Buku Panduan Seminar 2018A PDF
Buku Panduan Seminar 2018A PDF
Panduan
TAHUN
PERTEMUAN ILMIAH
TAHUNAN KE-10 &
2018
KONGRES MPHPI
Jakarta
KAN
Komite Akreditasi Nasional
Laboratorium Penguji
KNAPPP LP-448-IDN INTERNATIONAL
HASIL RISET PENGOLAHAN PRODUK
DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
TAHUN
PERTEMUAN ILMIAH
TAHUNAN KE-10 &
2018
KONGRES MPHPI
Tim Penyunting :
1. Dr. Subaryono
2. Dr. Ema Hastarini
3. Dr. Suryanti
4. Dr. Ellya Sinurat
5. Dr. Muhammad Nursid
6. Dr. Ariyanti Suhita Dewi
7. Dr. Dewi Seswita Zilda
8. Dr. Dedi Noviendri
9. Dr. Ifah Munifah
10. Dr. Heidi Indra Januar
11. Yusma Yennie, M.Si
12. Syamdidi, M.App.Sc
Diterbitkan oleh :
Balai Besar Riset Pengolahan Produk
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS Tubun - Petamburan VI, Slipi, Jakarta Pusat 10260
Telp. (021) 53650157; Fax. (021) 53650158
Email : pproduk.biotek@kkp.go.id
Website : www.bbp4b.litbang.kkp.go.id
2018
i
Kata Pengantar
Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah “Mewujudkan sektor
kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan
nasional”. Hal ini didukung oleh tiga pilar yang menjadi Misi KKP yaitu: kedaulatan
(sovereignty), keberlanjutan (sustainability), dan kesejahteraan (prosperity). Sejalan
dengan visi dan misi tersebut, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan berperan membuat inovasi-inovasi teknologi yang berkaitan
dengan pengolahan produk dan bioteknologi kelautan dan perikanan. Diharapkan
inovasi teknologi dapat membantu pengembangan industri perikanan yang
berwawasan blue economy yaitu produk yang berkualitas tinggi, berdaya saing, ramah
lingkungan dan sisa produk dapat dimanfaatkan dengan memberi nilai tambah (zero
waste).
Implementasi UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal yang telah
disahkan pada 17 Oktober 2014 mewajibkan setiap barang yang diproduksi atau
diedarkan di Indonesia harus terjamin kehalalannya pada tahun 2019. Selain kehalalan,
UU ini juga memberikan jaminan kenyamanan, keamanan dan keselamatan kepada
masyarakat sebagai konsumen. Dengan target menjadi 10 besar produsen halal dunia,
maka jaminan produk halal ini tidak hanya menjadi tugas lembaga-lembaga yang
memiliki tanggung jawab di dalam penjaminan produk halal tetapi juga menjadi
tanggung jawab bersama, termasuk para stakeholders kelautan dan perikanan. Seminar
Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan adalah
sarana saling bertukar informasi mengenai inovasi-inovasi hasil penelitian maupun isu-
isu strategis di bidang pengolahan produk dan bioteknologi kelautan dan perikanan.
Hasil kegiatan ini diharapkan akan dapat merangkai sebuah solusi, baik berupa
rekomendasi kebijakan yang menguntungkan semua pihak, maupun teknologi-
teknologi yang dapat diaplikasikan oleh pengolah atau industri. Pertemuan ini juga
membuka peluang para peneliti dan akademisi untuk menghasilkan inovasi-inovasi
lanjutan serta meningkatkan kerjasama di bidang pengolaan produk dan bioteknologi
kelautan dan perikanan, sehingga visi dan misi serta program kerja Kementrian Kelautan
dan Perikanan dapat tercapai.
Kami menyampaikan terimakasih kepada pemakalah, peserta, pembicara dan
seluruh pihak yang telah berperan aktif dan membantu acara ini hingga dapat terwujud
dengan baik dan sukses. Kami juga menyampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangan selama seminar ini berlangsung. Selanjutnya kami ucapkan selamat datang
di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Semoga seluruh peserta seminar mendapatkan manfaat dari acara ini guna membantu
pembangunan industri kelautan dan perikanan di Indonesia.
Kepala BBRP2BKP,
Prof. Dr. Hari Eko Irianto
ii
Daftar Isi
Tim penyunting I
Kata pengantar ii
Term of Reference xxi
A. Latar Belakang xxi
B. Tujuan xxii
C. Ruang lingkup xxii
D. Narasumber Utama xxiii
E. Waktu dan Tempat xxiii
F. Pendaftaran dan tanggal penting xxiii
G. Jadwal Acara xxiv
PP1-01 Pengaruh Perbedaan Umur Panen Terhadap Kekuatan Gel Rumput Laut
(Eucheuma cottonii) di Perairan Pulau Pari Jakarta
Hilda Novianty 2
PP1-02 Pengaruh Umur Panen Terhadap Sifat Fisikakimia dan Total Fenol Kappaphycus
alvarezii dari Perairan Tihi-Tihi, Bontang
Indrati Kusumaningrum & Andi Nikhlani 3
PP1-03 Mutu Natrium Alginat Sargassum Muticum dan Sargassum Fluitans dari Alor, Nusa
Tenggara Timur
Lutfi Alfianto, Amir Husni & Siti Ari Budhiyanti 4
PP1-04 Karakterisasi Mutu Fukoidan dari Bahan Baku Rumput Laut Coklat Terintegrasi dan
Tanpa Terintegrasi
Ellya Sinurat, Rinta kusumawati & Nurhayati 5
PP1-05 Prospek Pengembangan Caulerpa sp. Sebagai Makanan Sehat dan Aman (Riveuw )
Alfonsina Marthina Tapotubun 6
PP1-06 Pemanfaatan Rumput Laut Eucheuma cottonii dalam Pembuatan Sabun Aseptik
Ace Baehaki, Shanti Dwita Lestari & Dica Fusva Hildianti 7
PP3-02 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Halimeda opuntia sebagai
Bahan Baku Facial Wash
Nur Rahma Wahyuni, Nurjanah & Tati Nurhayati 15
iii
PP3-03 Karakteristik Bubur Rumput Laut Turbinaria conoides dan Gracilaria verrucosa
sebagai Bahan Baku Body Lotion
Enti Bestari, Nurjanah & Agoes Mardiono Jacoeb 16
PP3-04 Uji Iritasi Secara Topikal Krim Tabir Surya dari Bubur Rumput Laut Sargassum sp.
dan Eucheuma cottonii
Novi Luthfiyana, Nurjanah, Mala Nurilmala, Effionora Anwar & Taufik Hidayat 17
PP3-05 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides
sebagai Bahan Baku Masker Wajah
Andika Fransiskayana, Nurjanah & Mala Nurilmala 18
PP3-06 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Sargassum sp. sebagai
Bahan Baku Masker Peel Off
Ziedal Mafaaz Fafaza Emha, Nurjanah & Asadatun Abdullah 19
PP3-07 Pengaruh Pemucatan Terhadap Karakteristik Pulp Serat Agar dan Kertas yang
Dihasilkannya
Rinta Kusumawati, Andriesta Putri & Yusraini Dian Inayati Siregar 20
PP4-01 Perubahan Kualitas Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) dengan Pengolahan yang
Berbeda
Eko Nurcahya Dewi, Lukita Purnamayati, & Retno Ayu Kurniasih 72
PP4-02 Penurunan Off-Odour Spirulina platensis dengan Ekstrak Daun Kemangi dalam
Pengembangan Produk Pangan Fungsional
Tri Winarni Agustini, Eko Nurcahya Dewi, Ulfah Amalia & Retno Ayu Kurniasih 21
PP4-03 Pengaruh Suhu Spray Drying Terhadap Karakteristik Mikrokapsul Karotenoid dari
Spirulina Platensis dengan Enkapsulan Sodium Kaseinat dan Gum Arab
Dimas Setyo Pambudi, Siti Ari Budhiyanti & Nurfitri Ekantari 22
PP4-05 Pengaruh Substitusi Kappaphycus alvarezii Terhadap Indeks Glikemik dan Mutu
Dodol
Muhamad Firdaus, Yahya & Vebryawan Eko Syah Maulana 24
PP4-06 Pemanfaatan Bubur Rumput Laut Untuk Meningkatkan (Eucheuma cotonii) Nilai
Gizi Mie Basah
Sherly Lewerissa & Esterlina.E.E.M Nanlohy 25
iv
PP2-02 Analisis Potensi Keberhasilan Upaya Penanganan Susut Hasil Perikanan
Agus Heri Purnomo, Anthon Efany, Rinta Kusumawati, Atikah Nurhayati & Hasta Octavini 9
PP2-03 Daya Dukung Sumberdaya Ikan Pelagis dalam Penyediaan Bahan Baku Industri
Pemindangan di Area Pulau Jawa
Wijopriono 10
PP2-04 Trend Kebutuhan Bahan Baku 2025 Sebagai Proyeksi Kemandirian dan Daya Saing
Industri Perikanan Indonesia
Yonvitner, Kiagus Abdul Aziz, Joko Santoso, Nandi Syukri, Muhammad Riyanto, Taryono,
Riyanto Umar, Surya Genta Akmal 11
PP2-05 Karakterisasi Susut Hasil Pascapanen Hasil Tangkapan Kapal Gillnet Oseanik di
Tegal
Singgih Wibowo, Syamdidi, Bagus Sediadi Bandol Utomo, Agus Heri Purnomo, Dwiyitno,
Rinta Kusumawati, Diah Ikasari & Hasta Octavini 12
PP2-06 Mutu Produk Ikan Olahan Tradisional Asal Pulau Banda dan Profil Pengolahnya
Fredrik Rieuwpassa, Alfonsina Marthina Tapotubun, Hellen Nanlohy, Theodora E.A.A.
Matrutty, & Yolanda M.T.N. Apituley 13
PP5-01 Teknologi Pengasapan Ikan Berbasis Vakum dengan Sistem Recycle Limbah Asap
Hidayatun Muyasyaroh, Imam Mohamad Bagus & Muhammad Ubaidillah Al Busthomi 26
PP5-03 Karakteristik Gizi Sambal Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Asap
Lili Salita 27
PP5-04 Karakteristik Sensori dan Fisikokimia Ikan Tongkol (Euthyunus affinis) Asap dengan
Aplikasi Asap Cair
Fronthea Swastawati & Retno Ayu Kurniasih 28
PP5-07 Pengaruh Perbedaan Kayu Bakar dan Lama Pengasapan Terhadap Mutu Ikan Patin
Asap (Pangasius pangasius)
Resmi Rumenta Siregar 31
PP6-01 Profil Asam Lemak Ikan Tuna (Thunnus albacores) Kering Blok dengan Penambahan
Asap Cair
J. Leiwakabessy & Max R. Wenno 32
v
PP6-02 Formulasi Biskuit MP-ASI Berbasis Pangan Lokal : Studi Pemanfaatan Tepung Ikan
Kembung Como dan Pati Singkong
Rahmi Dzulhijjah, Erry Yudhya Mulyani, & Reza Fadhilla 33
PP6-03 Pemanfaatan Ikan patin (Pangasius sp.) Sebagai Sumber Protein dengan
Konsentrasi Berbeda Pada Bubur Instan Terhadap Kualitasnya.
Dwi Setijawati 34
PP6-04 Karakteristik Fisiko-Kimia dan Sensori Biskuit dengan Kombinasi Tepung Belut
(Monopterus albus)
Wulandari, Herpandi, Shanti Dwita Lestari, & Rizky Maharani Putri 35
PP6-05 Subtitusi Konsentrat Protein Telur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam
Formulasi Makanan Bayi Pemdamping ASI
Frets Jonas Rieuwpassa, Joko Santoso & Wini Trilaksani 36
PP6-06 Penggunaan Persentase Tepung Ikan Berbeda dengan Tepung Jagung Sebagai
Alternatrif Makanan Tambahan Untuk Balita
Welma Pesulima & Yunialdy H. Teffu 37
PP7-01 Pengaruh Kadar Air Bahan Baku, pH Air, Organoleptik Bahan Baku Terhadap
Kekenyalan (Gel Strength) Surimi
Yuliati H. Sipahutar & Ridho Yuswika Putri 38
PP5-02 Karakteristik Tahu Bakso dengan Perbedaan Jenis dan Konsentrasi Daging Ikan
yang Berbeda
Tri Winarni Agustini, Ima Wijayanti & Putut Har Riyadi 39
PP7-02 Sifat Fungsional Surimi dari Berbagai Jenis Ikan Demersal dan Ikan Air Tawar
Th Dwi Suryaningrum, Diah Ikasari & Syamdidi 40
PP7-03 Karakteristik Fisikokimia Nugget Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan Substitusi
Tepung Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Hefti Salis Yufidasaria, Happy Nursyam& Romalya Surya Dewi 41
PP7-04 Penggunaan Kemasan Antimikroba Alami Terhadap Masa Simpan Sosis Lele
Aisyah A Mahdiyyah ,Yayat Dhahiyat, Iis Rostini & Rusky I Pratama 42
PP7-05 Stick Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) Tinggi Protein dan Kalsium Sebagai
Upaya Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan
Dewi Kartika Sari, Hafni Rahmawati & Susilawati 43
PP8-01 Aplikasi Komplek Kitosan-Galaktosa Sebagai Pelapis pada Penyimpanan Beku Filet
Patin
Susi Lestari, Shanti Dwita Lestari & Ranilda 44
vi
PP8-02 Pengembangan Bioplastik Berbahan Dasar Kitosan dari Sisik Ikan sebagai
Pengemas Produk Ikan Asap dalam Mendukung Peningkatan Kualitas Pangan
Nasional
Netty Salindeho, Pipih Suptijah & Engel V. Pandey 45
PP8-03 Pemanfaatan Kappa Karaginan dan Polivinil Alkohol (PVA) untuk Pembuatan
Bioplastik
Musfira, Agusman, Hari Eko Irianto & Sujuliyani 46
PP8-04 Optimasi Produksi Glukosamin dari Kitosan Cangkang Udang dengan Hidrolisis
Asam dan Akselerasi Ultrasonikasi
Bhatara Ayi Meata, Uju & Wini Trilaksani 47
PP8-05 Penggunaan Microwave Oven untuk Mensintesis Nanopartikel ZnO dari Ekstrak
Sargassum sp. dan Padina sp.
Rodiah Nurbaya Sari & Hari Eko Irianto 48
PP9-03 Pemanfaatan Limbah Cair Pengolahan ATC dari Eucheuma cottonii Untuk Bahan
Pembuatan Pupuk
Bagus S.B. Utomo, Diah L. Ayudiarti, & Cynthia M.A. Limbong 52
PP9-04 Suplementasi Ekstrak Lumbricus sp. sebagai Feed Additive dalam Pakan Fermentasi
Guna Mempercepat Proses Pertumbuhan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsscal)
Siti Aslamyah, Zainuddin,& Badraeni 53
PP9-05 Pengaruh Suhu Barrel dalam Extruder pada Jenis Tepung yang Berbeda terhadap
Sifat Fisik Pakan Ikan yang Dihasilkan
Putri Wullandari, Arif Rahman Hakim, dan I Made Susi Erawan 54
PP9-06 Pemanfaatan Jeroan Ikan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk dan Pencegah
Pembentukan Blackspot Pada Udang
Made Suhandana, Jumsurizal, Ginanjar Pratama, R. Marwita Sari Putri, Agung Prayudha, dan
Rizki Dwi Septyaningtyas 55
vii
PP10-01 Aplikasi Pemberian Biskuit Balita yang Memenuhi Standar Omega 3 dan Omega 6
Mirna Ilza, Rahman Karnila, & Andarini Diharni 56
PP10-02 Fortifikasi Mikroenkapsulat Virgin Fish Oil Mata Tuna Kaya DHA Pada Makanan
Pendamping ASI
Wini Trilaksani, Bambang Riyanto & Hafizh Abdul Aziz 57
PP10-03 Ekstraksi dan Pemurnian Minyak Ikan dari Bagian Lemak Abdomen Ikan Patin
(Pangasius sp.)
Ema Hastarini, Diah Lestari Ayudiarti, Rodiah Nurbayasari & Jamal Basmal 58
PP10-04 Fish Margarin, Sifat Kimia dan Perannya dalam Bidang Kesehatan
Anies Chamidah, AA. Prihanto, MR. Rohadi & IA. Londong 59
PP10-05 Optimasi Pengeringan Ekstrak Tulang Hiu (Prionace glauca) Untuk Mendapatkan
Sedian Anti-aging yang Stabil
Titiek Indhira Agustin, Risma, Retno Sari & Dwi Setyawan 60
PP10-06 Pengaruh Penambahan Hidrokoloid (Kapa, Iota- karagenan dan Gum Arab)
Terhadap Karakeristik Fisikokimia Bakso Ikan Patin (Pangasius hyphotalamus)
Andarini Diharmi, Suardi Loekman & Ilhami Taufik 61
PP11-01 Rendemen Gelatin dari Kulit dan Tulang Ikan Ekonomis Rendah dengan Metode
Asam - Basa
Dini Surilayani & Ririn Irnawati 62
PP11-02 Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Gelatin dari Kulit Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Suryanti, Theresia Dwi Suryaningrum, & Hari Eko Irianto 63
PP11-03 Pengaruh Penggunaan Bahan Penyamak Krome dan Sintan dengan Konsentrasi
Berbeda Terhadap Mutu Kulit Tersamak Ikan Paha Paha (Bandeng Laut) di Merauke
Sugiyono & Ema Hastarini 64
PP11-04 Kajian Mutu Kulit Ikan Nila Hitam Tersamak Bahan Campuran (Mimosa-Formalin-
Syntan-Krom) Sebagai Bahan Baku Produk Kulit Komersial Berstandar Nasional
(SNI)
Latif Sahubawa, Pertiwiningrum, Sari, Anastasi, Sri Ningsih, Husni & Ustadi 65
PP11-06 Penambahan Tepung Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) sebagai Sumber
Kalsium pada Pembuatan Cookies
Sujuliyani, Siti Zachro Nurbani & Samsidar 67
viii
PP12-01 Penerimaan Konsumen Terhadap Produk Olahan Ikan yang Disubstitusi dengan
Tepung Buah Mangrove Sonneratia alba
Djuhria Wonggo, Albert R. Reo & Isrojati J Paransa 68
PP12-02 Analisis Komponen Aroma Penggunaan Kayu Manis Sebagai Masking Aroma Off-
Flavor pada Produk yang Diperkaya Spirulina platensis
Wahdan Fitriya & Khusnul Alfionita 69
PP12-03 Karakteristik Bontot dari Kombinasi Daging Ikan Payus (Elops hawaiensis) dan Ikan
Bulan Bulan (Megalops cyprinoides)
Ipat Kasyifatul Mufarihat, Sakinah Haryati & Aris Munandar 70
PP12-04 Perubahan Nilai Proksimat Bakasang Ikan Tembang dengan Perlakuan Panas yang
Berbeda
Ovie Ningsih, Umbu P.L. Dawa & Yulian Abdullah 71
ORAL BIOTEK 73
BO1-01 Uji AktivitaV Antibakteri Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Bakteri Escherichia coli
Megawati, N Ira Sari & Mery Sukmiwati 74
BO1-02 Pemanfaatan Sintesis Kitosan dari Limbah Rajungan sebagai Anti Mikrobia Ikan
Segar
Kurniasyahputra, Yustiyana Dewi & Deni Ariansyah 75
BO1-03 Aktivitas Antibakteri dan Kandungan Fitokimia Dua Jenis Alga Laut Asal Perairan
Sulawesi Utara
Lita A.D.Y Montolalu, Verly Dotulong & Lena J. Damongilala 76
BO1-04 Senyawa Bioaktif Rumput Laut dan Ampas Teh Sebagai Antibakteri Dalam Formula
Masker Wajah
Bintang Efrata Aprilia, Nurjanah & Tati Nurhayati 77
BO1-06 Daya Antioksidasi Ekstrak Kasar dan Isolat Alga Kering Kappaphycus alvarezii Asal
Madura pada Virgin Coconut Oil yang Disimpan
Vonda M.N. Lalopua 79
BO5-04 Penapisan Ekstrak Kapang Laut sebagai Antioksidan, Inhibitor Tirosinase dan
Antiglikasi
Muhammad Nursid, Dilaika Septorini & Irmanida Batubara 80
ix
BO2-02 Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Total Fenol Ekstrak Padina australis pada
Berbagai Kondisi Ekstraksi
Annisa Permata Sari, Irmanida Batubara & Muhammad Nursid 81
BO3-02 Validasi Genetik, Profil Metabolit dan Aktivitas Antioksidan Anggur Laut (Caulerpa
racemosa) dengan Penanganan Berbeda
Sihono, Kustiariyah Tarman, Hawis Madduppa & Hedi Indra Januar 82
BO2-04 Kandungan Fitokimia, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Daun Muda Mangrove
Sonneratia alba
Verly Dotulong, Djuhria Wonggo & Lita A.D.Y Montolalau 83
BO2-05 Hidrolisat dan Peptida Gelatin Kulit Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Sebagai Antioksidan
Mala Nurilmala, Eni Kusumaningtyas, & Euis Karnia 84
BO2-06 Aktivitas Antioksidan dan Antikanker dari By-product Ikan Flathead (Platycephalus
fuscus)
Rahmi Nurdiani, Todor Vasiljevic, Thomas Yeager, Tanoj K. Singh, & Osaana N. Donkor 85
BO3-03 Pengaruh Kombinasi Starter Bakteri Asam Laktat Terhadap Perubahan Kimiawi dan
Mikrobiologis Rusip Selama Fermentasi
Pebry Aisyah Putri Batubara, Desniar & Iriani Setyaningsih 88
BO3-04 Identifikasi Bakteri Asam Laktat dan Profil Asam Amino pada Bekasam Ikan
Bandeng (Chanos chanos) dengan Fermentasi Alami
Slamet Suharto, Tri Winarni Agustini, & Ulfah Amalia 89
BO3-05 Mekanisme Molekuler dari Polisakarida Baru yang Berasal Dari Ulat Sutera
(Antheraea yamamae) Pada Sistem Imun Ikan
Rio Aditya Kurniawan, Chiemi Miura & Takeshi Miura 90
BO3-06 Potensi Antijerawat dari Ekstrak Spons Laut Ungu Haliclona sp. dalam
Menghambat Pertumbuhan dan Pembentukan Biofilm Acinetobacter lwoffii
Yanti & Chyntia Priliana Ariesta 91
BO4-01 Aktivitas Antioksidan Kolagen dari Teripang Emas (Stichopus sp.) yang Dihidrolisis
Menggunakan Enzim Neutrase
Yusro Nuri Fawzya, Nugrah Analiadi Putra, Arif Budi Witarto & Gintung Patantis 92
x
BO4-02 Profil Metabolit dan Sitotoksisitas Teripang Hitam Holothuria atra dengan Teknik
Pengeringan yang Berbeda
Muhammad Nursid, Nurmaya Lesgitari & Rahmawati 93
BO4-03 Sitotoksisitas dan Induksi Apoptosis Ekstrak Etanol Teripang Holothuria atra
Jeager, 1833 pada Beberapa Sel Kanker
Ernie Halimatushadyah, Muhammad Da'i & Muhammad Nursid 94
BO4-04 Aktivitas Antioksidan dan Anti-Tirosinase dari Ekstrak Etanol Teripang Lokal
Dohan A. Samodro, Ariyanti S. Dewi, Gintung Patantis, Nurrahmi D. Fajarningsih, Yusro N.
Fawzya & Muhammad Nursid 95
BO5-01 Profil Asam Amino Ikan Cobia (Rachycentron canadum L.) Segar dan Kukus
Taufik Hidayat, Nurjanah, Ruddy Suwandi,Roni Nugraha & Vini Oktorina 98
BO5-02 Kadar lemak dan profil asam lemak ikan air tawar Channa striata, Tor soro dan
Hemibagrus nemurus
Ekowati Chasanah, Sugiyono and Dedi Noviandri 99
BO5-03 Persentase Protein Total dan Protein Albumin Kecap Ikan Gabus (Channa striata)
pada Lama Waktu Hidrolisis Berbeda
Syukri, Samliok Ndobe, Prismawiryanti & Madinawati 100
B02-01 Pengaruh Berat Ikan Terhadap Profil Asam Amino Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus)
Andi Noor Asikin & Indrati Kusumaningrum 101
BO5-05 Komposisi Asam Lemak Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus Pall) Segar dan
Produk Kering
Yuspihana Fitrial, Iin Khusnul Khotimah & Abdul Hadi 102
BO5-06 Pengaruh Salinitas Media Tumbuh pada Pertumbuhan dan Produksi Fikoeritrin
dari Rhodomonas salina
Endar Marraskuranto, Tri J. Raharjo, Rina S. Kasiamdari & Tri R. Nuringtyas 103
xi
BO6-01 Rumput Laut Cokelat Sargassum polycystum Sebagai Alternatif Bahan Baku
Sediaan Garam Fungsional
Nurjanah, Asadatun Abdullah, Seftylia Diachanty & Chairun Nufus 105
BO6-03 Penggunaan Karbon Aktif Untuk Mereduksi Aroma Garam Fungsional Rumput Laut
Cokelat (Sargassum polycystum dan Padina minor)
Shindy Hamidah Manteu, Nurjanah & Tati Nurhayati 107
BO6-04 Karakteristik Garam Tradisional yang Diproses Masyarakat Pesisir Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur
Dewi Setiyowati Gadi, Ayub U. I. Meko, Umbu P. L. Dawa, Heribertus Marianus Diwa, & Akbar
Selan 108
BO6-05 Pola Asosiasi antara Jenis Fitoplankton dan Zooplankton dengan Parameter Fisika
Kimia di Perairan Teluk Manado dan Perairan Bitung
Joice R.T.S.L Rimper, Markus Talintukan Lasut & Natalie D.C. Rumampuk 148
BO6-06 Keanekaragaman Bakteri Pada Air Baku, Konsentrat Garam, Garam, dan Bittern Di
Tambak Garam Prisma Brondong Lamongan
Meita Eka Fara, M. Mahfud Efendi & Ary Giri Dwi Kartika 109
BO7-02 Isolasi dan Identifikasi Molekuler Bakteri Endofit Mangrove Buta-Buta (Excoecaria
agallocha) Penghasil Enzim L-Asparaginase
Asep A. Prihanto & Randy F. Ardiansyah 111
BÕ7-03 Bioprospeksi Mikroba Asosiasi Karang dari Perairan Pulau Panjang, Jepara sebagai
Agen Antimikroba terhadap Bakteri Multidrug resistant (MDR)
Diah Ayuningrum, Agus Trianto, Ocky Karna Radjasa, & Agus Sabdono 112
BO7-04 Bioaktivitas Jamur Asosiasi pada Spong Gelliodes sp. yang Dikultur pada Media
Modifikasi
Ana Faricha, Diah Permata Wijayanti, Agus Trianto & Popi Ida Laila Ayer 113
BO7-05 Isolasi, Identifikasi dan Penapisan Aktivitas Biologis Kapang Asosiasi Spons Asal
Ekosistem Mangrove
Mada Triandala Sibero, Diah Ayuningrum, Ocky Karna Radjasa, Agus Sabdono, Agus Trianto,
Dwi Haryanti & Yusuf Jati Wijaya 114
BO7-06 Efek Inhibisi dari Ekstrak Spons Laut Jingga Stylotella aurantium terhadap
Pertumbuhan Bakteri Micrococcus luteus Pemicu Jerawat
Yanti & Vora Maryna Suwito 115
xii
BO8-01 Toksisitas Isolat Spons Xestospongia testudinaria
I Made Dira Swantara & Wiwik Susanah Rita 116
BO8-03 Potensi Flakes Pati Garut dengan Substitusi Tepung Eucheuma cottonii dalam
Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Perbaikan Profil Lipid Tikus Diabetes
Renita Wijayanti, Yustinus Marsono & Agnes Murdiati 118
BO8-04 Potensi Snack Biji Teratai (Nymphaea pubescens Willd) sebagai Makanan Selingan
bagi Penderita DiabetesTipe 2
Yuspihana Fitrial, Iin Khusnul Khotimah & Ika Kustiyah Octaviyanti 119
BO8-05 Karakterisasi Parsial Lektin Makroalga Turbinaria ornata asal Pantai Wediombo,
Gunung Kidul, Jogjakarta
Nurrahmi Dewi Fajarningsih, Naomi Intaqta, Danar Praseptiangga, Choiroel Anam & Ekowati
Chasanah 120
BO2-07 Aktivitas Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Ekstrak Daging Ikan Gabus
(Channa striata)
Setyani Budiari, Ekowati Chasanah, Maggy T. Suhartono & Nurheni Sri Palupi 121
BO8-06 Mekanisme Induksi Apoptosis dengan Senyawa Bioaktif dan Teknik Deteksinya
Pada Sel Lestari Kanker: Suatu Ulasan
Dedi Noviendri 122
BO9-02 Uji Kemampuan Isolat Serratia marcescens LA3A Sebagai Bakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman
Ifah Munifah, Wahyu Damarwati & Tri Handayani Kurniati 124
BO9-03 Ekstraksi Kolagen Kulit Ikan Tuna Sirip Kuning dan Patin Menggunakan Enzim
Papain
Yohang Rigar F, Tati Nurhayati & Nurjanah 125
BO9-04 Formulasi Ekstrak Etanol Padina australis dengan dengan Penyalut Maltodekstrin
dan Soy Protein Isolate (SPI) menggunakan metode Face Central Center Composite
Design (FCCCD)
Dedi Noviendri & Muhammad Nursid 126
BO9-05 Pemurnian dan Karakterisasi Struktur Tropomyosin dari Pacific oyster (Crassostrea
gigas)
Roni Nugraha, Sandip D. Kamath & Andreas L. Lopata 127
xiii
BO9-06 Pemurnian Enzim Polyphenoloxidase dari Udang Vaname
Tati Nurhayati, Medal Lintas Perceka & Mala Nurilmala 128
KP1-01 Aktivitas Antimikroba Kitosan dari Cangkang Udang dan Rajungan Terhadap
Bakteri Patogen dengan Metode Mikrodilusi
Yusma Yennie, Syamdidi, Muhamad Darmawan & Singgih Wibowo 130
KP1-02 Efek Antibakteri Komplek Kitosan Monosakarida terhadap Patogen dalam Surimi
Ikan Gabus sebagai Model Matriks Pangan
Shanti Dwita Lestari, Ace Baehaki & Reny Meliza 131
KP1-04 Aplikasi Komplek Kitosan-Galaktosa sebagai Pelapis Pada Penyimpanan Beku Filet
Patin
Susi Lestari, Shanti Dwita Lestari & Ranilda 133
KP2-01 Mutu Mikrobiologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Asin dengan Penambahan
Asap Cair Selama Penyimpanan
Cindy R. M. Loppies & M.L.Wattimena 135
KP2-02 Profil kemunduran mutu ikan nila hasil simulasi kematian massal asal Waduk Cirata
Gunawan, Dwiyitno & Izhamil Hidayah 136
KP2-03 Perubahan kimia selama kemunduran mutu ikan selar kuning (Caranx leptolepis)
pada penyimpanan suhu dingin
Dewi Kania, Tati Nurhayati & Assadatun Abdullah 137
KP2-05 Kemunduran Mutu dan Perubahan Protein Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning)
Selama Penyimpanan Suhu Dingin
Relis Diana, Tati Nurhayati, Nurjanah 139
KP3-01 Validasi Metode Identifikasi Rodhamin B Dengan Stik Sensor Kimia Berbasis Zn
(CNS)2 Pada Daging Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
Giri Rohmad Barokah, Rudi Riyanto, Tati Nurhayati & Dessy Adventamia Bangun 140
xiv
KP3-02 Penerapan Image Processing untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan nila
(Oreochromis niloticus)
Ayu Kalista, Amin Redjo & Umi Rosidah 141
KP3-05 Deteksi Bahan Baku Ikan pada Produk Olahan Melalui Gen Penanda COI
Mala Nurilmala, Asadatun Abdullah & Yuly Astuti 144
KP3-06 Autentikasi Halal Gelatin Kulit Lele Melalui Determinasi Istihalah dari Budidaya
dengan Pakan Mengandung Kontaminan Babi
Bambang Riyanto, Dinamella Wahjuningrum & Muhammad Umar Al Faruqi 145
KP4-01 Kajian Penerapan GMP dan SSOP pada Produk Pindang air garam ikan Layang
(Decapterus sp.) dalam Upaya Meningkatkan Keamanan Pangan di Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat"
Yuliati H Sipahutar, Randi B.S Salampessy & Claudia C. A. Hutauruk 146
KP4-04 Pemahaman Masyarakat Pesisir Lampung Akan Bahaya Harmful Algal Bloom Pada
Sumber Pangan Laut
Inayah Hidayati 149
KP4-05 Biodegradasi Air Limbah Menggunakan Chlorella sp. di Waduk dan Pasar Ikan
Muara Angke
Devi Ambarwaty Oktavia, Diini Fithriani & Nurhayati 150
KP5-01 Isolasi Bakteri Pembentuk Histamin dari Tuna, Tongkol, dan Cakalang serta
Pengujian Kemampuan Pembentukan Histaminnya
Dikcy Putra W., Aldino Dityanawarman, Susana Endah Ratnawati & Indun Dewi Puspita 151
KP5-02 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus epidermis pada Ikan Asap Pinekuhe
Ely John Karimela, Frans G Ijong, Jaka FP Palawe & Jeffri A Mandeno 152
KP5-03 Idendifikasi Bakteri pada Se'I Tuna yang Diporses dengan Asap Cair dan Disimpan
pada Temperatur Berbeda
Ayub U.I. Meko, S. Berhimpon., I K.Suwetja., F.G. Ijong, & Mada M. Lakapu 153
xv
KP5-04 Prevalensi Vibrio parahaemolyticus Patogen pada Udang Vaname untuk Pasar
Ekspor yang Berasal dari Unit Pengolahan Udang Jawa Tengah dan Jawa Timur
Arifah Kusmarwati & Izhamil Hidayah 154
KP5-05 Pola Resistensi Vibrio Parahaemolyticus yang diisolasi dari Udang Vaname
Terhadap Antibiotik
Izhamil Hidayah, Gunawan & Arifah Kusmarwati 155
MK1-01 Rancang Bangun Mesin Pencacah Rumput Laut di UD Karang Baru Kabupaten
Sumenep - Madura
Urip Prayogi,Titik Indhira Agustin & Nuhman 157
MK1-02 Rancang Bangun dan Uji Kinerja Mesin Pencacah Tulang Ikan
Luthfi Assadad, Bakti Berlyanto Sedayu, & Wahyu Tri Handoyo 158
MK1-03 Sarana Pemasaran Ikan Segar Menggunakan Sepeda Motor dan Penerapan Pada
Pedagang Ikan Keliling di Kota Depok dan Kabupaten Bogor
Dwi Budiyanto, Ahmad Nuridha & Junaedi Abdillah 159
MK1-04 Pengukuran Kinerja Machine Learning Pada Pendeteksian Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Berformalin Berbasis Pengolahan Citra
I Made Susi Erawan & Toni Dwi Novianto 160
MK1-05 Pengaruh High Voltage Electric Field pada Proses Thawing Terhadap Penyusutan
Ikan Tuna Beku
Arif Rahman Hakim, Luthfi Assadad & Widiarto Sarwono 161
MK2-01 Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada Mesin Air Blast
Freezer di PT. X Purwakarta - Jawa Barat
Aef Permadi, Latifa Amelia Abdullah & Randi B.S Salampessy 162
MK2-02 Analisis Efektivitas Penggunaan Air pada Pengolahan Ikan Beku di Pt. X Purwakarta-
Jawa Barat
Aef Permadi, Annisa Narapuspa & Randi B.S Salampessy 163
MK2-03 Pengaruh Jumlah dan Cara Penyusunan Elemen Peltier Terhadap Performansi
Pendingin Termoelektrik Alat Transportasi Ikan Segar
Tri Nugroho Widianto & Caesar Mahendra 164
MK2-04 Pengujian Chilling Storage pada Kapal Ikan Kapasitas 1,3 Ton di PPP Sadeng
Yogyakarta
Tri Nugroho Widianto, Ahmat Fauzi & Luthfi Assadad 165
xvi
MK2-05 Perbedaan Kinerja Chilling Storage pada Kapal Ikan Kapasitas 1,3 ton
Menggunakan Beban Air Tawar dan Air Garam 3,5%
Ahmat Fauzi, Tri N. Widianto & Arif R. Hakim 166
MK2-06 Hubungan Biofilm Pada Elektroda dan Produksi Biolistrik dalam Microbial Fuel Cell
Limbah Cair Perikanan
Bustami Ibrahim, Uju & Alvindo Chrisna Mukti 167
POSTER 168
POS-01 Diversivikasi Bubuk Rusip Nilem Dengan Penambahan Bubuk Cabai Rawit Merah
Terhadap Tingkat Kesukaan
Arita, E Afrianto, R I Pratama & E Liviawaty 169
POS-02 Karakteristik Mangut Lele dalam Kemasan Kaleng dan Potensi Pengembangan
Ervika Rahayu NH, Agus Susanto, Asep Nurhikmat & M. Kurniadi 170
POS-03 Kajian Potensi Dendeng Udang Putih (Penaeus Merguiensis) Sebagai Produk
Pangan Diversifikasi Fungsional
Dwi Inda Sari, Yulia Delviani, Susi Lestari, & Sherly Ridhowati 171
POS-04 Tekstur dan Ukuran Porsi Penyajian Produk Pangan Tinggi Kalsium-Fortifikasi
Tepung Tulang Lele Mempengaruhi Penerimaan dan Kesukaan Atlet Pencak Silat
Kategori Tanding
Lulu Khatulistiwa, Siti Ari Budhiyanti & Nurfitri Ekantari 172
POS-05 Stik Ikan Kambing-Kambing (Abalistes stellaris) dan Stik Ikan Pisang-Pisang (Caesio
chrysozona) Sebagai Alternatif Diversifikasi Olahan
Dwi Apriliani Ags & Fauzi Syahputra 173
POS-06 Kualitas Surimi Ikan Cakalang (Katsuwono pelamis L.) yang diproses dengan Air
Dingin 4˚C
Silvana D. Harikedua, Farnis Saliada, Nurmeilita Taher, Engel V. Pandey, & Hens Onibala 174
POS-07 Aplikasi Asap Cair yang Berbeda Terhadap Karakteristik dan Analisa Kadar
Kolesterol pada Pengukusan Cumi-Cumi (Loligo sp.)
Defita Faridlotus Sholihah, Fronthea Swastawati & Retno Ayu Kurniasih 175
POS-08 Karakteristik Konsentrat Protein Ikan Gabus (Channa striata) yang Diekstrak
Menggunakan Metode Pemanasan dan Metode Kombinasi
Diah Ikasari & Mohamad Indra Nata Wijaya 176
POS-09 Kualitas Kue Akar Pinang dengan Penambahan Tepung Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis)
Hafni Rahmawati, Siti Aisyah & Rini Agustin 177
xvii
POS-10 Pengolahan Dengan Suhu Tinggi Terhadap Profil Asam Amino Kerang Lokan
(Gelonia erosa) dan Ulat Tanah (Sipunculus nudus) dari Perairan Bintan Kepulauan
Riau
R. Marwita Sari Putri, Made Suhandana, Rizki Muhammad & Susilo Dede Ardean 178
POS-11 Daya Hambat Formula Pengawet Selama Proses Penyimpanan Terhadap Bakteri
Pembentuk Histamin pada Produk Ikan Pindang
Izhamil Hidayah, Farida Ariyani & Irma Hermana 179
POS-12 Mutu Mikrobiologi Produk Ikan Asin dari Pasar Tradisional di Kota Tanjungbalai
Fairdiana Andayani & Irma Hermana 180
POS-15 Mutu Kimia Dan Mikrobiologi Cakalang (Katsuwonus Pelamis, L.) Asap Cair Yang
Dikemas Vakum Selama Penyimpanan pada Suhu 5 ºC.
Feny Mentang , Semuel M. Timbowo , Silvana D. Harikedua ,Nurmeilita Taher , Zulviki Alinti .
183
POS-16 Pertumbuhan DŠn Identifikasi Bakteri Yang Tumbuh Pada Se'i Tuna Yang Diproses
Dengan Asap Cair Dan Dikemas Kemudian Disimpan Pada Temperatur Yang
Berbeda
Ayub U.I. Meko, S. Berhimpon., I K.Suwetja., F.G. Ijong, & Mada M. Lakapu 184
POS-17 Rumput Laut Caulerpa sebagai Sumber Nutrisi dan Senyawa Bioaktif untuk Bahan
Pangan Fungsional dan Farmasi
Murdinah 185
POS-18 Pengaruh Penambahan Locust Bean Gum Terhadap Karakteristik Gel Alginat dari
Sargassum sp. Dengan (LBG)"
Subaryono & Nurhayati 186
POS-19 Pemanfaatan Limbah Pengolahan Alginat Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pakan
Ikan Nila (O. niloticus)
Nurhayati & Rinta Kusumawati 187
POS-20 Kualitas Semi Refined Carrageenan (SRC) Rumput Laut Merah Kappaphycus
alvarezii yang Dikeringkan dengan Cabinet Dryer
Daisy M. Makapedua, Helen J. Lohoo, Nurmeilita Taher, Brian Dumondor, Joyce Ch.V.
Palenewen, & Florence V. Longdong 189
xviii
POS-21 Pengaruh Lokasi Budidaya dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Sifat Fisiko-
Kimia Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii
Raja B.D. Sormin, Idris & Anton Masela 190
POS-22 Karakteristik Komposit Tepung Rumput Laut E. cottoni dengan Konjak, serta
Pengaruhnya Terhadap Profil Gelatinisasi Pati Tapioka
Agusman, Nurhayati & Jamal Basmal 191
POS-23 Karakteristik Bubur Rumput Laut Turbinaria conoides dan Eucheuma spinosum
sebagai Sediaan Hand and Body Lotion
Ridho Fauzan, Nurjanah & Mala Nurilmala 192
POS-24 Profil Asam Amino Daging Rajungan (Portunus pelagicus) dengan Waktu
Penanganan yang Berbeda pada Suhu Ruang
Santri Maharani, Ruddy Suwandi & Nurjanah 193
POS-25 Profil Asam Amino Hidrolisat Protein Ikan yang Diproduksi Secara Enzimatis
dengan Media Pengkayaan Berbahan Lokal
Rini Susilowati & Asri Pratitis 194
POS-26 Profil Asam Amino dan Asam Lemak Keong Sesihi (Nerita signata) di Perairan Pulau
Panjang
Aris Munandar, Suherti & Fitria Riany Eris 195
POS-31 PŬtensi Enzim Selulase dalam MenTegradasi Material Lignoselulosa untuk Bahan
Pakan Ikan
Lusi Herawati Suryaningrum & Reza Samsudin 200
POS-32 Penapisan Bioaktif Peptida Pada Siput Laut Gonggong (Strombus sp.) asal Bintan
Lily Viruly 201
POS-33 Ekstraksi dan Karakterisasi Gelatin Halal dari Tulang Ikan Patin (Pangasius
hypohthalmus) dengan Ultrasound Assisted Extraction
Indah Dwi Asih, Tetty Kemala & Mala Nurilmala 202
xix
POS-34 Sediaan Masker Berbasis Spirulina platensis dan Kolagen yang Mempunyai
Aktivitas Penghambatan Bakteri Penyebab Jerawat
Naomika Manurung, Ridha Fatuhanisa & Iriani Setyaningsih 203
POS-35 Aktivitas Analgesik Kitosan pada Tikus Arthritis yang Diinduksi Complete Freund'S
Adjuvant (CFA)
Dwi Kurnia Putri & Endang Darmawan 204
POS-36 Efektivitas Sediaan Glukosamin Terhadap Peningkatan Cairan Sinovial pada Tikus
Galur Sprague Dawley
Eko Cahyono, Pipih Suptijah & Ietje Wientarsih 205
POS-37 Formulasi Losion Pelembab Kulit dengan Penambahan Ekstrak Karotenoid dari
Chlorella vulgaris Sebagai Antioksidan
Ni Wayan Sri Agustini & Endah D. Pratiwi 206
POS-38 Asam Lemak dari Rumput Laut Coklat dan Induksi Apoptosis dari Tran-Fukosantin
pada Sel Lestari Kanker Paru-Paru Manusia: Suatu Ulasan
Dedi Noviendri 207
POS-39 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides
sebagai Bahan Baku Masker Peel off
Siti Fauziyah, Nurjanah & Asadatun Abdullah 208
POS-40 Sebaran Radionuklida Natural di Pesisir Pulau Bengkalis dan Kajian Dosis Terhadap
Produk Perikanan Laut
Murdahayu Makmur, Wahyu Retno Prihatingisih & Mohamad Nur Yahya 209
xx
TERM OF REFERENCE (TOR)
SEMINAR NASIONAL HASIL RISET PENGOLAHAN PRODUK DAN BIOTEKNOLOGI
KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018
Jakarta, 16 - 17 Oktober 2018
“Peran Iptekin dan Sumber Daya Manusia dalam Penyediaan Produk Perikanan
yang SAH (Sehat, Aman dan Halal)”
A. Latar Belakang
Ikan merupakan sumber protein yang sangat relevan untuk mendukung program
prioritas pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan
meningkatkan kemandirian ekonomi berbasis pada kelautan dan perikanan. Dengan potensi
sumberdaya perikanan sebesar 23,51 juta ton dan luas lahan budidaya sebesar 18 juta hektar
(Kelautan dan Perikanan dalam Angka tahun 2016), pengoptimalan sektor perikanan dapat
mendorong perluasan dan kesempatan kerja, serta meningkatkan ketersediaan dan konsumsi
sumber protein ikan bagi masyarakat.
Keberhasilan program Gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) yang telah
dicanangkan sejak tahun 2004, telah meningkatkan konsumsi ikan oleh masyarakat Indonesia
menjadi 46,49 kg/kapita pada tahun 2017 (Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan). Sementara itu, target konsumsi ikan pada tahun 2018 adalah 54,5 kg/kapita.
Peningkatan tersebut merangsang berkembangnya industri perikanan nasional, termasuk
industri pengolahan perikanan yang merupakan bagian hilir dari rantai perikanan nasional.
Industri pengolahan hasil perikanan berperan langsung dalam pendistribusian hasil perikanan
ke tangan konsumen.
Dalam perkembangannya, industri pengolahan perikanan terkendala pada beberapa
permasalahan seperti kurang optimalnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan,
tingginya tingkat kehilangan (losses) akibat kualitas bahan baku yang kurang terjaga, serta
masih ditemukannya bahan tambahan berbahaya bagi kesehatan manusia dalam penanganan
maupun pengolahan ikan, seperti senyawa pengawet, perasa, maupun pewarna yang tidak
memenuhi standar kesehatan. Hal-hal tersebut dapat menghambat program Percepatan
Industri Perikanan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2016 lalu. Sementara itu,
pemberlakuan UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal juga menjadi perhatian
tersendiri bagi industri pengolahan perikanan. Undang-undang yang telah disahkan pada 17
Oktober 2014 mewajibkan setiap barang yang diproduksi atau diedarkan di Indonesia harus
terjamin kehalalannya pada tahun 2019. Selain kehalalan, UU ini juga memberikan jaminan
kenyamanan, keamanan dan keselamatan kepada masyarakat sebagai konsumen. Sesuai
dengan peran industri pengolahan hasil perikanan dalam pembangunan nasional, yaitu
diantaranya adalah sebagai penyedia sumber protein untuk peningkatan kesehatan dan
kecerdasan bangsa melalui peningkatan konsumsi ikan, maka penerapan penanganan dan
pengolahan perikanan yang baik dan benar harus diterapkan di sepanjang rantai pasok dan
produksi. Selain itu, penerapan jaminan halal adalah merupakan keharusan, sesuai dengan
target pemerintah untuk menjadi 10 besar produsen halal dunia.
Selain itu, pengembangan bioteknologi perikanan dan kelautan juga menyumbang
nilai penting dalam sektor perikanan, terutama dalam penemuan sumber-sumber senyawa
baru yang berfungsi sebagai obat farmasi maupun herbal terstandar. Sebagai gambaran, lebih
dari 10.000 senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi dari sumber daya alam laut sejak tahun
xxi
1970 (Rasyid, 2008). Sementara itu, penjualan obat yang mengandung senyawa aktif laut
secara global mencapai US$.2,4 milyar/tahun. Di Indonesia, kegiatan eksplorasi senyawa alam
laut telah banyak dilakukan. Dalam satu dekade terakhir, sejumlah 34 senyawa baru yang
berpotensi sebagai obat berhasil ditemukan dari biota laut dan 28 diantaranya berasal dari
perairan Indonesia (Tapilatu 2015). Hal ini menunjukkan potensi bioteknologi kelautan dan
perikanan yang besar terhadap dunia farmasi dan obat-obatan. Seperti halnya industri
pengolahan, kegiatan bioteknologi yang menyasar farmasi maupun obat herbal terstandar
juga wajib melakukan proses penanganan dan pengolahan yang aman dan terstandar.
Peran ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi (Iptekin) serta sumber daya manusia
(SDM) sangat diperlukan dalam mengawal keberhasilan penciptaan produk kelautan dan
perikanan yang sehat, aman dan halal. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan SDM dalam
peningkatan mutu produk kelautan dan perikanan dapat diwujudkan dengan menghasilkan
teknologi dan inovasi yang memiliki nilai ekonomis yang dapat digunakan oleh pelaku
pengolahan hasil perikanan. Sehingga, produk–produk perikanan yang dihasilkan dapat
berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi permintaan pasar domestik maupun global. Oleh
karena itu, diperlukan suatu wadah untuk melakukan pertukaran informasi hasil-hasil riset
terkini di bidang pengolahan hasil perikanan yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan.
Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan serta pameran produk inovasi pengolahan hasil perikanan diharapkan dapat
menjadi ajang bagi para peneliti, akademisi, praktisi, penentu kebijakan dan mahasiswa untuk
bertukar informasi dan berdiskusi tentang inovasi dan perkembangan teknologi terkini serta
pemanfaatannya di bidang pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan uraian di atas, maka Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI), menyelenggarakan Seminar
Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2018
dengan tema “Peran Iptekin dan Sumber Daya Manusia dalam penyediaan produk perikanan
yang SAH (Sehat, Aman dan Halal)”.
B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan hasil-hasil riset terkini di bidang
pengolahan hasil perikanan yang dihasilkan oleh berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi.
Diharapkan, hal ini dapat mempercepat adopsi dan pemanfaatan hasil riset tersebut sehingga
dapat mempercepat penyediaan produk perikanan yang SAH (Sehat, Aman dan Halal).
C. Ruang Lingkup
Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan tahun 2018 akan diikuti oleh para peneliti dan akademisi, pengambil kebijakan, dan
masyarakat pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan hasil perikanan. Kegiatan ini
akan menyajikan hasil-hasil riset pengolahan hasil perikanan mencakup bidang-bidang sebagai
berikut.
a. Pengolahan dan pengembangan produk kelautan dan perikanan;
b. Keamanan pangan dan lingkungan industri perikanan;
c. Bioteknologi kelautan dan perikanan;
d. Mekanisasi pengolahan hasil perikanan.
xxii
D. Narasumber Utama
Narasumber utama Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan Tahun 2018 ini adalah :
1. Prof. Ir. Sukoso, Msc., PhD.
(Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, Kementerian Agama)
“Menuju Indonesia Wajib Produk Halal 2019: ”
2. Ir. Rifky Effendi Hardijanto*
(Direktur Jenderal Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan)
“Peluang dan Tantangan Implementasi Jaminan Produk Perikanan Sehat, AÜ an dan
Halal”
3. Prof. Dr. Bambang Prasetya*Ě
(Kepala Badan Standardisasi Nasional)
“Peran BSN dalam Standardisasi Produk Perikanan yang Sehat, Aman dan Halal”
4. Dr. Suradi Wijaya Saputra, M.S.
(Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia)
“Peran Perguruan tinggi dalam penyediaan SDM mendukung Industri Produk
Perikanan Halal”
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Tempat : Jl. KS. Tubun, Petamburan VI
Jakarta Pusat 10260
Kegiatan Tanggal
09.00 – 09.20 Pembukaan dan arahan Prof. Ir. R. Sjarief Widjaja, Ph.D, FRINA
(Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan)
09.30 – 10.00 “Peluang dan Tantangan Implementasi Ir. Rifky Effendi Hardijanto
Jaminan Produk Sehat, Aman dan Halal"
(Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan, KKP)
10.45 – 11.15 "Peran Perguruan Tinggi dalam Dr. Suradi Wijaya S., MS
Penyediaan SDM mendukung Industri
(Wakil Ketua Forum Perguruan Tinggi
Perikanan Halal"
Perikanan Indonesia)
xxiv
Rabu, 17 Oktober 2018
08.30 – 09.00 Pendaftaran Panitia
09.00 – 12.00 Sesi Panel Panitia dan pemakalah
1. Bidang Pengolahan Produk
2. Bidang Keamanan Pangan dan
Lingkungan
3. Bidang Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
4. Bidang Mekanisasi Pengolahan Hasil
Perikanan
xxv
A B S T R A K
Pengolahan Produk
1
PP1-01
Hilda Novianty
UPT LPKSDMO LIPI, Jalan Raden Saleh 43 Cikini Jakarta Pusat, Indonesia
hildanovianty2012@gmail.com
Abstrak
Eucheuma cottonii adalah salah satu jenis rumput laut Rhodophyta (merah) yang
memiliki sifat fungsional yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu
budidaya jenis rumput laut ini sedang digalakkan oleh kementerian kelautan. Dalam
budidaya rumput laut, penentuan umur panen merupakan hal kritis yang dapat
mempengaruhi hasil akhir kualitas suatu produk budidaya, yakni terhadap sifat fisik rumput
laut yang menjadi ciri khas kriteria sifat fungsionalnya. Pada penelitian ini menentukan
umur panen yang tepat terhadap kualitas fisik rumput laut Eucheuma cottonii. Metode yang
digunakan adalah deskriptif non experimental. Budidaya rumput laut dikerjakan dengan
metode lone line dengan umur panen yang berbeda (35, 45 dan 55 hari) diujikan terhadap
perbedaan sifat fisik (kekuatan gel) rumput laut. Hasil penelitian budidaya rumput laut
Eucheuma cottonii di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta menunjukkan bahwa
umur panen 35 hari memiliki nilai kekuatan gel terbesar yakni 430 g/cm2 dan kandungan
fenol sebesar 77,96 mg/1000g.
2
PP1-02
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji sifat fisikakimia dan kandungan fenol dari
rumput laut Kappaphycus alvarezii pada umur panen yang brbeda dari perairan Tihi-Tihi,
Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur. Penelitian ini diawali dengan menanam rumput
laut dengan umur panen yang berbeda yaitu, 30, 40, 45, 50 dan 60 hari. Tahap selanjutnya
yaitu mengekstrak rumput laut dan melakukan pengujian yang meliputi rendemen, kadar
air, viskositas, kekuatan gel dan total fenol. Pada umur panen yang semakin lama
menunjukkan hasil kadar fenol yang semakin meningkat. Sedangkan rendemen karaginan
yang paling tinggi dihasilkan dari umur panen 40 hari. Berdasarkan hasil penelitian, umur
panen 50 hari merupakan perlakuan yang terbaik berdasarkan total fenol yang terkandung.
Senyawa fenol merupakan slah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan.
Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, rumput laut, total fenol, umur panen
3
PP1-03
Abstrak
4
PP1-04
Abstrak
5
PP1-05
Abstrak
Rumput laut hijau Caulerpa sp tumbuh secara alami pada beberapa perairan di Indonesia.
Caulerpa umumnya dikonsumsi sebagai sayuran segar dan merupakan sumber serat yang
baik sehingga pemanfaatannya sebagai produk olahan tidak membutuhkan proses
pengolahan yang panjang seperti rumput laut yang lain. Studi ini bertujuan untuk
melakukan riveuw pemanfaatan Caulerpa sp sebagai makanan fungsional dan prospek
pengembangannya. Pengumpulan data dan informasi dengan cara studi kepustakaan.
Caulerpa mengandung komponen metabolit sekunder yang unik terutama sebagai
antioksidan dan dipercaya sebagai makanan kecantikan. Pengolahan Caulerpa menjadi
berbagai produk makanan yang sehat dan menarik memiliki prospek pengembangan yang
sangat baik karena proses yang ringkas, memiliki rasa dan warna yang khas.
6
PP1-06
Abstrak
7
PP3-01
Abstrak
Alga hijau Halimeda macroloba di perairan Indonesia sangat melimpah. Jenis alga
hijau ini memiliki kandungan mineral yang sangat tinggi, akan tetapi belum banyak
dimanfaatkan. Body scrub merupakan salah satu kosmetik dengan tekstur krim lembut dan
bulir scrub yang berguna sebagai exfoliating agent dalam mengangkat sel kulit mati. Tujuan
penelitian ini untuk menentukan konsentrasi yang tepat pada body scrub yang mengandung
H. macroloba. Rumput laut H. macroloba dikeringkan dan dijadikan tepung yang menjadi
bahan utama dalam body scrub. Formulasi body scrub dilakukan dengan perbedaan
konsentrasi tepung H. macroloba yaitu 1-5%. Body scrub yang diperoleh dikarakterisasi
secara fisikokimia, organoleptik dan diuji stabilitasnya. Body scrub dengan perlakuan C yaitu
penambahan 3% tepung H. macroloba merupakan perlakuan terbaik berdasarkan
karakteristik fisikokimia dan organoleptik. Selama proses penyimpanan selama 4 minggu
pada suhu kamar body scrub H. macroloba menunjukkan hasil yang stabil pada setiap
perlakuan.
8
PP3-02
Abstrak
Pembersih kulit wajah atau facial wash adalah sediaan kosmetika berbentuk
emulsi yang digunakan untuk membersihkan wajah dari kotoran dan sisa tata rias yang larut
air dan minyak secara efisien. Rumput laut Eucheuma cottonii dan Halimeda opuntia
merupakan bahan baku yang berpotensi untuk dijadikan facial wash karena memiliki
senyawa aktif yang baik sebagai pembersih kulit wajah. Tujuan penelitian ini yaitu
menentukan rasio bubur rumput laut E.cottonii dan H.opuntia terbaik untuk facial wash
berdasarkan karakteristiknya serta menganalisis sifat fisik facial wash dari rasio bubur
rumput laut terbaik. Karakteristik bubur rumput laut diuji kadar air, pH, fitokimia, viskositas
dan antioksidan. Karakteristik facial wash rumput laut diuji pH, daya sebar, daya busa,
fitokimia, viskositas, antioksidan, dan angka lempeng total. Bubur E.cottonii dan H.opuntia
terbaik rasio 1:1 memiliki senyawa aktif alkaloid, flavonoid dan saponindengan
nilaiIC50sebesar 72,85 ppm ;pH7,33±0,01; kadar air 86,85±0,056 ;viskositas 2936,33±0,00.
Karakteristikfacial wash rumput laut kenampakannya berbentuk kental, berwarna hijau
muda, beraroma wangi, teksturnya berscrub, pH 7,2 ; tinggi busa 5-10mL/10menit dengan
keadaan stabil, daya sebar 5,4 cm ;nilai IC50 sebesar 93,625 ppm, viskositas 4388±1,41 Cps ;
nilai angka lempeng total sebesar 2x101 koloni/gram.
9
PP3-03
Abstrak
Body lotion merupkan salah satu bentuk sediaan emulsi yang termasuk dalam
kosmetik pelembab. Penggunaan bahan sintetis pada lotion dapat menyebabkan efek
berkepanjangan bagi kulit sehingga mendorong munculnya inovasi mengenai penggunaan
senyawa alami yang aman bagi manusia. Hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini
yaitu untuk menentukan sifat-sifat bubur rumput laut Turbinaria conoides dan Gracilaria
verrucosa serta kombinasi terbaik dalam menghasilkan sediaan body lotion. Penelitian ini
terdiri atas tiga tahap yaitu karakterisasi bubur rumput laut, pemilihan rasio terbaik dari
kombinasi bubur rumput laut, seta evaluasi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi bubur rumput laut T.conoides dan G.verrucosa terbaik didapatkan pada rasio 2:1
dengan viskositas sebesar 3207±4,95 cP, nilai pH sebesar 7,23±0,007, kadar sulfat
4,525±0,02%., dan nilai IC50 sebesar 140,111 ppm. Bubur rumput laut T.conoides dan
G.verrucosa mengandung senyawa fitokimia alkaloid, flavonoid, dan fenol. Hasil
karakteristik fisik body lotion dengan penambahan bubur rumput laut memiliki nilai LoD
81,11%, daya sebar 2,1-4,1 cm, nilai pH 7,8, serta memiliki nilai kesukaan panelis netral
sampai suka. Hasil uji sensori penambahan bubur rumput laut memiliki pengaruh secara
nyata terhadap parameter kenampakan, warna, dan aroma body lotion.
10
PP3-04
*Korespondensi: besthd22@gmail.com
Abstrak
Efek buruk paparan sinar matahari dapat dicegah dengan pemakaian tabir surya
secara topikal. Produk yang digunakan secara topikal akan bereaksi langsung dengan kulit,
sehingga harus memenuhi standar atau persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan.
Tujuan penelitian ini mengetahui keamanan krim terpilih yaitu krim uji dengan
perbandingan E. cottonii dan Sargassum sp. (1:1) setelah penyimpanan suhu ruang selama
12 minggu melalui uji iritasi kulit. Bahan uji merupakan sediaan krim dengan perbandingan
E. cottonii dan Sargassum sp. (1:1) pada penyimpanan suhu ruang selama 12 minggu dan
bahan tanpa uji (kontrol) merupakan krim tanpa penambahan E. cottonii dan Sargassum sp.
Uji iritasi menggunakan subjek uji manusia dengan pengujian iritasi selama empat jam
(human 4-hour patch test). Hasil pemeriksaan keamanan sediaan krim uji dan krim bahan
tanpa uji menunjukkan bahwa tidak terjadi iritasi pada kulit sukarelawan saat pemakaian
sediaan selama 72 jam. Kedua sediaan krim terbukti aman digunakan secara topical karena
tidak menyebabkan kulit merah (eritema), gatal, perih, panas maupun muncul edema.
11
PP3-05
Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com
Abstrak
12
PP3-06
Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa BaratTelepon (0251) 8622909-8622906,
Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com
Abstrak
Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik alami. Bubur
rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. mengandung metabolit primer dan sekunder yang
berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan masker peel off. Tujuan dari penelitian
ini yaitu menghasilkan masker peel off yang berkhasiat mengangkat kotoran dengan
menentukan karakteristik dari rasio bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. terbaik
serta menentukan karakteristik masker peel off dari kombinasi bubur rumput laut E.cottonii
dan Sargassum sp. terbaik. Bubur rumput laut dilakukan uji karakteristik (kadar air, pH,
viskositas, fitokimia, dan antioksidan). Rasio bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum
sp. terbaik diformulasikan pada sediaan masker peel off kemudian dievaluasi (pH, viskositas,
waktu mengering, daya sebar, dan antioksidan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
kombinasi bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. terbaik pada 1:1 dengan nilai IC50
antioksidan sebesar 117,945±3,00; pH 6,60±0,21; viskositas 9.505±7,07; kadar air bubur
96,995±0,007. Kombinasi bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. mengandung
senyawa fitokimia yaitu alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan saponin. Hasil evaluasi
sediaan masker peel off dengan kombinasi terbaik memiliki nilai pH 6,73; waktu mengering
25 menit; daya sebar 6,8±0,56; viskositas sebesar 8990±14,14; antioksidan metode DPPH
sebesar 673,297±0,63 dan antioksidan metode FRAP sebesar 561,61±1,964. Kombinasi
bubur rumput laut yang digunakan sebagai bahan baku diduga potensial dalam pembuatan
masker peel off.
13
PP3-07
Abstrak
Hasil samping industri agar kertas mengandung 77,04% selulosa yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas. Penyiapan bahan baku kertas melalui proses
pulping memerlukan tahap pemucatan untuk menghasilkan pulp yang bersih yang
diindikasikan dari warna yang mendekati putih dan kadar lignin yang rendah. Perlakuan
pemucatan pada penelitian terdiri dari variasi konsentrasi peroksida sebagai pemucat, lama
waktu dan suhu perendaman dalam bahan pamucat. Perlakuan terbaik yang diperoleh
kemudian diaplikasikan dalam pembuatan kertas gramatur 80 g/m2 untuk mendapatkan
karakteristik kertas yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
untuk mendapatkan pulp sebagai bahan baku kertas adalah penggunaan 2% peroksida,
lama perendaman 1 jam, dan suhu perendaman 600C. kertas gramatur 80 g/m2 yang
dihasilkan dari pulp tersebut memiliki karakteritik ketahanan tarik 1,28 ± 0,19 kN/m,
ketahanan sobek 1088,5 ± 274,7 mN, dan porositas Bendtsen 3672 ± 531 mL/menit.
14
PP4-01
Abstrak
Ikan bandeng (Chanos chanos Forsk.) merupakan ikan yang kaya asam lemak
PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) dan protein terutama lisin yang sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Proses pengolahan dengan suhu tinggi (goreng atau presto) akan menurunkan
kualitas asam lemak dan protein. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan
kualitas lemak dan protein ikan bandeng pada proses pengolahan yang berbeda. Ikan
bandeng digoreng, dipresto dan dikukus serta ikan bandeng segar sebagai kontrol. Data
kadar air, protein terlarut, lisin, asam lemak bebas diolah dengan ANOVA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan pengolahan berpengaruh nyata terhadap penurunan
kualitas ikan bandeng. Pengolahan ikan bandeng dengan cara digoreng menurunkan
kandungan air, protein dan lisin yang paling besar serta menghasilkan asam lemak bebas
yang paling tinggi. Ikan bandeng yang digoreng mempunyai kadar air 34,95%, kadar protein
terlarut 0,70%, dan lisin 1,65% serta kandungan FFA 6,713%. Perlakuan pengolahan juga
mengakibatkan perubahan struktur daging ikan bandeng. Struktur daging ikan bandeng
goreng lebih kompak dibandingkan ikan bandeng yang dikukus dan ikan bandeng segar,
sedangkan ikan bandeng yang dipresto mempunyai struktur daging ikan yang rapuh.
Perlakuan penggorengan menurunkan kualitas ikan bandeng tetapi menghasilkan struktur
daging ikan yang kompak dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
15
PP4-02
Tri Winarni Agustini*1, Eko Nurcahya Dewi1, Ulfah Amalia1, Retno Ayu Kurniasih1
1
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
*Korespondensi penulis : tri.winarni@live.undip.ac.id; tagustini@yahoo.com
Abstrak
Kata kunci : geŬsmin, sensori, nutrisi, Spirulina platensis, ekstrak daun kemangi
16
PP4-03
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu inlet-outlet spray drying
terhadap karakteristik mikrokapsul Spirulina platensis dengan enkapsulan sodium kaseinat
dan gum arab serta mendapatkan produk mikrokapsul yang mempunyai retensi dan
efisiensi enkapsulasi yang tinggi. Mikrokapsul dibuat dari fraksi air dan fraksi minyak dengan
kadar ekstrak 0,45% dari volume total (b/v). Pembuatan fraksi air dilakukan dengan
melarutkan bahan enkapsulan yang terdiri dari sodium kaseinat dan gum arab dalam
akuades. Pembuatan fraksi minyak dilakukan dengan melarutkan ekstrak karotenoid dalam
virgin coconut oil (VCO). Fraksi air dan fraksi minyak kemudian dibuat emulsi dengan
menggunakan homogenizer kecepatan tinggi dan ultrasonic homogenizer. Emulsi
dikeringkan menggunakan spray dryer dengan variasi suhu inlet-outlet 105-60˚C, 120-65˚C,
135-70˚C, 150-75˚C, dan 165-80˚C. Parameter yang diukur adalah viskositas, rendemen,
kadar air, aktivitas air, karotenoid total, karotenoid permukaan, efisiensi enkapsulasi, retensi
karotenoid, kelarutan, warna, ukuran partikel dan morfologi partikel. Variasi suhu inlet-
outlet spray drying berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap viskositas, rendemen, kelarutan
bubuk, kadar air, aktivitas air, karotenoid total, karotenoid permukaan, efisiensi enkapsulasi
dan retensi karoten dan ukuran partikel serbuk. Perlakuan terbaik adalah suhu inlet-outlet
135-70˚C dengan nilai viskositas 92,2 cP, rendemen 14,09%, kelarutan bubuk 67,18%, kadar
air 4,73%, aktivitas air 0,33, karotenoid total 49,76 μg/mg, karotenoid permukaan 13,17
μg/mg, efisiensi enkapsulasi 73,46%, retensi karotenoid 74,55%, dan ukuran partikel 1,23
μm.
17
PP4-04
Abstrak
18
PP4-05
Program studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya, Malang-65145, Indonesia
*Penulis korespondensi: muhamadfir@ub.ac.id
Abstrak
Dodol merupakan jenis makanan yang terbuat dari tepung ketan, santan kelapa
dan gula. Pada umumnya dodol yang menggunakan bahan baku tepung ketan memiliki nilai
indeks glikemik tinggi, karena memiliki kandungan amilopektin dan serat pangan tidak larut
air yang tinggi. Kappaphycus alvarezii merupakan rumput laut yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pensubstitusi tepung ketan pada pembuatan dodol, karena memiliki
kandungan amilopektin yang lebih rendah dan berkandungan serat pangan larut air. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan substitusi proporsi K. alvarezii
terhadap tepung ketan terhadap nilai indeks glikemik dan mutu dodol K. alvarezii. Metode
yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan percobaan acak lengkap
sederhana (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan substitusi proporsi K.
alvarezii mempengaruhi nilai indeks glikemik, kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar
serat pangan, aroma, warna, tekstur dan rasa dan tidak berpengaruh terhadap kadar lemak,
kadar protein, dan iodium.
19
PP4-06
Abstrak
Maluku merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdiri
dari mempunyai berbagai jenis kekayaan laut yang cukup potensial yang sampai saat ini
belum dimanfaatkan atau dikelola secara optimal, salah satu diantaranya adalah rumput
laut (Anonimous,1984). Pemanfaatan rumput laut didaerah Maluku masih bersifat
tradisional dan hanya dikonsumsi dalam bentuk olahan, misalnya diolah menjadi sayur, acar
puding dll. Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya upaya-upaya pemanfaatan
dan pengelolaan rumput laut secara maksimal untuk pemenuhan konsumsi pangan.
Masalah lain yang dihadapi adalah masih sangat terbatasnya bentuk-bentuk olahan rumput
laut sehingga pilihanpun terbatas, karena itu perlua danya penyediaan aneka produk olahan
rumput laut atau yang mengandung rumput laut sehingga pilihanpun semakin banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bubut rumput
laut (Eucheuma cotonii) terhadap nilai gizi mie basah, dan diharapkan kiranya dapat
memperkenalkan mie basah kepada masyarakat sebagai produk oangan bergizi dan dapat
dijadikan sebagai salah satu usaha rumah tangga. Hasil Analisa subjektif menunjukan bahwa
: untuk nilai warna, rupa,tekstur, aroma dan rasa, panelis cenderung memilih mie basah
penambahan bubur rumput laut perlakuan A3 dengan konsentrasi bubur rumput laut 50%
dengan nilai Kadar Air 64,40 %, Abu 0,52 %, protein 4,54 %, Lemak 0,86 % Karbohidrat 29,66
% dan serat 0,47 %. Dari hasil penelitian ini maka dapatlah disimpulkan bahwa penggunaan
500 gr bubur rumput laut sebagai bahan tambahan pembuatan mie basah merupakan hasil
terbaik dan sesuai dengan SII.
20
PP2-01
Abstrak
21
PP2-02
1 Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijawa
3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Abstrak
Kasus susut hasil perikanan (fish loss) di Indonesia telah banyak dibahas dalam
berbagai laporan penelitian. Laporan-laporan tersebut menyebutkan besaran, penyebab,
serta upaya potensial untuk mengatasi masalah, namun tidak memberikan gambaran
tentang prospek dari upaya-upaya tersebut. Tulisan ini menyampaikan hasil penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis prospek dimaksud, dengan fokus pada 10 lokasi pendaratan
ikan penting di Pulau Jawa. Kesepuluh lokasi tersebut adalah Muara Angke, Serang,
Palabuhan Ratu, Subang, Pekalongan, Tegal, Cilacap, Pati, Malang, dan Probolinggo. Analisis
Rapfish digunakan sebagai pendekatan metodologis, di mana faktor-faktor penentu, yang
dalam hal ini disebut sebagai atribut, dikelompokkan ke dalam sejumlah dimensi, dan
dianalisis untuk menghasilkan indeks prospek keberhasilan upaya penanganan masalah
susut hasil perikanan. Dimensi adalah (i) ekonomi, (ii) alam / ekologi, (iii) kebijakan, (iv)
sarana-prasarana, dan (v) dimensi usaha. Data yang digunakan dalam analisis ini
dikumpulkan melalui konsultasi dengan pejabat perikanan yang berwenang dari masing-
masing lokasi sampel. Kompetensi pejabat dan laporan-laporan terdokumentasi seperti
statistik tahunan perikanan dan laporan teknis yang relevan dijadikan sebagai acuan utama
dalam konsultasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek dari upaya penanganan
masalah susut hasil perikanan pada umumnya kurang baik karena terkendala oleh kondisi
dua dimensi berkinerja rendah, yaitu 'dimensi sarana-prasarana' dan 'dimensi usaha'. Dari
analisis leverage, ditemukan bahwa untuk kedua dimensi berkinerja rendah ini, tiga atribut
teridentifikasi sebagai atribut pengungkit, yaitu 'sarana sistem dingin', 'prasarana
pemasaran' dan 'sarana tempat pendaratan'. Implikasi kesimpulan ini adalah bahwa
penanganan masalah susut hasil perlu diprioritaskan pada atribut-atribut ini.
Kata kunci: fish loss, potensi keberhasilan, rapfish, susut hasil perikanan, upaya penanganan
22
PP2-03
Wijopriono
Abstrak
Produk pindang adalah produk olahan hasil perikanan yang popular di Indonesia
setelah ikan asin. Pemindangan ikan pada umumnya dilakukan oleh industri skala mikro dan
kecil. Jenis-jenis ikan yang banyak di pindang adalah jenis ikan laut seperti tongkol,
kembung, dan layang. Data menunjukkan bahwa sebaran industri pengolahan pindang skala
mikro dan kecil di Indonesia terpusat di Pulau Jawa, mencapai sekitar 73%. Bahan baku
utama ikan pindang diperoleh dari Produksi hasil tangkapan di laut yang didaratkan di
pelabuhan-pelabuhan pendaratan ikan pulau Jawa, terutama oleh armada pukat cincin dan
gillnet yang beroperasi di enam WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) laut sekitarnya.
Dengan kapasitas terpasang rata-rata sekitar 62,5%, total produksi mencapai 200.331 ton
pada 2015. Meskipun total produksi bahan baku pada 6 WPP tersebut tampak cukup besar,
namun hanya 46% atau sekitar 371000 ton yang didaratkan di area pendaratan pulau Jawa,
dengan fluktuasi bulanan cukup tinggi. Daya dukung sumberdaya ikan, kebutuhan dan pola
ketersediaan bahan baku dibahas dalam makalah ini.
23
PP2-04
Yonvitner, Kiagus Abdul Aziz, Joko Santoso, Nandi Syukri, Muhammad Riyanto,
Taryono, Riyanto Umar, Surya Genta Akmal
Abstrak
Kebutuhan bahan baku industri perikanan Indonesia selalu deficit dalam jumlah
yang cukup besar baik dari yang bersumber dari penangkapan maupun dari yang budidaya.
Kalo dilihat dari struktur total produksi, sebenarnya kita cukup-cukup saja sediaan stok ikan
untuk supply bahan baku. Namun setelah dilihat kebutuhan baik konsumsi segar dan
pengolahan, maka perlu kita pikirkan langkah dalam memenuhi kekurangan bahan baku
yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan hasil perhitungan kebutuhan
bahan baku industry pengolahan serta proyeksi kebutuhan 2025 dari nilai pertumbuhan
kebutuhan bahan baku dan pertimbangan pertumbuhan industry pengolahan UMKM dan
Industri besar. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku ada kecenderungan
selalu meningkat dengan pertumbuhan bahan baku sebesar 6,07% per tahun,
pertumbuhan kebutuhan bahan baku industry tumbuh 2,25 persen pertahun dan UMKM
0,57% pertahun. Dari model proyeksi sampai 2025, maka kebutuhan bahan baku
kekurangan sebesar 5,9 juta 2019 sampai 9,9 juta ton tahun 2025. Kekurangan ini
merupakan sinyal, apakah kita akan segera mendorong tumbuhnya industry budidaya
perikanan penyedia bahan baku atau akan terus melakukan import. Sebuah pilihan yang
tidak mudah, tetapi jika kita mendorong kemandirian dan kedaulatan nelayan, maka import
tidak akan menjadi pilihan dalam pembangunan usaha perikanan nasional.
24
PP2-05
Singgih Wibowo; Syamdidi; Bagus Sediadi Bandol Utomo; Agus Heri Purnomo;
Dwiyitno; Rinta Kusumawati; Diah Ikasari; Hasta Octavini
Abstrak
Kata kunci: Susut hasil pascapanen perikanan, gillnet oseanik, susut mutu, freezerisasi,
pendapatan ABK
25
PP2-06
Abstrak
Banda merupakan salah satu wilayah fishing ground di Maluku. Produk ikan
olahan yang banyak di produksi di kepulauan Banda adalah ikan asin cakalang banda dan
bekasang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu ikan asin banda abon ikan
dan bekasang asal Banda serta profil pengolahnya. Penelitian menggunakan metode survei
pada lokasi pengolahan di Kecamatan Banda. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga
(3) kali. Analisa mutu proksimat menggunakan metode standar. Data hasil analisa disajikan
secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar, kemudian dibandingkan
dengan Standar Nasional Indonesia untuk produk sejenis. Rata-rata pengolah merupakan
kelompok kecil dalam satu keluarga atau kerabat dan tetangga terdekat, berusia produktif
dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) dan
pendapatan tertinggi berkisar antara Rp. 500.000, - Rp. 1.000.000 per bulan. Komposisi
mutu bekasang banda antara lain air 60,02%, protein 17, 18%, abu 14,12%, dan lemak
0,44%. Komposisi mutu ikan asin antara lain air 25,6%, protein 38,5%, abu 13,84%, dan
lemak 1,97%.
26
PP5-01
Abstrak
27
PP5-03
Lili Salita
Email: lilisalita1@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci: Sambal ikan asap, ikan lele dumbo, LC-MS, organoleptik
28
PP5-04
Abstrak
Pembuatan ikan tongkol asap yang dilakukan secara tradisional memiliki efek
karsinogenik dan mengakibatkan polusi udara saat proses pembakaran. Penggunaan asap
cair dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh penggunaan asap cair dari tiga jenis bahan baku terhadap nilai
sensori, proksimat, pH, dan tekstur ikan tongkol asap. Fillet daging ikan tongkol direndam
dalam asap cair ampas tebu (AT), asap cair tempurung kelapa (TK), serta asap cair ranting
kayu jati (RJ) dengan konsentrasi 5% (b/v) selama 3 jam dengan penerpan 1 jam pada suhu ±
40-500C , 1 jam pada suhu ± 50-600C , 1 jam pada suhu ± 800C. kemudian dikeringkan
bertahap selama 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan asap cair yang
berbeda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai proksimat, pH, dan kekerasan
(p<0,05). Berdasarkan nilai sensori asap cair ampas tebu menghasilkan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan asap cair lainnya, yaitu AT 7,57 ≤ µ ≤ 7,74, TK 7,09 ≤ µ ≤ 7,27, dan RJ 5,69 ≤ µ ≤
6,03. Nilai pH ikan tongkol asap pada penelitian ini adalah AT 5,1±0,1, TK 5,7±0,05, dan RJ
5,6±0,2. Sedangkan nilai kekerasannya AT 3,05±0,221 kg.f, TK 5,90±0,22 kg.f, dan RJ
3,78,11±0,42 kg.f. Asap cair ampas tebu menghasilkan ikan tongkol asap yang lebih
berkualitas dibanding asap cair tempurung kelapa dan asap cair ranting kayu jati. Asap cair
ampas tebu menghasilkan ikan tongkol asap dengan kadar air 62,43±0,14 %, kadar protein
25,68±0,32 %, kadar lemak 2,32±0,16 %, dan kadar abu 3,79 ± 0,93 %.
29
PP5-05
Abstrak
30
PP5-06
Abstrak
31
PP5-07
Resmi R. Siregar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh perbedaan kayu bakar dan
lama pengasapan terhadap mutu ikan patin asap yang meliputi: hedonik, sensori dan
komposisi kimia (air, abu, protein, lemak) dan fenol pada ikan patin asap. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan jenis (kayu karet dan
kayu rambutan) dan lama pengasapan selama (8 jam, 9 jam, dan 10 jam). Data dianalisis
dengan Anova (Analysis of Variance) dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Data hedonik dan
sensori dianalisis dengan Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Tukey. Dari hasil pengujian
hedonik diketahui bahwa panelis lebih menyukai ikan patin yang diasap dengan kayu
rambutan selama 9 jam. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaaan jenis kayu (kayu karet
dan kayu rambutan) dan lama pengasapan (8 jam, 9 jam, dan 10 jam) berpengaruh nyata (sig
0,00 < 0,05) terhadap nilai kenampakan, rasa, tekstur, dan komposisi kimia (air, abu, protein,
lemak) dan fenol dan tidak berpengaruh nyata terhadap bau ikan patin asap.
32
PP6-01
Abstrak
Ikan tuna (Thunnus Albacores) merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis
tinggi, memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi serta mempunyai rasa yang lezat.
Asam lemak merupakan asam oganik berantai panjang yang mempunyai gugus karboksil
(COOH ) di salah satu ujungnya dan gugus metil (CH3 ) di ujung lainnya (Almatsier, 2006 ).
Lemak dominan pada ikan adalah EPA dan DHA (Sukarsa, 2004). Keunggulan ikan tuna ini
perlu dibaringi dengan teknik penanganan dan pengolahan untuk tetap mempertahankan
kandungan gizi tersebut, karena ikan cepat mengalami proses pembusukan. Salah satu
proses pengolahan tersebut adalah ikan tuna kering blok. Ikan tuna kering blok merupakan
produk makanan yang bersifat semi basah dan terbuat dari tetelan daging ikan tuna,
berbentuk tipis dan lebar, yang diberi garam, asap cair dan dikeringkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Profil Asam Lemak Ikan Tuna (Thunnus Albacores) Kering Blok
Dengan Penambahan Asap Cair. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen (percobaan). Hasil analisa profil asam lemak yang diperoleh dari kedua
produk adalah, padaikan tuna kering blok tanpa bumbu terdapat 25 asam lemak, terdiri dari
SAFA 11, MUFA 6 dan PUFA 8. Sedangkan pada ikan tuna kering blok dengan penambahan
garam dan asap cair terdapat 26 asam lemak, terdiri dari SAFA 11, MUFA 6 dan PUFA 9.
Kandungan asam lemak jenuh ikan tuna kering blok tanpa dan dengan penambahan garam
dan asap cair adalah 19,94% dan 21,29%. Kandungan MUFA pada produk ikan tuna kering
blok tanpa dan dengan penambahan bumbu adalah 9,35% dan 11,77%. Kandungan PUFA
dari kedua produk tanpa dan dengan penambahan garam dan asap cair adalah 14,45% dan
16,04%.
33
PP6-02
Abstrak
Berdasarkan tipe wilayah dan mata pencaharian kepala rumah tangga di wilayah
Desa Pondok Kelor, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang terdapat banyak
bahan pangan lokal yang belum optimal dimanfaatkan. Ikan kembung jenis como dan
singkong memiliki potensi tinggi sebagai bahan dasar MP-ASI untuk anak balita. Tujuan
penelitian menghasilkan biskuit MP-ASI yang dapat diterima dan memiliki kandungan gizi
tinggi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen murni menggunakan instrumen
Visual Analog Scale (VAS) dengan 3 variasi konsentrasi pati singkong dan tepung ikan
kembung como yang berbeda yaitu 10%:20%:30% dan 20%:40%:60%. Hasil uji
organoleptik, biskuit terpilih dengan konsentrasi 20% pati singkong dan 40% tepung ikan
kembung como yang paling disukai. Analisis proksimat biskuit terpilih yaitu energi sebesar
337 kkal, karbohidrat 44,98 g, protein 14,33 g, total lemak 11,02 g, serat 0,78 g, kadar air,
6,29 g, abu 2,04 g dan angka lempeng total biskuit 4,70 x 103 cfu/g. Biskuit MP-ASI berbahan
tepung ikan kembung como dan pati singkong dapat diterima panelis serta dapat digunakan
sebagai alternatif makanan pendamping ASI.
Kata kunci : Biskuit MP-ASI, Tepung Ikan Kembung Como, Pati singkong
34
PP6-03
Dwi Setijawati
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang
Email :dwisetyawati@ub.ac.id/setijawatis@gmail.com
Abstrak
Ikan Patin (Pangasius sp) merupakan ikan hasil budidaya dan merupakan bahan
pangan lokal sumber protein yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bubur instan untuk
menungkatkan kandungan protein bubur. Bubur merupakan bahan pangan lunak dengan
bahan penyusun terbesar adalah karbohidrat dan susu skim sebagai sumber protein. Ikan
patin merupakan ikan air tawar yang mudah dijumpai yang mempunyai kandungan protein
sebesar 68,6 %. Dalam bentuk tepung kandungan protein ikan patin sebesar 60-75 g/100
gram protein, sementara kandungan protein dalam 100 g susu skim hanya sebesar 30 g.
Penambahan tepung ikan patin pada bubur diharapkan dapat meningkatkan kandungan
protein bubur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas dari bubur instan yang
difortifikasi tepung ikan patin sebagai sumber protein terhadap kualitas bubur.
Metode penelitian adalah Rancangan Acak lengkap. Variabel penelitian adalah
perlakuan konsentrasi tepung ikan patin (A) dengan sub perlakuan : A1 (tanpa penambahan
tepung ikan patin); A2 (penambahan tepung ikan 2,5%); A3 (penambahan tepung ikan
5,0%); A4 (penambahan tepung ikan 7,5%); A5 (penambahan tepung ikan 10%); A6
(penambahan tepung ikan 12,5%). Variabel terikat adalah kandungan protein, kadar air,
kadar lemak, karbohidrat, densitas kamba, kelarutan, uji seduh, waktu penyajian, dan uji
organoleptik. Pengulangan 3 kali. Analisa data menggunakan SPSS 17. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan patin pada pembuatan bubur instan
memberikan pengaruh terhadap kandungan protein bubur tetapi tidak searah dengan
organoleptik rasa dan bau yang dihasilkan.
35
PP6-04
Abstrak
Belut merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mengandung protein tinggi
dan pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik fisiko-kimia dan sensori biskuit dengan kombinasi tepung belut
(Monopterus albus). Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dengan satu faktor perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu
penambhan tepung belut sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai kadar air,
kadar lemak, kadar karbohidrat, chroma, dan kekerasan biskuit kombinasi tepung belut
yang dihasilkan. Hasil analisis sensori menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata
terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa. Produk terbaik yaitu dengan perlakuan
kombinasi tepung belut 10% yang menghasilkan produk dengan nilai kadar air 5,44%, kadar
abu 1,59%, kadar lemak 33,47%, kadar protein 8,71%, dan kadar karbohidrat 53,53%. Nilai
analisis sensori yang dihasilkan untuk kenampakan sebesar 5,78 (agak suka), aroma 5,88
(agak suka), tekstur 5,98 (agak suka), dan rasa 6,16 (suka).
36
PP6-05
Abstrak
37
PP6-06
Abstrak
The children need for nutrition was very important for growing up and to be young
generation. Decrease or increase is the once from compound nutrition what their needed
could be damage metabolism damage. Malnutrition almost attack the children from rural
area. Research aim special analysis nutrition content from anchovy fish meal with different
percentage combine with sweet corn flour at made of food supplement for the children and
how to public response and opinion about that supplement from local product of food with
high nutrition.
Result of research shown treatment with different percentage from anchovy fish
meal have been result special product food is good, with value of water 17.51 to
19.22%;crude protein value 41.12 to 45.33%, carbohydrate value 60.30-61.04%, Total Plate
Count 2x102coloni/gr ( standard 5x105col/gr). Sensoric test shown about color was change
from yellow to very yellow like color from natural corn , smooth texture, odor like milk of
meal and taste is good and panelist was very like this product, because that was new
diversification of product have made all panelist was not sure about their interpretation like
or dislike.
Keyword: anchovy fish meal, sweet corn meal , crude protein, supplement ,TPC
38
PP7-01
Abstrak
Surimi merupakan protein miofobril yang telah distabilkan dan diperoleh dari
proses pemisahan daging dan mengalami proses pencucian serta pencampuran dengan
menggunakan cryoprotectan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menghitung rendemen
pada proses potong kepala, skinning dan produk akhir surimi, (2) mengetahui pengaruh
kadar air bahan baku, pH air serta organoleptik bahan baku terhadap gel strength produk
akhir surimi. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan langsung di
lokasi praktek, melakukan pengujian kadar air bahan baku, pH air dan organoleptik bahan
baku serta melakukan analisis data menggunakan regresi linear dengan variabel terikat
adalah gel strength produk akhir surimi, variabel bebas adalah kadar air bahan baku, pH air
serta organoleptik bahan baku. Rendemen ikan Kuniran memiliki rata-rata sebesar 23,78%,
dengan nilai tertinggi pada pengamatan ke-8, yaitu 28,11%. Nilai rendemen terendah ikan
Kuniran terdapat pada pengamatan ke-1 yaitu sebesar 20,55%. Hasil rata-rata rendemen
ikan Swangi adalah sebesar 18,08%, sedangkan untuk nilai tertinggi terdapat pada
pengamatan ke-2 sebesar 25,64%. Nilai terendah rendemen ikan Swangi terdapat pada
pengamatan ke-8 yaitu sebesar 15,52%. Rendemen ikan Kuniran dan ikan Swangi sudah
memenuhi standar. Kadar air bahan baku, pH air serta organoleptik bahan baku tidak
memberikan pengaruh signifikan (nilai propability > 0,05) terhadap gel strength produk
akhir surimi.
39
PP5-02
*Korespondensi : imasetianto@gmail.com
Abstrak
Ikan lele dan gurami adalah ikan air tawar yang besar produksinya. Olahan kedua
ikan tersebut masih terbatas. Variasi olahan ikan tersebut diharapkan memberi nilai tambah
contohnya tahu bakso ikan. Tahu bakso biasanya terbuat dari daging sapi. Penggunaan ikan
sebagai bahan baku isian tahu bakso menjadi alternative produk pangan tinggi protein.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi daging ikan
terhadap kadar proksimat, tekstur dan kesukaan terhadap tahu bakso. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah RAL Faktorial 2x3. Faktor pertama adalah jenis ikan (Lele
dan Gurami) dan faktor kedua adalah konsentrasi daging ikan (30%; 40% dan 50%).
Parameter uji berupa kadar protein, air, lemak, abu, kekerasan, deformasi, kekuatan gel dan
hedonik. Analisis data menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNJ jika pengaruh
perlakuan nyata. Jenis ikan dan konsentrasi daging berpengaruh nyata terhadap kadar
protein, kadar lemak, kekerasan, deformasi dan kekuatan gel tahu bakso (P<0,05), namun
tidak berbeda nyata terhadap kadar air dan abu (P>0,05). Tahu bakso lele dengan daging
50% mempunyai kadar protein tertinggi (11,42±0,05%) dan lemak terendah (2,42 ±0,04%)
dibandingkan perlakuan lain. Nilai deformasi tahu bakso lele lebih besar (11,4-23,73 mm)
dibandingkan tahu bakso gurami (10,33-13,9 mm). Secara keseluruhan tahu bakso ikan lele
lebih disukai dibandingkan tahu bakso gurami.
40
PP7-02
Abstrak
Penelitian sifat fungsional surimi dari berbagai jenis ikan demersal dan ikan air
tawar telah dilakukan. Ikan demersal yang diamati adalah ikan kurisi (Nemipterus sp),
tigawaja (Pseudoceana sp), kuniran (Lutjanusmonostigma), coklatan (Pennahis spp), mata
belok (Priacanthus sp) serta pepetek (Leiognathus sp). yang diperoleh dari Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) di Belanakan Subang. Sedangkan jenis ikan air tawar yang digunakan
adalah ikan mujair (Tilapia mussambicha), ikan nila (Osteochillus niloticus). ikan sepat
(Trichogaster pectro), tambakan (Helostoma sp) dan tawes (Puntius javanicus) yang
diperoleh dari TPI di Cisaat Sukabumi. Pengolahan surimi dilakukan dengan pemotongan
kepala, pencucian, pemisahan daging, pencucian daging ikan dengan suhu 4-5oC sebanyak
3 x, pengurangan kadar air, penghilangan benda benda asing, pencampuran dengan
kryoprotektan, dan pembekuan. Pengamatan dilakukan terhadap rendemen, proksimat,
pH, protein larut garam, kekuatan gel, stabilitas emulsi, derajat putih, daya ikat air, cemaran
mikroba, uji sensori terhadap uji kesukaan, uji lipat dan uji gigit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan rendemen, profil tekstur, derajat putih dan sifat sensori
maka untuk ikan demersal yang menghasilkan surimi terbaik adalah coklatan kemudian
diikuti dengan tiga waja dan kurisi. Sedangkan pada ikan air tawar ikan yang menghasilkan
surimi terbaik adalah tawes, nila dan mujair. Rata rata ikan demersal mempunyai
rendemen, daya ikat air, stabilitas emulsi dan protein larut garam yang lebih baik
dibandingkan dengan ikan air tawar. Sedangkan Ikan air tawar mempunyai sifat gel dan uji
sensori yang lebih baik dibandingkan dengan ikan demersal.
Kata Kunci : Surimi, ikan demersal, ikan air tawar, sifat fungsional surimi
41
PP7-03
Abstrak
Ikan bandeng adalah salah satu jenis ikan air payau yang mempunyai prospek
cukup baik untuk dikembangkan, namun jenis olahan bandeng saat ini cenderung menjadi
bahan makanan klasik yang tingkat konsumsinya relatif rendah, sehingga perlu adanya
diversifikasi produk ikan bandeng untuk menarik minat masyarakat. Salah satu olahan ikan
bandeng tersebut adalah nugget. Nugget yang berasal dari produk hewani mengandung
kadar lemak yang tinggi dan kadar serat yang rendah. Sehingga diperlukan suatu bahan yang
dapat meningkatkan kadar protein dan serat pangan, yaitu disubstitusi dengan tepung
jamur tiram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap karakterisik fisikokimia produk nugget
ikan bandeng (Chanos chanos). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksperimen. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
sederhana dengan perlakuan konsentrasi tepung jamur tiram A (0gr), B(5gr), C(10gr),
D(15gr), E(20gr) dan 4 kali ulangan. Parameter uji yang dilakukan adalah uji proksimat,
tekstur, angka peroksida, aw, pH, dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan substitusi
tepung jamur tiram terbaik pada nugget ikan bandeng yaitu sebesar 5 gram dengan hasil
analisis karakteristik yaitu kadar protein 11,09%, kadar air 48,30%, kadar lemak 1,64%,
kadar abu 1,60%, kadar karbohidrat 37,37%, kekerasan 533,13, aw 0,85, pH 6,52, serat
pangan 5,06%, angka peroksida 3,75 Milimol/g, dan hasil uji organoleptik yaitu rasa 6,03
warna 5,97 tekstur 5,53 dan aroma 6,37. Untuk selanjutnya perlu dilakukan pengujian
tentang lama masa simpan dari nugget ikan bandeng tersebut.
42
PP7-04
Aisyah A Mahdiyyah
(Dibimbing oleh Yayat Dhahiyat, Iis Rostini, dan Rusky I Pratama). 2017.
Abstrak
Kata kunci: Antimikroba, edible coating, ikan lele, mikroba, dan sosis
43
PP7-05
Abstrak
44
PP8-01
Abstrak
45
PP8-02
Abstrak
Riset ini bertujuan untuk mengembangkan bahan pengemas produk ikan asap
menggunakan bioplastik berbahan dasar kitosan dari sisik ikan dalam mengembangkan
kualitas pangan nasional. Riset ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi produsen ikan
asap dalam memproduksi produk dengan kualitas yang jauh lebih baik. Selain itu, konsumen
dapat memperoleh jaminan keamanan dalam mengkonsumsi produk ikan asap. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi mutu nutrisi kitosan sisik ikan kakatua, dan
menjajaki kemampuan nanokitosan sebagai antibakteri dan antijamur pada produk ikan
asap yang direndam dan disimpan pada suhu dingin. Untuk mempertahankan mutu dan
meningkatkan daya simpan ikan cakalang asap perlu dilakukan metode pengemasan
menggunakan bioplastik. Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan seperti layaknya
plastik konvensional, namun plastik tersebut akan terurai oleh aktivitas mikroorganisme
ketika dibuang ke tanah. Sifat yang lain dari bioplastik yaitu dapat dihancurkan secara alami
atau mikrobiologis, bahan bioplastik sebaiknya mudah diperoleh dengan siklus waktu
penyediaan yang singkat (terbarukan). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai
bioplastik adalah kitosan. Kitosan merupakan modifikasi dari senyawa kitin yang banyak
terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae, seperti udang dan kepiting. Selain itu,
senyawa kitin juga terdapat pada sisik ikan. Kitosan mempunyai gugus aktif yang akan
berikatan dengan mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhannya. Untuk
mengevaluasi mutu kitosan dan nanokitosan sebagai bioplasktik, telah dilakukan uji coba
perendaman ikan cakalang asap yang disimpan dalam keadaan dingin dengan melihat
kapasitas antimikroba dan anti jamur. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa Karakteristik
kitosan dari sisik ikan kakatua dengan menggunakan analisa : Kadar Air, Kadar Abu, Kadar
Protein dan Derajat Deasetilisasi menunjukkan bahwa kitosan yang digunakan pada
penelitian ini memiliki nilai kadar air 4,99 %, kadar abu 1,02 % kadar protein 0,8 % dan
Derajat Deasetilisasi 73 %. Kemurnian kitosan dapat dilihat dari kadar air dan kadar abu.
Semakin rendah kadar air dan kadar abu maka semakin murni kitosan yang dihasilkan.
Selain itu derajat deasetilisasi juga mempengaruhi kereaktifan kitosan. Kadar air yang
rendah dapat menekan atau mengurangi kerusakan pada kitosan, misalnya terhindar dari
adanya aktivitas mikroorganisme. Semakin rendah kadar air, maka dapat memperpanjang
daya simpan kitosan (Fadli et al, 2017). Hasil aplikasi perendaman nanokitosan pada ikan
cakalang asap sebelum diasap memiliki nilai terbaik berdasarkan analisis organoleptic, TPC
dan total jamur selama 6 hari penyimpanan pada suhu dingin. Secara keseluruhan
nanokitosan dapat mempertahankan kualitas sensoris ikan cakalang asap dibandingkan
tanpa nanokitosan, juga dapat memperpanjang masa simpan produk.
Kata kunci : Citosan, Sisik ikan kakatua, pengasapan, ikan cakalang, nanokitosan.
46
PP8-03
Abstrak
Optimasi formula bioplastik berbahan dasar kappa karaginan dan polivinil alkohol
dipelajari menggunakan rancangan dua level, dua faktor menggunakan program Design
Expert 11® dengan Respon Surface Methodology (RSM) Central Composite Design (CCD).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi kappa karaginan dan polyvinyl
alkohol yang optimal dalam pembuatan bioplastik. Pengaruh komposisi kappa karaginan
dan polivinil alkohol dikarakterisasi. Hasilnya menunjukkan efek kappa karaginan dan
polivinil alkohol memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap respon ketebalan, kuat
tarik, burst strength, pemanjangan, kelarutan air, laju permeabilitas uap air, opacity, warna
dan kadar air. Hasil kalkulasi diperoleh kondisi yang dioptimalkan kappa karaginan 1,21%
dan polivinil alkohol 1,93% dengan hasil ketebalan 0,044 mm, kuat tarik 16,69 MPa, burst
strength 167,86 kPa, pemanjangan 81,79%, kelarutan air 65,04%, laju permeabilitas uap air
7,49 g/m s Pa x 10-11, opacity 2,31, ΔE 2,42, dan kadar air 19,13%.
Kata Kunci: Bioplastik, kappa karaginan, polivinil alkohol, respon surface methodology
47
PP8-04
Abstrak
48
PP8-05
Abstrak
Kata Kunci: Microwave oven, nanopartikel, seng oksida, ekstrak Sargassum sp., ekstrak
Padina sp.
49
PP8-06
Pipih Suptijah
Abstrak
50
PP9-01
Abstrak
51
PP9-02
Abstrak
52
PP9-03
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Jl. KS. Tubun-petamburan VI, Jakarta.
Kontak person: bagus_sbu@yahoo.com
Abstrak
Kata kunci: Eucheuma cottonii, limbah, ATC, pupuk, electric conductivity, total dissolved
solid.
53
PP9-04
Abstrak
54
PP9-05
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu barrel pada ekstruder pada
penggunaan tepung bungkil dan menir kedelai sebagai salah satu bahan dalam pembuatan
pakan ikan. Pakan ikan dibuat dengan menggunakan formula modifikasi dari Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dan menggunakan mesin ekstruder. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu barrel pada ekstruder dengan
penggunaan tepung bungkil dan menir kedelai terhadap sifat fisik pakan ikan yang
dihasilkan. Suhu barrel pada ekstruder saat penambahan bungkil kedelai yaitu 70,7°C dan
122,82°C, sedangkan suhu barrel pada ekstruder saat penambahan menir kedelai yaitu
81,88°C dan 105,54°C; penambahan tepung bungkil kedelai pada formula A sebanyak 15%,
dan penambahan tepung menir kedelai pada formula B sebanyak 15%, sedangkan
komposisi bahan lainnya tetap sama. Sifat fisik pakan ikan yang dianalisa yaitu daya apung
(floatability), bulk density, dan tingkat homogenitas. Data penelitian kemudian diolah
dengan menggunakan MiniTab versi 17 untuk mencari pengaruh suhu barrel dalam
ekstruder pada jenis tepung yang berbeda terhadap sifat fisik pakan ikan yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu barrel berpengaruh nyata terhadap bulk density
dan floatability, sementara suhu barrel tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
homogenitas. Jenis tepung yang digunakan berpengaruh nyata terhadap bulk density dan
floatability, sementara suhu barrel tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat homogenitas.
Floatability memiliki korelasi terbalik dengan bulk density sebesar 0,841, tingkat
homogenitas memiliki sedikit korelasi dengan bulk density sebesar 0,159.
Kata kunci : suhu barrel dalam ekstruder, tepung bungkil kedelai, tepung menir kedelai,
pakan ikan, sifat fisik
55
PP9-06
1) Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
Korespondensi : *madesuhandana@gmail.com
Abstrak
56
PP10-01
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
mirna.ilza@yahoo.co.id
Abstrak
Biskuit merupakan makanan tambahan bagi balita. Biskuit yang beredar di pasaran
adalah biskuit yang mengandung asam lemak trans yang kurang aman dikonsumsi balita.
Oleh sebab perlu diciptakan biskuit yang aman dikonsumsi balita dengan melakukan
penambahan minyak ikan dalam pembuatannya, selanjutnya biskuit dapat diberikan untuk
anak bergizi buruk dan bergizi kurang. Aplikasi pemberian biskuit adalah 50 gram/hari bagi
anak yang berat badannya sangat kurang dari standar WHO, 40 gram/hari bagi anak yang
berat badannya kurang dari standar WHO, dan 30 gram/hari bagi anak yang berat badannya
sesuai standar WHO. Setiap minggu (selama 8 minggu) dilakukan penimbangan berat badan
anak balita, sekaligus melakukan pengamatan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, dan
sosial emosi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian biskuit 50 gram/hari
pada anak gizi buruk dapat menaikan berat badan >100 gram per minggu pada anak umur 3
– 4 tahun, sedangkan anak umur 1 – 2 tahun pertambahan berat badannya rata-rata < 100
gram per minggu. Berarti pemberian biskuit sebanyak 50 g/hari dapat memulihkan berat
badan anak umur 3 – 4 tahun pada anak balita gizi buruk. Pemberian biskuit 40 gram/hari
dapat menaikan berat badan >100 gram per minggu. Berarti biskuit dengan dosis 40
gram/hari dapat menambah berat badan anak umur 1 – 4 tahun di atas 100 gram per
minggu (bagi anak yang berat awalnya kurang dari standar WHO atau anak gizi kurang).
Pemberian biskuit 30 gram/hari dapat menaikan berat badan >100 gram per minggu. Berarti
pemberian biskuit 30 gram/hari pada anak balita yang berat badannya sesuai standar WHO
atau normal, dapat menambah berat badan anak umur 1 – 4 tahun di atas 100 gram. Jika
pertambahan berat badan berada dalam batas-batas skala 100 gram per minggu berarti
anak balita tumbuh sehat.
Berdasarkan berat badan awal anak tanpa penambahan biskuit, diketahui 33,3%
memiliki pertambahan berat badan yang normal dan 66,3% memiliki pertambahan berat
badan yang terlambat. Setelah dilakukan pemberian biskuit didapatkan pertambahan berat
badan ke arah yang lebih baik yaitu 87,4% memiliki berat badan normal sesuai umurnya dan
sisanya 13,6% masih memiliki perkembangan berat badan terlambat yaitu anak yang berat
badan awalnya sangat kurang dari standar WHO.
Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh jumlah biskuit yang diberikan
pada balita. Jadi secara anatomis, pertumbuhan akan terjadi pada struktur tubuh anak yang
bertambah secara proporsional seiring dengan bertambahnya umur anak. Berat badan awal
yang kurang akan menghambat laju pertambahan berat badan anak, secara langsung dapat
menghambat pertumbuhan anak, akibatnya proporsi struktur tubuh anak tidak sesuai
dengan umurnya yang pada akhirnya semua itu akan berimplikasi pada perkembangan
lainnya. Pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan motorik kasar dan
motorik halus, kognitif, bahasa, dan sosial-emosi anak balita.
Abstrak
Asam lemak omega-3 Docosa Heksanoic Acid (DHA) sangat dibutuhkan untuk
perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan bayi utamanya dalam seribu pertama
kehidupan, tetapi kendalanya asam lemak tak jenuh ini mudah sekali teroksidasi. Teknik
ekstraksi sentrifugasi dingin dan mikroenkapsulasi digunakan untuk menjaga mutu virgin
fish oil mata tuna kaya DHA dan memudahkan aplikasi ke dalam produk pangan. Penelitian
ini bertujuan membuat mikroenkapsulat virgin fish oil mata tuna untuk sediaan fortifikasi
pada makanan pendamping ASI. Mikroenkapsulasi terbaik diperoleh dari perlakuan
perbandingan minyak dan penyalut 1:2 dan lama homogenisasi 10 menit dengan efisiensi
93,99%, berbentuk bulat berlekuk dengan ukuran rata-rata 4,37 µm, berwaran putih tulang
dengan tekstur halus. MP-ASI instan terbaik dengan takaran saji 36,5 g dan pengayaan 3,6%
mikrokapsul minyak ikan menyumbangkan energi total 146 kkl, % sumbangan AKG
karbohidrat 34%, protein 22%, lemak 6%, omega-3 21% untuk bayi berusia 7-11 bulan.
Kata kunci: Asam lemak omega-3, fortifikasi, mata tuna, mikroenkapsulasi, minyak ikan, MP-
ASI, sentrifugasi dingin.
58
PP10-03
Ema Hastarini*1, Diah Lestari Ayudiarti1, Rodiah Nurbayasari1 dan Jamal Basmal1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Email: emahastarini@gmail.com
Abstrak
Pada proses pengolahan fillet ikan patin umumnya didapatkan hasil samping
diatas 50% yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu diantaranya adalah lemak
simpanan (lemak abdomen) yang merupakan sumber potensial asam lemak essensial yang
dibutuhkan oleh tubuh. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi minyak ikan dari
bagian lemak abdomen ikan patin serta proses pemurnian menggunakan variasi adsorben
yaitu bentonite, radiolite dan magnesol dengan konsentrasi masing-masing sebesar 1%.
Proses ekstraksi dilakukan dengan tahapan proses pemanasan pada suhu 70oC selama 30
menit, dilanjutkan proses penyaringan dan pemisahan menggunakan corong pisah. Proses
pemurnian dilakukan dengan penambahan NaCl dan NaOH untuk mengikat air dan kotoran
serta menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak, kemudian dilanjutkan
penambahan adsorben untuk memperbaiki kualitas minyak. Rendemen minyak ikan kasar
yang dihasilkan adalah sebesar 58,58% sedangkan minyak ikan murni yang didapatkan dari
proses pemurnian menggunakan adsorben bentonite, radiolite dan magnesol berturut-
turut sebesar 38,03%; 38,77% dan 50,64%. Hasil analisa asam lemak bebas minyak ikan
kasar sebesar 4,58%, angka peroksida 6,24 meq/kg sampel, angka penyabunan 92,53 dan
angka Iod 53,21. Penggunaan adsorben radiolite mampu menurunkan kandungan asam
lemak bebas menjadi sebesar 2,34% dan angka peroksida 0,38 meq/kg sampel sedangkan
adsorben jenis bentonite dan magnesol mendapatkan minyak ikan murni dengan
kandungan asam lemak bebas dan angka peroksida berturut-turut sebesar 3,18% dan 4,16
meq/kg serta 3,09% dan 3,02 meq/kg. Proses pemurnian menggunakan adsorben jenis
radiolite menghasilkan minyak dengan kualitas terbaik dibandingkan dua jenis adsorben
lainnya.
59
PP10-04
Abstrak
Margarin adalah mentega tiruan yang digunakan untuk olesan, baking, dan
memasak. Umumnya dibuat dari minyak nabati, yang sebagian besar tidak jenuh dan cair
pada suhu kamar. Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan proses hidrogenasi agar padat.
Hidrogenasi membuat lemak tak jenuh berubah menjadi lemak trans, yang sangat beracun
dan sangat terkait dengan penyakit jantung. Penghilangan proses hidrogenasi dilakukan
dengan penggunaan asam lemak stearin, namun stearin yang merupakan fraksi padat dari
minyak kelapa sawit memiliki slip melting point yang tinngi sehingga menyebabkan tekstur
margarin menjadi keras. Oleh karena itu, ditambahkan minyak ikan dalam bentuk refined
fish oil untuk membentuk tekstur margarin yang plastis seperti margarin komersial. Agar
margarin yang dihasilkan tidak hanya mengandung asam lemak EPA dan DHA saja maka
perlu juga ditambahkan minyak hati ikan hiu agar margarin yang dihasilkan sempurna juga
mengandung Vitamin A. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
penambahan proporsi Refined Fish Oil dan stearin yang berbeda terhadap produk margarin,
yang dilanjutkan dengan penambahan minyak hati hiu yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan proporsi terbaik terdapat pada proporsi stearin 60% dan
minyak ikan 40% yang memiliki bilangan peroksida 7,24 meq/1000g, bilangan iod 66,05
g/100g , asam Lemak Bebas 1,56%, kadar Air 0,39% .Pada uji titik leleh margarin sampel B
memiliki titik leleh 39,63 °C dan nilai organoleptik aroma dan rasa sebesar 3,35 dan 3,55
yang berarti panelis agak tidak menyukai produk, warna sebesar 4,52 yang berarti panelis
agak menyukai produk dan tekstur sebesar 5,48 yang berarti panelis menyukai produk. Pada
analisa profil asam lemak margarin sampel B memiliki kandungan omega-3 sebesar 12,51%
dan omega-6 1,42%. Penambahan minyak hati hiu sebesar 2g tidak memberikan perbedaan
dengan perlakuan lainnya khususnya pada kadar vitamin A nya yaitu sebesar 4868,3
IU/gram. Harapannya dengan dihasilkannya fish margarin ini, menu makanan kita menjadi
lebih sehat.
60
PP10-05
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proses pengeringan ekstrak tulang hiu
(Prionace glauca) yang optimum untuk mendapatkan sedian anti-aging yang stabil. Metode
penelitian adalah eksperimental laboratoris dengan perlakuan Cab Osil sebagai absorber
pada konsentrasi yang berbeda yaitu (A) 12,5%, (B) 12,75 % dan C (13,25%). Avicel PH 101
dan HPMC digunakan sebagai bahan pembawa masing 90% dan 10% dari hasil freeze dried.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi optimum dilakukan pada suhu 50oC selama 8
jam dengan pengadukan secara kontinyu menggunakan hot plate magnetic stirrer untuk
tetap menjaga kestabilan suhu. Preformulasi yang optimum adalah Cab Osil 12,75% sebagai
absorber, Avicel pH 101 90% dan HPMC 1% sebagai pembawa. Karakteristik freeze dried
ekstrak tulang hiu : Termogram dari ekstrak tulang hiu menunjukkan adanya puncak lebur
yang identik dengan puncak lebur dari pembanding glukosamin dan kondroitin pada sekitar
suhu 170°C dan 210°C. Difraktrogram dari ekstrak tulang hiu juga menunjukkan puncak-
puncak kristalin yang identik dengan difraktrogram pembanding glukosamin dan kondroitin
pada posisi 2Ø, antara 20°- 30°. Spektra infra merah ekstrak juga menunjukkan adanya pita
serapan yang identik dengan spektra infra merah dari bahan pembanding glukosamin dan
kondroitin pada bilangan gelombang 3200-3300 cm-1, 2890-2900 cm-1, dan 1600-1659 cm-1.
61
PP10-06
1. Departemen Teknlogi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Pekanbaru. Jl. HR. Subrantas KM 12.5 Sp. Panam. Pekanbaru-Riau
Korespodensi: rini_abrar@yahoo.com
Abstrak
Ikan Patin satu jenis ikan budidaya dapat diolah menjadi produk olahan salah
satunya adalah bakso. Bakso makanan olahan yang sangat disukai dan memiliki
karakteristik fisikokimia yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, Tujuan
penelitian untuk mengetahui karakteristik fisiko-kimia bakso ikan patin dengan
penambahan hidrokoloid (kappa, iota-karagenan dan gum arab). Penelitian dilakukan
dengan melakukan penambahan hidokoloid kapa iota-karagenan, dan gum arab) dengan
konsentrasi 0.5, 1.0, dan 1.5% dan tanpa penambahan hidrokoloid. Karakteristik kimia
bakso ikan patin dengan penambahan kappa, iota dan gum arab, berpengaruh nyata
terhadap kadar air, abu, lemak dan protein. Hasil analisis protein bakso dengan
penambahan iota–karagenan 1.5% sebesar 19.63 %, dan karakteristik fisik (uji lipat) yang
memberikan nilai A (sedikit retak apabila dilipat) penambahan kapa-karagenan 1.5%.
Karakteristik fisik bakso ikan patin dengan penambahan kapa, iota-karagenan, dan gum arab
dengan konsentrasi 0.5, 1.0, dan 1.5% juga memberikan pengaruh nyata terhadap uji lipat.
62
PP11-01
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan kulit dan tulang ikan ekonomis
rendah yang berasal dari PPN Karangantu sebagai bahan baku gelatin. Metode perendaman
kulit dan tulang ikan dilakukan dengan 4 perlakuan yaitu perendaman asam, asam
bertingkat, basa dan asam basa selama 24 jam, selanjutnya ektraksi dengan akuades selama
2 jam pada suhu 600C. Ekstrak gelatin disaring dan dikeringkan pada suhu 500C selama ± 36
jam, sehingga diperoleh lembaran gelatin. Kondisi optimum gelatin dari kulit dan tulang ikan
ekonomis rendah yang dihasilkan dianalisis berdasarkan rendemen dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan rendemen gelatin dengan perlakuan asam, basa, asam basa
dan asam bertingkat berturut-turut 3.5%, 1.67%, 1% dan 2%. Hasil uji organoleptik terhadap
gelatin yang dihasilkan untuk parameter warna perlakuan basa tidak jauh berbeda dengan
gelatin komersial yaitu antara coklat kekuningan dan sampai kuning keputihan. Parameter
bau pada uji organoleptik masih terdapat aroma ikan jika dibandingkan dengan gelatin
komersial yang tidak berbau (netral).
63
PP11-02
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu pengeringan ekstrak gelatin dari
kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) terhadap karakteristik mutunya. Gelatin dari kulit ikan
nila (Oreochromis niloticus) diproses dengan proses asam menggunakan asam asetat
0,05M. Proses pengolahan gelatin meliputi degreassing, demineralisasi, pencucian,
ekstraksi dan pengeringan. Degreassing dilakukan dengan pencelupan kulit ikan nila dalam
air dengan suhu ± 60 oC selama ± 10 detik, kemudian ditiriskan. Demineralisasi dilakukan
dengan perendaman kulit ikan nila dalam larutan 0,05 M selama 2 jam dan dilanjutkan
proses pencucian hingga tercapai nilai pH yang mendekati netral, dan dilakukan ekstraksi
pada suhu 80oC selama 3 jam. Kemudian, filtrasi dilakukan menggunakan kain saring
berukuran 300 mesh dan pengeringan pada suhu ruang (20 – 25 oC) dan 55 oC sampai kering.
Gelatin kulit ikan nila yang diperoleh dikarakteristik mutu warna, kekuatan gel dan gugus
molekul gelatin. Karakteristik warna gelatin diukur berdasarkan nilai L, a*, b* yang
menunjukkan kecerahan warna. Nilai warna gelatin yang diperoleh dari suhu pengeringan
pada suhu ruang (20 – 25 oC) dan 55 oC memiliki kecerahan warna yang hampir sama yang
ditunjukkan oleh nilai L yaitu ± 69, sedangkan nilai a* dan b* dari gelatin yang diperoleh dari
suhu pengeringan 55 oC lebih besar daripada suhu ruang (20 – 25 oC). Kekuatan gel gelatin
kulit nila yang diperoleh dari suhu pengeringan (20 – 25 oC) sebesar 240 g bloom, lebih besar
daripada suhu pengeringan 55 oC sebesar 215 g bloom. Struktur gugus molekul gelatin dari
kedua perlakuan suhu pengeringan tersebut tidak berbeda yaitu berkisar antara 1363 cm-1
dan 1744 cm-1 yang menunjukkan terdapat struktur gugus molekul protein double helix yang
merupakan pecahan dari struktur molekul triple helix kolagen yang terhidolisis dalam
proses ektraksi.
64
PP11-03
Abstrak
Kata Kunci: kulit ikan paha-paha, krom, sintan, mutu kulit tersamak
65
PP11-04
Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian UGM Jl. Flora No. 01 Kampus UGM Bulaksumur
Yogyakarta 55281 Tlp. (274)-551218, HP. 0813-9246-7235 Korespondensi
(Latifsahubawa2004@yahoo.com ; lsahubawa@ugm.ac.id)
Abstrak
Kata kunci: mimosa, syntan, formalin, mutu, penyamakan, kulit nila hitam, SNI
66
PP11-05
Abstrak
67
PP11-06
Abstrak
68
PP12-01
Abstrak
Kata kunci: olahan ikan, pH, peroksida, TBA dan tingkat Kesukaan konsumen
69
PP12-02
Abstrak
Kata Kunci : cookies, flakes, mie kering, fortifikasi, spirulina, kayu manis, off-flavor, SMPE
70
PP12-03
Abstrak
Bontot merupakan salah satu produk gel ikan (fish jelly product) khas Provinsi
Banten yang tersebar di beberapa desa khususnya Desa Domas, Kabupaten Serang. Bahan
baku dalam pembuatan bntot adalah ikan payus yang diperoleh dari tambak bandeng
tradisional. Ketersediaan ikan payus sangat fluktuatif, hal tersebut menyebabkan harga ikan
relatif mahal dan menjadi kendala bagi pengolah bontot sehingga mempengaruhi harga
produk. Kondisi tersebut menyebabkan produsen mengurangi produksinya. menyebabkan
harga jual yang relatif mahal. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
mencari pengganti ikan payus yang memiliki tekstur menyerupai ikan payus dan berprotein
tinggi yaitu ikan bulan bulan (Megalops cyprinoides). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan karakteristik bontot terbaik dari kombinasi ikan payus dan ikan bulan bulan
berdasarkan sifat fisik, kimia dan mikrobiologi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari-Juni 2016 di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Konsentrasi perlakuan yang digunakan dalam
pembuatan bontot kombinasi ikan payus dan bulan bulan adalah A (12,5% P + 87,5% B), B
(2,5% P + 7,5% B), C (37,5% P + 62,5% B), D (50% P + 50% B), E (62,5% P + 37,5% B), K1 (100% P
+ 0% B), K2 (0% P + 100% B). Tahapan penelitian bontot terdiri dari pengukuran morfologi,
rendemen, proksimat, nilai pH dan TVB pada ikan payus dan ikan mujair. Bontot kombinasi
yang dihasilkan diuji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur), fisik (uji lipat dan gigit), TPC
dan proksimat. Karakteristik bontot terbaik dari kombinasi daging ikan payus dan bulan
bulan adalah perlakuan C (37,5% P + 62,5% B). Karakteristik fisik perlakuan terhadap uji lipat
(4,07), gigit (6,77), parameter warna (putih), aroma (khas ikan), rasa (enak dan gurih), dan
tekstur (tidak keras) serta bontot kombinasi yang dihasilkan mendekati bontot komersil,
sehingga panelis berpendapat cukup baik dan dapat diterima. Berdasarkan karakteristik
kimia perlakuan C memiliki kadar air 50,50%, abu 2,42%, lemak 0,32%, protein 5,67% dan
karbohidrat 41,09% dan mikrobiologi yaitu 1,6 x 104 (4,20) CFU/g di bawah ambang batas
sehingga bontot kombinasi layak untuk konsumsi.
Kata kunci: bontot, ikan bulan bulan, ikan payus, karakteristik, tekstur
71
PP12-04
1* Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Kristen Artha Wacana, Jl.
Adisucipto, Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur
2 Staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Kupang,
Abstrak
Kata Kunci : fermentasi, bakasang ikan tembang, nilai proksimat, pasteurisasi, sterilisasi
72
PP1-01
ABSTRAK
Bioteknologi
73
BO1-01
Abstrak
Rumput laut Eucheuma cottonii merupakan salah satu tanaman yang memilki
senyawa bioaktif yang dapat menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat sebagai
antibakteri, antioksidan, antikoagulan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
bahwa ekstrak rumput laut Eucheuma cottonii memiliki senyawa antibakteri yang dapat
menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli serta mengetahui
diameter zona hambat minimum pada bakteri S. aureus dan bakteri E. coli. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu melakukan pembuatan ekstrak
rumput laut (E. cottonii). Konsentrasi ekstrak rumput yang digunakan adalah 0,02, 0,1, 0,5%.
Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian ekstrak E. cottonii mempunyai
efek antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan bakteri E. coli yang ditunjukkan dengan
terbentuknya zona hambat disekitar sumur agar. Konsentrasi hambat minimum ekstrak E.
cottonii terhadap bakteri S. aureus adalah 0,5% dengan zona hambat rata-rata sebesar
14,33±1,52mm dan untuk bakteri E. coli 0,5% dengan zona hambat rata-rata sebesar
20,33±1,52mm.
74
BO1-02
Abstrak
Ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan oleh
bakteri maupun mikroorganisme lainnya. Kitosan mempunyai gugus aktif yang akan
berikatan dengan mikroba sehingga dapat menghambat tumbuhnya mikroba. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi kitosan yang optimal sebagai bahan
anti mikroba sehingga bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan ikan segar.
Metode penelitian menggunakan desain eksperimental dengan melakukan sintesis kotosan
dari kitin yang terkandung dalam cangkang rajungan, kemudian dari berbagai konsentrasi
yang didapatkan diujikan kepada ikan yang dijadikan sampel uji. Dari hasil pengujian
tersebut akan dilakukan analisa perkembangan bakteri pada ikan yang diberikan sintesis
kitosan dan kemudian dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa pemberian sintesis
kitosan. Kitosan yang berasal dari limbah rajungan memiliki karakteristik berupa sifat fisik
diantaranya kadar air 8,9%, kadar abu 0,7%, kadar protein 0,6% dan derajat diasetilasi
87,5%. Hasil uji mikroba menunjukkan bahwa perlakuan dengan kitosan 2 % pada ikan patin
penyimpanan 14 jam (A2B14) memberikan hasil pertumbuhan mikroba paling sedikit sebesar
5,8.102 Sel/ mL. Perbedaan banyaknya mikroba yang tumbuh pada penggunaan kitosan
1,5% dan 2% tidak terlalu signifikan, oleh karena itu penggunaan kitosan 1,5% lebih
optimum dibandingkan dengan konsentrasi 2%. Dengan demikian, kitosan dapat digunakan
sebagai antimikrobia pada ikan patin.
75
BO1-03
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menggali potensi antibakteri dari dua jenis alga
laut (Caulerpa sertularoides dan padina australis) asal perairan Sulawesi Utara khususnya
perairan Pulau/Desa Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi
Utara. Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah ekstrak kasar metanol, fraksi air, etil
asetat dan hekasana dari kedua alga laut di atas. Ekstrak metanol diperoleh dengan metode
maserasi; fraksi air, etil asetat dan hekasana diperoleh dengan metode partisi bertingkat
pada ekstrak metanol. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherchia coli TCC 25922. Jenis metode yang
digunakan dalam pengujian ini adalah Disk diffusion testing dimana aktivitas antibakteri
ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat. Analisa fitokimia dilakukan secara kualitatif
yaitu menguji ada tidaknya senyawa fenolik, flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid
didalam sampel. Hasil analisis menunjukkan bahwa S. aureus (bakteri gram positif) lebih
sensitif terhadap ekstrak metanol C.sertularoides, fraksi heksana C.sertularoides, fraksi
etilasetat C.sertularoides dan ektrak metanol P.australis dibandingkan dengan E. coli
(bakteri gram negatif), sebaliknya E.coli (bakteri gram negatif) lebih sensitif terhadap fraksi
air C.setularoides, fraksi heksana P.australis, fraksi etilasetat P.australis, dan fraksi air
P.autralis dibandingkan S.aureus (bakteri gram positif). Hasil analisis fitokimia
menunjukkan bahwa fraksi etilasetat C.sertularoides mengandung hampir semua
komponen fitokimia, sedangkan ekstrak dan fraksi lainnya hanya sedikit komponen
fitokimia yang terdeteksi. Secara keseluruhaan dapat disimpulkan bahwa C.sertularoides
dan P.australis berpotensi sebagai sumber antibakteri alami.
76
BO1-04
Abstrak
77
BO1-05
Iriani Setyaningsih*1, Nur Indah Sari1, Rifki Anugerah1, Kustiariyah Tarman1, 2, Ella
Salamah1, Mega Safitri3, Pipih Suptijah1
1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga. Bogor. Indonesia
2
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran No 1. Bogor, Indonesia
3
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga. Bogor. Indonesia
Korespondensi *: iriani25@gmail.com
Abstrak
Spirulina memiliki kandungan nutrisi yang baik, diantaranya protein, asam lemak
(linolenic acid dan γ-linolenic acid), asam amino esensial (leusin, isoleusin, valine), pigmen
(klorofil, fikosianin dan karotenoid), serta mengandung vitamin seperti provitamin A,
vitamin B12 serta β-caroten. Spirulina juga memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri.
Berdasarkan kandungan kimiawi dan sifat biologisnya, Spirulina memiliki potensi untuk
pengembangan kosmeseutika, antara lain untuk sediaan masker wajah peel off dan lipbalm.
Ekstrak Spirulina memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri Propionibacterium
acnes dengan diameter 4-8 mm pada jumlah ekstrak 100-400 µg/well. Masker peel off yang
ditambah ekstrak Spirulina berwarna hijau tua, memiliki aktivitas antibakteri terhadap P.
acnes, nilai pH 6, viskositas 7306,67 cps, dan homogen. Lipbalm yang dibuat dengan
penambahan minyak Spirulina berwarna hijau, homogen, viskositas 99.84 cps, titik lebur 55
°C, dan nilai pH 6.2.
78
BO1-06
Vonda. M. N. Lalopua
Abstrak
79
BO5-04
Abstrak
Kapang laut (marine derived fungi) merupakan sumber senyawa bioaktif yang
sangat penting. Sebanyak 28 isolat kapang laut yang berasal dari Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu telah ditapis aktivitasnya sebagai antioksidan, inhibitor tirosinase, dan
antiglikasi. Metode penapisan antioksidan menggunakan 1,1-difenil-2-pikril hidrazil
(DPPH). Inhibitor tirosinase ditapis menggunakan substrat L-tirosin dan uji antiglikasi
berdasarkan kemampuan menghambat pembentukan advanced glycation end products
(AGEs). Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik ialah ekstrak miselium strain
MFP 271 dengan IC50 287 ± 50 µg/mL. Hasil KLT bioautografi antioksidan memperlihatkan
bahwa pita yang aktif sebagai antioksidan diduga merupakan senyawa golongan flavonoid.
Ekstrak yang memiliki aktivitas penghambatan kerja enzim tirosinase terbaik adalah ekstrak
miselium dari strain MFP 277 dengan IC50 586 ± 74 µg/mL. Ekstrak media kapang strain MFP
274 memiliki aktivitas antiglikasi tertinggi dengan nilai IC50 299 ± 74 µg/mL. Ekstrak media
dari kapang strain MFP 274 berpotensi sebagai antiglikasi sedangkan ekstrak miseliumnya
berpotensi sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase.
80
BO2-02
Abstrak
Rumput laut coklat merupakan salah satu golongan rumput laut yang melimpah di
perairan Indonesia, salah satunya adalah Padina australis. Rumput laut ini dikenal banyak
mengandung senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmaseutika maupun
kosmetika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi etanol dan
waktu maserasi terhadap rendemen, aktivitas antioksidan dan kandungan total fenol.
Variasi konsentrasi etanol yang digunakan adalah 0%, 40% dan 80% selama 8, 16 dan 24 jam.
Aktivitas antioksidan dilakukan dengan uji DPPH pada dosis 1 mg/ml sedangkan kandungan
total fenol dilakukan secara spketrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi dan waktu terbaik adalah dengan menggunakan etanol 80% selama 16 jam
dengan rendemen sebesar 6,86%, aktivitas antioksidan 62,92 % dan kandungan total fenol
sebesar 7,57 mg GAE/g.
Kata kunci: Variasi konsentrasi, waktu ekstraksi, Padina australis, DPPH, Total Fenol
81
BO3-02
Abstrak
Kata kunci: aktivitas antioksidan, caulerpa racemosa, validasi genetik, profil metabolit
82
BO2-04
Abstrak
83
BO2-05
Abstrak
84
BO2-06
Rahmi Nurdiani, Todor Vasiljevic, Thomas Yeager, Tanoj K. Singh, Osaana N. Donkor
Abstract
Fraksi peptida yang diekstrak dari hasil samping Flathead dievaluasi aktivitas
antioksidan dan antikankernya secara in vitro. Derajat hidrolisis, penambahan protease dan
berat molekul dari peptide mempengaruhi aktivitas penghambatan radikal 2,2-diphenyl-1-
pycryl-hydrazyl (DPPH) dan 2,2-azino-bis-3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonic (ABTS).
Peptida dengan berat molekul yang rendah (<3 kDa), yang diperoleh setelah diinkubasi
dengan enzim eksogen selama semalam, secara signifikan menghambat senyawa radikal
bebas dan menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi terhadap DPPH (94.03 %) dan
ABTS·+ (82.89 %). Adanya peptide bioaktif meningkatkan viabilitas sel normal T4056 yang
dipapar oleh H2O2. Lebih lanjut, fraksi peptida <3kDa menghambat pertumbuhan kanker
usus besar HT-29 sebesar 91.04 %, meskipun aktivitas penghambatannya bersifat tidak
selektif.
Kata kunci: Flathead (Platycephalus fuscus), hidrolisat protein ikan, fraksi peptide,
penghambatan radikal bebas, antikanker
85
BO3-01
Abstrak
86
BO2-03
Abstrak
Rusip merupakan salah satu produk fermentasi khas daerah Bangka Belitung yang
terbuat dari ikan teri, garam dan gula aren. Rusip umumnya difermentasi secara spontan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi L. plantarum SK(5) yang
berbeda terhadap karakteristik mikrobiologi dan kimiawi rusip selama fermentasi. Rusip
dibuat menggunakan bahan baku ikan teri dengan penambahan garam 10% (b/b), gula aren
10% (b/b) dan L.plantarum SK(5) dengan dua perlakuan yaitu 5% (v/b) dan 10%(v/b),
masing-masing dua ulangan. Bahan baku diuji kesegaran (total mikroba, total volatil base,
dan pH) dan proksimatnya. Rusip difermentasi selama 12 hari pada suhu ruang dan setiap
dua hari sekali diamati perubahan total mikroba, total bakteri asam laktat, pH dan total
asam tertitrasi. Ikan teri yang digunakan masih termasuk segar dengan kadar protein yang
tinggi. Konsentrasi L. plantarum SK(5) mempengaruhi karakteristik mikrobiologi dan
kimiawi rusip selama fermentasi. Total mikroba dan total bakteri asam laktat mengalami
peningkatan masing-masing sampai hari keempat dan kedua kemudian mengalami
penurunan sampai hari ke-12. Total asam rusip mengalami kenaikan dari awal hingga akhir
fermentasi sebaliknya nilai pH mengalami penurunan. Perlakuan terpilih adalah rusip
dengan penambahan L. plantarum SK(5) 5% dengan lama fermentasi 8 hari.
87
BO3-03
Abstrak
Rusip adalah salah satu produk fermentasi ikan. Proses pembuatan rusip secara
tradisional yang dilakukan oleh masyarakat belum memiliki standar sehingga memiliki
kelemahan yaitu mutu produk yang tidak seragam. Salah satu upaya meningkatkan mutu
produk yaitu dengan penambahan kultur starter bakteri asam laktat. Tujuan penelitian ini
yaitu mempelajari pengaruh penambahan kombinasi starter terhadap perubahan kimiawi
dan mikrobiologis rusip dan menentukan kombinasi starter terbaik. Penelitian ini
menggunakan ikan teri (Stolephorus sp), starter bakteri asam laktat (BAL) probiotik asal
bekasam yaitu Lactobacilus plantarum SK(5) dengan L. plantarum NS(5), L. plantarum NS(5)
dengan L. plantarum NS(9) dan L. plantarum NS(9) dengan L. Plantarum SK(5) sebanyak 5%,
penambahan garam dan gula aren masing-masing 5% dan waktu fermentasi 8 hari.
Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu 1) pembuatan kultur starter; 2) preparasi bahan
baku; dan 3) pembuatan rusip. Bahan baku yang digunakan menunjukkan total mikroba
2.97x104 CFU/g, total BAL 0 CFU/g, pH 6.54 dan TVB 20.40 mg N/100g. Karakteristik kimiawi
dan mikrobiologis meliputi total BAL 7.64-9.24 log CFU/g, total asam titrasi 0.86-3.98%, pH
4.22-6.36, absorbasi asam amino bebas 0.32-1.39 dan kadar garam 5.34-5.44%. Rusip
terpilih adalah kombinasi Lactobacilus plantarum SK(5) dan Lactobacilus plantarum NS(5)
mengandung total asam amino 12.37 g/100g.
88
BO3-04
Abstrak
Bekasam, merupakan salah satu produk tradisional fermentasi terbuat dari ikan
air tawar yang difermentasi spontan oleh mikrobia alami selama 1-2 minggu. Produk ini
cukup dikenal di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Ambon,
namun tidak dengan Jawa Tengah. Pemanfaatan ikan bandeng yang merupakan ikon kota
Semarang sebagai produk tradisional terutama yang diolah melalui proses fermentasi
masih jarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini akan mengamati mutu bekasam baik
secara kimiawi maupun mikrobiologi melalui identifikasi keberadaaan mikroba yang
mampu tumbuh dan menghasilkan rasa khas bekasam terutama terkait keragaman bakteri
asam laktat dengan lama fermentasi 12 hari dan pengamatan setiap 6 hari. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode experimental laboratories. Perlakuan penelitian
berupa pengamatan mutu bekasam yang difermentasi selama 12 hari dengan pengamatan
pada hari ke – 6 dan hari ke-12 meliputi : profil asam amino, perhitungan total Bakteri Asam
Laktat (BAL), kadar protein, kadar garam, pH, AW, kadar gula total, dan isolasi serta
karakterisasi keberadaan BAL dalam bekasam tersebut. Hasil penelitian akan dikonfirmasi
lebih lanjut.
Kata kunci : senyawa volatil, nutrisi, sensori, Spirulina platensis, ekstrak daun kemangi
89
BO3-05
Abstrak
Wabah penyakit ikan saat ini sebagai kendala potensial pada produksi perikanan
sehingga menimbulkan kerugian ekonomi, untuk menghindari kerugian ekonomi beberapa
obat hewan atau bahan kimia digunakan untuk mencegah wabah penyakit ataupun sebagai
terapi. Namun demikian, penggunaan obat hewan atau bahan kimia menjadi terbatas
karena banyaknya efek samping pada lingkungan dan keamanan kesehatan, sehingga
dibutuhkan solusi pengganti obat atau bahan kimia dari bahan alami. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui mekanisme secara molekuler dari polisakarida baru dinamakan silkrose
pada sistem imun ikan. Penelitian diawali dengan uji tantang dengan Edwardsiella tarda
kemudian dilanjutkan dengan analisa ekspresi gen dengan micro array yang menunjukan
rasio ekspresi gen yang tinggi antara lain gen yang berfungsi pada adesi sel, sistem
komplemen, antigen presenting dan sistem pengikatan karbohidrat. Beberapa gen dipilih
untuk diuji secara RT qPCR dan dianalisa, MHC Kelas I, Pentraxin, Claudin 28b, Orla C3 dan
Orla C4 menunjukkan perbedaan relative ekspresi gen yang signifikan pada fase sebelum
infeksi, Orla C3 pada 1 jam setelah infeksi dan gen C5 pada 6 jam setelah infeksi. Hasil
penelitian mengindikasikan silkrose meningkatkan respon imun ikan di awal waktu.
90
BO3-06
Abstrak
91
BO4-01
Yusro Nuri Fawzya1), Nugrah Analiadi Putra2), Arif Budi Witarto2), Gintung Patantis1)
1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan an Perikanan
Jalan K.S. Tubun, Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia
2)
Universitas Teknologi Sumbawa
Jl. Raya Olat Maras, Moyo Hulu, Kab. Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Korespondensi Penulis : nurifawzya@gmail.com
Abstrak
92
BO4-02
Abstrak
Teripang Holothuria atra (nama lokal: teripang hitam, oler atau cera hitam)
merupakan teripang yang memiliki potensi sebagai sumber senyawa bioaktif terutama
sebagai bahan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik
pengeringan terhadap profil senyawa bioaktif dan sitotoksisitas ejstrak teripang H. atra.
Perlakuan pengeringan yang dilakukan adalah pengeringan dengan sinar matahari selama 3
hari, pengeringan dengan oven pada suhu 40oC, 50oC dan 60oC selama 24 jam dan teripang
segar tanpa pengeringan. Teripang diekstraksi dengan metode maserasi selama 12 jam
menggunakan etanol p.a. Uji sitotoksisitas dilakukan dilakukan dengan metode MTT
menggunakan sel T47D. Profil metabolit dilakukan dengan menggunakan analisis FTIR dan
HPLC. Hasil penelitian menunjukkan teknik pengeringan memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat. Hasil analisis FTIR dan HPLC
memperlihatkan bahwa senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak etanol relatif stabil
setelah melalui proses pengeringan. Hal ini diperkuat dengan sitotoksisitas terhadap sel
kanker payudara yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengeringan dengan sinar matahari
dan oven tidak merusak bioaktivitas dan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol
teripang H. atra.
Kata kunci : Teripang hitam, Holothuria atra, teknik pengeringan, profil metabolit,
sitotoksisitas
93
BO4-03
Abstrak
Teripang Holothuria atra merupakan biota laut yang banyak ditemukan diperairan
Indonesia yang termasuk dalam filum Echinodermata dan berpotensi sebagai antikanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sitotoksisitas dan induksi apoptosis ekstrak
etanol teripang Holothuria atra secara in vitro terhadap beberapa sel lestari. Pengujian
sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT menggunakan sel lestari sedangkan uji induksi
apoptosis dilakukan dengan flowcytometry dan double staining. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak etanol teripang Holothuria atra mampu menghambat
pertumbuhan sel HeLa, T47D dan WiDr dengan IC50 masing-masing sebesar 41,06 ± 4,21;
20,89 ± 1,55; 26,50 ± 4,43 µg/ml. Pada analisis flowcytometry dan double staning
memperlihakan bahwa ekstrak etanol teripang Holothuria atra mampu menginduksi
apoptosis pada sel T47D. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol teripang Holothuria atra memiliki aktivitas sitotoksik dan mampu menginduksi
apoptosis terutama pada sel kanker payudara T47D.
94
BO4-04
Abstrak
95
BO4-05
Abstrak
Kolagen merupakan protein penting pada tubuh yang banyak ditemui pada
bagian kulit, rambut, kuku dan otot. Turunan kolagen sebagai bahan kosmetik banyak
diperoleh dari babi dan sapi yang kehalalannya tidak terjamin. Oleh karena itu, perlu
dieksplorasi alternatif sumber kolagen yang lebih sesuai untuk konsumen di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengekstrak peptida kolagen dari teripang lokal yaitu
teripang nangka, cera hitam dan alolo yang dikoleksi dari perairan Lampung dan Gorontalo.
Identifikasi molekuler terhadap ketiga jenis teripang dilakukan di daerah gen cytochrome
oxidase subunit I (COI). Ekstraksi peptida kolagen dilakukan dengan menggunakan enzim
neutrase dan buffer fosfat pH 7 pada suhu 45 °C selama 4 jam. Ekstrak peptida kolagen
kering diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DDPH. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teripang nangka, cera hitam dan alolo berturut-turut sebagai
Holothuria leucospilota, Holothuria atra dan Bohadschia marmorata. Ekstrak peptida
kolagen teripang menunjukkan rerata aktivitas antioksidan sebesar 78,65% (nangka),
67,16% (cera hitam) dan 48,46% (alolo) pada konsentrasi 10 mg/mL. Analisis statistik
menunjukkan bahwa jenis teripang berpengaruh aktivitas antioksidan yang dihasilkan.
96
BO4-06
Abstrak
Kata kunci : Teripang, Holothuria atra, variasi pelarut, BSLT, saponin, total fenol.
97
BO5-01
Abstrak
Ikan cobia (Rachycentron canadum) adalah ikan ekonomis penting dengan prospek
baik karena memiliki pertumbuhan cepat dan mudah dibudidayakan. Cobia dikonsumsi
oleh masyarakat telah dilakukan proses pengolahan, termasuk pengukusan. Penelitian ini
bertujuan untuk menghitung perubahan kadar proksimat dan asam amino akibat
pengukusan. Komposisi kimia cobia segar dan kukus diuji dengan analisis proksimat.
Kandungan asam amino daging cobia segar dan kukus diuji menggunakan HPLC (high
perfomance liquid chromatography). Proses pengukusan menurunkan kandungan kadar air
sebesar 11,31%, abu sebesar 1,06%, lemak sebesar 26,04%, dan protein sebesar 9,11%.
Daging ikan cobia segar dan kukus mengandung 17 jenis asam amino yang terdiri atas 9
asam amino esensial dan 8 asam amino nonesensial. Kandungan asam amino esensial
tertinggi pada daging ikan cobia segar adalah arginin dengan nilai 2.262 mg/100 g dan asam
amino nonesensial tertinggi pada ikan cobia segar adalah asam glutamat dengan nilai 3.894
mg/100 g. Pengukusan secara umum menurunkan asam-asam amino. Kandungan tertinggi
asam amino esensial setelah pengukusan yaitu leusin sebesar 1.379 mg/100 g dan asam
amino nonesensial tertinggi yaitu asam glutamat sebesar 2.370 mg/100 g. Kandungan
taurin dalam daging ikan cobia segar sebesar 120,84 mg/100 g dan menjadi 94,33 mg/100 g
setelah pengukusan. Penurunan asam-asam amino disebabkan oleh larutnya beberapa
jenis asam amino ketika proses pengukusan.
98
BO5-02
KADAR LEMAK DAN PROFIL ASAM LEMAK IKAN AIR TAWAR Channa striata,
Tor soro DAN Hemibagrus nemurus
Research Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnology;
correspondence : ekowatichasanah@gmail.com; ekowati_chasanah@kkp.go.id
Abstrak
Ikan dikenal sebagai bahan pangan yang istimewa, memiliki kadar protein tinggi,
sumber mineral dan berkadar lemak rendah. Meskipun kadar lemak ikan relatif rendah,
lemak pada ikan merupakan sumber asam lemak esensial, dan selama ini ikan menjadi
penyumbang utama asam lemak omega-3 pada diet. Selama ini fokus sumber asamlemak
esensial omega -3 seperti EPA (asam eikosapentanoat) dan DHA (asam dokosaheksanoat)
adalah dari ikan laut. Sebagai negara dengan luas perairan umum 54 juta hektar (ha),
Indonesia merupakan pemasok produk perikanan perairan umum terbesar ke3 di Asia
Tenggara, setelah Myanmar dan Kamboja. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kandungan asamlemak tiga (3) ikan air tawar yang cukup dikenal sebagai ikan yang memiliki
peran terhadap kesehatan masyarakat, yaitu ikan gabus (C. striata), ikan torsoro (Tor soro)
dan ikan baung (H. nemurus). Kadar lemak ketiga jenis ikan serta kajian profil asamlemak
akan disampaikan secara lengkap pada paper.
Kata kunci : ikan tawar, profil asamlemak, DHA, EPA, MUFA, SFA, PUFA
99
BO5-03
Abstrak
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki protein cukup
tinggi. Selain itu ikan gabus juga mengandung senyawa albumin yang merupakan fraksi
protein terbesar dalam darah, sehingga asupannya ke dalam tubuh perlu dijaga. Salah satu
upaya untuk mempertahankan kandungan protein dalam tubuh ikan gabus adalah
mengolahnya menjadi kecap dengan metode hidrolisis menggunakan media enzim
bromealin pada nenas. Penelitian dilakukan terhadap waktu hidrolisis untuk mengetahui
jumlah protein total dan protein albumin pada kecap. Perlakuan yang digunakan adalah
lama waktu hidrolisis 12, 24, 36 dan 48 jam menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 kali ulangan. Pengujian protein total dan protein albumin menggunakan
metode spektrovotometri Uv-vis. Hasil penelitian menunjukkan waktu hidolisis
berpengaruh terhadap kandungan protein total dan protein albumin kecap. Hasil pengujian
menunjukkan perlakuan terbaik adalah waktu hidrolisis 12 jam (protein total 2,06% dan
protein albumin 1,08%).
Kata kunci : Channa striata, kecap, hirolisis, protein total dan protein albumin.
100
BO2-01
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Gunung Tabur Kampus Gunung Kelua Samarinda Telp 0541-749482
e-mail: asikin63@yahoo.com
Abstrak
Ikan gabus merupakan salah satu ikan yang mempunyai kandungan protein yang
tinggi khususnya kandungan albumin. Albumin sangat penting dalam proses penyembuhan
luka. Salah satu komponen penting yang terdapat pada albumin adalah asam amino.
Kandungan asam amino pada ikan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
berat ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan berat ikan
terhadap kandungan asam amino serta karakteristik kimia albumin ikan gabus dari perairan
Mahakam, Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan tiga kelompok berat ikan yaitu
kecil (< 600 gr), sedang (600-900 gr), besar (>900 gr). Parameter yang diamati pada
penelitian ini meliputi profil asam amino, rendemen, kadar air, kadar protein, kadar lemak,
kadar abu dan kadar albumin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar ukuran
berat ikan, total asam amino semakin tinggi. Kandungan total asam amino albumin ikan
gabus berukuran besar yaitu 40,21%. Komponen asam amino yang banyak terdapat pada
albumin ikan gabus yaitu asam aspartat, asam glutamate dan lisin.
101
BO5-05
Abstrak
Ikan sepat rawa, di Kalimantan Selatan, sebagai salah satu sumber protein hewani
yang produk keringnya sangat digemari baik oleh masyarakat setempat maupun daerah
lainnya. Salah satu permasalahan pada produk kering ikan ini adalah lemaknya yang cukup
tinggi (6.7 % bk). Penelitian ini bertujuan membandingkan komposisi asam lemak pada ikan
sepat kering dengan metode pengeringan yang berbeda. Metode pengeringan yang
digunakan adalah panas matahari langsung (P1), pondok plastik (P2) dan oven (P3).
Sebelum dikeringkan, ikan terlebih dahulu disiangi dan dibersihkan, diberi garam 5% (b/b)
dan didiamkan selama 10 menit. Pengeringan berlangsung selama ±12 jam atau kadar air
mencapai 17-20%. Kadar lemak pada ikan segar (P0), dan produk kering P1, P2 dan P3
sebagai berikut : (6.66±0.36)%bk, (13.81±1.61)%bk (18.51±1.49)%bk, (14.94±1.24)%bk.
Komposisi asam lemak ikan sepat kering dianalisis menggunakan GC (Gas Chromatography).
Pada ikan segar, terdapat 12 asam lemak yang terdiri atas 7 asam lemak jenuh, 3 asam lemak
tak jenuh tunggal dan 2 asam lemak tak jenuh jamak, dengan kadar tertinggi masing-masing
adalah stearat (1051.00)mg/100g, palmitoleat (1591.10)mg/100g dan linoleat
(1108.78)mg/100g. Asam lemak kaprat, EPH dan DHA ditemukan hanya pada produk kering
sementara pada ikan segar tidak terdeteksi. Pada ikan kering P1, kadar asam lemak tertinggi
adalah palmitat (3152.03±134.8)mg/100g, oleat (2324.99±13.79)mg/100g dan linoleat
(638.87±136.63)mg/100g. Pada ikan kering P2, tertinggi asam lemak palmitat
(3251.37.±344.4)mg/100g, oleat (2312.64±194.42) mg/100g dan linolenat
(590.16±84.7)mg/100g, sedangkan ikan kering P3, tertinggi asam lemak palmitat
(3415.11±1096.3)mg /100g , oleat (2442±424.48)mg /100g dan linoleat.
(715.70±323.3)mg/100g. Secara kuantitatif, dari ketiga metode pengeringan yang
digunakan, metode oven memiliki kadar asam lemak yang paling tinggi untuk semua jenis
asam lemak penyusunnya dan yang terendah adalah metode panas matahari langsung.
102
BO5-06
Abstrak
103
BO5-07
Abstrak
104
BO6-01
Abstrak
Sargassum sp. merupakan rumput laut cokelat yang hidup di daerah beriklim
tropis dan sub tropis serta wilayah perairan subtidal dan intertidal yang mengandung bahan
alginat dan senyawa-senyawa aktif steroid, alkaloid, fenol, dan triterpenoid serta
kandungan mineral seperti kalium (K), natrium (Na), dan iodin (I). Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan karakteristik dan aktivitas antioksidan garam fungsional Sargassum
polycystum yang sesuai standar agar dapat diaplikasikan sebagai sediaan garam fungsional
bagi pasien hipertensi. Penelitian terdiri atas identifikasi bahan baku, analisis rendemen,
kadar Na dan K, logam berat, NaCl dan aktivitas antioksidan menggunakan metode Ferric
Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan Cupric Reducing Antioxidant Capacity (CUPRAC).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF)
dengan parameter perbedaan suhu (40oC dan 55oC) dan waktu (10 dan 30 menit) dengan 3
kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara perbedaan suhu pemanasan
dan waktu pemanasan memberikan pengaruh nyata pada taraf 5% (P < 0.05) terhadap
rendemen, rasio Na:K dan NaCl garam fungsional. Aktivitas antioksidan FRAP garam
fungsional berkisar 19.02 – 39.29 µM troloks/g dan CUPRAC berkisar 44.52 – 107.76 µM
troloks/g. Rumput laut cokelat S. polycystum dapat diaplikasikan sebagai alternatif bahan
baku sediaan garam fungsional bagi pasien hipertensi.
105
BO6-02
Abstrak
Garam krosok merupakan garam dengan kadar NaCl rendah, perlu dikaji suatu
metode untuk dapat meningkatkan kadar NaCl garam krosok tersebut sehingga dapat
digunakan sebagai garam bahan industri maupun farmasi, salah satunya adalah metode
rekristalisasi. Hasil penelitian menunjukkan kadar NaCl garam krosok awal 90,85%
meningkat menjadi 96,85% dengan metode pencucian dan rekristalisasi (1:1) menggunakan
aquades dengan kecepatan pengadukan 150-300 rpm selama 3 menit (metode 1).
Sedangkan pencucian dan rekristalisasi menggunakan larutan NaCl murni jenuh selama 5
menit= 91,83% (metode 2). Kadar NaCl meningkat sebesar 1%. Pada Metode (3), kadar NaCl
meningkat menjadi 95,87% dengan t= 15 menit dan NaCl meningkat sebesar 8,15% menjadi
99% dengan t= 30 menit (metode 4). Sehingga metode terbaik untuk meningkatkan NaCl
pada penelitian ini adalah metode (4).
106
BO6-03
Abstrak
107
BO6-04
1) Staf Pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Kristen Artha Wacana, Jalan Adisucipto, Oesapa Kupang, NTT
2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Kristen Artha Wacana, Jalan Adisucipto, Oesapa Kupang, NTT
*Korespondensi: ayubmeko@ukaw.ac.id
Abstrak
Kebutuhan garam nasional sekitar 3,4–3,5 juta ton pada tahun 2016, sedangkan
pada kondisi normal 4–4,5 bulan sentra produksi garam dapat memproduksi garam 1,3–1,4
juta ton. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki
potensi tambak garam diperkirakan mencapai sekitar 60.000 hektare dengan keunggulan
memiliki musim panas (kering) lebih lama 7-8 bulan dibandingkan dengan wilayah lainnya di
Indonesia. Teknik pembuatan garam yang telah lama diterapkan masyarakat umumnya
seacara tradisional merupakan sumber mata pencaharian masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya. Tujuan penelitian untuk mengetahui kuantitas dan
kuantitas garam tradisional yang dihasilkan masyarakat pesisir Teluk Kupang, NTT. Tempat
pengambilan sampel di Teluk Kupang, yaitu pada kelompok pengolah garam tradisional di
Kelurahan Oesapa Barat, Desa Tanah Merah dan Desa Oli'o. Variabel pengamatan berupa
kuantitas garam yang dihasilkan (rendemen) dan kualitas garam (kadar air dan NaCl).
Analisis terhadap data penelitian, yaitu menggunakan t-student dengan cara
membandingkan data ttabel dan thitung. Ratat-rata rendemen garam masak tradisional di
Kelurahan Oesapa (Kelompok Tiberias dan Galilea), yaitu 96,88% dan 97,48% sedangkan di
Desa Tanah Merah dan Desa Oli'o, yaitu 58,17% dan 53,44%. Rata-rata kadar air garam
masak tradisional di Kelurahan Oesapa (Kelompok Tiberias dan Galilea), yaitu 8,06% dan
10,19% sedangkan di Desa Tanah Merah dan Oli'o, yaitu 7,86% dan 10,2% yang
dibandingkan dengan standar mutu garam konsumsi dan industri (maksimal 7%), masih
tergolong melebihi standar. Rata-rata kadar NaCl garam masak tradisional di Kelurahan
Oesapa (Kelompok Tiberias dan Kelompok Galilea), yaitu 87,58% dan 83,49% sedangkan di
Desa Tanah Merah dan Oli'o, yaitu 93,6% dan 95,6% yang dibandingkan dengan standar
mutu garam konsumsi dan industri (minimal 94,7%) hanya garam masak yang dihasilkan
dari Desa Oli'o yang memenuhi standar (kategori baik).
108
BO6-05
Abstract
109
BO6-06
1Program Studi Ilmu kelautan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas trunojoyo Madura,
Jl. Raya Telang No 2 Kamal, Bangkalan-Madura, Indonesia
2Pusat Unggulan Inovasi (PUI) Garam, Desa Padellegan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan,
Indonesia
*Korespondensi penulis : ary.giridwi@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci: Jenis Bakteri; Air Baku; Konsentrat Garam; Garam; Bittern; Tambak Garam
Prisma
110
BO7-01
Abstract
111
BO7-02
Abstrak
112
BO7-03
Abstrak
Resistensi antibiotik pada bakteri patogen menjadi salah satu urgensi perlunya
eksplorasi sumber antibiotik baru. Salah satu sumber tersebut adalah mikroba asosiasi
karang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi aktivitas antimikroba dari
mikroba asosiasi karang terhadap bakteri patogen MDR. Pengambilan sampel karang keras
dilakukan di Pulau Panjang, Jepara, Indonesia menggunakan metode purposive sampling.
Isolasi dan pemurnian mikroba asosiasi menggunakan metode pengenceran bertingkat dan
streak plate pada media pepton yeast agar. Metode yang digunakan untuk skrining aktivitas
antimikroba adalah metode overlay. Hasilnya diperoleh total 39 isolat dari 7 sampel karang
keras. Sebanyak 16 dari 44 isolat menunjukkan aktivitas antimikroba potensial terhadap
MDR Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Enterobacter aerogenes,
Acinetobacter baumannii, MRSA, Enterobacter cloacae dan Staphylococcus haemolythicus.
Berdasarkan hasil identifikasi karang, strain mikroba yang aktif berasal dari 4 karang keras
yang termasuk genus Caulastrea, Pavona, Favites, Goniastrea dan Favia
Kata kunci: Mikroba asosiasi karang, aktivitas antibakteri, bakteri resisten antibiotik,
pulau panjang
113
BO7-04
Ana Faricha*1, Diah Permata Wijayanti2, Agus Trianto,2, Popi Ida Laila Ayer 3,….
1
Universitas Pendidikan Indonesia, Serang, Indonesia
2
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
3
Universitas Ottow Geissler, Papua, Indonesia
*anafaricha88@gmail.com
Abstrak
Spong merupakan organisme laut yang memiliki tubuh lunak, filter feeder, dan
juga habitat mikroorganisme. Spong dan mikroorganisme asosiasi banyak dilaporkan
memiliki metabolisme sekunder yang berpotensi sebagai sumber bahan bioaktif seperti
anti kanker, anti tumor dan anti jamur. Metabolisme sekunder yang dihasilkan spong
memiliki perbedaan karakteristik, salah satunya dipengaruhi oleh genetik, geogenetik,
lingkungan dan mikroorganisme asosiasi. Hal ini memberikan peluang untuk mengkaji
metabolisme sekunder yang dihasilkan oleh jamur asosiasi pada spong Gelliodes sp. yang di
koleksi dari perairan Opiaref Kabupaten Biak-Numfor, Papua pada kedalaman 3-5 m. Jamur
asosiasi di isolasi dengan metode goresan dan dikultur pada media MEB yang dimodifikasi
dengan rebusan buah Morinda sp., daun Avicennia sp. dan Rhizopora sp (AFC-1, AFC-2, dan
AFC-3). Ekstrak kasar dari fraksi methanol dilakukan uji sitotoksisitas terhadap sel NBT-T2.
Hasil assay menunjukkan bahwa AFC-1, 2, dan 3 memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan sel 23.2%, 10.3% dan 32.2% dan menunjukkan bioaktivitas pada IC50 >10
µg/mL.
114
BO7-05
Mada Triandala Sibero1,2, Diah Ayuningrum2,3, Ocky Karna Radjasa1,2, Agus Sabdono1,2,
Agus Trianto1,4, Dwi Haryanti1, Yusuf Jati Wijaya5
1
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.
Soedarto SH., Kampus Tembalang, 50275, Semarang
2
Laboratorium Bioteknologi Laut Tropis, Gedung Laboratorium Kelautan dan Oseanografi Lt. 2,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto SH., Kampus
Tembalang, 50275, Semarang
3
Program Studi Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai, Departemen Sumber Daya Akuatik, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto SH., Kampus Tembalang,
50275, Semarang
4
Laboratorium Bahan Hayati Laut, Gedung UPT Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Lt. 2,
Jl. Prof. Soedarto SH., Kampus Tembalang, 50275, Semarang
5
Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.
Soedarto SH., Kampus Tembalang, 50275, Semarang
Abstrak
115
BO7-06
Abstrak
Jerawat adalah masalah umum yang sering terjadi pada tiap individu, tanpa
membedakan jenis kelamin, etnis, dan ras. Salah satu faktor penyebab jerawat adalah
adanya bakteri kulit tertentu yang memicu pembentukan jerawat. Salah satu
mikroorganisme kulit yang menyebabkan jerawat adalah Micrococcus luteus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi potensi ekstrak spons laut jingga Stylotella aurantium
sebagai agens antijerawat dengan efek antioksidan, antibakteri, dan antibiofilm terhadap
bakteri kulit M. luteus. Spons laut jingga S. aurantium diperoleh dari perairan Selat Bali.
Spons diekstraksi dengan menggunakan 3 macam pelarut, yaitu etanol, metanol, dan
heksana. Uji antioksidan dari ekstrak S. aurantium (5-250 µg/mL) dilakukan berdasarkan
metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak S.
aurantium (0.5-500 µg/mL) dilakukan dengan metode Minimum Inhibitory Concentration
(MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Pada sistem antibiofilm, inhibisi
pembentukan biofilm M. luteus diuji dengan ekstrak S. aurantium pada kisaran konsentrasi
5-250 µg/mL. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100
µg/mL, ekstrak etanol dan metanol S. aurantium mempunyai aktivitas antioksidan hingga
30%. Data antibakteri memperlihatkan bahwa nilai MIC dan MBC dari ekstrak etanol,
metanol, dan heksana S. aurantium dicapai pada konsentrasi 250 µg/mL terhadap bakteri
M. luteus. Data antibiofilm memperlihatkan bahwa hanya ekstrak etanol S. aurantium pada
konsentrasi 25 µg/mL yang mampu menghambat formasi biofilm M. luteus hingga 50%.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ekstrak etanol spons laut S. aurantium paling
berpotensi sebagai agens antijerawat alami dengan aktivitas antioksidan, antibakteri, dan
antibiofilm yang unggul terhadap bakteri kulit M. luteus. Ekstrak spons laut ini dapat
dikembangkan sebagai ingredien dalam kosmesetikal marine.
Kata kunci: spons laut jingga, Stylotella aurantium, aktivitas antijerawat, Micrococcus
luteus
116
BO8-01
Abstrak
117
BO8-02
Abstrak
118
BO8-03
Abstrak
Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah tinggi serat
pangan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar serat pada pangan
fungsional untuk penderita diabetes, misalnya dalam bentuk flakes. Pada penelitian ini
dilakukan pembuatan flakes dengan bahan pati garut dengan substitusi tepung rumput laut
E. cottonii. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian flakes pati garut
dengan substitusi tepung rumput laut E. cottonii terhadap sifat sensori dan kadar serat
pangan serta pati resisten flakes. Flakes dengan sifat hedonik dan kadar serat pangan terbaik
diuji sifat hipoglikemik dan hipokolesterolemik pada tikus Diabetes Mellitus tipe 2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa panelis masih dapat menerima flakes dengan substitusi
tepung rumput laut 0, 10, dan 20%, dengan kandungan serat pangan masing-masing
sebesar 3,52; 13,63; dan 20,30% db. Hasil pengujian bioassay menunjukkan bahwa diet
flakes dengan 10% dan 20% rumput laut memiliki kemampuan yang sama dalam penurunan
kadar glukosa darah tikus selama 4 minggu masa intervensi, namun flakes 20% rumput laut
memiliki potensi penurunan kadar glukosa lebih tinggi pada minggu ke-4. Diet flakes 20%
rumput laut memberikan hasil terbaik dalam perbaikan profil lipid, dengan persentase
penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL masing-masing sebesar 28,12%,
36,75%, dan 58,42%, serta meningkatkan kadar HDL sebesar 142,96%.
Kata kunci : rumput laut E. cottonii, serat pangan, Diabetes Mellitus tipe 2, glukosa darah,
profil lipid
119
BO8-04
Abstrak
120
BO8-05
ABSTRAK
121
BO2-07
Setyani Budiari1, Ekowati Chasanah2, Maggy T. Suhartono1 dan Nurheni Sri Palupi1
1
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Kampus IPB Dramaga, Bogor, Indonesia
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. K.S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia
Korespondensi penullis : ekowatichasanah@gmail.com
Abstrak
122
BO9-01
1. Sekolah Tinggi Perikanan, Jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia
2. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jalan. KS Tubun, Petamburan VI, Jakarta – Indonesia
*korespondensi penulis : achmad.poernomo@kkp.go.id
Abstrak
Pepton dari limbah perikanan telah banyak dipelajari, namun informasi mengenai
daya simpannya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya simpan
pepton dari limbah tuna dan udang yang diproduksi melalui hidrolisis dan dikeringkan
dengan pengering semprot (spray dryer). Pepton bubuk dikemas dengan botol plastik dan
plastik berlapis aluminium foil, kemudian disimpan pada suhu ruang, dan diamati secara
berkala kualitasnya (kadar air, aw dan warna dan penampakan) kemampuannya sebagai
media pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan pembanding pepton komersial.
Pepton limbah udang mempunyai kandungan air dan abu tertinggi, sedangkan pepton tuna
mempunyai kadungan lemak tertinggi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama
penyimpanan 5 bulan di suhu ruang semua pepton mengalami penurunan kualitas. Selama
penyimpanan kemampuan mendukung pertumbuhan bakteri semakin menurun. Dapat
disimpulkan bahan pepton limbah perikanan mempunyai kualitas dan daya simpan yang
sebanding dengan pepton komersial.
Kata kunci : limbah ikan, pepton, uji simpan, media pertumbuhan, Staphylococcus aureus
123
BO8-06
Dedi Noviendri
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Abstrak
Ulasan ini bertujuan untuk mengulas mekanisme induksi apoptosis oleh suatu
senyawa bioaktif, dan teknik-teknik deteksi adanya apoptosis pada sel lestari kanker setelah
diinduksi dengan senyawa bioaktif. Diketahui bahwa, ada dua mekanisme untuk induksi
apoptosis ini yaitu (1) melalui jalur ekstrinsik yang dimediasi oleh reseptor kematian, dan (2)
jalur instrinsik yang dimediasi oleh oleh mitokondria. Jalur intrinsik terjadi dengan cara
kehilangan mitochondrial trans-membrane potential (MTP) yang menghasilkan
pembebasan sitokrom-c ke dalam sitoplasma. Sitokrom-c ini membentuk kompleks dengan
protein Apaf-1 dan pro-kaspase-9 membentuk apoptosom. Apoptosom ini selanjutnya
mengaktivasi enzim kaspase-3. Kaspase-3 adalah suatu eksekusioner kunci dari apoptosis,
atau dikenal juga sebagai kaspase efektor. Selanjutnya, jalur ekstrinsik sinyal apoptosis
terjadi melalui cell surface molecule seperti Fas/FasL yang mengakibatkan perekrutan Fas-
associated death domain (FADD). FADD ini berasosiasi dengan Fas dan merekrut pro-
kaspase-8. Kompleks aktif ini disebut sebagai death-inducing signal complex (DISC). DISC ini
memicu aktivasi enzim kaspase-3 dan terjadi kematian sel (apoptosis). Ada beberapa fitur
ultrastruktural dari apoptosis yang dapat dilihat dari perubahan morfologinya. Adapun
morfologi sel yang dapat diamati tersebut adalah badan sel, membrane sel, sitoplasma,
kromatin, mitokondria, nukleus (inti sel) dan badan apoptosis (apoptosis body). Kemudian,
ada empat teknik yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya suatu apoptosis. Teknik
tersebut adalah: (1) analisis morfologi sel dengan mikroskop inverted, mikroskop
fluoresensi dan Scanning Electron Microscope (SEM), (2) analisis DNA fragmentasi dengan
gel agarosa elektroforesis dan comet assay, (3) analisis aktivitas enzim kaspase-3 dengan
Caspase-Glo® 3/7 Assay, dan (4) deteksi lokasi phosphatidylserine (PS) dalam membrane sel
dari sel apoptosis dengan flowcytometer.
KATA KUNCI: induksi apoptosis, senyawa bioaktif, teknik deteksi apoptosis, kaspase
124
BO9-02
Abstrak
125
BO9-03
Abstrak
Kolagen adalah senyawa protein rantai panjang yang tersusun lagi atas asam
amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline. Kolagen dihasilkan dari
campuran kulit ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan ikan patin (Pangasius
pangasius). Ekstraksi kolagen dilakukan dengan metode enzimatis dengan enzim papain.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas enzim papain dalam proses ekstraksi
pembentukan kolagen dan mengetahui karakterisasi kolagen. Perlakuan yang digunakan
dalam ekstraksi kolagen yaitu perbedaan konsentrasi enzim sebesar 5000 (U/g) dan 7000
(U/g). Nilai rendemen terbaik dihasilkan dari konsentrasi enzim 7000 (U/g) sebesar
16,74±0,01%. Nilai pH kolagen yang dihasilkan dari konsentrasi enzim 7000 (U/g) yaitu
6,73±0,1. Kadar proksimat yang dihasilkan dari konsentrasi 7000 (U/g) yaitu kadar air
7,89±0,01; kadar abu 0,34±0,02; kadar protein 91,75±0,03; dan kadar lemak 0,02. Nilai
asam amino tertinggi dari kolagen dengan konsentrasi enzim 7000 (U/g) yaitu glisin sebesar
14,22% dan prolin sebesar 6,26%. Gugus fungsi kolagen dengan konstentrasi enzim 7000
(U/g) memiliki daerah serapan yaitu Amida A sebesar 3439,51±29,37 (cm¯¹), Amida B
sebesar 2923,72±0,09 (cm¯¹), Amida I sebesar 1654,35±1,23 (cm¯¹), Amida II sebesar
1556,94±2,05 (cm¯¹), dan Amida III sebesar 1238,97±0,88 (cm¯¹). Perlakuan terbaik
ekstraksi kolagen yang dihasilkan yaitu dari konsentrasi enzim 7000 (U/g).
126
BO9-04
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jl. KS Tubun
Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260.
*Korespondensi Penulis: dedinov@yahoo.com
Abstrak
Formulasi ekstrak etanol Padina australis dengan penyalut maltodekstrin dan soy
protein isolate (SPI) telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
formulasi optimum dalam penyalutan ekstrak etanol P. australis dengan kombinasi dua
penyalut antara suatu karbohidrat (maltodekstrin) dan suatu protein (SPI) menggunakan
alat spray dryer. Suatu face centered central composite design (FCCCD) dikembangkan
dengan software Design Expert-7 telah berhasil digunakan dalam optimasi tiga kondisi
formulasi yang berturut-turut yaitu konsentrasi ekstrak etanol P. australis, konsentrasi
maltodekstrin, dan konsentrasi SPI untuk suatu ukuran partikel optimum sebagai
responnya. Satu set dari 20 running dengan enam center point eksperimen juga telah
dirancang dengan baik. Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel (ekstrak etanol P.
australis, maltodekstrin dan SPI) dengan tiga konsentrasi (rendah, sedang dan tinggi), dan
dengan volume total akuades yang digunakan adalah 250 mL untuk 20 running dengan
spray drayer. Adapun tiga konsentrasi ekstrak etanol P. australis adalah 0,50; 0,75 dan 1,00
g/250 ml akuades, maltodekstrin adalah 10,00; 20,00; dan 30,00 g/250 ml akudes, dan SPI
adalah 5,00; 10,00, dan 15,00 g/250 ml akuades. Selanjutnya produk formulasi hasil
enkapsulasi ekstrak etanol P. australis dengan bahan penyalutnya maltodekstrin dan SPI
dianalisis ukuran partikelnya yang terbentuk. Terhadap bahan penyalut dan produk
formulasi dengan hasil ukuran partikel optimum yang terdapat pada titik center point,
selanjutnya dianalisis morfologi eksternalnya dengan menggunakan Scanning Electron
Microscope (SEM), dan dianalisis juga derajad kristalinitasnya dengan X-ray difraction
(XRD). Komposisi optimum untuk formulasi ekstrak etanol P. australis berdasarkan ukuran
partikel telah berhasil diperoleh yaitu 0,75 g ekstrak etanol P. australis; 20,00 g maltodektrin
dan 10,00 g SPI dalam 250 mL akuades. Ukuran partikel produk formulasi yang diperoleh
sebesar 490 nm. Produk formulasi yang berukuran nano meter ini memiliki nilai derajad
amorf sebesar 62% dan nilai kristalin sebesar 38%. Bentuk eksternal morfologinya bila
dilihat dengan SEM berbentuk tidak bulat sempurna (berbentuk prisma). Kemudian dari
hasil penelitian ini diperoleh nilai second-order polynomial equation sebagai berikut: Y
(ukuran partikel, nm) = +493,38 + 2,49A + 18,28B + 34,66C – 31,40A2 – 31,15B2 52,85C2
13,79AB + 0,14AC – 34,84BC. Dengan nilai R2 = 0,9746; Adjusted R2 = 0,9517; Adequate
precision = 22,015; dan p<0,05 dipertimbangkan sebagai signifikan.
127
BO9-05
Abstrak
128
BO9-06
Abstrak
129
A B S T R A K
Keamanan Pangan
130
KP1-01
Abstrak
131
KP1-02
Abstrak
Kompleks yang terbentuk antara kitosan dengan gugus gula akibat proses
pemanasan yang juga dikenal sebagai Produk Reaksi Maillard (PRM) diketahui memiliki sifat
antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri
komplek kitosan monosakarida terhadap Bacillus subtilis, Listeria monocytogenes dan
Vibrio cholera dalam matriks pangan berupa surimi ikan gabus. Analisa dilakukan terhadap
intensitas warna PRM yang terbentuk melalui reaksi kitosan dengan glukosa, galaktosa dan
fruktosa serta aktivitas antibakteri masing-masing PRM secara in vitro maupun dalam
matriks pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompleks kitosan galaktosa memiliki
intensitas warna tertinggi dengan nilai absorbansi pada panjang gelombang 420nm sebesar
0,248. Uji secara in vitro menggunakan metode difusi cakram menunjukkan kompleks
kitosan glukosa memiliki daya hambat terbesar terhadap ketiga bakteri uji. Dalam matriks
pangan surimi ikan gabus yang memiliki komposisi kimia 82% air, 8,01% protein, 0,47%
lemak, 0,3% abu dan 8,43% karbohidrat, komplek kitosan galaktosa memiliki daya hambat
terbaik terhadap bakteri B. subtilis dan L. monocytogenes. Di sisi lain, aktivitas
penghambatan terhadap V. cholera dalam matriks pangan secara efektif ditunjukkan oleh
komplek kitosan glukosa. Penambahan komplek kitosan monosakarida pada matriks
pangan secara umum menurunkan jumlah mikroba total sebesar 1-1,5 log dibandingkan
kontrol.
132
KP1-03
Abstrak
Ikan nila merupakan ikan yang lebih mudah mengalami kemunduran mutu
dibanding jenis ikan yang lainnya. Berbagai cara pengawetan dilakukan untuk
mempertahankan mutu tersebut. Di industri pembekuan ikan, cara penanganan fillet ikan
dilakukan dengan pencucian menggunakan klorin. Penggunaan klorin berlebihan dapat
mempengaruhi mutu sensoris produk dan klorin dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan karena membentuk senyawa organochlorine yang dikenal sebagai karsinogen.
Chitosan berpotensi menggantikan klorin karena ini aman untuk dikonsumsi, biodegradable
dan memiliki aktivitas antibakteri yang cukup besar. Modifikasi kitosan dengan mengontrol
ukuran partikelnya dapat meningkatkan aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi aktivitas antibakteri chitosan yang dimodifikasi ukuran partikelnya dengan
menggunakan basa (ammonia) (A) ataupun tripolifosfat/TPP (T). Sebagai pembanding
digunakan produk komersial (L) yang dibuat dengan melarutkan kitosan dalam asam asetat
dan asam laktat, klorin yang umumnya digunakan dalam industri perikanan (C) dan tanpa
perlakuan apapun (kontrol). Fillet dicuci menggunakan berbagai jenis larutan (T, A, L, dan C)
dan disimpan pada 3-5 ° C. Perlakuan T, A, L, dan C mampu menekan pertumbuhan bakteri,
pembentukan total volatile bases (TVB) dan menghasilkan kualitas sensorik lebih baik
daripada kontrol. Umur simpan produk dianalisis menggunakan pendekatan model logistik
3-parameter. Chitosan-TPP menunjukkan hasil yang paling efektif karena menghasilkan laju
pertumbuhan bakteri (μmax) terendah, fase lag (ti) terpanjang dan umur simpan terlama
hingga 12 hari dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang dsimpan pada suhu 3-5°C.
133
KP1-04
Abstrak
134
KP1-05
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jalan. KS Tubun, Petamburan VI, Jakarta – Indonesia
*korespondensi penulis : idapoernomo@yahoo.co.id
Abstrak
Ikan dan hasil olahannya termasuk pindang merupakan produk pangan yang
mudah sekali rusak. Selain penggunaan rantai dingin, penggunaan pengawet baik alami
maupun sintetis menjadi alternative dalam mempertahankan mutu produk perikanan.
Tulisan ini melaporkan optimasi penggunaan pengawet dalam proses pemindangan yang
didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya. Penggunaan pengawet dalam pengolahan
pindang dilakukan dengan 2 cara yakni sebagai larutan perendam sebelum proses
perebusan dan sebagai larutan yang langsung digunakan untuk perebusan. Pengamatan
terhadap efektivitas pengawet dilakukan melalui evaluasi ikan pindang setelah proses
pengolahan dan selama 3 hari penyimpanan. Analisis terhadap ikan pindang dilakukan
secara sensori (kenampakan, bau, rasa, tekstur) dan mikrobiologi (ALT, bakteri pembentuk
histamine dan kapang) selama penyimpanan serta kadar histamine sebelum penyimpanan.
Pindang yang diolah tanpa penambahan pengawet digunakan sebagai kontrol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pengawet sebagai larutan perendam sebelum
perebusan maupun sebagai larutan perebus mampu menghambat kerusakan pindang
dibandingkan kontrol, yang terlihat dari rendahnya jumlah koloni kapang dan bakteri
pembentuk histamine maupun kadar histamine. Penambahan pengawet dalam proses
pemindangan juga menghasilkan ikan pindang dengan kenampakan yang lebih gelap
dibanding kontrol.
135
KP2-01
Abstrak
Pengawetan ikan cakalang yang sering dilakuan oleh pengelola ikan di pulau
Banda dengan perendaman cuka, penggaraman serta pengeringan dan merupakan kearifan
lokal serta memiliki daya awet yang cukup panjang. Penambahan asap cair diharapkan
dapat menggantikan cuka yang akan memberikan rasa dan bau khas asap. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui mutu mikrobiologi ikan cakalang asin dengan penambahan
asap cair dan ikan cakalang asin Banda dengan proses pembuatan berdasarkan kearifan
masyarakat pulau Banda. Metoda yang digunakan adalah eksperimen dengan suhu
pengeringan 70o C selama 12 jam dengan menggunakan Mekanical dryer. Perlakuan yang
dicobakan yaitu dengan penambahan larutan asap cair (A1 ) dan larutan cuka ( A2 )
kemudian dilakukan penyimpanan 0 minggu (B0), 1 minggu ( B1 ), 2 minggu (B2), 3 minggu
(B3). Parameter uji yaitu kadar air, kadar garam, total bakteri (TPC), dan salmonella. Hasil
analisis menunjukaan kadar air selama penyimpanan (B0, B1 dan B3) pada perlakuan (A1)
berada pada kisaran 26,12% - 32,47 dan A2 20,37 – 26,30% , Kadar garam (A1) berada pada
kisaran 19,27 – 21,26 % dan (A2) 17,23 – 22,34, TPC (A1) 5,0 x 101 – 1,3 x 102 CFU/g ; (A2) 1,2
x 101 – 1,1 x102 CFU/g , dan Salmonella negatif. Sehingga dapat disimpulakan ikan cakalang
asin dengan penambahan asap cair (A1) dan cuka (A2) untuk kadar air, TPC serta salmonell
selama penyimpanan sampai minggu ke- 3 masih aman dan sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI) 2721.1. 2009, sedangkan untuk kadar garam ikan cakalang asin dengan
penambahan asap cair (A1) sampai minggu ke 2 (B2) dan penambahan cuka sampai minggu
pertama (B1).
136
KP2-02
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS. Tubun Ptambutan VI, Jakarta 10260 – INDONESIA,
Korespondensi penulis: gunawan170881@yahoo.co.id
Abstrak
Kematian massal ikan sering terjadi di perairan Indonesia dengan frekuensi dan
kuantitas terbesar terjadi di perairan danau/waduk, diikuti dengan sungai dan terakhir di
perairan laut/pantai. Penyebab kematian massal ikan yang paling sering terjadi adalah
hipoksia (kekurangan oksigen), terutama akibat fenomena umbalan yang diikuti dengan
pengadukan. Kejadian umbalan biasanya berlangsung pada musim hujan yang dapat
memicu perbedaan massa jenis air antar air permukaan dan air dasar perairan. Naiknya air
dasar perairan akan mengaduk dan membawa bahan-bahan organik yang mengakibatkan
keracunan pada ikan atau menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Penelitian
simulasi kematian massal ini dilakukan untuk melihat profil kemunduran mutunya setelah
beberapa jam kematian massal. Metode yang dilakukan adalah dengan cara
mengkondisikan ikan seperti saat terjadinya kematian massal. Supaya mendapatkan kondisi
ikan seperti saat terjadinya kematian massal, ikan hidup yang disimpan dalam bak
penampungan dikurangi kadar oksigennya dengan menambahkan gas N2 hingga nilai
oksigen terlarut dari 4 ppm. Kemudian ikan yang mati dipanen pada jam ke 0, 1, 3, 6, 12 dan
24, selanjutnya dilakukan analisis parameter kimia, mikrobiologi dan organoleptik.
Berdasarkan hasil analisis organoleptik, pada umumnya ikan masih layak dikonsumsi hingga
3 jam setelah kematian. Namun berdasarkan parameter kimia (TVB-N) dan k-value, ikan
masih layak untuk dikonsumsi hingga 5 jam setelah kematian massal, kandungan TVB nya
juga menunjukkan ikan masih layak untuk dikonsumsi karena masih di bawah 20 mgN/100 g
dan kandungan total mikroba kurang dari 105. Hasil penelitian simulasi ini relatif tidak
berbeda dengan hasil penelitian terhadap sampel ikan dari kejadian kematian massal di W.
Cirata pada penelitian sebelumnya.
137
KP2-03
Abstrak
Kemunduran mutu ikan merupakan faktor alami yang terjadi akibat pengaruh
enzim dan reaksi biokimiawi dalam tubuh, serta aktivitas bakteri. Salah satu cara
penanganan ikan yang dilakukan untuk menjaga mutu ikan adalah dengan menggunakan
penyimpanan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perubahan kimia
selama proses kemunduran mutu ikan selar kuning (Caranx leptolepis) pada penyimpanan
suhu dingin. Metode analisis yang digunakan yaitu ikan selar kuning dengan perlakuan
tanpa penyiangan yang disimpan selama 14 hari. Analisis yang dilakukan yaitu uji
organoleptik, pH, TVB, PLA, PLG, dan profil protein dengan SDS-PAGE setiap 2 hari sekali.
Ikan selar kuning masih masuk kriteria segar pada penyimpanan hari ke-4 dengan nilai
organoleptik 7-9, setelah itu ikan selar kuning sudah tidak dapat diterima. Ikan telah
mengalami kebusukan pada pengamatan hari ke ke-8 hingga pengamatan hari akhir.
Komposisi kimia ikan selar kuning mengalami perubahan selama penyimpanan suhu dingin,
yaitu terjadi penurunan kadar abu dan kenaikan kadar lemak. Perubahan nilai pH terjadi
selama masa penyimpanan berlangsung. Nilai total volatil base (TVB) cenderung meningkat
selama penyimpanan. Nilai protein larut air dan protein larut garam terus menurun seiring
dengan lamanya penyimpanan. Protein selama penyimpanan mengalami penguraian
menjadi bobot molekul yang lebih kecil.
Kata kunci: ikan selar kuning, penyimpanan suhu dingin, perubahan mutu.
138
KP2-04
Faiza A. Dali*1
1
Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, Indonesia
*Korespondensi penulis : dali.faiza@yahoo.co.id
Abstrak
139
KP2-05
Abstrak
Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi, dan
hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Pemanfaatan ikan ekor kuning tersebut banyak
diolah menjadi beberapa produk olahan. Ikan ekor kuning (Caesio cuning) juga memiliki
karakteristik mudah mengalami kemunduran mutu (highly perishable). Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui proses laju kemunduran mutu dan perubahan protein ikan ekor kuning
(Caesio cuning) selama penyimpanan suhu dingin. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari
sekali selama 14 hari penyimpanan. Parameter yang diamati yaitu organoleptik, pH, Total
Volatil Base (TVB), protein larut air, protein larut garam, dan analisis distribusi bobot
molekul protein larut air dan protein larut garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
organoleptik ikan ekor kuning fase pre rigor terjadi pada hari ke-0, rigor mortis terjadi pada
hari ke-2 sampai hari ke-6, post rigor terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-12, dan fase
kebusukan terjadi pada hari ke-14. Nilai pH ikan ekor kuning selama penyimpanan suhu
dingin mengalami penurunan pada hari ke-2 sampai hari ke-4, kemudian meningkat kembali
pada hari ke-6 sampai hari ke-14. Nilai pH terendah terjadi pada pengamatan hari ke-4 yaitu
dengan nilai pH sebesar 6,67 dan nilai pH tertinggi terjadi pada pengamatan hari ke-14
dengan nilai pH yang diperoleh sebesar 7,26. Nilai Total Volatil Base (TVB) ikan ekor kuning
selama penyimpanan suhu dingin mengalami peningkatan. Komposisi kimia ikan ekor
kuning mengalami perubahan selama penyimpanan suhu dingin, yaitu terjadi peningkatan
kadar air, dan protein, serta penurunan pada kadar lemak dan abu. Nilai protein larut air dan
protein larut garam pada penelitian ini menunjukkan penurunan seiring dengan lamanya
waktu penyimpanan. Protein larut air dan protein larut garam selama penyimpanan suhu
dingin mengalami penguraian menjadi bobot molekul yang lebih kecil
Kata kunci : Ikan ekor kuning, kemunduran mutu, penyimpanan suhu dingin, protein larut
air, protein larut garam.
140
KP3-01
Giri Rohmad Barokah *1, Rudi Riyanto1, Tati Nurhayati2 , Dessy Adventamia Bangun2
1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
2)
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
* Email : girirohmadbarokah@gmail.com
Abstrak
141
KP3-02
Abstrak
Kemunduran mutu ikan segar terjadi setelah ikan mati, salah satu indikator
kualitas kesegaran ikan dapat dilihat melalui perubahan warna pada insang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeterminasi perubahan warna merah pada insang ikan nila
dengan menggunakan image processing sebagai indikator kesegaran ikan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental (Explanatory Research). Data
diolah menggunakan Friedman Conover dan dianalisis secara deskriptif. Kualitas ikan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu high quality, good quality, limit of
acceptability dan spoilt. Pengamatan dilakukan dengan waktu 0 jam sampai 12 jam (interval
4 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan semakin
mundur kualitas ikan. Kategori high quality memiliki nilai persentase warna merah sebesar
82,18 %. Kategori good quality memiliki nilai persentase warna merah sebesar 67,10%.
Kategori limit of acceptability memiliki nilai sebesar 38,52% dan kategori busuk (spoilt)
memiliki nilai persentase warna merah 9,92%.
142
KP3-03
Asri Pratitis1,*), Rini Susilowati1), Aditya Bramandito2), dan Hedi Indra Januar1)
1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2)
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Institut Pertanian Bogor
*) Penulis Korespondensi: asripra@gmail.com
Abstrak
Tingkat nutrisi yang tinggi pada limbah domestik, yang biasanya terdiri dari senyawa
nitrogen dan fosfat, dikenal sebagai sumber tekanan lingkungan utama di perairan pesisir.
Oleh karena itu, pemantauan tingkat nutrisi sangat penting dilakukan di kawasan konservasi
laut. Studi ini menyajikan aplikasi indeks multi-metrik dalam mengakses tingkat nutrisi
secara spasial dan temporal yang terdapat pada air permukaan di Kawasan Konservasi
Perairan Kota Batam.
Penelitian dilakukan berdasarkan pemantauan musiman dan spasial di tiga pulau
besar yaitu Petong, Abang, dan Dedep. Sampel air diambil dari air permukaan di setiap
stasiun pengamatan. Analisa in situ dilakukan untuk menghitung kadar fosfat, nitrat, nitrit,
dan amonia di lokasi sampling. Sementara itu, analisa klorofil dilakukan di laboratorium
dengan metode spektrofotometri. Nilai statistik indeks eutrofikasi multi-metrik
(eutrophication index/EI) yang terukur adalah 0,2-0,7, yaitu antara mesotropik dan eutrofik.
Pulau Petong dan Abang dikategorikan sebagai eutrofik sedangkan pulau Dadap adalah
mesotrofik. Kontaminasi nutrisi yang berlangsung sepanjang musim diduga berasal dari
sedimentasi dan limpasan domestik dari pulau-pulau berpenduduk di wilayah tengah dan
utara. Oleh karena itu, rehabilitasi ekosistem dan mitigasi limpasan antropogenik
diperlukan untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan konservasi. Selain itu, perairan
Pulau Dadap sebagai kawasan dengan tekanan antropogenik paling kecil berpotensi
menjadi kawasan konservasi inti di Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam.
Kata Kunci: kawasan konservasi perairan, kualitas air, eutrofikasi, indeks lingkungan
143
KP3-04
Abstrak
144
KP3-05
Abstrak
Bahan baku ikan yang terbatas dan tingginya harga bahan baku seringkali menjadi
alasan terjadinya pemalsuan produk. Deteksi bahan baku ikan dapat dilakukan
menggunakan metode DNA barcoding. Tujuan penelitian ini yaitu menentukan bahan baku
ikan yang terkandung dalam suatu produk olahan perikanan berdasarkan urutan sekuen
DNA. Isolasi DNA dilakukan sesuai protokol kit Qiagen, amplifikasi DNA menggunakan
metode PCR kemudian dilakukan sekuensing. Hasil analisis profil protein sampel produk
olahan menunjukan bahwa pada sampel terdapat protein Myosin Heavy Chain (MHC). Isolat
DNA memiliki konsentrasi berkisar dari 2,6-106,55 ng/µg, dengan kemurnian yang berkisar
1,22-2,00. Elektroferogram menunjukan 6 dari 7 sampel produk olahan teramplifikasi pada
DNA target sebesar 655 bp. Analisis BLAST menunjukkan sampel terdeteksi sebagai Thunnus
albacares, Upeneus sp., Nemipterus mesoprion, dan Himantura gerrardi. Spesies
Himantura gerradi termasuk spesies yang memiliki resiko kepunahan. Komposisi nukleotida
yang diperoleh memiliki perbandingan basa pirimidin yang lebih besar dibanding dengan
basa purin. Analisis filogeni menunjukkan sampel memiliki kekerabatan dengan spesies
tersebut berdasarkan cabang pohon yang terbentuk.
145
KP3-06
Abstrak
146
KP4-01
KAJIAN PENERAPAN GMP DAN SSOP PADA PRODUK PINDANG AIR GARAM
IKAN LAYANG (Decapterus sp) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAMANAN
PANGAN DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses pengolahan ikan pindang,
menganalisis mutu bahan baku dan produk akhir ikan pindang dan mengetahui daya simpan
pindang di UMKM Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat. Metode Penelitian dilakukan dengan penilaian SKP pada 30 UMKM sampel dan
pengujian Organoleptik bahan baku dan produk akhir, pengujian mutu pada sampel 5
UMKM dengan pengujian mikrobiologi (ALT, Salmonella, E.coli, Salmonella, dan Vibrio
cholera). Pengujian kimia (TVB, kadar air, kadar abu, lemak, protein, pH, kadar garam).
Analisis sensori dengan analisis non-parametrik Kruskal- wallis, analisis mutu mikrobiologi
dan kimia dengan analisis deskriptif, daya simpan dengan regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan organoleptik bahan baku memenuhi SNI (7), ALT memenuhi SNI
(10 X 105), E.coli pada UMKM 1, 2, 3 memenuhi standar yaitu <3, UMKM 4 pada bahan baku =
29 dan produk akhir = <3, UMKM 5 pada bahan baku = 9,2 dan produk akhir = 38. Pengujian
mikrobiologi (Salmonella, V.cholera, S. aureus) yaitu negatif. Pengujian Kimia 5 UMKM
mendapatkan hasil rata-rata air pada bahan baku = 70,86%, produk akhir = 57,19%, Abu
pada bahan baku = 1,66%, produk akhir = 2,40%. Lemak pada bahan baku = 2,21%, produk
akhir = 2,02%, protein pada bahan baku = 23,05%, produk akhir = 22,20%, TVB pada bahan
baku = 12,38%, produk akhir = 17,62%. Kadar Garam pada bahan baku = 1,36%, produk akhir
= 2,05%, pH pada bahan baku = 6,74, produk akhir = 6,1. Daya awet ikan pindang garam pada
suhu ruang nilai 6 berada pada 3 hari 6 jam 44 menit dan suhu dingin nilai 6 berada pada 11
hari 5 jam 34 menit.
147
KP4-02
Abstrak
Kata kunci : Sistem Ketertelusuran, Fillet Patin Siam, dan PT. XYZ
148
KP4-04
Inayah Hidayati
Abstrak
149
KP4-05
Abstrak
Telah dilakukan penelitian pada air limbah waduk dan pasar ikan di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke, Muara Baru, Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penambahan mikroalga jenis Chlorella sp. dalam proses
biodegradasi polutan organik air limbah waduk dan pasar ikan di TPI Muara Angke, Jakarta
Utara. Pengolahan limbah dilakukan secara aerobik dan hasil proses biodegradasi diketahui
dari nilai parameter uji yaitu pH, Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen
Demand (COD), Amonia, Nitrit, Pospat dan Sulfida. Hasil biodegradasi ini memperlihatkan
bahwa Chlorella sp. mampu mendegradasi beberapa polutan organik yaitu BOD5, COD,
amonia, nitrit, pospat dan sulfida yang ada pada air limbah waduk dan pasar ikan TPI Muara
Angke, Jakarta Utara. Baku mutu air limbah yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2007 adalah pH, amonia, BOD5, COD dan sulfida, sedangkan
kadar nitrit dan pospat tidak termasuk. Perubahan yang terjadi di akhir perlakuan adalah
nilai pH awal 6 menjadi 7, kadar BOD5 8,18 menjadi 6,43 mg/L, kadar COD 9.024 menjadi 317
mg/L, kadar amonia 9,83 menjadi 7,79 mg/L, kadar sulfida 4,71 menjadi 0,03 mg/L, kadar
nitrit 0,576 menjadi 0,39 mg/L dan kadar pospat 19,78 menjadi 4,54 mg/L.
Kata kunci : biodegradasi, air limbah, waduk, pasar ikan, Chlorella sp.
150
KP5-01
Abstrak
151
KP5-02
Abstrak
Ikan asap Pinekuhe merupakan produk perikanan yang diolah secara tradisional
oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Bakteri Staphylococcus epidermis memiliki
peran sebagai bakteri oportunistik yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri S. epidermis yang diisolasi dari ikan
asap Pinekuhe dan penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengamati
keberadaan S. epidermis pada 40 isolat sampel yang tumbuh pada media Manitol salt Agar.
Hasil uji pewarnaan Gram, uji Katalase, uji Motility dan uji Koagulase menunjukkan ada
sebanyak 13 sampel uji yang teridentifikasi mengandung S. epidermis. Staphylococcus
epidermis memiliki karakteristik fisiologis yaitu Gram positif, berbentuk bulat, bergerombol,
berdiameter 0,5μm-1μm dan non-motil dan untuk karakteristik biokimia yaitu katalase
positif, koagulase negatif dan tidak memfermentasi Manitol. Dengan demikian, ada 32,5% S.
epidermis yang mengkontaminasi produk ikan asap Pinekuhe.
152
KP5-03
Faculty of Fisheries and Marine Sciences Artha Wacana Christian University Kupang1)
Faculty of Fisheries and Marine Sciences Sam Ratulangi University Manado2)
ayubmeko@yahoo.co.id
Abstrak
Produk se'i ikan tuna termasuk salah satu hasil olahan tradisional khas dari Kota
Kupang. Produk ini diminati banyak orang, namun memiliki keterbatasan karena ragam sifat
spesifik produk masih tinggi pada setiap periode produksi, dan masa simpan yang sigkat.
Salah satu cara untuk mendapatkan hasil se'i ikan tuna yang aman dan memiliki karakteristik
mendekati sama pada setiap kali produksi adalah dengan memodifikasi proses pengasapan
menggunakan asap cair. Kajian tentang pembuatan se'i tuna dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan karakteristik bakteri yang ditemui pada produk se'i tuna yang diproses
dengan asap cair, tehnik pegemasan dan disimpan pada temperature yang berbeda.
Perlakuan yang dicobakan yakni membuat se'i tuna dengan asap cair pada
konsentrasi 1.2% b/v kemudian dikemas secara vacum dan tanpa vaccum, disimpan pada
temperatur ruang dan dingin selama 20 hari. Variabel yang diukur pH, total mikroba dan
identifikasi bakteripada produk se'i tersebut selama penyimpanan. Hasilnya pH se'i tuna
yang disimpan selama 5-20 hari berkisar antara 5.51 sampai 6.55. Total bakteri untuk se'i
yang dikemas tanpa vakum dan disimpan pada temperatur ruang berkisar antara 0 sampai
1.0x106 sedangkan yang dikemas vakum dan disimpan pada temperatur dingin berkisar
antara 0 sampai 1.2x102. Jenis bakteri yang teridetifikasi pada produk se'i dimaksud
sebanyak 9 genus yakni: Mikroccus sp 20 isolat, Basilus sp dan Staphylococcus sp masing-
masing 8 isolat, Lactobacilus sp 4 isolat, Steptococcus sp, Clostridium sp dan Eterococcus sp
masing-masing 3 isolat, serta Alcaligenes sp 2 isolat dan Halobacterium sp 1 isolat. Bakteri
dominan yang ditemui adalah dari gram posetif bentuk coccus yakni Mikrococus sp.
Kata kunci: asap cair, bakteri, gram posetif, masa simpan, se'i ikan
153
KP5-04
Abstract
154
KP5-05
Abstrak
155
A B S T R A K
Mekanisasi Proses
156
MK1-01
1
Urip Prayogi, , 2Titik Indhira Agustin dan 2Nuhman
1
Prodi Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya
2
Prodi Perikanan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya
Email : titiekagustin@gmail.com
Abstrak
157
MK1-02
Abstrak
Kata kunci: mesin pencacah tulang ikan, rancangbangun, shredder, uji kinerja
158
MK1-03
* Perekayasa Madya, ** Perekayasa Muda, *** Perekayasa pertama Balai Besar Pengujian
Penerapan Hasil Perikanan
e-mail : dwifish@yahoo.com
Abstrak
Pedagang ikan keliling yang menggunakan sepeda motor saat ini banyak
ditemui di masyarakat dengan sarana pemasaran yang sederhana dan tidak memenuhi
persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. BBP2HP Membuat sarana
pemasaran ikan yang efisien, efektif dan mampu mempertahankan mutu ikan selama ikan
dipasarkan oleh pedagang ikan menggunakan sepeda motor. Sarana pemasaran terdiri dari
2 box kiri dan kanan dengan 1 display diatasnya. Box dan display terbuat dari bahan resin,
mat 450, WR 400, pigmen putih (pewarna fiber) dan erosil (serbuk) yang dicetak
menggunakan moulding dengan ukuran box 2 x (22 x 38,5 x 34,5) cm, display: 84,5 x 39,5 x
9,5 cm dan dengan ketebalan 3 mm. Sarana pemasaran dipasangkan pada bagian belakang
sepeda motor menggunakan bracket besi siku 4x4, besi siku 3x3 cm, strip 5 cm, besi strip 2,5
cm. Hasil uji kinerja sarana pamasaran ikan menunjukkan daya angkut sarana sebesar 71 kg
terdiri dari 54 kg ikan berbagai jenis dan 17 kg es. Selama operasional 5 jam (8.20 s/d 13.00
WIB) tidak ditemukan masalah baik pada saat perjalanan, manuver dan berhenti, namun
terjadi kenaikan suhu ikan baik didalam box maupun didalam display. Kenaikan suhu ikan
didalam box sebesar 5 oC (dari 5 oC menjadi 10 oC) sedangkan didalam display terjadi
kenaikan 8 oC (dari 10 oC menjadi 18 oC). Hasil penerapan sarana pemasaran ikan segar oleh
pedagang ikan keliling menggunakan sepeda motor di kota Depok dan kabupaten Bogor
selama 9 bulan, meningkatkan pendapatan pedagang ikan di kota Depok rata-rata perbulan
sebesar 13,10% dengan peningkatan keuntungan bersih sebesar 39,04 %, sedangkan di
kabupaten Bogor peningkatan pendapatan rata-rata perbulan 15,34% dan keuntungan
bersih 37,11%. Hal ini menunjukan bahwa sarana pemasaran ikan BBP2HP dapat
mempertahankan mutu ikan selama dipasarkan dan dapat meningkatkan pedapatan
pedagang ikan keliling
159
MK1-04
Abstrak
Abstrak
Proses thawing / pelelehan ikan beku membutuhkan proses yang cepat dan tidak
menyebabkan kehilangan bobot yang tinggi. Pada penelitian ini diuji coba pelelehan ikan
tuna beku menggunakan High Voltage Electric Field (HVEF) dan dibandingkan proses lain
yaitu dibiarkan pada suhu ruang dan direndam dalam air mengalir. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui penyusutan bobot ikan tuna beku selama proses pelelehan
menggunakan HVEF. Sampel berupa daging tuna beku (suhu inti – 4 oC) berbentuk kubus
dengan ukuran 4 x 4 cm diletakkan pada alat HVEF yang bertegangan 20-25 kV, jarak ujung
elektroda dengan permukaan sampel sebesar 4 cm. Kemudian dilakukan pengukuran berat
dan suhu sampel tiap 5 menit selama 15 menit. Data yang diperoleh digunakan untuk
menghitung beberapa parameter utama yaitu evaporation loss, thawing loss, drip loss dan
cooking loss. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata suhu akhir pada perlakuan
HVEF adalah 17,30 oC, 3,0 oC pada perlakuan suhu ruang dan 20,1 oC pada perlakuan
direndam dalam air mengalir. Susut bobot pada akhir perlakuan ialah 14,40%, 10,16% dan
22,55% berturut-turut dengan perlakuan HVEF, suhu ruang dan air mengalir.
Kata kunci : thawing, high voltage electric field, ikan tuna beku
161
MK2-01
Abstrak
Di dunia industri mesin dan peralatan merupakan salah satu faktor penunjang
perusahaan dalam melangsungkan proses produksi. PT. X Purwakarta merupakan
perusahaan yang mengolah ikan segar menjadi produk beku menggunakan mesin air blast
freezer. Tujuan dari pengamatan ini untuk mengetahui alur proses pengolahan fillet ikan
patin, whole ikan nila dan ikan gurami serta menganalisis efektifitas kerja mesin air blast
freezer. Menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness. Perhitungan OEE terdiri
dari tiga sudut pandang yaitu availability, performance, dan quality dengan hasil yang
menunjukkan bahwa tingkat kinerja mesin ABF 1 availability (88,3%) performance (75,1%)
quality (99,5%) OEE (65,9%) untuk ABF 2 availability (90,4%) performance (86,3%) quality
(99,3%) OEE (77,4%) dan untuk ABF 3 availability (86,9%) performance (73,2%) quality
(99,4%) OEE (63,2%). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi rendahnya nilai performance karena jumlah produksi yang dihasilkan
kurang dari target mesin pembeku.
Kata kunci : Fillet ikan patin, whole ikan nila dan gurami, ABF, OEE
162
MK2-02
Abstrak
Industri perikanan merupakan salah satu industri yang mengkonsumsi air dalam
jumlah yang signifikan, sehingga sudah dipastikan bahwa jumlah efluen yang dikeluarkan
juga akan besar. Hal ini akan menimbulkan dampak toksisitas limbah emisi. Oleh karena itu,
perlu analisis untuk mengefektifkan penggunaan air yang akan berkesinambungan dengan
limbah cair yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efektivitas
penggunaan air. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara primer dan
sekunder. Hasil pengamatan selama penelitian didapatkan bahwa proses yang diterapkan di
perusahaan sudah baik, hasil rata-rata penggunaan air yaitu 10,86 liter/kg dan 5,93
liter/jam, penggunaan air yang digunakan selama proses pengolahan tergantung dengan
jenis ikan yang diproduksi. Penghematan air sebanyak 1.400 sampai 2.100 liter setiap
harinya dan 36.400-54.600 liter dalam sebulan dengan keuntungan finansial mencapai Rp
57.223.- Rp 85.835/bulan.
Kata kunci : Penggunaan air, Fillet Patin, Whole (utuh) Nila dan Gurami.
163
MK2-03
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dan cara penyusunan
elemen peltier pada pendingin termoelektrik terhadap performansi alat transportasi ikan
segar. Sistem pendingin termoelektrik pada alat transportasi ikan segar tersusun dari
elemen peltier, bracket alumunium, fan, heatsink dan heat pipe. Susunan variasi pendingin
termoelektrik pada tiap kotak alat transportasi ikan segar yaitu dua buah pendingin
termoelektrik dengan masing masing pendingin tersusun dari satu elemen peltier tunggal,
dua buah pendingin termoelektrik dengan masing masing pendingin tersusun dari satu
buah elemen peltier ganda dan 4 buah pendingin termoelektrik dengan masing masing
pendingin tersusun dari satu elemen peltier tunggal. Uji performansi dilakukan dengan
pengukuran suhu heatsink, heat pipe dan ruang peti insulasi tiap 10 menit selama 120 menit
serta dilakukan pengukuran kebutuhan energi tiap variasi. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa suhu ruang peti insulasi pada penggunaan dua buah pendingin termoelektik
(elemen peltier ganda), dua buah pendingin termoelektik (elemen peltier tunggal) dan
empat buah pendingin termoelektrik (elemen tunggal) berturut-turut 18,8, 13,5 dan 8,5 0C.
Sedangkan kebutuhan energi masing masing perlakuan sebesar 45, 83 dan 166 Watt.
164
MK2-04
Abstrak
Pengujian chilling storage pada kapal ikan kapasitas 1,3 ton di PPP Sadeng
Yogyakarta telah dilakukan Pengujian ini dilakukan sebagai tahapan pendahuluan aplikasi
chilling storage pada kapal penangkap ikan di PPP Sadeng. Sistem chilling storage pada kapal
penangkap ikan ini menggunakan media air laut di dalam palkah yang didinginkan
menggunakan siklus pendinginan kompresi uap untuk menyimpan ikan pada suhu sekitar
0°C. Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui performansi sistem chilling storage yang
dilakukan pada salah satu kapal penangkap ikan berukuran 20 GT di PPP Sadeng Yogyakarta.
Salah satu kinerja yang diamati adalah waktu dan kecepatan pendinginan menggunakan
beban air laut. Pengujian dilakukan dengan mendinginkan air laut sebanyak 700 liter di
dalam palkah yang telah ditambahkan sistem pendingin. Parameter pengujian adalah
capaian suhu air laut dalam palkah selama pendinginan yang dilakukan tiap 30 menit sampai
suhu air laut mendekati 0-1°C. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu pendinginan air
laut dari suhu awal 23,6°C sampai 0,9°C adalah 6 jam. Kecepatan penurunan pendinginan air
laut adalah 3,77 oC/jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem chilling storage
berfungsi dengan baik dan dapat digunakan pada kapal penangkap ikan.
Kata kunci : media pendingin, air laut, penurunan suhu, kapal ikan, chilling storage
165
MK2-05
Abstrak
Kata kunci : media pendingin, air tawar, air garam, penurunan suhu, chilling storage
166
MK2-06
Abstrak
167
ABSTRAK
Poster
168
POS-01
Abstrak
Riset diversivikasi bubuk rusip nilem dengan penambahan bubuk cabai rawit
merah terhadap tingkat kesukaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
cabai rawit merah terhadap tingkat kesukaan. Riset ini terlah dilakasanakan pada bulan
maret sampai bulan mei 2018 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unpad. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah
eksperimental dengan menggunkan 4 perlakuan penambahan cabai parameter yang
diamati terdiri dari uji organoleptik meliputi kenampakan, aroma dan rasa ; serta uji kimia
meliputi kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat. Hasil riset ini menunjukan bahwa
perlakuan yang paling disukai adalah penambahan bubuk cabai rawit merah sebanyak 4%.
Kandungan gizi dari bubuk rusip dengan penambahan bubuk cabai rawit merah meliputi
kadar air 6,18%, abu 39,21%, protein 39,05%, lemak 7,32%, dan karbohidrat 14,42%.
Kata kunci : cabai rawit merah, bubuk rusip, kandungan gizi, organoleptik
169
POS-02
Abstrak
170
POS-03
Abstrak
Dendeng tiruan sendiri merupakan salah satu cara untuk melakukan diversifikasi
pangan terutama pangan semi basah. Penelitian ini menggunakan tepung tapioka sebagai
filler (pengisi), penelitian terdahulu menunjukkan tapioka mempengaruhi karakteristik
fisiokimia dan sensoris dari dendeng tiruan secara signifikan. Penelitian lanjutan untuk
mengetahui potensi pangan diversifikasi fungsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dendeng udang (A0, kontrol) memiliki daya hambat terhadap sel kanker WiDr menggunakan
MTT ( 3,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide) assay sebesar 69.27 ±
0.07% pada dosis 4802 ppm (A0, kontrol), namun tidak pada perlakuan dendeng yang
ditambah tapioka. Data profil protein menunjukkan bahwa semua perlakuan memiliki pita-
pita protein pada berat molekul 245, 75, 45, 35, 25 kDa, dimana band A0 lebih jelas
dibandingkan A1.
171
POS-04
Abstrak
Aneka produk pangan tinggi kalsium dapat digunakan sebagai alternatif sumber
kalsium selain susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium atlet Pencak Silat. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui tingkat penerimaan dan kesukaan atlet pencak silat
terhadap produk pangan tinggi kalsium yang difortifikasi tepung tulang ikan sebagai
alternatif sumber kalsium. Subjek penelitian ini adalah atlet pencak silat kategori tanding di
Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 30 orang. Uji preferensi delapan produk (keripik
kentang, opak singkong, butter cookies, cookies, egg roll, crackers, biscuit dan chiffon cake)
meliputi uji hedonik (kenampakan, tekstur, aroma dan rasa), uji mutu hedonik kekerasan
produk, dan uji ranking berdasarkan ukuran porsi persaji, 30 g untuk produk kering dan 1
slice (50 g) untuk cake. Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis dan Mann-Whitney
(uji hedonik), uji Anova dan uji lanjut Duncan (uji rangking). Berdasarkan kandungan kalsium
dalam produk per sajian dapat memenuhi kebutuhan kalsium harian berkisar 16,84-
39,46%. Tingkat kesukaan atlet terhadap produk fortifikasi tepung tulang lele secara
keseluruhan berada pada kisaran netral hingga disukai. Penilaian atlet terhadap tingkat
kekerasan produk berkisar 2,57 (agak keras) - 5,57 (sangat empuk). Katagerori agak keras
(biskuit, crackers); agak empuk (keripik kentang, opak singkong, butter cookies, cookies, egg
roll); sangat empuk (chiffon cake). Chiffon cake memiliki rerata kesukaan tekstur tertinggi
dibandingkan produk lainnya (p<0,05). Terdapat perbedaan tingkat kesukaan atlet terhadap
ukuran porsi persaji produk fortifikasi (p<0,05), porsi sajian Chiffon cake dianggap dapat
memenuhi perasaan kenyang atlet saat mengkonsumsi snack. Dengan demikian, chiffon
cake merupakan produk paling disukai (skor 3,80), memiliki tekstur sangat empuk,
memenuhi AKG Ca sebesar 21,54% dan mengandung energi sebesar 391,5 kkal.
Kata kunci : atlet pencak silat, biskuit, chiffon cake, kalsium, tepung tulang ikan
172
POS-05
Abstrak
Kata kunci : Stik ikan kambing-kambing, stik ikan pisang-pisang, diversifikasi olahan
173
POS-06
Abstrak
Kata Kunci : Ikan Cakalang, Surimi, Uji Lipat, Uji Tekstur, Analisa Lemak.
174
POS-07
Abstrak
Asap cair merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang dalam bidang
pengolahan hasil perikanan terutama pengolahan tradisional. Asap cair adalah larutan yang
dihasilkan dari proses pirolisis bahan baku yang pada umumnya mengandung selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Bahan-bahan yang terkandung di dalam bahan bakar tersebut
setelah melalui proses pirolisis akan mengalami perubahan atau menjadi senyawa yang
lebih sederhana salah satunya adalah senyawa fenol. Manfaat dari asap cair adalah sebagai
bahan pengawet, antioksidan dan antibakteri. Pengolahan cumi-cumi dengan
memanfaatkan suhu panas biasanya mempengaruhi kandungan nutrisi yang terdapat di
dalam bahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang diberikan
oleh asap cair terhadap kandungan nutrisi khususnya kolesterol pada cumi-cumi yang telah
melalui proses pengukusan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang di berikan dalam
penelitian adalah dengan merendam bahan baku ke dalam asap cair yang berbeda yaitu
asap cair berbahan bakar bonggol jagung dan tempurung kelapa. Parameter yang diamati
yaitu kadar kolesterol, kadar lemak dan kadar fenol. Data parametrik dianalisis dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa cumi-cumi yang di tambahkan
dengan asap cair bonggol jagung, tempurung kelapa, dan kontrol mempunyai pengaruh
yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap kadar kolesterol tertinggi pada kontrol sebesar
4,69ppm;bonggol jagung 2,4ppm dan tempurung kelapa 2,69ppm ; kadar lemak sebesar
kontrol 1,4 %; bonggol jagung 0,59%; tempurung kelapa 0,51%; kadar fenol tertinggi adalah
pada tempurung kelapa yaitu 0,12%.
175
POS-08
1) Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
KS Tubun Petamburan VI Jakarta Pusat 10260
2) Padjajaran University, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat 45363
Korespondensi penulis : diah_ika263@yahoo.com
Abstrak
Konsentrat Protein Ikan (KPI) merupakan produk olahan dari hasil samping proses
ekstraksi ikan yang masih mengandung protein tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik KPI Gabus yang dihasilkan dari dua metode ekstraksi yang
berbeda, yaitu metode pemanasan dan metode kombinasi (pencucian dan asidifikasi).
Konsentrat protein yang dihasilkan dianalisa parameter rendemen, warna, proksimat serta
sifat fungsionalnya (daya ikat air, daya serap air, daya serap lemak, aktifitas dan stabilitas
emulsi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dari perlakuan menggunakan
metode kombinasi dan pemanasan berturut-turut adalah 21% dan 27%. Rata-rata kadar air,
kadar abu, kadar protein dan kadar lemak perlakuan kombinasi dan pemanasan berturut-
turut adalah 6,05% dan 5,81%; 0,65% dan 1,79; 91,88% dan 90,08% serta 0,39% dan 1,62%.
Nilai daya ikat air, daya serap air, daya serap lemak, aktivitas emulsi dan stabilitas emulsi
perlakuan kombinasi dan pemanasan berturut-turut adalah 2,98 mL/g dan 2,33 mL/g; 3,15
g/g dan 2,23 g/g; 1,17 g/g dan 1,13 g/g; 20% dan 21,95%; serta 14,64% dan 25%. Metode
ekstraksi KPI menggunakan metode kombinasi (pencucian dan asidifikasi) lebih
direkomendasikan karena menghasilkan konsentrat protein dengan kadar protein lebih
tinggi, yaitu 92,3%; kadar lemak yang lebih rendah, yaitu 0,58 % serta daya ikat dan daya
serap air yang cenderung lebih tinggi.
Kata kunci : ikan gabus, konsentrat protein ikan, metode pemanasan, metode kombinasi
176
POS-09
Abstrak
Kue akar pinang merupakan makanan ringan khas Banjarmasin yang berbahan
dasar tepung ketan yang dominan karbohidrat. Ikan sepat siam (Tricogaster pectoralis)
merupakan salah satu ikan komoditas Kalimantan Selatan, selama ini baru dimanfaatkan
menjadi olahan ikan kering dan ikan fermentasi (wadi dan bekasam). Penganekaragaman
kue akar pinang dilakukan dengan menambahkan tepung ikan sepat siam agar nilai protein
produk meningkat. Tujuan penelitian untuk mengetahui persentase tepung ikan sepat siam
terbaik berdasarkan kualitas kue akar pinang. Pembuatan kue akar pinang menggunakan
prosedur yang biasa digunakan para pengolah dengan perlakuan penambahan tepung ikan
sepat siam sebanyak 0, 2.5, 5 dan 7.5%. Diperoleh hasil penambahan 5% tepung merupakan
perlakuan terbaik dengan nilai organoleptik aroma 6.6, rasa 6.8, tekstur 6.8 dan warna 6.4
serta kadar air 6.01%, abu 1,43%, protein 8.84%, lemak 40.51% dan karbohidrat 43.21%.
Kata kunci : akar pinang, organoleptik, proksimat, sepat siam, tepung ikan
177
POS-10
R. Marwita Sari Putri, Made Suhandana, Rizki Muhammad, Susilo Dede Ardean
Abstrak
Kerang lokan (Gelonia erosa) dan ulat tanah (Sipunculus nudus) merupakan jenis
komoditas yang terdapat di perairan Bintan Kepulauan Riau. Pengolahan kerang lokan dan
cacing tanah yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan cara perebusan.
Perebusan yang dilakukan dapat merusak struktur bahan dan kandungan nutrisinya. Asam
amino sangat rentan terhadap proses pengolahan yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui profil asam amino yang terdapat pada kerang lokan dan ulat tanah akibat
proses perebusan pada suhu 80- 95 0C. Jumlah asam amino esensial dan nonesensial pada
kerang lokan dan ulat tanah mengalami penurunan pada saat dilakukan perebusan pada
suhu 80- 95 0C selama 10-15.
Kata kunci: asam amino, pengukusan, kerang lokan (Gelonia erosa), ulat tanah (Sipunculus
nudus)
178
POS-11
Abstrak
179
POS-12
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang mutu mikrobiologi ikan asin dari pasar tradisional
di kota Tanjungbalai. Pengamatan dilakukan terhadap 4 (empat) jenis ikan asin, yaitu udang
kering, teri nasi, teri jengki dan cumi. Parameter yang dilakukan meliputi total bakteri,
Coliform, total kapang dan skrining kapang Aspergillus flavus. Hasil penelitian menunjukkan
jumlah total bakteri pada keempat jenis ikan asin masing-masing sebesar 1,2 x 104 kol/gr; 1,4
x 105 kol/gr; 3,7 x 105 kol/gr dan 3,1 x 105 kol/gr. Coliform 3,3 x 102 apm/gr; 4,0 x 102 apm/gr;
5,1 x 102 apm/gr dan 2,5 x 102 apm/gr. Total kapang pada udang, teri nasi dan teri jengki <10 x
101 kol/gr, sedangkan cumi sebesar 1,1 x 105 kol/gr. Skrinning A.flavus pada keempat jenis
ikan asin menunjukkan hasil negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa keempat jenis ikan asin
dari pasar tradisional di kota Tanjungbalai tersebut tidak memenuhi persyaratan mutu
mikrobiologis yang ditetapkan, sehingga disarankan untuk dikonsumsi dalam keadaan
terolah dan melalui proses pencucian terlebih dahulu.
180
POS-13
Abstrak
181
POS-14
Sekolah Tinggi Perikanan, jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 16418
elmakurniaotepah@gmail.com, *niken.stp@gmail.com, lilis.supenti@yahoo.co.id
*niken.stp@gmail.com
ABSTRACT
Traceability system is the ability to record each stage of the process so that the
existing documents can trace product's history or location sources. PT. X is a company
engaged in processing frozen pangasius fillets and committed to prioritizing product quality
and customer satisfaction, one of which is implementing a traceability system that is able to
track each stage of the process to ensure the quality of a product. The method used in data
retrieval was direct observation by participating in each trace of the process and traceability
system applied at fish processing unit (FPU) and involved interviewees (farmers, QA, QC and
everyone involved in FPU). The results obtained from the external and internal traceability
system at PT. X has implemented a traceability system in the form of recording and coding.
However, the internal traceability system implemented at FPU can track the location of
supplier, type of product, and production date, while it can not track the pond number and
type of raw material used. Based on the above observations, it is necessary to improve the
internal traceability system by adding the code from the supplier location, supplier name,
pond number, truck number, hold number, raw material type, product type, packing time,
packing date, month and production year so that the coding system of PT.X can trace the
history of their product.
Keywords : Traceability System, Pangasius, PT. X
182
POS-15
Abstract
183
POS-16
Faculty of Fisheries and Marine Sciences Artha Wacana Christian University Kupang1)
Faculty of Fisheries and Marine Sciences Sam Ratulangi University Manado2)
ayubmeko@yahoo.co.id
Abstract
Se'i tuna products are one of the traditional processed products typical of Kupang
City. This product is in great demand by many people, but has limitations because the variety
of product specific characteristics is still high in each production period, and the shelf life is
short. One way to get results as tuna is safe and have the same characteristics at each time of
production and has a long shelf life is to modify the smoking process using liquid smoke. A
study of the manufacture of tuna has been carried out with the aim of getting the
characteristics of the bacteria found in the tuna product which is processed with liquid
smoke, packaged technique and stored at different temperatures.
The treatment that was tried was to make 'tuna' with liquid smoke at a
concentration of 1.2% b / v then it was packaged vacum and without vaccum, then stored at
room temperature and cold for 20 days. Variables measured by pH, total microbes and
identification of bacteria encountered in the product during storage. The result is that the
pH of the tuna stored for 5-20 days ranges from 5.51 to 6.55. The total bacteria for se'i
packaged without vacuum and stored at room temperature ranged from 0 to 1.0x106 while
those vacuum packed and stored in cold temperatures ranged from 0 to 1.2x102. The type of
bacteria identified in the se'i product was as much as 9 genera namely: Microccus sp 20
isolates, Basilus sp and Staphylococcus sp 8 isolates, Lactobacilus sp 4 isolates, Steptococcus
sp, Clostridium sp and Eterococcus sp 3 isolates, and Alcaligenes sp 2 isolates and
Halobacterium sp 1 isolates. The dominant bacterium found was from the coccus form
posetif, namely Mikrococus sp.
184
POS-17
Murdinah
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Abstrak
Masyarakat mulai sadar bahwa ada hubungan antara makanan dan kesehatan.
Makanan yang dikonsumsi tidak hanya mengandung zat gizi namun juga mengandung
senyawa fungsional yang berfungsi untuk kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh
konsumen untuk meningkatkan status gizi. Zat gizi dan senyawa fungsional tersebut dapat
berasal dari bahan alami seperti tanaman, hewan, dan hasil perikanan. Rumput laut hijau
Caulerpa merupakan salah satu sumber nutrisi dan senyawa fungsional yang bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Kandungan nutrisi dan senyawa fungsional dari rumput laut hijau
Caulerpa yang dapat dimanfaatkan dalam produk pangan fungsional dan farmasi antara
lain protein, asam amino dan peptida, asam lemak, serat pangan, vitamin, mineral,
khlorofil, karotenoid, senyawa fenol dan polifenol, polisakarida sulfat, dan caulerpin.
Review ini membahas tentang jenis-jenis Caulerpa, kandungan nutrisi, senyawa bioaktif
dari rumput laut Caulerpa dan bioaktivitasnya, potensi aplikasi pada produk pangan
fungsional dan farmasi, dengan tujuan memperkaya pemahaman tentang kandungan
nutrisi dan komponen bioaktif rumput laut Caulerpa yang dapat dijadikan sebagai salah
satu sumber alami nutrisi dan senyawa bioaktif yang potensial untuk bahan pangan,
pangan fungsional, maupun bahan farmasi, serta tren pengembangannya di masa depan.
Kata kunci: rumput laut hijau, Caulerpa, nutrisi, senyawa bioaktif, pangan fungsional,
farmasi
185
POS-18
Abstrak
186
POS-19
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
Jl. KS Tubun - Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Telp. (021) 53650157, Faks. (021) 53650158
*Korespondensi: n_hay04@yahoo.com
Abstrak
Pemanfaatan limbah ekstraksi alginat sebagai bahan baku untuk produk pakan ikan
telah dilakukan. Penanganan limbah segar dilakukan dengan tahap netralisasi
menggunakan asam organik, dikeringkan, dan ditepung, kemudian dianalisis karakteristik
kimiawinya. Hasil analisis diformulasi dalam software winfeed untuk mendapatkan proporsi
terbaik ditambahkan dalam formulasi dengan komposisi sebesar 0 ; 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10% dari
total berat bahan pakan. Formulasi pakan ikan nila yang terbaik berdasarkan analisis de
Garmo adalah formula kedua yaitu dengan proporsi limbah alginat 2,5% dengan
karakteristik kandungan mineral kalsium 1,28% dan fosfor 4,61%. Kualitas pakan ikan nila
telah memenuhi standar SNI, yaitu kadar air ≤ 12 (10,72%), kadar protein ≥ 25% (32,27%),
kecuali kadar abu yang semestinya ≤ 15% dalam pakan adalah 16,47%; kadar lemak ≥ 5%
dalam pakan adalah 2,66%, dan serat kasar ≤ 8 dalam pakan adalah 20,79%.
187
POS-20
Abstrak
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor dan program utama
revitalisasi perikanan yang diharapkan dapat berperan penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Rumput laut menyediakan sumber serat makanan yang baik
sehingga rumput laut memegang peranan penting dalam nutrisi manusia. Rumput laut
merah (Kappaphycus alvarezii) adalah salah satu jenis rumput laut penghasil karaginan.
Sifat ini dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik dan industri lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semi refined carrageenan (SRC) rumput
laut merah jenis Kappaphycus alvarezii yang dikeringkan dengan menggunakan alat
pengering buatan (cabinet dryer). Metode analisa mutu yang digunakan yaitu kadar air,
kadar abu, rendemen dan viskositas.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas semi-refined
carrageenan yang diolah dari jenis rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii) yang
dikeringkan dengan menggunakan alat cabinet dryer selama 12 jam dan 24 jam. Kadar air
rumput laut segar sebanyak 88% sedangkan kadar air rumput laut kering yang dikeringkan
selama 12 jam dengan menggunakan alat cabinet dryer 44% dan rumput laut kering yang
dikeringkan selama 24 jam 33.5%. Rumput laut kering ini diproses lebih lanjut untuk
pembuatan semi-refined carrageenan dan kadar air yang dihasilkan 8% untuk proses
pengeringan selama 12 jam dengan menggunakan alat cabinet dryer dan kadar air 6% pada
proses pengeringan selama 24 jam. Kadar air tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan
FAO untuk produk karaginan yaitu maksimum 12%. Sedangkan untuk kadar abu yang
dihasilkan dari produk semi-refined carrageenan pada proses pengeringan selama 12 jam
19.36% dan pengeringan selama 24 jam 25.04%. Kadar abu dari hasil penelitian ini
memenuhi persyaratan FAO untuk produk karaginan berkisar 15-40%. Rendemen yang
dihasilkan dari proses pengeringan selama 12 jam 31.6% dan selama proses pengeringan 24
jam rendemen 26%.
188
POS-21
Abstrak
189
POS-22
Abstrak
Tepung rumput laut (TRL) yang diolah dari rumput laut E.cottoni yang telah
diambil sapnya kombinasikan dengan konjak dan garam NaCl untuk meningkatkan sifat
fungsionalnya . Hasil penelitian menunjukan bahwa TRL bersinergi dengan konjak pada
konsentrasi garam 0.3% dan 0.6%. Komposit TRL : konjak 4:1 dengan konsentrasi garam
0.6% menghasilkan gel dengan elastisitas tertiggi, sedangkan kekuatan gel tertinggi
diperoleh pada kompositi TRL : konjak 3:2 dengan penambahan garam 0.6%. Komposit
TRL:konjak 4:1 menghasilkan gel yang lebih cerah (L* tertinggi) pada dua level konsentrasi
penambahan garam. Profile gelatinisasi dengan Rapid Visco alyzer menunjukan
penambahan tepung komposit TLR : konjak 4:1 dan 3:2 mempengaruhi gelatinisasi profile
tepung tapioka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sifat fungsional TRL dapat
ditingkatkan melalui formulasi dengan konjak, dan penambahan komposti TRL: konjak
dapat mempengaruhi profil gelatinisasi pati tapioca.
190
POS-23
Abstrak
Pemanfaatan rumput laut didorong oleh produksi rumput laut yang semakin
meningkat setiap tahunnya. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan yaitu jenis rumput laut
merah dan rumput laut coklat. Penelitian ini menggunakan rumput laut Turbinaria sp. dan
rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut memiliki kandungan senyawa bioaktif dan
aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Kandungan antioksidan dalam rumput laut sangat
prospektif untuk digunakan pada sediaan body lotion. Tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan kombinasi bubur rumput laut Turbinaria sp. dan Eucheuma spinosum terbaik
sebagai bahan baku body lotion. Rasio kombinasi bubur rumput laut Eucheuma spinosum
dan Turbinaria sp. yang digunakan adalah 1:1, 1:2, dan 2:1. Kombinasi terbaik bubur rumput
laut didapatkan pada perbandingan 1:2 dengan nilai IC50 sebesar 173.7287 dan total fenol
sebesar 455mgGAE/g. Nilai IC50 pada lotion sebesar 280,17 dan LoD sebesar 82,47%. Hasil uji
sensori yang didapatkan yaitu netral, sehingga bubur rumput laut dapat digunakan sebagai
bahan baku body lotion.
191
POS-24
Abstrak
192
POS-25
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. K. S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat
Email author: asripra@gmail.com
Abstrak
Hidrolisat protein ikan (HPI) merupakan salah satu bentuk produk olahan ikan yang
memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu mudah dicerna dan memiliki profil asam
amino yang lengkap. Dalam aplikasinya di bidang industri makanan, HPI digunakan sebagai
bahan fortifikasi produk pangan. Salah satu proses produksi HPI adalah dengan penggunaan
enzim protease, enzim ini berfungsi sebagai pemecah protein menjadi asam amino yang
lebih pendek untaian peptidanya. Selama ini dalam memproduksi enzim digunakan media
yang diimpor dari luar negeri dengan harga yang relatif mahal. Dalam skala industri
penggunaan media tersebut tidak ekonomis, sehingga diperlukan pencarian bahan
alternatif sebagai media pengkayaan bakteri penghasil enzim protease yang berasal dari
bahan-bahan lokal. Dalam penelitian ini telah dilakukan percobaan penggunaan beberapa
media pengganti yeast ectract diantaranya yaitu kaldu ikan dan MSG. Enzim yang dihasilkan
telah dicobakan untuk memproduksi HPI pada ikan nila dan lele. Berdasarkan analisa profil
asam amino HPI ikan lele (MSG) mengandung kadar asam amino esensial lisin tertinggi yaitu
sebesar 113,90±0,28 mg/g, sementara pada ikan nila (YE) memiliki kadar lisin sebesar
104,25±0,35. Sedangkan kadar asam amino non esensial pada ikan lele tertinggi pada
perlakukan pemberian media kaldu ikan (F) yaitu sebesar 157,50±0,28 mg/g dan pada ikan
nila kadar asam glutamat tertinggi dengan perlakuan yeast exstract (Ye) yaitu sebesar
146,7±0,42. Secara umum, jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa menggunakan enzim)
profil asam amino dengan perlakukan media bahan lokal memiliki kadar asam amino yang
lebih tinggi, sehingga kaldu ikan dan MSG memiliki potensi sebagai media pengganti yeast
extract dalam memproduksi enzim.
Kata kuinci: hidrolisat protein ikan, protease, asam amino, media pertumbuhan.
193
POS-26
PROFIL ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK KEONG SESIHI (Nerita signata)
DI PERAIRAN PULAU PANJANG
Abstrak
Keong sesihi merupakan salah satu jenis moluska yang terdapat di Pulau Panjang.
Namun, masih belum dimanfaatkan dengan optimal karena pengetahuan masyarakat
terhadap kandungan gizi komoditas tersebut masih kurang. Keong sesihi biasanya
dikonsumsi sebagai lauk ataupun hanya sekedar makan untuk cemilan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui rendemen, kandungan proksimat, asam amino, asam lemak dari
keong sumpil (Planaxis sulcatus) segar dan setelah direbus. Metode yang digunakan yaitu
eksperimental skala laboratorium dan bersifat deskriptif dengan menggunakan 3 perlakuan
yaitu segar, perebusan 15 menit dan perebusan 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat penurunan setelah proses perebusan selama 15 dan 30 menit. Perlakuan
terbaik dari penelitian ini adalah perebusan selama 30 menit untuk asam amino, sedangkan
asam lemak terdapat perlakuan perebusan selama 15 menit. Kandungan asam amino
tertinggi terdapat asam glutamat, sedangkan jenis stearat untuk golongan asam lemak.
194
POS-27
Abstrak
Mimi merupakan hewan laut yang banyak dimanfaatkan dalam studi biomedis,
lingkungan, dan sebagai makanan yang disajikan sebagai menu utama. Jenis mimi yang
ditemukan hampir merata di perairan Indonesia adalah Tachypleus gigas atau yang kita
kenal sebagai mimi bulan. Mimi bulan secara empiris diketahui memiliki racun pada saluran
pencernaannya, tetapi beberapa masyarakat mengonsumsi mimi. Menurut mereka mimi
beracun pada bagian jeroannya dan akan menyebar ke seluruh bagian tubuh apabila tidak
dimasak sesuai prosedur. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan bagian tubuh mimi
yang dapat dimakan dengan aman, menganalisis kandungan gizi dan senyawa aktif, serta
menentukan toksisitas secara in vitro dari bagian tubuh mimi (insang buku, daging, gonad
dan jeroan) sehingga dapat diketahui dengan pasti bagian tubuh mimi yang aman
dikonsumsi. Wilayah penangkapan mimi berasal dari laut di sekeliling Jawa Timur dengan
spesifikasi bobot 500-1000 pada bulan Juli. Mimi yang ditangkap memiliki rata-rata panjang
23,8 cm dengan lebar 13,8 cm. Bagian tubuh mimi meliputi daging 10,30%, gonad 30,70%,
jeroan 2,25%, insang buku 26,15% dan cangkang 40,60%. Kandungan protein, abu, dan
lemak pada gonad lebih tinggi dari pada daging secara basis basah, data yang didapatkan
berturut-turut 26,10% dan 14,44; 0,68% dan 0,55; 4,87% dan 1,97%. .
195
POS-28
Abstrak
Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas bahan baku pada produksi
garam. Permasalahan yang muncul adalah para petani garam cenderung memanen garam
pada hari ke 5 hingga 7 yang menghasilkan produk garam dengan nilai dibawah 29 oBE yang
tidak memenuhi standar garam industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian konsorsium bakteri halofilik pada proses produksi garam pada sekala
laboratorium. Bakteri halofilik diisolasi dari air garam yang berasal dari Tuban, Jawa Timur.
Hasil penelitian mempelihatkan isolat T.28 mampu mempercepat produksi garam dengan
nilai 25 hingga 29oBE dalam waktu 3 hari.
196
POS-29
1
Mulyasari, 1Mas Tri Djoko Sunarno dan 1Reza Samsudin
1
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan Bogor
Email Adress: mulyasari_bogor@yahoo.co.id
Abstrak
Ketersediaan bahan baku nabati di Indonesia cukup melimpah dan beragam yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein dan karbohidrat alternatif untuk pakan ikan,
Namun masih terdapat kendala pada kualitas bahan baku yang diperoleh seperti kandungan
serat kasar yang tinggi sehingga perlu upaya untuk memperbaiki kualitas bahan nabati
tersebut salah satunya dengan memanfaatkan bakteri selulolitik. Banyak bakteri yang dapat
memproduksi enzim dan mengkatalisis proses degradasi selulosa. Namun hanya sedikit
bakteri yang mampu menghidrolisis selulosa secara menyeluruh dan efektif. Oleh karena
itu, penelitian mengenai konsorsium bakteri dalam menghidrolisis selulosa pada bahan
baku nabati perlu dilakukan. Penelitian dibagi dalam 3 tahap yaitu seleksi bakteri selulolitik
sebagai kandidat konsorsium, karakterisasi konsorsium bakteri selulolitik dan uji
efektivitas pemanfaatannya dalam peningkatan kualitas bahan baku nabati. Berdasar hasil
penelitian terdapat 4 isolat yang memiliki aktivitas selulase total, endoglukanase dan
eksoglukanase tertinggi yaitu UG5, UG8, TS2b dan UG7. Isolat TS2b bersifat antagonistik
terhadap UG5 dan UG8 saat dikultur bersama-sama. Aktivitas selulase total dan
endoglukanase dari konsorsium TS2b dengan UG5 dan UG8 lebih rendah saat dikultur
bersama-sama. Sedangkan aktivitas selulase total dan eksoglukanase lebih tinggi saat
konsorsium UG5, UG8 dan UG7 dikultur bersama-sama dibandingkan dengan aktivitas saat
dikultur sendiri-sendiri. Aplikasi konsorsium bakteri UG5,UG8 dan UG7 pada bahan nabati
(rumput laut) terbukti mampu meningkatkan kandungan gula reduksi dan protein terlarut
bahan nabati tersebut.
kata kunci : perbaikan kualitas bahan baku, konsorsium bakteri, rumput laut
197
POS-30
Gintung Patantis, Ariyanti Suhita Dewi, Muhammad Nursid and Yusro Nuri Fawzya
Abstrak
198
POS-31
Abstrak
199
POS-32
Lily Viruly*
Abstrak
Siput laut gonggong asal Bintan merupakan salah satu gastropoda laut yang
belum dimanfaat secara optimal. Siput ini merupakan makanan laut khas Bintan dan
harganya sangat mahal. Gonggong merupakan ikon Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan
Riau. Secara empiris, siput ini dipercaya dapat meningkatkan stamina dan vitalitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melakukan penapisan bioaktif peptida pada siput laut gonggong
asal Bintan yaitu sifat antioksidan dan sifat antimikroba. Aktivitas antioksidan dianalisis
menggunakan metode DPPH dan aktivitas antimikroba dianalisis menggunakan metode
sumur. Aktivitas antiokasidan pada ekstrak gonggong bercangkang tipis (IC-50 = 1433,08
ppm) lebih tinggi daripada gonggong bercangkang tebal (IC-50 = 2051,55 ppm), akan tetapi
aktivitas kedua ekstrak gonggong ini masih tergolong memiliki aktivitas antiokasidan yang
lemah jika dibandingkan dengan vitamin C (IC-50 vitamin C=3,555 ppm). Aktivitas
antimikroba pada ekstrak gonggong lebih baik pada bakteri Gram positif daripada bakteri
Gram negative. Ekstrak gonggong rebus bercangkang tebal memiliki aktivitas antimikroba
yang paling tinggi dengan nilai rata-rata diameter daya hambat (DDH) sebesar 25,55 mm.
200
POS-33
Abstrak
Sumber gelatin terbesar hingga saat ini berasal dari kulit babi yang menyumbang
46% dari total gelatin. Hal ini menjadi penghambat bagi pengembangan produk pangan di
negara dengan mayoritas muslim seperti Indonesia. Salah satu sumber yang prospektif
untuk dikembangkan adalah tulang ikan yang menyumbang 10-20% dari bobot ikan, dengan
budi daya ikan terbanyak, yaitu ikan patin. Penelitian ini bertujuan mengekstraksi gelatin
dari limbah tulang ikan patin dengan bantuan ultrasonik menggunakan variasi waktu
ekstraksi 3, 5, dan 7 jam. Berdasarkan hasil yang diperoleh waktu ekstraksi 5 jam menjadi
perlakukan terbaik yang memberikan rendemen tertinggi, yaitu 5 ± 1.03% dengan nilai
kekuatan gel, viskositas, dan pH berturut-turut 147.74 ± 0.83 g Bloom, 14.63 ± 0.31 cP, dan
6.76 ± 03. Analisis gugus fungsi dengan fourier transform infrared (FTIR) telah memberikan
serapan khas dari gelatin dengan munculnya puncak amida. Hasil analisis berat molekul
dengan sodium dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) diperoleh
berat molekul gelatin dengan rentang 120.08-155.82 KDa.
201
POS-34
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Jalan Agatis, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680.
Telepon 0251-8622915, faks. 0251-8622916.
*korespondensi: mikanaommanru@gmail .com
Abstrak
Spirulina platensis adalah sianobakteri atau mikroalga hijau biru yang mampu
tumbuh pada berbagai tingkat salinitas, pH sangat basa (pH 8-11), media dengan kandungan
senyawa karbonat dan bikarbonat serta bahan-bahan organik. Kandungan nutrisi yang
lengkap pada Spirulina sp. (protein, karbohidrat, lemak, mineral, asam amino esensial dan
non esensial, asam nukleat, vitamin, enzim dan pigmen) sangat berperan sebagai
antibakteri pada bakteri P. acnes, S. aureus dan S. epidermidis. Tujuan dari penelitian ini
yaitu menentukan aktivitas antibakteri masker gel peel-off ekstrak spirulina dengan
penambahan kolagen terhadap bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus. Nilai rendemen pada S.platensis hasil kultivasi
dengan media organik yaitu 28.18 gram. Formulasi terbaik yang diperoleh yaitu formulasi
masker 5%. Nilai pH sediaan masker gel masih dalam rentang pH normal kulit yaitu 5.
Evaluasi viskositas masker gel peel-off menggunakan viskosimeter brookfield dengan
kecepatan 20 rpm dan diperoleh nilai viskositas formula berkisar 31819 cPs. Waktu
mengering masker gel berkisar 25 menit. Pengujian daya sebar dilakukan dengan
menggunakan beban 50 gram. Luasan daya sebar masker yang diperoleh yaitu 4.3 cm.
Kemampuan masker setelah diaplikasikan ke wajah sebanyak 5 gram yaitu peel-off. Tingkat
kelembapan wajah setelah diaplikasikan masker gel peel-off S. platensis yaitu sebesar 45%.
202
POS-35
Abstrak
Arthritis merupakan peradangan pada satu atau lebih persendian, yang disertai
dengan rasa sakit, kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak. Pengobatan nyeri
pada arthritis saat ini masih menggunakan obat sintetik yang memiliki banyak efek samping.
Kitosan memiliki struktur menyerupai glukosamin yang dapat digunakan sebagai anti
arthritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kitosan sebagai analgesik
pada tikus arthritis. Metode yang digunakan adalah metode rangsang panas dengan
menggunakan hot plate suhu 55 ± 1oC. Sebanyak 25 ekor tikus galur Sprague Dawley jantan,
berat 150-250 gram, diberi makan dan minum standar ad libtium. Kelompok I (kontrol
normal), kelompok II (kontrol positif), Kelompok III (kontrol negativ/natrium diklofenak),
kelompok IV dan V (Perlakuan kitosan 50 dan 100mg/200gram BB tikus). Sebagai
permodelan arthritist tikus pada kelompok II sampai V diinduksi dengan Complete Freund's
Adjuvant (CFA) secara subplantar menurut metode Anderson (1970) pada hari pertama.
Pengukuran aktivitas analgesik dilakukan tiap 3 hari sekali setelah hari ke-17, kemudian di
analisis menggunakan general linear repeated measure test (p<0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase penurunan respon nyeri dari control normal sebesar
0,30%, kontrol positif -13,46%, kontrol negatif 20,37%, kelompok kitosan 50 mg/200 gram
BB 31,52% dan kelompok kitosan 100 mg/200 gram BB 35,29%. Berdasarkan data penelitian
bahwa kitosan dapat digunakan sebagai analgesik pada tikus arthritis.
203
POS-36
Abstrak
Glukosamin merupakan salah satu turunan dari kitin dan merupakan gula amino
dan prekursor penting dalam sintesis protein, karbohidrat dan lipid. Glukosamin dapat
digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit osteoatritis. Maka dalam penelitian
ini dilakukan pengujian efektivitas glukosamin terhadap peningkatan cairan sinovial untuk
mencegah atau mengobati penyakit osteoatritis dengan metode photo X-ray. Hasil
pengujian didapatkan bahwa pertumbuhan hewan percobaan terlihat normal. Efektivitas
glukosamin secara in vivo pada dosis glukosamin 1.500 mg/kgBB dapat meningkatkan cairan
sinovial secara maksimal. Kadar SGOT–SGPT dan kreatinin disetiap perlakuan tidak berbeda
nyata (p>0.05), dan semua parameter biokimia darah yang diuji masih dalam kategori
normal.
Kata kunci : glukosamin, osteoatritis, sinovial, polisakarida
204
POS-37
Abstrak
Paparan sinar ultraviolet dapat memberikan efek yang buruk pada kulit seperti
menimbulkan pencoklatan pada kulit (tanning), penuaan dini hingga penyakit kanker kulit.
Oleh karena itu, tubuh memerlukan senyawa antioksidan yang mampu menangkal radikal
bebas. Salah satu senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antioksidan adalah karotenoid
dari Chlorella vulgaris yang dapat diformulasikan sebagai losion. Tujuan penelitian
mengetahui sifat fisik, menguji aktivitas antioksidan serta mengetahui stabilitas losion
pelembab kulit dari ekstrak karotenoid Chlorella vulgaris. Konsentrasi ekstrak karotenoid
yang digunakan adalah 0,10%, 0,15%, 0,20%. Karotenoid diekstraksi dengan pelarut organik
etanol dan diklorometan. Losion dibuat dengan metode gom basah. Evaluasi sediaan
meliputi uji organoleptik, pH, homogenitas, viskositas, sifat alir, daya sebar, aktivitas
antioksidan, serta uji stabilitas dengan metode cycling test dan uji sentrifugal (mekanik).
Hasil studi yang telah dilakukan, losion yang dihasilkan memiliki karakteristik berwarna
putih, lemon chiffon, ligh goldenrod yellow dan ligh yellow dan beraroma khas lemah
ekstrak karotenoid, memiliki pH 5,22-6,27, kemampuan menyebar 3.604,26-4.807,83 mm2,
sifat alir tiksotropik plastis, losion memiliki aktivitas antioksidan lemah dengan nilai IC50
181,71 µg/ml, 159,88 µg/ml dan memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50
144,06 µg/ml. Sediaan losion stabil dalam penyimpanan selama 1 tahun setelah lulus
pengujian stabilitas dengan metode cycling test dan teknik sentrifugal, oleh karena itu
ekstrak kasar karotenoid dari C. vulgaris dapat digunakan sebagai zat tambahan pada losion
yang memiliki aktivitas antioksidan.
205
POS-38
Dedi Noviendri
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jl. KS Tubun
Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Korespondensi Penulis: dedinov@yahoo.com
Abstrak
Ulasan ini bertujuan untuk mengulas jenis asam lemak dari dua jenis rumput laut
coklat seperti Sargassum duplicatum dan Padina australis, dan induksi apoptosis dari trans -
fukosantin pada sel lestari (H1299) kanker paru-paru manusia. Pada ulasan ini diperlihatkan
bahwa kedua jenis rumput laut coklat mengandung sejumlah asam lemak tak jenuh.
Namun, dalam hal kandungan asam dokosaheksaenoat, asam eikosapentaenoat, asam
arakidonat dan asam alfa-linolenat, S. duplicatum diketahui memiliki kadar yang lebih tinggi
(0,76; 2,55; 13,64 dan 5,35 %, berturut-turut) dari P. australis (0; 2,06; 9,50 dan 2,88 %,
berturut-turut). Untuk asam lemak jenuh, dalam hal ini asam palmitat ditemukan menjadi
asam lemak yang utama dalam kedua jenis sampel yang diteliti. Kemudian dalam tulisan ini
akan diulas juga mengenai efek pemberian trans - fukosantin dan doksorubisin hidroklorida
(sebagai kontrol positif) pada sel lestari (H1299) kanker paru-paru manusia yang selanjutnya
efeknya dievaluasi dengan uji 3-(4,5-dimethyl thyzol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide
(MTT). Berdasarkan pengamatan perubahan morfologi inti dengan mikroskop fluoresensi
terlihat bahwa sejumlah sel apoptosis setelah perlakuan dengan trans - fukosantin dan
doksorubisin hidroklorida muncul bentuk yang tidak teratur, berwarna agak kuning - hijau,
yang merupakan indikator beberapa fitur inti apoptosis, termasuk juga adanya terjadi
pembelahan DNA kromosom ke dalam fragmen internukleosomal DNA, dan juga terlihat
kondensasi kromatin. Kemudian, berdasarkan scanning electron microscope (SEM), sel
lestari (H1299) tanpa perlakuan menunjukkan bentuk yang teratur dan membran normal
dengan permukaan halus. Untuk sel (H1299) yang diperlakukan dengan trans - fukosantin
dan doksorubisin hidroklorida menunjukkan terjadinya penyusutan sel, penurunan volume
sel dan perubahan pada membran plasma yang diikuti oleh membran blebbing secara
intensif dan akhirnya terbentuk badan apoptosis.
KATA KUNCI: asam lemak, rumput laut coklat, trans-fukosantin, apotosis, kanker paru-paru
206
POS-39
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com
Abstrak
Masker peel off rumput laut memiliki kandungan senyawa aktif dan antioksidan
sangat diperlukan. Penggunaan bubur rumput laut sebagai bahan baku masker peel off
menjadi salah satu alternatif karena tidak menghasilkan limbah dan biaya produksi rendah.
Tujuan penelitian ini yaitu menentukan karakteristik dan mendapatkan rasio bubur rumput
laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides terbaik sebagai bahan baku masker peel off,
serta menentukan karakteristik masker peel off dari rasio bubur rumput laut terbaik. Bubur
rumput laut E.cottonii dan T.conoides dikarakterisasi meliputi kadar air, pH, fitokimia, dan
antioksidan. Rasio bubur rumput laut terbaik diformulasikan pada sediaan masker peel off
lalu dikarakterisasi pH, viskositas, waktu mengering, daya sebar, antioksidan, dan sensori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio bubur rumput laut E. cottonii dan T.conoides
terbaik didapatkan pada rasio 1:1 dengan nilai pH sebesar 6,3; nilai IC50 sebesar 137,36 ppm.
Bubur E. cottonii dan T. conoides mengandung senyawa bioaktif. Masker peel off dengan
formula bubur rumput laut rasio 1:1 memiliki karakteristik yaitu waktu mengering selama
25,50 menit, daya sebar 5,5 cm, viskositas sebesar 7.200 cP, nilai pH sebesar 6,81, serta
mengandung antioksidan. Sensori masker peel off formula rumput laut terhadap
kenampakan, warna, aroma, dan tekstur tidak berbeda nyata dengan masker peel off tanpa
formula rumput laut dan masker komersial.
207
POS-40
Marine Radioecology Group, Center for Radiation Safety Technology and Metrology, National
Nuclear Energy Agency, Jl. Lebak Bulus Raya. No. 49. Kotak Pos 7043 JKSKL.
Jakarta selatan 12070, Indonesia
Abstrak
Kata Kunci : Radionuklida natural, Spektrometer gama, Kajin dosis, Erica Tools, Bengkalis
208
PANITIA
Pani a Penyelenggara
Ketua: Asri Pra s, M.Sc
Sekretaris : Gintung Patan s, M. BiotechSt
Kesekretariatan : Kar ka Winta Apriliany, MDP, Vera Rahmasari, S.Pi, Ta Nurhaya , S.Kom,
Cepryana Sathalica W., MM
Anggota
Bagian Materi dan Persidangan: Syamdidi, M.Sc, Dr. Muhammad Nursid, Dr. Subaryono,
Dr. Dwiyitno, Dr. Ellya Sinurat, Dr. Dewi Seswita Zilda, Dr. Dedi Noviendri, Dr. Hedi Indra Januar,
Dr. Ariyan Suhita Dewi, Dr. Ema Hastarini, Dr. Suryan , Dr. Ifah Munifah
Bagian Acara: Agusman, M.Sc, Tiara Silva Katulis ani, S.Pi, Giri Rohmad Barokah, S.Pi,
Izhamil Hidayah, S.Pi
Bagian Perlengkapan : Erki Herdian, A.Md, Faisal Amin, A.Md, Benget R. Simanjuntak, S.Pi,
Wahyu Widianto, S.Pi
Bagian Konsumsi : Ade Fitri Amalia, A.Md., Rahmah Tamah, SE, Sumarni
Bagian Publikasi dan Dokumentasi : Puguh Aji Murwo Prasetyo, Ahmad Mansur, M.Si,
Franciscus Edi Priyono, S.Pi
Bagian Pameran : Arif Budiman, S.Pi, Merissa Nur Asih, S.I.Kom, Rudi Sumadi, S.Sos
Bidang Akomodasi dan Transportasi : Affandi Ahmad, S.Kom, Vandra, SH., Ukis Sofarudin, A.Md
#BBRP2BKP_2018
BALAI BESAR RISET PENGOLAHAN PRODUK
DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. K.S. Tubun, Petamburan VI Jakarta Pusat 10260
Telp . 021-53650157 Fax. 021-53650158
Website : www.bbp4b.litbang.kkp.go.id
KAN
Komite Akreditasi Nasional
Laboratorium Penguji
KNAPPP LP-448-IDN INTERNATIONAL