Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap setiap orang. Selaim itu, proses keperawatan juga diartikan sebagai
suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah- masalah kesehatan dan membuat rencana asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga klien, orang terdekat,
dan masyarakat.
Proses keperawatan menurut Potter dan Perry (1997) adalah suatu
pendekatan dalam pemecahan masalah, sehingga perawat dapat
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil
yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi. (Haryanto, 2008:3).
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan
yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan,
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di
rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun piskesmas, yang diberikan
oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh
anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan,
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu
tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja pengkajian dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.2 Apa saja diagnose dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.3 Apa saja intervensi dari asuhan keperawatan pada lansia?
1.2.4 Apa saja implementasi dari asuhan keperawatan pada lansia?

1
1.2.5 Apa saja evaluasi dari asuhan keperawatan pada lansia?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui apa saja pengkajian dari asuhan keperawatan
pada lansia
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja diagnose dari asuhan keperawatan pada
lansia
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja intervensi dari asuhan keperawatan
pada lansia
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja implementasi dari asuhan keperawatan
pada lansia
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja evaluasi dari asuhan keperawatan pada
lansia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Effendy, 1995). Adapun hal-hal yang perlu di kaji pada pasien lansia
adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian data klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, alamat, suku, agama, pekerjaan,
2. Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit atau masalah kesehatan
saat ini, riwayat penyakit atau kesehatan yang lalu.
3. Pengkajian fisik yang meliputi:
a. Pengkajian kebutuhan dasar
Pengkajian kebutuhan dasar yaitu meliputi empat belas
kebutuhan dasar seperti bernapas dengan normal, tercukupi
kebutuhan makan, mengurangi zat sisa yang tidak berguna,
bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman, tidur dan
istirahat, memilih pakaian pantas, mempertahankan suhu tubuh
dalam kondisi normal, menjaga kebersihan tubuh dan memelihara
kesehatan, menghindari bahaya dilingkungannya dan menghindari
cedera yang lain, komunikasi dengan orang lain, beribadah
menurut kepercayaan orang, bekerja sedemikian rupa sehingga ada
rasa pemenuhan kebutuhan, belajar, dan rekreasi.
b. Kemandirian melakukan aktifitas
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian
yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai
kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien

3
yang mengalami gangguan keseimbangan. Kemandirian
melakukan aktivitas menggunakan 10 indikator yaitu:

No Item Yang Dinilai Skor


1 Makan (feeding) Tidak mampu = 0
Butuh bantuan memotong, dll = 1
Mandiri = 2
2 Mandi (Bathing) Tergantung orang lain = 0
Mandiri =1
3 Perawatan Diri (Grooming) Membutuhkan bantuan orang lain = 0
Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi dan bercukur = 1
4 Berpakaian (Dressing) Tergantung orang lain = 0
Sebagian dibantu misalnya
mengancing baju = 1
Mandiri = 2
5 Buang Air Kecil (Bowel) Inkotinensia, pakai kateter = 0
Kadang kontinensia (maksimal 1x
sehari) = 1
Kontinensia = 2
6 Buang Air Besar Inkotinensia, pakai kateter = 0
Kadang kontinensia (sekali
seminggu) = 1
Kontinensia = 2
7 Penggunaan Toilet Tergantung bantuan orang lain = 0
Membutuhkan bantuan tetapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri = 1
Mandiri = 2
8 Transfer Tidak Mampu = 0
Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) = 1
Bantuan kecil (1 orang) = 2

4
Mandiri = 3
9 Mobilitas Immobile (tidak mampu) = 0
Menggunakan kursi roda = 1
Berjalan dengan banuan 1 orang = 2
Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti tongkat) = 3
10 Naik Turun Tangga Tidak mampu = 0
Membutuhkan bantuan = 1
Mandiri = 2

