Bab 13 Kesetimbangan Reaksi Kimia
Bab 13 Kesetimbangan Reaksi Kimia
Industri Kimia : Transformasi bahan baku menjadi suatu produk yang memiliki
nilai jual yang lebih tinggi dilakukan dengan menggunakan
sintesa kimia.
Asam sulfat, amonia, etilen, propilen, asam pospat, klorin, asam nitrat, urea,
benzena, metanol, etanol dan etilen glikol merupakan contoh produk kimia yang
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi serat, cat, detergen, plastik,
karet, kertas, pupuk, insektisida, dan produk lainnya.
Oleh karena itu, Seorang sarjana Teknik kimia harus familiar dengan rancangan
dan operasi reaktor.
Laju reaksi dan kesetimbangan konversi reaksi kimia sangat tergantung pada
suhu, tekanan dan komposisi reaktan.
Contoh:
Reaksi SO2 12 O2 SO3
menggunakan katalis Vanadium Pentaoksida. Reaksi dapat berlangsung pada
rentang temperatur 300 oC, konversi akan meningkat pada temperatur yang
lebih tinggi. Pada suatu percobaan, pengaruh temperatur reaksi dengan
konversi, teramati adanya kesetimbangan konversi, dimana konversi reaksi akan
turun pada temperatur tinggi.
Dari pengamatan, pada temperatur 520 oC, diperoleh konversi 90%
Pada temberatur 680 oC, konversi turun menjadi 50%.
Hasil yang ingin dicapai dari kesetimbangan reaksi dan laju reaksi harus
dihubungkan dengan kepentingan komersial.
Topik ini akan membahas tentang pengaruh temperatur, tekanan dan komposisi
awal terhadap kesetimbangan konversi reaksi kimia. Dengan sub bahasan
sebagai berikut:
1. Koordinat reaksi
2. Perubahan Energi Bebas Gibbs Standar dan konstanta kesetimbangan
3. Pengaruh Temperatur pada Konstanta Kesetimbangan
4. Evaluasi Konstanta Kesetimbangan
5. Hubungan Konstanta Kesetimbangan Dengan Komposisi
vCH 4 1 ; vH 2 O 1 ; vCO 1 ; vH 2 3
Untuk reaksi pada pers. (13.1), Perubahan jumlah mol senyawa pada reaksi
sebanding dengan angka stoikiometri. Misalkan 0,5 mol CH 4 (metana)
bereaksi dengan 0,5 mol H2O (uap air) akan terbentuk 0,5 mol CO
(karbonmoksida) dan 1,5 mol H2 (gas hidrogen).
dni vi d (13.3)
dni vi 0 d
ni 0
n ni ni 0 vi
i i i
n n0 v
Fraksi mol tiap senyawa reaksi sebagai fungsi koordinat reaksi adalah:
ni ni 0 vi
yi (13.5)
n n0 v
Contoh : Lihat contoh 13.1 Smith & Van Ness, 2001, Chemical Engineering
Thermodynamics, 6th ed.
Jika dua atau lebih reaksi independen terjadi secara simultan, subskrip j
dipakai untuk menunjukkan indeks reaksi. Pemisahan koordinat reaksi j
dapat ditunjukkan untuk tiap reaksi.
dni vi , j d j
j
ni ni 0 vi , j j
j
(13.6)
n ni 0 v i, j j n0 vi , j j
i i j j i
Fraksi mol:
ni 0 vi , j j
ni
yi j
(13.7)
n n0 v j j
j
d nG nV dP nS dT i dni
(11.2)
i
Jika perubahan jumlah mol ni terjadi sebagai hasil dari reaksi kimia dalam
sistem tertutup, dni dapat digantikan oleh i d , dan persamaan (11.2)
menjadi:
d nG nV dP nS dT i i d
i
Jika nG adalah suatu fungsi keadaan (state function), sisi kanan dari
persamaan di atas merupakan bentuk persamaan diferensial exact, dimana:
nG Gt
i i T , P
T ,P
i i 0
(13.8)
Definisi fugasitas suatu senyawa dalam larutan adalah:
i i T RT ln f i (11.42)
Gio i T RT ln f i o
fi
i i Gi RT ln f o 0
o
i
i
f
i iGi RT ln f io 0
o
i
f
i
iGio
ln io i
f RT
i
i
menandakan penjumlahan untuk semua senyawa i. Dalam bentuk
i
Gio adalahsuatu sifat senyawa murni i yang dalam keadaan standar pada
tekanan tetap, hanya terikat pada temperatur. Oleh karena itu, G dan K
o
dimana tiap-tiap keadaan standar nya sebagai senyawa murni berada pada
keadaan tekanan standar, tetapi temperaturnya merupakan temperatur sistem.
Sehingga nilai G tetap untuk suatu reaksi dan temperatur yang tersedia dan
o
Sebagai contoh, hubungan antara panas reaksi standar dan peruabahan energi
bebas Gibbs standar dari suatu reaksi dapat dikembangkan dari persamaan
(6.39) yang ditulis untuk senyawa i pada keadaan standar:
G Go
H RT d i
T
RT
RT T H io RT 2
P dT
Disini, turunan total cocok, karena sifat-sifat dalam keadaan standar hanya
merupakan fungsi temperatur. Perkalian kedua sisi persamaan ini dengan i
dan penjumlahan semua senyawa menjadi:
G o
d
H o RT 2
RT (13.13)
dT
G o
d
H o
RT
dT RT 2
d ln K H o
(13.14)
dT RT 2
G
i
i i
o
i H io T i Sio
i i
Entropi keadaan standar senyawa i pada tekanan keadaan standar tetap Po:
dT
dSio C Poi
T
dT
dSio C Poi
T
Integrasinya menghasilkan:
T
dT
S o S0o R CPoi
T
To
(13.17)
T0
R T0
R T
H 0o G0o
S0o
To
T T
G o G0o H 0o H 0o 1 CPo C o dT
dT P (13.18)
RT RT0 RT T T0 R T0
R T
G o
ln K
RT
0 0
B 2 2 C 3 3 D 1
AT0 1 T0 1 T0 1
2 3 T0
dengan
T
; A i Ai ; B i Bi
T0 i i
C iCi ; D i Di
i i
C Po dT
T T
0 0
T T 1 T 1 T
A ln T T0 BT T0 CT 2 T0
T 2 T0
2 2
D 1
A ln BT0 CT02 2 2 1 (13.19)
T0 2
Nilai G f dan H f untuk beberapa senyawa kimia dapat dilihat pada Tabel
o o
298 298
C.4 pada Appendix C. Nilai G o dan H o untuk reaksi yang lain dapat
dihitung dari nilai pada reaksi pembentukan.
Contoh 13.4
Hitung konstanta kesetimbangan untuk hidrasi etilen fasa uap pada
temperatur 145 oC dan 320 oC dari data yang diberikan pada Appendix C.
Penyelesaian:
Persamaan Reaksi hidrasi etilen fasa uap adalah:
C2 H 4 ( g ) H 2O( g ) C2 H 5OH ( g )
Data konstanta kapasitas panas dapat dilihat pada Tabel C.1. Dari persamaan
reaksi di atas, maka C2 H 5OH C2 H 4 H 2O . Dari Tabel C.1 diperoleh:
A 3,518 1,424 3,470 1,376
Nilai G f dan H f pada 298,15K untuk reaksi hidrasi diperleh dari data
o o
298 298
energi bebas Gibbs pembentukan dan panas pembentukan pada tabel C.4:
H 298
o
235.100 52.510 241.818 45.792 J mol-1
G298
o
168.490 68.460 228.572 8.378 J mol-1
Untuk T 145 273,15 418,15 K ;
T 418,15
1,4025
To 298,15
4,157 x103
1,376 298,151,4025 1 298,15 2 1,40252 1
2
= 23,121
T
CPo dT D 1
R T 1
2
A ln BT CT
2T02 2
0 0
T0
1,376 ln1,4025 1,4025 1 4,157 x10 3 298,15
0,121x105 1,4025 1
1,61x105
298,15 2
2
1, 4025 2
298,15 2
= 0,06924
T
CPo
Nilai intergal R dT
T0
= 22,632
T
CPo dT
R T
T0
= 0,01731
G593
o
8.378 45.792 45.792 22,632
0,01731
RT 8,314 298,15 8,314 593,15 593,15
5,8286
i P o K
(13.25)
ˆ y
i P
i i o K (13.26)
i P
konvergen.
Jika diasumsikan kesetimbangan campuran adalah suatu larutan ideal,
otomatis ˆ menjadi i yaitu koefisien fugasitas senyawa murni i pada T dan P
i
P
yi
i
o K (13.28)
i P
turun.
2. Jika jumlah total koefisien stoikiometri negatif, pers.(13.28)
menunjukkan bahwa kenaikan P pada T tetap mengakibatkan kenaikan
y , reaksi bergeser ke kanan dan e naik. Jika positif, kenaikan P
i
i
i
dan e turun.
Contoh 13.5
Reaksi water-gas-shift berikut: CO g H 2O g CO2 g H 2 g
Dijalankan pada pengkondisian keadaan yang berbeda beda seperti dijelaskan
berikut. Hitung fraksi steam yang bereaksi pada tiap kasus. Asumsi campuran
pada keadaan ideal.
(a). Reaktan 1 mol uap H2O dan 1 mol CO. Temperatur 1.100 K dan
tekanan 1 bar.
(b). Sama dengan (a) kecuali tekanan 10 bar.
(c). Sama dengan (a) kecuali 2 mol N2 termasuk pada reaktan.
(d). Reaktan 2 mol H2O dan 1 mol CO. Kondisi lain sama dengan (a).
(e). Reaktan 1 mol H2O dan 2 mol CO. Kondisi lain sama dengan (a).
(f). Campuran awal berisi 1 mol H2O, 1 mol CO dan 1 mol CO2,
kondisi lain sama dengan (a).
(g). Sama dengan (a) kecuali temperatur 1.650 K.
Penyelesaian:
(a). Fig.13.2 menyajikan informasi hubungan K dengan T untuk berbagai
10 4 104
reaksi. Pada temperatur 1.100 K, T
1.100
9,05 . Dari fig. 13.2 pada
10 4
9,05 , ln K 0, atau K 1. Dari reaksi yang diberikan,
T
i i 1 1 1 1 0. Dengan asumsi campuran reaksi gas ideal,
persamaan (13.28) menjadi:
P
y
i
i o K
i P
1
0
yCO2 y H 2
y1
CO y 1
H 2O
1
y
CO 2 y 1
H2 1 1 (A)
1 yCO yH 2 O
ni ni 0 vi
Dengan pers.(13.5), yi
n n0 v
1 e 1 e 1 e e e
yCO ; yH 2 O ; yCO2 ; yH 2
2 0 e 2 2 2 2
Substitusi nilai fraksi mol tiap komponen ke pers.(A) diperoleh:
e e
2 2 e2
1 e 1 e 1 1 e 0,5
1 e 2
2 2
(b). Jika 0 , kenaikan tekanan tidak berpengaruh pada reaksi gas ideal, dan
Fraksi steam yang bereaksi 0,5.
0
1 10
yCO y H12 O yCO
1
y1H 2 1 1
2
1
(c). N2 tidak ikut bereaksi. Jumlah mol awal n0 4
1 e 1 e e e
yCO ; yH 2O ; yCO2 ; yH 2
4 4 4 4
e e
4 4 e2
1 e 1 e 1 1 e 0,5
1 e 2
4 4
Fraksi steam yang bereaksi 0,5.
(d). n0 nCO nH O 1 2 3
2
1 e 2 e e e
yCO ; yH 2O ; yCO2 ; yH 2
3 3 3 3
e e
3 3 e2
1 e 2 e 1 1 e 0,667
1 e 2 e
3 3
0,667
Fraksi steam yang bereaksi 2 = 0,333.
(e). Sama dengan (d), tetapi nCO = 2 dan NH2O = 1, e 0,667 dan Fraksi steam
yang bereaksi 0,667.
10 4
(g). Pada T 1.650 K ,
T
6,06 ,