Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA

SMP MATERI PERBANDINGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kuliah Metodologi Penelitian pada
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSIKA

Disusun Oleh :

Ayu Arlin Yustika (1610631050023)

Irma Ningsih S (1610631050074)

Mutia (1610631050099)

Qian Anindita Sugiyo (1610631050119)

Siti Nurfadilah (1610631050139)

Yolanda Rizki Aldela (1610631050163)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Kami yang bertandatangan dibawah ini :

Nama dan NPM : Ayu Arlin Yustika (1610631050023)

Irma Ningsih S (1610631050074)

Mutia (1610631050099)

Qian Anindita Sugiyo (1610631050119)

Siti Nurfadilah (1610631050139)

Yolanda Rizki Aldela (1610631050163)

Judul Proposal : Analisis Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa SMP


Materi Perbandingan dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Proposal ini berdasarkan pemikiran


dan pemaparan dari kami sendiri,yang tercantum sebagai bagian dari Proposal ini. Jika
terdapat karya orang lain,kami akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,maka kami bersedia
menerima sanksi yang sesuai dengan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini kami buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Karawang,13 Desember 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan karunia-
Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul
“Analisis Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa SMP Materi Perbandingan dengan
Model Pembelajaran Kooperatif ” .

Penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika. Penyusunan ini dapat terlaksana dengan baik
berkat dukungan dari Dosen pengampu kami Bapak Dr. Dori Lukman Hakim,M.Pd untuk itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih.

Walaupun demikian dalam laporan ini kami menyadari bahwa masih belum
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan proposal
ini. Namun demikian adanya,semoga proposal ini dapat dijadikan acuan atau tindak lanjut
selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu keguruan dan pendidikan.

Karawang,13 Desember 2018

ii
Daftar Isi
Lembar Pernyataan Keaslian Proposal ................................................................i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Daftar Gambar ......................................................................................................iv
Daftar Tabel ........................................................................................................... v
Latar Belakang Penelitian ..................................................................................... 1
Batasan Masalah Penelitian .................................................................................. 2
Rumusan Masalah .................................................................................................2
Tujuan Penelitian ...................................................................................................2
Manfaat Penelitian .................................................................................................3
Kajian Teori ........................................................................................................... 3
A. Indikator Masalah Berpikir Logis ............................................................ 3
B. Kemampuan Berpikir Logis Matematis ................................................... 4
C. Model Pembelajar Kooperatif ...................................................................7
D. Tahapan Pembelajaran Model Kooperatif ............................................. 11
Metodologi Penelitian .......................................................................................... 12
Subjek Penelitian .................................................................................................13
Definisi Oprasional .............................................................................................. 13
A. Berpikir Logis Matematis ........................................................................ 13
B. Model Pembelajar Kooperatif .................................................................14
Instrumen Penelitian ........................................................................................... 14
A. Instrumen Penelitian ................................................................................ 14
B. Penilaian atau Skoring ............................................................................. 14
C. Uji Validitas ............................................................................................... 15
D. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 16
Analisis Data ......................................................................................................... 17
Kerangka Penelitian ............................................................................................ 19
Referensi ............................................................................................................... 19
Lampiran .............................................................................................................. 22
A. Instrumen Tes.............................................................................................. 22
B. Lembar Jawaban + Rubrik Penilaian .......................................................... 23
C. Rancangan Rencana Pembelajaran ............................................................. 28

iii
Daftar Gambar

Gambar 12.1 19

iv
Daftar Tabel

Tabel6.1 4
Tabel6.2 12
Tabel10.1 15
Tabel10.2 16
Tabel10.3 17

v
1

1. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan
disekolah dalam meningkatkan kemampuan siswa diantaranya kemampuan berpikir
logis,kreatif,kritis dan bekerjasama yang dapat dikembangkan melalui belajar
matematika. Pentingnya meningkatkan kemampuan berpikir logis termuat dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.22 tahun 2006 tentang Standar Isi (Zaini dan
Marsigit,2014:153) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir logis. Kemampuan berpikir logis
diperlukan individu, pada saat beraktivitas dalam mengambil keputusan, menarik
kesimpulan, melakukan pemecahan masalah. Bentuk aktivitas yang dilakukan dapat
berkaitan dengan masalah matematis maupun masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Aktivitas lain yang dilakukan individu dalam berpikir logis adalah ketika
menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu hasil diperoleh, bagaimana cara menarik
kesimpulan dari premis yang tersedia, dan menarik kesimpulan berdasarkan aturan
inferensi tertentu. Karena itu penalaran logis sesuai dengan materi logika matematika
yang memiliki korelasi dengan aturan-aturan logika dan memperoleh suatu konklusi dari
suatu informasi. Logika matematika akan memberikan landasan tentang bagaimana cara
mengambil kesimpulan yang benar dan salah. Logika matematika merupakan pokok
bahasan yang sangat penting karena berhubungan dengan kemampuan berpikir secara
logis. Berpikir secara logis sangat diperlukan dalam setiap aspek kehidupan sehati-hari
karena merupakan pendukung keberhasilan suatu tindakan, misalnya dalam mengambil
keputusan.
Individu yang mampu bertahan dalam era informasi dan globalisasi, adalah individu
yang memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan kreatif (Suryadi, 2005).
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tantangan, tuntutan, dan persaingan
global yang semakin ketat membutuhkan manusia yang memiliki kemampuan berpikir
logis, kritis, dan kreatif, serta disposisi matematis (Sumarmo, 2010). Salah satu
kemampuan yang dimiliki individu adalah keampuan berpikir logis. Menurut
Suriasumantri (Syafmen dan Rahayu, 2012:155) kemampuan berpikir logis, yaitu
kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu.
Kemampuan ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena dapat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Penelitian ini
ingin melihat bagaimana kemampuan logika matematika individu pada siswa SMP kelas
7 pada materi perbandingan senilai dan perbandingan tak senilai. Karena pada saat materi
2

tersebut siswa kadang merasa kebingungan dalam menjawab soal logika matematika yang
membuat siswa tersebut kadang terkecoh dengan soal yang telah guru berikan. Keadaan
ini pada akhirnya menyebabkan semakin tidak efektif dan efesien kegiatan belajar yang
dilakukaan individu yang mengalaminya yang pada akhirnya akan menyebabkan kurang
maksimalnya hasil belajar,sehingga prestasi belajar siswa pun kurang atau dibawah
standar rata-rata. Sebuah model pembelajaran individual yang diarahkan dapat
memecahkan masalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dimana
pada model pembelajaran ini siswa dituntut untuk belajar secara berkelompok. Dengan
belajar berkelompok ini siswa akan merasa terbantu untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan dalam persoalan logika matematika. Didalam kelas kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain sakling membantu.
Tujuan dibentuknya kelompok ini yakni untuk memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok yaitu mencapai ketuntasan materi yang
disajikan pada guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.

2. Batasan Masalah
Batasan pada masalah ini adalah kemampuan berpikir logis dan model pembelajaran
kooperatif pada siswa kelas VIII SMP dengan pokok bahasan materinya adalah
perbandingan senilai dan berbalik nilai.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
a. Apakah pencapaian kemampuan berpikir logis matematis siswa yang menggunakan
model kooperatif lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran langsung ?
b. Apakah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang menggunakan
model kooperatif lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran langsung ?

4. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perbedaan pencapaian berpikir logis matematis siswa SMP kelas
VII antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung.
3

b. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan berpikir logis matematis siswa SMP kelas
VII antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung.

5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dapat dipandang dari segi teoritis dan
praktis. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan
mengenai model atau metode pembelajaran matematika yang dapat mempengaruhi
kemampuan-kemampuan matematis siswa, khususnya kemampuan berpikir logis
sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
pembelajaran yang lebih efektif dan efesien dalam pembelajaran matematika.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi sekolah, guru, siswa peneliti dan peneliti
lain adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Bagi Sekolah, diharapkan dapat memberi masukan kurikulum untuk
mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif sebagai alternative
pembelajaran.
2) Bagi Guru, dapat digunakan sebgai bahan kajian dalam memperbaiki system
pengajaran dikelas khususnya meningkatkan kemampuan logis siswa
3) Bagi Siswa, diharapkan model pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir logis matematis siswa
4) Bagi Peneliti, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
gambaran yang jelas mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap
kempuan berpikir logis matematis siswa.
5) Bagi Penelitian lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
pengembangan penelitian-penelian selanjutnya.

6. Kajian Teori
6.1. Indikator Masalah
Adapun indikator kamampuan berfikir logis matematis adalah sebagai berikut:
4

Tabel 6.1

Indikator Berfikir Logis Matematis

No Karakteristik Berfikir Logis Indikator


Matematis

1 Klasifikasi a. Siswa yang menyebutkan seluruh informasi dari


apa yang diketahui soal dengan tepat
b. Siswa yang menyebutkan seluruh informasi dari
apa yang ditanyakan soal dengan tepat

2 Membandingkan a. Siswa mampu menghubungkan antara data


yang diketahui dengan pengetahuan yang
dimiliki
b. Siswa mampu menyusun rencana penyelesaian
masalah

3 Operasi hitung matematika Siswa mampu melakukan operasi hitung


matematika dengan benar

4 Mengecek kembali Siswa mampu menarik kesimpulan dari


penyelesaian masalah

6.1.1. Pengertian Berpikir


Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagi proses mental yang dapat
menghasilkan pengetahuan. Berfik8ir adalah suatu kegiatan akal untuk
mengolah pengetahuan yang telah diperoleh melalui indera dan ditunjukkan
untuk mencapai kebenaran (Rakhmat, 1991:138). Menurut Maxwell
(2004:82) mengartikan berpikir sebagai aktivitas mental yang membantu
merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau
memenuhi keinginan, untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian
jawaban, sebuah pencarian makna. Pengertian tersebut tampak bahwa ada
tiga pandangan dasar dalam berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu
timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku,
(2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
5

pengetahuan dalam system kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan


menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada
solusi.
6.1.2. Pengertian Logis
Menurut Aristoteles pengertian logika adalah ajaran tentang berpikir
yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-
hukum yang menguasai pikiran. Sedangkan menurut W. Poespoprodjo, Ek.
T. Gilarso. (2006: 13) Logika merupakan ilmu dan kecakapan menalar,
berpikir dengan tepat. Kemudian menurut Jan Hendrik Rapar (1996 : 5)
Logika adalah suatau pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa. Menurut Soekadijo, (1983-1994: 3)
Pengertian Logika menurut Soekadijo adalah suatu metode atau teknik yang
diciptakan untuk meneliti ketepatan nenalar. William Alston berpendapat
bahwa Pengertian logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih
ceramat usaha untuk mennetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan
penyimpulan yang sah dan tidak sah.
6.1.3. Pengertian Matematika
Menurut James dan James (1976) Matematika adalah pola pikir, terorganisir,
bukti logis, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas dan akurat representasi dari simbol dan padat, lebih bahasa
simbol dari sebuah ide daripada kedengarannya. Johnson dalam Russefendi (1972)
berpendapat bahwa matematika adalah unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi, aksioma, dan dalil-dalil di mana argumen setelah terbukti valid pada
umumnya, karena matematika ini Sering disebut ilmu deduktif. Menurut Suherman
(2003)“Matematika adalah disiplin pemikiran dan prosedur pengolahan logika, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.”
6.1.4. Pengertian Berpikir Logis
Siswono (2007) mengatakan berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan
siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat
membuktikan kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-
pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.
Menurut Suriasumantri (Syafmen dan Rahayu, 2012 : 155) kemampuan
berpikir logis, yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan
aturan, pola atau logika tertentu. Kemampuan ini perlu dikembangkan
6

dalam pembelajaran matematika, karena dapat membantu siswa untuk


meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Jadi kemampuan
berpikir logis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir untuk
memperoleh suatu pengetahuan menurut suatu pola tertentu atau logika
tertentu. Menurut Suriasumantri (Syafmen dan Rahayu, 2012 : 155)
kemampuan berpikir logis, yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran
berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu. Kemampuan ini perlu
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Jadi
kemampuan berpikir logis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir
untuk memperoleh suatu pengetahuan menurut suatu pola tertentu atau
logika tertentu.
Berdasarkan pengertian dari berpikir logis maka diperoleh tiga indikator
yang digunakan untuk menilai kemampuan berpikir logis yang dikemukakan
oleh Saragih (2006:554) ketiga indikator tersebut adalah (1) Hubungan
antara fakta. (2) Memberi alasan (3) Kemampuan menyimpulkan. Ni’matus
(Andriawan Budi & Mega Teguh Budiarto, 2014 :43) menyatakan
karakteristik berpikir logis yaitu
a. Keruntutan Berpikir
Siswa dapat menentukan langkah yang ditempuh dengan teratur dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dari awal perencanaan
hingga didiapatkan suatu kesimpulan
b. Kemampuan Berargumen
Siswa dapat memberikan argumennya secara logis sesuai dengan fakta
atau informasi yang ada terkait langkah perencanaan masalah dan
penyelesaian masalah yang ditempuh
c. Penarikan kesimpulan
Siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang ada
berdasarkan langkah penyelesaian yang telah ditempuh.
6.1.5. Pengertian Berpikir Logis Matematis
Kemampuan berpikir logis perlu dimiliki dan dikembangkan siswa yang
belajar matematika, karena dalam berpikir logis memuat beberapa proses
yang ada pada tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang berdasarkan
PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2016, mata pelajaran matematika
7

bertujuan agar peserta memiliki kemampuan : 1) Memahami konsep


matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep secara akurat dan efisien dalam pemecahan masalah, 2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan,
5) Memili`ki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Depdiknas, 2006).

6.2.Kajian Teori Pembelajaran Kooperatif


6.2.1. Pembelajaran Kooperatif
Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok dari
empat atau lima orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang
diberikan guru (Slavin, 1995; Eggen & Kauchak). Artzt & Newman (1990:
448) menyatakan, bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang
sama untuk keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif bernaung
dalam teori kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi,
hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadii aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan,
jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan
dibentuknya kelompok ini yakni untuk memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
8

belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok yaitu


mencapai ketuntasan materi yang disajikan pada guru, dan saling membantu
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Selama belajar
secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali
pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan khusus agar bisa bekerja sama
dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktiv,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, dan
berdiskusi. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang
berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman
sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika
salah satu anggota kelompok ada yang yang belum menguasai materi
pembelajaran.
6.2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ide utama dari belajar kooperatif yaitu bahwa siswa bekerjasama untuk
belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai
tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan
kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai
tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995). Johnson & Johnson (1994)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif ialah memaksimalkan
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik
secara individu maupun kelompok. Karena siswa belajar dalam suatu tim,
maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari
berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan
proses kelompok dan pemecahan masalah (Louissel & Destamps, 1992).
Jamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar
kooperatif yakni dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam
wujud input pada level individual. Disamping itu, pembelajaran kooperatif
dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar
kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki
prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
9

(Eggen & Kauchak, 1996: 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam suatu
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok,
serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Jadi, pembelajaran kooperatif
siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan
bekerja secara kolaboratif untuk mencapai suatu tujuan bersama, maka siswa
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesame manusia
yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah.
Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka
hanya jika siswa lain saling bekerja sama mencapai tujuan itu. Tujuan
pembelajarn ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial (Ibrahim, dkk; 2000: 7). Para ahli telah menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan
membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah
maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-
tugas akademik.
6.2.3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson dan Johnson (1994) dan sutton (1992),terdapat lima
unsur penting dalam belajar kooperatif,yaitu: pertama saling ketergantungan
yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa
bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat
satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota
kelompoknya sukses. Siswa akan bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksenya kelompok.
Kedua,interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah,karena kegagalan
seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok untuk
mengatasi masalah ini,siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan
10

dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif


yakni dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari
bersama.
Ketiga,tanggungjawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa: (a) membantu siswa yng membutuhkan bantuan; dan
n(b) siswa tidak dapat hanya sekedar ’’membonceng’’ pada hasil kerja teman
sekelompoknya.Keempat,keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
Dalam belajar kooperatif,selain dituntut untuk memepelajari materi yang
diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota
kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus.Kelima,proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota
kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan
baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan
dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif
menurut Slavin (1995) yaitu:
a. Penghargaan kelompok,yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
b. Tanggungjawab individual,bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
Tanggungjawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan
memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi
tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses,bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,sedang,dan rendah
sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi
semua anggota kelompok bernilai.
6.2.4. Implikasi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim dkk (200) bahwa belajar kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar
11

siswa,dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar


lebih baik dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru.
Ratumanan (2002) menyatakan,bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif dapat mengacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa. Menurut Kardi & Nur (2000), belajar
kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis
dalam kelas multi budaya dan memperbaiki hubungan natar siswa normal dan
siswa penyandang catat. Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi
positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar kooperatif
sebagai berikut:
a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar. Kelompok
kecil membentuk suatu forum dimana siswa menanyakan pertanyaan
mendiskusikan pendapat,belajar dari pendapat orang lain,memberikan
kritik yang membangung dan menyimpulkan penemuan mereka dalam
bentuk tulisan.
b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa.
Interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua anggota mempelajari
konsep dan startegi pemecahan masalah.
c. Suatu masalah idealnya cocok untuk mendiskusikan secara
kelompok,sebab memiliki solusi yang dapat didemonstrasikan secara
objektif. Seorang siswa dapat mempengaruhi siswa lain dengan
argumentasi yang logis.
d. Siswa dalam kelompok dapat membantu siswa lain untuk menguasi
masalah-masalah dasar dan prosuder perhitungan yang perlu dalam
konteks permainan,teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang
bermanfaat.
e. Ruang lingkup materi dipengaruhi oleh ide-ide menarik dan menantang
yang bermanfaat bila didiskusikan.

6.2.5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang
menggunakan pelajaran kooperatif. Lsngksh-lsngksh itu ditunjukkan sebagai
berikut:
12

Tabel 6.2
Langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru


1.2 menyampaikan tujuan dan memotivasi Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
siswa yang ingin dicapai pada pelajaran trsebut dan
memotivasi siswa belajar
2.2 menyakijan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
3.2 mengorganisasikan kedalam kelompok Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
kooperatif caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4.2 membimbing kelompok bekerja dan Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
belajar mereka
5.2 evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok yang mempresentasikan
hasil kerjanya
6.2 pemberian penghargaan Guru mncari cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar indiviu dan
kelompok

7. Metode Penelitian
Ditinjau dari latar belakang permasalahan yang telah dikaji, metode yang digunakan
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu
Gambaran yang akurat atau gambaran status atau karakteristik dari suatu situasi atau
fenomena merupakan tujuan utama dari penelitian deskriptif (Johnson & Christensen,
2004:347).
13

8. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII pada semester genap di
salah satu sekolah kabupaten Karawang tahun ajaran 2018/2019. Pada penelitian ini
pengambilan subjek tidak ditekankan pada jumlah melainkan pada kelayakan informasi
sumber data. Hal ini diutarakan oleh (Arikunto, 2018: 34) yang menyatakan bahwa:
“Penentuan pengambilan sampel dapat dilakukan jika jumlah subjeknya besar maka dapat
diambil 10-15% atau sedikit banyaknya dari: 1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga dan dana. 2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana. 3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh
peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar hasilnya
akan baik.” Peneliti melakukan tes pada seluruh siswa SMP kelas VIII yang diajukan oleh
sekolah di kabupaten Karawang. Berdasarkan teori diatas, subjek siswa akan diambil
sebanyak 10-15% dari seluruh siswa dalam satu kelas yang diajukan sekolah di kabupaten
Karawang.
Selanjutnya dari beberapa siswa yang terpilih berdasarkan teori diatas dipilih menjadi
subjek penelitian. Penelitian ini tidak diambil secara acak, melainkan dipilih berdasarkan
pertimbangan peneliti sehingga sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Hal
tersebut didasarkan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Sukmadinata, 2012:254) ia
memaparkan bahwa “purposive sampling adalah pengambilan sampel disesuaikan dengan
tujuan penelitian”.Selanjutnya siswa yang terpilih dikelompokkan berdasarkan
kemampuan berpikir logis matematis.

9. Definisi Operasional
9.1.Definisi Berpikir Logis Matematis
Berpikir logis matematis merupakan suatu usaha atau upaya dari dalam diri individu
peserta didik untuk dapat memecahkan suatu persoalan matematis secara valid
terstruktur, terorganisir, terarah dan dapat memberikan pemahaman dalam proses
pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik suatu kesimpulan yang diperoleh
dari sebuah kegiatan pembelajaran.
9.2. Definisi Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilakukan
secara berkelompok membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa
yang sederajat tetapi heterogen untuk dapat memahami suatu konsep matematis
14

dengan tujuan untuk dapat memecahkan suatu permasalahan yang ada dalam suatu
pembelajaran .

