Anda di halaman 1dari 237

BUKU

Panduan

HASIL RISET PENGOLAHAN PRODUK


DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

TAHUN
PERTEMUAN ILMIAH
TAHUNAN KE-10 &

2018
KONGRES MPHPI

Jakarta

KAN
Komite Akreditasi Nasional
Laboratorium Penguji
KNAPPP LP-448-IDN INTERNATIONAL
HASIL RISET PENGOLAHAN PRODUK
DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

TAHUN
PERTEMUAN ILMIAH
TAHUNAN KE-10 &

2018
KONGRES MPHPI
Tim Penyunting :
1. Dr. Subaryono
2. Dr. Ema Hastarini
3. Dr. Suryanti
4. Dr. Ellya Sinurat
5. Dr. Muhammad Nursid
6. Dr. Ariyanti Suhita Dewi
7. Dr. Dewi Seswita Zilda
8. Dr. Dedi Noviendri
9. Dr. Ifah Munifah
10. Dr. Heidi Indra Januar
11. Yusma Yennie, M.Si
12. Syamdidi, M.App.Sc

Diterbitkan oleh :
Balai Besar Riset Pengolahan Produk
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS Tubun - Petamburan VI, Slipi, Jakarta Pusat 10260
Telp. (021) 53650157; Fax. (021) 53650158
Email : pproduk.biotek@kkp.go.id
Website : www.bbp4b.litbang.kkp.go.id

2018

i
Kata Pengantar
Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah “Mewujudkan sektor
kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan
nasional”. Hal ini didukung oleh tiga pilar yang menjadi Misi KKP yaitu: kedaulatan
(sovereignty), keberlanjutan (sustainability), dan kesejahteraan (prosperity). Sejalan
dengan visi dan misi tersebut, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan berperan membuat inovasi-inovasi teknologi yang berkaitan
dengan pengolahan produk dan bioteknologi kelautan dan perikanan. Diharapkan
inovasi teknologi dapat membantu pengembangan industri perikanan yang
berwawasan blue economy yaitu produk yang berkualitas tinggi, berdaya saing, ramah
lingkungan dan sisa produk dapat dimanfaatkan dengan memberi nilai tambah (zero
waste).
Implementasi UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal yang telah
disahkan pada 17 Oktober 2014 mewajibkan setiap barang yang diproduksi atau
diedarkan di Indonesia harus terjamin kehalalannya pada tahun 2019. Selain kehalalan,
UU ini juga memberikan jaminan kenyamanan, keamanan dan keselamatan kepada
masyarakat sebagai konsumen. Dengan target menjadi 10 besar produsen halal dunia,
maka jaminan produk halal ini tidak hanya menjadi tugas lembaga-lembaga yang
memiliki tanggung jawab di dalam penjaminan produk halal tetapi juga menjadi
tanggung jawab bersama, termasuk para stakeholders kelautan dan perikanan. Seminar
Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan adalah
sarana saling bertukar informasi mengenai inovasi-inovasi hasil penelitian maupun isu-
isu strategis di bidang pengolahan produk dan bioteknologi kelautan dan perikanan.
Hasil kegiatan ini diharapkan akan dapat merangkai sebuah solusi, baik berupa
rekomendasi kebijakan yang menguntungkan semua pihak, maupun teknologi-
teknologi yang dapat diaplikasikan oleh pengolah atau industri. Pertemuan ini juga
membuka peluang para peneliti dan akademisi untuk menghasilkan inovasi-inovasi
lanjutan serta meningkatkan kerjasama di bidang pengolaan produk dan bioteknologi
kelautan dan perikanan, sehingga visi dan misi serta program kerja Kementrian Kelautan
dan Perikanan dapat tercapai.
Kami menyampaikan terimakasih kepada pemakalah, peserta, pembicara dan
seluruh pihak yang telah berperan aktif dan membantu acara ini hingga dapat terwujud
dengan baik dan sukses. Kami juga menyampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangan selama seminar ini berlangsung. Selanjutnya kami ucapkan selamat datang
di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Semoga seluruh peserta seminar mendapatkan manfaat dari acara ini guna membantu
pembangunan industri kelautan dan perikanan di Indonesia.

Jakarta, Oktober 2018

Kepala BBRP2BKP,
Prof. Dr. Hari Eko Irianto

ii
Daftar Isi
Tim penyunting I
Kata pengantar ii
Term of Reference xxi
A. Latar Belakang xxi
B. Tujuan xxii
C. Ruang lingkup xxii
D. Narasumber Utama xxiii
E. Waktu dan Tempat xxiii
F. Pendaftaran dan tanggal penting xxiii
G. Jadwal Acara xxiv

Abstrak ORAL PENGOLAHAN 1

PP1-01 Pengaruh Perbedaan Umur Panen Terhadap Kekuatan Gel Rumput Laut
(Eucheuma cottonii) di Perairan Pulau Pari Jakarta
 Hilda Novianty 2

PP1-02 Pengaruh Umur Panen Terhadap Sifat Fisikakimia dan Total Fenol Kappaphycus
alvarezii dari Perairan Tihi-Tihi, Bontang
 Indrati Kusumaningrum & Andi Nikhlani 3

PP1-03 Mutu Natrium Alginat Sargassum Muticum dan Sargassum Fluitans dari Alor, Nusa
Tenggara Timur
 Lutfi Alfianto, Amir Husni & Siti Ari Budhiyanti 4

PP1-04 Karakterisasi Mutu Fukoidan dari Bahan Baku Rumput Laut Coklat Terintegrasi dan
Tanpa Terintegrasi
 Ellya Sinurat, Rinta kusumawati & Nurhayati 5

PP1-05 Prospek Pengembangan Caulerpa sp. Sebagai Makanan Sehat dan Aman (Riveuw )
 Alfonsina Marthina Tapotubun 6

PP1-06 Pemanfaatan Rumput Laut Eucheuma cottonii dalam Pembuatan Sabun Aseptik
 Ace Baehaki, Shanti Dwita Lestari & Dica Fusva Hildianti 7

PP3-01 Karakteristik Fisikokimia Body Scrub dengan Konsentrasi Halimeda macroloba


yang Berbeda
 Azima Rahtu Yunida, Joko Santoso & Kustiariyah Tarman 14

PP3-02 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Halimeda opuntia sebagai
Bahan Baku Facial Wash
 Nur Rahma Wahyuni, Nurjanah & Tati Nurhayati 15

iii
PP3-03 Karakteristik Bubur Rumput Laut Turbinaria conoides dan Gracilaria verrucosa
sebagai Bahan Baku Body Lotion
 Enti Bestari, Nurjanah & Agoes Mardiono Jacoeb 16

PP3-04 Uji Iritasi Secara Topikal Krim Tabir Surya dari Bubur Rumput Laut Sargassum sp.
dan Eucheuma cottonii
 Novi Luthfiyana, Nurjanah, Mala Nurilmala, Effionora Anwar & Taufik Hidayat 17

PP3-05 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides
sebagai Bahan Baku Masker Wajah
 Andika Fransiskayana, Nurjanah & Mala Nurilmala 18

PP3-06 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Sargassum sp. sebagai
Bahan Baku Masker Peel Off
 Ziedal Mafaaz Fafaza Emha, Nurjanah & Asadatun Abdullah 19

PP3-07 Pengaruh Pemucatan Terhadap Karakteristik Pulp Serat Agar dan Kertas yang
Dihasilkannya
 Rinta Kusumawati, Andriesta Putri & Yusraini Dian Inayati Siregar 20

PP4-01 Perubahan Kualitas Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) dengan Pengolahan yang
Berbeda
 Eko Nurcahya Dewi, Lukita Purnamayati, & Retno Ayu Kurniasih 72

PP4-02 Penurunan Off-Odour Spirulina platensis dengan Ekstrak Daun Kemangi dalam
Pengembangan Produk Pangan Fungsional
 Tri Winarni Agustini, Eko Nurcahya Dewi, Ulfah Amalia & Retno Ayu Kurniasih 21

PP4-03 Pengaruh Suhu Spray Drying Terhadap Karakteristik Mikrokapsul Karotenoid dari
Spirulina Platensis dengan Enkapsulan Sodium Kaseinat dan Gum Arab
 Dimas Setyo Pambudi, Siti Ari Budhiyanti & Nurfitri Ekantari 22

PP4-04 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) pada


Puding Karaginan
 Arles Oktari, Ira Sari & Dewita 23

PP4-05 Pengaruh Substitusi Kappaphycus alvarezii Terhadap Indeks Glikemik dan Mutu
Dodol
 Muhamad Firdaus, Yahya & Vebryawan Eko Syah Maulana 24

PP4-06 Pemanfaatan Bubur Rumput Laut Untuk Meningkatkan (Eucheuma cotonii) Nilai
Gizi Mie Basah
 Sherly Lewerissa & Esterlina.E.E.M Nanlohy 25

PP2-01 Klasterisasi Pelabuhan Perikanan di Wilayah Pantura Jawa dalam Memenuhi


Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan
 Andi Perdana Gumilang & Deslina Zahra Nauli 8

iv
PP2-02 Analisis Potensi Keberhasilan Upaya Penanganan Susut Hasil Perikanan
 Agus Heri Purnomo, Anthon Efany, Rinta Kusumawati, Atikah Nurhayati & Hasta Octavini 9

PP2-03 Daya Dukung Sumberdaya Ikan Pelagis dalam Penyediaan Bahan Baku Industri
Pemindangan di Area Pulau Jawa
 Wijopriono 10

PP2-04 Trend Kebutuhan Bahan Baku 2025 Sebagai Proyeksi Kemandirian dan Daya Saing
Industri Perikanan Indonesia
 Yonvitner, Kiagus Abdul Aziz, Joko Santoso, Nandi Syukri, Muhammad Riyanto, Taryono,
Riyanto Umar, Surya Genta Akmal 11

PP2-05 Karakterisasi Susut Hasil Pascapanen Hasil Tangkapan Kapal Gillnet Oseanik di
Tegal
 Singgih Wibowo, Syamdidi, Bagus Sediadi Bandol Utomo, Agus Heri Purnomo, Dwiyitno,
Rinta Kusumawati, Diah Ikasari & Hasta Octavini 12

PP2-06 Mutu Produk Ikan Olahan Tradisional Asal Pulau Banda dan Profil Pengolahnya
 Fredrik Rieuwpassa, Alfonsina Marthina Tapotubun, Hellen Nanlohy, Theodora E.A.A.
Matrutty, & Yolanda M.T.N. Apituley 13

PP5-01 Teknologi Pengasapan Ikan Berbasis Vakum dengan Sistem Recycle Limbah Asap
 Hidayatun Muyasyaroh, Imam Mohamad Bagus & Muhammad Ubaidillah Al Busthomi 26

PP5-03 Karakteristik Gizi Sambal Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Asap
 Lili Salita 27

PP5-04 Karakteristik Sensori dan Fisikokimia Ikan Tongkol (Euthyunus affinis) Asap dengan
Aplikasi Asap Cair
 Fronthea Swastawati & Retno Ayu Kurniasih 28

PP5-05 Karakteristik Sotong (Sepia recurvirostra) Asap dengan Perbedaan Konsentrasi


Asap Cair
 Indah Widiastuti, Herpandi, Muhammad Ridho & Nafa Ya'la Arrahmi 29

PP5-06 Inovasi Pengolahan Katsuobushi Menggunakan Asap Cair


 Siegfried Berhimpon, Roike Iwan Montolalu, Henny Adeleida Dien, & Feny Mentang 30

PP5-07 Pengaruh Perbedaan Kayu Bakar dan Lama Pengasapan Terhadap Mutu Ikan Patin
Asap (Pangasius pangasius)
 Resmi Rumenta Siregar 31

PP6-01 Profil Asam Lemak Ikan Tuna (Thunnus albacores) Kering Blok dengan Penambahan
Asap Cair
 J. Leiwakabessy & Max R. Wenno 32

v
PP6-02 Formulasi Biskuit MP-ASI Berbasis Pangan Lokal : Studi Pemanfaatan Tepung Ikan
Kembung Como dan Pati Singkong
 Rahmi Dzulhijjah, Erry Yudhya Mulyani, & Reza Fadhilla 33

PP6-03 Pemanfaatan Ikan patin (Pangasius sp.) Sebagai Sumber Protein dengan
Konsentrasi Berbeda Pada Bubur Instan Terhadap Kualitasnya.
 Dwi Setijawati 34

PP6-04 Karakteristik Fisiko-Kimia dan Sensori Biskuit dengan Kombinasi Tepung Belut
(Monopterus albus)
 Wulandari, Herpandi, Shanti Dwita Lestari, & Rizky Maharani Putri 35

PP6-05 Subtitusi Konsentrat Protein Telur Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam
Formulasi Makanan Bayi Pemdamping ASI
 Frets Jonas Rieuwpassa, Joko Santoso & Wini Trilaksani 36

PP6-06 Penggunaan Persentase Tepung Ikan Berbeda dengan Tepung Jagung Sebagai
Alternatrif Makanan Tambahan Untuk Balita
 Welma Pesulima & Yunialdy H. Teffu 37

PP7-01 Pengaruh Kadar Air Bahan Baku, pH Air, Organoleptik Bahan Baku Terhadap
Kekenyalan (Gel Strength) Surimi
 Yuliati H. Sipahutar & Ridho Yuswika Putri 38

PP5-02 Karakteristik Tahu Bakso dengan Perbedaan Jenis dan Konsentrasi Daging Ikan
yang Berbeda
 Tri Winarni Agustini, Ima Wijayanti & Putut Har Riyadi 39

PP7-02 Sifat Fungsional Surimi dari Berbagai Jenis Ikan Demersal dan Ikan Air Tawar
 Th Dwi Suryaningrum, Diah Ikasari & Syamdidi 40

PP7-03 Karakteristik Fisikokimia Nugget Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan Substitusi
Tepung Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
 Hefti Salis Yufidasaria, Happy Nursyam& Romalya Surya Dewi 41

PP7-04 Penggunaan Kemasan Antimikroba Alami Terhadap Masa Simpan Sosis Lele
 Aisyah A Mahdiyyah ,Yayat Dhahiyat, Iis Rostini & Rusky I Pratama 42

PP7-05 Stick Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) Tinggi Protein dan Kalsium Sebagai
Upaya Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan
 Dewi Kartika Sari, Hafni Rahmawati & Susilawati 43

PP8-01 Aplikasi Komplek Kitosan-Galaktosa Sebagai Pelapis pada Penyimpanan Beku Filet
Patin
 Susi Lestari, Shanti Dwita Lestari & Ranilda 44

vi
PP8-02 Pengembangan Bioplastik Berbahan Dasar Kitosan dari Sisik Ikan sebagai
Pengemas Produk Ikan Asap dalam Mendukung Peningkatan Kualitas Pangan
Nasional
 Netty Salindeho, Pipih Suptijah & Engel V. Pandey 45

PP8-03 Pemanfaatan Kappa Karaginan dan Polivinil Alkohol (PVA) untuk Pembuatan
Bioplastik
 Musfira, Agusman, Hari Eko Irianto & Sujuliyani 46

PP8-04 Optimasi Produksi Glukosamin dari Kitosan Cangkang Udang dengan Hidrolisis
Asam dan Akselerasi Ultrasonikasi
 Bhatara Ayi Meata, Uju & Wini Trilaksani 47

PP8-05 Penggunaan Microwave Oven untuk Mensintesis Nanopartikel ZnO dari Ekstrak
Sargassum sp. dan Padina sp.
 Rodiah Nurbaya Sari & Hari Eko Irianto 48

PP8-06 Modifikasi Proses Pembuatan Oligo Chitosan dengan Metode Hidrolisis


Bertekanan
 Pipih Suptijah 49

PP9-01 Potensi Bakteri Indigenous Stenotrophomonas Maltophilia LA3B Asal Limbah


Padat Industri Agar-Agar Sebagai Agen Pupuk Hayati (Biofertilizer)
 Ifah Munifah. Fuzi Muchlissoh & Nani Radiastuti 50

PP9-02 Pengaruh Penambahan Tepung Sargassum terhadap Peningkatan Kandungan


Makro mineral Pupuk Padat dari Limbah Padat Ekstraksi Gracilaria
 Jamal Basmal, Muhamad Luthfian, Henrida, Rinta Kusumawati & Nurhayati 51

PP9-03 Pemanfaatan Limbah Cair Pengolahan ATC dari Eucheuma cottonii Untuk Bahan
Pembuatan Pupuk
 Bagus S.B. Utomo, Diah L. Ayudiarti, & Cynthia M.A. Limbong 52

PP9-04 Suplementasi Ekstrak Lumbricus sp. sebagai Feed Additive dalam Pakan Fermentasi
Guna Mempercepat Proses Pertumbuhan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsscal)
 Siti Aslamyah, Zainuddin,& Badraeni 53

PP9-05 Pengaruh Suhu Barrel dalam Extruder pada Jenis Tepung yang Berbeda terhadap
Sifat Fisik Pakan Ikan yang Dihasilkan
 Putri Wullandari, Arif Rahman Hakim, dan I Made Susi Erawan 54

PP9-06 Pemanfaatan Jeroan Ikan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk dan Pencegah
Pembentukan Blackspot Pada Udang
 Made Suhandana, Jumsurizal, Ginanjar Pratama, R. Marwita Sari Putri, Agung Prayudha, dan
Rizki Dwi Septyaningtyas 55

vii
PP10-01 Aplikasi Pemberian Biskuit Balita yang Memenuhi Standar Omega 3 dan Omega 6
 Mirna Ilza, Rahman Karnila, & Andarini Diharni 56

PP10-02 Fortifikasi Mikroenkapsulat Virgin Fish Oil Mata Tuna Kaya DHA Pada Makanan
Pendamping ASI
 Wini Trilaksani, Bambang Riyanto & Hafizh Abdul Aziz 57

PP10-03 Ekstraksi dan Pemurnian Minyak Ikan dari Bagian Lemak Abdomen Ikan Patin
(Pangasius sp.)
 Ema Hastarini, Diah Lestari Ayudiarti, Rodiah Nurbayasari & Jamal Basmal 58

PP10-04 Fish Margarin, Sifat Kimia dan Perannya dalam Bidang Kesehatan
 Anies Chamidah, AA. Prihanto, MR. Rohadi & IA. Londong 59

PP10-05 Optimasi Pengeringan Ekstrak Tulang Hiu (Prionace glauca) Untuk Mendapatkan
Sedian Anti-aging yang Stabil
 Titiek Indhira Agustin, Risma, Retno Sari & Dwi Setyawan 60

PP10-06 Pengaruh Penambahan Hidrokoloid (Kapa, Iota- karagenan dan Gum Arab)
Terhadap Karakeristik Fisikokimia Bakso Ikan Patin (Pangasius hyphotalamus)
 Andarini Diharmi, Suardi Loekman & Ilhami Taufik 61

