Anda di halaman 1dari 19

CBR

(critical book report)


FILSAFAT PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH : FERNANDEZ DANISH KHAN
NIM : 5183121011
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FT
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
DOSEN PENGAMPU:
Prof.Dr.Julaga Situmorang,M.Pd
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan dan penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan critical book kepemimpinan dengan
baik.

Saya tidak lupa berterimakasih kepada bpk Prof.Dr.Julaga Situmorang,M.Pd sebagai


dosen pengampuh mata kuliah Kuliah kepemimpinan dan juga semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan critical book ini. Saya menyadari bahwa penulisan critical book ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan critical book ini. Besar harapan saya, semoga critical book ini dapat bermanfaat
terutama untuk saya sendiri.

Medan,10 oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................iii
B. Tujuan................................................................................................................. …….iii
C. Manfaat........................................................................................................... ……….iii

BAB II PEMBAHASAN
A. Identitas Buku………………………………………………………………………………..1
Buku pertama (utama)
A. Manusia Dan Filsafat…………………………………………………….…………….…...2
B. Filsafat Dan Teori Pendidikan…………………………………………..…………….…...2
C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan………………………..…….……3
Buku Pembanding
1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia……………..………………….……...4
2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat………………………..…….5
3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan………………………..…….……..5
4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai………………………………………...…..5
BAB III PEMBANDING ANTARA KEDUA BUKU
a. Kelemahan buku…………………………..……………………………………………….13
b. Kelebihan buku……..……………………………………………………………………...13
c. Perbedaan kedua buku……………………………………………………………………13
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………14
B. SARAN……………….…………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………........15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk
lain. Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda
konkrit. Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh
dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan.
Kadang-kadang manusia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan
manusia itu tertegun, termenung memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar
apa yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir
adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu
nampak misterius dan menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga
manusia terdorong memikirkannya secara mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa
mengambang dan bersemayam di langit-langit.
Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan
yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-
metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat
pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak
serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag dianutnya.
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia sebagaimana
yang dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.Setiap Negara
mempunyai dasar atau ideologinya.Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu
serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk
mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi Negara Republik
Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh sebab itu , setiap
warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolekti
ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

B. Tujuan

1. Mengkritik 2 buku untuk menambah ilmu dalam Filsafat Pendidikan


2. Untuk menambah wawasan tentang Filsafat Pendidikan khususnya Filsafat
Pendidikan Pancasila
3. Untuk mempelajari Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia

C. Manfaat

1. Memperbaiki diri menggunakan teori-teori Filsafat Pendidikan Pancasila


2. Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari Filsafat Pendidikan Pancasila dapat
menjadi acuan untuk membangun bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

D. IDENTITAS BUKU

 Buku Pertama (Buku Utama)


1.Judul buku : Filsafat Pendidikan
2. Pengarang : Dr.Edward Purba,MA
3.Pengarang : Prof.Dr.Yusnadi,MS
4. Penerbit : UNIMED PRESS
5. Tahun terbit : 2013
6. Kota Terbit : MEDAN
7.Tebal buku :164 lembar

 Buku Kedua (Buku Pendamping)


1. Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang : Prof.Dr.H.Jalaluddin
3.Pengarang : Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed
4. Penerbit : Raja Grafindo Persada
5. Tahun terbit : 2011
6. Kota Terbit : Jakarta
7.Tebal Buku : 384 Lembar
 Ringkasan Buku Pertama (Utama)

Sumber : FILSAFAT PENDIDIKAN

FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN


A. Manusia dan Filsafat
Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari makhluk
lain. Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami benda-benda
konkrit. Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu berubah dan penuh
dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat untuk dipikirkan dan direnungkan.
Kadang-kadang manusia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan
manusia itu tertegun, termenung memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir agar
apa yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya. Berpikir
adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses pikirannya selalu
nampak misterius dan menakjubkannya seperti alam semesta sendiri, sehingga
manusia terdorong memikirkannya secara mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa
mengambang dan bersemayam di langit-langit.
Dengan menangkap kesan indera lalu dipadukan dengan analisis radio manusia
mulai sadar bahwa pengertiannya melalui kesan indera itu belum memuaskan. Manusia
berpikir dan berpikir sepanjang masa dan sepanjang jaman tentang hakikat dirinya dan
alam semesta. Masing-masing dunia ini memerlukan pendekatan yang berbeda-beda
sebab wujud dan sifat realitas yang akan ditafsirkan berbeda secara mendasar dan
kualitatif.
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang timbul di
dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Sebelum ada ilmu, filsafat
merupakan lapangan utama pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat mendahului
ilmu pengetahuan. Demikian pula kesimpulan-kesimpulan filsafat yang bersifat hakiki,
menyebabkan kedudukan filsafat dianggap lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan.
Karena itulah filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan
ilmu pengetahuan. Bahkan karena kedudukannya yang tinggi itu, filsafat disebut ratu
ilmu pengetahuan (Queen Knowledge).

B. Filsafat dan Teori Pendidikan


Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, secara lebih rinci dapat
diuraikan sebagai berikut :
 Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan
yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan
metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan pandangan-
pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya
 Filsafat, juga berfungsi memberika arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Disinilah letak
fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori
pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan
relevan dalam kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup masyarakat.
 Filsafat, termasukjuga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan atau pedagogik.

C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan

1. Kedudukan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan


Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau
pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia di
bidang pemikiran untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu
dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain :

a. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai problem dan objek.


b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan
dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
c. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus digunakan dalam
tiap-tiap ilmu pengetahuan.
d. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh filsafat.
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kerja kepada tiap ilmu pengetahuan.

2. Kedudukan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia

a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan


tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
b. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.
 Ringkasan Buku Pembanding

Sumber : FILSAFAT PENDIDIKAN

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA,


MASYARAKAT, PENDIDIKAN DAN NILAI
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana
yang dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya Pancasila. Setiap Negara
mempunyai dasar atau ideologinya. Fungsi dari suatu dari ideology atau dogama yaitu
serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga Negara untuk
mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi Negara Republik Indonesia.
Sebagai ideology, Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh sebab itu , setiap warga
Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolekti ingin
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

1. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia


Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,
bangsa dan Negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau
potensi untuk bertumbuh dan berkembang , baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat atau social.

 Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar.2002:191) mengemukakan gambaran


manusia Pancasila sebagai berikut;
Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum dalam Pancasila.
 Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
 Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikapnya dalam hubungannya dengan Penciptanya.
 Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan Penciptanya.
 Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
 Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
 Sila persatuan Indonesia berarti manusia Indonesia adalah makhluk social yang
berada didalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusa Indonesia yang
lainnya.
 Selanjutnya manusia Indonesia haruslah dapat hidup bersama,menghargai satu
dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang
kokoh.
 Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama
dengan manusia Indonesia yang lain.
 Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai,memeliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya.
 Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntu saling memiliki kewajiban menghargai
orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan tarag
kehidupan yang lebih baik.

Dari penjelasan di atas dan disimak dari nilai-nilai luhur yang dikandung
Pancasila,dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas
dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
perkembangan masyarakat (social) Indonesia.Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang
sepanjang hayat.Berikut ini digambarkan Profil manusia Indonesia era millennium
Ketiga (Tilaar.2002:199), jelasnya digambarkan seperti matriks berikut ini;

2. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha
Esa,Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,Persatuan Indonesia,Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikam kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan,serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.akan terwujud sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan yang telah dicapai.karena itu nilai-nilai luhur Pancasila tidak pernah
tertinggal oleh perkembangan dan kemajuan nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Akuntasi nilai filsafat Pancasila dalam
membangun diformulasikan dalam konsep pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Di atas dalam penjelasan hakekat masyarakat telah di jelaskan bahwa
masyarakat bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat madani yang aman,
damai, sejahtera, terbuka serta toleran, adil dan makmur. Berarati masyarakat
Indonesia berkembang dengan tetap memperhatikan dan menghargai masing-masing
budaya etnis yang ada di dalam masyarakat, masing-masing budaya etnis yang ada di
dalam masyarakat, masing-masing budaya etnis yang ada di masyarakat
mendapakatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang.

