Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

Parotitis

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam


Mengikuti program Dokter Internsip Indonesia

Disusun Oleh :
dr. Arnella Hutagalung

Dokter Pendamping
dr. Alfian Nasion

PUSKESMAS MUARA BULIAN


BATANG HARI
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Kasus :

Parotitis

Yang dipersiapkan oleh :

dr. Arnella Hutagalung

Disetujui Oleh:

Dosen Pendampin

(dr. Alfian Nasion)

Ma.Bulian, Desember 2017

Puskesmas Muara Bulian


Batang Hari
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Parotitis” . Shalawat serta
salam untuk Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa Salam beserta keluarga, para
sahabat dan orang – orang yang mengikutinya dengan baik hingga akhir, semoga kita
termasuk ke dalam golongan mereka.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Namun, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan masukan baru di
dunia kedokteran untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Amin .

Muara Bulian, Desember 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Parotitis epidemika merupakan penyakit virus akut yang biasanya menyerang


kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus
menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva,
dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada
menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar,
dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi,
terbatas pada kelompok yang berhubungan erat , yang hidup dalam rumah,
perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak
pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis
banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5 – 15 tahun.
Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada
usiadibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah
yang terisolasi atau daerahyang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan
kejadian parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun
sebesar 70% -80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-
lakilebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,
yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :
antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen
V yang berasal dari hemaglutinin permukaan. Virus ini aktif dalam lingkungan yang
kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan
cahaya ultraviolet selama 30 detik.
BAB II

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. J / Laki-laki / 6 tahun
b. Pendidikan/Pekerjaan : SD
c. Alamat : Muara Bulian

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah saudara : 4 saudara
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

 Riwayat imunisasi MMR (-).

 Keluarga tidak ada sakit seperti ini.

V. Keluhan Utama :
Mengeluh demam sejak + 3 hari sebelum datang ke Puskesmas.

VI. Keluhan Tambahan :


Bengkak di pipi+ 3 hari

VII. Riwayat Perjalanan Penyakit : (alloanamnesa dan autoanamnesa)


Pasien dibawa ibunya ke Puskesmas Muara Bulian dengan keluhan nyeri
pada bengkak di pipi kiri sejak + 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan bersamaan
dengan timbulnya bengkak di pipi kiri sejak + 3 hari yang lalu. Nyeri terutama
saat membuka mulut. Pasien mengeluh demam tinggi, demam turun setelah
pasien mengkonsumsi obat penurun panas yang dibeli di apotik. Keluhan pegal-
pegal otot juga dirasakan pasien. Tidak ada keluhan telinga berdenging, keluar
cairan dari telinga, pendengaran berkurang ataupun pusing berputar. Tidak ada
keluhan nyeri tenggorokan saat menelan. ± 1 minggu yang lalu teman sekolahnya
ada yang mengalami keluhan yang yang sama seperti pasien.

VIII. Riwayat Imunisasi


BCG :+ Campak :+
Polio :+ Hepatitis :+
DPT :+ Kesan : imunisasi lengkap

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tanda-tanda Vital
 Respirasi : 24 x/menit
 Nadi : 88 x/menit
 Suhu : 38⁰ C
 BB : 22 kg
 Tinggi badan : 115 cm
Berat badan ideal usia 6 tahun laki-laki = 21 kg
(21/22) x 100% = 95%
IMT = 22/1,152 = 16,9
Status gizi anak tersebut baik
Kepala : Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Daun telinga dan liang telinga tidak tampak
kelainan.
Membran timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -

Hidung : tidak ada kelainan


Tenggorokan :
Bibir : Mukosa bibir basah

Mulut : Mukosa mulut basah, bau mulut (-)


Gigi : Tidak ada karies

Lidah : Tidak ada ulcus, warna merah muda


Uvula : Bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)

Palatum mole : Ulkus (-), hiperemis (-)


Palatum durum : Ulkus (-), hiperemis (-)

Faring : Hiperemis (-)


Leher : teraba massa di regio anteroinferior auris sinistra,
nyeri tekan (+), perabaan hangat, warna lebih eritem
dibandingkan kulit sekitarnya, mobilitas (-).
Thorax : vesikuler N, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat
X. Diagnosis Kerja
Parotitis/Mumps B26 unilateral sinistra.

XI. Manajemen
a. Preventif :
 Imunisasi MMR
 Hindari kontak dengan pasien parotitis
b. Promotif :
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya,cara penularannya serta
komplikasinya.
c. Kuratif :
Nonmedikamentosa
 Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan mengatur pola makan
yang bergizi dan istirahat teratur.
 Banyak mengunyah, contoh mengunyah permen karet. Agar air liur
lebih banyak dikeluarkan sehingga kuman penyebab dapat keluar
bersama air liur.
Medikamentosa
 Parasetamol tablet 500 mg 3 x ½ tab sehari
 Vitamin B complex 3 x ½ tab sehari
 Vitamin C 3 x ½ tab sehari
d. Rehabilitatif
 Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat
pemulihan daya tahan tubuh.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).1-5

3.2 Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus
menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva,
dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada
menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar,
dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi,
terbatas pada kelompok yang berhubungan erat , yang hidup dalam rumah,
perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah. Ada penurunan insiden sejak
pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis
banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5 – 15 tahun.
Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada
usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah
yang terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan
kejadian parotitis pada usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun
sebesar 70% -80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-
laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.1-6
3.3 Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,
yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.4-8
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :
antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen
V yang berasal darihemaglutinin permukaan. Virus ini aktif dalam lingkungan yang
kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan
cahaya ultravioletselama 30 detik.4-8

3.4 Patogenesis
Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui
aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,
thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran
respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel
epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke
kelenjar ludah dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan
nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat
degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari
viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.5-8

3.5 Gejala Klinis


Masa inkubasi berkisar antara 14 - 21 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari
dan rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masainkubasi yaitu 8 sampi
30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarangtetapi mungkin bersama dengan
demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu
tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar
parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan
tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika
penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas
untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis
membengkak sampai kebelakang. Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya
puncaknya pada 1-3 hari dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu
setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga
keatas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit diataskelenjar
yang membengakak tidak hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda yang
ditemukan pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam
8-10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum
yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.6-8

3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit
kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan
pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan
perabaan , terlebih bila penderita makan atauminum sesuatu yang asam.7-8

2. Klinis
 Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C
 Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah pihak
disertai pembesaran
 Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksiadan rasa
malas.
 Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa
inkubasi 14-24 hari).
 Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif
sampai sakit berat.
 Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan
mastoid).5-8

3.7 Differensial Diagnosis


 Parotitis yang disebabkan oleh infeksi HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3
dan sitomegalovirus.
 Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik. Disebabkan oleh kelainan metabolik
dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan
sirosis.
 Pembesaran kelenjar parotis simptomatik Pembesaran kelenjar parotis akibat
operasi.
 Parotitis supuratif. Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari
duktus kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.
 Parotitis berulang. Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi
mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram
khas.
 Kalkulus salivarus. Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran
sub mandibularis, menyebabkan pembengkakan intermitten.
 Limfo sarkoma atau tumor parotis.
 Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck,
mononucleosis infeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis
kanalisauditorius eksterna.
 Reaksi obat. Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan
pembengkakan parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.
Parotitisiodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi
intravena.Obat anti hipertensi seperti guanetidin dapat
menyebabkan pembengkakan parotis.
 Sindroma Sjorgen. Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya
yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering
terjadi pada wanita pascamenopause5-8.

3.8 Pemeriksaan Laboratorium


 Darah rutin.
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang. 3-8
 Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung
dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu.3-8
 Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization
(NT) test3-8
 Pemeriksaan Virologi

3.9 Pengobatan3-8
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jal an bila : tidak ada komplikasi,
keadaan umum cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik - antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari
maksimum 2 g/hari, parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.

2. Penderita rawat inap.


Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepalahebat,
gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diit lunak, cair dan TKTP , Analgetik-
antipiretik, Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi.


a. Encephalitis- simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi
berguna untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis- istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik
kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4
hari.(1,4,6,8)
c. Pankreatitis dan ooporitis- Simptomatik saja.

3.10Komplikasi 1-6
1. Meningoensepalitis.
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan meningitis
sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain biasanya
normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang meninggi,
pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit meningkat, kadar
protein meninggi, glukosa dan cairan cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari
500 sel/mm walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya
hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus dimana
leukosit poli morfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa
setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigilmual, nyeri perut
bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi
dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan
kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan
ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri
dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4
hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas.
5. Pankreatitis
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pancreatitis akibat mumps.
Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga kadang
diagnosis dikelirukan dengan gastroenteritis. Pankreatitis ringan dan
asimptomatikmungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada akhir
minggu pertama.
6. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.
Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 harisesudah parotitis.Nefritis ringan dapat
terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan
pada ginjal.
7. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi
pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan
selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
8. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis. Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi
gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising
sistolik.(3,7)
9. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang
sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1sampai 2 minggu setelah
berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkenaadalah sendi besar khususnya
paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh
sempurna.
10. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya
bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai kekaburan ringan dengan
penyembuhan dalam 10 – 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia,
keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari;
skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ; trombosis vena sentral.
11. Embriopati parotitis
Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,
kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada
awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus

3.11 Prognosis5-8
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.
Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta
jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.

3.12Pencegahan 4-7
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secaraimunisasi
pasif dan imunisasi aktif.
1. Pasif.
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitisatau
mengurangi komplikasi.
2. Aktif.
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck,sharp and dohme)
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak
menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin
campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif
dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps”pada individu
yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.
Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahundan tidak
mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan polio myelitis atau
vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun
karena efek antibody maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila
diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan
vaksin“Mumps” dalam situasi ini.
BAB IV
ANALISA KASUS

Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga:


Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan 3 saudara pasien.

Hasil wawancara /pengamatan perilaku kesehatan:

Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien menderita sakit seperti ini setelah ±
1 minggu yang lalu kontak dengan penderita parotitis (teman sekolahnya).

Analisis pasien secara holistik


Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah

Pada anamnesis didapatkan keluhan utama demam sejak 3 hari sebelum


datang ke Puskesmas Muara Bulian.

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit

Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang


kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang
bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya
imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.
Pada pasien ini dari anamnesa didapatkan bahwa sebelumnya pasien ada
kontak dengan penderita parotitis dan pasien belum pernah mendapatkan imunisasi
MMR. Golongan umur yang terkena 5 – 15 tahun. Pada kasus ini pasien
berusia 6 tahun. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-
laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,
yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.
Pada pasien ini didiagnosa parotitis/mumps unilateral sinistra karena
berdasarkan anamnesa keluhan demam disertai bengkak pada pipi kiri dan nyeri,
Nyeri dirasakan terutama saat membuka mulut dan tidak disertai keluhan telinga yang
lainnya seperti pendengaran berkurang, telinga berdenging ataupun keluar cairan dari
telinga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa di regio anteroinferior auris
sinistra yang nyeri tekan, hangat pada perabaan, mobilisasi (-), warna lebih eritem
dibandingkan kulit sekitarnya.
Terapi yang diberikan bersifat simptomatik untuk mengurangi gejala, dengan
pemberian analgetik antipiretik. Diberikan juga vitamin B complex dan vitamin C
untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Parotitis disebabkan oleh virus
paromyxovirus, bersifat self limited. Tidak ada antivirus yang spesifik untuk
mengobati penyakit ini. Karena keluhan telah dirasakan lebih dari 2 hari maka
diberikan antibiotic sebagai profilaksis infeksi bakteri sekunder yang dapat terjadi
karena faktor resiko yaitu lingkungan rumah yang kurang bersih.
Untuk terapi tradisional dapat digunakan bunga sepatu cuci bersih sebanyak 30gr
daun bunga sepatu, lalu rebus dalam 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, saring rebusan
air tersebut minum 3x sehari.

Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada


keluarga:
1. Menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit yang diderita
merupakan penyakit peradangan pada kelenjar ludah dan penyakit ini
disebabkan oleh virus.
2. Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang
bercampur dengan saliva, dan urin.

Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:


 Imunisasi MMR
 Meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan mengatur pola makan
yang bergizi dan istirahat teratur.
 Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat
pemulihan daya tahan tubuh.
 Pasien agar minum air hangat, kompres air hangat pada bagian yang
bengkak dan banyak mengunyah, contohnya permen karet sehingga
membuka muara kelenjar parotis tersebut dapat meningkatkan
produksi air liur.
BAB V
KESIMPULAN
Parotitis adalah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah.
Biasa menyerang anak usia di bawah 15 tahun. Dengan gejala
pembengkakan kelenjar ludah. Pengobatan parotitis secara simtomatis
karena merupakan penyakit self-limited (sembuh/membaik sendiri).
Parotitis dapat di cegah dengan melakukan vaksinasi. Prognosis parotitis
adalah baik dan jarang berlanjut kronis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher, dkk. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:


EGC; 1992:2
2. Maldonado Y. Mumps. Dalam Behrman RE, Kliegman RM. Jenson HB.
Penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: WB Saunders
Company; 200. H.954-5
3. Gershon AA. Mumps. Dalam: Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, Penyunting.
Krugmans infectious disease of children. Philadelphia. Mosby; 2004.h 391-9
4. Niizuma T, Terada K, Kosaka Y, Daimon Y, Inoue M, Ogita S, dkk. Elevated
Serum C- reactive protein in mumps orchitis. Infect Dis J 2004; 23;296-6
5. Erwanto. 2011. Penatalaksanaan Mumps. Diunduh dari :
http://www.jacinetwork.org/index.php?option=com_content&view=article&id
=73:gondongan-mumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70 (15
Januari 2015)
6. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408-
0024.pdf (15 Januari 2015)
7. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps
(Epidemic Parotitis) dalam hand book of pediatric, Edisi XVI, Colorado,
1991, hal 442-4
8. Suprohaita, Arif M, Wardani. Parotitis epidemika dalam kapita selekta
kedokteran, Edisi III jilid II, media Aesculapius FKUI, Jakarta 2000. Hal 418-
19

Anda mungkin juga menyukai