Keto Asidosis Diabetik ( KAD ) merupakan kegawat daruratan pada system endokrin
sebagai komplikasi dari diabetes mellitus yaitu terjadinya peningkatan gula darah yang
sangat tinggi karena defisiensi berat insulin disertai gangguan metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak, yang menyebabkan hiperosmolalitas, penipisan volume cairan dan
asidosis metabolik, hal ini suatu kondisi yang sangat mengancam jiwa karena pasien
menjadi syok ,dan koma sehingga dapat menyebabkan kematian.
Lingkup pembahasan dalam mteri ini meliputi anatomi dan fisiologi pangkreas,
metabolism glukosa, diabetes melitus ,komplikasi diabetes mellitus Asuhan keperawatan
Hipoglikemia, Asuhan keperawatan pada KAD.
Lama pembelajaran 2 JPL dengan metoda pembelajaran CTJ (Ceramah Tanya Jawab)
A. Umum
Setelah sesi ini peserta mampu melakukan tindakan keperawatan padapasien KAD
( Keto Asidosis Diabetik )
B. Khusus
1 PENDAHULUAN
Memberi salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan 5 menit CTJ
Kontrak waktu
Menyampaikan tujuan Menjawab salam
Umum dan khusus dari
Materi yang akan
Disampaikan
2 PENYAJIAN
Menjelaskan
A. Konsep Keto Asidosis Diabetik
1. Pengertian Memperhatikan
2. Patofisiologi
3. Manifestasi klinik Bertanya hal – 80 menit
4. Komplikasi Hal yang dirasa
5. Penatalaksanaan kurang jelas
Evaluasi :
VI . URAIAN MATERI
osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit, pasien menjadi
hipotensi dan mengalami syok. Karena jurah jantung menurun, aliran darah ke otak
Defisiensi
Insulin berat(absolute atau refail)
lemak bebas
Ketonemia
Kehilangan hipotonik
4. Manifestasi klinik
a. Tanda klinis
3) Mual, muntah
4) Poliuri, polidipsi
1) Darah :
( Asidosis metabolic )
2) Urine
a) Glukosuria
b) Ketonuria
5. Derajat KAD
6. Komplikasi KAD
a. Syok Hipovolemi
b. Asidosis Metabolik
7. Penatalaksanaan
3) Posisi syok
4) Tindakan kolaboratif :
c) Infus Kalium
- Bila PH < 7.00 : 44 – 132 mEq dalam Nacl 0,9 % 30 – 80 tts / menit
hasil kultur )
Tindakan kolaboratif :
1. Kerja Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar
pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan kemudian
meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah
penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam
sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam
sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang
insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini
dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada
antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum
makan, mencapai puncak setelah 1– 3 jam, dan efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.
1) IM, SC
2) Jangan IV karena bahaya emboli.
Saat ini, juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah.
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada keadaan
khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat
diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang)
tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai
dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah harian. Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula
mengenai rotasi tempat suntik.
3. Dosis Insulin
Pada dasarnya penyulit terapi / suntikan insulin dapat dibedakan dalam dua golongan.
a. Nonalergi – Imonologik
b. Alergi – Imonologik
1) Hipoglikemi
2) Kegegemukan, karena nsulin mempunyai efek liogenesis dan sintetis protein
3) Edema – Insulin : Disebabkan oleh adanya retensi natrium, terutama terjadi pada DM
yang terawat jelek kemudian membaik dengan insulin dalam jangka waktu yang singkat.
4) Aterosklerosis, karena efek lipogenesis dari insulin pada dinding pembuluh darah, maka
penggunaan insulin jangka panjang yang tidak tepat indikasinya dapat menyebabkan
arteresklerosis dini. Penyulit ini akan lebih mudah timbul pada penderita yang gemuk
dan atau dengan hiperlipidemi. Karena itu pemberian insulin pada DM tipe II yang
gemuk harus hati – hati, dan berikanlah dalam waktu sesingkat mungkin dengan dosis
serendah mungkin.
1) Kulit
b) Lipoatrofi, lipohipertrofi
2) Sistemik
b) Resistensi insulin
c) Serum sickness
a. Pengkajian
Pengkajian meliputi :
1) Riwayat penyakit :
3) Pemeriksaan fisik
Dari emeriksaan fisik pasien dengan KAD akan didapatkan data – data sebagai
berikut :
b) Palpasi : Penurunan tonus otot, turgor kulit jelek, nadi cepat dan lemah,
c) Perkusi : Penurunan refleks
4) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur/istirahat
Tanda : Takikardia dan tachipnea pada saat istirahat atau aktivitas, letargi,
disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
5) Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung orang lain, masalah finansial
Tanda : Kecemasan, peka rangsang.
6) Eliminasi
Gejala : Poliuria, nokturia, disuria, ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare
Tanda : Urine encer pucat, kuning; poliuria (dapat menjadi oliguria), urine berkabut,
bau busuk (infeksi) abdomen keras, terdapat ascites, Bising usus lemah/menurun;
hiperaktif (diare).
7) Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus.
Tanda : Kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah,
pembesaran thiroid, bau halitosis (manis) bau buah (napas aseton).
8) Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemuatan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan
Tanda : disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut) gangguan
memori (bau, masa lalu, kacau mental), refleks tendon dalam menurun, kejang.
h) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
m) Urin : gula dan aseton positif , berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
b. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa / masalah keperawatan yang munkin terjadi pada pasien yang mengalami
KAD, adalah :
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau
mental
b. Rencana Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikemia
a) Batasan karakteristik :
- Peningkatan urin output
- Kelemahan, rasa haus, penurunan BB secara tiba-tiba
- Kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit jelek
- Hipotensi, takikardia, penurunan capillary refill
b) Kriteria Hasil :
- TTV dalam batas normal ( Tensi, Nadi, pernafasan dll )
- Pulse perifer dapat teraba
- Turgor kulit dan capillary refill baik
- Keseimbangan urin output
- Kadar elektrolit normal
c. Perencanaan
3) Posisi syok
4) Tindakan kolaboratif :
d. Implementasi
3) Evaluasi dan monitoring hasil glukosa darah analisa gas darah dan elektrolit
Silvia Anderson Price, RN, PhD, Lorraine Mc Carty Wilson, Patofisiologi ; Konsep
Klinis Proses – Proses Penyakit , Alih bahasa dr Brahm U Pendit. ( et al ) Editor edisi
bahasa Indonesia, Huriawati Hartono.. ( et al ) – Edisi 6, Jakarta EGC 2005.
Askandar Tjokroprawiro ; Ilmu Penyakit dalam , Airlangga University Press, Surabaya,
2007
Anna Owen, Pemantauan Perawatan Kritis ( Pocket Guide to Critical Care Monitoring
alih bahasa Indriani Nauli..( et al ), Editor Setiawan,Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta 1007
Hudak & Gallo ; Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume II, Alih bahasa Monica
E.D ( et al ), Editor Yasmin Asih.. (et al ), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996
Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi, Bag SMF Anestesiologi;Materi Pelatihan Perawat
ICU, FK Unair – RSUD Dr Soetomo,Surabaya 1997
Laura A. Talbot (et al ); “ Pengkajian Keperawatan Kritis “ alih bahasa Aniek maryunani
Penerbit Buku Kedokteran EGC , Jakarta 1997