OLEH :
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ..........................................................................................................16
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Tanaman kesumba atau juga kesumba keling (Bixa orellana) adalah perdu
atau pohon kecil dengan tinggi 2-8 m. Daunnya tunggal, bertangkai panjang, dan
besar. Helaian daunnya berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, dengan pangkal
yang rata dan kadang berbentuk jantung. Tepi daunnya rata, dengan pertulangan
daun menyirip, ukuran daunnya: 8-20 cm × 5–12 cm, berwarna hijau berbintik
merah. Perbungaan tumbuhan ini majemuk, dengan warna merah muda atau putih
dengan diameter 4–6 cm. Buahnya seperti rambutan, tertutup rambut seperti sikat,
berwarna hijau sewaktu masih muda, dan merah tua apabila sudah masak. Buahnya
pipih, panjang 2–4 cm, dan berisi banyak biji kecil berwarna merah tua. Kesumba
keling menyukai tempat yang hangat, lokasi dengan paparan sinar matahari yang
cukup, tidak beku, dan lebih senang tumbuh didaerah tropis yang memiliki
intensitas hujan yang lebih banyak sepanjang tahun. Kesumba keling mengalami
proses penyerbukan biotik dengan bantuan lebah madu. Polen atau serbuk sari
diantarkan oleh lebah madu sehingga jatuh mengenai kepala putik. Zat kimia yang
terkandung dalam batang dan daun Kesumba keling diantaranya: tanin, kalsium
oksalat, saponin dan lemak. Selain itu juga pada akar, daun dan bijinya mengandung
zat warna biksin, orelin, glukosida, zat samak dan damar. (Dalimartha, 2006).
2
Ekstrak biji tanaman kesumba (Bixa orellana) memiliki banyak khasiat dan
manfaat, terutama dalam pewarnaan makanan dan tekstil, sehingga kami mencoba
mengolah ekstrak biji tanaman kesumba (Bixa orellana) menjadi bahan pewarna
alami dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Maraknya penggunaan zat warna pada era teknologi seperti saat ini
menyebabkan banyaknya sintesis-sintesis zat warna agar dapat mengurangi
kelemahan dari zat warna alami, antara lain tidak stabil (stabilitas pigmen rendah),
seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan, konsentrasi
pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik dan spectrum warna tidak seluas
pewarna sintetik. Sedangkan pewarna sintetik mempunyai keuntungan yang nyata
dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih
kuat, lebih seragam, lebih stabil, dan lebih murah.
arabinosa. Anthosianin yang mengandung satu molekul gula disebut monosida, dua
gula disebut diosida dan tiga gula disebut triosida. Terdapat enam jenis
anthosianidin yang sering terdapat dialam, yang penting untuk makanan yaitu
pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin dan malvinidin. Semua
anthosianidin merupakan derivatif dari struktur dasar kation flavilium. (Fitri, 2009).
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
6
Berdasarkan hasil penelitian Suparmi, dkk (2011) Kadar SGOT dan SGPT
Setelah Pemberian Serbuk Pewarna dari Pigmen Selaput Biji Kesumba Keling
(Bixa orellana) menunjukkan bahwa pada selaput biji buah kesumba (Bixa
orellana) mempunyai kandungan bixin dan norbixin yang bermanfaat sebagai
pewarna alami. Selain sebagai pewarna alami bixin dan norbixin terbukti berpotensi
sebagai antioksidan. Selaput biji B. orellana L. mengandung pigmen utama dari
golongan di-apo karotenoid dengan komposisi bixin (C₂₅H₃₀O₄) sebesar 83,41 ±
4,54% (Suparmi et al., 2008a,b). Sifat antioksidan bixin diduga dapat mendukung
potensi sebagai antiinflamasi.
Pemanfaatan biji kesumba saat ini masih terbatas, padahal dalam biji
kesumba terdapat zat warna yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi zat
warna alami. Zat warna alami pada biji buah kesumba dapat digunakan sebagai zat
pewarna merah, misalnya seperti untuk lipstick juga dapat memberikan warna
kuning seperti mentega dan keju karena dapat menghasilkan warna kuning alami
(biksin). (Suryowinoto, 1997)
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Blender
2. Wadah
3. Pisau
4. Kertas kasa sebagai penyaring
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaringan batang pada
tumbuhan Beluntas (Pluchea Indica).
10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian ini berupa hasil telaah kemampuan penyerapan warna
tiap jaringan penyusun organ batang terhadap pewarna alternatif alami dari ekstrak
biji kesumba. Hasil gambar preparat irisan melintang batang yang diwarnai
menggunakan pewarna ekstrak biji kesumba perbesaran 400x ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong
sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali dengan menggunakan
mikroskop. Proses timbulnya warna pada jaringan yang diwarnai terkait dengan
terjadinya ikatan molekul antara zat warna dengan jaringan tertentu. Zat warna yang
terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu
sehingga jaringan akan tampak berwarna.
Berdasarkan tabel 4.1 mengenai penyerapan jaringan batang kedua tumbuhan
terhadap pewarna ekstrak biji kesumba menunjukkan bahwa setiap jaringan
memiliki kemampuan menyerap zat warna. Jaringan epidermis, kolenkim, floem
dan xilem memiliki kemampuan intensif dalam menyerap zat warna. Hal ini
ditunjukkan dengan dinding sel yang berwarna merah. Jaringan parenkim pada
batang beluntas berdasarkan hasil telaah penelaah jaringan ini sedikit menyerap
warna. Jaringan sklerenkim juga memiliki kemampuan menyerap warna,
berdasarkan keterangan penelaah penyerapannya kurang intensif. Hal ini
ditunjukkan dengan dinding sel yang berwarna kuning mengkilat.
Zat warna alternatif yang digunakan pada penelitian ini adalah zat warna ekstrak
biji kesumba ini diharapkan dapat digunakan sebagai pewarna alternatif pada
pewarnaan preparat jaringan tumbuhan.
Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa dapat mengadakan ikatan
hidrogen dengan gugusan hidroksil, amina, dan azo dalam molekul zat warna
12
(Arifin, 2010). Sel hidup dan memiliki dinding yang tipis menurut Santoso dkk.
(2007) memiliki komponen penyusun dinding sel utama berupa selulosa. Jaringan
tersebut tidak mengalami lignifikasi karena penebalan dinding selnya primer.
Derajat keasaman (pH) zat warna dapat menentukan muatan zat kimia untuk masuk
dalam golongan yang bermuatan positif atau bermuatan negatif hal ini
mempengaruhi kemampuan suatu zat warna untuk dapat terserap ke dalam jaringan
(Anonim, 2006). Penyerapan zat warna oleh jaringan menurut Brien (1964) dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu sifat zat warna yang digunakan
termasuk dalam kelompok zat warna asam atau basa.
Berdasarkan pembahasan di atas terlihat bahwa zat warna ekstrak biji
kesumba memiliki kemampuan penyerapan terhadap jaringan yang memiliki
dinding sel tipis, terdiri dari sel hidup dan dinding sel dengan penebalan primer
yang belum mengalami lignifikasi. Jaringan yang terdiri dari sel mati dan
mengalami penebalan sekunder atau terlignifikasi memiliki kemampuan
penyerapan zat warna yang kurang intensif ditunjukkan dengan warna dinding sel
kuning mengkilat.
Perubahan Warna yang Ditimbulkan oleh Indikator Asam Basa dari Kulit
Buah Kesumba. Perbedaan warna larutan asam dan basa lebih mudah dikenali
dengan mengunakan pelarut aseton daripada menggunakan indikator cair dengan
pelarut etanol. Pada pelarut aseton pH 2-11, warna larutan kuning pucat. Sedangkan
pada pH 12, larutan menjadi coklat. Indikator yang dibuat dengan pelarut aseton
tampak lebih jelas dalam memberikan perubahan warna larutan.
13
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pewarna ekstrak biji kesumba dapat
digunakan sebagai alternatif pewarna dalam pembuatan preparat jaringan batang
tumbuhan beluntas. Hal ini ditunjukkan tiap jaringan tumbuhan dapat menyerap zat
warna dengan kemampuan penyerapan yang berbeda sehingga menimbulkan
kontras warna antara satu jaringan dengan jaringan yang lain. Penggunaan indikator
cair yaitu dengan meneteskan 2–3 tetes indikator ke dalam larutan cuplikan dan
diamati perubahan warnanya. Perubahan warna yang terjadi adalah dalam larutan
asam, indikator menunjukkan warna kuning pucat, sedangkan pada pH di atas 10,
indikator menunjukkan warna coklat tua.
5.2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran, antara lain:
1. Perlu ditentukan waktu optimum perendaman agar preparat yang dibuat dapat
menyerap warna secara optimum.
2. Preparat yang dibuat perlu untuk diujicobakan kepada siswa dan mahasiswa
untuk mengetahui efektifitas preparat dengan menggunakan pewarna
alternatif sebagai media pembelajaran.
3. Perlu kajian yang lebih mendalam mengenai kandungan zat warna ekstrak biji
kesumba dan karakteristik pewarnaan jaringan tumbuhan menggunakan
pewarna alternatif ekstrak biji kesumba sebagai pewarna alami.
14
DAFTAR PUSTAKA
Lemmens, H.MJ. dan W.N. Soetjipto, 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara,
No 3 “Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin”, Balai Pustaka. Jakarta.
Paryanto. 2015. Pembuatan Zat Warna Alami Dari Biji Kesumba Dalam Bentuk
Konsentrat Tinggi Untuk Pewarna Makanan. Jurnal Kimia. 1(1).
Putri, Ayu.,dkk. 2016. Ekstrak Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana Linn) Sebagai
Pewarna Alami Kayu Sengon (Paraserianthes Falcataria Linn). Jurnal
Hutan Lestari .4 (3) : 306 – 313
Sangita S.S., & P.Satsangi. 2014. Sesbania Aculeata: A Plant for Colouring Cotton
and Silk. International Journal of Emerging Technology and Advanced
Engineering. Volume 4, Issue 10, 141-145.
15
Suparmi, Israhnanto Isradji, dan Dina fatmawati. 2011. Kadar SGOT dan SGPT
Setelah Pemberian Serbuk Pewarna dari Pigmen Selaput Biji Kesumba
Keling (Bixa orellana). Jurnal Penelitian Studi Eksperimental Pada Mencit
Putih Galur balb/C. 1(1): 55-69.
LAMPIRAN