A. Pendahuluan
Filsafat manusia merupakan bagian integral dari sistem filsafat, yang fokus
menyoroti hakikat atau esensi manusia. Ditinjau dari sudut pandang ontologis,
filsafat manusia memiliki kedudukan yang relatif lebih penting karena semua
cabang filsafat, yakni etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,
bermuara pada persoalan asasi berkenaan dengan esensi manusia. Adapun salah
satu pembahasan dalam filsafat manusia yang cukup mendapat perhatian dewasa
ini adalah fenomenologi.
1
Filsafat Manusia
atau percakapan. Bagi seorang fenomenolog, kisah seorang individu adalah lebih
penting dan bermakna daripada hipotesis ataupun aksioma. Seorang penganut
fenomenologi cenderung menentang segala sesuatu yang tidak dapat diamati.
Fenomenologi juga cenderung menentang naturalisme (biasa juga disebut
objektivisme atau positivisme). Hal demikian dikarenakan Fenomenolog
cenderung yakin bahwa suatu bukti atau fakta dapat diperoleh tidak hanya dari
dunia kultur dan natural, tetapi juga ideal, semisal angka, atau bahkan kesadaran
hidup.
Perlu diketahui bahwa di sini penulis hanya membahas beberapa hal dari
kehidupan Edmund Husserl. Pertama, riwayat hidupnya. Dalam mendalami
pemikirannya, tentu lebih utama kita harus tahu sedikit mengenai identitasnya.
2
Filsafat Manusia
Siapa dia, berasal dari mana, bagaimana latar belakang kehidupannya, dan
sebagainya. Dua, karya atau pemikiran utamanya. Untuk mengetahui
pemikirannya, perlulah kita mengerti terlebih dahulu tulisan-tulisan terpentingnya.
Tiga, pikiran-pikiran pokok. Tulisan ini difokuskan pada “pemikiran
fenomenologi menurut Edmund Husserl”. Hal itu karena, ia tokoh pertama selaku
pendiri aliran ini. Ia mempengaruhi filsafat abad XX secara mendalam sampai
pada penemuan akan analisa struktur intensi dari tindakan-tindakan mental dan
sebagaimana struktur ini terarah pada obyek real dan ideal.
Secara material penulisan karya ini memiliki tujuan yang mendasar, yaitu
sebagai pembuka cakrawala pengetahuan filsafat pada umumnya dan
fenomenologi pada khususnya, mengingat pengetahuan filsafat merupakan
pengetahuan yang memerlukan energi yang cukup untuk mempelajarinya, hingga
mampu masuk ke “relung” terdalam dari ranah filsafat.
B. Riwayat Hidup
3
Filsafat Manusia
alami dan tampak pada kita merupakan hasil kegiatan yang bermacam-macam dan
runtutan konsep kesadaran manusia serta bersifat relatif terhadap budaya dan
sejarah. Husserl menolak pandangan Hegel mengenai relativisme fenomena
budaya dan sejarah, namun dia menerima konsep formal fenomenologi Hegel
serta menjadikannya prinsip dasar untuk perkembangan semua tipe
fenomenologi : fenomenologi pengalaman adalah apa yang dihasilkan oleh
kegiatan dan susunan kesadaran kita.
Ia adalah seorang ahli ilmu pasti dan profesor Filsafat dari Universitas
Freiburg di Breisgau (Jerman Selatan) kira-kira satu abad yang lalu, lahir di
Prestejov (dahulu Prossnitz) di Czechoslovakia 8 April 1859 dari keluarga
Yahudi. Di universitas ia belajar ilmu alam, ilmu falak, matematika, dan filsafat;
mula-mula di Leipzig kemudian juga di Berlin dan Wina. Di Wina ia tertarik pada
filsafat dari Brentano. Dia mengajar di Universitas Halle dari tahun 1886-1901,
kemudian di Gottingen sampai tahun 1916 dan akhirnya di Freiburg. Ia juga
sebagai dosen tamu di Berlin, London, Paris, dan Amsterdam, dan Prahara.
Husserl terkenal dengan metode yang diciptakan olehnya yakni metode
“Fenomenologi” yang oleh murid-muridnya diperkembangkan lebih lanjut.
Husserl meninggal tahun 1938 di Freiburg. Untuk menyelamatkan warisan
intelektualnya dari kaum Nazi, semua buku dan catatannya dibawa ke Universitas
Leuven di Belgia1
C. Tulisan-Tulisan Terpenting
4
Filsafat Manusia
D. Pikiran-Pikiran Pokok
1. Fenomenologi
5
Filsafat Manusia
pengertian umum dan dikenal dalam berbagai susunan. Sedangkan kata fenomena
berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai” yang berarti menampak, dan
terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya.
Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena bercahaya. Dalam
bahasa kita berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau
sesuatu yang menampakkan.
6
Filsafat Manusia
Gramedia, 2005, hlm.957. Rigoris merupakan suatu sikap pikiran di mana dalam
pertentangan pendapat mengenai boleh tidaknya suatu tindakan, bersikeras
mempertahankan pandangan yang sempit dan ketat.
7
Filsafat Manusia
2. Intensionalitas
Salah satu hal yang muncul sebagai hasil fenomenologi Husserl ialah
perhatian baru untuk intensionalitas kesadaran.5 Kesadaran kita tidak dapat
dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya ada kesadaran memang
diandaikan tiga hal, yaitu bahwa ada suatu subyek yang terbuka untuk obyek-
obyek yang ada. Fakta bahwa kesadaran selalu terarah kepada obyek-obyek
disebut intensionalitas (dari kata “intendere” artinya “menuju ke”). Kiranya tidak
tepat mengatakan bahwa kesadaran mempunyai “intensionalitas”, karena
kesadaran itu justru intensionalitas. Entah kita sungguh-sungguh melihat suatu
pemandangan itu, bila kita masih menyadari perbedaan antara kedua
kemungkinan ini maka kita tetap menyadari sesuatu. Kesadaran tidak pernah pasif
melulu. Karena menyadari sesuatu berarti mengubah sesuatu. Hal yang disadari
8
Filsafat Manusia
dijadikan sesuatu yang ada bagi saya. Kesadaran itu bukan berarti suatu cermin
atau foto. Kesadaran itu suatu tindakan. Artinya terdapat interaksi antara tindakan
kesadaran dengan obyek kesadaran. Namun interaksi ini tidak boleh dianggap
sebagai kerjasama antara dua unsur yang sama penting. Karena akhirnya, hanya
ada kesadaran, obyek yang disadari itu hanyalah suatu ciptaan kesadaran.
9
Filsafat Manusia
E. Relevansi
Dalam tulisan ini, penulis menghimbau kepada kita yang hadir di sini;
supaya dalam melihat, merasakan (mengalami) setiap fenomena-fenomena dalam
hidup, selalu bertitik berangkat dari pemikiran fenomenologi, di mana kita perlu
kembali kepada benda-benda itu sendiri. Jelas bahwa yang dimaksud ialah
membiarkan obyek-obyek itu menampilkan seperti dirinya sendiri. Dengan
demikian kita akan menjadi “pewaris” pemikiran Husserl dan juga kita akan
dibawa kepada suatu referensi yang mendalam dari luasnya panorama-panorama
10
Filsafat Manusia
F. Kesimpulan
11
Filsafat Manusia
Daftar Pustaka
Gahral Adian, Donny. Percik Pemikiran Kontemporer (sebuah Pengantar
Delfgaauw, Bernard. Filsafat Abad XX. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1988.
Team Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Baru). Jakarta:
12