Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

PENGARUH MEWARNAI GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
USIA 6-12 TAHUNDI SLB KABUPATEN TEGAL

Disusun Oleh
MULANA SEKAR ESTRI
C1010092

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Di STIKes BHAMADA Slawi
2014
HALAMAN PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini ;

Nama : Mulana Sekar Estri


NIM : C1010092

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
Mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian atau pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Slawi, 08 Juli 2014


Yang Menyatakan

Mulana Sekar Estri


Persetujuan Skripsi

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang


berjudul :

PENGARUH MEWARNAI GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNGRAHITA RINGAN
USIA 6-12 TAHUN DI SLB KABUPATEN TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh


MULANA SEKAR ESTRI
C1010092

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di


hadapan penguji skripsi pada tanggal 20 Juni 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Gayuh Siska L.,M.Kep.,Sp.Kep.An Anisa Oktiawati., S.Kep.,Ns


NIP : 19800815 200501 1005 NIPY : 1986 10 04 11 062
Pengesahan Hasil Penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa hasil penelitian yang
berjudul :

PENGARUH MEWARNAI GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
USIA 6-12 TAHUN DI SLB KABUPATEN TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh :


MULANA SEKAR ESTRI
C1010092

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 08 Juli 2014 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I,

Agus Budianto., S.Kep.Ns.,M.Kep


NIPY :1971.07.09.98.012

Penguji II,

Gayuh Siska L., M.Kep.,Sp.Kep.An


NIP : 19800815 200501 1005

Penguji III,

Anisa Oktiawati., S.Kep.,Ns


NIPY : 1986 10 04 11 062
Mulana Sekar Estri 2014 : Pengaruh Mewarnai Gambar Terhadap Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan Usia 6-12 Tahun Di SLB
Kabupaten Tegal. Sarjana Ilmu Keperwatan STIKes BHAMADA Slawi.
Pembimbing I : Gayuh Siska L,M.Kep.,Sp.Kep.An. Pembimbing II : Anisa
Oktiawati, S.Kep.,Ns.85 halaman
.

PENGARUH MEWARNAI GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
USIA 6-12 TAHUNDI SLB KABUPATEN TEGAL

Motorik halus merupakan gerak yang keluesan otot-otot yang digerakan


secara halus. Oleh karena itu motorik halus penting untuk melakukan kegiatan
seperti menulis, menggenggam dan aktifitas bantu diri seperti makan, minum, dan
mengancing baju. Mewarnai gambar merupakan aktifitas yang penuh dengan
stimulasi terhadap proses pertumbuhan anak, dalam hal ini mewarnai gambar
memiliki manfaat untuk meningkatan kemampuan motorik halus anak. Peneleitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mewarnai gambar terhada peningkatan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB
Kabupaten Tegal. Sampel penelitian ini adalah anak tunagarahita ringan yang
berusia 6-12 tahun di SLB kabupaten tegal sebanyak 30 orang dengan
menggunakan tekhnik sampel jenuh, Design penelitian menggunakan metode
eksperiment dengan pendekatan one group pre test post tes design, dengan uji
statistic menggunakan parid simple t test. Alat pengumpulan data menggunakan
lembar observasi mewarnai gambar. Hasil penelitian menunjukan dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value
adalah 0,000 dengan demikian p value < α (0,000 < 0,05), t tabel1,699< t
hitung9,860. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh menwarnai
gambar terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan.
Kata kunci : Mewarnai gambar, peningkatan kemampuan motorik halus
anak tunagrahita ringan
Mulana Sekar Estri 2014 : The effect colouring picture with the in creasing fine
motor skills ability’s students low ability 6-12 years old in SLB Tegal Regency.
Bachelor of science STKes Bhamada Slawi. Supervisior I: Gayuh Siska
L,M.Kep.,Sp.Kep.An. supervisior II : Anisa Oktiawati, S.Kep, Ns 85 pages.

THE EFFECT COLOURING PICTURE WITH THE IN CREASING FINE


MOTOR SKILLS ABILITY’S STUDENTS LOW ABILITY 6-12 YEARS
OLD IN SLB TEGAL REGENCY

A fine motoro skill is weak muscle that moved softly. Because of that fine
motor skill important to do some activity like writing, holding and helping
actuvity such as aeting, drinking and keep on some button shirt. Colourung picture
is ful akctivity stimulan with the development student process. In this case
colouring picture have the advantage to know the effect of colouring picture with
the in creasing of fine motor skill ability;s students low ability 6-12 years old in
SLB Tegal Regency. This sample’s research is students who have lowability 6-12
years old in SLB Tegal Regency. There are 30 student’s low ability grade 6-12
years ol in Tegal Regency. That use bored sample technic. The research design
use experiment method by one group pretest and postest design approach with the
statstic test used by paird simple test. The tools of grouping data use a plece of
observation colouring picture. The result of research show that believe degree
95%( α = 0,05). Based on this result, we get p value 0,000. Because of that p
value < α (0,000 < 0,05). T table 1,699 < t count 9,860. The conclusion of this
research is there are some effect of colouring picture by in creasing fine motor
skill ability,s students low ability
Keyword : colouring picture, in creasing fine motor skill ability’s students
low ability
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”
Pengaruh Mewarnai Gambar Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik
Halus Anak Tunagrahita Ringan Usia 6-12 Tahun di SLB Kabupaten Tegal”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna
menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada
Slawi Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Gayuh Siska L,M.Kep.,Sp.Kep.An, selaku pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
2. Anisa Oktiawati,S.Kep.,Ns, selaku pembimbing II yang telah sabar dan tulus
memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini;
3. Agus Budianto,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku penguji I yang telah memberikan
pengarahan yang berguna bagi peneliti.
4. Seluruh dosen-dosen yang telah mengajari dan memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi Peneliti selama peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dari
semester satu hingga peneliti semester delapan
5. Kedua orang tua penulis Bapak Iman Hadi Santoso dan Ibu Woro Sumaeni
yang telah memberikan semangat, doa, bimbingan dan dukungan yang tak
henti-hentinya, baik berupa moril maupun riil yang belum tentu penulis dapat
membalasnya.
6. Ajunda Umi Hanifah, Tria Khaerunisa, Selviana Maulida, Umar Khasan
sebagai teman satu kelompok, serta teman-teman penulis yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu yang selalu membantu, memotivasi penulis selama
penelitian ini berlangsung.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya dapat di balas oleh
Tuhan Yang Maha Esa

Karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam penyusunan


skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis dengan tulus mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sehingga dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut

Akhirnya, semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada
peneliti, mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti berharap
masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.

Slawi, 08 Juli 2014

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tunagrahita ....................................................................... 8
2.1.1. Pengertian tunagrahita ........................................... 8
2.1.2. Klasifikasi tunagrahita .......................................... 8
2.1.3. Ciri-ciri tunagrahita ............................................... 10
2.1.4. Penyebab tunagrahita ............................................ 10
2.1.5. Pengertian tunagrahita ringan ............................... 13
2.1.6. Karakteristik anak tunagrahita ringan ................... 13
2.1.7. Pengertian tunagrahita sedang............................... 15
2.1.8. Karakteristik tunagrahita sedang ........................... 15
2.1.9. Pengertian tunagrahita berat .................................. 15
2.1.10. Karakteristik tunagrahita berat .............................. 16
2.2. Motorik Halus ................................................................... 16
2..2.1. Pengertian motorik halus........................................ 16
2.2.2. Perkembangan motorik halus usia 5-12 tahun ........ 18
2.2.3. Manfaat motorik halus ............................................ 18
2.3. Mewaranai Gambar ........................................................... 19

i
2.3.1. Pengertian mewarnai gambar .................................. 19
2.3.2. Manfaat mewarnai ................................................... 19
2.4. Hasil Penelitian sebelumanya ........................................... 22
2.5. Kerangka Teori.................................................................. 24
2.6. Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 25
2.7. Hipotesis............................................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan rancangan penelitian .......................................... 26
3.2. Alat penelitian dan cara pengumpulan data ...................... 27
3.2.1. Alat penelitian ......................................................... 27
3.2.2. Cara pengumpulan data ........................................... 27
3.3. Populasi dan sampel .......................................................... 29
3.3.1. Populasi ................................................................... 29
3.3.2. Sampel ..................................................................... 29
3.4. Tempat dan waktu penelitian ............................................ 29
3.5. Definisi operasional variabel dan skala pengukuran ......... 29
3.6. Tekhnik pengolahan data dan analisa data ........................ 30
3.6.1. Pengolahan data ...................................................... 30
3.6.2. Analisa data ............................................................. 31
3.7. Etika penelitian.................................................................. 32
3.7.1. Autonomy................................................................ 32
3.7.2. Anonimity ............................................................... 33
3.7.3. Confidentially.......................................................... 33
3.7.4. Banaficence ............................................................. 33
3.7.5. Justice ...................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Hasil)
4.1. Hasil .................................................................................... 34
4.1.1 Gambaran SLB Negeri dan SLB Manunggal .......... 34
4.1.2 Analisa Univariat ..................................................... 36
4.1.3. Analisa bivariat ....................................................... 39
4.2. Pembahasan ......................................................................... 40

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. kesimpulan ........................................................................... 45
5.2. Saran .................................................................................... 45
5.2.1. Bagi siswa .................................................................. 46
5.2.2. Bagi guru ................................................................... 46
5.2.3. Bagi orang tua............................................................ 46
5.2.4. Bagi peneliti lain........................................................ 46
Daftar Pustaka ............................................................................................. 47
Lampiran ..................................................................................................... 50
Lampiran 1 Jadwal Penelitian ..................................................................... 51
Lampiran 2 Instrumen Penelitian menebalkan tulisan ............................... 52
Lampiran 3 Instrumen mewarnai gambar .................................................. 53
Lampiran 4 Lembar observasi ..................................................................... 54
Lampiran 5 SOP Tindakan .......................................................................... 55
Lampiran 6 Dokumentasi ............................................................................ 56
Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Responden ............................................. 60
Lampiran 8 Surat Permohonan.................................................................... 61
Lampiran 9 Hasil SPSS ............................................................................... 62
Lampiran 10 Lembar Surat Melakukan Penelitian ..................................... 65
Lampiran 11 Lembar Surat Telah Melakukan Penelitian ........................... 67
Lampiran 12 Lembar Kehadiran Sidang Proposal ...................................... 69
Lampiran 13 Lembar Konsultasi ................................................................ 70
CURICULUM VITAE ............................................................................... 73

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tunagrahita di bagi menjadi 3 kelompok.............................................. 9


2.2 Klasifikasi Tingkat Kecerdasan Tunagrahita ........................................ 10
2.4 Kriteria Motorik Halus pada Anak Tunagrahita Ringan ....................... 23
3.5 Definisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran ....................... 29
4.1 Jumlah Siswa/Siswi di SLB Negeri Jenjang SDLB .............................. 35
4.2 Jumlah Siswa/Siswi di SLB Negeri Slawi Jenjang SMPLB ................. 35
4.3. Jumlah Siswa SLB Manunggal Slawi .................................................. 36
4.4 Hasil Pretest terhadap Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan
Usia 6-12 Tahun di Kabupaten Tegal .................................................. 37
4.5 Distribusi Skor Motorik Halus Sebelum Mewarnai .............................. 37
4.6 Kriteria Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan Usia6-12 Tahun
di SLB Kabupaten Tegal Setelah Mendapat Perlakuan ....................... 38
4.7 Distribusi Skor Motorik Halus Halus Setelah Perlakuan ...................... 38
4.8 Uji Kolomogorov-smirnov .................................................................... 39
4.9 Distribusi Skor Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan Sebelum
dan Sesudah Mendapat Perlakuan........................................................ 40

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.5 Kerangka Teori...................................................................................... 24


2.6 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 25

v
DAFTAR SINGKATAN

BAKOR PLB = Badan Koordinasi Pendidikan Luar Biasa


BP-DIKSUS = Balai Pengembangan Pendidikan Khusus
CVA = Cerebrovascular Accident
DKI = Daerah Khusus Ibu Kota
HIV = Human Immunodeficiency Virus
IQ = Intelegentce Quotient
SLB = Sekolah Luar Biasa
SPSS = Statistical Product and Service Solution
TORCH = Toxoplasma gondii, Rubella, Cyto mengalo virus, Herpes
= simpelex virus
WHO = World Health Organizatiom

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tunagrahita dapat dikatakan sebagai anak yang kecerdasannya di


bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan kesulitan
dalam berkomunikasi (Kosasih, 2012). Sedangkan menurut Maryadi dan
Gunarhadi (2011) retardasi mental atau tunagrahita merupakan anak yang
mengalami hambatan keterbelakangan mental dan intelektual yang dibawah
rata-rata, serta mengakibatkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam
melakukan tugas akademik dan kemampuan sosial, sehingga anak
tunagrahita memerlukan tempat pendidikan yang khusus.

Data yang diperoleh dari WHO jumlah penduduk di dunia ada 6,5
miliyar orang, WHO memperkirakan jumlah tunagrahita ada 195 juta orang
(Ikhtiariani, 2011). Berdasarkan data Badan Pusat Statisktik (2006) dari
222 juta penduduk Indonesia terdapat 0,7 % (sekitar 2,8 juta) jiwa
mengalami kecacatan dan sekitar 600 ribu diataranya anak-anak (21,41 %)
usia sekolah (5-18 tahun) dan populasi tunagrahita menempati angka
terbesar. Angka tunagrahita yang bersekolah di Indonesia diperkirakan
setengah dari penderita cacat sekitar 1,5 juta jiwa (Ramawati, 2011). Selain
itu BAKOR PLB (2008) di Provinsi Jawa Tengah populasi tunagrahita
menduduki tingkat ke dua setelah DKI yaitu 52.800 orang (Ikhtiariani,
2011). Hasil dari BP-DIKSUS (2013) menyatakan di Kabupaten Tegal
terdapat 274 anak tunagrahita.

Secara fisik anak tunagrahita berbeda dengan anak normal pada


umumnya, anak tunagrahita baru dapat berjalan dan berbicara pada usia
yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah bahkan

1
2

diantaranya banyak yang mengalami kesulitan dalam berbicara. Kelainan ini


terjadi pada pusat pengolahan otak, sehingga anak tunagrahita tidak dapat
memahami apa yang dilihat dan didengar (Wardani, 2007).

Menurut Maryadi dan Gunarhadi (2011) anak tunagrahita memiliki


ciri-ciri fisik penampilan yang tidak seimbang seperti kepala terlalu besar
atau terlalu kecil, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya
serta tidak ada perhatian terhadap lingkungan. Wardani (2007) mengatakan
bahwa mental pada anak tunagrahita berhubungan dengan kecerdasan
intelektual. Anak tunagrahita memiliki memiliki IQ (Intelegentce Quotient)
paling tinggi hanya 70, sedangkan anak normal memiliki IQ 100. Tidak
hanya kecerdasan intelektual yang mengalami gangguan, perkembangan
dari anak tunagrahita juga mengalami hambatan.

Perkembangan anak tunagrahita pada masa bayi hanya terlihat


mengantuk, jarang menangis, telambat duduk, bicara dan berjalan. Pada
masa kanak-kanak sukar untuk melakukan dan melanjutkan sesuatu,
mereaksi sesuatu dengan cepat tetapi tidak tepat, serta kurang dalam
berkonsentrasi. Pada masa sekolah anak tunagrahita mengalami kesulitan
dalam membaca, menulis dan menghitung. Pada saat proses belajar
perhatian anak tunagrahita hanya sebentar, mereka cepat mengalihkan
perhatiannya terhadap sesuatu yang baru, hal ini disebabkan karakteristik
anak tunagrahita yang cepat bosan. Selain itu karakteristik lain anak
tunagarhita adalah pada perkembangan motoriknya. Motorik pada anak
tunagrahita kurang baik, anak tunagrahita tidak dapat bergerak dengan
tepat, serta koordinasi gerak yang kurang (Wardani, 2007).

Perkembangan motorik anak tunagrahita berbeda dengan anak


normal. Motorik pada anak tunagrahita mangalami gangguan, hal ini terjadi
dikarenakan adanya kerusakan pada otak. Pada usia 16 tahun anak
tunagrahita dapat mempelajari sesuatu yang tingkat kesulitannya sama
3

dengan anak normal yang duduk di bangku kelas 3 dan kelas 5 SD.
Kecerdasan dari anak tunagrahita berkembang antara setengah dan tiga per
empat dari anak-anak yang normal (Wardani, 2007). Menurut Harlock
(2000) perkembangan motorik anak dapat dipengaruhi oleh sifat dasar
genetik serta bentuk tubuh, selain itu kecerdasan anak juga dapat
mempengaruhi perkembangan motorik, sehingga anak yang memiliki IQ
yang tinggi akan menunjukan perkembangan motorik yang lebih baik
dibandingkan dengan anak normal atau dengan anak di bawah normal
(Jumadilah, 2010).

Motorik halus dapat diartikan sebagai gerakan yang diatur secara


halus, seperti memnggenggam mainan dan mengancing baju (Santrock,
2007). Anak tunagrahita umumnya mengalami gangguan pada
perkembangan motorik halus, serta koordinasi motorik yang tidak baik, hal
ini dapat dilihat saat anak tunagrahita melakukan menulis, memotong, serta
melempar. Umumnya pada anak tunagrahita dapat melakukan aktifitas-
aktifitas tersebut apabila sudah mencapai usia yang lebih tua dari umur
yang sekarang (Wardani, 2007).

Dari observasi yang didapatkan di SLB Manunggal Slawi dan di


SLB Negeri Slawi pada tanggal 5 Maret 2014, terdapat anak tunagrahita
ringan yang berusia 6-12 tahun memiliki gangguan pada motorik halus
yang tidak berkembang, hal ini dapat dilihat saat anak tunagrahita ringan
menulis, tulisan anak teputus-putus, dan tangan anak gemetar saat menulis.
Selain itu koordinasi mata dan tangan yang kurang baik dapat
mempengaruhi perkembangan motorik halus anak. Sedangkan menurut
Wong (2004) anak yang berusia 6-12 tahun seharusnya sudah dapat
menulis.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan


motorik halus anak seperti bermain olah kata, bermain balok, bermain
4

puzzle, bermain ular tangga, berolahraga, bermain kelereng, selain itu


mewarnai gambar juga dapat digunakan untuk meningkatkan motorik anak
(Nurjatmika 2012). Dalam hal ini mewarnai gambar lebih sederhana untuk
dilakukan, serta alat-alat dan bahan yang mudah didapatkan.

Mewarnai gambar merupakan aktifitas yang dapat memberikan


stimulasi terhadap perkembangan anak. Metode mewarnai gambar memiliki
kelebihan yaitu dapat mengembangkan motorik anak serta kegiatan
mewarnai sangat diminati oleh anak-anak dan tidak membosankan bagi
anak (Nurjatmika, 2012). Aktifitas mewarnai dapat membantu
meningkatkan keterampilan motorik kasar yaitu melalui gerakan lengan dan
keterampilan motorik halus melalui gerakan jari-jari tangan (Joshua, 2014).
Dengan karakteristik anak tunagrahita yang cepat bosan dalam melakukan
aktifitas, maka cara yang cocok untuk melatih motorik halus adalah dengan
mewarnai gambar. Pada saat mewarnai anak akan menjempit pensil,
kemudian menggerakan tangannya untuk mewarnai, tanpa disadari motorik
halus anak akan terlatih dan koordinasi mata akan semakin baik pula.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumadilah (2010)


terdapat perbedaan peningkatan kemampuan motorik halus dengan
menggunakan keterampilan kolase pada siswa tunagrahita kelas 1 SLB
Negeri 1 Seragen sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Perkembangan
motorik halus anak tunagrahita lebih baik dari pada sebelum mendapatkan
tindakan. Hasil dari pra tindakan mencapai 20%, sedangkan setelah
dilakukan tindakan terdapat peningkatan mencapai 80%.

Di SLB Manunggal Slawi menggunakan cara bermain menyusun


balok dan meronce manik-manik untuk mengembangkan motorik halus
siswa tunagrahita, sedangkan di SLB Negeri Slawi menggunakan meronce
manik-manik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Di SLB
Manunggal Slawi dan di SLB Negeri Slawi kegiatan mewarnai gambar
5

tidak dilakukan untuk mengembangkan motorik halus anak tunagrahita .


Selain itu mewarnai hanya digunakan sebagai mata pelajaran umum, kurang
dipusatkan pada perkembangan motorik halus siswa tunagrahita.

Menurut Aryani dkk (2006) mengatakan motorik halus terdiri dari


melipat jari tangan, memegang dan menggenggam. Motorik halus sangat
penting untuk melakukan aktifitas yang sederhana, apabila anak tidak dapat
melakukan aktifitas motorik halus yang sifatnya masih sederhana, maka
anak akan mengalami gangguan perkembangan pada motorik halus,
sehingga anak akan kesulitan dalam hal menulis, serta melakukan aktifitas
bantu diri seperti mengancing baju, makan dan minum.

Dalam hal ini perawat sebagai pelayan kesehatan untuk masyarakat


baik yang sehat maupun sakit (Departemen Kesehatan RI, 2010), selain itu
menurut Maunder (2006) dalam Ramawati (2011) peran perawat khususnya
perawat anak dalam mendukung dan memberikan perhatian serta status
kesehatan anak usia sekolah khususnya yang mengalami retardasi mental
atau tunagrahita sangat dibutuhkan, baik oleh anak maupun keluarga.
Mewarnai gambar dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat
dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak, khususnya terhadap anak tunagrahita yang secara nyata memiliki
gangguan terhadap perkembangan motorik halus.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan peneliti ingin meneliti


tentang pengaruh mewarnai gambar terhadap peningkatan kemampuan
motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten
Tegal.
6

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut : “Apakah terdapat pengaruh mewarnai gambar terhadap
peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12
tahun di SLB Kebupaten Tegal? “

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum


Peneliti ingin mengetahui pengaruh mewarnai gambar terhadap
peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12
tahun di SLB Kabupaten Tegal.

1.3.2. Tujuan khusus


1.3.2.1. Mengetahui kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-
12 tahun di SLB Kabupaten Tegal sebelum mewarnai gambar
1.3.2.2. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita
ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal sesudah mewarnai
gambar
1.3.2.3. Mengidentifikasi pengaruh mewarnai gambar terhadap peningkatan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di
SLB Kabupaten Tegal.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis


Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya

.
7

1.4.2 Manfaat praktis


1.4.2.1. Bagi lembaga atau sasaran peneliti
Setelah dilakukan penelitian mewarnai gambar dapat digunakan di SLB
Manunggal Slawi dan SLB Negeri Slawi sebagai cara-cara untuk
mengembangkan motorik halus.
1.4.2.2. Konsep aplikatif
salah satu cara pemberian terapi pada pasien yang mengalami gangguan
motorik halus.
1.4.2.3. Bagi keluarga
Dapat memberikan pengetahuan terhadap orang tua untuk berperan aktif
mengembangkan motorik halus anak tunagrahita dengan mewarnai
gambar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tunagrahita

2.1.1. Pengertian tunagrahita


Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak
yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Kosasih,
2012). Menurut soetjiningsih (2012) tunagrahita dapat terjadi apabila
terdapat fungsi intelegensi yang rendah, serta adanya gangguan dalam hal
penyesuaian perilaku, gajala-gejalanya timbul saat anak mengalami masa
perkembangan.

Sedangkan menurut Gunarhadi dan Maryadi (2011) mengatakan


bahwa tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakang mental-intelektual jauh di bawah rata-rata sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, kemampuan sosial,
sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus. Ketunagrahitaan
mengacu pada kunci intelektual umum yang secara signifikan berada di
bawah normal.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah


anak yang memiliki intelektual di bawah rata-rata sehingga mengalami
kesulitan dalam melakukan tugas akademik dan kemampuan sosial serta
gejala yang terlihat saat masa perkembangan.

2.1.2. Klasifikasi tunagrahita


Menurut Hallahan (1982) dalam Wardani (2007). Tunagrahita dapat
dibagi menjadi 3 kelompok, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan
tunagrahita sangat berat.

8
9

Tabel 2.1 Tunagrahita dibagi menjadi 3 kelompok

No Klasifikasi IQ
1 Mild mental retardation atau disebut juga tunagrahita IQ 70-55
ringan
2 Moderate mental retardation atau disebut juga IQ 55-40
tunagrahita sedang
Severe mental retardation disebut juga tunagrahita
berat IQ 40-25
3 Profound mental retardation disebut juga tunagrahita IQ
sangat berat dibawah
25

Menurut Rahmat (2009) berdasarkan tingkat IQ, orang-orang yang


memiliki keterbelakangan mental dikelompokan dalam beberapa jenis dan
tingkat serta kemampuan mental yang dimilikinya. IQ 50-70 disebut juga
debil/moron, usia mental anak tunagrahita dalam kelompok debil
mencapai usia 7,5 s/d 10,5 tahun, pada kelompok ini anak tunagrahita
dapat menghitung, menulis, melakukan tugas sederhana tapi harus
dibimbing dengan sabar. IQ 20-50 disebut juga Imbesil, usia mental anak
tunagrahita imbesil 3 s/d 7 tahun, pada usia ini dapat diajari utuk
memelihara diri sendiri dan memenuhi kebutuhan yang sederhana,
misalnya memakai baju, ke toilet, berteduh. IQ < 20 disebut juga idiot,
perkembangan mentalnya sampai dengan umur 3 tahun. Tidak dapat
diajari, harus ditolong selama hidupnya.

Maryadi dan Gunarhadi (2011) mengatakan untuk mengetahui


tingkat kecerdasaan sesorang biasanya diukur melalui tes intelegensi
yang hasilnya disebut dengan IQ (intelegence quotient). Tingkat
kecerdasan tunagrahita dapat dikelompokan dalam berbagai tingkat.
10

Tabel 2.2 Klasifikasi tingkat kecerdasan tunagrahita

Klasifikasi IQ
Tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55
Tunagrahita sedang memiliki IQ 54-40
Tunagrahita berat memiliki IQ 54-40
Tunagrahita sangat berat memiliki IQ < 25

2.1.3. Ciri-ciri anak tunagrahita


Menurut Maryadi dan Gunarhadi (2011) anak tunagrahita memiliki
ciri-ciri Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu besar atau
kecil, tidak dapat mengurus diri sesuai usia, tidak ada atau kurang sekali
perhatiannya terhadap lingkungan, serta koordinasi gerak yang kurang
(gerakan sering tidak terkendali).

Tanda-tanda lain dari orang yang memiliki keterbelakangan mental


atau tunagrahita menurut Sarlito (1992) dalam Rahmat (2009) memiliki
kecerdasan yang sangat terbatas, memiliki ketidakmampuan sosial, artinya
tidak dapat mengurus diri sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain,
memiliki arah minat yang tebatas hanya pada hal-hal tertentu yang
sederhana, perhatian pada anak tunagrahita labil mudah berpindah-pindah,
daya ingatnya lemah, emosi sangat miskin dan terbatas, misalnya hanya
pada perasaan senang, takut, marah benci, dan terkejut, apatis atau acuh
terhadap lingkungan sekitar, dan memiliki kelainan-kelainan badaniah,
seperti badan terlalu kecil, kepala terlalu besar , mulut yang melongo, mata
sipit khusus untuk yang mongoloid, badan bungkuk tampak tidak sehat

2.1.4. Penyebab tunagrahita


Menurut Soetjiningsih (2012) mengatakan penyebab tunagrahita
dapat dibagi menjadi non-organik dan organik.
11

2.1.4.1. Non-organik
Faktor non organik dapat disebabkan karena kemiskinan dan keluarga
yang tidak harmonis, faktor sosio-kultural, interaksi anak dan pengasuh
yang tidak baik, serta penelantaran anak.

2.1.4.2. Organik dibagi menjadi 4 faktor.


a. Faktor prakonsepsi
Faktor prakonsepsi dapat diakibatkan karena adanya
abnormalisasi single gene seperti penyakit-penyakit metabolik
serta neurocutaneos, kelainan kromosom (X-linked, translokasi,
fragile-X).
b. Faktor prenatal
Gangguan otak pada trimester I, meliputi kelainan pada
kromosom (trisomi dan mosaic), selain itu terjadinya infeksi
intrauterine, misalnya TORCH, HIV, zat-zat teratogen seperti
alkohol, radiasi juga dapat menyebabkan retardasi mental,
disfungsi plasenta, serta kelainan konginental pada otak.
Gangguan pertumbuhan otak yang terjadi pada trimester II dan
III, yang meliputi infeksi pada intrauteri, misalnya TORCH dan
HIV, alkohol, kokain dan logam berat juga berpontensi sebagai
penyebab retardasi mental, toksemia gravidarum, disfungsi
plasenta, serta ibu yang mengalami malnutrisi.
c. Faktor perinatal
Lahir dengan sangat premature, asfiksia neonatorum,
trauma pada saat lahir, terjadi perdarahan intra cranial,adanya
meninginitis, kelainan pada metabolik, seperti hipoglikemia dan
hiperbillirubinemia
d. Faktor post natal
Terjadinya trauma berat pada kepala atau susunan pada saraf
pusat, adanya neuro toksin, seperti logam berat, CVA
(Cerebrovascular accident), gangguan metabolik, seperti gizi
12

buruk, kelainan hormonal (hipotiroid, pseudohipoparatiroid).


Kelainan metabolisme karbohidrat, cerebral lipidosis, dengan
hepatomegali, dan penyakit degeneratif atau metabolik lainnya.
adanya infeksi seperti, meningitis, enssefakitis, subakut sklerosing
panesefalitis.

Sedangkan menurut Wardani (2007) bahwa tunagrahita dapat


disebabkan oleh beberapa faktor-faktor seperti kelainan pada kromosom dan
kelainan pada Gene. Ganguan metabolisme dan gizi sangat penting dalam
perkembangan sel-sel otak, kegagalan yang terjadi pada metabolisme dan
gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental. Kelainan
yang disebabkan kerena kegagalan metabolisme dan gizi adalah
Phenylketonuria disebabkan karena gangguan metabolisme asam amino,
dengan gejala yang nampak berupa : kekurangan pigmen, kelainan tingkah
laku, serta tunagrahita. Penyebab tunagrahita berikutnya infeksi dan
keracunan, keadaan ini terjadi pada saat janin masih berada didalam
kandungan, yang disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti rubella
sehingga dapat menyebabkan tunagrahita, selain itu adanya kelainan lahir
seperti syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hampir semua kasus
berakibat tunagrahita. Terjadinya trauma pada otak ketika bayi dilahirkan
atau terkena zat radio aktif pada saat hamil dapat mengakibatkan
ketunagrahitaan. Terjadinya trauma pada bayi dilahirkan disebabkan
kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Penyinaran atau
radiasi sinar X selama bayi masih dalam kandungan dapat mengakibatkan
cacat mental microsephaly. Masalah pada kelahiran, yang disertai hypoxia
dapat mengakibatkan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang serta
napas yang pendek. Dari penelitian Patton dan Polloway (1986)
mengatakan bahwa pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan
interaksi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab
ketunagrahitaan.
13

2.1.5. Pengertian tunagrahita ringan


Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Menurut skala binet,
kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, sedangkan menurut skala Weschler
memiliki IQ antara 69-55. Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar
membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan
didikan yang baik, bahkan anak tunagrahita ringan dapat memperoleh
penghasilan untuk dirinya sendiri (Kosasih, 2012).

Menurut Rahmat (2009) perkembangan mental moron atau biasa


disebut dengan tunagrahita ringan sampai dengan usia 7,5 tahun s/d 10,5
tahun, masih dapat berhitung, menulis, melakukan tugas sederhana tetapi
harus dibimbing dengan sabar. Pada kelompok anak tungarahita ringan
memiliki IQ antara 50-70. Jadi, intinya anak tunagrahita ringan adalah anak
dengan IQ 50-70. Anak tunagrahita ringan dapat berhitung, menulis,
membaca dengan tahap yang masih sederhana serta dengan bimbingan.

2.1.6. Karakteristik anak tunagrahita ringan


Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang memiliki usia
sama, anak tunagrahita masih dapat belajar membaca, menulis, dan
berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun atau lebih anak tunagrahita ringan
dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan kelas 3
dan kelas 5 SD. Kematangan belajar membacanya baru dicapai pada umur
9 tahun dan 12 tahun sesuai dengan berat dan ringannya kelainan.
Kecerdasaannya berkembang antara setengah dan tiga perempat kecepatan
anak normal dan berhenti pada usia muda. Perbendaharaan katanya
terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu.
Mereka dapat begaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan
semi skilled. Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia anak
normal 9 dan 12 tahun (Wardani, 2007).
14

Menurut Muzayanah (2000) dalam Jumadilah (2010), ciri-ciri atau


karakteristik tunagrahita ringan dapat dilatih tentang tugas-tugas yang
ringan, mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual
sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis, dan menghitung
pada batas-batas tertentu, dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan yang rutin maupun keterampilan, mengalami kelainan bicara
speech direct, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi, peka terhadap
penyakit.

Selain dari ciri-ciri diatas, Samuel (1986) dalam Jumadilah (2010)


anak tunagrahita ringan memiliki karakteristik atau ciri-ciri seperti
bentuk fisik pada anak tunagrahita umumnya sama dengan anak normal,
mengalami keterlambatan mencapai kedewasaan dan sosial, kurang
mampu untuk berbahasa, menganalisa, menghubungkan peristiwa yang
satu dan yang lainnya, serta daya fantasi yang dimiliki tergolong lemah
dan kurang mampu dalam mengendalikan perasaan, pada usia 6 tahun
anak tunagrahita belum mampu dilatih dalam masa sekolah, misalnya
dilatih menulis, mengeja huruf, berhitung, dan dapat dilatih bidang
akademis pada usianya yang sudah mencapai 8 tahun dengan pelajaran 3
R (Reading, writing, Arhitmatic), yaitu membaca, menulis, dan berhitung
yang sifatnya masih dalam bentuk sederhana. Selain itu kemampuan
motorik halusnya mengalami gangguan, jika anak tunagrahita ringan di
masukan pada sekolah normal, prestasinya hanya ½ dari prestasi anak
normal. Anak tunagrahita ringan cepat bosan dalam mengikuti pelajaran
dalam kelas, hal ini disebabkan adanya kegagalan yang terjadi scara
berulang-ulang dalam mengerjakan tugas sekolah. Sangat terikat pada
lingkungannya sehingga mengalami kesulitan-kesulitan untuk
mengadakan penyesuaian dengan lingkungan baru dan memerlukan
lingkungan yang sesuai dengan kemampuan sebagai persiapan hidup
yang mandiri
15

2.1.7. Pengertian tunagrahita sedang


Tunagrahita sedang dapat disebut dengan istilah Imbesil, menurut
skala binet kelompok Imbesil memiliki IQ 51-36. Dalam kehidupan sehari-
hari anak tunagrahita sedang sangat membutuhkan pengawasan terus-
menerus (Kosasih, 2012). Menurut Hidayat (2009) Imbesil atau dapat
disebut juga tunagrahita sedang memiliki usia mental 3 hingga 7 tahun,
dapat diajari untuk memelihara diri sendiri dan dapat memenuhi kebutuhan
yang sederhanana dengan IQ yang dimiliki 20-50. Jadi tunagrahita sedang
dapat diartikan sebagai anak yang memiliki IQ 20-51 dan dapat disebut juga
dengan istilah Imbesil

2.1.8. Karakteristik tunagrahita sedang


Anak tunagrahita sedang tidak dapat mempelajari pelajaran-pelajaran
akademik. Perkembangan bahasa anak tunagrahita sedang lebih terbatas
dibandingkan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang masih dapat
membaca dan menulis, dapat mengenal angka yang sederhana. Kecerdasan
anak tunagrahita sedang tidak lebih dari anak normal yang berusia 6 tahun,
samapai dengan batas tersebut anak tunagrahita sedang memerlukan bantuan
serta pengawasan (Wardani, 2007).

Menurut Kosasih (2012) anak tunagrahita sedang tidak dapat belajar


secara akedemik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung. Akan
tetapi anak tunagrahita dapat melakukan aktifitas yang sederhana seperti
makan, minum, mandi, menyapu lantai, dan membersihkan perabotan-
perabotan rumah tangga.

2.1.9. Pengertian tunagrahita berat


Menurut Hidayat (2009) anak idiot atau tunagrahita berat memiliki IQ
< 20, perkembangan mental pada anak tunagrahita berat mencapai usia 3
tahun. Pada tahap ini anak tunagrahita berat tidak dapat diajari dalam hal
apapun dan harus ditolong seumur hidupnya. Tungrahita berat sering
16

disebut dengan idiot, kelompok idiot dapat dibedakan antara tunagrahita


berat dan tunagrahita sengat berat. anak tunagrahita berat memerlukan
bantuan secara total, baik dalam hal berpakaian, mandi, makan, bahkan anak
tunagrahita berta memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya
(Kosasih, 2012). Tunagrahita berat dapat disebut dengan istilah idiot
memiiki IQ < 20 seumur hidupnya harus ditolong orang lain dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.

2.1.10. Karakteristik tunagrahita berat


Anak tunagrahita berat dan sangat berat memerlukan bantuan
sepanjang hidupnya, tidak dapat memelihara diri sendiri seperti makan,
minum, ke kamar mandi. Anak tunagrahita berat dan sedang tidak dapat
membedakan bahaya dan bukan bahaya. Tidak mampu bebicara walaupun,
tetapi masih mampu dalam kata-kata yang sederhana. Kecerdasanan anak
tunagrahita berat dan sangan berat hanya mencapai usia 4 tahun dari anak
normal (Wardani, 2007).

Menurut Simeun (2006) dalam Rahmawati (2011) anak tunagrahita


berat atau di sebut idiot memerlukan bantuan dalam kegiatan sehari-hari,
dalam kelompok ini anak tidak dapat belajar membaca dan menulis, serta
sering berbicara seperti bayi. Anak tunagrahita berat pada umumnya tidak
mampu menjaga diri sendiri terhadap bahaya.

2.2. Motorik Halus

2.2.1. Pengertian motorik halus


Menurut Santrock (2007) motorik halus dapat diartikan sebagai
gerakan yang diatur secara halus, seperti menggenggam mainan dan
mengancing baju. Sedangkan menurut Harlock (2000) dalam Jumadilah
(2010) motorik halus merupakan pengendali koordinasi yang baik, serta
17

melibatkan otot-otot yang lebih untuk menggenggam, melempar dan


menangkap bola.

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan


dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinue secara rutin. Seperti, bermain
puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai
bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun
ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan
stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh
yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat
meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada
masa-masa pertama kehidupannya (Revina, 2014).

Menurut Olvista (2012) keterampilan motorik halus adalah


kemampuan mengkoordinasi gerakan otot kecil dari anggota tubuh.
Keterampilan motorik halus terutama melibatkan jari tangan, dan biasanya
dengan koordinasi mata. Contoh keterampilan motorik halus adalah
memegang, menulis, menggunting, dan lain sebagainya. Keterampilan
motorik halus melibatkan kekuatan, kontrol motorik otot, dan ekstremiitas.

Aryani dkk (2006) menjelaskan bahwa motorik halus melibatkan


keluesan jemari. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motorik
halus melibatkan keluesan otot-otot yang digerakan secara halus, seperti
menggenggam,mengancing baju dan aktifitas dasar seperti menulis, makan,
minum.
18

2.2.2. Perkembangan motorik halus Usia 5-12 Tahun


Menurut Wong (2004) pertumbuhan dan perkembangan motorik
halus usia 5-12 tahun sudah dapat mengikat tali sepatu, dapat
menggunakan gunting, pensil dengan sangat baik, dapat mencetak
beberapa huruf, angka dan kata seperti nama panggilan. Pada usia 6 tahun
anak sudah dapat menggambar, mewarnai gambar dan menulis. Pada anak
usia 7 tahun sudah dapat meniru gambar permata, menyikat dan menyisir
rambut tanpa bantuan. Saat anak berusia 8-9 tahun anak sudah dapat
melakukan aktifitas motorik halus menulis tulisan sambung, dapat
menghasilkan gambar atau lukisan yang masih sederhana. Sedangkan pada
usia 10-12 tahun anak sudah dapat menulis cerita dengan singkat.
Menurut Maruyanani (2014) anak dengan usia 5 tahun perkembang
motorik halusnya sudah dapat mengikat tali sepatu sendiri, pada usia ini
anak sudah bisa menggunakan gunting dengan baik, anak sudah bisah
menyalin wajik dan segitiga, serta sudah dapat menuliskan beberapa huruf,
angka dan menulis nama pertamanya.

Selain itu Einon (2006) menjelaskan anak usia 5 tahun sudah dapat
menggambar orang beserta wajah dan kaki, biasanya sudah lengkap
dengan gambar tangan, anak sudah dapat menyusun smainan balok-balok
kecil yang sederhana, pada usia ini anak sudah dapat menulis hampir
semua huruf, dapat mewarnai gambar, tetapi belum terlalu rapi, sudah
dapat melempar bola kecil secara akurat, serta dapat menangkap bola
dengan baik, sudah dapat menaruh sabun pada tempatnya, dapat menaruh
pasta gigi pada sikat, sudah pandai makan sendiri dengan rapi.

2.2.3. Manfaat motorik halus


Delenay (2010) mengatakan bahwa motorik halus sangat penting
untuk melakukan kegiatan yang bersifat akademik, seperti menulis,
memotong garis. Dalam melakukan aktifitas harian motorik halus juga
diperlukan, seperti menggunakan kedua tangan untuk mengancing,
19

menggerakan gunting, memegang pulpen dengan benar untuk menulis


nama. Sedangkan menurut Afriyani dkk (2006) motorik halus sangat
diperlukan dalam melakukan aktifitas-aktifitas dasar seperti menulis, serta
aktifitas bantu diri seperti makan, minum dan mengancing baju.

2.3. Mewarnai Gambar

2.3.1. Pengertian mewarnai gambar


Mewarnai merupakan aktifitas yang penuh dengan stimulasi terhadap
proses tumbuh kembang anak. Secara edukatif mewarnai merupakan metode
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak. Kegiataan ekspresif
seperti ini merupakan aktifitas kreatif yang perlu diperhatikan,
dikembangkan, dan disalurkan dengan tepat sehingga dapat menunjang
optimalisasi perkembangan anak dalam hal minat, bakat, serta kecerdasan
seorang anak (Nurjatmika, 2012).

Menurut Femi Olivia mewarnai merupakan suatu bentuk kegiatan


yang dapat menumbuhkan kreatifiitas, dimana anak diajak untuk
memberikan satu atau beberapa goresan warna pada suatu bentuk atau pola
gambar, sehingga terciptalah sebuah kreasi seni (Ranis, 2013). Mewarnai
gambar dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang dapat menumbuhkan
kreativitas serta aktifitas yang penuh stimulasi terhadap tumbuh kembang
anak.

2.3.2. Manfaat mewarnai


Mewarnai memilik banyak manfaat untuk anak, menurut Nurjatmika
(2012) mengatakan bahwa mewarnai memiliki manfaat sebagai media
berekspresi bagi anak, aktifitas mewarnai merupakan cara bagi anak untuk
menggungkapkan perasaaan anak, membantu mengenal perbedaan warna,
dengan membiasakan anak mewarnai dengan krayon, pensil warna ataupun
spidol, mewarnai dapat membantu anak untuk membedakan warna.
20

Aktifitas mewarnai merupakan aktifitas yang dapat membantu kinerja otot


tangan, sekaligus dapat meningkatkan motorik anak, selain itu mewarnai
dapat melatih anak untuk berkonsentrasi, serta melatih anak untuk tetap
fokus terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan, maskipun terdapat
aktifitas lain disekelilingnya. Proses mewarnai membutuhkan target untuk
dapat menyelesaikan warna pada seluruh bidang gambar yang tersedia.
Dengan melakukan aktifitas mewarnai, anak akan belajar menyelesaikan
tugas yang dihadapi.

Menurut DNKindergarten (2013) mewarnai gambar memiliki


manfaat bagi anak anak. Mewarnai adalah media berekspresi untuk anak-
anak. Aktifitas mewarnai, terutama mewarnai dalam bidang kosong
merupakan cara bagi anak untuk mengungkapkan perasaaan dan aktualisasi
diri. Melalui gambar yang dibuatnya dapat terlihat apa yang sedang
dirasakannya apakah itu perasaan gembira atau malah perasaan sedih.
Membiasakan anak untuk melakukan aktifitas mewarnai baik dengan
krayon, pensil warna atau spidol warna sejak dini dapat membantu anak
mengenal warna, sehingga anak dapat membedakan antara warna yang satu
dengan warna lainnya. Selain itu mewarnai gambar dapat membantu anak
untuk belajar keserasian dan keseimbangan warna. Mewarnai merupakan
sebuah media terapi bagi banyak orang, bahkan warna kerapkali digunakan
sebagai bahasa global untuk membaca emosi seseorang. Seorang anak yang
mewarnai matahari dengan warna-warna gelap seperti hitam atau abu-abu
bisa jadi menandakan kemarahan anak saat itu. Mewarnai dapat melatih
anak-anak menggenggam pensil. Bagi sebagaian anak, krayon adalah benda
pertama yang digenggamnya sebelum mereka menggenggam pensil. Saat
mewarnai dengan krayon itulah pertama kali anak belajar menggengam dan
mengontrol pensil ditangan. Kemampuan tersebut yang nantinya akan
membantu anak dalam menulis, saat anak menempuh pendidikan disekolah.
kemampuan menggenggam dan mewarnai merupakan salah satu melatih
motorik halus anak yang efektif. Dengan mewarnai dapat melatih
21

kemampuan koordinasi. Dalam mewarnai diperlukan koordinasi yang bagus


antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat
menggenggam krayon, hingga memilih warna dan menajamkan krayon.
Mewarnai gambar dapat mengembangkan kemampuan motorik,
aktifitas mewarnai merupakan aktifitas yang dapat membantu meningkatkan
kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak.
Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktifitasnya
kelak, seperti dalam mengetik, mengangkat benda dan aktifitas yang
dibutuhkan kinerja otot lengan dan tangan. Selain itu mewarnai gambar
dapat meningkatkan konsentrasi dan ketahanan mental terhadap lingkungan.
Aktifitas mewarnai dapat melatih konsentrasi anak untuk tetap fokus pada
pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak aktifitas lain yang terjadi
disekelilingnya. Seorang anak yang sedang meyelesaikan tugas mewarnai
akan fokus pada lembar gambar yang sedang diwarnai, sehingga sekalipun
disekeliling anak ribut dengan aktifitas anak-anak lain, anak akan tetap
fokus menyelesaikan tugas mewarnai. Mewarnai dapat melatih anak dalam
mengenal garis batas bidang.Mengenal batas bidang gambar merupakan
manfaat lain dari aktifitas mewarnai. Selanjutnya mewarnai dapat melatih
anak dalam membuat target,dalam hal ini proses mewarnai membutuhkan
satu target yaitu berhasil mewarnai seluruh bidang gambar yang tersedia.
Dengan melakukan aktifitas mewarnai sejak dini anak akan belajar untuk
meyelesaikan tugas yang dihadapi.