PP11-01 Rendemen Gelatin dari Kulit dan Tulang Ikan Ekonomis Rendah dengan Metode
Asam - Basa
 Dini Surilayani & Ririn Irnawati 62

PP11-02 Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Gelatin dari Kulit Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
 Suryanti, Theresia Dwi Suryaningrum, & Hari Eko Irianto 63

PP11-03 Pengaruh Penggunaan Bahan Penyamak Krome dan Sintan dengan Konsentrasi
Berbeda Terhadap Mutu Kulit Tersamak Ikan Paha Paha (Bandeng Laut) di Merauke
 Sugiyono & Ema Hastarini 64

PP11-04 Kajian Mutu Kulit Ikan Nila Hitam Tersamak Bahan Campuran (Mimosa-Formalin-
Syntan-Krom) Sebagai Bahan Baku Produk Kulit Komersial Berstandar Nasional
(SNI)
 Latif Sahubawa, Pertiwiningrum, Sari, Anastasi, Sri Ningsih, Husni & Ustadi 65

PP11-05 Efektivitas Larutan Natrium Bikarbonat (NaHCO3) Terhadap Karakteristik


Fisikokimia dan Sensori Keripik Tulang Ikan Putak
 Herpandi, Indah Widiastuti, Wulandari & Cynthia Aprita Sari 66

PP11-06 Penambahan Tepung Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) sebagai Sumber
Kalsium pada Pembuatan Cookies
 Sujuliyani, Siti Zachro Nurbani & Samsidar 67

viii
PP12-01 Penerimaan Konsumen Terhadap Produk Olahan Ikan yang Disubstitusi dengan
Tepung Buah Mangrove Sonneratia alba
 Djuhria Wonggo, Albert R. Reo & Isrojati J Paransa 68

PP12-02 Analisis Komponen Aroma Penggunaan Kayu Manis Sebagai Masking Aroma Off-
Flavor pada Produk yang Diperkaya Spirulina  platensis
 Wahdan Fitriya & Khusnul Alfionita 69

PP12-03 Karakteristik Bontot dari Kombinasi Daging Ikan Payus (Elops hawaiensis) dan Ikan
Bulan Bulan (Megalops cyprinoides)
 Ipat Kasyifatul Mufarihat, Sakinah Haryati & Aris Munandar 70

PP12-04 Perubahan Nilai Proksimat Bakasang Ikan Tembang dengan Perlakuan Panas yang
Berbeda
 Ovie Ningsih, Umbu P.L. Dawa & Yulian Abdullah 71

ORAL BIOTEK 73

BO1-01 Uji AktivitaV Antibakteri Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Bakteri Escherichia coli
 Megawati, N Ira Sari & Mery Sukmiwati 74

BO1-02 Pemanfaatan Sintesis Kitosan dari Limbah Rajungan sebagai Anti Mikrobia Ikan
Segar
 Kurniasyahputra, Yustiyana Dewi & Deni Ariansyah 75

BO1-03 Aktivitas Antibakteri dan Kandungan Fitokimia Dua Jenis Alga Laut Asal Perairan
Sulawesi Utara
 Lita A.D.Y Montolalu, Verly Dotulong & Lena J. Damongilala 76

BO1-04 Senyawa Bioaktif Rumput Laut dan Ampas Teh Sebagai Antibakteri Dalam Formula
Masker Wajah
 Bintang Efrata Aprilia, Nurjanah & Tati Nurhayati 77

BO1-05 Pengembangan Kosmeseutika Berbasis Spirulina


 Iriani Setyaningsih, Nur Indah Sari, Rifki Anugerah, Kustiariyah Tarman, Ella Salamah, Mega
Safitri & Pipih Suptijah 78

BO1-06 Daya Antioksidasi Ekstrak Kasar dan Isolat Alga Kering Kappaphycus alvarezii Asal
Madura pada Virgin Coconut Oil yang Disimpan
 Vonda M.N. Lalopua 79

BO5-04 Penapisan Ekstrak Kapang Laut sebagai Antioksidan, Inhibitor Tirosinase dan
Antiglikasi
 Muhammad Nursid, Dilaika Septorini & Irmanida Batubara 80

ix
BO2-02 Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Total Fenol Ekstrak Padina australis pada
Berbagai Kondisi Ekstraksi
 Annisa Permata Sari, Irmanida Batubara & Muhammad Nursid 81

BO3-02 Validasi Genetik, Profil Metabolit dan Aktivitas Antioksidan Anggur Laut (Caulerpa
racemosa) dengan Penanganan Berbeda
 Sihono, Kustiariyah Tarman, Hawis Madduppa & Hedi Indra Januar 82

BO2-04 Kandungan Fitokimia, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Daun Muda Mangrove
Sonneratia alba
 Verly Dotulong, Djuhria Wonggo & Lita A.D.Y Montolalau 83

BO2-05 Hidrolisat dan Peptida Gelatin Kulit Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Sebagai Antioksidan
 Mala Nurilmala, Eni Kusumaningtyas, & Euis Karnia 84

BO2-06 Aktivitas Antioksidan dan Antikanker dari By-product Ikan Flathead (Platycephalus
fuscus)
 Rahmi Nurdiani, Todor Vasiljevic, Thomas Yeager, Tanoj K. Singh, & Osaana N. Donkor 85

BO3-01 Aktivitas Antioksidan dan Antikolesterol Fraksi Ekstrak Rusip


 Rinto, Shanti Dwita Lestari & Nanda Anggiani Putri 86

BO2-0Ĩ  Pengaruh Penambahan Lactobacillus plantarum SK(5) Terhadap Karakteristik


Mikrobiologi dan Kimiawi Rusip Selama Fermentasi
 Desniar, Iriani Setyaningsih & Titin Kurnasih 87

BO3-03 Pengaruh Kombinasi Starter Bakteri Asam Laktat Terhadap Perubahan Kimiawi dan
Mikrobiologis Rusip Selama Fermentasi
 Pebry Aisyah Putri Batubara, Desniar & Iriani Setyaningsih 88

BO3-04 Identifikasi Bakteri Asam Laktat dan Profil Asam Amino pada Bekasam Ikan
Bandeng (Chanos chanos) dengan Fermentasi Alami
 Slamet Suharto, Tri Winarni Agustini, & Ulfah Amalia 89

BO3-05 Mekanisme Molekuler dari Polisakarida Baru yang Berasal Dari Ulat Sutera
(Antheraea yamamae) Pada Sistem Imun Ikan
 Rio Aditya Kurniawan, Chiemi Miura & Takeshi Miura 90

BO3-06 Potensi Antijerawat dari Ekstrak Spons Laut Ungu Haliclona sp. dalam
Menghambat Pertumbuhan dan Pembentukan Biofilm Acinetobacter lwoffii
 Yanti & Chyntia Priliana Ariesta 91

BO4-01 Aktivitas Antioksidan Kolagen dari Teripang Emas (Stichopus sp.) yang Dihidrolisis
Menggunakan Enzim Neutrase
 Yusro Nuri Fawzya, Nugrah Analiadi Putra, Arif Budi Witarto & Gintung Patantis 92

x
BO4-02 Profil Metabolit dan Sitotoksisitas Teripang Hitam Holothuria atra dengan Teknik
Pengeringan yang Berbeda
 Muhammad Nursid, Nurmaya Lesgitari & Rahmawati 93

BO4-03 Sitotoksisitas dan Induksi Apoptosis Ekstrak Etanol Teripang Holothuria atra
Jeager, 1833 pada Beberapa Sel Kanker
 Ernie Halimatushadyah, Muhammad Da'i & Muhammad Nursid 94

BO4-04 Aktivitas Antioksidan dan Anti-Tirosinase dari Ekstrak Etanol Teripang Lokal
 Dohan A. Samodro, Ariyanti S. Dewi, Gintung Patantis, Nurrahmi D. Fajarningsih, Yusro N.
Fawzya & Muhammad Nursid 95

BO4-05 Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Peptida Kolagen Teripang Lokal


 Mei Arumia, Ariyanti S. Dewi, Gintung Patantis, Nurrahmi D. Fajarningsih,Yusro N. Fawzya &
Muhammad Nursid 96
BO4-06 Bioaktifitas, Kandungan Saponin, dan Total Fenol Teripang Holothuria atra yang
Diekstraksi dengan Variasi pelarut yang Berbeda
 Ļ gathis Noor Lailyta, Tjahjo Winanto & Muhammad Nursid 97

BO5-01 Profil Asam Amino Ikan Cobia (Rachycentron canadum L.) Segar dan Kukus
 Taufik Hidayat, Nurjanah, Ruddy Suwandi,Roni Nugraha & Vini Oktorina 98

BO5-02 Kadar lemak dan profil asam lemak ikan air tawar Channa striata, Tor soro dan
Hemibagrus nemurus
 Ekowati Chasanah, Sugiyono and Dedi Noviandri 99

BO5-03 Persentase Protein Total dan Protein Albumin Kecap Ikan Gabus (Channa striata)
pada Lama Waktu Hidrolisis Berbeda
 Syukri, Samliok Ndobe, Prismawiryanti & Madinawati 100

B02-01 Pengaruh Berat Ikan Terhadap Profil Asam Amino Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus)
 Andi Noor Asikin & Indrati Kusumaningrum 101

BO5-05 Komposisi Asam Lemak Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus Pall) Segar dan
Produk Kering
 Yuspihana Fitrial, Iin Khusnul Khotimah & Abdul Hadi 102

BO5-06 Pengaruh Salinitas Media Tumbuh pada Pertumbuhan dan Produksi Fikoeritrin
dari Rhodomonas salina
 Endar Marraskuranto, Tri J. Raharjo, Rina S. Kasiamdari & Tri R. Nuringtyas 103

BO5-07 Pengaruh perbedaan pelarut terhadap kandungan pigmen Nannochloropsis,


Chlorella dan Spirulina
 Diini Fithriani, Susiana Melanie & Nurhayati 104

xi
BO6-01 Rumput Laut Cokelat Sargassum polycystum Sebagai Alternatif Bahan Baku
Sediaan Garam Fungsional
 Nurjanah, Asadatun Abdullah, Seftylia Diachanty & Chairun Nufus 105

BO6-02 Rekristalisasi Garam Krosok untuk meningkatkan Kadar NaCl


 Laila Sari Andhika, Wiwit Sri Werdi Pratiwi & Novi Indriyawati 106

BO6-03 Penggunaan Karbon Aktif Untuk Mereduksi Aroma Garam Fungsional Rumput Laut
Cokelat (Sargassum polycystum dan Padina minor)
 Shindy Hamidah Manteu, Nurjanah & Tati Nurhayati 107

BO6-04 Karakteristik Garam Tradisional yang Diproses Masyarakat Pesisir Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur
 Dewi Setiyowati Gadi, Ayub U. I. Meko, Umbu P. L. Dawa, Heribertus Marianus Diwa, & Akbar
Selan 108

BO6-05 Pola Asosiasi antara Jenis Fitoplankton dan Zooplankton dengan Parameter Fisika
Kimia di Perairan Teluk Manado dan Perairan Bitung
 Joice R.T.S.L Rimper, Markus Talintukan Lasut & Natalie D.C. Rumampuk 148

BO6-06 Keanekaragaman Bakteri Pada Air Baku, Konsentrat Garam, Garam, dan Bittern Di
Tambak Garam Prisma Brondong Lamongan
 Meita Eka Fara, M. Mahfud Efendi & Ary Giri Dwi Kartika 109

BO7-01 Keanekaragaman Aktinobakteri Laut dan Potensinya sebagai Penghasil Senyawa


Aktif
 Ifah Munifah, Nurrahmi Dewi Fajarningsih, Ekowati Chasanah & Wahyu Eka Sari 110

BO7-02 Isolasi dan Identifikasi Molekuler Bakteri Endofit Mangrove Buta-Buta (Excoecaria
agallocha) Penghasil Enzim L-Asparaginase
 Asep A. Prihanto & Randy F. Ardiansyah 111

BÕ7-03 Bioprospeksi Mikroba Asosiasi Karang dari Perairan Pulau Panjang, Jepara sebagai
Agen Antimikroba terhadap Bakteri Multidrug resistant (MDR)
 Diah Ayuningrum, Agus Trianto, Ocky Karna Radjasa, & Agus Sabdono 112

BO7-04 Bioaktivitas Jamur Asosiasi pada Spong Gelliodes sp. yang Dikultur pada Media
Modifikasi
 Ana Faricha, Diah Permata Wijayanti, Agus Trianto & Popi Ida Laila Ayer 113

BO7-05 Isolasi, Identifikasi dan Penapisan Aktivitas Biologis Kapang Asosiasi Spons Asal
Ekosistem Mangrove
 Mada Triandala Sibero, Diah Ayuningrum, Ocky Karna Radjasa, Agus Sabdono, Agus Trianto,
Dwi Haryanti & Yusuf Jati Wijaya 114

BO7-06 Efek Inhibisi dari Ekstrak Spons Laut Jingga Stylotella aurantium terhadap
Pertumbuhan Bakteri Micrococcus luteus Pemicu Jerawat
 Yanti & Vora Maryna Suwito 115

xii
BO8-01 Toksisitas Isolat Spons Xestospongia testudinaria
 I Made Dira Swantara & Wiwik Susanah Rita 116

BO8-02 Pengaruh Fotoperiod terhadap Kandungan Fikoeritrin pada Mikroalga Merah


Porpyridium cruentum dan Aktivitas Antihiperglikemiknya
 Sarina Dyah Hardiningtyas, Yunika Mariani Siregar & Iriani Setiyaningsih 117

BO8-03 Potensi Flakes Pati Garut dengan Substitusi Tepung Eucheuma cottonii dalam
Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Perbaikan Profil Lipid Tikus Diabetes
 Renita Wijayanti, Yustinus Marsono & Agnes Murdiati 118

BO8-04 Potensi Snack Biji Teratai (Nymphaea pubescens Willd) sebagai Makanan Selingan
bagi Penderita DiabetesTipe 2
 Yuspihana Fitrial, Iin Khusnul Khotimah & Ika Kustiyah Octaviyanti 119

BO8-05 Karakterisasi Parsial Lektin Makroalga Turbinaria ornata asal Pantai Wediombo,
Gunung Kidul, Jogjakarta
 Nurrahmi Dewi Fajarningsih, Naomi Intaqta, Danar Praseptiangga, Choiroel Anam & Ekowati
Chasanah 120

BO2-07 Aktivitas Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Ekstrak Daging Ikan Gabus
(Channa striata)
 Setyani Budiari, Ekowati Chasanah, Maggy T. Suhartono & Nurheni Sri Palupi 121

BO8-06 Mekanisme Induksi Apoptosis dengan Senyawa Bioaktif dan Teknik Deteksinya
Pada Sel Lestari Kanker: Suatu Ulasan
 Dedi Noviendri 122

BO9-01 Uji Simpan Pepton Limbah Perikanan


 Achmad Poernomo, Farida Ariyani & Murdinah 123

BO9-02 Uji Kemampuan Isolat Serratia marcescens LA3A Sebagai Bakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman
 Ifah Munifah, Wahyu Damarwati & Tri Handayani Kurniati 124

BO9-03 Ekstraksi Kolagen Kulit Ikan Tuna Sirip Kuning dan Patin Menggunakan Enzim
Papain
 Yohang Rigar F, Tati Nurhayati & Nurjanah 125

BO9-04 Formulasi Ekstrak Etanol Padina australis dengan dengan Penyalut Maltodekstrin
dan Soy Protein Isolate (SPI) menggunakan metode Face Central Center Composite
Design (FCCCD)
 Dedi Noviendri & Muhammad Nursid 126

BO9-05 Pemurnian dan Karakterisasi Struktur Tropomyosin dari Pacific oyster (Crassostrea
gigas)
 Roni Nugraha, Sandip D. Kamath & Andreas L. Lopata 127

xiii
BO9-06 Pemurnian Enzim Polyphenoloxidase dari Udang Vaname
 Tati Nurhayati, Medal Lintas Perceka & Mala Nurilmala 128

ORAL KEPANG 129

KP1-01 Aktivitas Antimikroba Kitosan dari Cangkang Udang dan Rajungan Terhadap
Bakteri Patogen dengan Metode Mikrodilusi
 Yusma Yennie, Syamdidi, Muhamad Darmawan & Singgih Wibowo 130

KP1-02 Efek Antibakteri Komplek Kitosan Monosakarida terhadap Patogen dalam Surimi
Ikan Gabus sebagai Model Matriks Pangan
 Shanti Dwita Lestari, Ace Baehaki & Reny Meliza 131

KP1-03 Pengawetan Fillet Nila Dengan Modified Chitosan


 Prihati Sih Nugraheni, Amalia Itswari Putri, Arum Nur Hidayah, Yuni Kusumastuti, & Wiratni
Budhijanto 132

KP1-04 Aplikasi Komplek Kitosan-Galaktosa sebagai Pelapis Pada Penyimpanan Beku Filet
Patin
 Susi Lestari, Shanti Dwita Lestari & Ranilda 133

KP1-05 Optimasi Penggunaan Pengawet dalam Proses Pemindangan


 Farida Ariyani, Irma Hermana, Izhamil Hidayah & Fairdiana Andayani 134

KP2-01 Mutu Mikrobiologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Asin dengan Penambahan
Asap Cair Selama Penyimpanan
 Cindy R. M. Loppies & M.L.Wattimena 135

KP2-02 Profil kemunduran mutu ikan nila hasil simulasi kematian massal asal Waduk Cirata
 Gunawan, Dwiyitno & Izhamil Hidayah 136

KP2-03 Perubahan kimia selama kemunduran mutu ikan selar kuning (Caranx leptolepis)
pada penyimpanan suhu dingin
 Dewi Kania, Tati Nurhayati & Assadatun Abdullah 137

KP2-04 Identifikasi kesegaran ikan di Pasar Sentral Kota Gorontalo


 Faiza A. Dali 138

KP2-05 Kemunduran Mutu dan Perubahan Protein Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning)
Selama Penyimpanan Suhu Dingin
 Relis Diana, Tati Nurhayati, Nurjanah 139

KP3-01 Validasi Metode Identifikasi Rodhamin B Dengan Stik Sensor Kimia Berbasis Zn
(CNS)2 Pada Daging Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
 Giri Rohmad Barokah, Rudi Riyanto, Tati Nurhayati & Dessy Adventamia Bangun 140

xiv
KP3-02 Penerapan Image Processing untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan nila
(Oreochromis niloticus)
 Ayu Kalista, Amin Redjo & Umi Rosidah 141

KP3-03 Indeks Eutrofikasi Berbasis Multi-Metrik Statistik: Studi di Kawasan Konservasi


Perairan Kota Batam, Indonesia
 Asri Pratitis, Rini Susilowati, Aditya Bramandito & