Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk dibaca dan dipahami. Terkadang kita
memilih satu buku namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa
ataupun materi yang kurang lengkap. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book
Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada
pokok bahasa tentang psikologi pendidikan.

B. Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah psikologi pendidikan dalam dua buku
yang berbeda.

C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang psikologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam dua buku yang berbeda.

D. Identitas buku yang direview

 Buku Utama
1. Judul : Psikologi Pendidikan
2. Pengarang : Prof. Dr. H. Djaali
3. Penerbit : Bumi Aksara
4. Kota terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : 2012
6. ISBN : 979-010-002-7

 Buku Pembanding

1. Judul : Psikologi Pendidikan

1
2. Pengarang : Sri Milfayetty, Rahmulyani, Anita Yus, Edidon Hutasuhut, Nur’aini
3. Penerbit : PPs Unimed
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun Terbit : 2018
6. ISBN : 978-602-8207-18-8

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Ringkasan Buku Utama

BAB I
KEPRIBADIAN DALAM PENDIDIKAN
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi 2 aspek, yakni aspek kemampuan dan aspek
kepribadian. Aspek kemampuan meliputi prestasi belajar, inteligensia, dan bakat; sedangkan
aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap dan motivasi.

A. Pengertian Umum
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona berarti topeng, yakni alat untuk
menyembunyikan identitas diri. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa ingris
person, atau persona dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perorangan, diri manusia
atau diri orang sendiri. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pribadi adalah “aku yang sejati”
dan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu.
Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri orang.

B. Kelompok Teori Kepribadian


1. Type Theory
Tokohnya adalah Galen, Ernest Kretschmer, William Sheldon. Galen mendasarkan
penemuannya pada doktrin Hippoerates bahwa tubuh manusia dibentuk dari darah, zat
empedu kuning, zat empedu hitam, zat lendir yang berkaitan erat dengan empat tipe
tempramen manusia berikut :
1. Sanguin ( aktif, giat, dan atletis)
2. Choleric ( tempramen dan suka marah)
3. Melankolik ( mudah depresi atau sedih )
4. Phegmatik ( cepat lelah dan malas )

2. Trait Theory

3
Tokohnya Gordon Allport dan R.B.Cattell. mereka mandefenisikan watak sebagai
susunan neuropsychic yang mempunyai kemampuan memberikan banyak rangsangan
pada fungsi yang sederajat dan mengarahkan bentuk dan pengungkapan perilaku.

3. Psychoanalysis Theory
Tokohnya adalah Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian manusia
adalah pertarungan antara id, ego, dan super ego.

4. Phenomenology Theory
Tokohnya adalah Abraham Moslow dan Carl Rogers. Berbeda dengan teori
psikoanalistis yang menekankan pada masalah perkembangan , ketidaksadaran, teori ini
lebih menekankan pada masalah persepsi, pengertian, perasaan dan pengertian akan diri
sendiri.

C. Tokoh Teori Kepribadian


1. Larry A.Hjelle dan Daniel J.Ziegler
Teori-teori kepribadian dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai
berikut:
a. Psikoanalis: yang menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang
mempunyai naluri dan konflik batiniah,
b. Prospetif dari kepribadian psikologi dari behaviorisme: memandang manusia lebih
lunak dan mudah dibentuk, dan korban yang pasif dari kekuatan-kekuatan di dalam
lingkungan
c. Humanic psychology: yang merupakan perspektif terbaru dalam kepribadian
manusia yang mempersembahkan suatu gambaran yang sangat berbeda tentang
manusia yang satu dengan yang lain
2. Ericson
Karakteristik
Tahapan Usia (dalam tahun)
Sukses >< Gagal
Bayi awal 0-1 0-1 Percaya >< tidak percaya
Otonomi >< malu dan ragu-
Bayi lanjut 1-3 1-3
ragu

4
Anak-anak awal 4-5 Inisiatif >< merasa bersalah
Ketekunan >< rasa rendah
Anak-anak pertengahan 6-11
diri
Membuktikan kemampuan
Masa puber 12-20
>< kekacauan peran
Dewasa awal 12-40 Kekariban >< pengasingan
Menyamaratakan >< Tidak
Dewasa Pertengahan 30-65
aktif
Menggabungkan >< putus
Dewasa lanjut Di atas 65
asa

3. Algyris
Chris Algyris meyakini bahwa orang yang sehat mencoba mendapatkan atau menuntut
situasi yang menawarkan otonomi, perlakuan yang sama, dan kesempatan untuk
menonjolkan kemampuannya dalam masalah yang rumit. Kesempatan itu cenderung
bergerak dari ketidakmatangan menuju kematangan dari :
a. Keadaan pasif ke pengembangan aktif;
b. Ketergantungan ke kemandirian;
c. Sejumlah rata-rata berkelakuan baik ke alternative pilihan yang jelas;
d. Minat yang dangkal atau sederhana ke minat yang penting atau bermanfaat;
e. Perspektif waktu yang singkat ke perspektif waktu yang lebih leluasa;
f. Posisi subordinasi ke cara memandang dirinya sebagai superordinat;
g. Miskinnya kesadaran terhadap dirinya ke kesadaran tentang dirinya.

4. Sheehy

Perkembangan orang dewasa ditempuh melalui lima tahap krisis sebagai berikut:

a. Periode pulling up roots

b. The trying twenties

c. The cath thirties

d. The deadline decade

5
e. Renewal or regisnation

5. Sheldon

Menurut Sheldon, manusia dilihat dari segi morphology dapat dibedakan menjadi hal-
hal berikut:

a. Endomorph, dengan ciri-ciri gemuk, suka makan, lamban bereaksi, dan suka
berteman

b. Mesomorph, dengan ciri-ciri atletis, agresif, dan suka hal-hal yang menantang

c. Ectomorph, dengan ciri-ciri kurus, cepat dalam bereaksi, dan suka hal-hal yang

bersifat privacy.

