Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TULUS KASIH

OLEH :

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
akhir Manajemen Keperawatan tentang “Aplikasi Praktek Manajemen di Panti
Sosial Tresna Werdha (27 Juni – 14 Juli 2017)”.

Bersama ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebar-


besarnya kepada:

1. Ns. Elizabeth Ari Setyarini, S.Kep.M.Kes.AIFO selaku koordinator mata ajar


Keperawatan Gerontik yang telah merelakan waktu memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada kami dalam pembuatan laporan akhir Manajemen
Keperawatan di Pondok Lansia Tulus Kasih.
2. Ni Luh Gede Wayan, SKM selaku tim pembimbing akademik yang telah
memberika saran dan masukan serta motivasi dalam pembuatan laporan bagi
kami dalam pembuatan laporan akhir manajemen keperawatan.
3. Karyawan-karyawan Pondok Lansia Tulus Kasih yang telah membantu kami
dalam proses praktik dan bersedia menjadi responden.
4. Semua yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dalam bentuk dukungan baik secara finansia dan motivasi dalam
menyelasaikan laporan akhir menejemen Panti ini.

Semoga Tuhan membalas budi semua pihak yang telah memberi


kesempatan dan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu
segala pendapat, kritikan dan saran yang membangun sangat diharapkan, agar
dapat digunakan sebagai dasar dalam penulisan selanjutnya.

Bandung, Juli 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan


nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu
kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya
kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup.
Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Sedangkan menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia
di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34%
atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan
jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS).
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan
pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok
lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua
dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal
tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih
banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih
ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita. Berbagai macam
gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial
ekonomi, akan mengalami kemunduran (Brunner & Suddart,2001).
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap memelihara dan meningkatkan
agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai kemampuannya.
Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi,
lansia harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak
dari pada otot, kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily
Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima
macam diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting
(Brunner & Suddart, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan
pengetahuan atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku
lansia dalam kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik
kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan
ADL. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa
menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan
prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku itu terbentuk di dalam diri
seseorang dari dua faktor utama yakni faktor dari luar diri seseorang
(faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan
(faktor internal). Oleh karena itu perilaku manusia sangat bersifat
kompleks yang saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku
pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia. Setiap insan manusia merupakan
makhluk hidup yang unik yang tidak bisa sama atau ditiru satu sama lain,
akan tetapi mempunyai satu persamaan pada berbagai kebutuhan yang
berdasarkan pada hirarki Maslow.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius
ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan
kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini disebabkan karena lansia
mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk
merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia.
Maka rumah jompo atau panti sosial dapatmenjadi pilihan mereka.
Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian
bersama dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih
mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan
oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut
orang lansia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak
keluarga untuk diurus segala keperluannya. Tempat ini ada yang dikelola
oleh pemerintah dan ada yang dikelola oleh swasta. Dirumah jompo para
lansia akan menemukan banyak teman sehingga diantara mereka saling
membantu, saling memberikan dukungan dan juga saling memberikan
perhatian khususnya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman tentang prinsip manajemen yang
diterapkan di Pondok Lansia Tulus Kasih.
2. Tujuan Khusus
Dalam melaksanakan praktek profesi keperawatan gerontik di
harapkan penulis mampu :

a. Memahami dan menganalisa M1 sampai dengan M5 di


Pondok Lansia Tulus Kasih.
b. Menganalisis faktor internal dari manajemen Pondok
Lansia Tulus Kasih.
c. Mampu menganalisis faktor eksternal dari manajemen
Pondok Lansia Tulus Kasih.
d. Merumuskan masalah setiap M1 sampai dengan M5
e. Mampu merencanakan plan of action terhadap
Manajemen Pondok Lansia Tulus Kasih.
f. Melaksanakan Implementasi sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
g. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan yang telah
disusun.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan menggunakan beberapa sumber/ literatur sebagai
sumber teori dalam penulisan laporan ini.
2. Studi Kasus
Yaitu dengan melakukan pengkajian situasi panti dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi selama mahasiswa
berpraktek di panti.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan manajemen panti ini diawali dengan Bab I
Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan , metode dan
sistematika penulisan. Bab II Tinjauan teori dilanjutkan Bab III tentang
Analisa Situasi yang terdiri dari pengkanjian manajemen panti, analisa
SWOT, perumusan masalah ,penentuan prioritas, penyususnan POA,
Implementasi dan Evaluasi. Bab IV berisikan Pembahasan dan laporan ini
diakhiri dengan Bab V Penutup.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Panti Werdha


