Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah untuk mata kuliah Tafsir Tematik Tasawuf tentang “Muhasabah” ini.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,dan kepada seluruh pihak
yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
upaya penyelesaian makalah ini,baik mendukung secara moril maupun materil.
Berdasarkan tujuan pembuatan makalah ini, disamping sebagai pelengkap
dari tugas yang diberikan oleh dosen pengajar di dalam kegiatan perkuliahan,
juga dapat dijadikan bahan kajian bagi siapa saja yang ingin memperluas
wawasan mengenai apa itu “Muhasabah”.
Meskipun makalah ini sudah di buat sebaik mungkin, tetapi kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak serta dosen pembimbing yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, jika ada kekurangan
mohon dimaklumi. Sekian dan terimakasih.

Pekanbaru, 09 November 2018

Penulis

Muhasabah | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Muhasabah ......................................................................... 3
2.2 Muhasabah dalam Tasawuf .................................................................. 3
2.3 Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184 dengan Muhasabah ..... 3

BAB III Penutup


3.1 Simpulan .............................................................................................. 8
3.2 Saran ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

Muhasabah | ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muhasabah dalam agama kita mengandung arti yang begitu mendalam bila
kita mengetahui hakikat muhasabah itu sendiri. Terutama dalam kehidupan dunia
dan juga kehidupan akhirat yang kekal abadi. Mengerti, memahami akan arti
definisi muhasabah dalam Islam perlu untuk setiap mukmin dalam rangka
memperbaiki dirinya ke dalam hal-hal yang baik dan positif.
Hakikat muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang telah lalu, kemudian
menyesali dan menangisinya. Namun, hakikat muhasabah adalah memaksakan
diri untuk taat melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala
larangannya.
Konsep muhasabah sendiri banyak termuat dalam Al-Qur’an, karena
begitu pentingnya bagi kehidupan kita, baik dalam menjalani hubungan dengan
Allah (Hablumminallah) dan juga hubungan dengan manusia (Hablumminanas),
dengan muhasabah hubungan kita dengan Allah menjadi baik dan dengan manusia
juga begitu karena tidak ada lagi sifat sombong dan saling menyalahkan diantara
kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Muhasabah ?
2. Bagaimana Konsep Muhasabah dalam Tasawuf ?
3. Bagaimakah Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184 dengan
Muhasabah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Muhasabah
2. Untuk Mengetahui Konsep Muhasabah dalam Tasawuf
3. Untuk Mengetahui Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184
dengan Muhasabah

Muhasabah | 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muhasabah


Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau
menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan menilai
diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri.
Dalam dunia tasawuf kata Muhasabah tidak terlalu asing didengar,
Muhasabah diartikan sebagai Introspeksi, mawas, atau meneliti diri.1 Seperti kata-
kata yang diucapkan oleh sahabat Umar bin Khatab, “Koreksilah dirimu sebelum
kamu dikoreksi.”
Hal ini menegaskan bahwa muhasabah akan membimbing seseorang pada
pemahaman akan dirinya seperti kesalahan, dosa-dosa, serta perbuatan negatif
yang pernah seseorang lakukan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
Dalam pemahaman lain Muhasabah diartikan sebagai metode untuk
mengatasi kekuasaan nafsu amarah2 atas hati seorang mukmin dengan selalu
mengintrospeksi diri dan menyelisihnya.3
Wahai hamba-hamba Allah, aku mewasiatkan diriku dan anda untuk
bertakwa pada Allah dan introspeksi diri. Karena dengan muhasabah, maka jiwa
akan menjadi istiqamah, sempurna dan bahagia. Allah Ta'ala berfirman:
١٠ ‫َاب َمن دَس َّٰى َها‬ َ ‫ فَأ َ ۡل َه َم َها فُ ُج‬٧ ‫س َّو ٰى َها‬
َ ‫ َوقَ ۡد خ‬٩ ‫ قَ ۡد أ َ ۡفلَ َح َمن زَ َّك ٰى َها‬٨ ‫ورهَا َوت َۡق َو ٰى َها‬ َ ‫َون َۡف ٖس َو َما‬
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya" (Q.S Asy-Syams 7-10)
Imam Al-Badawy rahimahullah berkata dalam tafsirnya: "Al-Hasan
berkata: Maknanya sungguh beruntunglah orang yang mensucikan, memperbaiki
َ ‫وقَ ۡد خ‬,
dan mengarahkan dirinya untuk taat pada Allah 'Azza Wa Jalla: ‫َاب َمن دَس َّٰى َها‬ َ

1
Amin Syukur, Tasawuf Bagi Orang Awam: Menjawab Problem Kehidupan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 83.
2
Nafsu yang mengarah kepada perbuatan kejahatan dan kedurhakaan.
3
Admin, Muhasabah Jiwa, Artikel pada Suryaningsih, Site. Mht. 19 September 2007, hlm. 2.

