Terapi Cairan (Fluid Therapy) PDF
Terapi Cairan (Fluid Therapy) PDF
Oleh :
Setyo Budhi
Garnbar Perbandingan dari bikarbonat dan CO2 memperlihatkan beberapa tipe alkalosis dan
asidosis.
Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik ada beberapa tingkatan yang berhubungan dengan
beberapa penyakit. Dapat dikatakan bahwa beberapa penyakit selalu menyebabkan
asidosis ringan. Asidosis mungkin agak berat pada shock ,diabetes mellitus, penyakit
ginjal atau diare. Terapi dari asidosis seringkali berhasil balk sebab dapat memperbaiki
kondisi hewan sehingga gejala klinis penyakit kadang dapat tertutupi walaupun
penyebab primer masih ada.
Asidosis metabolik terjadi kalau kuantitas asam berlebihan masuk dalam darah
akan menetralkan sodium bikarbonat(Tabel 18.1 dan 18.2). Reduksi bikarbonat dalam
Kontrol pH seluler.
Kira-kira 80% injeksi asam pada hewan akan masuk ke dalam intraseluler.
Ekperimen memperlihatkan ketika sejumlah asam diinjeksikan untuk menetralkan
seluruh sodium bikarbonat dalam ruang intraseluler. Level sodium bikarbonat turun
pada seekor anjing setelah diinjeksi 25%-50% asam. Banyak penyebaran asam dalam
sel untuk menetralisir kondisi tersebut.Beberapa asam berubah dalam sel menjadi
kemikalia non asam,seperti asam piruvat yang dapat merubah glukosa dan jugs asam-
asam lain penyangga protein atau penyangga intraseluler lain.
Total kuantitas buffer asam intraseluler sulit diukur dan jumlah yang
dinetralisir tidak diketahui sebelum pengukuran pH total. Faktor lain adalah
metabclisine yang terus menerus menghasilkan asam. Keduanya harus benarbenar
dipertimbangkan dalam program penanganan.
Tiga faktor yang harus benar-benar dipertimbangkan dalam menangani asidosis
metabolik adalah (1). seberapa besar kondisi asam dalam ruang ektraseluler (2).
kondisi asam di dalam ruang intraseluler. (3). dan periode pembentukan asam sampai
dengan akan dilakukannya penanganan.
Pendekatan klinik selalu memperhitungkan banyaknya kekurangan ektraseluler
sistem buffer bikarbonat-karbondioksida. Sesudah kekurangan ektraseluler ditentukan,
beberapa faktor diperhitungkan untuk menambah bikarbonat pada asam intraseluler
yang dapat dipakai untuk perhitungan dosis bikarbonat yang diinginkan.
Sel darah merah mempunyai kapasitas buffer paling besar dibanding plasma.
Jumlah total bikarbonat dalam darah lebih dibutuhkan untuk perhitungan terapi
memperbaiki keasaman darah, dibanding dan nilai substansi bikarbonat plasma.
Faktor 1 dan 2 digunakan untuk memperbaiki buffer optimal dari keseluruhan
plasma darah,harga ini diperoleh dari kelelebihan atau kekurangan asam baik dalam
intrasel maupun ektrasel.
a. Rumus (a) dan (b) mengubah defisit bikarbonat ke netral. Rumus (c)
menghitung volume ruang ektraseluler. Rumus (d) menghitung
kekurangan volume pada ruang ektraseluler.
Rumus di atas tidak berlaku untuk keasaman yang tinggi dan variatif atau
produksi asam dalam proses terapi. Perkiraan jumlah bikarbonat dapat diperoleh dari
faktor yang lebih besar Mari 0,2, sebagian pare ahli menyarankan 0,3-0,6 untuk terapi
bikarbonat. Penggunaan faktor 0,3-0,6 berdasarkan pada pengalaman penanganan
yang aman. Paling tidak perlu 12 jam untuk asam di intrasel berdifusi dari sel ke ruang
ekstrasel pada pemberian sodium bikarbonat.
Jika digunakan dosis yang lebih tinggi(0,6) akan membahayakan, karena akan
menimbulkan alkalasis saat pemberian bikarbonat secara cepat. Prosedur yang bisa
dilakukan adalah dengan dosis 0,3-0,4. Larutan tersebut harus diberikan secara
perlahan-lahan secara intra vena dan secara cepat dengan intraperitoneal atau
subcutan. Kurang lebih 12 jam kemudian dapat dilihat pengaruhnya secara laboratorik
dan berapa bikarbonat yang dibutuhkan. Pada dosis rendah, kelebihan bikarbonat
dieliminasi lewat ginjal dan kontrol pH juga dapat dilakukan..
Evaluasi Klinis
Evaluasi klinis dari hewan sebaiknya dilakukan dalam setiap kasus, kadangkala
hal ini merupakan metode tunggal dari evaluasi keseimbnagan asambasa. Penentuan
secara laboratorium mungkin tidak bisa diperoleh, atau mungkin pengobatan lebih
dahulu dilakukan sampai waktu penentuan secara laboratorium dapat dilaksanakan.
Terdapat beberapa bahaya dalam pengobatan hewan yang disebabkan gangguan
asam-basa tanpa pemeriksaan laboratorium.
Sulit dikatakan dari evaluasi klinis jumlah sodium bikarbonat atau amonium
clorida yang diperlukan untuk pengobatan. Bila pengobatan berlebihan terjadi,pH
akan berubah berlawanan arah,dan berbahaya bagi hewan tersebut. Untuk
mengatasi masalah yang mungkin akan terjadi,dosis rendah sebaiknya digunakan
dengan pemberian subkutan, intraperoneal atau intravena dengan perlahan-lahan.
Pada asidosis metabolik,penggunaan sodium bikarbonat akan mengakibatkan sedikit
perubahan drastis pada pH dan resikonya kecil. Pengobatan alkalosis dan asidosis
berhubungan dengan ginjal atau kerusakan alat pernafasan Ginjal dan pernafasan
penting untuk kontrol pH dan apabila dosis berlebihan diberikan pada keruskan ginjal
maupun alat respirasi, akan menimbulkan pengaruh jelek yang cukup serius.
Penambahan berikut ini menunjukan perubahan yang lazim pada pH yang
dijumpai pada beberapa tipe penyakit. Tabel 18.2 adalah data beberapa penyakit
dengan perubahan pH dan terapi yang bermanfaat.
Gastroenteritis.
Diare yang ada hubunganya dengan gastroenteritis mengakibatkan naiknya
kadar air yang hilang( 16% sampai 17% ) dari berat badan,kehilangan sodium ( 8%
sampai 22% ) dan kehilangan potasium dengan asidosis metabolik dari yang ringan
sampai yang cukup berat. Muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis menyebabkan
hilangnya clorida yang kurang lebih sama dengan hilangnya sodium yang
mengakibatakn metabolik asidosis. Apabila diare dan muntah terjadi pada hewan yang
sama, keduanya cenderung menutupi satu sama lain sehingga dapat merubah
Shock.
Shock, baik yang disebabkan oleh hypovolemik,endotoksin atau infeksi bakteri
yang berat, biasanya menyebabkan asidosis ringan sampai berat. Shock pada anjing
dan manusia biasnya berhubungan dengan asidosis berat. Ekperimen menunjukan
darah dalam cairan ACD( sodium citrat, citric acid, cairan dextrose anticoagulan )
diberikan pada anjing yang mengalami shock berat. Jika pH dari ACD 7,8 diberikan ke
anjing yang mengalami shock, akan membuat anjing tetap bertahan. Metabolik acidosis
yang berhubungan dengan shock bisa diobati dengan larutan alkalin ,terutama sodium
bikarbonat. Dalam sebuah percobaan, 1-2 mEq/kg sodium bikarbonat yang diberikan
perlahan dapat membantu hewan bertahan hidup. Jika digunakan transfusi darah,
dosis minimal sodium bikarbonat dapat diberikan untuk pengobatan metabolik asidosis
dari shock.
Gangguan ginjal.
Metabolik asidosis biasanya terjadi pada gangguan ginjal. Penyebab utamanya
adalah hilangnya sodium dan gagalnya eliminasi produksi asam dari metabolisme
urine. Penurunan pH yang terjadi pada ginjal tidak selalu terjadi pada saat asidosis.
Gangguan respirarasi.
Pneumonia, gangguan jantung dan berbagai kondisi yang berhubungan dengan
obstruksi dari pertukaran udara dan paru-paru biasanya menahan keluarnya CO2 dan
menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik.
Tabel 18-3. Penilaian defisit bikarbonat pada pasien dengan asidosis metabolik.
Tanda-tanda Penilaian defisit Kebutuhan bikarbonat
Bikarbonat untuk mengurangi
mEq/L defisit ( mEq/kg )
Ringan 5 3
Sedang 10 6
Berat 15 9
Gambar 18.3. Nomogram Russel untuk menghitung whole body base defisit dari pH
arterial plasma dan pCO2
Gambar 18,4 Haskins modifikasi Siggaard-Anderson nomogram untuk menghitung defisit dari dua
parameter ( pH, pCO2, HCO3, CO2)
Rata-rata Kisaran
Bikarbonat 24 22 — 25
Pengaturan volume darah. Seperti pada pengaturan pH, volume darah sebagaian
besar diatur oleh ginjal. Kontrol ginjal pada volume darah adalah lambat dan
membutuhkan beberapa harai untuk mencapai maksimal. Ketika volume darah
berkurang terjadi penurunan tekanan darah dan output ginjal. Penurunan tekanan
darah pada ginjal menyebabkan terjadinya penurunan output urine dan hilangnya air.
Terjadi retensi cairan sebagai akibat fungsi ginjal dalam meningkatkan volume darah.
Baroreseptor yang terletak di arteri dan vena besar pada jantung juga mengatur
volume darah lebih cepat daripada ginjal. Ketika tekanan darah menurun , reseptor
tersebut menyebabkan beberapa efek yang tersebut pada tabel 18,5. Reseptor
tersebut mampu menyimpan volume darah, kecuali pada penyakit parah, dalam waktu
1 atau 2 jam.
Pengukuran volume darah. Untuk menilai dengan benar, jumlah darah atau plasma
memerlukan koreksi abnormalitas, volume darah adalah penting untuk mengetahui
volume darah. Ada beberapa cara untuk mengukur volume darah yaitu (1).
Menggunakan PCV (2). Menggunakan Evans Blue(T18824) (3) Menggunakan
bromsulphalein,rose bengal atau pearna lain.
PCV. Pengukuran volume darah memakai PCV mudah dilaksanakan meskipun metode
ini mungkin tingkat akurasinya yang paling rendah. Asumsi yang dibust bahwa volume
sel darah merah adalah normal dan hanya volume plasma yang turun. Jika ini adalah
benar, nilai hematokrit atau PCV akan menunjukan hemokonsentrasi ketika ada
penurunan volume plasma. Jelasnya perubahan sel darah merah seperti pada anemia,
akan menyebabkan error pada sistem tersebut. PCV di atas normal mengindikasikan
adanya penurunan volume plasma. Perkiraan kasar dari sejumlah plasma yang
seharusnya diberikan dalam suatu transfusi dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut :
a) 1,2 x BB(kg) x ( PCV- normal PCV) = jumlah plasma untuk di transfusikan.
b) 1,2 x 20 x (45 — 35) = 240 ml plasma.
Formula (a) adalah formula umum untuk menghitung volume transfusi plasma
dari PCV. Formula (b) mengindikasikan bahwa anjing dengan berat 20 kg, dengan PCV
sekitar 45 akan membutuhkan 240 ml plasma. Hal tersebut didasarkan atas perkiraan
bahwa setiap point peningkatan PCV di atas normal mengindikasikan hemokonsentrasi,
terdapat 1,2 ml penurunan volume plasma tiap kg BB.
a. Volume plasma = densitas optikal standar x standar pengenceran
densitas optikal plasma
b. 627,3 ml plasma = 0,345 x 500
0,275
c. Volume darah = 100 x volume plasma
100 - PCV
Rehidrasi intraseluler.
Elektrolit utama pada sel adalah potasium. Elektrolit ini dikeluarkan dalam
suasana asam/asidosis dan pada tingkat tertenti dehidrasi. Merupakan mekanisme
aman untuk menghindari tekanan osmotik yang berlebihan di dalam sel. Waktu
potasium meninggalkan sel pada keadaan fungsi ginjal normal, akan dikeluarka dari
tubuh saat cairan rehidrasi intraseluler potasiumnya dalam jumlah ekstra. Hal ini terjadi
pada hewan muda sperti anak anjing. Untuk mendapatkan tingkat efek rehidrasi
intraseluler, jumlah potasium cairan harus di atas 5 mEq/L. Ini digunakan untuk rehidrasi
ektrseluler dan jumlah yang lebih bisa digunakan untuk rehidrasi intraseluler. Larutan
Darrow yang terdaftar dalam tabel 18,6 merupakan cairan rehidrasi intraseluler.
Coles E.H, 1986. Veterinary Clinical Pathology 4Ed .W.B. Sounders Company. pp.203-216.
Sattler F.P.; Knowles R.P.; Whittick W.E, 1997. Veterinay Critical Care. Lea and Febiger.
Pp.415-434.
Tilley L.P.,D.V.M.; Smith F.W.K. Jr.,D.V.M.,1977. The 5 Minute Veterinary Consult, Canine
and Feline. Lea and Febiger. Pp. 150-151.
William V. L.; Jones E.W., 1984. Veterinary Anesthesia 2Ed Lea and Febiger. Pp101-130