Keterangan
Skor 20 = Mandiri
Skor 12-19 = Ketergantungan ringan
Skor 9-11 = Ketergantungan sedang
Skor 0-8 = Ketergantungan Berat

c. Pengkajian keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah
ini dan beri tanda 1 jika klien menunjukan kondisi di bawah ini:
1) Perubahan posisi atau gerak keseimbangan
 Bangun dari kursi
 Duduk ke kursi
 Menahan dorongan pada sternum
 Mata tertutup
 Perputaran leher
 Gerakan menggapai sesuatu
 Membungkuk
2) Komponen gaya berjalan atau gerakan
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang
ditentukan
 Ketinggian langkah kaki
 Kontinuitas langkah kaki

5
 Kesimetrisan langkah kaki
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan
 Berbalik

Intervensi Hasil

0-5 : Resiko jatuh rendah

6-10 : Resiko Jatuh Sedang

11-15 : Resiko Jatuh tinggi

d. Pengkajian Head To Toe


Pengkajian ini merupakan pengkajian per sistem yang mana
meliputi :
1) Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah seperti postur tulang lansia
(tegap, kifosis, lordosis, skoliosis).
2) Tanda-tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, respirasi,
berat badan, tinggi badan. Status gizi meliputi tinggi badan dan
berat badan, apakah klien malnutrisi protein-kalori, keadaan
gizi yang dapat dilihat dari mukosa mulut, rahang dan bibir,
kemampuan mengunyah dan menelan, kondisi kulit, auskultasi
bising usus, palpasi perut apakah perut kembung, keluhan
anorexia, kerusakan membau dan mengecap, waktu makan,
diet sehari-hari, intake cairan, kaji kebiasaan merokok dan
minum alkohol

4. Pengkajian Status Mental


a. SPSMQ (Short Portable Mental Status Questioner) merupakan
pengkajian untuk mengetahui tingkat gangguan intelektual lansia.

No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah

6
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apakah nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapakah nama presiden sekarang?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya?
9. Siapakah nama Ibu/Bapak anda?
10. 2+3=….?

Keterangan :
Jumlah kesalahan :
0 – 2 kesalahan : Baik
2 – 4 kesalahan : Gangguan ringan
5 – 7 kesalahan : Gangguan sedang
7 – 10 kesalahan : Gangguan berat

b. Mini Mental State Examination digunakan untuk menilai status


kognitif pasien

No Tes Nilai Nilai


Maksimal
Orientasi
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal) hari 5
apa? 5
2 Kita berada dimana ? (negara), (provinsi), (kota),

7
(rumah sakit), (lantai/kamar)

Registrasi
3 Sebutkan 3 buah nama benda (jeruk, uang, mawar), 3
tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda
yang benar. Ulangi sampai pasien dapat
menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan
Atensi dan Kalkulasi
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 umtuk setiap jawaban 5
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
disuruh mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw = 2 nilai)
Mengingat Kembali (Recall)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda 3
diatas
Bahasa
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang 2
ditunjukkan (pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata :”tanpa 1
kalau dan atau tetapi”
8 Pasien diminta melakukan perintah “Ambil kertas 3
ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan
9 letakkan di lantai” 1
Pasien diminta membaca dan melakukan perintah
10 “Angkatlah tangan kiri anda” 1
11 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1
Pasien diminta meniru gambar di bawah ini

8
Interpretasi hasil: 30 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik
Keterangan:
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

c. Pengkajian Psikologi
Skala depresi geriatrik Yessavage dalam bentuk singkat yaitu
sebagai berikut.
1) Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan anda?
(Ya/Tidak)
2) Sudahkah anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda?
(Ya/Tidak)
3) Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? (Ya/tidak)
4) Apakah anda sering bosan? (Ya/tidak)
5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
(Ya/tidak)
6) Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? (Ya/tidak)
7) Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu? (Ya/tidak)
8) Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari,
daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru ? (Ya/tidak)
9) Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak
masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya?
(Ya/tidak)
10) Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup sekarang
ini? (Ya/tidak)
11) Apakah anda merasa “saya sangat tidak berguna dengan
keadaan anda sekarang?”(Ya/tidak)
12) Apakah ada merasa penu berenergi? (Ya/tidak)
13) Apakah anda berpikir situasi anda tidak ada harapan?
(Ya/tidak)

9
14) Apakah anda berpikir bahwa banyak orang lebih baik daripada
anda? (Ya/tidak)

Keterangan :
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. Nilai 5
atau lebih menandakan klien depresi.

d. Pengkajian Status Sosial

No Fungsi Apgar Keluarga Skor


1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat tinggal 1
kembali pada keluarga saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menysuahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman- 2
teman) saya membicarakan seusuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga(teman- 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti mara, sedih atau mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga (teman- 2
teman) saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama

Keterangan
Skor 8-10 : fungsi sosial normal

10
Skor 5-7 : fungsi sosial cukup
Skor 4-0 : fungsi sosial kurang/ suka menyendiri

5. Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan


Hal-hal yang perlu dikaji dalam perilaku terhadap kesehatan yaitu
seperti kebiasaan merokok atau penggunaan tembakau, kebiasaan
ngopi, pengetahuan alkohol atau napza, penggunaan obat-obatan tanpa
resep.

6. Pengkajian Lingkungan
Hal-hal yang perlu dikaji seperti pemukiman, sanitasi, faktor resiko
seperti polusi udara, suara, dll

7. Pemanfaatan Layanan Kesehatan


Hal-hal yang perlu dikaji seperti kunjungan ke posyandu,
kunjungan ke puskesmas atau rumah sakit, pembiayaan kesehatan atau
asuransi kesehatan.

8. Tingakat Pengetahuan atau sikap


Pengetahuan tentang kesehatan atau perawatan, sikap tentang
kesehatan atau perawatan

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Fisik Atau Biologis
a. Gangguan nutrisi : kurang/ berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai
dengan pemasukan yang tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sampai
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat
perawatan diri
d. Potensial cidera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh
e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri

11
f. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan
napas atau adanya secret pada jalan nafas
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi

2. Psikososial
a. Cemas saIsolasi sosial sampai dengan perasaan curiga
b. Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu
c. Depresi sampai dengan isolasi sosial
d. Harga diri rendah sampai perasaan ditolak
e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidakmampuan
mengemukaan perasaan secara tepat
f. Cemas dengan sumber keuangan yang terbatas
3. Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaaan sampai dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian
c. Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang alami
d. Perasaan tidak senang sampai dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat

2.3 Intervensi Keperawatan


Setelah merumuskan diagnosa keprawatan maka, lagkah selanjutnya
yaitu menyusun rencana keperawatan (intervensi keperawatan) yang
terdapat beberapa hal-hal penting yang perlu diperhatikan saat merumusan
intervensi keperawata yang meliputi:
a. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
b. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya
c. Menentukan prioritas : dimana membuat klien puas dengan situasi
yang diciptakan
d. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan kehendak perawat
kepada klien

12
e. Rasa aman adalah hal utama yang merupakan kebutuhan
f. Mencegah timbulnya masalah-masalah lain yang dapat terjadi
g. Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau
pemasukan

Tujuan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan


kebutuhan dasar antara lain :

a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi


b. Peningkatan keamanan dan keselamatan
c. Memelihara kebersihan diri
d. Memelihara keseimbangan istirahat tidur
e. Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif
1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
a) Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia :
 Penurunan alat penciuman dan pengecapan.
 Pengunyahan kurang sempurna.
 Gigi yang tidak lengkap.
 Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
 Melemah otot-otot lambung dan usus.
b) Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia :
 Gizi berlebihan
 Gizi kurang
 Kekurangan vitamin
 Kelebihan vitamin
c) Rencana makanan untuk lansia :
 Monitor masukan makanan atau minuman dan hitung kalori
harian secara tepat
 Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
 Berikan makanan yang mengandung serat.
 Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
 Batasi minum kopi dan teh
 6 Berikan makanan porsi kecil tapi sering

13
 Kolaborasi ahli gizi
 Berikan perawatan mulut
 Pantau hasil labioratoriun protein, albumin, globulin, HB
 Jauhkan benda-benda yang tidak enak untuk dipandang seperti
urinal, kotak drainase, bebat dan pispot
 Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik

2. Peningkatan Keamanan dan Keselamatan


a. Penyebab kecelakaan pada lansia :
 Fleksibilitas kaki yang berkurang.
 Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
 Pencahayaan yang berkurang.
 Lantai licin dan tidak rata.
 Tangga tidak ada pengaman.
 Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

b. Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan
sensori (tidak mampu melihat).
 Tujuan

Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh)


atau cidera (jatuh) tidak terjadi.

 Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi
lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari
kunjungan diharapkan Klien mampu:

 Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat


meningkatkan kemungkinan cidera.
 Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya
tertentu,

14
 Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam
melindungi diri dari cidera.

 Intervensi
 Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
 Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko.
 Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman
(memasang pinggiran tempat tidur, dll) sesuai hasil
pengkajian bahaya jatuh pada poin 1.
 Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama
kunjungan rumah.
 Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera
(menggunakan pencahayaan yang baik, memasang
penghalang tempat tidur, menempatkan benda
berbahaya ditempat yang aman).
 Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan
glaukoma dan gangguan penglihatannya, serta pekerja
sosial untuk pemantauan secara berkala.

c. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proteksi berhubungan dengan:
 Defisit imunologi;
 Malnutrisi;
 Kemoterapi atau efek pengobatan;
 Penglihatan yang kurang;
 Kurang informasi tentang keselamatan.
 Kemungkinan data yang ditemukan:
 Riwayat kecelakaan;
 Lingkungan yang beresiko.
 Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
 Usia: kematangan, sangat tua;

15
 Nutrisi kurang;
 Gangguan darah;
 Pembedahan;
 Radiasi atau kemoterapi;
 Penyakit imunitas;
 AIDS.

 Tujuan
Pasien tidak mengalami infeksi nosocomial

 Intervensi
 Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang
proteksi/metode isolasi
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
pengobatan
 Jaga pasien dari injuri dan infeksi
 Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan
pendarahan dari bekas suntikan
 Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik
 Berikan diet adekuat
 Lakukan pendidikan kesehatan tentang:
o Pemberian pengobatan
o Mempertahankan keamanan
o Teknik isolasi
o Penggunaan alat-alat proteksi

3. Memelihara Kebersihan Diri


1) Diagnosa Keperawatan
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan
kemampuan sampai dengan penurunan minat perawatan diri
2) Tujuan Umum

16
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.

3) Tujuan Khusus
a) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan
tanda-tanda percaya pada perawat seperti wajah cerah,
tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, menerima
kehadiran perawat, bersedia menceritakan perasaannya,
Intervensi
 Berikan salam setiap berinteraksi.
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.Tanyakan nama dan panggilan
kesukaan klien.
 Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
 Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas.
 Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
 Penuhi kebutuhan dasar klien.

b) TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya


kebersihan diri.
Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan kebersihan
diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan
kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah
penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.
Intervensi :
 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.

17
 Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri
dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih
dan tanda- tanda bersih.
 Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda
kebersihan diri.
 Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan
dengan kebersihan diri.
 Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan
tujuan memelihara kebersihan diri.
 Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
 Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri
seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2
kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas
dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

c) TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan


bantuan perawat.
Kriteria evaluasi : Klien berusaha untuk memelihara
kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai
air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari,
dan merapikan penampilan.
Intervensi :
 Motivasi klien untuk mandi.
 Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien
untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan
diri yang benar.
 Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
 Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan
merapikan rambut.

18
 Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan
kebersihan kamar mandi.
 Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan
fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

d) TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan


diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi : Setelah satu minggu klien dapat
melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan
teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti
baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
Intervensi:
 Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara
teratur,
 ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi,
ganti baju dan pakai sandal.

e) TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri


secara mandiri.
Kriteria evaluasi : Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi :
 Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan
kebersihan diri.

f) TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam


meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi : Keluarga selalu mengingatkan hal–
hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga
menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga

19
kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing
klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi :
 Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang
minatnya klien menjaga kebersihan diri.
 Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang
telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga
kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
 Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi
stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang
lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
 Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri.
 Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien
dalam menjaga kebersihan diri
 Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang
dilakukan misalnya:
 mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

4. Istirahat Tidur
1) Diagnose Keperawatan: Gangguan pola tidur berhubungan
dengan :
 Nyeri
 Penurunan tingkat aktivitas
 Anxietas
 Depresi
2) Kriteria Hasil
 Klien akan mengidentifikasi gaya hidup, kebasaan yang
mendukung pada saat tidur

20
 Klien akan berpartisipasi dalam kelompok aktivitas setiap
hari
 Penambahan waktu tidur dan melaporkan tidak terbangun
saat tidur
 Klien menjelaskan faktor-faktor yang menghambat proses
tidurnya
 Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas
dan istirahat
3) Intervensi
 Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang misalnya: nyeri,
anxietas, stress, sering berkemih saat tidur, lingkungan
yang bising, suhu kamar (terlalu panasatau dingin)
 Sediakan waktu dan tempat tidur yang nyaman
 Atur lingkungan yang cukup mendukung untuk tidur
seperti ventilasi, bebas dari debudan bau-bau yang
merangasang (tidak disukai oleh klien)
 Latih untuk latihan fisik ringan (sesuai dengan kemampuan
dan hobi) untuk melancarkan sirkulasi darah dan
melenturkkan otot-otot
 Anjurkan minum-minuman yang hangat sebelum tidur
 Beri motivasi untuk mengikuti perkumpulan sesame lansia
 Beri penghargaan dan positif reinforcement jika klien
mampu melakukan aktivitas sebagaimana yang dianjurkan
 Hindari minuman yang merangsang sepanjang siang dan
malam hari, terutama menjelang tidur.
 Hindari potensi yang dapat menyebabkan cidera pada saat
tidur yaitu dengan cara :
o Gunakan pagar temapt tidur bila perlu
o Ketinggian tempat tidru yang rendah
o Pengawasan yang cukup
o Tempatkan bel yang mudah dijangkau oleh klien
o Jauhkan benda tajam

21
o Posisikan tempat tidur tidak berada dibawah benda
yang bergantung
 Diskusikan dengan klien rencana penyelesaian masalah
tentang tidur
 Kaji rencana hidup klien selanjutnya

5. Meningkatkan Hubungan Interpersonal Dengan Komunikasi


Upaya yang dilakukan antara lain :
 Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
 Beri stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang
akandilakukan
 Senyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
 Berikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau
tanggap terhadap respond an verbal lansia
 Libatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
 Hargai pendapat lansia

2.4 Implementasi Keperawatan


Setelah menyusun intervensi keperawatan langkah selanjutnya
yaitu implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan yaitu
melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar,
ulangi penjelasan yang belum dimengerti.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji


respon verbal dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil
pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.
Fotmat evaluas berupa SOAP.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan
keperawatan terhadap setiap orang. Proses keperawatan menurut Potter dan
Perry (1997) adalah suatu pendekatan dalam pemecahan masalah, sehingga
perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan.
Tahapannya meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
(termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi.
(Haryanto, 2008:3).
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pada diagnosa terdapat masalah-masalah keperawatan yang sering muncul,
pada intervensi terdapat rencana tindakan yang akan dilakukan, implementasi
merupakan pelaksanaan dari intervensi, dan evaluasi adalah hasil dari
implementasi.

3.2 SARAN
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat
menambah ilmu pengetahuan mengenai proses keperawatan pada lansia dan
dapat mengaplikasikannya di lapangan dengan baik dan benar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Suroto. 2004. Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan

Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum.

Sumintarsih. 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora

Volume 13

Suryanto. 1998. Kesehatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora Th

24
25

Anda mungkin juga menyukai