10. Instrumen Penelitian


Berikut di bawah ini merupakan penjelasan mengenai instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
10.1. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, sehingga peneliti sendiri yang menjadi yang
menjadi instrument penelitian. Hal tersebut dilakukan karena, jika memanfaatkan alat
yang bukan manusia, sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap
kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Instrument bantu penelitian tersebut adalah
lembar soal dan pedoman wawancara.

a) Peneliti merupakan perencana, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsir data


dan menjadi pelapor hasil penelitiannya.
b) Lembar soal yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian berupa soal
cerita. Soal yang disajikan merupakan soal materi perbandingan.
c) Pedoman wawancara berisi garis-garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada
subjek penelitian. Butir-butir pertanyaan mengacu pada indikator-indikator
kemampuan literasi matematis.

10.2. Penilaian atau skoring


Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang diinginkan
guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan siswa Rubrik perlu
memuat daftarkarakteristik yang diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam suatu
pekerjaan siswa disertai dengan panduan untuk mengevaluasi masing-masing
karakteristik tersebut.Rubrik menurut beberapa pandangan para ahli adalah sebagai
berikut Menurut Arens : “Rubrik adalah Deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu
dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya “ Menurut Bernie Dodge dan Nancy
Pickett : “Rubrik adalah dalah alat skoring untuk asesmen yang bersifat subjektif, yang
didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan
pembelajaran yang akan diases ke anak didik. Menurut Nitko : “Rubrik adalah suatu alat
yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk mengases kualitas dari
performansi/kinerja mahasiswa/ peserta didik ”. Menurut Heidi Goodrich Andrade :
15

Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas memahami dasar
penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua pihak (guru
dan siswa) akan mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang
diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau motivator bagi siswa
dalam proses pembelajaran.
Rubrik dapat bersifat menyeluruh atau berlaku umum dan dapat juga bersifat khusus
atau hanya berlaku untuk suatu topic tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
bentuk analitik rubrik. Menurut Heidi Goodrich Andrade, 2009 rubrik analitik adalah
pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan
menggunakan rubrik ini dapat dianalisis kelemahan atau kelebihan siswa.

Tabel 10.1
Rubrik Analitik

Skor Spesifikasi Rasional

4 Semua spesifikasi yang Rasio yang diberikan jelas


diberikan benar

3 Semua spesifikasi yang Penjelasan ddiberikan tetapu


diberikan benar masih mengalami hambatan

2 Hanya sebagian spesifikasi Rasional yang diberikan tidak


yang benar lengkap

1 Spesifikasi yang diberikan Rasio yang diberikan salah


salah

10.3. Uji Validitas


Dalam (Arikunto, 2013: 211) validitas adalah: •Suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Karena tes kemampuan
pemecahan masalah siswa yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian,
sehingga menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2013: 213),
yaitu:
16

𝑵 ∑ 𝑿𝒀 − (∑ 𝑿)(∑ 𝒀)
𝒓𝒙𝒚 =
√(𝑵 ∑ 𝑿𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 )(𝑵 ∑ 𝒀𝟐 − (∑ 𝒀)𝟐 )

Keterangan:

𝒓𝒙𝒚 = Koefisien korelasi antara skor X dengan skor Y

N = Banyak subjek

X = Skor tes

Y = Total skor

Menurut (Riduwan, 2013: 89) juga mengungkapkan kriteria yang digunakan untuk
menginterpretasikan validitas adalah seperti pada Tabel 2.1, berikut:

Tabel 10.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,80 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,60 Sedang

0,20 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,40 Rendah

0,00 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,20 Sangat Rendah

10.4. Uji Realibitas

Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan pada instrumen. Suatu tes


dikatakan memiliki tingkat kepercayaan tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang
tetap. (Arikunto, 2013:221) menyatakan bahwa: “Apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama”. Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi
17

dapat diandalkan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas pada instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematis dengan bentuk soal uraian, digunakan rumus Alpha
(Kuder & Richardson 1973) (Ary, Jacobs , Sorensen, & Razaviieh, 2010) yaitu:

𝒌 ∑ 𝝈𝒃 𝟐
𝒓𝟏𝟏 =( ) (𝟏 − )
𝒌−𝟏 𝝈𝒕 𝟐

Keterangan:
𝒓𝟏𝟏 = Reliabilitas yang dicari
𝒌 = Banyak butir soal
𝝈𝒃 𝟐 = Varians butir soal
𝝈𝒕 𝟐 = Varians total
Kriteria klasifikasi untuk menginterpretasikan reliabilitas tes sama dengan penafsiran
indeks validitas butir tes, yaitu sebagai berikut:
Tabel 10.3

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen

Koefisien Validitas Interpretasi

0,80 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,60 Sedang

0,20 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,40 Rendah

0,00 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,20 Sangat Rendah

11. Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif tergolong rumit, menurut Susan
Stainback dalam (Sugiyono, 2014:88) mengemukakan bahwa belum ada panduan dalam
penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan
untuk mendukung kesimpulan dan teori. Oleh karena itu perlu kerja keras, daya kreatif
dan kemampuan intelektual yang tinggi. Menurut Bogdan dan Biklen dalam (Moleong,
18

2017:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah–milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mengsisntesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Menurut (Sugiono, 2016: 246) menjelaskan tiga alur kegiatan dalam
menganalisis data di lapangan model Miles dan Huberman (1984) yaitu :
a) Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. bagi peneliti baru, dalam melakukan
reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.
Reduksi data ialah memilih data yang penting, berikut tahap-tahap dalam mereduksi
data :
1) Mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik
2) Mengkaji hasil pekerjaan peserta didik yang dipilih sebagai subjek penelitian
untuk dijadikan bahan wawancara.
3) Menyusun hasil wawancara dengan bahasa yang baik, kemudian
ditransformasikan ke dalam catatan.
b) Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dimana data yang telah direduksi pada penyajian data
disajikan dalam bentuk pola. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung ooleh
data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak
lagi berubah dan dilanjutkan pada laporan akhir penelitian.
c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan Kesimpulan dalam penelitian kualitif dapat berupa temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
19

12. Kerangka Penelitian

Diberikan Arahan Pembelajaran Perbandingan


Dengan Model Pembelajaran Kooperatif.

Tes Soal Pada Materi Perbandingan


Senilai

Wawancara

Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi siswa

Gambar 12.1
Bagan Kerangka Penelitian

13. Referensi

Andrian Budi & Mega Teguh Budiarto.(2014). Identifikasi Kemampuan Berpikir Logis
Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa Kelas VIII-I SMP Negeri 2
Sidoarjo. Mathedunesa : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

Arikunto, Suharsimi.(2012).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsini. (2013).Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Artzt & Newman, C.M.( 1990).Cooperative learning.Mathematics teacher

Depdiknas.(2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta:Departemen


Pendidikan Nasional

James and James, Van. (1976). Mathematic Dictionary. Nostrand Rienhold.


20

Jan Hendrik Rapar.(1996).Pengantar Logika.Yogyakarta:Kanisius

Maxwell, John C.(2004).Berpikir Lain Dari Yang Biasanya (Thinking For A


Change.Batam : Karisma Press.

Plato.(2002).Republik,Terjemahan Sylvester G. Sukur.Bintang Budaya:Yogyakarta.

Poespoprodjo, W. dan Ek.T. Gilarso.(2006).Logika Ilmu Menalar.Bandung: Pustaka


Grafika.

Rakhmat,Jalaluddin.(1991).Metode Penelitian Komunikasi.Bandung:PT Remaja


Rosdakarya.

Rapar, Jan Hendrik.(2010).Pengantar Logika Asas-Asas Penalaran Sistematis.


Yogyakarta: Kanisius.

Ruseffendi.(1998).Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran


Matematika. Bandung: Tarsito.

Siswono.(2007).Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi Tahap


Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika.
Disertasi: Universitas Negeri Surabaya

Slavin.(1995). Model Pembelajaran Kooperatif. Balai Pustaka, Jakarta.

Sumarmo, Utari.(2010).Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan


Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung.

Suriasumantri,Jujun S.(2006).Ilmu dalam Perspektif.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Suryadi. D (2005).Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta


Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP.Disertasi pada PPS UPI:
tidak diterbitkan.
21

Suherman, Erman dkk. (2003).Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
22

Lampiran 1

Soal-soal perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai

1. Diketahui harga sebuah apel dipasar 5 kg Rp.20.000,maka berapakah harga 8 kg apel?


2. Sebuah mobil menempuh jarak dari kota A ke kota B dalam waktu 1,2 jam dengan
kecepatan 80 km/jam. Agar jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu 60 menit maka
kecepatan mobil yang harus dicapai adalah ....

3. Suatu rumah dikerjakan oleh 6 pekerja,menghabiskan biaya untuk menggajinya sebesar


Rp.300.000,00. Akan tetapi, pemilik rumah akan mempercepat waktu penyelesaiannya
maka pekerja ditambah menjadi 8 orang,berapakah jumlah uang yang dikeluarkan untuk
menggajinya?

4. Sebuah gedung direncanakan selesai dibangun selama 20 hari oleh 28 pekerja. Setelah
dikerjakan 8 hari, pekerjaan dihentikan selama 4 hari. Jika kemampuan bekerja setiap
pekerja sama dan supaya pembangunan gedung tepat waktu, banyak pekerja tambahan
yang diperlukan adalah ....
23

Lampiran 2

Kunci Jawaban + Rubrik Penilaian

No. Jawaban Skor Total Skor


Tahap Memahami Masalah
Diketahui:
Apel 5 kg →Rp.20.000
Apel 8 kg →Rp. x 0-4
Ditanyakan:
Berapa harga apel 8 kg yang dijual dipasar?

Tahap Merencanakan Penyelesaian Masalah


Menggunakan konsep perbandingan senilai,dimana
banyaknya apel jika banyaknya apel yang dibeli maka
semakin bertambah pula harga yang harus dikeluarkan

𝒂𝟏 𝒂
= 𝒃𝟐
𝒃𝟏 𝟐

1. 12
Dengan a adalah banyaknya apel pada permintaan pertama
0-2
dan harga yang diminta sedangkan b adalah banyaknya apel
pada permintaan kedua dan harga yang diminta,sehingga:

𝒂𝟏 = 𝟓 𝒌𝒈
𝒂𝟐 = 𝑹𝒑. 𝟐𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝒃𝟏 = 𝟖 𝒌𝒈
𝒃𝟐 = 𝑹𝒑. 𝒙

Tahap Penyelesaian Masalah

𝐚𝟏 𝐚
= 𝐛𝟐 0-2
𝐛𝟏 𝟐

𝟓 𝟐𝟎.𝟎𝟎𝟎
=
𝟖 𝐱
24

(𝟐𝟎. 𝟎𝟎𝟎) . (𝟖) = (𝟓) . (𝐱)


𝟏𝟔𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = (𝟓) . (𝐱)
𝟏𝟔𝟎. 𝟎𝟎𝟎
=𝐱
𝟓
𝐱 = 𝟑𝟐. 𝟎𝟎𝟎
Tahap Memeriksa Kembali Hasil
Karena dalam persoalan diatas menggunakan konsep
perbandingan senilai,maka:
Semakin banyak apel yang dibeli (kg) semakin banyak pula 0-4
harga yang dikeluarkan pada pembelian apel tersebut.
Sehingga untuk 8 kg apel didapatkan harga senilai
𝐑𝐩. 𝟑𝟐. 𝟎𝟎𝟎
Tahap Memahami Masalah
Diketahui :
Waktu = 1,2 jam → kecepatan = 80 km/jam
Waktu = 60 menit → kecepatan = x km/jam 0-4

Ditanyakan :
Kecepatan mobil yang harus dicapai dalam waktu 60 menit?
Tahap Merencanakan Penyelesaian Masalah
Menggunakan konsep perbandingan berbalik nilai,

𝐚𝟏 𝐚
2. = 𝐛𝟐
𝐛𝟐 𝟏

0-2
Dengan a adalah waktu dan b adalah kecepatan, sehingga :
𝐚𝟏 = 1,2 jam
𝐚𝟐 = 60 menit (1 jam)
𝐛𝟏 = 80 km/jam
𝐛𝟐 = x km/jam
Tahap Penyelesaian Masalah
𝐚𝟏 𝐚
= 𝐛𝟐 0-2
𝐛𝟐 𝟏

𝟏,𝟐 𝟏 12
𝐱
= 𝟖𝟎
25

(𝟖𝟎). (𝟏, 𝟐) = (𝟏). (𝐱)


𝟗𝟔 = 𝐱
𝐱 = 𝟗𝟔 𝐤𝐦/𝐣𝐚𝐦
Tahap Memeriksa Kembali Hasil
Karena kasus tersebut menggunakan perbandingan berbalik
nilai, maka :
Semakin banyak waktu yang digunakan, maka semakin kecil
kecepatan yang dibutuhkan.
0-4
sebaliknya, semakin sedikit waktu yang digunakan, maka
semakin besar kecepatan yang dibutuhkan.

Sehingga, dalam waktu 60 menit, diperlukan kecepatan


sebesar 96 km/jam.

Tahap Memahami Masalah


Diketahui:
6 orang pekerja → gaji sebesar Rp.300.000,00
8 orang pekerja → gaji sebesar Rp.x 0-4

Ditanyakan:
Berapa gaji pekerja jika pekerja ditambah menjadi 8 orang ?

3.

Tahap Merencanakan Penyelesaian Masalah


Menggunakan konsep perbandingan senilai,maka:

𝐚𝟏 𝐚
= 𝐛𝟐
𝐛𝟏 𝟐

0-2

Dengan a adalah jumlah pekerja dan gaji yang diperoleh


pada persoalan pertama sedangkan b adalah jumlah pekerja
dan gaji yang diperoleh pada persoalan keduan,sehingga
didapatkan:
26

𝐚𝟏 = 6 orang
𝐚𝟐 = Rp.300.000
𝐛𝟏 = 8 orang
𝐛𝟐 = Rp. X 12
Tahap Penyelesaian Masalah

𝐚𝟏 𝐚
= 𝐛𝟐
𝐛𝟏 𝟐

𝟔 𝟖
= 0-4
𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝐱
(𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎). (𝟖) = (𝟔). (𝐱)
𝟐. 𝟒𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = (𝟔). (𝐱)
𝟐. 𝟒𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
=𝐱
𝟔
𝟒𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝐱
Tahap Memeriksa Kembali Hasil
Karena dalam persoalan diatas menggunakan konsep
perbandingan senilai,maka:
0-2
Jadi didapatkan bahwa jika terdapat 6 orang pekerja
didapatkan gaji sebesar Rp.300.000 dan 8 orang pekerja
dengan gaji sebesar Rp. 400.000.
Tahap Memahami Masalah
Diketahui :
Waktu = 20 hari → pekerja = 28 orang
Jika setelah 8 hari, pekerjaan dihentikan 4 hari, maka
Sisa waktunya → pekerja = x orang 0-4

4.
Ditanyakan :
Banyak pekerja tambahan yang dibutuhkan agar
pembangunannya tepat waktu
Tahap Merencanakan Penyelesaian Masalah
Permasalahan diatas menggunakan perbandingan berbalik 0-2
nilai, karena semakin banyak pekerja maka waktu yang
27

digunakan semakin sedikit


Maka, konsep yang digunakan adalah :

𝐚𝟏 𝐚
= 𝐛𝟐
𝐛𝟐 𝟏

Ket :
𝐚𝟏 = sisa waktu
𝐚𝟐 = 8 hari
𝐛𝟏 = 28 orang
𝐛𝟐 = x orang
Tahap Penyelesaian Masalah
Dengan sisa waktu :
20-8 (sudah dikerjakan) = 12 hari → oleh 28 orang
12-4 (hari libur) = 8 hari → oleh x orang

a1 a
= b2
b2 1

0-2
12 8
= 28
x

(28). (12) = (8). (x)


336 = 8x
x = 42
Untuk 12 hari (sisa waktu) diperlukan 42 orang pekerja.
Tahap Memeriksa Kembali Hasil
Dalam pembangunan gedung diperlukan 42 orang pekerja.
Sehingga, banyak pekerja tambahan yang dibutuhkan yaitu : 12

= 42 (pekerja yang diperlukan) – 28 (pekerja awal) 0-4


= 14
Jadi, dibutuhkan 14 orang pekerja tambahan agar
pembangunan gedung tepat waktu
Skor Maksimal 48
28

Lampiran 3

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

BIDANG STUDI : Matematika


POKOK BAHASAN : Aljabar
SUB POKOK BAHASAN : Perbandingan Senilai dan Perbandingan Berbalik Nilai
KELAS/SEMESTER : VII/2
WAKTU :45 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan
perbandingan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah
C. Indikator
1. Memahami konsep perbandingan senilai.
2. Memahami konsep perbandingan berbalik nilai.
3. Membedakan peristiwa yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan
perbandingan berbalik nilai.
4. Mengkomunikasikan sebuah peristiwa dengan menggunakan grafik dan menentukan
jenis perbandingannya.
5. Mengaplikasikan perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai pada
penyelesaian masalah sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Konsep perbandingan senilai dengan tepat
2. Setelah melakukan diskusi kecil bersama kelompok dan guru, siswa dapat
memahami konsep perbandingan bebalik nilai dengan tepat.
3. Setelah diberikan contoh kejadian sehari-hari siswa mampu membedakan
perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai dengan tepat.
4. Jika diberikan suatu kejadian siswa dapat menduga gambar grafik yang bersesuaian
dengan kejadian tersebut dengan tepat.
5. Setelah melakukan diskusi kecil bersama kelompok dan guru, siswa dapat
memahami.
E. Metode
Diskusi Kelompok Kecil
F. Alat dan Bahan
1. LAS (Lembar Aktifitas Siswa)
2. Perangkat Komputer
3. LCD
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pembukaan
a. Memberi salam
b. Mengabsen kehadiran siswa
c. Mempersiapkan pembelajaran dengan mengelompokkan siswa untuk belajar.
2. Kegiatan Inti
a. Apersepsi
29

1) Memperlihatkan tayangan gambar mengenai perbandingan yang berhubungan


dengan kejadian sehari-hari
2) Memberi pertanyaan : Dapatkah kejadian tersebut diungkapkan dalam bentuk
grafik?
3) Memberi pertanyaan : Adakah kejadian lain yang berkaitan dengan
perbandingan?
b. Eksplorasi
1) Siswa yang sudah duduk dalam kelompok-kelompok diberikan seperangkat
LAS untuk diselesaikan secara kelompok.
2) Kelompok menyelesaikan tugas berdasarkan LAS
3) Kelompok diminta mempresentasikan hasil pekerjaannya
4) Hasil akhir penyelesaian LAS adalah siswa dapat memahami perbedaan
perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai serta dapat menentukan
gambar grafik yang bersesuaian untuk perbandingan senilai dan perbandingan
berbalik nilai
c. Elaborasi
Siswa secara berkelompok menyelesaikan beberapa soal latihan.
1) Buatlah grafik sesuai dengan data berikut
2) Perbandingan jumlah bensin dan jarak tempuh

Banyak
Bensin 0 1 2 3 4 5 8 10
(Liter)

Jarak
Tempuh 0 10 20 30 40 50 80 100
(Km)

jarak tempuh (km)

waktu (jam)

d. Konfirmasi
1) Siswa menempelkan hasil diskusinya di depan kelas dan beberapa kelompok
diminta mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.
2) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini.
e. Eksplorasi
1) Siswa yang sudah duduk dalam kelompok-kelompok diberikan seperangkat
LAS untuk diselesaikan secara kelompok.
30

2) Kelompok menyelesaikan tugas berdasarkan LAS


3) Kelompok diminta mempresentasikan hasil pekerjaannya
4) Hasil akhir penyelesaian LAS adalah siswa dapat menemukan bentuk umum
penyelesaian perbandingan senilai dalam bentuk
𝑎 𝑐 𝑎 𝑑
= dan perbandingan berbalik nilai =
𝑏 𝑑 𝑏 𝑐

f. Elaborasi
1) Siswa secara berkelompok menyelesaikan beberapa soal latihan.
a) Vian mampu mengetik pada komputer dengan kecepatan rata-rata 35 kata
dalam 1 menit. Dia mulai mengetik pada pukul 08.15 dan selesai pada
pukul 11.35. Setiap satu halaman kertas hanya dapat memuat 250 kata.
Hitunglah jumlah halaman ketikan yang dihasilkan Vian ?
b) Seorang pemborong memperkirakan dapat menyelesaikan suatu bangunan
selama 45 hari dengan banyak pekerja 20 orang. Setelah 15 hari,
pekerjaan terhenti selama 6 hari karena bahan bangunan habis. Tentukan
banyaknya pekerja yang harus ditambah agar pekerjaan selesai tepat
waktu!
c) Ari melakukan perjalanan dari kota A ke kota B yang berjarak 180 km. Ia
berangkat pukul 07.00 dengan mengendarai mobil yang kecepatan rata-
ratanya 60 km/jam. Setelah 2 jam perjalanan, ia istirahat selama 10 menit.
Agar Ari tiba di kota B tepat pukul 10.00, berapa kecepatan rata-rata
mobil Ari untuk menempuh jarak yang tersisa?
g. Konfirmasi
1) Siswa menempelkan hasil karyanya di depan kelas dan beberapa kelompok
diminta mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.
2) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini.
h. Penutup
1) Melakukan refleksi pembelajaran hari ini
2) Memberi PR
3) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Anda mungkin juga menyukai