Anda di halaman 1dari 8

Anatomi Fisiologi Peritoneum

Peritoneum

Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks.


Dibagian belakang struktur ini melekat pada tulang belakang sebelah atas pada iga,
dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai
lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kuitis dan sub kutis, lemak
sub kutan dan facies superfisial ( facies skarpa ), kemudian ketiga otot dinding perut
m. obliquus abdominis eksterna, m. obliquus abdominis internus dan m. transversum
abdominis, dan akhirnya lapis preperitonium dan peritonium, yaitu fascia
transversalis, lemak preperitonial dan peritonium (3,5,6)
Peritoneum merupakan membran serosa yang transparan dan mengkilat .
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
dinding rongga abdominal dan berhubungan dengan fascia muscular, dan
peritoneum visceral, yang menyelaputi semua organ yang berada di dalam rongga
itu. (3,5,6)

Gambar 1. Penampang Melintang Abdomen


(Sumber : Moore, 2007)

Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:


1.Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa).
2.Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.
3.Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis. (3,5)

Peritoneum dan organ visceral terletak di dalam cavitas abdominopelvis.


Organ di dalam abdomen memiliki hubungan dengan peritoneum
Organ intraperitonial
Organ intraperitoneal hampir seluruh permukaannya dilapisi oleh peritoneum
visceralis
Organ ekstraperitoneal, retroperitoneal, dan subperitoneal
Organ ekstraperitoneal, retroperitoneal, dan subperitonea tlerletak di luar dari cavum
peritoneum, atau terletak posterior dari peritoneum parietalis dan hanya sebagian
permukaan yang dilapisi oleh peritoneum. Organ seperti ginjal terletak diantara
peritoneum parietalis dan dinding posterior abdomen, dan dilapisi peritoneum pada
permukaan anteriornya saja. (3)

Gambar 3. Mesenterium dan Vaskularisasi


(Sumber : Moore, 2007)
Ruang yang terdapat di antara dua lapis ini disebut ruang peritoneal atau
cavitas peritonealis
Cavitas peritonealis terletak pada cavum abdomen dan berlanjut sampai cavum
pelvis. Cavitas peritonealis merupakan ruang potensial antara peritoneum parietalis
dan peritoneum visceralis. Cavitas peritonealis mengandung cairan yang berfungsi
menjaga kelembaban dan melubrikasi permukaan peritoneum yang memungkinkan
pengurangan friksi dari pergerakan organ. Cairan peritonealis mengandung leukosit
dan antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Cavum peritonealis tertutup
secara sempurna pada laki-laki, namun pada perempuan terhadap hubungan
cavitas peritonealis dengan ruang eksternal melalui tuba uterina, cavum uterus, dan
vagina sehingga memudahkan terjadinya proses infeksi (3)

Vaskularisasi dan innervasi peritoneum


Peritoneum parietalis
Vaskularisasi sesuai dengan organ yang dilapisi peritoneum tersebut. Innervasi
sesuai dengan persarafan somatik pada dinding abdominopelvikus.
Sensitif pada tekanan, nyeri, panas, dan dingin. Nyeri pada peritoneum parietalis
terlokalisir secara jelas

Peritoneum visceralis
Vaskularisasi sesuai dengan organ yang dilapisi peritoneum tersebut. Innervasi
sesuai dengan persarafan viseral dari organ.
Peritoneum visceralis Insensitif pada sentuhan, panas, dingin dan laserasi dan dapat
distimulasi oleh peregangan dan iritasi kimia
Nyeri tidak terlokalisir secara baik dan dialihkan pada dermatom ganglion spinal
sensoris. Nyeri pada organ derivat foregut diarasakan pada regio epigastrik. Pada
organ midgut dirasakan pada regio umbilikus, dan hindgut pada regio pubis.(3)

Peritoneum visceralis berhubungan dengan parietale pada dinding abdomen


melalui suatu duplikatur yang disebut mesenterium.
Mesenterium merupakan dua lapisan peritoneum yang terbentuk sebagai akibat
invaginasi organ dan merupakan hubungan antara lapisan peritoneum parietal dan
visceral. (3)
Ligamen Peritoneum merupakan dua lapisan peritoneum yang
menghubungkan antar dua organ atau antara organ dengan dinding anterior
abdomen. Contohnya hepar berhubungan dengan dinding anterior abdomen oleh
ligamen falciformis
Omentum adalah perpanjangan dua lapisan peritoneum yang melewati gaster
dan bagian proksimal duodenum menuju organ yang berdekatan.
Omentum majus terbentang superior, lateral, dan inferior dari curvatura major
pada lambung. Omentum majus terdiri dari tiga bagian utama
Ligamentum gastrofrenika terletak antara kurvatura major gaster dan
diafragma
Ligamentum gastrosplenikum terletak antara kurvatura major gaster dan lien
Ligamentum gastrokolika terletak pada bagian inferior dari kurvatura major gaster.
Meruapkan ligament yang paling bessar. Bagian asending dan desending ligamen
ini saling melipat membentuk 4 lapisan yang disebut sebagai omental apron (3)

Gambar 2. Abdomen dan Peritoneum


(Sumber : Moore, 2007)
Omentum minus (ligamen heaptogastrika dan hepatoduodenale)
Omentum minus menghubungkan kurvatura minor gaster dan bagian proksimal dari
duodenum ke hepar.
Tiap organ memiliki area yang tidak dilapisi oleh peritoneum visceralis sebgai
jalan masuk dari struktur neurovaskular. Area ini disebut sebgai area nuda dan
terbentuk sebagai tempat melekatnya ligamen, mesenteri, dan omentum. (3)

Cavitas peritonealis dibagi menjadi greater sac dan bursa omentalis


Greater sac merupakan bagian terbesar dari cavum peritoneum.
Bursa omentalismeripakan bagian kecildari cavum peritenum terletak posterior dari
gaster omentum minus dan struktur yang berdekatan. Bursa omentalis memiliki dua
resesus
Resesus superior yang dibatasi oleh diafragma dan bagian posterior dari
ligamentum coronarium.
Resesus inferior pada bagian superior dari lapisan omentum majus. (3)

Bursa omentalis dihubunhgkan dengan greater sac oleh foramen epiploica, suatu
hubungan yang terletak posterior dari omentum minus dan membentuk ligamentum
hepatoduodenalis.

Batas foramen epiploica

Anterior : Ligamentum hepatoduodenale (bagian bebas ari omentum minus) yang


terdiri dari vena porta, arteri hepatika, dan duktus billiaris

Posterior : vena kava inferior, crus dextra diaframga,

Superior : hepar, yang dilapisi peritoneum visceralis

Inferior : Bagian superior dari duodenum (3)

Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum ( membran serosa yang melapisi
rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ). Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
luka tembus abdomen (3,5).
Etiologi
Tabel 1. Etiologi Peritonitis
Perforasi usus Trauma, tajam atau tumpul
Inflamasi
Appendicitis
Divertikulitis
Ulkus peptikum
Inflammatory bowel disease
Iatrogenik
Perforasi endoskopik
Kebocoran anastomosis
Perforasi kateter
Vaskular
Embolus
Iskemia
Obstruksi
Adesi
Hernia strangulasta
Volvulus
Intususepsi
Neoplasma
Ingesti benda asing, tusuk gigi dan
tulang ikan
Perforasi organ lain Pancreas—pankreatitis
Kandung empedu—kolesistitis
Vesica urinaria—trauma, rupture
Hepar—kebocoran empedu setelah
biopsi
Tuba fallopi –salpingitis
Perdarahan ke dalam cavitas peritoneal
Kerusakan intergritas cavitas peritonealis Trauma
Dialisis peritoneal ambulatory
Kemoterapi intraperitoneal
Abses perinefrik
Iatrogenik – post operatif

(Sumber : Harrison Principal of Internal Medicine, 2007)

Klasifikasi
1. Peritonitis Primer
Disebabkan oleh translokasi bakteri secara hematogen maupun limfatik dari organ
peritoneal secara langsung dan menyebabkan kontaminasi dari cairan
peritoneal.Penyebab SBP merupakan komplikasi penyakit yang menyebabkan
ascites, seperti penyakit jantung, maupun budd-chiarri syndrome. Namun penyebab
paling sering dari peritonitis primer adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
akibat penyakit hepar kronis. Kira-kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis dengan
ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.

2. Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder sering disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster,
ulkus duodenum, perforasi kolon (paling sering terjadi pada kolon sigmoid) akibat
divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus halus. Penyakit nekrosis
pankreas juga merupakan penyebab sering dari peritonitis sekunder

3. Peritonitis Tersier
Peritonitis tersier sering sering terjadi pada pasien dengan keadaan
immunocompromised dan komorbid yang berat.

4. Peritonitis kimiawi
Peritonitis kimiawi sering disebabkan oleh epedu, darah, barium atau inflamasi
transmural tanpa ada inokulasi bakterial pada cavitas peritonealis
5. Peritoneal abscess
Ditandai dengan adanya akumulasi cairan infeksius yang dikelilingi oleh eksudat
fibrous, omentum, atau organ yang berdekatan. Abses peritoneum sering
menyebabkan infeksi persistent dan menyebabkan peritonitis tersier (2)

Epidemiologi
Prevalensi dari spontaneous bacterial peritonitis (SBP) dengan sirosis hepatis
dengan acsites yang dirujuk ke rumah sakit 10%-30%. 50& kasus terjadi pada
saat dirujuk ke rumah sakit, 50% sisanya terjadi saat perawatan di rumah sakit.
Insidensi SBP terbanyak pada pasien berusia 41-50 tahun, dan rata-rata pada
usia 49 tahun. (1,4)

Referensi

1. Bunchorntavakul C, Chamroonkul N, Chavalitdhamrong D (2016). "Bacterial


infections in cirrhosis: A critical review and practical guidance.". World J
Hepatol. 8 (6): 307–21. PMC 4766259Freely accessible. PMID
26962397.doi:10.4254/wjh.v8.i6.307

2. Fauci et al, 2008, Harrison’s Principal Of Internal Medicine Volume 1, McGraw


Hill.

3. Moore, Keith L.; Agur, Anne M. R.Essential Clinical Anatomy, 3rd Edition
2007 Lippincott Williams & Wilkins

4. Paul K, Kaur J, Kazal HL (2015). "To Study the Incidence, Predictive Factors
and Clinical Outcome of Spontaneous Bacterial Peritonitis in Patients of
Cirrhosis with Ascites.". J Clin Diagn Res. 9 (7):

5. Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam


Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC.

6. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai