Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN


KOMPRES AIR BIASA PADA DAERAH AXILLARIS TERHADAP
PENURUNAN SUHU TUBUH PADA KLIEN FEBRIS DI RUANG RAWAT
INAP VIP RS SATYA NEGARA

Proposal ini sebagai prasyarat memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep )

OLEH :

TATI SUSILAWATI
NPM : 08180100126

PROGRAM STUDI LMIAH KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Suhu badan pada kondisi demam dapat digunakan sebagai salah satu ukuran penting yang
dapat memberi petunjuk mengenai memburuk atau membaiknya keadaan penderita. Demam
merupakan suatu pertanda adanya gangguan kesehatan dan hanyalah suatu keluhan dan bukan
suatu diagnosis. Sebagai suatu keluhan demam merupakan keluhan kedua terbanyak setelah nyeri,
jadi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui lebih banyak tentang demam
(Kadang, 2002).Demam yang berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat di sebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,

penyakit-penyakit bakteri tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 1999). Demam mengacu pada

peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan sebagai respon terhadap

invasi mikroba, sel-sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal dengan

sebagai pirogen endogen yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi (Sherwood, 2001).

Deman adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih.Ada juga yang

mengambil batasan lebih dari 37,80 °C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400 °C disebut

demam tinggi (Hiperpireksia),(Julia, 2000 )


1

Secara garis besar adaa kategori demam yaitu demam infeksi dan demam non infeksi.

Demam infeksi merupakan demam yang terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set-

point seperti flu, radang tenggorokan, gondongan, campak, demam berdarah, demam Thypoid,

GE dan sebagainya. Demam noninfeksi yaitu peninggian suhu tubuh karena pembentukan panas

berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set-point seperti pada penderita gondok/keracunan

aspirin (Widjaja, 2001).


Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan jumlah kasus demam di seluruh dunia
mencapai 18-34 juta, Anak merupakan yang paling rentan terkena demam, walaupun gejala yang
dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam
banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Niken jayanti,2011).
Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam di frekuensi menjadi 15,4
per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai
dengan 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8%. (Suriadi, 2010)
Dari hasil survey awal yang di lakukan peneliti pada tanggal 28 Oktober 2011 di UPT
Puskesmas Mantup tahun 2011 jumlah pasien demam (Thypoid, Febris, GE) yang di rawat inap
pada bulan Juli sebanyak 49 orang atau (30,4%) penderita,dan pada bulan Agustus sebanyak 55
orang atau (34,2%) sedangkan pada bulan September sebanyak 57 orang atau (35,4%), dan rata –
rata suhu tubuh pada pasien febris sekitar 37,5°C - 40°C.
Dari data di atas menunjukkan dari bulan ke bulan jumlah

penderita Thypoid,Febris,GE yang mengalami febris semakin meningkat itu artinya masih

banyaknya pasien febris dengan suhu tubuh tinggi.


Adapun faktor-faktor yang dapat digunakan dalam penurunan suhu tubuh febris
diantaranya obat-obatan tradisional, obat antipiretik, serta kompres panas dan dingin, (Kozier,
2000). Kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah (air
biasah), kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur
panas (Yohmi, 2008).
Kenyataan lain yang ditemukan dilapangan, pelaksanaan kompres sebagai salah satu
tindakan mandiri untuk menangani demam masih juga sering dilupakan, dan kalaupun
dilaksanakan, kompres kebanyakan dilakukan di daerah dahi ( frontal ) (Suriadi, 2010), padahal
pada kenyataanya tubuh yang memiliki aliran vena besar lebih peka terhadap penurunan suhu
tubuh, seperti leher,ketiak ( Axila ). Organ intra abdomen merupakan reseptor yang lebih peka
terhadap suhu dingin (Artur C Gayton 2002). Sedangkan daerah vena besar, dirasakan cukup
efektif karena adanya proses vasodilatasi dengan pemberian kompres hangat dan kompres air
biasa untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh. selain itu juga pemberian kompres
hangat dan kompres air biasah pada daerah axillaris lebih mudah dilakukan daripada pada daerah
organ intra abdomen maupun daerah leher dan dahi (frontal).
Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Barbara R Hegner,
2003). Sesuai dengan reseptor suhu tubuh bagian dalam, maka penurunan suhu tubuh dengan
pendinginan dapat dilakukan pada bagian Hypotalamus, medula spinalis, organ dalam abdomen
dan di sekitar vena-vena besar (Artur C.Guyton, 1997).
Pemberian kompres hangat dan kompres air biasa pada daerah axilaris lebih efektif karena
pada daerah axilaris banyak terdapat pembulu darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin (Elizabeth J. Crowin,2002). Sesuai dengan teori radiasi,vasodilatasi perifer juga
meningkatkan aliran darah ke kulit untuk memperluas penyebaran suhu tubuh yang meningkat
keluar. Dengan kompres hangat dan kompres air biasah pada daerah yang mempunyai vascular
yang banyak, maka akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi. Vasodilatasi yang kuat
pada kulit, akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit, akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit, hingga delapan kali lipat lebih
banyak (Anas Tamsuri,2007).
Kompres dengan air hangat dengan menggunakan suhu 26 – 34ºC (80 – 93ºF). Kompres
air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping
itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh (Suriadi, 2001).
Kompres dengan air biasa pada daerah axillaris dengan menggunakan suhu 18 –
26ºC (65 – 80ºF). Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan
air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan), (Yohmi, 2008). Dengan hal ini di harapkan, proses penyesuain suhu tubuh
dengan lingkungan akan berlangsung lebih cepat. Namun, sebagai seorang perawat pemberian
intervensi keperawatan lebih di tekankan pada pemberian tindakan mandiri, di luar penangan
kolaborasi farmakologi. Hal ini dapat dilihat dari intervensi keperawatan pada diagnose
keperawatan hipertermia (Anas Tamsuri,2006).
Demam dapat membahayakan apabila timbul demam tinggi. Demam tinggi atau

hipereksia adalah demam yang mencapai 41,1°C (106°F) atau lebih. Pada demam tinggi dapat

terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, kerusakan hati, kelainan EKG, dan berkurangnya

aliran darah otak (Wash, 2000). Selain itu juga dampak yang dapat di timbulkan jika febris tidak

di tangani menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,

epilepsy, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar,(Andrea Reich,2011).


Pada suhu yang tinggi bisa membahayakan bila suhu rektal diatas 41°C untuk waktu yang
lebih lama akan timbul sejumlah kerusakan otak permanen dan berakibat fatal (Ganong, 2000).
Oleh karena itu penanganan demam perlu ditekankan sehingga pengobatan atau tindakan kompres
penurun suhu tubuh sangat dianjurkan secepat mungkin diberikan untuk menghindari akibat yang
lebih parah (Guyton, 2002).
Ada banyak cara yang dilakukan untuk mengobati demam. Cara yang paling sering
digunakan tentu saja meminum obat penurun demam seperti paracetamol ataupun ibuprofen.
Selain itu tentu saja mengobati penyebab demam, bila karena infeksi oleh bakteri maka diberikan
antibiotik untuk membunuh bakteri. Tetapi obat-obatan saja tidak cukup, sehingga perlu dilakukan
kompres untuk membantu menurunkan demam ( Sulastowo, 2008 ).
Selain cara diatas upaya – upaya yang dapat kita lakukan untuk menurunkan suhu tubuh
yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat
penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu
tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering ( buli – buli ), kompres dingin
basah, kompres air biasa, kompres dingin kering ( kirbat es ), bantal dan selimut listrik, lampu
penyinaran, busur panas ( Yohmi, 2008 )
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan study dengan metode
keperawatan pasien febris, yang di maksud peneliti metode keperawatan pasien febris
adalah ”Kompres hangat dan kompres air biasa pada daerah axillaris terhadap penurunan suhu
tubuh pada pasien febris”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus studi yang telah di jelaskan peneliti diatas
maka dapat di susun rumusan masalah sebagai berikut:
”Adakah perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat dan kompres air biasa pada
daerah axillaris terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien febris di ruang rawat inap VIP RS
Satya negara”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menentukan efektifitas perbedaan pemberian kompres hangat dan kompres air biasa
pada daerah axillaris pada pasien febris di ruang rawat inap VIP RS Satya negara
1.3.2 Tujuan Khusus
1). Mengidentifikasi derajat penurunan suhu tubuh dengan pemberian kompres hangat pada daerah
axillaris pada pasien febris di ruang rawat inap VIP RS Satya negara
2). Mengidentifikasi derajat penurunan suhu tubuh dengan pemberian kompres air biasa pada daerah
axillaris pada pasien febris di ruang rawat inap VIP RS Satya negara.
3). Menganalisis perbedaan efektifitas pemberian kompres hangat dan kompres air biasa pada daerah
axillaris pada pasien febris di ruang rawat inap VIP RS Satya negara
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan sekaligus sebagai ilmu
pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan yang dapat disosialisasikan dikalangan
institusi keperawatan dan sebagai buku bacaan bagi mahasiswa Stikes Indonesia Maju Jakarta.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi klien agar dapat mengetahui bagaimana
cara menurunkan suhu tubuh panas.
2) Bagi Institusi Rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai protap rumah sakit dalam melakukan tindakan
keperawatan dalam menurunkan suhu tubuh panas.
3) Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan
perancanaan keperawatan pada pasien demam/febris.
4) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan buat pembacanya
mengenai keperawatan pada pasien febris.
5) Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan kususnya ilmu
keperawatan untuk dapat diteliti lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai