sistem poros rotor yang berputar disebabkan adanya
gaya inersia ( Fi )
Fi = m.R. ω 2
dimana : Fi = gaya inersia ( gaya sentrifugal )
m = massa tak balance ( W/g )
R = jarak titik pusat putaran dengan titik pusat tak balance
ω = kecepatan sudut sistem poros rotor yang berputar

Sistem poros rotor tunggal


Sistem poros rotor tunggal adalah satu poros yang mempunyai satu lempengan.

Adanya gaya Fi pada poros tersebut akan mengakibatkan :


1. terjadi deformasi pada poros tersebut yang berbentuk melengkungnya poros,
2. bila Fi terlalu besar akan mengakibatkan poros patah,
3. melengkungnya poros akan memberikan dampak yang serius terhadap komponen-
komponen lain seperti, rusaknya bantalan, seal dan sebagainya,
4. terjadi getaran pada frekuensi 1x kecepatan putar,
5. terjadi gesekan antara komponen yang berputar dengan casing,
6. terjadinya fatique,
7. suara semakin berisik.

2
Dalam kenyataannya ( pada sistem poros rotor yang terdapat pada turbin,
kompresor, pompa ), rotor hampir selalu tidak merupakan sistem rotor poros tunggal,
dan tempat massa penyeimbang tidak terletak pada lempengan yang bersangkutan.
Umumnya disediakan tempat khusus untuk tempat massa penyeimbang.
Couple adalah dua gaya yang sama besarnya, bekerja pada arah yang berlawanan dan
antara gaya mempunyai jarak.
Besarnya kopel adalah :
K  F x L

dimana : K = Kopel ( Nm )
F = Gaya ( N )
L = Jarak antara dua gaya ( m )

Untuk melakukan penyeimbangan pada suatu bidang dapat dilakukan dengan kaidah :
Σ Fx = 0
Σ Fy = 0
ΣM=0

Σ WR cos θ = 0 kesetimbangan gaya-gaya arah horizontal


Σ WR sin θ = 0 kesetimbangan gaya-gaya arah vertikal
Σ WR a cos θ = 0 kesetimbangan momen pada bidang A terhadap gaya horizontal
Σ WR a sin θ = 0 kesetimbangan momen pada bidang A terhadap gaya vertikal

2.2 Unbalance
Unbalance didefinisikan sebagai ketidaksamaan distribusi massa sistem poros
rotor terhadap sumbu putar. Definisi lain menyatakan bahwa unbalance adalah
kondisi tidak berimpitnya sumbu putar poros dengan sumbu principal.
Sumbu principal adalah sumbu dimana massa sistem poros rotor terdistribusi merata
pada sumbu tersebut.

3
Unbalance yang berlebihan menyebabkan getaran pada rotor dan struktur penyangga-
nya. Kondisi ini akan memperpendek umur mesin.
Formulasi unbalance :
2
 2 Rpm 
F = m  R
 60 

dimana : F = gaya (newton)


m = massa (kg)
R = jari-jari (meter)

2.3 Jenis-jenis Unbalance


Jenis unbalance dapat digolongkan berdasarkan hubungan geometrik antara
sumbu poros dan sumbu principal (principal axis).

2.3.1 Statik Unbalance


Statik unbalance adalah suatu kondisi unbalance dimana sumbu principal
bergeser terhadap sumbu poros. Unbalance disebut juga unbalance gaya (force
unbalance) atau unbalance kinetic.

Sumbu Poros Principle Inertia Axis

Center of Gravity
Unbalance

Gambar 1. Static Unbalance

4
Static unbalance dapat dideteksi dengan menggunakan knife edge. Sistem poros
rotor akan berputar sedemikian rupa sehingga titik terberatnya dibawah.
Cara yang lain untuk mendeteksi adalah dengan menggunakan pendulum. Massa
unbalance akan terletak pada posisi paling bawah.

2.3.2 Couple unbalance


Couple unbalance adalah kondisi dimana principal axis memotong sumbu poros
pada center gravitinya. Unbalance ini terjadi jika massa unbalance terletak pada jarak
yang sama terhadap ujung poros, mempunyai berat sama tapi berlawanan arah.

Gambar 2. Couple unbalance

Couple unbalance disebut juga moment unbalance. Untuk mengetahui adanya couple
unbalance dapat digunakan metode dinamik. Jika sistem poros berputar maka akan
terjadi getaran yang berbeda fasa 180° pada dua bidang.

2.3.3 Quasi static unbalance


Sangat jarang suatu sistem poros rotor mempunyai tipe unbalance static atau
couple murni. Normalnya kondisi yang terjadi adalah campuran antara keduanya.
Sumbu poros dan sumbu principal masing-masing berpotongan tetapi bukan pada
center gravity. Kondisi ini disebut Quasi Static unbalance.

5
Couple unbalance
Static Unbalance

Sumbu Poros

Sumbu Utama

Gambar 3. Quasi Statik Unbalance

Quasi unbalance akan terlihat mempunyai getaran yang berbeda besarnya dan ber-
lawanan arah pada dua bidang.

2.3.4 Dynamik unbalance


Dynamik unbalance sangat sering terjadi. Kondisi ini terjadi jika sumbu
principal dan sumbu poros tidak berpotongan dan tidak parallel. Unbalance jenis ini
mempunyai getaran yang besar dan fasa berbeda tetapi bukan 180°.

Unbalance mass yang tidak simetris

Gambar 4. Dynamik Unbalance

6
2.4 Penyebab Unbalance
o Blow holes pada pengecoran. Impeller pompa atau pulley yang besar
kadang-kadang mempunyai blow holes atau pasir yang terjebak yang
disebabkan karena proses pengecoran
o Eccentricity. Terjadi jika geometric centerline tidak berimpit dengan
rotating centerline. Contohnya adalah jika suatu rotor bulat sempurna
tetapi pusat putarnya tidak pada center.
o Key and Keyways. Jika pembuat pulley membalance pulleynya tanpa key,
dan pembuat motor membalance motor juga tanpa key, maka ketika
komponen ini digabungkan key yang dipasang akan menyebabkan
unbalance.
o Distorsi. Walaupun komponen sudah sudah dianggap pada kondisi balance
pada proses pembuatannya, pada proses selanjutnya mungkin saja tarjadi
distorsi yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari komponen
tersebut.
Thermal distorsion adalah distorsi yang disebabkan oleh tidak meratanya
perubahan bentuk yang disebabkan oleh temperatur. Hamper semua metal
memuai jika dipanaskan. Jika pemanasannya tidak merata, maka
perubahan bentuk juga tidak merata yang akhirnya akan menyebabkan
kondisi unbalance.
o Clearance tolerance. Salah satu penyebab unbalance yang sangat umum
adalah akumulasi toleransi yang berakibat terjadinya pergeseran ukuran.
o Korosi dan keausan. Komponen yang bekerja pada lingkungan korosif
atau mudah terjadi keausan sedemikian rupa sehingga terjadi korosi dan
keausan yang tidak merata akan menyebabkan kondisi unbalance.
o Deposit built-up. Rotor yang digunakan dalam menangani proses
pemindaha material mengalami unbalance yang disebabkan oleh
menumpuknya material secara merata.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu


Praktikum dilaksanakan di lab. Maintenance Teknik Mesin
Pertemuan pertama pada tanggal 01 Juni 2011
Pertemuan kedua pada tanggal 08 juni 2011

3.2 Metode balancing


3.2.1 Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan balancing. Hal-
hal tersebut adalah :
a. Cek vibrasi dan analisis dengan hati-hati sehingga menghasilkan kesimpulan
bahwa getaran tersebut disebabkan benar-benar oleh terjadinya unbalance.
Analisis yang salah akan membuat proses balancing menjadi sia-sia karena
getaran masih tetap besar.
b. Lakukan inspeksi pada motor atau poros-poros jika ada kemungkinan-kemung-
kinan retak. Yakinkan bahwa semua baut terikat dengan benar.
c. Cek rotor terhadap adanya tumpukan kotoran.
d. Dari data analisis, catat manakah arah radial (horizontal-vertikal) yang menunjuk-
kan nilai lebih besar. Tempat sensor pada arah pembacaan yang benar.
e. Sebelum melakukan rekaman data unbalance, yakinkan bahwa mesin sudah
berjalan kontinu. Banyak mesin dari kondisi diam kekondisi stabil operasinya
memerlukan waktu.

8
3.3 Prosedur Balancing

1. Peralatan praktikum
a. Roller stand dan Batu gerinda pedestal
b. Bandul
c. Busur derajat
d. Spidol
e. Kunci L 4mm

2. Langkah-langkah praktikum
a. Memeriksa kondisi peralatan.
b. Assembly peralatan.
c. Mencari titik-titik unbalance.

9
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yaitu mencari titik-titik unbalance, maka telah


ditemukan titik-titik dimana bandul itu diletakkan yaitu sebagai berikut :

Bandul 1 ke bandul 2 = 140°


Bandul 2 ke bandul 3 = 70°
Bandul 3 ke bandul 1 = 150°

10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum pada Laboratorium Maintenance dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu :
a. Bahwa setiap batu gerinda pedestal yang dibuat oleh pabrik masih terdapat titik-
titik unbalance.
b. Untuk menyeimbangkan suatu batu gerinda pedestal, dipasanglah beberapa
bandul yang dapat diatur dengan mengeser-geser bandul tersebut.
c. Tidak samanya jarak antara titik unbalance yang satu dengan yang lain menye-
babkan tidak sama juga jarak antara bandul yang satu dengan yang lain.

5.2 Saran - saran


a. Sebaiknya pada saat pelaksanaan praktikum, para mahasiswa lebih memper-
hatikan tahap-tahap pelaksanaan praktikum agar telaksananya praktikum tersebut
seperti yang diharapkan.
b. Mahasiswa sebaiknya lebih disiplin dalam mengikuti praktikum.
c. Pada saat dilakukannya praktikum, mahasiswa harus melakukannya dengan teliti
dan serius agar mendapatkan hasil praktikum yang baik dan benar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rotor Balancing & Shaft Alignment, PT. Wahana Ilmu Sarana Hakiki.

12

Anda mungkin juga menyukai