PENDAHULUAN
C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang psikologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam dua buku yang berbeda.
Buku Utama
1. Judul : Psikologi Pendidikan
2. Pengarang : Prof. Dr. H. Djaali
3. Penerbit : Bumi Aksara
4. Kota terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : 2012
6. ISBN : 979-010-002-7
Buku Pembanding
1
2. Pengarang : Sri Milfayetty, Rahmulyani, Anita Yus, Edidon Hutasuhut, Nur’aini
3. Penerbit : PPs Unimed
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun Terbit : 2018
6. ISBN : 978-602-8207-18-8
2
BAB II
BAB I
KEPRIBADIAN DALAM PENDIDIKAN
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi 2 aspek, yakni aspek kemampuan dan aspek
kepribadian. Aspek kemampuan meliputi prestasi belajar, inteligensia, dan bakat; sedangkan
aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap dan motivasi.
A. Pengertian Umum
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona berarti topeng, yakni alat untuk
menyembunyikan identitas diri. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa ingris
person, atau persona dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perorangan, diri manusia
atau diri orang sendiri. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pribadi adalah “aku yang sejati”
dan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu.
Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri orang.
2. Trait Theory
3
Tokohnya Gordon Allport dan R.B.Cattell. mereka mandefenisikan watak sebagai
susunan neuropsychic yang mempunyai kemampuan memberikan banyak rangsangan
pada fungsi yang sederajat dan mengarahkan bentuk dan pengungkapan perilaku.
3. Psychoanalysis Theory
Tokohnya adalah Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian manusia
adalah pertarungan antara id, ego, dan super ego.
4. Phenomenology Theory
Tokohnya adalah Abraham Moslow dan Carl Rogers. Berbeda dengan teori
psikoanalistis yang menekankan pada masalah perkembangan , ketidaksadaran, teori ini
lebih menekankan pada masalah persepsi, pengertian, perasaan dan pengertian akan diri
sendiri.
4
Anak-anak awal 4-5 Inisiatif >< merasa bersalah
Ketekunan >< rasa rendah
Anak-anak pertengahan 6-11
diri
Membuktikan kemampuan
Masa puber 12-20
>< kekacauan peran
Dewasa awal 12-40 Kekariban >< pengasingan
Menyamaratakan >< Tidak
Dewasa Pertengahan 30-65
aktif
Menggabungkan >< putus
Dewasa lanjut Di atas 65
asa
3. Algyris
Chris Algyris meyakini bahwa orang yang sehat mencoba mendapatkan atau menuntut
situasi yang menawarkan otonomi, perlakuan yang sama, dan kesempatan untuk
menonjolkan kemampuannya dalam masalah yang rumit. Kesempatan itu cenderung
bergerak dari ketidakmatangan menuju kematangan dari :
a. Keadaan pasif ke pengembangan aktif;
b. Ketergantungan ke kemandirian;
c. Sejumlah rata-rata berkelakuan baik ke alternative pilihan yang jelas;
d. Minat yang dangkal atau sederhana ke minat yang penting atau bermanfaat;
e. Perspektif waktu yang singkat ke perspektif waktu yang lebih leluasa;
f. Posisi subordinasi ke cara memandang dirinya sebagai superordinat;
g. Miskinnya kesadaran terhadap dirinya ke kesadaran tentang dirinya.
4. Sheehy
Perkembangan orang dewasa ditempuh melalui lima tahap krisis sebagai berikut:
5
e. Renewal or regisnation
5. Sheldon
Menurut Sheldon, manusia dilihat dari segi morphology dapat dibedakan menjadi hal-
hal berikut:
a. Endomorph, dengan ciri-ciri gemuk, suka makan, lamban bereaksi, dan suka
berteman
b. Mesomorph, dengan ciri-ciri atletis, agresif, dan suka hal-hal yang menantang
c. Ectomorph, dengan ciri-ciri kurus, cepat dalam bereaksi, dan suka hal-hal yang
bersifat privacy.