Muhasabah | 2
maksudnya, membinasakannya, menyesatkannya dan mengarahkannya pada
perbuatan maksiat.
Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda:
"Orang yang pandai adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal
untuk setelah kematian, sedang orang yang lemah adalah orang yang jiwanya
selalu tunduk pada nafsunya dan mengharap pada Allah dengan berbagai angan-
angan" (H.R Ahmad dan Tirmidzi).4
2.2 Konsep Muhasabah dalam Tasawuf
Sebagaimana telah disinggung oleh para pemakalah sebelumnya tentang
beberapa maqamat yang harus dijalani seorang sufi untuk mencapai derajat
tertinggi dan merasakan bagaimana kedekatannya dengan sang pencipta, tentu
dalam mencapai maqam tinggi tersebut seorang sufi banyak mengalami hal-hal
unik dalam setiap perjalanannya, salah satunya adalah waspada dan mawas diri.
Waspada dan mawas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat.
Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi dari tugas yang sama dalam rangka
menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu
dan amarah.
Waspada (Muhasabah) dapat diartikan meyakini bahwa Allah mengetahui
segala pikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati, yang membuat seseorang
menjadi hormat, takut, dan tunduk kepada Allah. Adapun mawas diri
(Muraqabah) adalah meneliti dengan cermat apakah segala perbuatan sehari-hari
telah sesuai atau malah menyimpang dari yang dikehendakiNya.5
Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim,
agar ia menjadi orang yang pandai dan sukses.
(a). Aspek Ibadah
Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah.
Karena ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini.

4
Syaikh Shalih Al-'Ulyawi, Pdf Muhasabah(introspeksi diri) Terj. Al Furqon Indonesia, (Maktab
Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), hlm. 3
5
Dr. M. Solihin, Tasawuf Tematik: Membedah Tema-tema Penting, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), hlm. 22-23

Muhasabah | 3
   
  
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. [QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]
(b). Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki
Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan dan
ditakpedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian menganggap
bahwa aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada
aspek ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
(c). Aspek Kehidupan Sosial Keislaman
Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan
sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama
manusia.
Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang yang muflis sebagaimana
digambarkan Rasulullah saw. dalam hadits di atas. Datang ke akhirat dengan
membawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun bersamaan dengan itu,
ia juga datang ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan interaksinya
yang negatif terhadap orang lain; mencaci, mencela, menuduh, memfitnah,
memakan harta tetangganya, mengintimidasi dsb. Sehingga pahala kebaikannya
habis untuk menutupi keburukannya. Bahkan karena kebaikannya tidak cukup
untuk menutupi keburukannya tersebut, maka dosa-dosa orang-orang yang
dizaliminya tersebut dicampakkan pada dirinya.
(d). Aspek Dakwah
Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan. Karena
menyangkut dakwah dalam segala aspek; sosial, politik, ekonomi, dan juga
substansi dari da’wah itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqul
karimah, memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskan
kepasrahan abadi pada ilahi, banyak istighfar dan taubat dsb.
2.3 Tafsiran dan Korelasi Surah Al-Baqarah: 184 dengan Muhasabah
Sesuai dengan yang ada di silabus bahwa Konsep Muhasabah juga ada
berkaitan dengan ayat Al-Qur’an ayat 184 yang berbunyi:

Muhasabah | 4
َ ‫ة‬ٞ َ‫ة ِم ۡن أَي ٍَّام أُخ ٖۚ ََر َو َعلَى ٱلَّذِينَ ي ُِطيقُونَ ۥهُ فِ ۡدي‬ٞ َّ‫سفَ ٖر فَ ِعد‬
ٖٖۖ ‫طعَا ُم ِم ۡس ِك‬
‫ين‬ َ ‫ت َف َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِريضًا أ َ ۡو َعلَ ٰى‬ ٖ ٖۚ َ‫أَي َّٗاما َّمعۡ د ُو ٰد‬
١٨٤ َ‫ر لَّ ُك ۡم إِن ُكنت ُ ۡم تَعۡ لَ ُمون‬ٞ ‫صو ُمواْ خ َۡي‬ ُ َ‫ر لَّ ٖۚۥهُ َوأَن ت‬ٞ ‫ع خ َۡي ٗرا فَ ُه َو خ َۡي‬ َ َ ‫فَ َمن ت‬
َ ‫ط َّو‬
Artinya: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang
lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Menurut Tafsir Al-Misbah, Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang di
langit dan di bumi adalah milik Allah. Kekuasaan dan ilmu- Nya meliputi semua
itu. Apa yang kalian nyatakan dan sembunyikan dalam diri kalian, Allah
mengetahuinya. Dia akan menuntut pertanggungjawaban kalian atas itu semua
pada hari kiamat. Lalu mengampuni dan menyiksa siapa saja yang dikehendaki.
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Menurut Tafsir Jalalayn, (Milik Allahlah apa yang terdapat di langit dan
apa yang terdapat di bumi dan jika kamu menyatakan) atau melahirkan (apa yang
ada di dalam hatimu) berupa kejahatan dan rencana untuk melakukannya (atau
kamu menyembunyikan) maksudnya merahasiakannya (pastilah akan dihisab),
yakni dibukakan (oleh Allah) pada hari kiamat. Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya) untuk diampuni, (dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya)
untuk disiksa. Kedua kata kerja ini dapat dihubungkan pada jawab syarat dengan
baris mati dan dapat pula dengan baris di depan dengan perkiraan, 'fahuwa...' (Dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu), di antaranya melakukan hisab atas
perhitungan terhadapmu dan memberikan balasannya.
Sebab-Sebab Diturunkannya Surah Al Baqarah (2) Ayat 284 Diriwayatkan
oleh Muslim dan lain-lain, yang bersumber dari Abu Hurairah. Dan diriwayatkan
pula oleh Muslim dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa ketika
turun ayat,….wa ing tubduu maa fii angfusikum au tukhfuuhu yuhasbikum
bihillaah…(..dan jika kamu melahirkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu

Muhasabah | 5
tentang perbuatanmu itu…) (al-Baqarah: 284), para shahabat merasa keberatan,
sehingga datang kepada Rasulullah sambil berlutut memohon keringanan, dengan
berkata: “Kami tidak mampu mengikuti ayat ini (al-Baqarah: 284).” Nabi ‫ﷺ‬
bersabda: “Apakah kalian akan berkata ‘sami’naa wa ‘ashainaa’ (kami
mendengar, akan tetapi tidak mau menurut) seperti yang diucapkan oleh ahli kitab
(Yahudi dan Nasrani) sebelum kalian? Ucapkanlah, sami’naa wa atha’naa
ghufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir (kami mendengar dan taat; ampunilah
kami ya Rabbanaa, hanya kepada-Mu lah tempat kembali).” Setelah dibacakan
kepada para shahabat dan lidah merekapun sudah terbiasa, turunlah ayat ini (al-
Baqarah: 285). Kemudian mereka melaksanakan ayat tersebut (al-Baqarah: 285).
Lalu turunlah ayat selanjutnya (al-Baqarah: 286). Sumber : Asbabun Nuzul-
K.H.Q.Shaleh – H.A.A Dahlan

Muhasabah | 6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau
menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikan dengan
menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri. Dalam dunia
tasawuf kata Muhasabah tidak terlalu asing didengar, Muhasabah diartikan
sebagai Introspeksi, mawas, atau meneliti diri.
2. Muhasabah atau introspeksi diri sangat dibutuhkan seorang muslim dalam
bertasawwuf serta untuk membangun akhlaknya. Muhasabah akan
senantiasa memajukan peradaban Islam selama muslim masih
memakainya. Muhasabah sendiri adalah salah satu jihad terbesar, yakni
jihad melawan hawa nafsu.
3. Sesuai dengan yang ada di silabus bahwa Konsep Muhasabah juga ada
berkaitan dengan ayat Al-Qur’an ayat 184 yang menyuruh kita untuk
menyadari bahwa yang ada dialam ini milik Allah, jadi kita tidak berhak
merasa bahwa bumi ini diciptakan untuk kita saja, tetapi juga milik
makhluk Allah yang lain dan kita ditugaskan untuk menjaganya, jika tidak
maka Allah berhak menentukan sikapnya tentang apa yang telah kita
lakukan di atas bumiNya. Oleh karena itu, kita diperintahkan
bermuhasabah dan menghilangkan rasa memiliki terhadap apa yang Allah
ciptakan.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna, hingga penulis merasa masih perlu belajar lagi dalam membuat
makalah. Dengan demikian, penulis berharap kepada pembaca ataupun dosen
pengampuh mata kuliah Tafsir Tematik Tasawuf memberikan saran dan kritik
terhadap makalah ini. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat menjadi
referensi dan membantu pembaca dalam menyelesaikan tugasnya tentang
“Muhasabah “ dalam mempelajari dunia sufi atau ilmu tasawuf.

Muhasabah | 7
Daftar Pustaka
Syukur Amin. Tasawuf Bagi Orang Awam: Menjawab Problem Kehidupan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.

Al-'Ulyawi Syaikh Shalih, Pdf Muhasabah(introspeksi diri) Terj. Al Furqon


Indonesia. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. 2007.

Solihin M. Tasawuf Tematik: Membedah Tema-tema Penting. Bandung: Pustaka


Setia. 2003.

Muhasabah | 8

Anda mungkin juga menyukai