6. Carl Gustav Jung

Menurut Carl Gustav Jung, kepribadian dalam individu dapat dibedakan antara dua sisi
yang introvert serta extrovert. Pada diri individu yang introvert umumnya memiliki sifat-
sifat cenderung menarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati
dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara social. Individu yang extrovert,
pada umumnya memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan
terbuka secara social, berinat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam menghadapi
pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok.

7. Eric Berne
Eric Berne memperkenalkan suatu metode untuk menganalisis kepribadian sesseorang
dengan melihat tigkah laku mereka yang dominan pada suatu saat, dan bila ini menjadi
kebiasaan yang terus-menerus dapat dikatakan manusia memiliki kecenderungan tipe
kepribadian tertentu. Dalam cara berpikir dan berperilaku, dalam oerasaan dan cara
menghadapi kenyataan hidup ternyata terdapat beberapa corak yang berbeda, sehingga
didapat konsep ego state yang menampakkan kepribadian seseorang. Berne membedakan
ego state manusia dalam tiga tipe kepribadian yang berbeda, yakni kanak-kanak (child),
orangtua (parents), dan dewasa (adults).

6
D. Faktor Penentu Perubahan Kepribadian
Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil dari
pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan faktor-faktor dari
individu.
1. Pengalaman awal
2. Pengaruh budaya
3. Kondisi fisik
4. Daya tarik
5. Inteligensi
6. Emosi
7. Nama
8. Keberhasilan dan kegagalan
9. Penerimaan sosial
10. Pengaruh keluarga
11. Perubahan fisik

BAB II

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

Konsep pertumbuhan dan perkembangan menjadi sumber penting untuk menjelaskan aspek
psikologi pembelajaran.Untuk itu dalam bab ini duraikan terlebih dahulu tentang konsep
pertumbuhan baik secara pribadi,kelompok,maupun sebagai pribadi yang
kompleks.Uraian berikutnya adalah tentang konsep perkembangan yangmeliputi bagaimana
prinsip dan hukum-hukum perkembangan dan konsep yang lebih penting lagi dalam konteks
pendidikan adalah tahap perkembangan pribadi manusia,serta secara mendalam diuraikan
tentang tugas perkembangan itu sendiri.Dalam konteks inilah dikaji tentang peran teori
perkembangan dalam pendidikan anak dari masa kecil sampai dengan dewasa.Setelah
mengetahui konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam pendidikan,maka
diperlukan aksentuasi proses dalam berpendidikan. Bentuk aksentuasi tersebut antara lain dalam
hal emosi,perkembangan interaksi soaial,dan pembentukan karakter sebagai manusia.

7
BAB III

EMOSI, PERKEMBANGAN SOSIAL, DAN PEMBENTUKAN KARAKTER

A. Pengertian Emosi
Menurut Kaplan dan Saddock,emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks yang
mengandung komponen kejiwaan,badan,dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan
mood.Affect merupakan eksperesi sebagai tampak oleh orang lain dan affect dapat bervariasi
sebagai respon terhadap perubahan emosi,sedangkan mood adalah suatu perasaan yang
meluas,meresapa dan terus-menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh indidvidu
dan juga dilihat oleh orang lain.

B. Timbulnya Emosi

a) Rangsangan yang menimbulkan Emosi

Intesitas dan lamanya respon emosional sangat ditentukan oleh kondisi fisik dan mental
dari indidvidu itu sendiri,juga faktor lain yang sangat menentukan adalah stimulus itu
sendiri.dapat dikatakan bahwa emosi akan berlangsung terus selama stimulusnya ada dan
yang menyertainya masih aktif.

b) Perubahan Fisik dan Fisiologis

Jenis perubahan secara fisik dapat dengan mudah kita amati pada diri seseorang selama
tingkah lakunya dipengaruhi emosi,misalnya dalam keadaan marah,cemburu,bingung dan
lain-lain.Adapun secara fisiologis perubahan yang terjadi tidak tampak dari luar,biasanya
dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes diagosis dari para ahli ilmu jiwa.

C. Perkembangan Emosional Selama Pertumbuhan

a. Selama Masa Awal

Menurut Bridges,emosi anak akan berkembang melalui pengalaman,sekalipun masih


dangkal dan berubah-ubah.Ketika emosi bayi diungkapkan dalam bentuk amarah dan takut
dengan menangis atau gemetar

b. Fase Selanjutnya

8
Perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin lama semakin halus dalam
mengekspresikan sampai masa remaja.Peralihan ekspresi emosi yang tadinya kasar,karena
terpengaruh latihan dan kontrol,berangsur-angsur tingkah laku emosionalnya berubah.

c. Perkembangan Akhir

Pada akhirnya dia akan mencapai kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya
sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya.Semakin dewasa,ia akan semakin dapat
mengungkapkan dengan jelas emosinya.

D. Jenis Emosi Khas dan Cara Mengontrol

a. Takut

Rasa takut pada permulaan masa anak-anak itu berpengaruh kuat pada perkembangan
kepribadian individu.akan tetapi,setelah anak tumbuh dewasa ia dapat menekan secara
bertahap rasa takutnya .Rasa takut juga dapat berguna sebagai tindakan preventif agar
risisko atau kerusakan dapat dihindari.

b. Marah

Nilai marah adalah beberapa nilai atau manfaat yang diberikan oleh rasa marah,karena
kemarahan dapat digunakan sebagai serangan balik dalam usahanya mengatasi rasa
takut.Dengan menggunakan kemarahannya seseorang dapat dikejutkan dan dibangkitkan
dari kemalasannya.Kontrol atas kemarahannnya dilakukan dengan cara mengalihka stimulus
sumber kemarahan.

c. Afeksi

Ternyata selama perkembangan menuju dewasa,rasa kasih sayang dari orang lain untuk
mendatangkan rasa aman tetap dibutuhkan.Dengan demikian,sadarlah dia bahwa
kehadirannya memang disukai atau diinginkan.

d. Simpati

Kemampuan menyatakan simpati ini tidak datang secara almiah,tetapi memerluka proses
latihan yang lama alam kesadaran sosial.Semakin sama pengalaman seorang simpatisan
terhadap orang yang disimpatikan,maka akan semakin perasaan yang lebih jelas.

9
E. Fungsi Emosi dalam Kehidupan

a. Pengaruh Emosi pada Tingkah Laku

Tekanan emosional juga seringkali disebabkan oleh apa yang dikerjakan tidak sesuai
atau bahkan bertentangan dengan minatnya.

b. Kematangan Emosional

Sikap adalah keadaan dimana selalu ada kesiapan untuk bertindak.sikap merupakan hasil
akumulasi dari pengalaman yang mempengarhi kehidupandalam kegiatan langsung.

BAB IV

TEORI KOGNITIF

A. Pendahuluan

Psikologi kognitif mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-19, yaitu dengan lahirnya teori
belajar gestalt, dan salah satu tokoh psikologi gestalt adalah Mex Werteimer, dimana meneliti
pengamatan dan problem solving.kemudian dilanjutkan oleh Kurt Kaffka yang mencoba untuk
menguraikan secara teperinci hukum-hukum pengamatan.Tokoh yang lain adalah Wolfgang
Kohler yang meneliti tentang insight pada simpanse. Hasil penelitian tokoh tersebut telah
memunculkan ‘psikologi gestalt’’ yang mengutamakan pembahasan pada masalah konfigurasi
struktur, dan pemetaan dalam pengalaman.

B. Inteligensia

Perkataan inteligensi berasal dari kata intelligere yang berarti menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain. Menurut Stern, inteligensi ialah daya menyesuaikan diri dengan
keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Menurut Piaget,
inteligensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.

Jalur belajar kegiatan kognitif dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Fase motivasi:anak sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.

10
2) Fase konsentrasi:anak khusus memperhatikan unsur yang relevan,sehingga terbentuk pola

perseptual tertentu.

3) Fase mengolah: anak menahan informasi dan mengolah informasi untuk diambil maknanya.

4) Fase menyimpan: anak menyimpan informasi yang telah diolah ke dalam ingatan.

5) Fase menggali 1:anak menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan yang tersimpan

dalam ingatan mereka dan memasukkan kembali ke dalam working memory.

6) Fase menggali 2: anak menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan mereka dan

mempersiapkan sebagai masukan bagi fase prestasi.

7) Fase prestasi: informasi yang telah disimpan digali kembali untuk memberikan prestasi

mereka.

8) Fase umpan balik: anak mendapat konfirmasi sejauh prestasinya.

C. Perkembangan Inteligensi

Fase-fase jalur belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sebagai berikut.

1. Fase motivasi: untuk mendapat motivasi siswa harus memeras otaknya sendiri.

2. Fase konsentrasi: anak harus mengamati dengan cermat,jika penyelesaian masalah

memerlukan pengamatan.

3. Fase pengolahan: anak harus menggali dari ingatannya terhadap siasat yang pernah

digunakan untuk mengatasi hal serupa,yang cocok untuk suatu problem.

4. Fase umpan balik:konfirmasi tepat dan tidaknya penyelesaian yang di tempuh.

a. Tahap Sensorik-Motorik

Selama tahap sensorik-motorik (0-2 tahun), bayi mulai menakpilkan perilaku


reflektif, dengan melibatkan perilaku yang inteligen. Dengan demikian, kematangan

11
seseorang terjadi dari interaksi sosial dengan lingkungan (asimilasi dan
akomodasi).perilaku sensorik-motorik menjadi tambah berbeda,sehingga konstruksi dan
perilaku progresif termasuk dalam kategori perilaku intensional.Bayi berkembang
means-end,perilaku pemecahan masalah.

b. Tahap Berpikir Praoperasional

Selama tahap praoperasional (2-7 tahun), perilaku intelektual bergerak dari tingkat
sensorik-motorik menuju ke tingkat konseptual.pada tahap ini terjadi perkembangan
yang cepat dari keterampilan representasional termasuk didalamnya kemakpuan
berbahasa, yang menyertai perkembangan konseptual secara cepat dari proses ini.\

c. Tahap Berpikir Operasional Konkret

Tahap operasional konkret anak (7-11 tahun) berkembang dengan menggunakan


berpikir logis. Anak-anak dapat memecahkan masalah konservasi dengan maslah yang
konkret.

d. Tahap Berpikir Operasional Formal

Selama tahap operasional formal (11-15 tahun), struktur kognitif menjadi matang
secara kualitas, anak mulai dapat menerapkan operasi secara konkret untuk semua
masalah yang dihadapi di dalam kelas. Anak dapat menerapkan berpikir dari masalah
hipotesis yang berkaitan dengan masa yang akan datang.

Untuk mengukur tingkat kecerdasan anak, dapat digunakan tes IQ (Intelligence Quotient)
misalnya dari Binet Simon. Dari hasil Binet Simon, dibuatlah penggolongan inteligensi
sebagai berikut:

1) Genius > 140;

2) Gifted >130;

3) Superior >120;

4) Normal 90-110;

5) Debil 60-79;

6) Imbesil 40-55;

12
7) Idiot >30.

D. Beberapa Teori Inteligensi

1. Teori Faktor (Charles Spearman)

Teori faktor berusaha mendeskripsikan struktur inteligensi, yaitu terdiri atas dua
faktor utama, yakni’’g’’(general) yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki
oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu,dan faktor’’s’’(specific) yang mencakup
berbagai faktor khusus yang relevan dengan tugas tertentu.

2. Teori Struktur Inteligensi (Guilford)


Menurut Guilford struktur kemampuan intelektual terdiri atas 150 kemampuan dan
memiliki tiga parameter, yaitu operasi,produk, dan konten.

3.Teori Multiple Intelligence (Gardner)


Menurut Gardner, inteligensi manusia mamiliki tujuh dimensi semiotonom, yaitu
linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kisnestik fisik, sosial interpersonal, dan
intrapersonal.

4.Teori Uni Factor (Wilhelm Stern)


Menurut teori ini, inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum.Oleh karena
itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum.

5. Teori Multifaktor (E.L. Thorndike)


Menurut teori ini inteligensi terdiri atas bentuk hubungan neural antara stimulus dengan
respons.

6.Teori Primary Mental Ability (Thurstone)


Teori mencoba menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak,dengan membagi
inteligensi menjadi kemampuan primer, yang terdiri atas kemampuan numerical/matematis,
verbal atau bebahasa, abstraksi, berupa visualisasi atau berpikir, membuat keputusan,
induktif maupun deduktif, mengenal atau mengamati, dan mengingat.

7.Teori sampling (Godfrey H.Thomsom)

13
Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan
berbagai bidang pengalaman dan sebagian terkuasai oleh pikiran manusia.

8.Entity Theory
Menurut teori ini, inteligensi atau kecerdasan adalah kesatuan yang tetap dan tidak
berubah-ubah.

9.Incremental Theory
Menurut teori ini, seseorang dapat meningkatkan inteligensi/kecerdasannya melalui
belajar.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi

Faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut.

1) Faktor pembawaan, dimana faktor ini di tentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.

2) Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada

suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

3) Faktor pembentukan, di masa pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang

yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4) Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan

dan perkembangan.

5) Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.

F. Teori Belajar Kognitif

1.Cognitive Field (Kurt Lewin)

Teori belajar cognitive field menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan


psikologi sosial,karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu

14
medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang di sebut life space.Perubahan struktur
kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan.

2.Cognitive Development (Piaget)

Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan kuantitatif.Inteligensi itu terdiri


atas tiga aspek, yaitu:

1) Struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang;

2) Isi atau content ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi suatu

masalah;

3) Fungsi atau function adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai

kemajuan intelektual.

3.Teori Benyamin S.Bloom

Sebuah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi

dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut.

1) Pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau


mengulang informasi yang pernah di berikan.
2) Pemahaman (comprehension) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang
informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.
3) Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada
situasi baru.
4) Analisis (analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai
bagian –bagian serta hubungannya.
5) Sintesis (synthesis) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna
membentuk satu pola pemikiran yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan.

15
BAB V

PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK

A. Pendahuluan

Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan massalah penting dalam
psikologi pendidikan. Perilaku sebelum menguasai atau memahami merupakan objek
pengamatan dari kelompok behavioris. Salah satu fungsi psikologi pendidikan adalah dasar
perilaku manusia.

B. Aliran Psikologi Behavioristik

Psikologi behavioristik merupakan salah satu dari tiga aliran psikologi pendidikan yang
tumbuh dan berkembang secara beruntun dai period eke periode. Dalam perkembangan aliran
psikologi tersebut bermunculan teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua
teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori belajar, yaitu teori belajar
conditioning dan teori belajar connectionism.

C. Teori Belajar Conditioning

1. Teori classical conditioning

a. Ivan Pavlov

Pavlov berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
penguatan dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada
masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka
merupakan hasil belajar.

b. John B.Watson

Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadi refleks atau respons
bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut teori conditioning, belajar merupakan suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan
reaksi.

c. Teori Conditioning (Guthrie)

16
Teori ini mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk mengubah kebiasaan
yang kurang baik berdasarkan teoi conditioning ini. Tingkah laku manusia secara
keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang terdiri atas unit-unit.

2. Teori operant conditioning (Skinner)

Teori operant conditioning dari Skinner penganut behaviorisme yang dianggap


controversial, dengan teori pembiasaan perilaku responnya, merupakan teori belajar yang
paling mudah dan masih sangat bepengaruh di kalangan psikologi belajar masa kini. Di
dalam karyanya, tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah
laku itu sendiri. Skinner membedakan dua macam respons, yaitu respondent response dan
operant response.

3. Teori Systematic (Clark C. Hull)

Teori ini menggunakan prinsip-prinsip yang miripdengan yang dikemukakan


behavioris lainnya, yaitu dasar stimulus respons dan adanya reinforcement. Teori ini juga
dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung
pada besarnya tingkat pengurangan dan keuasan motif yang menyebabkan timbulnya usah
belajar oleh respons yang dibuat individu itu.

4. Teori belajar connectionism (Thorndike)

Menurut teori ini, proses belajar melalui proses trial and error (mencoba-coba dan
megalami kegagalan), dan law of effect: merupakan segala tingkah laku yang berakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari
dengan sebaik-baiknya.

5. Teori Bandura

Menurut A. Bandura, belajar itu lebih dari sekedar perubahan perilaku. Belajar
adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut
(teori kognitif social). Prinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar
dalam situasi alami.

6. Classical Conditioning

7. Teori Conditioning

17
8. Operant conditioning

9. Teori systematic behavior

10. Teori connectism

D. Faktor Dari Dalam Diri

1. Kesehatan

2. Inteligensi

3. Minat dan motivasi

4. Cara belajar

E. Faktor Dari Luar Diri

1. Keluarga

2. Sekolah

3. Masyarakat

4. Lingkungan sekitar

BAB VI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

A. Motivasi

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas sebaik-baknya
berdasarkan standar keunggulan.

18
1. Motivasi Berprestasi
Dalam perjalanan hidupnya, tiap orang akan banyak mengalami peristiwa, dimana
harapannya tidak selamanya terpenuhi. Hal ini mengakibatkan adanya berbagai kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan, dan oleh karena itu dalam diri seseorang akan terdapat
berbagai primary affect yang merupakan sumber berbagai motif. Ia juga akan banyak
mengalami peristiwa, dimana berbagai isyarat menyertai berbagai situasi afeksi dalam dirinya.
Ini berarti, dalam proses perkembangannya ia mempelajari (dan demikian akan memperoleh)
berbagai motif.
2. Pengertian Achievment
Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expectation). Harapan
seseorang terbentuk melalui belajar dalam lingkungannya. Oleh karena itulah motivasi
berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya yang mengacu
kepada standar keunggulan.
3. Karakteristik individu yang motivasi berprestasinya tinggi
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggungjawab pribadi atas hasil-hasilnya
dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.
2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai
atau terlalu besar resikonya
3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan
nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya
4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain
5. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik
6. Tidak tergugah untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia
akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambing prestasi, suatu ukuran
keberhasilan.
4. Motivasi berprestasi dan prestasi belajar
Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi yang akademis
apabila:
1. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil;
2. Tugas-tugas di dalam kelas cukup member tantangan, tidak perlumudah tetapi juga tidak
terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.

