Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ACTIVITY BASED MANAGEMENT, JUST IN TIME,


ACTIVITY BASED BUDGETING

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Taufik Rahman
2. Anita Ainun
3. Annisa Anilda S.
4. Andi Sufiatri
5. Muh. Hadi Andika

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Hasanuddin
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan pengerjaan makalah mata kuliah akuntansi maanjemen
dengan judul cost volume profiit.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. kami sebagai penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Makassar, Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................................... 5
C. TUJUAN .............................................................................................................................................. 5
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
1. DEFINISI ............................................................................................................................................. 6
2. DUA DIMENSI ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) .................................................... 6
3. PENERAPAN DAN MAMFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT .................................... 7
4. KONSEP JUST IN TIME ................................................................................................................... 9
5. IMPLIKASI JUST IN TIME.............................................................................................................. 9
6. ELEMEN PENTING SISTEM JUST IN TIME ............................................................................. 10
7. PRINSIP-PRINSIP ACTIVITY-BASED BUDGETING .............................................................. 11
8. KEUNGGULAN ACTIVITY-BASED BUDGETING................................................................... 12
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 15
PENUTUP.................................................................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ................................................................................................................................. 15
B. SARAN ............................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur mengakibatkan
berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan
pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena
keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk
menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang
khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time,
dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan
waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi
menjadi lebih tinggi.
Perubahan kendali bisnis ke tangan Customers juga semakin tajam dan bervariasinya
persaingan di pasar, menyebabkan banyak produsen mengubah secara radikal prinsip-prinsip
manajemen yang diterapkan dalam menjalankan organisasi perusahaan. Struktur organisasi diubah
menjadi fleksibel dengan membangun tim lintas fungsional, untuk memungkinkan focus usaha
seluruh personal tercurah ke kepuasan customer dan untuk menjadikan organisasi responsive
terhadap setiap perubahan yang terjadi atau yang berpotensial akan terjadi di lingkungan bisnis.
Dengan perubahan pengorganisasian sumber daya manusia tersebut, pengelolaan berbasis
fungsi yang telah biasa digunakan oleh manajemen di masa lalu diubah menjadi pengelolaan
berbasis aktivitas (activity based management). Manajemen berbasis aktivitas menuntut eksekutif
untuk mengubah cara yang digunakan untuk menyusun anggaran, dari Fuctional-based budgeting
ke Activity – based Budgeting. Activity – based Budgeting yaitu proses penyusunan anggaran
yang berfokus ke improvement terhadap system yang digunakan oleh organisasi untuk
menghasilkan value bagi customers.
Oleh karena improvement terhadap system hanya dapat diwujudkan melalui perencanaan
program pengelolaan berbasis aktivitas yang membentuk system, maka perencanaan program
pengelolaan berbasis aktivitas dilaksanakan melalui penyusunan anggaran berbasis aktivitas.
Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi
segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan memberikan komponen
produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat. Operasi JIT memproduksi komponen
4
produksi tepat pada waktu memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan Operasi Tradisional
memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi
kalau- kalau terjadi sesuatu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan activity based management, just in time, dan activity based
budgeting?
2. Jelaskan mengenai dua dimensi activity based management!
3. Jelaskan penerapan dan mamfaat activity based management!
4. Jelaskan mengenai Konsep Just In Time!
5. Bagaimana Implikasi Just In Time?
6. Apa saja Elemen Penting Sistem Just In Time?
7. Jelaskan Prinsip-Prinsip Activity-Based Budgeting!
8. Sebutkan Keunggulan Activity-Based Budgeting!
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari activity based management, just in time, dan activity based
budgeting
2. Untuk mengetahui dua dimensi activity based management
3. Untuk mengetahui penerapan dan mamfaat activity based management
4. Untuk mengetahui Konsep Just In Time
5. Untuk mengetahui Implikasi Just In Time
6. Untuk mengetahui Elemen Penting Sistem Just In Time
7. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Activity-Based Budgeting
8. Untuk mengetahui Keunggulan Activity-Based Budgeting

5
BAB 2

PEMBAHASAN
1. DEFINISI
- Manajemen berbasis aktivitas (activity-based management/ABM) adalah pendekatan
manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk
melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer
dan laba yang dihasilkan dari penyediaan value tersebut.
- Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas,
menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan
menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai
kehendak konsumen tepat waktu.
- Activity-based budgeting merupakan proses penyusunan anggaran yang berfokus
pada improvementterhadap sistem yang digunakan oleh organisasi agar dapat
menghasilkan value bagi pelanggan (Brimson dan Antos, 1999) dan berfokus pada
proses secara integral terhadap suatu organisasi (McClenahen, 1995), serta merupakan
proses perencanaan dan pengendalian aktivitas-aktivitas yang diharapkan oleh
organisasi agar mencapai anggaran yang cost-effective dan memenuhi workload sesuai
dengan tujuan dan strategi organisasi.
2. DUA DIMENSI ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
Menggunakan informasi Activity Based Costing untuk mengembangkan operasi dan
menghilangkan biaya yang tidak bernilai tambah disebut Activity Based Management (ABM).
Menggunakan Activity Based Management (ABM) untuk menghilangkan Aktivitas dan Biaya
yang Tidak Bernilai Tambah.
Activity Based Management (ABM) menekankan baik pada product costing maupun
process value analysis. Terdapat 2 dimensi pada ABM yaitu:
- Cost Dimension
Menyediakan informasi tentang sumber ekonomi, aktivitas, produk serta konsumen.
Dalam dimensi ini dilakukan penelusuran biaya ke setiap aktivitas, kemudian biaya setiap
aktivitas dibebankan ke produk Dimensi ini sangat bermanfaat untuk product costing,

6
managemen biaya strategik serta tactical analysis . Menekankan pada ketelitian alokasi
biaya aktivitas ke setiap produk.
- Process Dimension
Menyediakan informasi tentang mengapa suatu aktivitas dilaksanakan dan
bagaimana pelaksanaannya. Dimensi ini ingin mengetahui kinerja setiap aktivitas yang
dilakukan perusahaan. Dimensi ini menunjukan informasi tentang continoues improvement
yang dilakukan perusahaan.
3. PENERAPAN DAN MAMFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT
Penerapan ABM
Activity based Management lebih komprehensive dibandingakn ABC. Dari diagram
tersebut terlihat bahwa ABC merupakan bagian dari ABM. ABM dapat dipandang sebagai suatu
sistem yang memliki 2 tujuan utama, yaitu:
a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan informasi biaya yang
lebih akurat
b. Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya program-program
pengurangan biaya
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas dan
biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang (1) tidak perlu
dan tidak penting (2) perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang tidak
bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya dari beberapa aktivitas yang bisa
dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan. Berikut
adalah lima langkah yang menyediakan strategi untuk menghilangkan biaya tak bernilai tambah
pada perusahaan manufaktur dan jasa, yaitu
1. Mengidentifikasi aktivitas, langkah pertama adalah analisis aktivitas, yang
mengidentifikasi semua aktivitas penting organisasi.
2. Mengidentifikasi aktivitas tak bernilai tambah, tiga kriteria untuk menentukan aktivitas
yang bernilai tambah adalah:
 Apakah aktivitas tersebut perlu ?
 Apakah aktivitas tersebut efisien ?
 Apakah aktivitas tersebut kadang bernilai tambah, kadang tidak ?

7
3. Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya, dalam mengidentifikasi
aktivitas yang tidak bernilai tambah, sangat penting untuk memahami jalan dimana
aktivitas terhubung bersama.Pengerjaan ulang unit yang rusak adalah kegiatan non-nilai
tambah. Pengerjaan ulang ini dipicu oleh identifikasi produk cacat selama inspeksi. Akar
penyebab ulang, bagaimanapun, bisa berbaring di salah satu dari sejumlah kegiatan
sebelumnya. Mungkin spesifikasi bagian adalah kesalahan. Atau vendor diandalkan
dipilih. Mungkin bagian-bagian yang salah diterima. Atau kegiatan produksi yang harus
disalahkan. Satu set kegiatan yang saling berhubungan (seperti yang digambarkan di atas)
disebut proses. Kadang-kadang analisis aktivitas ini disebut sebagai analisis nilai proses
(PVA).
4. Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara terus-menerus dan
membandingkan kinerja dengan tolak ukur, perhatian manajemen mungkin terarah pada
aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien.
5. Melaporkan biaya yang tidak berlilai tambah, biaya tak bernilai tambah harus disoroti pada
laporan pusat biaya. Dengan mengedintifikasi akktivitas tak bernilai tambah, dan
melaporkan biayanya, manajemen dapat bekerja keras untuk mengembangkan proses dan
menghilangkan biaya tak bernilai tambah.
Manfaat ABM
 Meningkatkan customer value melalui pengurangan biaya
Mencapai Pengurangan Biaya, dimana aktivitas tak bernilai tambah dapat diidentifikasi,
empat cara bisa digunakan untuk mengurangi biaya tak bernilai tambah.
a. Mengurangi Aktivitas. Cara ini digunakan secara sederhana pada aktivitas, dengan mengurangi
waktu atau sumber daya yang digunakan untuk aktivitas tersebut.
b. Menghilangkan Aktivitas. Pedekatan ini mengasumsikan aktivitas tersebut sepenuhnya tidak
perlu.
c. Memilih Aktivitas. Di bawah strategi ini, aktivitas yang paling efisien yang dipilih dari
serangkaian alternatif.
d. Membagi Aktivitas. Cara ini menemukan jalan untuk mendapatkan pencapaian yang lebih dari
sebuah aktivitas yang telah ada dengan mengkombinasikan fungsi pada beberapa cara yang
lebih efisien. Contohnya, adalah menggunakan suku cadang yang sama pada beberapa produk
yang berkaitan daripada mendesain tiap produk untuk menggunakan suku cadang khusus.

8
 Bagaimana pengurangan biaya dilaksanakan dalam ABM?
 Fokus utama adalah terhadap non-value-added activities:
a. Activity reduction (pengurangan non-value-added activities)
b. Activity elimination (penghilangan non-value-added activities)
 Fokus kedua adalah terhadap value-added activities:
a. Activity selection (pemilihan value-added activities)
b. Activity sharing (pemanfaatan optimum value-added activities)
4. KONSEP JUST IN TIME
Dalam konsep Just In Time, menyatakan terdapat empat aspek fundamental dalam konsep
Just In Time, yaitu: (1). Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi
seluruh produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktivitas atau sumber daya yang menjadi
sasaran untuk pengurangan atau penghilangan, (2). Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan
secara benar segala sesuatunya dari awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk
mengerjakan ulang. Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan
tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan, (3). Upaya perbaikan
yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan. Perusahaan perlu mencanangkan
komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continous improvement) pada semua aktivitas
perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan yang
berkesinambungan adalah pengupayaan terus-menerus nilai yang kian besar yang diberikan
kepada pelanggan, (4). Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai
tambah, hal ini membantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang tidak menambah nilai.
5. IMPLIKASI JUST IN TIME
JIT adalah metode untuk mengurangi waktu penyimpanan (storage time) dan waktu
penyimpanan tersebut tidak berkontribusi ke aktivitas yang bernilai tambah. Dalam filosofi JIT,
perusahaan hanya memproduksi apabila ada permintaan dari pembeli, tanpa memanfaatkan
tersedianya persediaan sehingga perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Setiap operasi
atau produksi hanya bertujuan memenuhi permintaan. Produksi tidak akan terjadi sebelum ada
tanda dari proses selanjutya yang menunjukkan permitaan produksi. Suku cadang dan bahan tiba
pada saat yang ditentukan untuk dipakai dalam produksi (on time to production). JIT
Manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan ketepatan penyerahan produk akhir
kepada pelanggan maupun produk antara dari satu tahap produksi ke tahap berikutnya. Dalam

9
sistem akuntansi manajemen kontemporer, produksi harus memenuhi “zero defect” yang artinya
tingkat kerusakan nol pada semua tahap siklus hidup produk. Adapun sistem tradisional, masih
mentolerir tingkat kerusakan produk atau produk cacat pada tingkat tertentu yang diperbolehkan.
6. ELEMEN PENTING SISTEM JUST IN TIME
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan adanya
kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan fleksibel.
Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan mesin dalam jalur produksi.
Selain itu, mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil
alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Cellular Layout
Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai setengah
lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga dapat mengurangi
berbagai pemborosan. Setiap sel dirancang untuk memproduksi satu produk tertentu. Produk
dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya dari awal hingga akhir. Setiap sel merupakan
miniatur pabrik secara keseluruhan.
3. Pull System
Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari onsumen.
Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan memberikan tanda ke
bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah partisi atau bahan yang dibutuhkan pada bagian
tersebut. Demikian seterusnya, bagian di belakangnya akan mengirimkan tanda ke bagian yang
ada di belakangnya lagi untuk mengirimkan barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.
4. Quick Set up
Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan, mengubah setting mesin,
mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian. Dalam sistem Just In Time, set up yang
berulang-ulang tidak diperlukan lagi karena mesin telah dirancang untuk satu jenis produk.
5. Small-lot Production
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai dengan
permintaan konsumen. Tidak seperti yang dilakukan dalam sistem tradisional yang menerapkan

10
sistem mass production. Produksi dalam jumlah yang kecil ini dimaksudkan untuk mengurangi
biaya-biaya yang tidak perlu seperti biaya gudang, biaya pemeliharaan barang, dan lain-lain.
6. Quality at The Source
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika
sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak dapat
mengirimkan sejumlah barang yang diminta oleh konsumen dan perusahaan harus mengulang
kembali proses produksi hanya untuk membuat pengganti produk yang cacat saja. Kondisi ini akan
menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang kepada konsumen dan menimbulkan
kekecewaan konsumen. Jadi, dalam lingkungan Just In Time kualitas merupakan elemen yang
sangat penting disamping elemen yang lain.
7. Supplier Networks
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan
pembeli. Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih banyak
dengan jumlah yang lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama guna
mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
7. PRINSIP-PRINSIP ACTIVITY-BASED BUDGETING
Menurut Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini (2007:375), ada tiga prinsip
dasar Activity Based Budgeting (ABB) sebagai berikut:
1. Activity based budgeting berfokus pada pemahaman tentang aktivitas dan hubungannya
untuk mencapai tujuan strategik.
Activity-based budgeting ini diawali dengan manajemen mendefinisikan visi, misi,
strategi dan usulan nilai dari produk/jasa. Strategi dirumuskan berbasis pada analisis customer
requirement, pengetahuan pasar dan persaingan untuk menentukan nilai (value) yang dapat
diberikan kepada customer. Melalui serangkaian langkah, strategi ini didefinisikan untuk
mendukung atribut performance yang mengusulkan nilai suatu produk/jasa.
Proses cascading dapat digunakan untuk mengartikulasi bagaimana strategi seharusnya
direfleksikan dalam proses dan aktivitas.
Berikut ini contoh bagaimana suatu bank melalui proses ini.
Tahap Contoh
Mendefinisikan Pernyataan Misi Menjadi penyedia pinjaman terbesar di Propinsi X

11
Mendefinisikan Tujuan Organisasi Meningkatkan Cash Flow $ 5000
Menetapkan Faktor-Faktor Kritis Menumbuhkan market share melalui pengurangan
Kesuksesan unit biaya
Meningkatkan market share untuk kredit mobil
sebesar 50%
Menetapkan Target Produk
Meningkatkan pendapatan kredit modal sebesar 5%
Mengurangi biaya 9,75%
Untuk mencapai visi, perusahaan perlu mengidentifikasi berbagai desain strategi yang
mengarah ke area kunci. Kesuksesan akan dapat dicapai jika strategi difokuskan pada proses-
proses ktitis. Melalui feature costing, activity-based budgeting mengidentifikasi proses-proses
yang berbeda akibat persyaratan dan kondisi yang unik (feature) dari setiap produk/jasa. Dengan
mengkombinasikan activity-based budgeting dan feature costing, organisasi dapat menyusun
rencana pemacu nilai (a value-driven planning).
2. Activity based budgeting merupakan proses yang mengarahkan seluruh aktivitas
perusahaan untuk menciptakan nilai.
Aktivitas perusahaan untuk penciptaan nilai dikelompokkan pada 4 golongan yaitu
aktivitas yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan produk dan jasa bagi costumer luar,
aktivitas yang meberikan dukungan secara langsung kepada result producting activities dalam
penyediaan produk dan jasa bagicostumer, pusat jasa yang menyediakan layanan bagi result
producing activities dan result contributing activities, dan pusat jasa yang menyediakan layanan
kebersihan dan kerumahtanggaan bagi ketiga aktivitas lainnya.
8. KEUNGGULAN ACTIVITY-BASED BUDGETING
Dibandingkan dengan traditional budgeting, activity-based budgeting memiliki
keunggulan sebagai berikut ini (disarikan dari Connally dan Ashworth, 1994; Lukens, 1995; dan
Cooper dan Kaplan, 1998) :
1. Orientasi personel diarahkan ke pemenuhan kebutuhan customers
Proses penyusunan anggaran mengarahkan perhatian seluruh personel organisasi ke
pencarian berbagai peluang untuk melakukan improvement (process way of thinking) terhadap
sistem yang digunakan untuk menghasilkan value bagi customers. Keadaan seperti ini
menjanjikan tercapainya efektivitas kegiatan bisnis perusahaan yang pada gilirannya

12
diharapkan akan menghasilkan financial return yang memadai bagi perkembangan organisasi
melalui loyalitas pelanggan.
2. Fokus penyusunan anggaran pada perencanaan aktivitas, digunakan untuk
menghasilkan value bagi customers
Penyusunan anggaran akan memperoleh gambaran yang jelas antara penyebab dan
akibat. Biaya timbul sebagai akibat dari adanya aktivitas. Jika personel akan mengurangi biaya,
cara efektif yang dapat ditempuh dengan mengelola penyebab timbulnya biaya tersebut, yaitu
aktivitas. Anggaran merupakan langkah strategik untuk melaksanakan pengurangan biaya
(cost reduction) melalui perencanaan aktivitas yang mengkonsumsi biaya. Kejelasan
hubungan sebab-akibat menyebabkan personel mempunyai target yang jelas yang harus
dicapai selama tahun anggaran. Kejelasan target, seperti target aktivitas, cost reduction
target, dan target peningkatan penghasilan (revenue enhancement target), akan meningkatkan
kejelasan peran yang disandang oleh personel. Kondisi ini akan membangkitkan semangat
dalam diri personel dalam mewujudkan tujuannya (empowerment).
3. Activity-based budgeting mendorong personel untuk mengimplementasikan cara berpikir
berbasis sistem (system thinking)
Keputusan improvement di satu bidang tidak dapat dilepaskan pengaruhnya terhadap
bidang lainnya. Keseluruhan lebih penting daripada sekedar bagian-bagiannya. Hal ini berbeda
dengan dengan traditional budgetingyang memandang bagian atau fungsi lebih penting
daripada keseluruhan
4. Mencapai keunggulan dengan menghilangkan pemborosan
Untuk memacu nilai, suatu organisasi seharusnya berupaya menghilangkan
pemborosan. Organisasi perlu sistem penganggaran dan pelaporan yang mampu
mengidentifikasi dan menyoroti pemborosan dalam organisasi. Oleh karena biaya timbul
sebagai akibat adanya aktivitas, maka cara yang efektif untuk mengatasi pemborosan tersebut
adalah mengelola penyebab timbulnya biaya tersebut.
5. Mencapai keunggulan dengan mengurangi beban kerja
Upaya memacu nilai memerlukan cara menentukan pengurangan biaya tanpa harus
mengurangi kualitas output. Ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan tingkat layanan atau
dengan mengurangi unit output. Untuk mengurangi beban kerja adalah dengan memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang output yang diinginkan customer. Tujuannya selain

13
mengetahui keinginan customer, juga untuk memahami kebutuhan atas output dan bagaimana
hal tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan.

14
BAB 3

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada umumnya dalam melakukan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan akan
menghadapi dua permasalahan utama yang mempunyai timbal balik sangat erat. Yaitu
permasalahan yang berhubungan dengan penjualan dan permasalahan yang berhubungan dengan
produksi.
Manajemen harus mempunyai alat yang tepat untuk membantunya dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut. Alat tersebut harus tidak hanya membantu untuk
mengalokasi secara optimum sumber-sumber untuk mencapai visi, strategi, dan tujuan organisasi
pada saat ini, tetapi harus sebagai jalan mencapai tujuan akhir organisasi.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini pemakalah buat dengan sesungguhnya, untuk memenuhi tugas
mata kuliah akuntansi manajemen. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dalam menganalisis biaya-biaya pada perusahaan. Pemakalah menyadari masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah ini baik dari segi penulisan makalah, kelengkapan isi, data yang
disajikan, dan lainnya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca
untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.stie-mce.ac.id/tarni/category/accounting/

http://cinndyrq.blogspot.com/2013/05/activity-based-budgeting.html

http://dagoconsultant.com/activity-based-budgeting-implementation/

http://irmarusmiati91.blogspot.com/2012/10/activity-based-budgeting.html

https://www.scribd.com/doc/39866313/Makalah-Budgeting

16

Anda mungkin juga menyukai