Muhammad (2009) mengatakan bahwa latihan mewarnai


menggambar penting diberikan untuk anak-anak, mewarnai gambar
memiliki manfaat, seperti merengsang otak kanan, menumbuhkan kreatifitas
serta membuka wawasan anak. Otak kanan perlu dikembangkan supaya
kehidupan manusia lebih seimbang, dengan mewarnai gambar otak kanan
akan terasah, yang akhirnya akan membuat kreatifitas semakin tinggi.
Dengan menggambar anak akan berpikir dan menganalisa terhadap segala
sesuatu hal yang dilihat atau diamati, dengan demikian bukan hanya ide-ide
22

saja yang didapat anak-anak, tetapi juga fantasi, imajinasi dan sublimasi
akan terjadi dengan mewarnai gambar, selain dapat menumbuhkan
kreatifitas mewarnai juga dapat membuka wawasan bagi anak. Anak yang
diajari mewarnai dan menggambar akan memiliki kecakapan wawasan yang
lebih luas.

Selain dari uraian-uraian diatas, menurut Rinsa (2013) mewarnai juga


memiliki banyak manfat-manfaat lain seperti melatih anak mengenal aneka
warna dan nama-nama warna, melatih anak untuk memilih kombinasi warna
dan membantu anak untuk belajar keserasian dan keseimbangan warna.
Menumbuhkan stimulasi daya imajinasi dan kreatifitas, dapat melatih
mengenai objek sehingga anak memahami detail objek yang akan diwarnai
terlebih dahulu sebelum mereka mewarnai. Proses mewarnai membutuhkan
satu target yaitu berhasil mewarnai seluruh bidang gambar yang tersedia.
Anak belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi sesuai target.
Melatih anak mengenal garis batas bidang, dimasa awal ketika anak
memulai aktifitas mewarnai, mereka tidak akan peduli dengan garis batas
gambar dihadapannya. Melatih keterampilan motorik halus anak sebagai
salah satu sarana untuk mempersiapkan kemampuan menulis serta dapat
melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan. Mulai dari
bagaimana cara yang tepat menggenggam krayon, hingga memilih warna
dan menajamkan krayon.

2.4. Hasil Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Jumadilah


(2010) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan motorik halus dengan
menggunakan kolase pada siswa tunagrahita kelas 1 SLB Negeri 1 Seragen
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Peningkatan motorik halus dilihat
dengan kriteria yang telah dilakukan oleh Jumadilah (2010).
23

Tabel 2.4 Kriteria motorik halus pada anak tunagrahita ringan

Kriteria Nilai
Sangat baik 85-100
Baik 70-84
Sedang 55-69
Kurang 20-54

Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan


Pusat Kurikulum (2007) penetapkan kriteria penilaian anak tunagrahita
ringan sebagai berikut :
Skor 3 : Dapat melakukan tugas tanpa bantuan
Skor 2 : Dapat melakukan tugas dengan sedikit bantuan
Skor 1 : Dapat melakukan tugas dengan banyak bantuan
Skor 0 : Tidak dapat/tidak mau melakukan tugas
𝑗𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
Nilai akhir : X 10
𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢

Dari hasil penelitian Sukoati (2012) melakukan intervensi aktifitas


bermain berupa mewarnai gambar yang bertemakan rumah sakit selama 10-30
menit dilakukan selama 2 hari. Sebelumnya responden akan
diwawancaramengenai mekanisme koping, kemudian setelah mewarnai gambar
akan diwawancarai kembali dengan pedoman wawancara sama dengan sebelum
diberikan intervensi.
2.5. Kerangka Teori

Kerangka teori memuat garis besar pemikiran teoritis yang akan menuntun penulis dalam melakukan penelitian dan
menganalisa data, disajikan dalam bentuk bagan (Notoatmodjo, 2012).
Latihan mewarnai, latihan menyikat,
latihan menyisir, latihan menulis

Tunagrahita berat IQ <20


Tunagrahita - Memerlukan bantuan seumur hidup
Faktor - Koordinasi gerak Ada
organik kurang Tunagrahita sedang IQ 20-50 peningkatan
- Daya ingat lemah - Perkembangan bahasa tidak lebih baik
- Kecerdasan dari tunagrahita ringan
terbatas
Faktor non Tunagrahita ringan IQ 50-70
organik - Kemampuan motorik halus mengalami Tidak ada
gangguan peningkatan

Gambar 2.5 Kerangaka Teori


Sumber :Soetjiningsih, 2012; Maryadi dan Gunarhadi, 2011; Samual.A. Krik, 1986 dalam Jumadilah, 2010; Wong, 2004;
Maruyanani, 2014; Rinsa, 2013; Rahmat, 2009

24
25

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-


konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melaui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada mewarnai gambar


terhadap kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun.
Secara lengkap kerangka konsep seperti pada gambar 2.6
Variabel bebas Variabel terikat

Mewarnai kemampuan motorik


gambar halus Anak tunagrahita
ringan usia 6-12 tahun
Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban sementara penetian,


patokan duga, atau dalil sementara,yang kebenarannya akan dibuktikan
dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian,
maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha diterima, terdapat


pengaruh mewarnai gamabraterhadap peningktan kemampuan motorik halus
anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB KabupatenTegal.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi eksperimen yang


merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Pendekatan
penelitian menggunakan one-group pretest-posttest design dimana
pendekatan ini terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan
demikian hasil dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2013). Rancangan
penelitian menggunakan quasi eksperimen karena tidak memiliki ciri-ciri
rancangan eksperimen sebenarnya, variabel yang harus dikontrol atau
dimanipulasi tidak dapat atau sulit untuk dilakukan (Notoatmojo, 2012).
Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mewarnai gambar
terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak tunagrahita ringan
usia 6-12 tahun di Kabupaten Tegal.
Bentuk rancangan :
Pre teses perlakuan postest
01 X 02
Keterangan
01 : Pretest

02 : Posttest

X : Perlakuan

26
27

3.2. Alat Penelitian dan Cara Pengukuran Data

3.2.1. Alat penelitian


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
menebalkan tulisan dan lembar observasi.
3.2.1.1. Lembar menebalkan huruf
Lembar menebalkan huruf yang digunakan adalah huruf konsonan dan
huruf vokal seperti a, i, u, e,o b, d,s, t, h. untuk mengetahui hasil adanya
peningkatan kemampun motorik halus dengan mewarnai gambar atau tidak
ada peningkatan kemampuan motorik halus dengan mewarnai gambar.
3.2.1.2. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk menilai kemampuan motorik halus
anak tunagrahita sebelum dan sesudah dilakukan tindakan mewarnai. Serta
kehadiran responden dalam mewarnai gambar mewarnai gambar selama 4
hari.

3.2.2. Cara Pengumpulan Data


Data yang diperoleh dari responden dalam penelitian yang dilakukan di
SLB Kabupaten Tegal, Peneliti melaksanakan prosedur pengumpulan data
data sebagai berikut:
a. Peneliti menetukan tempat penelitian
Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKes BHAMADA Slawi untk melakukan studi
pendahuluan di SLB Kabupaten Tegal.
b. Peneliti melakukan studi pendahuluan
Untuk mengetahui fenomena kemampuan motorik halus anak
tunagrahita ringan yang berusia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal
c. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari STIKes
Bhamada Slawi, peneliti mendatangi Kepala SLB di Kabupaten Tegal
yaitu Kepala SLB Manunggal dan Kepala SLB Negeri untuk meminta
ijin melakukan penelitian.
28

d. Setelah mendapat ijin melakukan penelitian dari Kepala SLB


Manunggal dan SLB Negeri, peneliti memminta kepada guru SLB
Manunggal dan SLB Negeri untuk mengundang orang tua anak
tunagrahita ringan yang berusia 6-12 tahun.
e. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan
keikutsertaan dalam penelitian ini kepada orangtua calon responden,
bagi yang setuju berpartisipasi dalam penelitiaan ini diminta untuk
mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent).
f. Peneliti membagikan lembar persetujuan penelitian (informed consent)
kepada orang tua responden untuk ditandatangani.
g. Peneliti sebelumnya memberi penjelasan kepada guru SLB Manunggal
dan SLB Negeri untuk menyamakan persepsi dalam penelitian.
h. Peneliti dibantu 1 guru kelas untuk membantu peneliti saat melakukan
penelitian.
i. Pada hari pertama peneliti meengobservasi kemampuan motorik halus
anak tunagrahita ringan yang berusia 6-12 tahun menggunakan lembar
menebalkan tulisan, kemudian di hari selanjutnya peneliti membagikan
lembar mewarnai gambar kepada anak tunagrahita ringan yang berusia
6-12 tahun dengan menggunkan pensil warna dari peneliti, responden
mewarnai gambar selama 4 hari berturut-turut dengan waktu 10-30
menit, kemudian setelah 4 hari mewarnai gambar peneliti
mengobservasi kembali kemampuan motorik halus anak tunagrahita
ringan usia 6-12 tahun dengan menebalkan tulisan. Apabila saat
menebalkan tulisan anak tunagrahita ringan tidak dapat memenuhi
kriteria mandiri maka anaktungrahita akan dibantu oleh peneliti saat
menebalkan tulisan. Penetuan kriteria mandiri atau dibantu ditentukan
oleh peneliti.
j. Jika lembar observasi penilaian motorik halus telah lengkap, kemudian
selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisa data.
29

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anak tunagrahita ringan
di SLB Kabupaten Tegal usia 6-12 tahun, sebanyak 30 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah sampel jenuh dimana semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013).

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Kabupaten Tegal dilaksanakan pada


tanggal 26 Mei 2014 sampai dengan 7 Juni 2014.

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

No. Variabel Definisi Alat ukur Parameter Hasil ukur Skala


operasional

1 Mewarnai Kegiatan Observasi - Perlakuan -


mewarnai
gambar yang
telah ditentukan
seperti gambar
lingkaran
segitiga dan
segi empat,
dengan rentang
waktu 10-30
menit.
30

2 Motorik Kemampuan Lembar Menebalkan Sangat baik : Interval


halus anak melakukan menebalk huruf 85-100
tunagrahita aktifitas- an tulisan a, i, u, e, o, Baik: 70-84
ringan aktifitas dasar b, d, s t, h Sedang: 55-
dalam 69
menebalkan Kurang: 20-
menulis . 54

3.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1. Pengolahan data


Menurut Putra (2012), teknik pengolahan data meliputi empat tahap,
antara lain:
3.6.1.1. cleaning
Tahapan ini dilakukan pada saat data kuesioner dari responden
dikumpulkan atau ketika memeriksa lembar observasi. Periksa kembali
jawaban responden atau hasil observasi, dimungkinkan terdapat jawaban
ganda atau pertanyaan yang belum dijawab. Jika ada, sampaikan kepada
responden untuk diisi atau diperbaiki jawabannya pada lembar kuesioner
tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan dan terdapat jawaban ganda atau
jawaban belum diisi, maka kuesioner tersebut gugur atau dibatalkan karena
peneliti tidak boleh mengisi jawaban sendiri.
3.6.1.2. Coding
Terdapat dua tahapan coding (memberikan kode) pada jawaban responden.
Tahapan pertama adalah member kode identitas responden untuk menjaga
kerahasiaan identitas dan mempermudah proses penelusuran biodata
responden bila diperlukan. Selain itu, juga untuk mempermudah
penyimpanan dalam arsip data. Tahapan kedua adalah menetapkan kode
untuk scoring jawaban responden atau hasil observasi yang telah
dilakukan. Peneliti memberikan skor menebalkan tulisan anak tunagrahita
ringan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan
31

memberikan kode pada indentitas responden dengan kode R01 hingga R30
sesuai dngan banyaknya responden.
3.6.1.3. Scoring
Tahap ini dilakukan setelah menetapkan kode jawaban sehingga setiap
jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor. Tidak ada
pedoman baku untuk scoring, namun scoring harus diberikan dengan
konsisten. Selain itu, perlu diperhatikan dengan seksama terhadap
pertanyaan kuesioner yang bersifat negatif. Pertanyaan tersebut harus
diberi kode terbalik.
3.6.1.4. Entering
Setelah proses scoring selesai, masukkan data ke dalam komputer, seperti
memasukkannya ke dalam program SPSS, juga dapat dimasukkan ke
dalam format kolom dengan cara manual.

3.6.2. Analisa Data


Data yang didapat akan dianalisa secara uji statistik dengan menggunakan
program SPSS. Adapun analisis yang digunakan analisis univariat dan
analisis univariat.
3.6.2.1. Analisis Univariat
Menurut Notoatmodjo (2012) analisa univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeksripsikan karakteristiik setiap variabel
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel. Pada penelitan ini
analisis univariat dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan prosentase
peningkatan kemampuan motorik halus atau tidak ada peningkatan
motorik halus sebelum dan sesudah melakukan aktifitas mewarnai
gambar
3.6.2.2. Analisis Bivariat
Menurut Arikunto (2010) dalam Aulana (2013) sesuai data yang
digunakan, data yang dikumpulkan serta tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini, maka teknik analisa bivariat yang digunakan adalah dengan
32

uji paired t-test untuk mengetahui perbedaan skor peningkatan motorik


halus sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan mewarnai gambar. Untuk
menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan pretest and posttest one
group design,maka rumusnya adalah:
Md
𝑡=
∑ 𝑋2 𝑑

𝑁 (𝑁 − 1)

Ket :
Md : mean dari perbedaan pre test dengan post tes
Xd : deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑ 𝑋 2 𝑑 : jumlah kuadrat deviasi
N : subjek pada sampel
d.b. : ditentukan dengan N-1
Kriteria pengujian hipotesis:
Ha diterima jika t hitung > t tabel

3.7. Etika Penelitian

Polit dan Beck (2006) dalam Laksananno (2009) menyatakan bahwa


etika penelitian merupakan prosedur penelitian dengan tanggung jawab
profesional, legal dan sosial bagi subyek penelitian.
Secara umum beberapa prinsip etik yang akan menjadi dasar dalam
penelitian.
3.7.1 Autonomy (kebebasan)
Peneliti akan memberikan kebebasan untuk menentukan apakah responden
bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela
dengan memberikan tanda tangan pada lembar inform consent. Tujuan,
manfaat dan resiko yang mungkin terjadi pada pelaksanaan penelitian akan
dijelaskan sebelum responden memberikan persetujuan.
33

3.7.2 Anonimity (kerahasiaan)


Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak
menuliskan nama sebenarnya, tetapi dengan kode responden sehingga
responden merasa aman dan tenang.
3.7.3 Confidentially
Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dan informasi yang
diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai
dokumentasi penelitian.
3.7.4 Beneficence
Hasil penelitian memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak tunagrahita.
3.7.5 Justice
Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada kriteria yang tidak
relevan saat memilih subyek penelitian, namun berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan sesuai dengan masalah penelitian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajkan dan didijelaskan tentang hasil penelitian
mengenai pengaruh mewarnai gambar terhadap peningkatan kemampan motorik
halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal sebanyak
30 orang.

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Mei 2014 di SLB Kabupaten Tegal.


Penilaian pretest dan postets didamping oleh peneliti, saat perlakuan mewarnai
gambar peneliti dibantu oleh 1 guru kelas. Terlebih dahulu orangtua dari anak
tunagrahita ringan diminta untuk mengisi informed consent dan peneliti
menjelaskan tujuan dan manfaat serta prosedur pelaksanaan. Semua data yang
telah terkumpul dan memenuhi syarat selanjutnya dilakukan analisis. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang didasarkan pada hasil
analisis.

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran SLB Negeri Slawi dan SLB Manunggal Slawi


SLB Negeri dan SLB Manunggal merupakan sekolah yang didirkan
khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Di SLB Negeri telah
terakreditasi B sejak tanggal 18 Maret 2008 yang beralamat di jalan H. Agus
Salim No 5 Kabupaten Tegal. Luas tanah ± 2291 m² dan luas bangunan ±
741 m² dengan tahun berdiri sejak 1989. SLB Negeri didirikan denganan
misis melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga
setiap siswa mengenali potensi dirinya dan dapat berkembang secara
optimal, menumbuhkan rasa percaya diri untuk menjadikan pengetahuan
sebagai pintu menguak kegelapan serta menjadikan keterampilan sebagai
sarana untuk bekal kehidupan, meningkatkan penghayatan terhadap agama

34
35

yang dianutnya sehingga menjadi sumber kehidupan yang bijak dan


bersahaja dalam bersikap dan bertindak. Jenjang pendidikan Di SLB Negeri
dari mulai SDLB hingga SMPLB dengan jenis kelainan tunanetra,
tunarungu wicara, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa,
tunadaksa sedang dan autis.

4.1.Tabel jumlah siswa/siswi di SLB Negeri dengan jenjang pendidikan SDLB

No Kelas A B C C1 D G Jumlah Total


L P L P L P L P L P L P L P
1 I 1 1 - 1 4 2 18 8 - - - - 23 12 35
2 II - 1 1 - 5 5 10 13 - - - - 16 19 35
3 III - - 1 2 2 2 4 8 - - - - 7 12 19
4 IV - - 1 1 5 3 8 11 - - - - 14 15 29
5 V - - 1 1 3 3 2 4 - - - - 6 8 14
6 VI - - 1 - 9 2 2 1 - - 1 - 13 3 16
Jumlah 79 69 148

Tabel 4.2 jumlah siswa/siswi SLB Negeri jenjang pendidikan SMPLB

No Kelas A B C C1 D G Jumlah Total


L P L P L P L P L P L P L P
1 VII - - 1 - 1 2 5 - - - - - 7 2 9
2 VIII - - - - 2 1 1 - - - - - 3 1 4
3 IX - - - - - 1 - - - - - - - 1 1
Jumlah 10 4 14

Keterangan :
A : Tunanetra
B : Tunarungu wicara
C : Tunagrahita ringan
C1 : Tunagrahita sedang
D :Tunadaksa
G : Autis
36

Di SLB Manunggal memiliki layanan pendidikan tunagrahita ringan,


tunagrahita berat dan tuna rungu wicara. Dengan jenjang dari TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB. Di SLB Manunggal mempunyai program pendidikan
yaitu akademik, keterampilan, kesenian, olahraga dan terapi. Fasilitas di SLB
Manunggal terdapat ruang kelas, sarana bermain, aula, perpustakaan tempat
ibadah, ruang dan sarana keterampilan, laboratorium, asrama, tes pendengaran,
terapi wicara, UKS , dan ruang komputer dengan jumlah guru pengampu sesuai
dengan bidang sebanyak 27 guru. Luas bangunan di SLB Manunggal ± 8.500m²
didirikan sejak tahun 1988.

Tabel 4.3 jumlah siswa SLB Manunggal Slawi

No Kelas B C C1 Jumlah Total


L P L P L P L P
1 TKLB 5 5 1 1 7 3 13 9 22
2 I 5 1 2 2 6 2 13 5 18
3 II 3 4 8 5 5 5 16 14 30
4 III 5 2 2 1 6 4 13 7 20
5 IV 1 3 1 2 2 4 4 9 12
6 V - - 3 2 6 3 9 5 14
7 VI 5 2 - - 3 1 8 3 11
8 VII 5 1 3 2 3 5 11 8 19
9 VIII - 1 2 2 5 - 7 3 10
10 IX - 2 3 - 1 - 4 3 7
11 X 1 1 2 2 5 - 8 3 11
12 XI 4 1 2 1 - - 6 2 8
13 XII 1 1 1 1 - - 2 2

4.1.2. Analisa Univariat


Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran pretest motorik
halus anak tunagrahita ringan di SLB Kabupaten Tegal dan posttest
motorik halus anak tunagrahita ringan di SLB Kabupaten Tegal.
37

4.1.2.1.Berdasarkan hasil pretest


Hasil pretest motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun
sebelum mendapatkan perlakuan mewarnai gambar dapat dilihat pada
tabel 4.4 dan tabel 4.5.

Tabel 4.4 hasil pretest terhadap motorik halus anak tunagrahita ringan usia
6-12 tahun di Kabupaten Tegal

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Sangat baik 0 0
Baik 5 16.6
Sedang 21 69.9
Kurang 4 13.3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan motorik halus anak


tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di Kabupaten Tegal motorik halus
sebelum diberi perlakuan mewarnai gambar sebagian besar responden
mendapatkan kriteria penilaian sedang sebanyak 21 orang (69,9%), dengan
kriteria baik sebanyak 5 orang (16,6%), dan responden yang mendapatkan
criteria kurang sebanyak 4 orang (13,3%). Hal ini menujukan bahawa
hampir seluruh anak tunagrahita memiliki kemampuam motorik halus
dengan kriteria sedang dalam menebalkan tulisan.

Tabel 4.5 Distribusi skor motorik halus sebelum mewarnai

Variable Jumlah Max Min Mean


skor
Skor motorik halus anak 1884 80 46 62.80
tunagrahita ringan
sebelum mewarnai
gambar

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan motorik halus anak


tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal sebelum
38

mendapatkan perlakuan mewarnai sebanyak 1884 skor dangan nilai


tertinggi 80, nilai terendah 46 dan rata-rata 62,80.
4.1.2.2.Berdasarkan hasil posttest
Hasil motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB
Kabupaten Tegal setelah diberikan perlakuan mewarnai gambar selama 4
hari dapat dilihat pada tabel 4.6, dan tabel 4.7.

Tabel 4.6 Kriteria motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di
SLB Kabupaten Tegal setelah mendapat perlakuan.

Kriteria Frekuansi Persentase (%)


Sangat baik 1 3,3
Baik 25 83,3
Sedang 4 13,4
Kurang 0 0
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan motorik halus anak


tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal sebagian besar
mendapatkan perolehan dengan kriteria penilaian baik sebanyak 25 orang
(83,3%), sangat baik sebanyak 1 orang (3,3%), motorik halus sedang
sebanyak 4 orang (13,4%), dan responden yang mendapatkan hasil motorik
halus kurang sebanyak 0 orang (0%). Data tersebut menunjukan bahwa
setelah responden diberikan perlakuan kemampuan motorik halus dengan
ktiteria baik dalam hal menebalkan tulisan.

Tabel 4.7 distribusi skor motorik halus anak tunagrahita setelah perlakuan

Variable Jumlah Max Min Mean


skor
Skor motorik halus anak 2173 86 60 72.43
tunagrahita ringan setelah
mewarnai gambar
39

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan distribusi skor motorik


halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal
setelah mewarnai gambar mendapatkan skor sebanyak 2173, dengan nilai
tertinggi 86, nilai terendah 60, dan rata-rata 72,43.

4.1.3. Analisa bivariat


Analisa bivariat dilakukan untuk mengatahui antara pengaruh
mewarnai gambar dengan kemampuan motorik halus.
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik uji
Kolmogrov-Smirnov dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. uji normailtas Kolomogrov-Smirnov

Skor motorik halus Z Sig. (2-tailed) Keterangan


Pretest 1.157 .137 Normal
Postest 1.103 .175 Normal

Dari tabel diatas didapatkan hasil uji normalitas Kolmogrov-


Smirnov distribusi data pretest 0,137 > 0,05 dan posttest 0,175 > 0,05 yang
berarti hasil distribusi data pretest dan posttest skor motorik halus anak
tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di Kabupaten Tegal distribusi normal.
Untuk itu, distribusi data pretest dan posttest skor motorik halus dapat di
analisa menggunakan uji paired sampel t-test dengan bantuan program
SPSS.
Skor motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB
Kabupaten Tegal sebelum dan setelah mendapat perlakuan mewarnai
gambar dapat dilihat pada tabel 4.9.
40

Tabel 4.9 Distribusi skor motorik halus anak tunagrahita sebelum dan
sesudah perlakuan

Variabel Mean Min Max T Df P value


Skor motorik halus 62,80 46 80
sebelum mewarnai
gambar

Skor motorik halus 9,86 29


setelah mewarnai 72,43 60 86 0,000

Dari tabel 4.9 dapat disimpulkan motorik halus sebelum mewarnai


gambar dengan rata-rata 62,80, nilai terendah 46 dan nilai tertinggi 80 dengan
skor 1884. Setelah dilakukan mewarnai gambar selama 4 hari didapatkan
rata-rata 72,43, nilai terendah 60, dan nilai tertinggi 86, dengan skor 2173.
Dari hasil sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan terdapat peningkatan
dengan skor rata-rata 9,73 dan peningkatan skor total sebanyak 289.

Dari data yang telah dianalisa dengan uji statistik paired samples t test
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Berdasarkan hasil uji ini,
didapatkan nilai p value adalah 0,000 dengan demikian p value < α (0,000<
0,05), t tabel 29 yaitu 1,699 dan t hitung 9,860, maka t hitung (9,860) > t tabel
(1,699) Ho ditolak dan Ha diterima.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa anak tunagrahita ringan usia 6-


12 tahun di SLB Kabupaten Tegal kemampuan motorik halus sebelum diberi
perlakuan mewarnai gambar sebagian besar responden mendapatkan kriteria
penilaian sedang sebanyak 21 orang (69,9%), kriteria baik sebanyak 5 orang
(16,6%), responden yang mendapatkan kriteria kurang sebanyak 4 orang
(13,3%) dan responden yang mendapat kriteria sangat baik sebanyak 0 orang
41

(0%). Distribusi motorik halus sebelum mewarnai gambar sebanyak 1884


skor dangan nilai tertinggi 80, nilai terendah 46 dan rata-rata 62,80.

Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Jumadilah (2010) di SLB Negeri Sragen tentang peningkatan motorik halus
sebagai persiapan menulis permulaan dengan menggunakan metode kolase.
Metode yang digunakan adalah single subject reaserch (SSR), dari observasi
yang telah dilakukan oleh Jumadilah, anak tugrahita ringan di SLB Negeri
Seragen mengalami kesulitan dalam hal menulis, hal ini disebabkan motorik
halus anak yang tidak berkembang dengan optimal. Kondisi awal anak
sebelum tidakan dengan rata-rata nilai 54.

Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti setelah perlakuan


mewarnai gambar selama 4 hari berturut-turut sebagian besar responden
mendapatkan perolehan dengan skor motorik halus anak tunagrahita ringan
kriteria penilaian baik sebanyak 25 orang (83,3%), sangat baik sebanyak 1
orang (3,3%), motorik halus sedang sebanyak 4 orang (13,4%), dan
responden yang mendapatkan hasil motorik halus kurang sebanyak 0 orang
(0%) dengan distribusi skor motorik halus mendapatkan skor sebanyak 2173,
nilai tertinggi 86, nilai terendah 60, dan rata-rata 72,43.

Hasil penelitian serupa telah dilakukan oleh Jumadilah (2010) di SLB


Negeri Sragen tentang peningkatan motorik halus sebagai persiapan menulis
permulaan dengan menggunakan metode kolase. Dengan menggunakan
metode single subject reaserch (SSR). Setelah diberikan perlakuan
kemampuan menulis anak tungrahita meningkat dibandingkan dengan
sebelum mendapatkan perlakuan, rata-rata anak tunagrahita ringan
memperoleh nilai 69.

Sebelum dilakukan analisa bivariat menggunakan parid t-test, maka


akan dilakukan uji normalitas kolmogorov-smirnov. Setelah dilakukan analisa
42

dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil uji normalitas Kolmogrov-


Smirnov distribusi data pretest 0,137 > 0,05 dan posttest 0,175 > 0,05 yang
berarti hasil distribusi data pretest dan posttest skor motorik halus anak
tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal berdistribusi
normal. Hasil t hitung > dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang
didapatkan adalah normal, sehingga dapat menggunakan paired t-test.

Motorik halus anak tunagrahita ringan sebelum mewarnai gambar


mendapat perolehan nilai dengan rata-rata 62,80, nilai terendah 46 dan nilai
tertinggi 80 dengan skor 1884. Setelah dilakukan mewarnai gambar selama 4
hari berturu-turut didapatkan rata-rata 72,43, nilai terendah 60, dan nilai
tertinggi 86, dengan skor 2173. Dari hasil sebelum perlakuan dan sesudah
perlakuan terdapat peningkatan dengan skor rata-rata 9,73 dan peningkatan
skor total sebanyak 289.

Dari hasil analisa bivariat skor motorik halus anak tunagrahita


sebelum dan skor mortorik halus anak tunagrahitaringan sesudah mewarnai
gambar dapat dilihat dari analisa dengan uji statistik paired samples t test
terdapat dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Berdasarkan hasil uji
ini, didapatkan nilai p value adalah 0,000 dengan demikian p value < α
(0,000< 0,05), t tabel 29 yaitu 1,699 dan t hitung 9,860, maka t hitung
(9,860) > t tabel (1,699). Maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Hasil penelitianyang serupa dilakukan oleh Jumadilah (2010) di SLB


Seragen tentang peningkatan motorik halus anak tunagrahita ringan.
Diperoleh hasil adanya peningkatan motorik halus anak tunagrahita ringan
setalah mendapat perlakuan, saat pra tindakan mencapai 20% setelah
tindakan mencapai 80%.
43

Seperti teori yang dikemukaan oleh Samuel (1986) dalam Jumadilah


(2010) bahwa anak tunagrahita ringan memiliki gangguan terhadap motorik
halus. Akan tetapi anak tunagarhita ringan dapat dilatih dalam mengerjakan
keterampilan yang dilakukan secara rutin (Muzayanah, 2000 dalam
Jumadilah, 2010). Pada hakikatnya motorik halus bermanfaat untuk
melakukan kegiatan yang bersifat akademik, seperti menulis, serta aktifitas
bantu diri seperti makan, minum dan mengancing baju (Afriyani dkk, 2006).

Menurut Rinas (2013) mewarnai dapat melatih keterampilan motorik


halus anak sebagai salah satu sarana untuk mempersiapkan kemampuan
menulis serta dapat melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan.
Selain itu mewarnai gambar merupakan aktifitas yang penuh dengan stimulasi
terhadap proses tumbuh kembang anak, secara edukatif mewarnai gambar
merupaka metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak,
kegiatan ekspresif seperti ini merupakan aktifitas kreatif yang perlu
diperhatikan, dikembangkan dan disalurkan dengan tepat sehingga dapat
menunjang optimalisasi perkembangan anak dalam hal minat, bakat serta
kecerdasan seorang anak (Nurjatmika, 2012)

Menurut peneliti pada anak tunagrahita ringan kemampuan dalam hal


motorik halus masih dapat ditingkatkan apabila dilatih atau dilakukan secara
berkesinambungan. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan oleh peneliti
terdapat perbedaan skor motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12
tahun setelah diberi perlakuan mewarnai gambar dengan waktu 4 hari
berturut-turut, sebelum diberikan perlakukan rata-rata responden memperoleh
nilai 62,80, setelah mendapat perakuan memperoleh rata-rata 72,43. Metode
yang digunakan peneliti menggunakan metode eksperimen one-group
pretetest-postest design, keunggulan menggunakan metode one-group
pretest-postest design saat dilakukan pretest dpat memberikan alasna untuk
membuat komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah berikan
experimental treatmen (perlakuan). Aktifitas mewarnai gambar memiliki
44

maanfaat dapat meningkatkan motorik halus untuk mempersiapkan


kemampuan menulis anak. Selain meningkatkan motorik halus anak
mewarnai gambar juga dapat meningkatkan kecerdasan anak dan aktifitas
yang menyenangkan bagi anak.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, maka penelitian ini dapat


disimpulkan bahwa:
5.1.1. Sebelum diberikan perlakuan mewarnai gambar dengan 30 responden, hasil
motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten
Tegal adalah 01: 1884.
5.1.2. Setelah diberikan perlakuan mewarnai gambar selama 4 hari berturut-turut
dengan 30 responden, hasil motorik halus anak tunagrahita ringan usia 6-
12 tahun di SLB Kabupaten Tegal adalah 02: 2173.
5.1.3. Berdasarkan hasil analisis uji statistik menggunakan paired t-test
didapatkan t- hitung 9,860 dan t-tabeil 1,699. Dengan tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value adalah
0,000 dengan demikian p value < α (0,000< 0,05). Dengan demikian t-
hitung > t-tabel.
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh
mewarnai gambar terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak
tunagrahita ringan usia 6-12 tahun di SLB Kabupaten Tegal”.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memberikan


saran bagi siswa, bagi guru, bagi orang tua, dan bagi peneliti lain.

45
46

5.2.1. Bagi siswa


Bagi siswa yang belum mengalami peningkatan kemampuan motorik halus
perlu ditingkatkan melalui mewarnai gambar dengan gambar-gambar yang
lebih bervariasi.
5.2.2. Bagi guru
Bagi guru yang mengajar anak tunagrahita ringan dapat menggunakan
mewarnai gambar sebagai salah satu media pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak sebagai persiapan untuk
menulis.
5.2.3. Bagi orang tua
Kegiatan mewarnai merupakan aktifitas yang menyenangkan dan digemari
oleh anak-anak, maka dari itu orang tua dapat melatih kemampuan motorik
halus anak tunagrahita saat di rumah.
5.2.4. Bagi peneliti lain
Mengembakan penelitian dalam menggunakan instrument penelitian dapat
menggunakan gambar mewarnai yang lebih bervariasi tidak hanya
menggunakan gambar geometris.
DAFTAR PUSTAKA

Aulana,Wildan. (2013). Pengaruh Video Humor Terhadap Memori Jangka


Pendek Pada Lansia Di Unit Rehabilitas Sosial Purbo Yuwono
Brebes Tahun 2013. Tidak diterbitkan Skripsi, STIKes Bhamda
Slawi, Studi Ilmu Keperawatan Program A.

Aryani dkk. (2006). Diary Tumbuh Kembang.Bandung; Ready Publishing .

Departemen Kesehatan R.I. (2010). Profil Kesehatan Indonesia


2010.http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task
=doc_view&gid=15&tmpl=component&format=raw&Itemid=58.
Diakses 15 Maret 2014

BP-DIKSUS. (2013). Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.


http://bpdiksus.org/v2/index.php?page=siswa. Diakses 15 Maret
2014.

Deleney, Tara. (2010). 101 permainan dan aktivitas untuk anak-anak


penderita autisme, asperger dan gangguan pemrosesan
sensorik.Yogyakarta; ANDI.

DNKindergarten, (2011). Manfaat Mewarnai Bagi Anak..


http://warnaku.com/2011/02/117/. Diakses tanggak 30 Maret 2014.

Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan


Pusat Kurikulum. (2007). Model Bahan Ajar Tematik SDLB
Tunagrahita Ringan (C). Tidak diterbitkan.

Departemen Kesehatan R.I. (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2010.


http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_

47
48

view&gid=15&tmpl=component&format=raw&Itemid=58. Diakses
tanggal 15 Maret 2014.

Einon, Dorothy. (2006). Permainan Kreatif untuk anak. Batam; Karisma


Publishing.

IGK, Wardani. (2007). Pengantar pendidikan luar biasa. Jakarta;


Universitas terbuka.

Ikhtiariani, Erti. (2011). Pengaruh terapi kelompok suportif terhadap beban


dan tingkat ansietas keluarga dalam merawat anak tunagrahita di
sekolah luarbiasa (SLB) Kabupaten Banyumas. Tidak diterbitkan
tesis, universitas Indonesia, Fakulstas Ilmu Keperawatan.

Laksananno, G., S. (2009). Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap


Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Remaja Putri Di SMU
Muhammadiyah Kota Tegal. Tidak diterbitkan Tesis, Universitas
Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan.

Jumadilah. (2010). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus sebagai


persiapan menulis permulaan melalui keterampilan kolase pada
anak tunagrahita ringan kelas1 di SLB Negri Sragen Tahun ajaran
2009/2010. Tidak diterbitkan skripsi, Universitas sebelas maret,
Fakultas keguruan dan Ilmu pendikan.

Joshua. (2014). Manfaat mewarnai bagi si kecil.


http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/manfaat-
mewarnai-dan-menggambar-bagi-si-kecil.html. Diakses 25 Maret
2014.
49

Kosasih. (2012). Cara bijak memahami anak berkebutuhan khusu1.


Bandung; Yama widya.

Maryadi dan Gunarhadi. (2011). Modul pendidikan dan latihan profesi


guru. Tidak diterbitkan.

Maruyanani, Anik. (2004). Asuhan Neonatus, bayi, balita, dan anak


prasekolah; IN MEDIA.

Muhammad, As’adi. (2009). Panduan praktis menggambar dan mewarnai


untuk anak. Yogyakarta; Power Book (IHDINA).

Nurjatmika, Yusep. (2012). Ragam Aktivitas Harian untuk TK. Jogjakarta;


DIVA Press.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Olvista, ( 2012). Apa Itu Keterampilan Motorik Halus (Fine Motor Skill)
dalam Perkembangan Anak?. http://olvista.com/parenting/apa-itu-
keterampilan-motorik-halus-fine-motor-skill-dalam-perkembangan-
anak/. Diakse tanggal 30 Maret 2014.

Rahmat H, Dede. (2009). Ilmu Perilaku manusia pengantar psikolog untuk


tenaga kesehatan. Jakarta; CV Trans Info Media.

Ranis. (2013). Manfaat Mewarnai dan Menggambar bagi Anak..


www.bimba-aiueo.com/manfaat-mewarnai-dan-menggambar-bagi-
anak/. Diakses 30 Maret 2014.
50

Revina. (2014). Perkembangan Motorik Halus Anak. Perkembangan


MotorikHalusAnakhttp://bidanku.com/perkembangan-motorikhalus-
anak#ixzz35C4q7IOR..Diakses 30 Maret 2014.

Putra, S.,R. (2012). Panduan Riset Keperawatan Ilmiah dan Penulisan


Ilmiah. Jogyakarta: D-Medika

Santrock, Jhon W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta; Erlangga.

Sugiyono. (2013). Metodologi penelitian pendidikan. Bandung; Alfabeta.

Sukoati, suci dan Atarani, kili. (2012). Aktivitas Bermain Mewarnai dapat
meningkatkan mekanisme koping adaptif saat menghadapi stress
hospitalisasi pada anak. Jurnal STIKes Volume 5. Tidak diterbitkan.

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC

Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis keperawtan pediatric cetakan 4.


Jakarta; EGC.
Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Maret April Mei Juni Juli


Kegiatan
No
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Bimbingan Proposal
3 Sidang Proposal
4 Revisi Proposal

5 Penelitian
6 Bimbingan Skripsi
7 Sidang Skripsi
8 Revisi Skripsi
9 Penyerahan Skripsi

51
52

Lampiran 2 Instrumen penelitian menebalkan tulisan


Nilai
Nama :
Tanggal :
Penilaian : Pretest/Postess

a i u e
o
b d s t h
Dengan penilaian sebagai berikut
Skor 3 : Dapat melakukan tugas tanpa bantuan
Skor 2 : Dapat melakukan tugas dengan sedikit bantuan
Skor 1 : Dapat melakukan tugas dengan banyak bantuan
Skor 0 : Tidak dapat/tidak mau melakukan tugas
𝑗𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏
Nilai akhir : X 10
𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢
Kriteria Nilai
Sangat baik 85-100
Baik 70-84
Sedang 55-69
Kurang 20-54
53

Lampiran 3 Instrumen mewarnai gambar

Nama :
Tanggal :
perlakuan :
54

Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
GANGGUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
USIA 6-12 TAHUN
SLB DI KABUPATEN TEGAL
No Kode Skor Kriteria Perlakuan Skor Criteria Ada
responden sebelum 1 2 3 4 sesudah peningkatan/tidak
adapeningkatan
1 R01 53 Kurang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
2 R02 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
3 R03 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 72 Baik Ada peningkatan
4 R04 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
5 R05 70 Baik Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 83 Baik Ada peningkatan
6 R06 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
7 R07 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 83 Baik Ada peningkatan
8 R08 56 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 73 Baik Ada peningkatan
9 R09 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
10 R10 60 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
11 R11 56 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 73 Baik Ada peningkatan
12 R12 46 Kurang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 60 Sedang Ada peningkatan
13 R13 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 60 Sedang Tidak ada
peningkatan
14 R14 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
15 R15 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
16 R16 70 Baik Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
17 R17 50 Kurang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 66 Sedang Ada peningkatan
18 R18 56 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
19 R19 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
20 R20 80 Baik Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 86 Sangat Ada peningkatan
baik
21 R21 70 Baik Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 73 Baik Ada peningkatan
22 R22 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
23 R23 70 Baik Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
24 R24 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 73 Baik Ada peningkatan
25 R25 56 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
26 R26 63 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
27 R27 53 Kurang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 66 Baik Ada peningkatan
28 R28 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 73 Baik Ada peningkatan
29 R29 66 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 70 Baik Ada peningkatan
30 R30 69 Sedang Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ 76 Baik Ada peningkatan
Jumlah 1884 2173
55

Lampiran 5 SOP Tindakan


STANDAR PROSEDUR OPERSIONAL
TERAPI MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
USIA 6-12 TAHUN
Pengertian Mewarnai gambar merupakan aktifitas yang
penuh dengan stimulasi terhadap proses tumbuh
kembang anak.
Persipan
1. Persiapan Alat a. Pensil warna
b. Gambar geometris
c. Form persetujuan menjedi responden
d. From menebalkan tulisan 2 lembar
e. From observasi
f. Kertas dan alat tulis
2. Persiapan a. Jelaskan lamanya mewarnai gambar selam 4
responden hari dengan waktu 10-30 menit
3. Persiapan orang a. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan
tua responden dilaksanakan
b. Jelaskan cara mengisi from persetujuan
4. Langkah-langkah a. Cek responden dalan kondisi mau diajak
kerjasama
b. Responden diberikan lembar menebalkan
tulisan untuk mengetahui kemampuan
motorik halus sebelum diberi terapi
mewarnai gambar.
c. Responden mewarnai gambar geometris
dengan waktu 10-30 menit dengan waktu 4
hari secara berrturut-turut.
d. Responden diminta kembali menebalkan
tulisn untuk mengatahui motorik halus
setelah dilakukan terapi mewarnai gambar
56

Lampiran 6 Dokumentasi

Gambar 1 menunjukan anak tunagrahita ringan saat melakukan penilaian pretest


dengan menebalakan tulisan di SLB Negeri Slawi.

Gambar 2 menunjukan peneliti memotivasi anak tunagrahita saatmelakukan


aktifitas mewarnai gambar geometris di SLB Manunggal
57

Gambar 3 menunjukan Anak tunagrahita ringan saat melakukan aktifitas


mewarnai gambar di SLB Manunggal

Gambar 4 menunjukan anak tunagrahita ringan saat melakukan aktifitas mewarnai


gambar geometris di SLB Manunggal
58

Gambar 5 Menunjukan anak tunagrahita ringan saat melakukan aktifitas mewarnai


gambar geometris di SLB Negeri Slawi

Gambar 6 menunjukan anak tunagrahita ringan saat melakukan aktifitas mewarnai


gambar geometris di SLB Negeri Slawi
59

Gambar 7 menunjukan anak tunagrahiita ringan saat melakukan penilaian posttest


dengan menebalkan tulisan
60

Lampiran 7 Lembar persetujuan menjadi responden


SURAT PERNYATAAN BERSEDIA
BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : ............................................................................
Umur : ............................................................................
Alamat : ............................................................................
..............................................................................

Menyatakan bahwa :
1. Telah mendapat penjelasan tentang penelitian
2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban
terbuka dari peneliti
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemungkinan dampak buruk yang terjadi dari penelitian yang dilakukan.

Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya sebagai orang tua murid siswa SLB
Manunggal / SLB Negeri *, memutuskan tanpa paksaan dari pihak manapun juga,
bahwa bersedia / tidak bersedia * berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.

Slawi,................2014

Yang membuat pernyataan

(.............................................)

* coret yang tidak perlu


61

Lampiran 8 surat permohonan


SURAT PERMOHONAN
UNTUK BERPARTISIPASI
SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : MULANA SEKAR ESTRI


Umur : 22 tahun
Alamat :Jl Pisang Rt 06/Rw 01 Balapulang wetan
Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Bhakti Mandala Husada Slawi
Nomor kontak : 085870120612

Dengan ini mengajukan permohonan dengan hormat kepada siswa/siswi SLB


Manunggal Slawi dan SLB Negri Slawi menjadi responden dalam penelitian yang
akan saya lakukan, dengan judul ”Pengaruh Mewarnai Gambar terhadap
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan Usia 6-12
Tahun di Kabupaten Tegal”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh mewarnai gambar


terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan.

Anak tunagrahita ringan usia 6-12 tahun akan diminta menebalkan tulisan untuk
mengetahui kemampuan motorik halus anak kemudian anak tunagrahita diminta
mewarnai gambar selama 4 hari dengan waktu 10-30 menit dan selanjutnya anak
tungrahita ringanakan diminta menebalkan tulisan kembali untuk mengobservasi
ada atau tidak ada peningkatan motorik halus.

Apabila ada pertanyaan lebih dalam tentang penelitian ini dapat menghubungi
peneliti pada alamat dan nomor kontak di atas. Demikian permohonan ini saya
buat, atas kerjasama yang baik saya ucapkan terima kasih.

Balapulang,...............2014
Hormat saya,

Mulana Sekar Estri


62

Lampiran 9 hasil SPSS


FREQUENCIES VARIABELS=motorik halus pretest, postest
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN
MODE
/ORDER=ANALYSIS

Statistics

Moto rik halus Motorik halus


pretest posttest

Valid 30 30
N
Missing 0 0
Mean 62.8000 72.4333
Std. Error of Mean 1.29313 1.08356
Median 63.000 72.5000
Mode 66.00 70.00
Std. Deviation 7.08276 5.93490
Variance 50.166 35.223
Minimum 46.00 60.00
Maximum 80.00 86.00

Motorik halus pretest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Sangat baik 0 0 0 0

Baik 5 16.6 16.6 16.6

Valid Sedang 21 69.9 69.9 86.5

Kurang 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Motorik halus prostest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Sangat baik 1 3.3 3.3 3.3

Baik 25 83.3 83.3 86.6

Valid Sedang 4 13.4 13.4 86.5

Kurang 0 0 0 100.0

Total 30 100.0 100.0


63

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor Motorik Skor Motorik


halus halus
PRE TEST POST TEST

N 30 30
Mean 62.8000 72.4333
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 7.08276 5.93490
Absolute .211 .201
Most Extreme Differences Positive .126 .180
Negative -.211 -.201
Kolmogorov-Smirnov Z 1.157 1.103
Asymp. Sig. (2-tailed) .137 .175

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
T-Test
Uji T Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Skor motorik halus


62.8000 30 7.08276 1.29313
PRE TEST
Pair 1
Skor motorik halus
72.4333 30 5.93490 1.08356
POST TEST

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Skor motorik halus


Pair 1 PRE TEST & Skor motorik 30 .668 .000
halus POST TEST

Paired Samples Test

Paired Differences T df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference

Lower Upper

Skor motorik halus


Pair 1 PRE TEST - Skor motorik -9.73333 5.40710 .98720 -11.75238 -7.71429 -9.860 29 .000
halus POST TEST

64
65

Lampiran 10 Lembar surat melakukan penelitian


66
67

Lampiran 11 Lembar surat telah melakukan penelitian


68
69

Lampiran 12 Lembar kehadiran sidang


70

Lampiran 13 Lembar konsultasi


71
72
73

CURICULUM VITAE
Nama : Mulana Sekar Estri

Tempat dan tanggal lahir : Tegal 23 Oktober 1992

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa : Indonesia

Agama : Kristes Protestan

Alamat : Jln Pisang Rt 06/ Rw 01 balapulang wetan

Nama orang tua : Iman Hadi Santoso

Pekerjaan orang tua : Guru

Riwayat pendidikan : 1. TK
1. SD
2. SMP
3. SMA

Anda mungkin juga menyukai