Anda di halaman 1dari 11

PERTANYAAN

1. Jelaskan dengan pendekatan teori humanisme tentang guru


(sebagai pendidik), siswa, dan tujuan pendidikan.
2. Jelaskan secara komprehensif pemikiran Arthur Combs tentang
pendidikan
3. Jelaskan tentang piramida kebutuhan manusia menurut Abraham
Maslow
4. Apa yang harus dilakukan oleh guru jika hendak menerapkan teori
humanistik dalam proses pembelajaran
5. Jelaskan perbedaan antara teori konstruktivistik dengan teori
humanistik

JAWABAN
1. Pendekatan teori humanisme tentang guru (sebagai
pendidik), siswa dan tujuan pendidikan.
Teori belajar humanisme memfokuskan pembelajarannya pada
pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada
dalam diri mereka. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai
pengalaman belajarnya sendiri. Dengan teori ini guru dapat mengetahui
teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam
Pembelajaran.
a. Peran guru dalam pembelajaran humanisme
Peran guru dalam pembelajaran humanism adalah menjadi fasilitator
bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan
memfasilitasi pengalaman belajar dengan menerapkan strategi
pembelajaran yang membuat peserta didik aktif serta
menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis.
Peran guru sebagai fasilitator adalah:
1) Memberi perhatian pada penciptaan suasana awal
pembelajaran,
2) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga
meningkatkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
dengan cara menerapakan metode pembalajaran yang
bervariasi,
3) Mengatur peserta didik agar bisa berkomunikasi secara
langsung secara aktif dengan antar teman selama proses
pembelajaran,
4) Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang palin luas dan mudah dimanfaatkan para peserta
didik untuk membantu mencapai tujuan mereka,
5) Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan peserta didik baik secara individu maupun
kelompok (guru dijadikan tempat untuk bertanya peserta didik
tanpa peserta didik merasa takut),
6) Menanggapi dengan baik ungkapan-ungkapan didalam
kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual
(tidak penuh dengan kritikan sehingga memotifasi peserta didik
untuk mengekspresikan diri),
7) Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta
didik ( berempati) dan meluruskan dianggap kurang relevan
dengan cara yang santun,
8) Dalam pembelajaran secara kelompok , dia mengambil prakarsa
untuk ikut serta dalam kelompok dan mencoba mengungkapkan
perasaan serta pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik,
9) Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna , guru
mau mengenali, mengakui dan menerima keterbatasan-
keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima
pandangan yang lebih baik dari peserta didik.

b. Peran siswa dalam pembelajaran humanisme


Teori belajar humanistik memandang belajar berhasil
jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri

2
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu
siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang
dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat
memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa
diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi
dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai
sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi
bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan
pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai
yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran
humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai
kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam
pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling
membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan
suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan
dan hasil belajar yang dicapai siswa.

c. Tujuan Pendidikan menurut Pendekatan Humanisme


Teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan
positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik
yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya
pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif
tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar
merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan

3
memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini
berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara
optimal.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Karena lebih menitik beratkan pada prosesnya, maka
siswa akan mampu memahami secara mendalam tentang materi
yang ia peroleh dari suatu pembelajaran. Artinya, ia akan benar-benar
mendapatkan ilmunya, orientasi utamanya adalah ilmu pengetahuan
dan bukan hanya sekedar nilai

4
2. Pemikiran Arthur Combs tentang pendidikan
Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya. Salah satu tokoh yang ikut menyumbangkan
pemikirannya dalam teori ini adalah Arthur Combs. Ia bersama dengan
Donald Snygg (1904-1967) mencurahkan banyak perhatian pada dunia
pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak
bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka tidak mau dan terpaksa serta
merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tidak lain hanyalah
dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa
dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga
apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Arthur Combs menjelaskan untuk mengerti tingkah laku manusia,
yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut
pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan
humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan
tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan
orang lain. Untuk mengerti orang lain, yang penting adalah melihat
dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang
berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya. Combs
menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah “akibat yang tidak
ingin dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan”.
Meaning lah yang ditekankan dalam teori Arthur Combs ini.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa
mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Di sini guru harus peka terhadap siswanya.
Kemudian guru dituntut untuk mampu memotivasi dan memberikan
atau bahkan mengubah pandangan siswanya bahwa suatu pelajaran itu,
yang semisal tidak disenangi siswa, akan memberikan manfaat

5
untuknya kelak. Dengan begitu diharapkan pada diri siswa akan muncul
dorongan instrinsik untuk belajar. Siswa bersedia belajar karena
kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Ia pun akan menjadi siswa yang
orientasinya tidak hanya sekedar pada nilai (skor) tetapi lebih kepada
ilmu pengetahuannya. Ia akan mampu memahami materi suatu
pelajaran secara baik dan mendalam.
Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
(misal untuk pembelajaran Pendidikan Karakter) dan analisis terhadap
fenomena sosial (misal Sosiologi).

3. Piramida kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow


Piramida Maslow atau lebih dikenal Piramida Kebutuhan Manusia.
Teori ini disampaikan oleh salah satu psikolog hebat Amerika bernama
Abraham Harold Maslow. Teori ini dapat membantu kita memahami
kebutuhan hidup kita.
Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai
dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah
piramid, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis
kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi. Mulai dari kebutuhan yang
paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke
kebutuhan akan keamanan (safety), kebutuhan dicintai
(Love/belonging), kebutuhan untuk rasa percaya diri (Esteem), dan
kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization).
Memang diakui bahwa pada praktiknya, Manusia cenderung tidak
urut dari bawah ke atas. Terkadang ada orang yang ingin dicintai
walaupun dalam kondisi tidak sehat dan tidak aman. Ada orang yang
mengorbankan ketiga kebutuhan pertama hanya untuk mendapatkan
perhatian dan penghargaan atas dirinya. Ada juga yang ketika semua
kebutuhannya belum terpenuhi, dia mulai mencari arti kehidupan yang
seharusnya berada dipuncak kebutuhan manusia.
Hal ini dapat disebabkan karena manusia sendiri terkadang tidak
mengerti apa yang dia butuhkan, dia tidak tau apa kebutuhannya telah
terpenuhi atau tidak dan kebutuhan apa saja yang perlu dia perhatikan.

Piramida Maslow dapat dijelaskan dengan singkat sebagai berikut:


1) Kebutuhan fisiologis

6
Menurut Abraham Maslow kebutuhan fisiologi sangat mendasar,
paling kuat dan paling jelas dari antara sekian kebutuhan adalah
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Yaitu kebutuhan untuk
makan, minum,tempat tinggal, sexs tidur dan oksigen. Manusia akan
menekan kebutuhannya sedemikian rupa agar kebutuhan fisiologis
(dasar)nya tercukupi. Sebagai contoh:
 Pengeluaran zat sisa, di mana seseorang harus mengeluarkan zat-
zat sisa yang sudah tidak terpakai oleh tubuh. Karena jika tidak di
kelurkan akan mengakibatkan penyakit/pembentukan penyakit.
 Oksigen (O2) merupakan salah satu kebutuhan vital untuk
kehidupan kita. Dengan mengkonsumsi oksigen yang cukup akan
membuat organ tubuh berfungsi dengan optimal. Jika tubuh
menyerap oksigen dengan kandungan yang rendah dapat
menyebabkan kemungkinan tubuh mengidap penyakit kronis. Sel-
sel tubuh yang kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan
perasaan kurang nyaman, takut atau sakit. Menguap adalah salah
satu sinyal tubuh kekurangan oksigen selain karena mengantuk.

2) Kebutuhan Keamanan (safety)


Pada hirarki tingkat kedua, manusia membutuhkan rasa
keamanan dalam dirinya. Baik keamanan secara harfiah (keamanan
dari perampok, orang jahat, dan lain-lain), maupun keamanan
secara finansial ataupun hal lainnya. Dengan memenuhi kebutuhan
keamanan tersebut, dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia
dapat berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu kebutuhan kasih sayang
dan sosial.

3) Kebutuhan kasih sayang / sosial (Love/belonging)


Setelah memenuhi 2 kebutuhan yang bersifat individu, kini
manusia menapaki kebutuhan untuk diterima secara sosial. Emosi
menjadi “pemain” utama dalam hirarki ketiga ini. Perasaan
menyenangkan yang dimiliki pada saat kita memiliki sahabat,
seseorang untuk berbagi cerita, hubungan dekat dengan keluarga
adalah tujuan utama dari memenuhi kebutuhan sosial ini.
Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang,
kebutuhan akan rasa memiliki tempat di tengah kelompoknya.

7
Sebagai contoh :
 Dimana seseorang yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang
sama membuat suatu kelompok/berkumpul karena mereka ingin
diperhatikan dalam tujuannya dan dapat memberikan perhatian
atas klompok tersebut.
 Kebutuhan cinta seorang anak oleh ibunya, itu sanggat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak misal seorang anak
tercukupi kebutuhan akan kasih sayang maka perkembangan anak
akan optimal berupa fisik maupun psikologinya karena perhatian
yang di berikan ibu kepada anaknya.
4) Kebutuhan Percaya Diri (Esteem)
Semua orang pasti ingin dihormati dan ingin merasa berguna
bagi orang lain. Kebutuhan semacam ini tertuang pada hirarki pada
tahap keempat dalam piramid Abraham Maslow. Kebutuhan untuk
percaya diri ini biasanya muncul setelah ketiga kebutuhan yang lebih
mendasar sudah terpenuhi, meskipun tidak menutup kemungkinan
bahwa kebutuhan semacam ini dapat muncul tanpa harus memenuhi
ketiga kebutuhan yang lebih mendasar.
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori
kebutuhan akan penghargaan yakni:
1. Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang di capai dengan
analisis, sejauh mana memenuhi ideal diri.
2. Penghargaan dari orang lain, meliputi prestise, pengakuan,
penerimaan, perhatian,kedudukan, nama baik serta penghargaan.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)


Umumnya, kebutuhan ini akan muncul bila seseorang merasa
seluruh kebutuhan mendasarnya sudah terpenuhi. Pada hirarki ini,
biasanya seseorang akan berhadapan dengan ambisi untuk menjadi
seseorang memiliki kemampuan lebih. Seperti mengaktualisasikan
diri untuk menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu tertentu, atau
hasrat untuk mengetahui serta memenuhi ketertarikannya akan suatu
hal.
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk
melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. tingkatan tertinggi dari
perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila semua kebutuhan

8
dasar sudah dipenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi dirinya
mulai dilakukan.

4. Yang harus dilakukan oleh guru jika hendak menerapkan


teori humanistik dalam proses pembelajaran
Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara
eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak
langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan
Prasetya Irawan ( 2001 ) dapat digunakan sebagai acuan guru.

9
Adapun Langkah-langkah yang harus dilakukan guru, sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pelajaran.
3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
4. Mengidentifikasi topik-topikpelajaran yang memungkinkan siswa
secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
5. Merancang fasilitas belajarseperti lingkungan dan media
pembelajaran.
6. Membimbing siswa belajar secara aktif.
7. Membimbing siswa untuk memahami makna dari pengalaman
belajar.
8. Membimbing siswa untuk konseptualisasi pengalaman belajar.
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke
situai nyata.
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Selain itu, guru juga dituntut sebagai fasilitator sebagai berikut:


1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna .
4. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa
untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Guru menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai,
baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut

10
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pandanganya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaanya dan juga pikiranya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksanakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh
saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

5. Perbedaan antara teori konstruktivistik dengan teori


humanistik

Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa pada teori


belajar behavioristik menekankan pada hasil belajar (perubahan tingkah
laku melalui stimulus dan repon) melalui metode pengulangan agar
menjadi suatu pembiasaan, sedangkan pada teori humanistik
menekankan pada proses pembelajaran (memanusiakan
manusia)melalui metode dorongan pada siswa agar berpartisipasi aktif.
Penerapan pada teori behavioristik juga sangat berbeda dengan
teori humanistic. Teori behavioristik sesuai diterapkan pada pelajaran
yang bersifa praktik (psikomotorik), sedangkan teori humanistik sesuai
diterapkan pada pelajaran adaptif dan normatif.

11

Anda mungkin juga menyukai