Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Dosen : Prof. Dr. H. Amran Razak, SE, M.Sc

TUGAS KELOMPOK

METODOLOGI PENELITIAN

Kelompok

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Rusydi Indra K012181005 Kelas B


Hermansyah Mamonto K012181006 Kelas B
Nano Hajra EL K012181007 Kelas B
Ervina Septami AR K012181008 Kelas B
Marhamah K012181025 Kelas A

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
TAHUN 2018
KONDISI SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT
DI KECAMATAN PULAU SEMBILAN KAB. SINJAI

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah pulau terbesar di


dunia. Indonesia ditetapkan sebagai negara kepulauan karena
memiliki banyak pulau yaitu sejumlah 17.480 pulau dengan panjang
garis pantai mencapai 95.181 km. Sebanyak 92 pulau kecil
diantaranya adalah pulau-pulau kecil terluar. Pengelolaan pulau-pulau
kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan,
dan pengendalian sumberdaya pulau-pulau kecil antar sektor, antar
pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut,
serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Sinjai merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di bagian
selatan Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari
kota Makassar. Kabupaten Sinjai memiliki banyak potensi alam yang
sangat menjanjikan karena posisinya tepat berada pada 5 019”50’ –
5036”47’ LS dan 119048”30’ – 120010”00’ BT Luas wilayah Kabupaten
Sinjai seluas 819,96 Km2 (81.996 Ha). Kabupaten Sinjai sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah timur dengan Teluk
Bone, sebelah selatan dengan Kabupaten Bulukumba dan sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Secara Administratif,
Kabupaten Sinjai mencakup 9 kecamatan, 13 kelurahan dan 67 Desa.
Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sinjai adalah
pulau Sembilan. Kecamatan ini sebelumnya merupakan kesatuan dari
kecamatan Sinjai Utara. Karena bisa berdiri sendiri maka dilakukan
pemekaran wilayah sehingga Pulau Sembilan menjadi kecamatan.
Pulau Sembilan terletak di sebelah timur Kecamatan Sinjai Utara.
Berada di teluk Bone sekitar 13 mil laut dari ibukota kabupaten. Pulau
Sembilan merupakan pulau yang memiliki potensi perikanan yang
cukup besar. Sampai dengan tahun 2007 jumlah penduduk di Pulau
Sembilan sebesar 7.325 jiwa. Kecamatan ini terdiri dari 9 pulau
dengan pusat kecamatan di Pulau Kambuno.
Karena Kecamatan Pulau Sembilan merupakan kecamatan
yang terdiri dari beberapa pulau sehingga diduga persoalan akses
terhadap pelayanan kesehatan akan sangat terbatas. Bukan hanya
dari segi pelayanan kesehatan dalam gedung, akan tetapi juga
pelayanan kesehatan luar gedung khususnya persoalan sanitasi.
Sebagai daerah yang terdiri dari beberapa pulau, Kecamatan Pulau
Sembilan sudah banyak mendapat pengaruh dari aktivitas manusia
berupa buangan air limbah pencemar, karena laut menjadi tempat
terkumpulnya zat-zat pencemar yang dibawa aliran air. Berbagai
potensi masalah yang saling terkait dan tumpang tindih seperti sebuah
rantai makanan, terutama antara kondisi lingkungan sebagai faktor
risiko dengan kesehatan masyarakat pesisir dan pulau kecil antara
lain ketersediaan air bersih dalam jumlah yang cukup dan kualitas
baik, limbah cair dan padat, sanitasi dasar, keterbatasan bahan
pangan serta perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu.
Permasalahan yang terkait sanitasi di kecamatan pulau
Sembilan ini terbilang sangat kompleks. Dalam konteks pulau-pulau
kecil Kabupaten Sinjai dengan jenis pulau karang , sebagian besar
rumah tangganya mengandalkan sumur. Terkait masalah air bersih, di
kawasan Pulau Sembilan, tersedia pasokan air yang cukup, hanya
saja air tersebut terasa asin. Hanya di Pulau Burungloe yang tidak
asin. Tetapi jumlah debitnya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari
warga. Selain itu, penggunaan tangki septik/cubluk untuk menampung
kotoran manusia, ataupun masih banyak menggunakan laut sebagai
alternatif Buang Air Besar Sembarangan (BABS). kondisi ini
merupakan hal buruk dan jelas akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas perairan laut yang bersangkutan dan menjadi krusial untuk
mengamati kondisi sumber air warga yang menggunakan sumur
dangkal atau sumur gali. Keberadaan tangki septik/ cubluk yang tidak
aman dan dalam jarak yang terlalu dekat, berisiko mencemari sumur
gali warga. Sarana pembuangan air limbah rumah tangga yang ada
juga kondisinya tidak memadai, air limbah rumah tangga yang
dihasilkan langsung dibuang begitu saja tanpa dilakukan pengolahan
terlebih dahulu. Kondisi ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas sumber air baik perairan laut maupun air tanah dangkal
(sumur), sebab air limbah rumah tangga merupakan air buangan yang
dapat berasal dari buangan kamar mandi, aktivitas dapur, cuci
pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme
patogen dan berbagai senyawa kimia lainnya yang dapat
membahayakan kesehatan manusia.
Kondisi sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
merupakan kondisi yang sangat kondusif untuk berkembangnya
penyakit seperti penyakit kulit, kecacingan, dan bahkan penyakit yang
bisa menjadi wabah dan menimbulkan kematian seperti diare, disentri
dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui kondisi sanitasi dasar di
Kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kondisi sanitasi dasar pada masyarakat di
wilayah kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan
masalah air bersih di Kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai
b. Untuk mengetahui kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan
masalah Jamban Keluarga di Kecamatan Pulau Sembilan Kab.
Sinjai
c. Untuk mengetahui kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan
masalah Sampah di Kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai
d. Untuk mengetahui kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan
masalah sarana pembuangan air limbah di Kecamatan Pulau
Sembilan Kab. Sinjai

C. Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional studi dengan
pendekatan deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh rumah
tangga di Kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai. Penarikan sampel
menggunakan simple random sampling dengan besar sampel 100
rumah tangga. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan
program analisis data yang telah tersedia dalam program SPSS. Data
yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel
sederhana/tabel frekuensi untuk analisis univariat yang disertai narasi
atau penjelasan mengenai variabel yang diteliti.

D. Hasil Penelitian
a. Diketahuinya kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan masalah
air bersih di Kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai
b. Diketahuinya kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan masalah
Jamban Keluarga di Kecamatan Pulau Sembilan Kab. Sinjai
c. Diketahuinya mengetahui kondisi sanitasi dasar yang terkait
dengan masalah Sampah di Kecamatan Pulau Sembilan Kab.
Sinjai
d. Diketahuinya kondisi sanitasi dasar yang terkait dengan masalah
sarana pembuangan air limbah di Kecamatan Pulau Sembilan
Kab. Sinjai
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN BERBASIS LINGKUNGAN
DI PULAU LAE – LAE KECAMATAN UJUNG PANDANG
KOTA MAKASSAR

A. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan satu areal dalam lingkungan hidup
yang sangat penting diperhatikan baik pengelolaan secara
administrasi, pengelolaan habitat hidup, maupun pengelolaan sanitasi
lingkungan hidup. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu program
prioritas dalam agenda internasional Millennium Development Goals
(MDGs) yang ditujukan dalam rangka memperkuat pembudayaan
hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta
mengimplementasikan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan dalam
pencapaian MDGs tahun 2015.
Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil dan terisolir,
kehidupan sehari-hari yang terpapar dengan risiko kesehatan antara
lain kurangnya ketersediaan air bersih yang berkualitas, minimnya
ketersediaan makanan yang bergizi dan terbatasnya pelayanan
kesehatan dari sektor publik terutama pada saat musim badai. Kondisi
perumahan yang padat dan kurang memenuhi syarat kesehatan
sehingga mudah terinfeksi vektor dan agen penyakit.
Sanitasi merupakan perilaku yang disengaja untuk
membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya,
dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia. Sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
World Bank Water Sanitation Program (WSP) mengungkapkan,
bahwa Indonesia berada diurutan kedua di dunia sebagai negara
dengan sanitasi buruk. Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki
toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut,
atau di permukaan tanah.
Bentuk nyata dari implementasi kebijakan tersebut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) melalui keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategis
nasional STBM dengan target utama menurunkan angka kesakitan
penyakit berbasis lingkungan termasuk pada daerah pesisir. Upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun social yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Berdasarkan hasil Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui
bahwa cakupan perumahan sehat di Indonesia masih rendah yaitu
hanya 47,9% dibandingkan dengan target secara nasional yaitu 80%.
Indikator rumah sehat dapat dilihat dari akses terhadap air bersih,
penggunaan jamban keluarga, jenis lantai rumah, jenis dinding.
Secara nasional persentase rumah tangga dengan sumber air minum
layak sebesar 70,97% terdapat 52,72% rumah tangga memiliki jarak
sumber air minum dari pompa/sumur/mata air terhadap tempat
penampungan kotoran akhir/tinja sebesar > 10 meter, dan 22% rumah
tangga di Indonesia masih mempunyai kebiasaan buruk dalam hal
membuang sampah. Rumah tangga yang sudah membuang
sampahnya dengan baik hanya 21%, dan 57% rumah tangga cara
membuang sampahnya tergolong cukup baik, dan rumah tangga
persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang
air besar sebesar 59,86%, rumah tangga yang memiliki bersama
12,95%, umum sebesar 4,33% dan tidak ada sebesar 22,85%,
sedangkan rumah tangga yang mempunyai jenis lantai yang
memenuhi syarat kesehatan hanya 47,2%. Keadaan ini memberikan
gambaran bahwa secara keseluruhan cakupan rumah sehat di
Indonesia masih rendah, sehingga berdampak terhadap kesehatan
masyarakat
Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyebab kematian
di Indonesia. Pada tahun 2001-2015, kematian yang disebabkan oleh
penyakit berbasis lingkungan, diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) menduduki peringkat pertama dengan jumlah 15,7%
kematian, penyakit Tuberculosis (TBC) menduduki peringkat kedua
dengan jumlah 9,6% kematian. Diare menduduki peringkat ketiga
dengan jumlah 7,4% kematian. Secara total penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan 33% atau sepertiga total kematian
seluruh kelompok umur. Sedangkan pada kelompok balita, pola
penyebab kematian ini lebih tinggi lagi yaitu 30,8% kematian dan
menduduki urutan pertama pola penyakit pada balita sebanyak 19,4
per 1000 balita.
Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit
berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit
berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir
seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah
Dengue ( DBD ), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit,
Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.
Faktor risiko penyakit berbasis lingkungan antara lain
disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan
sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya
angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban
yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah
rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi,
serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan.
Pulau Lae-Lae merupakan salah satu pulau kecil yang masuk
dalam wilayah administrative Kota Makassar dengan luas wilayah 0,22
km2. Warga Pulau Lae-lae sebagian besar bermata pencaharian
sebagai nelayan. Jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 1639 jiwa
dengan 346 rumah tangga. Pulau Lae-Lae merupakan pulau yang
memiliki jarak yang paling dekat dari daratan utama Pulau Sulawesi
sehingga diduga sudah banyak mendapat pengaruh dari aktivitas
manusia berupa buangan air limbah pencemar, karena laut menjadi
tempat terkumpulnya zat-zat pencemar yang dibawa aliran air.
Sebuah penelitian tentang kondisi sanitasi dasar pada
masyarakat di Pulau Lae – Lae menunjukkan bahwa sumber air bersih
yang paling banyak digunakan responden adalah sumur gali tak
terlindung baik untuk keperluan masak maupun untuk keperluan
mencuci dan lain-lain, kuantitas air cukup. Kepemilikan jamban lebih
banyak responden yang tidak memiliki, responden yang tidak memiliki
jamban seluruhnya buang air besar di laut. Kepemilikan tempat
sampah lebih banyak responden yang tidak memiliki, responden yang
memiliki paling banyak memiliki jenis tempat sampah semi permanen
(tong/keranjang), sedangkan kepemilikan SPAL lebih banyak
responden yang memiliki, responden yang memiliki SPAL paling
banyak jaraknya kurang dari sepuluh meter.
Permasalahan perumahan sehat juga terjadi pada masyarakat
di wilayah pesisir. Penerapan rumah sehat dinilai sulit diperoleh oleh
masyarakat yang berada di wilayah pesisir jika dilihat dari keseluruhan
aspek indikator rumah sehat, seperti pembuangan sampah, lantai
rumah yang permanen, serta kepemilikan jamban keluarga.
Masyarakat di pesisir pantai secara umum merupakan nelayan
tradisional dengan penghasilan pas-pasan, dan tergolong keluarga
miskin yang disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata
bergantung pada hasil tangkapan dan bersifat musiman, serta faktor
nonalamiah berupa keterbatasan teknologi alat penangkap ikan,
sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.
Berdasarkan uraian data dan informasi di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Masalah
Kesehatan Berbasis Lingkungan Pada Masyarakat di Pulau Lae – Lae
Kota Makassar”.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi faktor risiko masalah kesehatan berbasis
lingkungan pada masyarakat di Pulau Lae – Lae Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi faktor resiko kesehatan berbasis
lingkungan terkait dengan sumber air bersih di Pulau Lae – Lae
Kota Makassar
b. Untuk mengidentifikasi faktor resiko kesehatan berbasis
lingkungan terkait dengan jamban keluarga di Pulau Lae – Lae
Kota Makassar
c. Untuk mengidentifikasi faktor resiko kesehatan berbasis
lingkungan terkait dengan sampah di Pulau Lae – Lae Kota
Makassar
d. Untuk mengidentifikasi faktor resiko kesehatan berbasis
lingkungan terkait dengan perumahan di Pulau Lae – Lae Kota
Makassar

C. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional
dengan pendekatan survei. Populasi dalam penelitian ini adalah
rumah masyarakat yang bermukim di Pulau Lae – Lae Kota Makassar
yang berjumlah 346 rumah. Pengambilan sampel dilakukan secara
simple random sampling yakni mengambil secara acak jumlah sampel
penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
terpenuhi.

D. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai identifikasi faktor risiko
masalah kesehatan berbasis lingkungan di Pulau Lae – Lae
Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar, diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Diperoleh Gambaran masalah sumber air bersih yang digunakan
oleh masyarakat di Pulau Lae – Lae Kota Makassar.
2. Diperoleh Gambaran masalah jamban keluarga yang digunakan
oleh masyarakat di Pulau Lae – Lae Kota Makassar.
3. Diperoleh Gambaran masalah tempat pembuangan sampah yang
digunakan oleh masyarakat di Pulau Lae – Lae Kota Makassar.
4. Diperoleh Gambaran rumah sehat yang digunakan oleh masyarakat
di Pulau Lae – Lae Kota Makassar.
.

Anda mungkin juga menyukai