Kata “panti” memiliki arti tempat, sedangkan “werdha” berarti tua.
Panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama untuk para lanjut usia
yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri, dimana kebutuhan
harianpara penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmadjo
& Martono, 1999). Menurut yayasan Gerontologi ABIYOSO Jawa
Timur, panti werdha adalah wadah bagi para lanjut usia atau suatu
perkumpulan yang berada di suatu tempat atau daerah, yang anggotanya
adalah para lanjut usia. Sedangkan menurut Jhon (2008), panti werdha
adalah tempat dimana para lansia berkumpul, baik secara sukarela
ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segaa keperluannya,
dimana tempat tersebut dapat dikelola oleh pemerintah maupun pihak
swasta.
B. Sejarah Panti Werdha di Indonesia
Di Indonesia panti werdha pertama kali didirikan oleh pemerintah
dengan nama Sasana Trena Werdha, yang berrti tempat untuk mencintai
dan mengasihi orang tua. Pendirian panti ini bertujuan untuk menangani
masalah yang dihadapi para lansia dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintah menjalankan panti werdha tersebut sebagai suatu sarana
pelayanan kesejahteraan sosial terhadap kaum lansia yang terlantar. Panti
ini membantu kaum lanjut usia untuk mempertahankan kepribadiannya,
memberikan jaminan kehidupan secara wajar, baik secara fisik maupun
psikologis. Selain itu, para lansia juga mendapatkan jaminan untuk ikut
menikmati hasil pembangunan tanpa merasa tertekan, terhina, dan
mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Dari
pembangunan tersebut, panti werdha di Indonesia terus bertambah
jumlahnya dan berkembang sesuai dengan kebutuhan para lansia.
C. Tujuan Panti Werdha
Tujuan diadakannya panti werdha bagi lansia terlantar adalah:
1. Memberikan tempat tinggal bagi para lansia terlantar
2. Memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bagi para lansia terlantar
3. Meningkatkan harga diri dan menyalurkan hobi yang mungkin tidak
dapat mereka lakukan sebelumnya
4. Meningkatkan hubungan sosialisasi antar sesama lansia.
D. Standarisasi Panti Werdha
Ada beberapa standar karakter ruang dan lingkungan yang diperlukan oleh
lansia:
1. Dari segi kebutuhan ruang
a. Sirkulasi dimengerti oleh lansia (lansia dapat merespon dengan
cepat, areamana yang harus dilewati).
b. Ruang harus mudah dikenali dan dikelola.
c. Ruang harus dapat mendukung interaksi sosial
d. Lingkungan harus dapat memberikan stimulus sensor bagi lansia
sebagai latihan agar kemampuan sensorik tidak cepat menurun.
2. Dari segi keamanan, kenyamanan dan lingkungan
a. Bangunan dalam dan lingkungan harus aman
b. Kemudahan akses pada transisi ruang dalam menuju keluar
ruangan agar menarik minat lansia untuk beraktifitas
c. Pemandangan di luar ruangan dapat menarik lansia untuk keluar
ruangan.
d. Ruangan terasa nyaman, dan dapat melindungi dari cuaca buruk.

Ada beberapa pendekatan kriteria dalam perancangan karakteristikruang


bagi para lansia yang diajukan Carsten.
a. Challenge and Support
Ruangan dirancang harus dapat memberikan tantangan dan
dukungan kepada para lansia. Hal ini bertujuan agar para lansia
dapat merasa tertantang untuk melakukan berbagai aktivitas, namun
tetap didukung olehruang yang didesain sesuai dengan keadaan
fisikdan kebutuhan mereka. Salah satu contohnya dengan pembuatan
lingkungan hijau yang dapat menarik pandangan mereka, dan dapat
digunakan sebagai sarana berolahraga.
b. Variety and Choices
Dalam perancangan ruang untuk para lansia, sebaiknya dapat
memberikan pilihan kepada mereka untuk beraktifitas (formal dan
informal) sesuai dengan keinginan mereka di dalam maupun di luar
ruang.
c. Personalize, Chane, and Control the Environment
Perancangan panti werdha diharapkan dapat memberikan
kebebasan bagi lansia untuk mengatur lingkungan dan hhunian
sehingga mereka merasa seperti berada atau memiliki rumah sendiri.
d. Adaptability of Design
Merupakan adaptasi design terhadap penyediaan ruang bagi
lansia. Tahap penuaan pada lansia membawa dampak pada
kemampuan mereka yang semakin menurun sehingga penyediaan
ruang sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan hidup mereka.
e. Access to Community Services, Facilities, and Information
Dalam perancangan bangunan untuk para lansia, jalur
komunitas, servis, fasilitas, dan informasi dapat ditempuh dengan
mudah. Hal ini bertujuan agar para lansia senantiasa bergerak dan
memudahkan mereka untuk bersosialisasi, menggunakan fasilitas,
dan mendapat informasi sehingga mereka tidak merasa terisolasi dari
masyarakat.
f. Management policies on Use Facilities and Activity Programming
Kebijakan manajemen daalam fasilitas dan aktivitas sebaiknya
mendukung kebebasan dalam penggunaan. Kebebasan bagi lansia
meningkatkan kemandirian yang menjadi kunci utama dalam
perancangan panti werdha.
E. Fasilitas Pendukung
Beberapa fasilitas pendukung yang dapat membantu memenuhi
kebutuhan fisik dan psikologis lansia adalah:
1. Ruang Kesehatan
Ruang kesehatan berguna untuk melakukan tes kesehatan secara
rutin dan sebagai ruang pengobatan bila ada lansia yang sakit.
2. Psikologi
Ruang psikologi dapat digunakan sebagai uang untuk konsultasi
atau sharing. Konsultasi dapat dilakukan ketika para lansia merasa
memiliki masalah dengan sesama lansia atau perawat mereka.
3. Ruang Terapi
Ruang terapi berguna bagi para lansia untuk melakukan kegiatan
terapi ringan bagi fisik mereka, agar kinerja otot tidak menjadi kaku.
4. Hobi
Dengan adanya ruang hobi, para lansia dapat menyalurkan hobi
mereka seperti menyulam, membaca, membuat kerajinan tangan, dan
lain-lain. Dengan melakukan hobi mereka, para lansia dapat
menghilangkan rasa bosan dan melatih kreatifitas dan kinerja otak
mereka.
5. Olah Raga
Area olah raga berguna bagi para lansia untuk melakukan aktifitas
olah raga seperti kegiatan senam dan aktifitas olah raga ringan lainnya
guna menjaga kesehatan tubuh dan kesegaran pikiran para lansia.
BAB III
KAJIAN SITUASI

A. Profil Pondok Lansia Tulus Kasih


Penyelenggaraan Pondok Lansia Tulus Kasih, merupakan
salah satu respon terhadap berkembangnya jumlah dan masalah
lanjut usia dari tahun ke tahun. Kehadiran panti-panti/pondok lansia
ini dipanstikan semakin diperlukan seiring dengan meningkatnya
julah lanjut usia dan masalahnya. Oleh karena itu, hakekat kehadiran
Pondok Lansia tidak semata-mata sebagai wadah pelayanan bagi
lanjut usia, tetapi juga menjadi wadah perlindungan, perawatan,
pengembangan, penelitian maupun pendidikan yang relevan dengan
berbagai kegiatan di dalamnya.
Semakin bayaknya lanjut usia setiap warga Indonesia, pria
maupun wanita yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
potensial maupun tidak potensial. Pondok lansia ini sebagai wadah
bagi para lanjut usia yang tidak berdaya untuk mencari nafkah atau
tidak berdaya dikarenakan suatu penyakit, sehingga hidupnya
tergantung pada bantuan orang lain. Petugas Pondok Lansia
memberikan pelayanan dan perawatan jasmani rohani dan sosial
serta perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia agar dapat
menikmati taraf hidup secara wajar.
B. Gambaran Umum Pondok Lansia Tulus Kasih
Pondok Lansia Tulus Kasih berdiri pada tanggal 01 Februari
2012 yang beralamatkan di Jl. Sarijadi Baru 3 N0.4 Kel. Sukarasa
Kec. Sukasari Bandung, dengan surat-surat :
1. Akta Notaris No. 1 tgl. 15 Mei 2012
2. Ijin Domosili No. 18/IP/V/2012-Skrs tgl. 21 Mei 2012
3. Ijin Dinsos Kota No. 062/1452-Dinsos tgl.10 Juli 2012
4. Ijin Dinsos Provinsi No. 062/3709/PPSK/2012 tgl. 25 Juli 2012
5. Kemenkum No. AHU-5612.AH.01.04. Tahun 2012 tgl. 21 Sep
2012
Pondok LansiaTulus Kasih saat ini mempunyai Pengurus 5 orang,
Petugas 4 orang, jumlah Penghuni/Lansia yang ada dalam perawatan
panti 9 orang, sedangkan Lansia Non Panti 7 orang.
C. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Lansia Tulus Kasih
1. Visi
Menjadi wadah/tempat bagi para lansia yang membutuhkan
perawatan secara khusus dan intensif.

2. Misi

a. Melaksanakan perawatan/pelayanan bagi lansia.


b. Memberikan bimbingan secara fisik dan mental.
c. Menjadi mitra dengan para Mahasiswa dari berbgai
perguruan tinggi demi pengembangan Yayasan.
3.Tujuan
Melaksanakan Pengabdian di Bidang Sosial khususnya bagi para
Lansia yang membutuhkan pertolongan orang lain.
4.Sasaran
Membuat Para Lansia layak untuk dihargai sebagai manusia
seutuhnya dan diakui eksistensinya di lingkungan masyarakat.

5.Kondisi
Saat ini Pondok Lansia Tulus Kasih secara fisik masih layak untuk
dipergunakan sebagai tempat bagi para lansia.
Kajian situasi lingkungan Werdha Karitas
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Juni – 30 Juni 2017 ,
dengan menggunakan pengkajian 5M yaitu, Man, Material,
Method, Money, dan Mutu.
a. Prosedur pendaftaran Lansia dari Dinas Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Panti Werdha
Karitasdidapatkan bahwa lansia yang akan dititipkan ke Panti
Werhda Karitas berdasarkan laporan dari masyarakat, kemudian
melaporkan ke Dinas Sosial. Pihak Dinas Sosial telah menyediakan
Rumah Singgah bagi para lansia, jika ada lansia yang mengalami
gangguan kesehatan akan menghubungi pihak Panti Werdha yang
akan dituju untuk menanyakan adakah kamar yang kosong di Panti
Werdha. Apabila ada kamar yang kosong, maka lansia tersebut akan
dibawa ke Panti Werdha dengan membawa berita acara mengenai
keadaan lansia tersebut.

b. Prosedur pendaftaran keluarga lansia


Keluarga menghubungi terlebih dahulu kepada pihak Panti
Werdha Karitas untuk memastikan adanya tempat yang kosong,
kemudian pihak Panti Werdha akan melakukan Home Visit ke
rumah lansia tersebut untuk mengetahui kondisi lansia, jika kondisi
oma dan opa memenuhi syarat di panti, maka pihak panti akan
menyiapkan tempat dan memberikan konfirmasi kepada keluarga
akan dibawa ke Panti Werdha.

c. Kegiatan Rekreasi Panti Werdha


Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Panti Werdha
Karitas, jadwal kegiatan rekreasi bagi para lansia dilakukan setiap 2
tahun sekali, namun dalam pelaksanaannya masih kurang dan para
lansia merasakan kejenuhan.
BAB IV
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai