Anda di halaman 1dari 4

 

Berkurban dengan Ayam 


Reza Ishak Estiko 
Yogyakarta, 15 Agustus 2018 

Amalan yang utama di bulan Dzulhijjah itu ada tiga: Shalat lail (malam), berpuasa di hari 
Tarwiyah dan Arafah, serta menyembelih binatang kurban.  

Hewan yang dipersyaratkan untuk udhiyah (kurban) adalah hewan ternak, yaitu unta, 
sapi dan kambing termasuk pula jenis-jenisnya. Sehingga tidak dibenarkan jika kita 
berkurban dengan ikan paus, kuda, rusa atau ayam. Dan tidak pernah dinukil sama 
sekali dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dari para sahabat bahwa 
mereka berkurban dengan selain tiga jenis hewan tersebut. 
 
Allah Ta’ala berfirman, 
 
ْ ‫اﷲ َﻋﻠَﻰ َﻣﺎ َر َزﻗَﻬ ُْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺑﻬﯿ َﻤ ِﺔ‬
‫اﻷَْﻧ َﻌ ِﺎم‬ ْ ‫وﻟِ ُﻜ ﱢﻞ أُ ﱠﻣ ٍﺔ َﺟ َﻌﻠَْﻨﺎ َﻣ ْﻨ َﺴ ًﻜﺎ ﻟَِﯿ ْﺬ ُﻛ ُﺮوا‬ 
ِ ‫اﺳَﻢ ﱠ‬ َ
ِ
 
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka 
menyebut nama Allah terhadap bahimatul an’am (binatang ternak) yang telah direzkikan 
Allah kepada mereka” (QS. Al Hajj: 34). 
 
Dalam Al Majmu’ (8: 364-366), Imam Nawawi berkata, “Syarat sah dalam qurban, yaitu 
hewan qurban harus berasal dari hewan ternak yaitu unta, sapi dan kambing. Termasuk 

 

 

pula berbagai jenis unta, semua jenis sapi dan semua jenis kambing yaitu domba, ma’iz 
dan sejenisnya. Sedangkan selain hewan ternak seperti rusa dan keledai tidaklah sah 
sebagai hewan qurban, baik dari yang jantan maupun betina -tanpa ada perselisihan di 
kalangan ulama-. Tidak ada khilaf sama sekali mengenai hal ini menurut kami. … Begitu 
pula turunan dari perkawinan antara rusa dan kambing tidaklah sah sebagai hewan 
qurban karena bukan termasuk an’am (hewan ternak).” 
 
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan dalam Ahkamul Udhiyah waz 
Zakaah, “Jenis hewan yang dijadikan qurban adalah dari bahimatul an’am saja (hewan 
ternak). Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bagi tiap-tiap umat telah 
Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah 
terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka” (QS. Al Hajj: 34). 
Bahimatul an’am adalah unta, sapi, kambing (termasuk domba dan ma’iz). Hal ini 
ditegaskan oleh Ibnu Katsir dan beliau mengatakan bahwa ini menjadi pendapat Al 
Hasan Al Bashri, Qotadah dan selainnya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa demikian 
anggapan orang Arab mengenai bahimatul an’am. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda, “Janganlah kalian menyembelih selain musinnah kecuali jika sulit bagi kalian, 
maka hendaklah menyembelih jadza’ah dari domba.” Musinnah adalah unta, sapi atau 
kambing yang telah berumur dua tahun ke atas. Demikian kata para ulama. 
 
Ditetapkan aturan seperti ini karena qurban adalah ibadah sebagaimana hadyu, maka 
haruslah dilakukan jika ada ketetapan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan 
tidak pernah dinukil dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah 
berqurban denan selain unta, sapi atau kambing.” 

Menurut Ust Afroni dalam anjuran berkurban, bagi orang yang tidak mampu, berkurban 
dengan Jagopun diperbolehkan. Ini mengingat pada hari tersebut sangat dianjurkan 
melakukan amalan Irakatu Dam (mengalirkan darah) hewan kurban sebagai 
penghormatan kepada Nabi Ibrahim as atas keberhasilanya dalam menjalani ujian 
keimanan kepada Allah. 

 

 

Menurut Ust Afroni, dalam anjuran berkurban, bagi orang yang tidak mampu, berkurban 
dengan Jagopun diperbolehkan. Ini mengingat pada hari tersebut sangat dianjurkan 
melakukan amalan Irakatu Dam (mengalirkan darah) hewan kurban sebagai 
penghormatan kepada Nabi Ibrahim as atas keberhasilanya dalam menjalani ujian 
keimanan kepada Allah.  

“Oleh karenanya bagi yang tidak mempu boleh berkurban dengan Ayam Jago. Ini berarti 
pula bagi yang mampu secara ekonomi harus (sangat dianjurkan) melakuakan ibadah 
kurban untuk dibagikan kepada faqir miskin,” katanya. 
 
Bahkan, lanjut Afroni, dalam masalah Aqiqah juga dikiaskan dengan kurban, dimana 
orang yang tidak mampu Aqiqah dengan kambing maka disunahkan dengan ayam jago.  
 
“Menurut keterangan yang saya dapat dari kitab Tausyeh, syarah kitab Taqrib, bagi 
orang yang dimungkinkan tidak mampu berkurban dengan kambing dalam setiap 
tahunnya maka baginya sangat dianjurkan menyembelih kurban dengan kambing satu 
kali untuk yang diniati intuk semua anggota keluarganya,“ kata ustadz yang kesibukan 
sehari-harinya mengajar di STAIN Pekalongan. 
 
Dalam pandangan Afroni, berkurban dengan selain kambing, ayam Jago misalnya, 
kesunahanya sama dengan yang lainya, baik dari segi pahala, hari pelaksanaan ( 
tanggal 10 Dzulhjijah dan hari Tasyrik), ataupun cara pembagianya.  
 
“Dengan catatan memang dia tidak mampu untuk membeli kambing, menyembelih 
ayam Jago dengan diniatkan kurban, sama dengan berkurban dengan kambing, asalkan 
pelaksanaan masih tanggal 10 Dzulhikah dan hari Tasyrik. Tapi ini tidak berlaku bagi 
orang yang mampu,” jelasnya. 
 
Mengenai qurban dengan ayam memang ada yang membolehkan. Pandangan ini 
dasarkan kepada kepada Ibnu Abbas ra sebagaimana dipaparkan Ibrahim al-Baijuri 
dalam Hasyiyah-nya. 

 

 

 
‫ﯿﺲ َﻋﻠَﻰ‬ ُ ‫اﷲ َﯾﺄْﻣ‬
َ ِ‫ُﺮ اﻟْﻔَﻘ‬
ُ ِ‫ﯿﺮ ِﺑَﺘﻘْﻠِﯿ ِﺪِه َوُﯾﻘ‬ ُ ‫ْﺨَﻨﺎ َر ِﺣ َﻤ ُﻪ‬ُ ‫ﺎن َﺷﯿ‬ َ َ‫َﺟﺎج أَ ْو إ َو ﱟز َﻛ َﻤﺎ ﻗ‬
َ ‫ﺎل اﻟْ َﻤ ْﯿﺪَاِﻧ ﱡﻲ َو َﻛ‬ َ ‫ﱠﺎس أَﱠﻧ ُﻪ َﯾ ْﻜﻔِﻲ إ َراﻗَ ُﺔ ﱠ‬
ِ ٍ َ ‫اﻟﺪِم َوﻟ ْﻮ ِﻣ ْﻦ د‬ ِ ٍ ‫ْﻦ َﻋﺒ‬
ِ ‫و َﻋ ِﻦ اﺑ‬ 
َ
ْ َ ‫ﻮل ﻟِ َﻤ ْﻦ ُوﻟِ َﺪ ﻟَ ُﻪ َﻣ ْﻮﻟُﻮٌد َﻋ ﱠﻖ ِﺑ ﱢ‬
ُ ُ‫ﱠﺔ اﻟ َﻌﻘِﯿﻘَ َﺔ َوَﯾﻘ‬ ُْ
‫ﱠﺎس‬
ٍ ‫ْﻦ َﻋﺒ‬
ِ ‫َﺐ اﺑ‬ِ ‫ﺎﻟﺪَﯾ َﻜ ِﺔ َﻋﻠﻰ َﻣﺬﻫ‬ ِ ‫ﺿ ِﺤﯿ‬ ِ ‫اﻷ‬ 
 
“Dari Ibnu Abbas ra bahwa sesungguhnya qurban itu cukup dengan mengalirkan darah 
walaupun dari ayam atau angsa sebagaimana yang dikemukakan al-Maidani. 
Sedangkan guru kami rahimallahu menganjurkan orang fakir untuk bertaklid kepada 
pendapat tersebut. Beliau menganalogikan aqiqah dengan qurban, dan mengatakan 
boleh bagi orang yang memiliki anak untuk beraqiqah dengan ayam jantan menurut 
madzhab Ibnu Abbas” (Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri, Bairut-Dar al-Kutib 
al-‘Ilmiyyah, cet ke-2, 1420 H/1999 M, juz, 2, h. 555) 
 
Pandangan Ibnu Abbas ra ini bisa dibaca dalam konteks ada seseorang yang hidup 
sehari-harinya pas-pasan tetapi pada saat Idul Adha sampai hari-hari Tasyriq ternyata 
kebutuhan dasar dirinya dan keluarganya tercukupi. Seperti yang digambarkan dalam 
pertanyaan di atas. Namun kelebihan yang dimiliki tidak cukup untuk membeli kambing, 
tetapi hanya bisa untuk membeli ayam, sedang ia kepengin berqurban. Maka jika 
mengacu kepada pendapat Ibnu Abbas ra berqurban dengan ayam bisa diperbolehkan, 
begitu juga dengan aqiqah. Meskipun mayoritas ulama menyatakan tidak sah 
berqurban dan beraqiqah dengan ayam. 

Sumber: 

● NU.or.id 
● Muslim.or.id 

Anda mungkin juga menyukai