Menurut Carl Gustav Jung, kepribadian dalam individu dapat dibedakan antara dua sisi
yang introvert serta extrovert. Pada diri individu yang introvert umumnya memiliki sifat-
sifat cenderung menarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati
dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara social. Individu yang extrovert,
pada umumnya memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan
terbuka secara social, berinat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam menghadapi
pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok.
7. Eric Berne
Eric Berne memperkenalkan suatu metode untuk menganalisis kepribadian sesseorang
dengan melihat tigkah laku mereka yang dominan pada suatu saat, dan bila ini menjadi
kebiasaan yang terus-menerus dapat dikatakan manusia memiliki kecenderungan tipe
kepribadian tertentu. Dalam cara berpikir dan berperilaku, dalam oerasaan dan cara
menghadapi kenyataan hidup ternyata terdapat beberapa corak yang berbeda, sehingga
didapat konsep ego state yang menampakkan kepribadian seseorang. Berne membedakan
ego state manusia dalam tiga tipe kepribadian yang berbeda, yakni kanak-kanak (child),
orangtua (parents), dan dewasa (adults).
6
D. Faktor Penentu Perubahan Kepribadian
Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil dari
pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan faktor-faktor dari
individu.
1. Pengalaman awal
2. Pengaruh budaya
3. Kondisi fisik
4. Daya tarik
5. Inteligensi
6. Emosi
7. Nama
8. Keberhasilan dan kegagalan
9. Penerimaan sosial
10. Pengaruh keluarga
11. Perubahan fisik
BAB II
Konsep pertumbuhan dan perkembangan menjadi sumber penting untuk menjelaskan aspek
psikologi pembelajaran.Untuk itu dalam bab ini duraikan terlebih dahulu tentang konsep
pertumbuhan baik secara pribadi,kelompok,maupun sebagai pribadi yang
kompleks.Uraian berikutnya adalah tentang konsep perkembangan yangmeliputi bagaimana
prinsip dan hukum-hukum perkembangan dan konsep yang lebih penting lagi dalam konteks
pendidikan adalah tahap perkembangan pribadi manusia,serta secara mendalam diuraikan
tentang tugas perkembangan itu sendiri.Dalam konteks inilah dikaji tentang peran teori
perkembangan dalam pendidikan anak dari masa kecil sampai dengan dewasa.Setelah
mengetahui konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam pendidikan,maka
diperlukan aksentuasi proses dalam berpendidikan. Bentuk aksentuasi tersebut antara lain dalam
hal emosi,perkembangan interaksi soaial,dan pembentukan karakter sebagai manusia.
7
BAB III
A. Pengertian Emosi
Menurut Kaplan dan Saddock,emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks yang
mengandung komponen kejiwaan,badan,dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan
mood.Affect merupakan eksperesi sebagai tampak oleh orang lain dan affect dapat bervariasi
sebagai respon terhadap perubahan emosi,sedangkan mood adalah suatu perasaan yang
meluas,meresapa dan terus-menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh indidvidu
dan juga dilihat oleh orang lain.
B. Timbulnya Emosi
Intesitas dan lamanya respon emosional sangat ditentukan oleh kondisi fisik dan mental
dari indidvidu itu sendiri,juga faktor lain yang sangat menentukan adalah stimulus itu
sendiri.dapat dikatakan bahwa emosi akan berlangsung terus selama stimulusnya ada dan
yang menyertainya masih aktif.
Jenis perubahan secara fisik dapat dengan mudah kita amati pada diri seseorang selama
tingkah lakunya dipengaruhi emosi,misalnya dalam keadaan marah,cemburu,bingung dan
lain-lain.Adapun secara fisiologis perubahan yang terjadi tidak tampak dari luar,biasanya
dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes diagosis dari para ahli ilmu jiwa.
b. Fase Selanjutnya
8
Perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin lama semakin halus dalam
mengekspresikan sampai masa remaja.Peralihan ekspresi emosi yang tadinya kasar,karena
terpengaruh latihan dan kontrol,berangsur-angsur tingkah laku emosionalnya berubah.
c. Perkembangan Akhir
Pada akhirnya dia akan mencapai kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya
sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya.Semakin dewasa,ia akan semakin dapat
mengungkapkan dengan jelas emosinya.