3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Dalam undang-undang sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan berlangsung di keluarga,di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat.

4. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai


 Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,dan sumber nilai
bagi bangsa Indonesia.Menurut kaelan,2000 (dalam surajiyo 2008,161) menjelaskan
bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya merupakan sumber
nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan
dan teknologi.Oleh karena itu,sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika
dalam pembangunan iptek,seperti berikut ini:
Sila ketuhanan Yang Maha Esa; Sila ini menempatkan manusia di alam semesta
bukan sebagai pusatnya,melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang
di olahnya.
 Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab; Sila ini menekankan bahwa pembangunan
dan pelaksanaan pendidikan harus menjaga keseimbangan antar daerah ,
keberadaan masyarakat dan warga negara,letak dan jarak atau geografis sehingga
dapat tercapai berdiri sama tinggi duduk sama rendah,dan bahu membahu
membangun bangsa ini.
 Sila Persatuan Indonesia,Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa Indonesia
bahwa rasa nasionalisme merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan
bangsa.
 Sila kerakyatan yanf dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan:mendasari bahwa setiap warga negara memiliki
kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensinya, masing
masing warga negara menghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan
perkembangan bangsa yang berdasarkan Pancasila.
 Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:Sila ini mengandung nilai bahwa
manusia Indonesia harus menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri,manusia dengan Tuhan,Manusia dengan manusia
lain,manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia.Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam
indentifikasi diri sebagai bangsa,sebagai landasan,arah,dan etos,serta sebagai moral
pembangunan Nasional.

Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem


Pendidikan Nasional
Tatacara bernegara di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yang selama ini belum
pernah mengalami amandemen, kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998.
Kendatipun amandemen keempat telah rampung bulan agustus 2002 , namun
Pembukaan Uud 1945 masih tetap, tidak diamandemen, dan alinea keempat
menyebutkan antara lain:” untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial,...” Dengan tidak adanya perubahan terhadap pembukaan Uud 1945,
menunjukan bangwa bangsa Indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk
melakukan upaya sebagai langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka
mengankat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Lebih lanjut sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional,UUD
1945 pasal 31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi :
 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
 Pemerintah mengusahakan menyelanggarakan suatu sistem pendidikan
nasional;yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,yanf diatur dengan undang-undang.
 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan Nasional.

a. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa Pancasila adalah :

 Jiwa seluruh rakyat Indonesia


 Kepribadian bangsa Indonesia
 Pandangan bangsa Indonesia
 Dasar negara Indonesia
 Tujuan hidup bangsa Indonesia
 Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai puncak
kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam
hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat,
alam dan Tuhannya à mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.

Pancasila harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan à sehingga


mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa Pancasila yang dimaksud : Yang
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabarannya sebanyak
36 butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut
Muhammad Noor Syam (1983: 346),
nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal
peradabannya, yang meliputi:
 Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
 Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
 Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
 Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
 Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam
kebersamaan.
Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu,
pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun
sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
tersebut sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena
itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.
b. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional

Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan


17 Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2 : pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional à hal ini
dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas
pendidikan nasional:
Menurut Aris Toteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu
negara (Rapar, 1988:40)à begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 ingin menciptakan manusia pancasila Th 1959 pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju pembentukan manusia liberal yang
dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia
(Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya (PM) Prof.Dr. Priyono
yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana” yang isinya
antara lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo,
1960:431).
Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa
yang dianut, karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan dalam
sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan
pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila
merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah
subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila
wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan
masyarakat.
Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan
didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam
tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan.

c. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat Pendidikan

Pancasila adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi


pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi
dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai
dasar negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan
hidup bangsa, sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat
kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang membedakannya dengan
bangsa yang lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam
tentang kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan
ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan
untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh
mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini,
tentunya pendidikanlah yang berperan utama.

d. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi

a. Ontologi

Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Menurut Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan
dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti
hakikat sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan
pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi,
ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya apakah kenyataan atau
realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat
ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum
(abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984: 82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat
dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan
menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut:

a. sila ketuhanan yang maha esa


Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan
sila pertama ini, kita diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama,
yang diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba
Allah (Darmodiharjo, 1988: 40)
Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam menuntut
ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu, mendapat
perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena yang
dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila
sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan
makmur, baik spiritual maupun materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan demikian,
sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila.

c. Sila Persatuan Indonesia


Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita
dapat menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam
belajar. ini berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari
golongan rendah maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya
untuk berpikir, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


PermusyawaratanPerwakilan
Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai
contoh, dalam memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan
kehendak untuk kepentingan bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila
dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai pendapat
orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28
yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun
tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari orang lain
demi kemajuan pendidikan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia
Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur. Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang
didasarkan pada asas kekeluargaan.

b. Epistemologi

Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda.


Epistemologi yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses
terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan
filsafat, kita dapat menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan
ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu,
bangsa Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila.

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh
melalui akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia
lahir tidak secara mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan
perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara,
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-
cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka
pikiran seperti ini, maka cita-cita telah merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25).
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif
berkesadaran tahu atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu
ruang dan waktu “tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila
adalah ilmu yang diperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan
mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-
wenangan manusia terhadap yang lainnya.

3) Sila Persatuan Indonesia


Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama
atau produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan.

4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk
memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin
dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai
peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan
masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini
diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten.
Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga penidikan.
Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata
mufakat.

5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai
karya budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang,
1983: 63). Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan
ilmu agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non
formal. Dalam sistem pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang
mengejar Iptek dan Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang
mengkoordidir dalam hal mengentaskan kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan
butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan menghargai hasil karya orang lain,
hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan.

c. Aksiologi

Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak
akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai
nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula
dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis,
sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai.
1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di
setiap kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang,
dikumandangkan adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan
keimanan. Pendidikan, sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan
pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-sistem pendidikan nasional.

2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan
kedudukan. Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil
contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.

3) Sila Persatuan Indonesia


Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-
citakan,mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara
Pancasila, bukan negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian,
warga negara kita tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama
untuk terwujudnya kehidupan beragama yang rukun dan damai.

4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan
Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di
musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya
al-Qur’an.

5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem
dari sistem pendidikan nasional.
BAB III
Perbandingan antara kedua buku
a. Kelemahan Buku.
Buku Filsafat Pendidikan dari Edward Purba memiliki cover buku yang
berwarna cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik
untuk melihat dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki
cover buku yang berwarna kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru
pertama melihatnya Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin mengurangi minat orang yang
pertama melihat bukunya.
Buku dari Edward Purba sedikit member latihan di akhir pembahasan sehingga
sedikit sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari
Jalaluddin memberi banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari
tiap-tiap materi yang diberikan.

b. Kelebihan Buku.
Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari
materi yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member Standar
Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi yang
di jelaskan.
Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi yang
terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan
dari agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan
menimbulkan rasa dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut
membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa
yang diajarkan agama lain.

c. Perbedaan kedua Buku.


Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang
membuat rasa penasaran dari calon pembaca.
Kedua buku memberi materi yang mudah untuk dipahami pembacanya,akan tetapi
buku Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan daripada buku Edward
Purba,akan tetapi Buku dari Edward Purba memberi materi dengan sangat detail dan
banyak contoh-contoh materi yang membuat pembaca lebih mudah untuk
memahaminya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat
pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi, espistomologi, dan aksiologi.
Filsafat penddikan memiliki ruang lingkup maupun tujuannya. Praktek pelaksanaan
pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya jangan mengarah pada terbentuknya
pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat. Kedudukan filsafat
pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi
pendidikan dan filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar
bagi usaha – usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan.

B. Saran
Menurut saya, cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon
pembaca, ketika calon pembaca kurang suka membaca buku, hal utama yang dilihat
pembaca yang malas adalah tampilan buku. Karna akan percuma jika isi buku itu
sangat lengkap tapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk membaca
buku tersebut kurang, pembaca yang malas tidak akan membaca buku yang
tampilannya kurang bagus, dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus
walaupun isi dari buku tersebut kurang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.
2. Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai