Anda di halaman 1dari 8

1

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)1

Slamet Suyanto, Paidi, dan Insih Wilujeng2

A. Pendahuluan
Sains merupakan disiplin ilmu yang mempelajari objek alam dengan metode
ilmiah (Sund, 1989). Objek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak. Air, udara,
bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan objek-objek sains
yang sering menjadi perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir,
kebakaran, hewan yang beranak dan bertelur, tumbuhan yang berbunga dan
berbuah yang menarik perhatian anak juga merupakan objek sains. Objek-objek
tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang disederhanakan. Menurut NSTA
(National Science Teacher Association) (2005) salah satu standar sains adalah sains
sebagai cara penyelidikan (science as inquiry). Standar ini menyatakan pentingnya
melatih anak melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam.
Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi melakukan pengukuran, menggunakan
bilangan, dan melakukan klasifikasi merupakan kegiatan belajar sains melalui proses
inquiry. Untuk memandu siswa melakukan proses inkuiri sains digunakanlah Lembar
Kerja Siswa (LKS).

B. Pengertian LKS
LKS merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran. Para guru di negara
maju, seperti Amerika Serikat mengembangkan enam perangkat pembelajaran untuk
setiap topik; di mana untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat
pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi (silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out
(bahan ajar), (4) student worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) media
(minimal powerpoint), dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian).
LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan
apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti

1
Disampikan dalam acara Pembekalan guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal di Akademi Angkatan
Udara Yogyakarta tanggal 26 Nopember-6 Desember 2011.
2 Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. dan Dr. Paidi, M.Si. Dosen Jurusan Pendidikan Biologi dan Dr. Insih

Wilujeng, M.Si. adalah dosen Fisika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.


2

melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan


pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan
menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan pengukuran dan
mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan
menarik kesimpulan. Untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar,
digunakanlah LKS.
Beberapa definisi LKS muncul terkait dengan kegiatan belajar tersebut, seperti
(1) a sheet of paper used for the preliminary or rough draft of a problem, design,
etc., (2) a piece of paper recording work being planned or already in progress, (3) a
sheet of paper containing exercises to be completed by a pupil or student
(http://www.contentextra.com ). Menurut definisi di atas, LKS adalah selembar kertas
untuk (1) menyusun skema pemecahan masalah atau membuat desain, (2) mencatat
data hasil pengamatan, dan (3) lembar diskusi/latihan kerja siswa. Ratna Wilis Dahar
(1986) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan
interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas
belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan
intruksional.
LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler
maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran
yang didapat (Azhar, 1993 : 78). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang
dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi
tersebut secara mandiri (http://pustaka.ut.ac.id). Berdasarkan definisi di atas, LKS di
dalam mata pelajaran yang berbeda akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam
mata pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan penyelidikan atau
eksperimen, tabel data, dan persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari data hasil
percobaan. LKS untuk mata pelajaran bahasa berisi latihan terkait dengan
kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. LKS untuk pelajaran
matematika bisa berisi persoalan matematika bergambar, persoalan cerita
matematis, atau operasi matematis. LKS untuk pelajaran seni lukis dapat berisi
latihan mewarnai, menggambar, dan ekspresi seni. Dengan demikian, LKS berbeda-
beda bentuknya antarmatapelajaran yang berbeda.
3

LKS untuk siswa SD, SMP, dan SMA atau bahkan perguruan tinggi juga
berbeda-beda. LKS untuk SD biasanya sederhana dan bergambar. Hal itu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak yang masih bersifat
operasional konkrit. Untuk siswa sekolah menengah, LKS lebih abstrak sesuai
dengan tingkat perkembangan mental mereka yang menurut Piaget (1970) sudah
mampu berfikir formal.

C. Komponen LKS
Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi hal-hal berikut:
1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru mengenal dan
menggunakannya. Misalnya untuk kelas 1, KD, 1 dan kegiatan 1, nomor LKS-nya
adalah LKS 1.1.1. Dengan nomor tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan
kegiatannya.
2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti Komponen
Ekosistem.
3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.
4. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka dituliskan
alat dan bahan yang diperlukan.
5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi mempermudah
siswa melakukan kegiatan belajar.
6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau
pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data, maka bisa diganti
dengan kotak kosong di mana siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.
7. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan
analisis data dan melakukan konseptualisasi. Untuk beberapa mata pelajaran,
seperti bahasa, bahan diskusi bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
refleksi.

D. Fungsi LKS
LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
4

1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar, seperti melakukan


percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur kerja.
2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan memandu siswa
menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang memungkinkan siswa
mencatat data hasil pengukuran atau pengamatan.
3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang menuntun
siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut
siswa dilatih membaca dan memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep
yang dipelajari.
4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresikan
temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar
mengajar.
6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang dipandu
melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta menarik perhatian
siswa.

E. Model LKS
Menurut Reighluth (1996) ada dua pendekatan pembelajaran yaitu ekspositori
dan eksploratori. Kedua pendekatan ini merupakan dua kutub yang berlawanan.
Pendekatan eksploratori menekankan pentingnya siswa melakukan eksplorasi dalam
rangka inkuiri dan diskoveri. Pendekatan ini menuntut siswa belajar secara aktif
melakukan eksplorasi; mengamati objek, melakukan pengukuran, memanipulasi
objek, melakukan percobaan, dan sebagainya. Robert Sund (1998) menyebut
pendekatan ini sebagai open discovery. Menurutnya, secara umum ada tiga metode
pembelajaran yaitu (1) mendengar-berbicara, (2) membaca-menulis, dan (3)
mengamati-melakukan. Setiap pendekatan dan metode di atas memiliki pengaruh
terhadap model LKS, sehingga digunakan model LKS yang berbeda-beda pula.
Rumpun metode mendengar-berbicara mencakup (1) ceramah, (2) membaca, (3)
bertanya, (3) diskusi, (4) analisis film, (5) debat, (6) iur gagasan. Model LKS jenis ini
5

berisi lebih menekankan pada perintah dan hasil-hasil resitasi. Misalnya, guru
memberi ceramah tentang “Pencemaran Sampah”, lalu guru menyuruh siswa
mendiskusikan persoalan dan alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut
untuk kemudian dipresentasikan di kelas. Maka, LKS cenderung bersifat tertutup,
berisi perintah mendikusikan persoalan, mencari alternatif solusi, dan presentasi di
kelas.
Rumpun kedua yaitu metode membaca-menulis. Rumpun ini meliputi (1) buku
teks, (2) buku kerja, (3) kapur-papan tulis, (4) bulletin, (5) laporan, (5) reviu teman,
(6) mencatat, (7) membuat jurnal. Misalnya, guru memberi teks bacaan tentang
Sampah yang diambil dari Koran, lalu guru menyuruh siswa membaca teks, dan
mendiskusikan persoalan dan alternatif solusi dari pencemaran sampah tersebut.
Mungkin pula siswa diminta membuat kliping terkait pencemaran sampah kemudian
menulis resensinya. Maka, LKS bersifat semi terbuka, berisi perintah membaca,
mendikusikan persoalan, dan mencari alternatif solusi yang dilaporkan secara
tertulis.
Rumpun ketiga yaitu mengamati-melakukan, mencakup (1) demonstrasi, (2)
kerja lapangan, (3) kerja lab/ hands on, (4) proyek, (5) eksplorasi/diskoveri, (6)
permainan. Misalnya, pada topic pencemaran akibat sampah, guru menyuruh anak
secara berkelompok mengamati tempat-tempat yang banyak sampahnya,
mengidentifikasi jenis-jenis sampahnya, mencatat volume dan asalnya, dan
mendesain alat pengolah sampah. LKS jenis ini bersifat lebih terbuka, berisi alat dan
bahan, panduan kerja, serta tabel pengamatan dan pertanyaan pengarah diskusi
siswa. Model-model LKS dapat dilihat pada lampiran.

F. Langkah-langkah Penyusunan LKS


1. Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.
2. Menganalisis silabi dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai
dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.
3. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar
(Pembukaan, Inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan Penutup).
6

4. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP. Misalnya, dalam
materi Ekosistem, kegiatan eksplorasinya adalah siswa mengamati ekosistem
sawah atau yang ada di sekitar sekolah. Maka LKS berisi panduan bagaimana
memilih daerah yang merupakan ekosistem, bagaimana menghitung individu,
populasi, dan komunitas, bagaimana mengukur suhu, kelembaban, dan faktor
abiotik lainnya, dst.

G. Penggunaan LKS
Penggunaan LKS disesuaikan dengan pendekatan/metode pembelajarannya,
dapat di depan atau di belakang kegiatan pembelajaran. Pada pendekatan
eksploratori yang menekankan pentingnya proses inkuiri, LKS digunakan di awal
pembelajaran. Guru mengemukakan persoalan yang akan dikaji, membagi LKS, dan
siswa melakukan kegiatan belajar sesuai petunjuk kerja dalam LKS. Hasil
belajar/hasil pengamatan dicatat di dalam tabel atau lembar amatan di dalam LKS.
Siswa berdiskusi sesuai pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS dan
menuliskan hasilnya di dalam LKS. Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan
dibahas bersama seluruh siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang
berbeda. Guru memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan kemudian
memberI konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup kegiatan
pembelajaran. Alur pembelajaran seperti ini mengikuti Standar Proses
(Permendiknas nomor 41 tahun 2007) yang terdiri atas (1) Pembukaan, (2) Kegiatan
Inti terdiri atas (a) eksplorasi, (b) elaborasi, dan (c) konfirmasi, dan (3) Penutup.

H. Penilaian melalui LKS


Penilaian melalui LKS dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, yaitu
penilaian kinerja. Ketika siswa praktik atau melakukan kegiatan belajar sesuai LKS
guru melakukan penilaian melalui observasi. Misalnya, apakah siswa sudah dapat
menggunakan alat dan melakukan pengukuran dengan benar? Apakah siswa
mampu bekerjasama dengan baik pada saat melakukan kegiatan belajar? Kedua,
menilai hasil kerja siswa. Guru dapat mengambil sampel hasil kerja siswa dan
melkukan Tanya-jawab tentang hasil kerjanya tersebut. Ketiga, melalui portofolio.
7

Hasil kegiatan belajar siswa yang ditulis di dalam LKS dapat dijadikan portofolio
anak.

I. Salah LKS
Di lapangan beredar banyak sekali LKS. LKS tersebut umumnya berisi latihan
soal atau reviu dari bahan ajar setiap topik. Bentuknya berupa pertanyaan-
pertanyaan. Hal itu sebenarnya bukan LKS, tetapi merupakan evaluation sheet atau
lembar penilaian. LKS semacam itu tidak melatih siswa melakukan proses
penyelidikan (inkuiri), sebaliknya hanya berupa drill latihan soal. LKS tersebut
berbeda jauh dengan lembar kerja siswa sesungguhnya yang berisi panduan
kegiatan eksplorasi.

Daftar Pustaka

Anonim (2010). Student Worksheet Definitions.


http://www.contentextra.com/bacconline/OnlineResources/

Appleton, K. (1993). Using theory to guide practice: Teaching science from a


constructivist perspective. School Science and Mathematics, 93(1993). 269-274.

Bryce, T. G. K.; McCall, J.; MacGregor, R. I. J.; & Weston, R. A. J, (1990). Techniques
for Assessing Process Skills in Practical Science. Oxford: Heinemann
Educational Books.

DeVries, R. & Kohlberg, L. (1987). Constructivist early childhood education: Overview


and comparison with other program, Washington, DC.: NAEYC.

Hewson, P. W. & Hewson, M. G. (1988). An appropriate conception of teaching science:


A view from studies of science learning. Science Education, 72, 597-614.

Hooper, C. (1990). In Focus: What science is learning about learning science. The
Journal of NIH Research, Vol. 2, No. 4 (1990), 75-89.

National Research Council (1996). National Science Education Standards. Washington,


DC.: National Academy Press.

NSTA (2005). “National science Education Standards.”


http://www.nap.edu/readingroom/books/nses/html.
8

Paiget, J. (1970). The Science of Education amd the Psychology of the Child. NY:
Grossman.

Slamet Suyanto (2006). Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open
Inquiry”. Jurnal EduKid, vol 1. No.1. April 2006.

Sund, R. (1998). Teaching Science through Discovery. New York: Macmillan Publishing
Company.

Wolfinger, D.M. (1994). Science and Mathematics in Early Childhood Education. New
York: Harper Collins College Publisher.

Anda mungkin juga menyukai