a. Takut
Rasa takut pada permulaan masa anak-anak itu berpengaruh kuat pada perkembangan
kepribadian individu.akan tetapi,setelah anak tumbuh dewasa ia dapat menekan secara
bertahap rasa takutnya .Rasa takut juga dapat berguna sebagai tindakan preventif agar
risisko atau kerusakan dapat dihindari.
b. Marah
Nilai marah adalah beberapa nilai atau manfaat yang diberikan oleh rasa marah,karena
kemarahan dapat digunakan sebagai serangan balik dalam usahanya mengatasi rasa
takut.Dengan menggunakan kemarahannya seseorang dapat dikejutkan dan dibangkitkan
dari kemalasannya.Kontrol atas kemarahannnya dilakukan dengan cara mengalihka stimulus
sumber kemarahan.
c. Afeksi
Ternyata selama perkembangan menuju dewasa,rasa kasih sayang dari orang lain untuk
mendatangkan rasa aman tetap dibutuhkan.Dengan demikian,sadarlah dia bahwa
kehadirannya memang disukai atau diinginkan.
d. Simpati
Kemampuan menyatakan simpati ini tidak datang secara almiah,tetapi memerluka proses
latihan yang lama alam kesadaran sosial.Semakin sama pengalaman seorang simpatisan
terhadap orang yang disimpatikan,maka akan semakin perasaan yang lebih jelas.
9
E. Fungsi Emosi dalam Kehidupan
Tekanan emosional juga seringkali disebabkan oleh apa yang dikerjakan tidak sesuai
atau bahkan bertentangan dengan minatnya.
b. Kematangan Emosional
Sikap adalah keadaan dimana selalu ada kesiapan untuk bertindak.sikap merupakan hasil
akumulasi dari pengalaman yang mempengarhi kehidupandalam kegiatan langsung.
BAB IV
TEORI KOGNITIF
A. Pendahuluan
Psikologi kognitif mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-19, yaitu dengan lahirnya teori
belajar gestalt, dan salah satu tokoh psikologi gestalt adalah Mex Werteimer, dimana meneliti
pengamatan dan problem solving.kemudian dilanjutkan oleh Kurt Kaffka yang mencoba untuk
menguraikan secara teperinci hukum-hukum pengamatan.Tokoh yang lain adalah Wolfgang
Kohler yang meneliti tentang insight pada simpanse. Hasil penelitian tokoh tersebut telah
memunculkan ‘psikologi gestalt’’ yang mengutamakan pembahasan pada masalah konfigurasi
struktur, dan pemetaan dalam pengalaman.
B. Inteligensia
Perkataan inteligensi berasal dari kata intelligere yang berarti menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain. Menurut Stern, inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan
keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Menurut Piaget,
inteligensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
1) Fase motivasi:anak sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.
10
2) Fase konsentrasi:anak khusus memperhatikan unsur yang relevan,sehingga terbentuk pola
perseptual tertentu.
3) Fase mengolah: anak menahan informasi dan mengolah informasi untuk diambil maknanya.
4) Fase menyimpan: anak menyimpan informasi yang telah diolah ke dalam ingatan.
5) Fase menggali 1:anak menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan yang tersimpan
6) Fase menggali 2: anak menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan mereka dan
7) Fase prestasi: informasi yang telah disimpan digali kembali untuk memberikan prestasi
mereka.
C. Perkembangan Inteligensi
1. Fase motivasi: untuk mendapat motivasi siswa harus memeras otaknya sendiri.
memerlukan pengamatan.
3. Fase pengolahan: anak harus menggali dari ingatannya terhadap siasat yang pernah
a. Tahap Sensorik-Motorik
11
seseorang terjadi dari interaksi sosial dengan lingkungan (asimilasi dan
akomodasi).perilaku sensorik-motorik menjadi tambah berbeda,sehingga konstruksi dan
perilaku progresif termasuk dalam kategori perilaku intensional.Bayi berkembang
means-end,perilaku pemecahan masalah.
Selama tahap praoperasional (2-7 tahun), perilaku intelektual bergerak dari tingkat
sensorik-motorik menuju ke tingkat konseptual.pada tahap ini terjadi perkembangan
yang cepat dari keterampilan representasional termasuk didalamnya kemakpuan
berbahasa, yang menyertai perkembangan konseptual secara cepat dari proses ini.\
Selama tahap operasional formal (11-15 tahun), struktur kognitif menjadi matang
secara kualitas, anak mulai dapat menerapkan operasi secara konkret untuk semua
masalah yang dihadapi di dalam kelas. Anak dapat menerapkan berpikir dari masalah
hipotesis yang berkaitan dengan masa yang akan datang.
Untuk mengukur tingkat kecerdasan anak, dapat digunakan tes IQ (Intelligence Quotient)
misalnya dari Binet Simon. Dari hasil Binet Simon, dibuatlah penggolongan inteligensi
sebagai berikut:
2) Gifted >130;
3) Superior >120;
4) Normal 90-110;
5) Debil 60-79;
6) Imbesil 40-55;
12
7) Idiot >30.
Teori faktor berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yaitu terdiri atas dua
faktor utama, yakni’’g’’(general) yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki
oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu,dan faktor’’s’’(specific) yang mencakup
berbagai faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu.
13
Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan
berbagai bidang pengalaman dan sebagian terkuasai oleh pikiran manusia.
8.Entity Theory
Menurut teori ini, inteligensi atau kecerdasan adalah kesatuan yang tetap dan tidak
berubah-ubah.
9.Incremental Theory
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan inteligensi/kecerdasannya melalui
belajar.
1) Faktor pembawaan, dimana faktor ini di tentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
2) Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada
3) Faktor pembentukan, di masa pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
4) Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan.
5) Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
14
medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang di sebut life space.Perubahan struktur
kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan.
1) Struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang;
2) Isi atau content ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi suatu
masalah;
3) Fungsi atau function adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektual.
Sebuah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi
15
BAB V
PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
A. Pendahuluan
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan massalah penting dalam
psikologi pendidikan. Perilaku sebelum menguasai atau memahami merupakan objek
pengamatan dari kelompok behavioris. Salah satu fungsi psikologi pendidikan adalah dasar
perilaku manusia.
Psikologi behavioristik merupakan salah satu dari tiga aliran psikologi pendidikan yang
tumbuh dan berkembang secara beruntun dai period eke periode. Dalam perkembangan aliran
psikologi tersebut bermunculan teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua
teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori belajar, yaitu teori belajar
conditioning dan teori belajar connectionism.
a. Ivan Pavlov
Pavlov berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
penguatan dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada
masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka
merupakan hasil belajar.
b. John B.Watson
Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadi refleks atau respons
bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut teori conditioning, belajar merupakan suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan
reaksi.
16
Teori ini mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk mengubah kebiasaan
yang kurang baik berdasarkan teoi conditioning ini. Tingkah laku manusia secara
keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang terdiri atas unit-unit.
Menurut teori ini, proses belajar melalui proses trial and error (mencoba-coba dan
megalami kegagalan), dan law of effect: merupakan segala tingkah laku yang berakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari
dengan sebaik-baiknya.
5. Teori Bandura
Menurut A. Bandura, belajar itu lebih dari sekedar perubahan perilaku. Belajar
adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut
(teori kognitif social). Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar
dalam situasi alami.
6. Classical Conditioning
7. Teori Conditioning
17
8. Operant conditioning
1. Kesehatan
2. Inteligensi
4. Cara belajar
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Lingkungan sekitar
BAB VI
A. Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas sebaik-baknya
berdasarkan standar keunggulan.
18
1. Motivasi Berprestasi
Dalam perjalanan hidupnya, tiap orang akan banyak mengalami peristiwa, dimana
harapannya tidak selamanya terpenuhi. Hal ini mengakibatkan adanya berbagai kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan, dan oleh karena itu dalam diri seseorang akan terdapat
berbagai primary affect yang merupakan sumber berbagai motif. Ia juga akan banyak
mengalami peristiwa, dimana berbagai isyarat menyertai berbagai situasi afeksi dalam dirinya.
Ini berarti, dalam proses perkembangannya ia mempelajari (dan demikian akan memperoleh)
berbagai motif.
2. Pengertian Achievment
Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expectation). Harapan
seseorang terbentuk melalui belajar dalam lingkungannya. Oleh karena itulah motivasi
berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya yang mengacu
kepada standar keunggulan.
3. Karakteristik individu yang motivasi berprestasinya tinggi
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggungjawab pribadi atas hasil-hasilnya
dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.
2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai
atau terlalu besar resikonya
3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan
nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya
4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain
5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik
6. Tidak tergugah untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia
akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambing prestasi, suatu ukuran
keberhasilan.
4. Motivasi berprestasi dan prestasi belajar
Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi yang akademis
apabila:
1. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil;
2. Tugas-tugas di dalam kelas cukup member tantangan, tidak perlumudah tetapi juga tidak
terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.
19
5. Penerapan di bidang administrasi pendidikan
a. Motivasi berkarier
1. Menyukai situasi kerja yang menuntut tanggung jaawab pribadi, sebagai tantangan
untuk maju;
umpan balik;
b. Motivasi pelayanan
5. Tidak hanya menunaikan pekerjaan saja, tetapi juga melibatkan rasa cita dan bangga
serta memberikan pengalaman positif kepada konsumen.
c. Motivasi kerja
2. Mencari situasi dimana pekerja memperoleh umpan balik dengan segera baik dari
20
3. Senang bekerja sendiri, sehingga kemampuan diri dapat dikedepankan;
B. Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk betindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan
tindakan nyata melainkan masih bersifat tertutup. Adapun belajar menunjuk kepada suatu
cabang belajar yaitu belajar dalam arti sempit, khusus untuk mendapatkan pengetahuan
akademik. Belajar menurut Morgan dkk. merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relative
tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Sikap belajar ikut berperan dalam menemukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang
positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama,
siswayang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negative.
Di sini akan diberikan tiga contoh variabel bidang administrasi pendidikan yang berkaitan
dengan konsep/variabel sikap, yaitu:
21
1. Sikap social di lingkungan kerja,
3. Sikap kerja.
C. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh keudian.
D. Kebiasaan Belajar
1. Pengertian
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri
siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan
waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
Mengenai cara belajar yang efisien, belum menjamin keberhasilan dalam belajar.
Yang paling penting, siswa mempraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-
kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.
22
E. Konsep Diri
1. Pengertian
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa
yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta
bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Konsep diri terbentuk
karena empat faktor, yaitu: kemampuan, perasaan mempunyai arti bagi orang lain,
kebajikan, dan kekuatan.
Konsep diri dari mahasiswa yang baik-baik ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X (1960-2000) ke
generasi C atau Gen – C mulai tahun 2000 hingga sekarang. Generasi X ciri khasnya
berpendidikan tinggi, aktif, menjunjung keluarga. Generasi Y, ciri khasnya adalah suka
menunda kedewasaan dan terlalu dkat dengan orang tua. Generasi C mewakili generasi yang
selalu clicking, connected, communicating, content-centric, computerized dan community-
centric.
Perubahan generasi ini memaksa pendidikan untuk memahami dengan terbuka potensi
keunikan generasi C ini. Keunggulannya perlu diminati dengan seksama sekaligus
23
keterbatasannya sehingga dapat dirancang pola pendidikan yang relevan. Oleh karena itu
pendidik perlu fokus pada kekuatan dan keterbatasan dan menyiasatinya dengan hal-hal yang
tidak produktif yang menjadi kelemahannya.
Para pendidik perlu menerapkan kepemmpinan transparan, tidak anti kritik dan membangun
hubungan yang setara. Mereka perlu dibantu untuk menyeimbangkan antara komunitas online
dan offline sehingga mereka dapat menyambungkan realitas dan problematika sosial dunia nyata
dengan kemahiran mereka mengomunikasikan masalah dan mencari solusinya di dunia maya
dan mengembalikannya ke bumi.
BAB II
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku. Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Namun defenisi psikologi
pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, ilmu yang
mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap peserta didik. Pemolaan ini
dapat berlangsung secara sistematis dan tidak sistematis. Pembelajaran yang dilakukan di
sekolah merupakan salah satu bentuk pemolaan pengaruh yang sistematis. Agar pemolaan ini
efektif maka pendidik perlu memiliki kecakapan dalam psikologi pendidikan.
24
Psikologi pendidikan pertama kali dikemukakan oleh William James. Tak lama setelah
meluncurkan buku ajar psikologinya yamg pertama, principles of psychology (1890), william
james (1842-1910) memberikan serangkaina kuliah yang bertajuk “Talk to Teacher”(james,
1899/1993). Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologiuntuk mendidik anak.
Tujuan psikologi pendidikan adalah umtuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan
pembelajaran. Defenisi lain mengatakan bahwa psikologi pendidikan mengembangkan
pengetahuan dan metode umtuk mempelajari proses belajar mengajar pada situasi keseharian.
Santrok (2007) mendefenisikan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang
mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan
pendidikan.
Mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pandidikan yang benar, kuat dan bermakna
besar. Keberhasilan pendidikan ditandai dengan kualitas manusia terdidik yang tidak hanya
mengetahui yang benar tetapi juga bertindak mulia. Semua orang harus bertanggung jawab
membuat lintasan menuju masa depan dirinya sendiri dan secara kolektif bersama orang lain
untuk masa depan bangsa dan seluruh umat manusia.
Psikologi pendidikan sebagai cabang psikologi yang memfokuskan diri pada pemahaman
proses belajar mengajar di dalam lingkungan pendidikan akan membantu pendidik dalam
melaksanakan tugas mendidik, terutama dalam pemanfaatan riset-riset yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Demilian juga halnya, mendidik adalah sains dan seni sehingga pemahaman tentang
psikologi pendidikan akan membantu pendidik secara luwes dalam menghadapi beribu
persoalan yang terjadi di dalam kelas. Pengkajian psikologi pendidikan akan membantu guru
menjadi pendidik yang dapat membantu peserta didiknya menemukan kebenaran dan sekaligus
mampu bertindak mulia.
BAB III
BELAJAR
Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Sebelum belajar seseorang mungkin
25
tidak memiliki pengetahuan tertentu akan tetapi setelah belajar memilikinya. Pengetahuan
seseorng tentang sesuatu sangat dangkal akan tetapi setelah belajar berubah menjadi lebih
nyaman.
Proses belajar berlangsung secara internal. Proses ini diibaratkan seperti menyebrangi jurang
dari tebing yang satu ke tebing yang lain. Seseorang memerlukan jembatan untuk
menyebranginya. Seseorang yang belajar berarti sedang membangun jembatan. Selama proses
tersebut berlangsung, berbagai persoalan yang dapat menghambat pekerjaan tersebut. Namun
dengan usaha dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, pada akhirnya jembatan
dapat diselesaikan.
a. Belajar vs Kematangan
Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya. Namun tidak
semua perubahan ini disebabkan proses belajar, melainkan ada juga yang disebabkan
kematangan (maturation). Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika
berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu.
b. Otak belajar
Kendali seluruh syarafyang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam
belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga mengembangkan otak.
Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 milyar sel. Setiap sel siap dikembangkan
untuk memproses berbagai informasi. Perkembangan sel otak ini mengikuti sistem yang
kompleks. Jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja.
c. Perkembangan dan belajar
1. Perkembangan kognitif dan belajar
Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berfikir.
Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan kognitif adalah piaget.
Skema adalah konsep kerangka kognitif atau karangka referensi yang ada di dalam
pikiran seseorang yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi.
2. Perkembangan bahasa dan belajar
Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuklisan, tulisan atau simbol. Semua
bahasa manusia mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaks dan pragmatis. Noan
Chomsky (1957) mengemukakan bahwa manusia cenderung mempelajari bahasa pada
waktu tertentu dengan cara tertentu.
26
3. Perkembangan sosial dan belajar
Perkembangan social mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks
membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Termasuk di
dalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negative seperti agressifitas
dan kekerasan. Perkembangan sosial yang sangat relevan dibahas di dalam konteks
sosial adalah perubahan konsep diri dan dalam konteks hubungan antara guru dan
peserta didik, perubahan kebutuhan dasar dan motif personal, perubahan pada sense
tentang hubungan dan tanggungjawab.
4. Perkembangan diri
Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan pada berbagai macam
situasi. Pada diri remaja proses perkembangan konsep dapat berlangsung pada saat
mempertanyakan hasil kerjanya.
5. Perkembangan moral
Sejalan denagan perkembangan Theory of Mind and intensi pada anak, maka
berkembang juga didalam diri mereka perkembangan perasaan benar dan salah. Hal ini
berhubungan dengan penalaran moral yaitu pikiran tentang benar dan salah serta
konstruksi aktif pertimbangan moral.
BAB IV
KARAKTERISTIK BELAJAR
A. Intelegensi
Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan
intelegensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan
27
kemampuan mengkritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Pada tahun 1916 Lewis
Medison mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir abstrak.
Istilah intelegensi diperkenalkan sejak tahun 1912 oleh William Stern (Jerman),
kemudian tahun 1916 oleh Lewis Madison dan sejak saat ini IQ resmi digunakan. Ketika
paqzertama kali digunakan perhitungan IQ digunakan dengan rumus.
TABEL 4.1: KLASIFIKASI IQ
IQ Klasifikasi
150-169 Sangat Superior
120-149 Superior
110-119 Rata-rata tinggi
90-109 Rata-rata normal
80-89 Rata-rata rendah
70-79 Batas lemah
30-69 Lemah mental
B. Gaya Belajar
Dalam konteks belajar, setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih sensitif pada
salah satu indranya. Individu dapat digolongkan atas lima tipe pengamatan yaitu visual,
auditif, taktil, gustatif, dan olfaktoris. Pada pembahasan selanjutnya tipe-tipe belajar ini
dikelompokan atas tiga kelompok yaitu visual, auditorial, kinestetik ( taktil, gustatif, dan
olfaktoris) dan hal ini disingkat dengan VAK. Gaya belajar da,mpak dikelompokan atas dua
elemen yang mempengaruhinya. Pertama adalah gaya belajar independendan yang kedua
adlah gaya belajar tergantung. Gaya belajar idependen membutuhkan situasi yang tenang
dan tak mau diganggu suara sedikit pun sedangkan gaya belajar tergantung per;u ditemani
radio atau lagu-lagu ketika belajar.
Gaya belajar ini mengacu pada cara siswa dalam belajar. Menurut Woolfolk cara yang
konsisten yang dilakukan oleh seseorang mencakup informasi, cara mengingat, berfikir,
mengelolah informasi dan memecahkan persoalannya. Seseorang yang bergaya belajar
independen (field independet) adalah yang berusaha membebaskan diri dari lingkungannya
pada saat dia belajar atau pada saat dia membbuat keputusan tentang suatu hal. Sedangkan
gaya belajar bergantung adalah dipengaruhi lingkungan, banyak bergantung dipendidikan
sewaktu kecil dididik untuk selalu memperhatikan orang lain, mengingat hal-hal dalam
28
konteks sosial yang luas, memerlukan petunjuk yang leih banyak untuk memahami sesuatu
yang lebih peka akan kritik dan perlu medapat dorongan.
C. Gaya Berpikir
Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya implusif, refleksif mendalam dan dangkal.
Gaya yang reflektif dan implusif disebut sebagai tempo konseptual. Maksudnya,
kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam memberi respon dan
merenungkan akurasi jawaban.
Prinsip pendidikan menekankan bahwa semua berhak mendapat pelayan yang bermutu
dan tidak boleh tertinggal dari lainnya menjadi alasan kuat mengapa perbedaaan individu
perlu diperhatikan di dalam pendidikan. Selain perbedaan ini juga guru juga perlu
memperhatiksn kebutuhan belajar terutama yang berkebutuhan khusus seperti gangguan
indra, gangguan bicara, gangguan fisik, keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar,
dan sosial seta yang berbakat.
BAB V
BAB VI
MODEL PEMBELAJARAN
29
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran dapat dikelompokan model
interaksi sosial, model pengpolahan informasi, model persona humanistik dan model modifikasi
tinghkah laku. Pembelajaran yang diimplementasikan pada kurikulum tingakat satuan
pendidikan adalah model pengajaran langsung, pemeblajaran kooperatif, pengajaran berbasis
masalah dan strategi-strategi pembelajaran. Semua model ini didasarkan pada teori teori belajar
dan pembelajaran.
BAB VII
MOTIVASI BELAJAR
Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi energi, arah dan mempertahankan
perilaku. Pendekatan behavior menekankan pemberian motivasi secara eksternal berdasarkan
imbalan dan hukuman. Dalam perspektif humanistik menekankan pada pertumbuhan personal
sehingga motivasi bersumber secara internal. Pendekatan kognitif memfokuskan perhatian pada
mendapatkan sesuatu ,atribusi dan keyakinan seseorang untuk mengendalikan lingkungan
secara efektif untuk dapat mencapai tujuan mereka. Guru perlu memperhatikan adanya
pengaruh sel determination, pencapaian tujuan, ekspestasi x nilai di dalam motivasi siswa.
Guru perlu memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Penting
untuk diperhatikan agar pemberian reinforcement tidak membuat siswa tergantung, akan tetapi
justru menumbuhkan motivasi internal di dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang
baik.
BAB VIII
DISAIN PEMBELAJARAN
30
lain dilakukan dengan problem baselearning, discoverylearning, esentialquestion, pemanfaatan
teknologi dalam pembelajaran.
BAB IX
PENILAIAN
Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan informasi dalam rangka penentuan nilai
kepada sesuatu atau objek termasuk program pendidikan berdasarkan suatu kriteria tertentu. Di
samping evaluasi dikenal juga asesmenyang sering disebut juga sebagai penilaian. Asesmen
merupakan proses pengumpulan i formasi yang memungkinkan guru dapat mendeskripsi
perkembangan hasil belajar yanh dicapai siswa/anak secara menyeluruh dengan menggunakan
berbagai cara. Tes merupakan instrumen yang digunakan dalam melakukan evaluasi atau
asesmen. Pengukuran juga digunakan dalam rangka pengumpulan data untuk melakukan
evaluasi atau asesmen. Penguluran merupakan instrumen pengumpulan data kognitif atau
sesuatu atau objek.
1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan
3) Tahap penilaian
31
Portofolio penilaian dikembangkan melalui tahapan:
1) Merumuskan tujuan
2) Menentukan format
3) Memilih sistem penyimpanan
4) Mengidentifikasi komponen portofolio
5) Mengumpulkan dan menyusun karya
6) Menyusun penilaian portofolio
1) Adanya tujuan yang jelas dan dapat mencakup lebih dari satu ranah
2) Kualitas hasil (outcome)
3) Bukti buktioutentik dari pembelajranyang mencerminkan dunia nyata dan bersifat
multisumber
4) Kerja sama anak dengan anak, anak dengan guru
5) Penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multi aspek
6) Adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri
7) Perpaduan penilaian dengan pembelajaran
32
BAB III
PEMBAHASAN
33
Kekurangan Buku Utama
1. Penjelasan materi yang diberikan dalam bentuk umum bukan secara spesifik (meluas)
pada peserta didik dalam konteks pendidikan.
34
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai
fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui
metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan. Hubungan
antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan
seharusnya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan
seharusnya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan
dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun
dapat mengimbas pada praktik pendidikan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah Critical Book Review ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan senantiasa penyusunan nanti dalam upaya evaluasi. Penulis juga berharap,
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya calon tenaga pendidik agar teori-
teori psikologi pendidikan ini dapat diaplikasikan ketika kita melakukan proses belajar mengajar
kelak.
35
DAFTAR PUSTAKA
Milfayetty, Yus, Rahmulyani, Hutasuhut, Aini. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan : PPs
Unimed
36