Anda di halaman 1dari 5

Evaluasi Morfologi Eritrosit

Hari tanggal : Jumat, 22 Februari 2019


I. Metode
Metode hapusan darah dengan pewarnaan giemza kemudian diperiksa secara
mikroskopis
II. Prinsip
Suatu hapusan sel darah tepi dibuat dengan meletakan setetes darah pada
objek glass kemudian sedemikian rupa sehingga terbentuk hapusan yang tipis.
Prinsip pewarnaannya didasarkan pada sidat kimiawi dalam sel. Zat warna
yang bersifat alkalis demikian rupa sebaliknya. Preparat yang sudh dilakukan
pewarnaan langsung diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x lalu
100x dengan menggunakan minyak imersi.
III. Dasar Teori
Sel darah merah juga dikenal dengan sebutan eritrosit, eritrosit adalah sel
darah yang paling banyak dan penting dalam tubuh manusia. Fungsi utama sel
darah merah adalah membawa oksigen ke seluruh tubuh. Eritrosit berbentuk
cakram kecil yang mengandung protein yang disebut haemoglobin yang
memberi warna merah pada darah (Thejashwini & Padma, 2015). Bentuk
eritrosit normal adalah bulat, biconcave dan rata, dengan diameter sekitar 7
µm dan ketebalannya 2,2 µm (Tomari et al., 2015).
Evaluasi morfologi sel darah adalah langkah penting dalam pemeriksaan
menyeluruh dari apusan darah, yang dapat membentu dalam mengidentifikasi
banyak gangguan metabolisme, dan dapat menunjukan kerusakan oksidatif.
Oleh karena itu, kita dapat menggunakan teknik ini untuk dapat
mengungkapkan karakter dari sel darah secara normal atau abnormal dalam
hapusan darah tepi. (Kumar, 2016)
Terdapat lima unsur penting yang akan dipelajari untuk morfologi sel
darah merah yaitu bentuk, ukuran, warna, inklusi dan inklusi. Bentuk yang
tidak normal akan menunjukan adanya poikilosit. Ukuran abnormal
menunjukan anisositosis. Penyimpangan dari warna normal menandakan
adnya hiperfroma atau hipofroma dari sel darah merah. Termasuk adanya
howell, parasit malaria, dan sel darah merah berinti. Seperti adanya rouleaux
dan aglutinasi adalah proses RBC yang tidak normal dikarenakan sel darah
merah menumpuk. (Pathologist, Sodani, Clinic, & Pradesh, 2018)
RBC berdiameter kurang dari 7 mikron dan MCV kurang dari 80 fl adalah
mikrositik. RBC yang memiliki area sentral pucat lebih dari 3 mikron dengan
diameter hipokromik. Kemungkinan penyebab RBC mikrositik hipokromik
adalah anemia difisiensi besi, talasemia, anemia penyakit kronis, anemia
sideroblastik, dan keracunan timbal. Gambaran mikroskopis dalam anemia
penyakit kronis adalah sel darah merah yang biasa – biasa saja, sedangkan
anemia defisiensi besi memberikan gambaran tentang anisositosis,
anisokromia, dan eliptositosis. Karakteristik talasemia menunjukan adanya sel
target dan pembungkus basofilik kasar. Anemia hemolitik harus
dipertimbangkan ketika ada penurunan dalam konsentrasi Hb, retikulosit, dan
sel darah merah yang berbentuk tidak normal (terutama spherosit atau sel
darah merah terfragmentasi) pada sediaan apusan darah tepi. Anemia
hemolitik dapat terjadi karena kelangsungan hidup yang pendek dari sel darah
merah yang bersikulasi (RBCs). Morfologi sel darah merah yang menunjukan
hemolisis meliputi RBC terfragmentasi karena adanya anemia hemolitik tipe
mikroangiopati. (Pathologist et al., 2018)
IV. Alat dan Bahan
V. Prosedur Kerja
1. Pembuatan preparat dan pewarnaan giemza 10%
a. Teteskan darahdiujung objek glass
b. Buat hapusan tipis dan keringkan
c. Fiksasi hapusan menggunakan methanol selama 3 menit
d. Teteskan dengan menggunakan pewarna giemza
e. Amati pewarna giemza pada hapusan darah jangan sampai kering dan
tunggu 30 menit
f. Bilas dengan air mengalir
g. Keringkan dan angin – anginkan
2. Pemeriksaan Sediaan Apusan Darah Tepi
a. Siapkan mikroskop
b. Periksa mutu pulasan sebelum di amati dibawah mikroskop
c. Persiksa pada perbesaran 10x untuk mengetahui lapang pandang
hapusan darah tepi
d. Gunakan pembesaran 100x lalu tambahkan minyak imersi dan periksa
morfologi selnya
e. Ukuran eritrosit, bentuk eritrosit, warna eritrosit dan distribusinya
VI. Interpretasi Hasil
 Normositik : 6 – 8 mikron
 Mikrositik : < dari 6 mikron, defisiensi Fe
 Makrositik : > 8 mikron, defisiensi asam folat dan vitamin B.12
VII. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum hematologi II pada hari
Jumat tanggal 22 Februari 2019 dengan pasien bernama :
 Nama probandus : Ni Putu Chandra Harum
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Hasil pengamatan : a. warna : hipokrom
b. ukuran : anisositosis
c. bentuk : - target sel
- helmet sel
- sigaret sel

Sigaret sel

Helmet sel

Target sel

 Nama Pasien : I Wayan Pangid


Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 69 tahun
Hasil pemeriksaan : a. warna : hipokrom
b. ukuran : anisositosis
c. bentuk : poikilositosis
- target sel
- helmet sel
- sigaret sel
- bursel

Sigaret sel

Target sel

Limfosit matur

Bursel

Helmet sel

VIII. Pembahasan
Evaluasi morfologi sel darah adalah langkah penting dalam pemeriksaan
menyeluruh dari apusan darah, yang dapat membentu dalam mengidentifikasi
banyak gangguan metabolisme, dan dapat menunjukan kerusakan oksidatif.
Oleh karena itu, kita dapat menggunakan teknik ini untuk dapat
mengungkapkan karakter dari sel darah secara normal atau abnormal dalam
hapusan darah tepi. (Kumar, 2016)
Terdapat lima unsur penting yang akan dipelajari untuk morfologi sel
darah merah yaitu bentuk, ukuran, warna, inklusi dan inklusi. Bentuk yang
tidak normal akan menunjukan adanya poikilosit. Ukuran abnormal
menunjukan anisositosis. Penyimpangan dari warna normal menandakan
adnya hiperfroma atau hipofroma dari sel darah merah. Termasuk adanya
howell, parasit malaria, dan sel darah merah berinti. Seperti adanya rouleaux
dan aglutinasi adalah proses RBC yang tidak normal dikarenakan sel darah
merah menumpuk. (Pathologist, Sodani, Clinic, & Pradesh, 2018)
Berdasarkan hasil praktikum pada hari jumat tanggal 22 februari 2019 di
laboratorium hematologi dengan pemeriksaan evaluasi morfologi eritrosit
dengan metode hapusan darah tepid an diwarnai dengan pewarna giemza.

IX. Kesimpulan
X. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai