PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa
kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada
struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus,
tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga
terjadi gagal ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard
Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak
penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang
dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak
dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan
perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun
(40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut)
atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak
menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah
(anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata,
kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
1
berakibat fatal.
B. Tujuan
Dapat memahami tentang pengertian, penyebab, tanda gelaja, proses
perjalanan penyakit, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan dari
glomerulonefritis.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pegertian Glomerulus Nefritis Kronik ?
2
LAPORAN PENDAHULUAN
3
ureum dan kreatinin meningkat, dan anemia bertambah berat, diikuti tekanan
darah yang mendadak meninggi. Kadang-kadang terjadi ensefalopati
hipertensif dan gagal jantung yang berakhir dengan kematian.
4. Patofisiologi
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit
kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya
sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Pada keadaan ini proses
kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak.
Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia
(darah dalam air seni) dan gagal ginjal.Ginjal merupakan salah satu organ
paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari
berbagai zat hasil metabolism tubuh dan berbagai racun yang tidak
diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari
berkisar antara 1 – 2 liter. Selain itu ginjal juga berfungsi mempertahankan
kadar cairan tubuh dan elektrolit dan ginjal juga mengatur produksi sel darah
merah. Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-
sel penyerang ginjal (sel glomerulus).Glomerolonefritis menahun adalah
penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal di kemudian hari.Kelainan
ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai
komplikasi penyakit lain (skunder),misalnya komplikasi penyakit diabetes
militus,keracunan obat,penyakit infeksi dan lain-lain.Pada penyakit ini
terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.Sebagian besar
glomerulonephritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan
sebagian besar tampak bersifat imunologis.glomerulon=efritis menunjukkan
kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal
yang lain seperti misalnya tubulus,jaringan interstitial maupun sisitem
vaskulernya.
5. Komplikasi
Komplikasi dari Glomerulonefritis adalah :
4
a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal
dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoietik yang menurun.
e. Gagal Ginjal Akut (GGA)
6. Penatalaksanaan
Atasi gejala klinis dengan gangguan elektrolit. Anak boleh melakukan
kehidupan sehari-hari sebagaimana biasa dalam batas kemampuannya.
Lakukan pengawasan hipertensi dengan obat hipertensi, koreksi anemia,
obati infeksi dengan antibiotik. Dialisis berulang merupakan cara efektif
untuk memperpanjang umur.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada urin ditemukan albumin (+), silinder, eritrosit, leukosit hilang
timbul, berat jenis urin menetap pada 1008-1012. Pada darah ditemukan
LED, ureum, kreatinin dan fosfor serum yang meninggi serta kalsium serum
yang menurun, sedangkan kalium meningkat. Anemia tetap ada. Uji fungsi
ginjal menunjukkan fungsi ginjal menurun.
5
8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat
a) Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
b) Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit
seperti ini
c) Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering
dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan
pengobatan.
d) Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola
kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola
eliminasi.
2) Riwayat penyakit saat ini:
a) Keluhan utama
b) Alasan masuk rumah sakit
c) Faktor pencetus
d) Lamanya sakit
3) Pengkajian sistem
a) Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada
(adanya edema ).
b) Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung,
ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
c) Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau
ronki, retraksi dada, cuping hidung.
d) Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood,
kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang?
Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
6
e) Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya
hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji
kebiasaan buang air besar.
f) Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan
jumlahnya.
4) Pengkajian keluarga
a) Anggota keluarga
b) Pola komunikasi
c) Pola interaksi
d) Pendidikan dan pekerjaan
e) Kebudayaan dan keyakinan
f) Fungsi keluarga dan hubungan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b/d retensi air dan hipernatremia
2. Hipervolemia b/d penurunan volume urine, retensi cairan dan
natrium
3. Defisit nutrisi b/d anorexia
4. Gangguan istirahat/tidur b/d edema
c. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan
hipernatremia
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral
normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan
retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
Intervensi :
a) Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama
fase akut. Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan
Tekanan Darah dan menentukan intervensi selanjutnya.
b) Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction. Rasional: serangan
dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
7
c) Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien. Rasional:
Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya
Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
d) Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine
output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam). Rasional: Monitor sangat perlu
karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan
darah meningkat.
e) Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil)
setiap 8 jam. Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan
yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi
selanjutnya.
f) Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order. Rasional:
Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
2. Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine, retensi
cairan dan natrium
Kriteria Evaluasi: Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam
batas normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.
Intervensi:
a) Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam. Rasional:
Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan,
penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal
ginjal.
b) Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk
anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum. Rasional:
Peningkatan lingkar perut dan Pembengkakan pada skrotum
merupakan indikasi adanya ascites.
c) Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila
menggunakan tiazid/furosemide. Rasional: Diuretik dapat
menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan
pemberia potassium.
8
d) Monitor dan catat intake cairan. Rasional: Klien mungkin
membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju
filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan intake
sodium.
e) Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine. Rasional:
Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein
sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.
f) Monitor hasil tes laboratorium. Rasional: Peningkatan nitrogen,
ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan
fungsi ginjal.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan anorexia.
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan peningkatan intake
ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.
Intervensi :
a) Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi. Rasional: Diet tinggi
karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori
essensial.
b) Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan
kesukaan klien. Rasional: Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi
sering, memberikan kesempatan bagi klien untuk menikmati
makanannya, dengan menyajikan makanan kesukaannya dapat
menigkatkan nafsu makan.
c) Batasi masukan sodium dan protein sesuai order. Rasional:
Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus
ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk
membatasi pemasukan cairan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan adanya peningkatan
aktivitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau
meningkatnya waktu beraktivitas.
9
Intervensi :
a) Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas. Rasional: Dengan
periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk
menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat
meningkatkan stress pada ginjal.
b) Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang
menantang sesuai dengan perkembangan klien.
c) Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan
energi dan mencegah kebosanan.
d) Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak
dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada
malam hari. Rasional: Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan
dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan immobilisasi dan
edema.
Kriteria / Evaluasi: Klien dapat mempertahankan integritas kulit
ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada
edema dan keretakan pada kulit/bersisik.
Intervensi:
a) Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien. Rasional:
Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.
b) Bantu merubah posisi tiap 2 jam. Rasional: Dapat mengurangi
tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi
kerusakan kulit.
c) Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung
pelembab. Rasional: Deodoran / sabun berparfum dapat
menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.
d) Dukung / beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang
mengalami dema. Rasional: Meningkatkan sirkulasi balik dari
pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan
10
d. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses
9. Pathway
BAB III
11
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat penyaring
darahsekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, Willie, 1993).
Glomerulonefritis merupakan sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glumerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999).
Glomerulonefritis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Glumerulonefritis Akut merupakan penyakit yang mengenai
glomeruli kedua ginjal. Glumerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar
2-3 minggu setelah serangan infeksi streptococus.
2. Glumerulonefritis Kronik merupakan kerusakan glomeruli yang
mengalami pengerasan (sklerotik). Ginjal mengecil, tubula mengalami
atrofi, ada inflamasi interstisial yang kronik dan arteriosklerosis.
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
13
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GNC
KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : An. A
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Jln Kenari No 10 Denpasar
Agama : Islam
Suku/Bangsa :Indonesia
Tgl MRS : 30 September 2018
No Register :1234500
b. Penanggung
Nama :Ny. G (ibu pasien)
Umur :30 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Jln. Kenari No 10 Denpasar
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Indonesia
No Telepon : 0897654032xx
14
e. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut keluarga sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit
seperti sekarang ini. Biasanya pasien hanya sakit seperti demam dan batuk
dan di beri obat penurun panas yang di beli di warung atau toko obat.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti
ini. Dalam keluarga Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dan
penyakit menular.
g. Riwayat Anak
1) Masa prenatal
Selama kehamilan ibu memeriksakan kandunganya ke Puskesmas atau
ke bidan desa. dan ibu pasien selalu mendapatkan imunisasi (TT)
sebanyak 4x dalam 9 bulan, Trimester I = 1x , Trimester II = 1x ,
Trimester III = 2x.
2) Masa intranatal
Ibu pasien melahirkan secara normal dan spontan dibantu oleh bidan
kampung, waktu melahirkan tidak terdapat kelainan, ibu pasien
melahirkan 9 bulan 5 hari.
3) Masa post – natal
Pasien lahir dengan berat badan 3,000 gram dan pada saat pasien lahir
langsung menangis.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran umum : compos mentis
2) Tanda-tanda vital
TD : 110/70mmHg
Nadi :100x/menit
RR :30 x/menit
Suhu :36oC
3) Berat badan : 30kg
Tinggi badan :140 cm
4) Aktifitas /istirahat
Gejala: Kelemahan, ADL dibantu keluarga, pasien terlihat lemas
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
5) Sirkulasi
Tanda: edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan,
pucat pada kulit
6) Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urin
Tanda: Perubahan warna urin
15
7) Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual/muntah, nyeri ulu hati,
Tanda: Edema (umum, tergantung), Perubahan turgor
kulit/kelembaban,
8) Kepala dan Leher
Bentuk semetris, tidak ada luka / lecet. Pertumbuhan rambut merata
dan bentuk rambut lurus, Pasien dapat menggerakkan kepalanya
kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
limpfe usus normal dan keadaan kepala bersih.
9) Mata ( Penglihatan )
Bentuk simetris, bola mata dapat di gerakkan kesegala arah,
konjungtiva tidak anemis,sclera tidak ikterius, tetapi terdapat kotoran
pada mata, ketajaman penglihatan baik, mata tampak cekung dan tidak
terdapat peradangan.
10) Telinga ( Pendengaran )
Bentuk simetris, Pasien dapat mendengar dgn baik. Tidak terdapat
kotoran dalam telinga, tidak ada peradangan dan tidak ada cairan yang
keluar dari telinga.
11) Hidung ( Penciuman )
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik dan tak adanya kotoran dalam
hidung, tidak ada kelainan pada hidung.
12) Mulut
Bentuk bibir tipis, tidak ada perdarahan dan peradangan. Mokusa bibir
tampak kering.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Pada urin ditemukan albumin, silinder, eritrosit, leukosit hilang timbul
2) Pada darah ditemukan LED, ureum, kreatinin dan fosfor serum yang
tinggi
3) Kalsium serum menurun
4) Kalium meningkat
5) Anemia tetap ada
6) Fungsi ginjal menurun
16
j. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Pasien Penurunan mekanisme Hipervolemia
mengatakan tubuhnya regular
bengkak, pasien
mengatakan kencing
sedikit,
DO: Terlihat bengkak
pada seluruh tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipervolemia b.d penurunan mekanisme regular d.d pasien mengatakan
tubuhnya bengkak, pasien mengatakan kencing sedikit, terlihat bengkak
pada seluruh tubuh
b. Resiko defisit nutrisi b.d intake yang kurang d.d pasien mengatakan mual,
nafsu makan menurun, pasien muntah tiap kali makan, mukosa bibir
kering
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik d.d pasien mengatakan badannya
lemas, ADL dibantu keluarga, pasien terlihat lemas.
17
d. Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan d.d Pasien
mengatakan tubuhnya bengkak, pasien mengatakan kulit terasa tegang
dan mengkilap, kulit tampak tegang dan mengkilap
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi (NIC) Rasional
Kriteria hasil
Hipervolemia Setelah 1. Monitor dan 1. Klien
b.d penurunan diberikan catat intake mungkin
mekanisme asuhan cairan. membutuhkan
regular d.d keperawatan 2. Timbang BB pembatasan
pasien selama 5x24 tiap hari, pemasukan
mengatakan jam diharapkan monitor output cairan dan
tubuhnya kelebihan urine tiap 4 penurunan
bengkak, pasien volume cairan jam. laju filtrasi
mengatakan teratasi dengan 3. Kaji adanya glomerulus,
kencing sedikit, criteria hasil edema, ukur dan juga
terlihat bengkak NOC: lingkar perut membutuhkan
pada seluruh 1. Pasien setiap 8 jam pembatasan
tubuh mengatakan 4. Beri HE kepada intake
tidak keluarga sodium.
bengkak makanan yang 2. Peningkatan
pada boleh BB merupakan
tubuhnya dikonsumsi indikasi
2. Edema 5. Kolaborasi adanya retensi
berkurang dalam cairan ,
3. Volume pemberian penurunan
kencing diuretic sesuai output urine
normal indikasi merupakan
(±400- indikasi
1500ml/hari munculnya
18
) gagal ginjal.
3. Peningkatan
lingkar perut
dan
pembengkakan
pada skrotum
merupakan
indikasi
adanya ascites.
4. Pengetahuan
yang cukup
tentang
asupan nutrisi
mampu
mengurangi
resiko
kelebihan
cairan
5. Meningkatkan
jumlah
pengeluaran
cairan dalam
tubuh
Resiko defisit Setelah 1. Kaji adanya 1. Mengetahui
nutrisi b.d intake diberikan mual muntah adanya
yang kurang d.d asuhan tiap 4 jam pengeluaran
pasien keperawtan 2. Anjurkan yang
mengatakan selama 3x24 makan makanan berlebihan
mual, nafsu jam diharapkan sedikit demi 2. Menyajikan
19
makan menurun, nutrisi pasien sedikit tetapi makan
pasien muntah terpenuhi sering dan sedikit-sedikt
tiap kali makan, dengan criteria sediakan dalam tapi sering,
mukosa bibir hasil porsi hangat memberikan
kering NOC: 3. Beri HE kepada kesempatan
1. Pasien keluarga untuk bagi klien
mengataka membatasi untuk
n sudah masukan menikmati
tidak mual sodium dan makanannya,
muntah lagi protein. dan mencegah
2. Nafsu 4. Kolaborasi terjadinya
makan dengan ahli gizi anoreksia
meningkat untuk memberi pada pasien
makanan yang 3. Sodium dapat
tinggi menyebabkan
karbohidrat retensi cairan,
pada beberapa
kasus ginjal
tidak dapat
memetabolis
me protein,
sehingga
perlu untuk
membatasi
pemasukan
cairan.
4. Diet tinggi
karbohodrat
biasanya lebih
20
cocok dan
menyediakan
kalori
essensial.
Intoleransi Setelah 1. Buat 1. Dengan
aktivitas b.d diberikan jadwal/periode periode
kelemahan fisik asuhan istirahat istirahat yang
d.d pasien keperawatan setelah terjadual
mengatakan selama 3x24 aktivitas. menyediakan
badannya lemas, jam diharapkan 2. Observasi energi untuk
ADL dibantu aktivitas pasien keadaan umum menurunkan
keluarga, pasien dapat dipenuhi pasien. produksi dari
terlihat lemas. secara mandiri 3. Bantu pasien sisa
dengan criteria memenuhi metabolisme
hasil kebutuhan yang dapat
NOC: sehari-hari meningkatkan
1. Pasien dengan stress pada
mengatakan mobilisasi ginjal
tidak lemas bertahap. 2. Mengetahui
lagi 4. Beri HE kondisi pasien
2. Pasien tentang ROM sehingga
mampu aktif dan pasif. dapat
melakukan 5. Libatkan memberikan
ADL secara keluarga untuk intervensi
bertahap selalu yang sesuai.
3. Mampu memberikan 3. Mobilisasi
berpindah dukungan dan dini
dengan atau motivasi pada menurunkan
tanpa pasien dalam komplikasi
21
bantuan melakukan tirah baring
orang lain latihan gerak dan
4. Pasien 6. Evaluasi meningkatkan
terlihat tidak laporan pertumbuhan
lemas kelemahan, dan
perhatikan normalitas
ketidakmampu fungsi organ.
an untuk 4. Meningkatka
berpartisipasi n atau
dalam memperhatika
aktivitas. n kekuatan
otot dan
stamina
umum.
5. Menambah
semangat dan
termotivasi
untuk
berusaha
melakukan
latihan gerak.
6. Mengetahui
keadekuatan
yang
diberikan
untuk
memenuhi
kebutuhan.
22
Gangguan Setelah 1. Anjurkan 1. Mencegah
integritas kulit diberikan menggunakan terjadinya
b.d kelebihan asuhan pakaian yang tekanan pada
volume cairan keperawatan longgar daerah kulit
d.d Pasien selama 3x24 2. Hindari 2. Meningkatkan
mengatakan jam diharapkan kerutan pada rasa nyaman
tubuhnya tidak terjadi tempat tidur pada pasien
bengkak, pasien gangguan 3. Jaga 3. Mencegah
mengatakan integritas kulit kebersihan terjadinya luka
kulit terasa dengan kriteria kulit agar tetap 4. Menghindari
tegang dan hasil bersih dan terjadinya
mengkilap, kulit NOC: kering infeksi pada
tampak tegang 1. Integritas 4. Monitor kulit kulit pasien
dan mengkilap kulit yang akan adanya 5. Mengetahui
baik bisa kemerahan keseimbangan
dipertahank 5. Monitor status nutrisi pasien
an nutrisi pasien 6. Membatasi
(kelembaba 6. Monitor pergerakan
n, sensasi, aktivitas dan pasien agar
elastisitas, mobilisasi tidak
suhu) pasien mengganggu
2. Perfusi kondisi pasien
jaringan
baik
3.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
23
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Hipervolemia b.d penurunan S : Pasien mengatakan tubuhnya
mekanisme regular d.d pasien tidak bengkak lagi,
mengatakan tubuhnya bengkak, O : kencing (±400-1500cc/hari),
pasien mengatakan kencing sedikit, pasien terlihat edema berkurang
terlihat bengkak pada seluruh tubuh A : Tujuan tercapai. Masalah
teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Resiko defisit nutrisi b.d intake yang S : Pasien mengatakan sudah tidak
kurang d.d pasien mengatakan mual, mual lagi
nafsu makan menurun, pasien muntah O : Tidak ada penurunan nafsu
tiap kali makan, mukosa bibir kering makan, pasien tidak muntah ketika
makan
A : Tujuan tercapai. Masalah
teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan S : Pasien mengatakan badannya
fisik d.d pasien mengatakan badannya tidak lemas lagi
lemas, ADL dibantu keluarga, pasien O : ADL dapat dipenuhi sendiri,
terlihat lemas. pasien terlihat tidak lemas lagi
A : Tujuan tercapai. Masalah
teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Gangguan integritas kulit b.d S: pasien mengatakan tubuhnya
kelebihan volume cairan d.d Pasien tidak bengkak lagi, pasien
mengatakan tubuhnya bengkak, mengatakan kulitnya tidak terasa
pasien mengatakan kulit terasa tegang tegang lagi
dan mengkilap, kulit tampak tegang O: kulit tampak elastis
24
dan mengkilap A: Tujuan tercapai. Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
25