19
5. Penerapan di bidang administrasi pendidikan

a. Motivasi berkarier

Orang-orang yang motivasi berkariernya baik dtandai dengan:

1. Menyukai situasi kerja yang menuntut tanggung jaawab pribadi, sebagai tantangan
untuk maju;

2. Memilih tujuan yang realistis sebagai upaya untuk mengembangkan karier;

3. Cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mengharapkan cepat memperoleh

umpan balik;

4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk menunjukkan kemajuan prestasinya.

b. Motivasi pelayanan

Seseorang yang motivasi pelayanannya baik memiliki tanda-tanda:

1. Menyukai kesungguhan dalam bentuk gairah untuk melayani konsumen;

2. Senang menciptakan cara-cara baru dan menarik untuk meningkatkan layanan;

3. Memiliki sikap proaktif, yaitu mengambil inisiatif yang tepat;

4. Menyambut hangat para konsumendengan keyakinan bahwa pelayanan mampu

menemukan penyelesaian (yang positif);

5. Tidak hanya menunaikan pekerjaan saja, tetapi juga melibatkan rasa cita dan bangga
serta memberikan pengalaman positif kepada konsumen.

c. Motivasi kerja

Seorang yang motivasi bekerjanya tinggi ditandai dengan:

1. Menyukai tugas kantor yang menuntut tanggung jawab pribadi;

2. Mencari situasi dimana pekerja memperoleh umpan balik dengan segera baik dari

pimpinan maupun teman sejawat;

20
3. Senang bekerja sendiri, sehingga kemampuan diri dapat dikedepankan;

4. Senang bersaing mengungguli prestasi bekerja orang lain;

5. Memiliki kemampuan menangguhkan pemuaan keinginan demi pekerjan;

6. Tidak tergugah sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya.

B. Sikap

1. Pengertian sikap dan belajar

Sikap adalah kecenderungan untuk betindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan
tindakan nyata melainkan masih bersifat tertutup. Adapun belajar menunjuk kepada suatu
cabang belajar yaitu belajar dalam arti sempit, khusus untuk mendapatkan pengetahuan
akademik. Belajar menurut Morgan dkk. merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relative
tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

2. Konsep sikap belajar

Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia


mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Siakp belajar penting didasarkan atas peranan guru
sebagai leader dalam proses belajar mengajar. Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk
perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-
hal tersebut.

3. Peranan sikap belajar

Sikap belajar ikut berperan dalam menemukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang
positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama,
siswayang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negative.

4. Penerapan di bidang administrasi pendidikan

Di sini akan diberikan tiga contoh variabel bidang administrasi pendidikan yang berkaitan
dengan konsep/variabel sikap, yaitu:

21
1. Sikap social di lingkungan kerja,

2. Sikap guru terhadap kebijaksanaan awal “kepala sekolah baru”, dan

3. Sikap kerja.

C. Minat

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh keudian.

D. Kebiasaan Belajar

1. Pengertian

Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri
siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan
waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

2. Peranan kebiasaan belajar dalam kegiatan belajar

Mengenai cara belajar yang efisien, belum menjamin keberhasilan dalam belajar.
Yang paling penting, siswa mempraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-
kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.

3. Peranan di bidang administrasi pendidikan

Kebiasaan kerja seseorang ditandai dengan kecenderungan perilaku yang:

1. Peduli kepada kosumen, pelanggan, teman, atau teman sejawat,

2. Selain member perhatian yang cermat terhadap konstituensi, konsumen, pelanggan,

atau teman sejawat, dan

3. Menunjukkan komitmen tinggi

22
E. Konsep Diri

1. Pengertian

Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa
yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta
bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Konsep diri terbentuk
karena empat faktor, yaitu: kemampuan, perasaan mempunyai arti bagi orang lain,
kebajikan, dan kekuatan.

2. Penerapannya di bidang administrasi pendidikan

Konsep diri dari mahasiswa yang baik-baik ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Pandangan mahasiswa terhadap kemaampuan sendiri dihubungkan dengan tujuan


sebagai manajer pendidikan.
b. Perasaan mahasiswa tentang kebermaknaan dirinya dan kaitannya dengan calon
manajer pendidikan
c. Pandangan mahasiswa terhadap kebajikan yang ada dalam dirinya
d. Pandangan mahasiswa terhadap kekuatan yang dihubungkan dengan proses
persiapan menjadi manajer pendidikan.

Ringkasan Buku Pembanding

BAB I

PENDAHULUAN

Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X (1960-2000) ke
generasi C atau Gen – C mulai tahun 2000 hingga sekarang. Generasi X ciri khasnya
berpendidikan tinggi, aktif, menjunjung keluarga. Generasi Y, ciri khasnya adalah suka
menunda kedewasaan dan terlalu dkat dengan orang tua. Generasi C mewakili generasi yang
selalu clicking, connected, communicating, content-centric, computerized dan community-
centric.

Perubahan generasi ini memaksa pendidikan untuk memahami dengan terbuka potensi
keunikan generasi C ini. Keunggulannya perlu diminati dengan seksama sekaligus

23
keterbatasannya sehingga dapat dirancang pola pendidikan yang relevan. Oleh karena itu
pendidik perlu fokus pada kekuatan dan keterbatasan dan menyiasatinya dengan hal-hal yang
tidak produktif yang menjadi kelemahannya.

Para pendidik perlu menerapkan kepemmpinan transparan, tidak anti kritik dan membangun
hubungan yang setara. Mereka perlu dibantu untuk menyeimbangkan antara komunitas online
dan offline sehingga mereka dapat menyambungkan realitas dan problematika sosial dunia nyata
dengan kemahiran mereka mengomunikasikan masalah dan mencari solusinya di dunia maya
dan mengembalikannya ke bumi.

BAB II

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku. Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Namun defenisi psikologi
pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, ilmu yang
mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.

Psikologi pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat


usia. Misalnya, jika ingin mengajarkan sesuatu pada seseorang, maka perhatikanlah
perkembangan kognitifnya. Kalau usianya masih 5 tahun maka lakukan pembelajaran sambil
bermain, tapi jika sudah berusia remaja dapat dilakukan pembelajaran diskusi kelompok. Hal ini
dilakukan supaya sesuai dengan taraf perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak usia
dini menurut piaget baru pada taraf pra operasional, sehingga belum mampu berfikir sesuatu
yang abstrak. Berbeda dengan peserta didik di SMA kemampuan berpikirnya sudah sampai
pada operasional formal, sehingga mampu berfikir sesuatu yang abstrak.

Pendidikan pada hakikatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap peserta didik. Pemolaan ini
dapat berlangsung secara sistematis dan tidak sistematis. Pembelajaran yang dilakukan di
sekolah merupakan salah satu bentuk pemolaan pengaruh yang sistematis. Agar pemolaan ini
efektif maka pendidik perlu memiliki kecakapan dalam psikologi pendidikan.

24
Psikologi pendidikan pertama kali dikemukakan oleh William James. Tak lama setelah
meluncurkan buku ajar psikologinya yamg pertama, principles of psychology (1890), william
james (1842-1910) memberikan serangkaina kuliah yang bertajuk “Talk to Teacher”(james,
1899/1993). Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologiuntuk mendidik anak.

Tujuan psikologi pendidikan adalah umtuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan
pembelajaran. Defenisi lain mengatakan bahwa psikologi pendidikan mengembangkan
pengetahuan dan metode umtuk mempelajari proses belajar mengajar pada situasi keseharian.
Santrok (2007) mendefenisikan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang
mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan
pendidikan.

Mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pandidikan yang benar, kuat dan bermakna
besar. Keberhasilan pendidikan ditandai dengan kualitas manusia terdidik yang tidak hanya
mengetahui yang benar tetapi juga bertindak mulia. Semua orang harus bertanggung jawab
membuat lintasan menuju masa depan dirinya sendiri dan secara kolektif bersama orang lain
untuk masa depan bangsa dan seluruh umat manusia.

Psikologi pendidikan sebagai cabang psikologi yang memfokuskan diri pada pemahaman
proses belajar mengajar di dalam lingkungan pendidikan akan membantu pendidik dalam
melaksanakan tugas mendidik, terutama dalam pemanfaatan riset-riset yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Demilian juga halnya, mendidik adalah sains dan seni sehingga pemahaman tentang
psikologi pendidikan akan membantu pendidik secara luwes dalam menghadapi beribu
persoalan yang terjadi di dalam kelas. Pengkajian psikologi pendidikan akan membantu guru
menjadi pendidik yang dapat membantu peserta didiknya menemukan kebenaran dan sekaligus
mampu bertindak mulia.

BAB III

BELAJAR

Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Sebelum belajar seseorang mungkin

25
tidak memiliki pengetahuan tertentu akan tetapi setelah belajar memilikinya. Pengetahuan
seseorng tentang sesuatu sangat dangkal akan tetapi setelah belajar berubah menjadi lebih
nyaman.

Proses belajar berlangsung secara internal. Proses ini diibaratkan seperti menyebrangi jurang
dari tebing yang satu ke tebing yang lain. Seseorang memerlukan jembatan untuk
menyebranginya. Seseorang yang belajar berarti sedang membangun jembatan. Selama proses
tersebut berlangsung, berbagai persoalan yang dapat menghambat pekerjaan tersebut. Namun
dengan usaha dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, pada akhirnya jembatan
dapat diselesaikan.

a. Belajar vs Kematangan
Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya. Namun tidak
semua perubahan ini disebabkan proses belajar, melainkan ada juga yang disebabkan
kematangan (maturation). Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika
berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu.
b. Otak belajar
Kendali seluruh syarafyang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam
belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga mengembangkan otak.
Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 milyar sel. Setiap sel siap dikembangkan
untuk memproses berbagai informasi. Perkembangan sel otak ini mengikuti sistem yang
kompleks. Jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja.
c. Perkembangan dan belajar
1. Perkembangan kognitif dan belajar
Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berfikir.
Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan kognitif adalah piaget.
Skema adalah konsep kerangka kognitif atau karangka referensi yang ada di dalam
pikiran seseorang yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi.
2. Perkembangan bahasa dan belajar
Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuklisan, tulisan atau simbol. Semua
bahasa manusia mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaks dan pragmatis. Noan
Chomsky (1957) mengemukakan bahwa manusia cenderung mempelajari bahasa pada
waktu tertentu dengan cara tertentu.

26
3. Perkembangan sosial dan belajar
Perkembangan social mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks
membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Termasuk di
dalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negative seperti agressifitas
dan kekerasan. Perkembangan sosial yang sangat relevan dibahas di dalam konteks
sosial adalah perubahan konsep diri dan dalam konteks hubungan antara guru dan
peserta didik, perubahan kebutuhan dasar dan motif personal, perubahan pada sense
tentang hubungan dan tanggungjawab.
4. Perkembangan diri
Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan pada berbagai macam
situasi. Pada diri remaja proses perkembangan konsep dapat berlangsung pada saat
mempertanyakan hasil kerjanya.
5. Perkembangan moral
Sejalan denagan perkembangan Theory of Mind and intensi pada anak, maka
berkembang juga didalam diri mereka perkembangan perasaan benar dan salah. Hal ini
berhubungan dengan penalaran moral yaitu pikiran tentang benar dan salah serta
konstruksi aktif pertimbangan moral.

Penyelenggaraan pendidikan mengacu kepada tahapan dan proses perkembangan. Domain


perkemabngan tersebut antara lain adalah perkembangan fisik motorik, kognitif, psikososial,
sosioemosional dan moral. Semua tahapan perkembnagan ini berpengaruh terhadap
kesiapan belajar peserta didik .oleh karena itu pendidik perlu memahami bagaimana keadaan
perkembangan peserta didik secara umum dan secara spesifik pada tiap domain
perkembangan.

BAB IV

KARAKTERISTIK BELAJAR

A. Intelegensi
Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan
intelegensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan

27
kemampuan mengkritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Pada tahun 1916 Lewis
Medison mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir abstrak.
Istilah intelegensi diperkenalkan sejak tahun 1912 oleh William Stern (Jerman),
kemudian tahun 1916 oleh Lewis Madison dan sejak saat ini IQ resmi digunakan. Ketika
paqzertama kali digunakan perhitungan IQ digunakan dengan rumus.
TABEL 4.1: KLASIFIKASI IQ
IQ Klasifikasi
150-169 Sangat Superior
120-149 Superior
110-119 Rata-rata tinggi
90-109 Rata-rata normal
80-89 Rata-rata rendah
70-79 Batas lemah
30-69 Lemah mental

B. Gaya Belajar
Dalam konteks belajar, setiap orang memiliki kecenderungan untuk lebih sensitif pada
salah satu indranya. Individu dapat digolongkan atas lima tipe pengamatan yaitu visual,
auditif, taktil, gustatif, dan olfaktoris. Pada pembahasan selanjutnya tipe-tipe belajar ini
dikelompokan atas tiga kelompok yaitu visual, auditorial, kinestetik ( taktil, gustatif, dan
olfaktoris) dan hal ini disingkat dengan VAK. Gaya belajar da,mpak dikelompokan atas dua
elemen yang mempengaruhinya. Pertama adalah gaya belajar independendan yang kedua
adlah gaya belajar tergantung. Gaya belajar idependen membutuhkan situasi yang tenang
dan tak mau diganggu suara sedikit pun sedangkan gaya belajar tergantung per;u ditemani
radio atau lagu-lagu ketika belajar.
Gaya belajar ini mengacu pada cara siswa dalam belajar. Menurut Woolfolk cara yang
konsisten yang dilakukan oleh seseorang mencakup informasi, cara mengingat, berfikir,
mengelolah informasi dan memecahkan persoalannya. Seseorang yang bergaya belajar
independen (field independet) adalah yang berusaha membebaskan diri dari lingkungannya
pada saat dia belajar atau pada saat dia membbuat keputusan tentang suatu hal. Sedangkan
gaya belajar bergantung adalah dipengaruhi lingkungan, banyak bergantung dipendidikan
sewaktu kecil dididik untuk selalu memperhatikan orang lain, mengingat hal-hal dalam

28
konteks sosial yang luas, memerlukan petunjuk yang leih banyak untuk memahami sesuatu
yang lebih peka akan kritik dan perlu medapat dorongan.

C. Gaya Berpikir
Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya implusif, refleksif mendalam dan dangkal.
Gaya yang reflektif dan implusif disebut sebagai tempo konseptual. Maksudnya,
kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam memberi respon dan
merenungkan akurasi jawaban.
Prinsip pendidikan menekankan bahwa semua berhak mendapat pelayan yang bermutu
dan tidak boleh tertinggal dari lainnya menjadi alasan kuat mengapa perbedaaan individu
perlu diperhatikan di dalam pendidikan. Selain perbedaan ini juga guru juga perlu
memperhatiksn kebutuhan belajar terutama yang berkebutuhan khusus seperti gangguan
indra, gangguan bicara, gangguan fisik, keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar,
dan sosial seta yang berbakat.

BAB V

PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR

Belajar diartiakan proses mednapatkan pengetahuan baru, keterampilam baru,


sikap/kemauan yang baru dan ketulusan dalam membantu siswa dalam proses belajar
memberikan manfaat dari diri dan lingkungan. Pendekatan perilaku mendifisikan bahwa belajar
adalah perubahan perilaku yang relatif menetap didalam diri seseorang sebagai hasil adanya
hubungan antara stimulus dan respon yang diperkuat oleh reward atau reinforcement.
Sedangkan pendekatan kognitif menekankan bahwa belajar merupakan proses aktif untuk
memaknai informasi yang diterimahnya. Sebagai implikasi dari pendekatan belajar behavior dan
kognitif maka dalam belajar dapat digunakan teknik-teknik mempersiapkan diri dalam belajar
maupun dalam proses belajar.

BAB VI

MODEL PEMBELAJARAN

29
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran dapat dikelompokan model
interaksi sosial, model pengpolahan informasi, model persona humanistik dan model modifikasi
tinghkah laku. Pembelajaran yang diimplementasikan pada kurikulum tingakat satuan
pendidikan adalah model pengajaran langsung, pemeblajaran kooperatif, pengajaran berbasis
masalah dan strategi-strategi pembelajaran. Semua model ini didasarkan pada teori teori belajar
dan pembelajaran.

BAB VII

MOTIVASI BELAJAR

Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi energi, arah dan mempertahankan
perilaku. Pendekatan behavior menekankan pemberian motivasi secara eksternal berdasarkan
imbalan dan hukuman. Dalam perspektif humanistik menekankan pada pertumbuhan personal
sehingga motivasi bersumber secara internal. Pendekatan kognitif memfokuskan perhatian pada
mendapatkan sesuatu ,atribusi dan keyakinan seseorang untuk mengendalikan lingkungan
secara efektif untuk dapat mencapai tujuan mereka. Guru perlu memperhatikan adanya
pengaruh sel determination, pencapaian tujuan, ekspestasi x nilai di dalam motivasi siswa.

Guru perlu memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Penting
untuk diperhatikan agar pemberian reinforcement tidak membuat siswa tergantung, akan tetapi
justru menumbuhkan motivasi internal di dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang
baik.

BAB VIII

DISAIN PEMBELAJARAN

Disain pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan dalam menentukan rencana


pembelajaran dalam: menentukan tujuan instruksional, merencanakan aktivitas dan menentukan
prioritas dan menentukan waktu , mulai dari perencanaan harian hingga perencanaan tahunan.
Perencanaan pembelajaran berorientasi pada guru dapat dilakukan dengan orientasi tugas baru,
advanceorganizer, menjelaskan , mendemonstrasikan, bertanya dan diakusi. Sedangkan
pendekatan berorientasi pada pelajar fokus pada pelajar sebagai individu yang belajar, antara

30
lain dilakukan dengan problem baselearning, discoverylearning, esentialquestion, pemanfaatan
teknologi dalam pembelajaran.

Di dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran perlu diperhatikan manajemen


kelas. Yaitu, aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa di dalam belajar . Dua
hal yang menjadi perhatian dalam manajemen kelas, yaitu pengelolaan fisik kelas seperti
mobiler dan alat-alat pembelajaran dan yang kedua adalah pengelolaan interaksi di dalam kelas.
Inti dari manajemen kelas ini adalah bagaimana guru dapat mengendalikan seluruh aktivitas
kelas agar efektif mencapai tujuan belajar.

BAB IX

PENILAIAN

Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan informasi dalam rangka penentuan nilai
kepada sesuatu atau objek termasuk program pendidikan berdasarkan suatu kriteria tertentu. Di
samping evaluasi dikenal juga asesmenyang sering disebut juga sebagai penilaian. Asesmen
merupakan proses pengumpulan i formasi yang memungkinkan guru dapat mendeskripsi
perkembangan hasil belajar yanh dicapai siswa/anak secara menyeluruh dengan menggunakan
berbagai cara. Tes merupakan instrumen yang digunakan dalam melakukan evaluasi atau
asesmen. Pengukuran juga digunakan dalam rangka pengumpulan data untuk melakukan
evaluasi atau asesmen. Penguluran merupakan instrumen pengumpulan data kognitif atau
sesuatu atau objek.

Pengamatan merupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan panca indra.


Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan specimenrecords, time sampling , atau even
sampling.

Portofolio penilaian merupakan dokumen yang digunakan untuk memperoleh informasi


perkembangan kemajuan belajar peserta didik dalam rentang waktu yang dilakukan.
Penggunaan portofolio sebagai penilaian pembelajaran dilakuakn dengan langkah yaitu:

1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan
3) Tahap penilaian

31
Portofolio penilaian dikembangkan melalui tahapan:

1) Merumuskan tujuan
2) Menentukan format
3) Memilih sistem penyimpanan
4) Mengidentifikasi komponen portofolio
5) Mengumpulkan dan menyusun karya
6) Menyusun penilaian portofolio

Portofolio penilaian mengandung komponen pokok yaitu:

1) Adanya tujuan yang jelas dan dapat mencakup lebih dari satu ranah
2) Kualitas hasil (outcome)
3) Bukti buktioutentik dari pembelajranyang mencerminkan dunia nyata dan bersifat
multisumber
4) Kerja sama anak dengan anak, anak dengan guru
5) Penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multi aspek
6) Adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri
7) Perpaduan penilaian dengan pembelajaran

32
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


Buku “Psikologi Pendidikan” ini dapat menjadi modal pengetahuan untuk para calon
pendidik mengetahui tentang bagaimana psikologi pada pembelajaran , bagaimana cara guru
menghadapi tingkah laku peserta didik yang berbeda-beda di dalam kelas dan bagaimana cara
memotivasi agar peserta didik mau belajar. Kedua buku ini memuat materi yang cukup jelas dan
dapat menjadi referensi untuk para mahasiswa dan juga pembaca kalangan umum. Materi yang
dipaparkan cukup bagus dan bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan kita dapat
mengetahui hal-hal yang kemungkinan terjadi dalam dunia keseharian kita sehingga kita diajak
untuk memahami masalah-masalah yang mungkin terjadi.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku


 Kelebihan Buku Utama
1. Materi yang diberikan memiliki keterkaitan antara bab pertama sampai bab terakhir
sehingga memiliki sinkronisasi dalam materi yang diterima oleh pembaca.
2. Penjelasan materi dilengkapi dengan pendapat-pendapat para ahli yang memperkuat
keakuratan materi tersebut.
3. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat.
4. Tampilan buku terlihat sederhana tapi menarik tampak dari cover buku tersebut.

 Kelebihan Buku Pembanding


1. Pendahuluan yang diberikan sangat bagus dimana menimbulkan rasa ingin tahu
pembaca karena disajikan dengan perkataan yang memotivasi pembaca.
2. Buku disertai dengan pendapat pendapat ahli, sehingga memperkuat fakta dari isi buku.
3. Materi dalam buku disertai dengan tabel, bagan, serta peta konsep sehingga membuat
pembaca mejadi mudah memahami isi buku dan membuat menarik untuk dibaca.
4. Pada setiap bab disertai dengan rangkuman dan daftar pustaka, sehingga buku ini
memberikan kajian yang cukup memuaskan.

33
 Kekurangan Buku Utama
1. Penjelasan materi yang diberikan dalam bentuk umum bukan secara spesifik (meluas)
pada peserta didik dalam konteks pendidikan.

2. Penjelasan materi yang diberikan terlalu singkat.

 Kekurangan Buku Pembanding


1. Daftar isi kurang sistematis.
2. Terdapat kalimat yang berbelit-belit dan terdapat kata-kata yang kurang, misalnya
seseorang tetapi diketik sseorng.

34
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji
perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai
fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui
metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan. Hubungan
antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan
seharusnya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan
seharusnya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan
dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun
dapat mengimbas pada praktik pendidikan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah Critical Book Review ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan senantiasa penyusunan nanti dalam upaya evaluasi. Penulis juga berharap,
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya calon tenaga pendidik agar teori-
teori psikologi pendidikan ini dapat diaplikasikan ketika kita melakukan proses belajar mengajar
kelak.

35
DAFTAR PUSTAKA

Milfayetty, Yus, Rahmulyani, Hutasuhut, Aini. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan : PPs
Unimed

Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

36

Anda mungkin juga menyukai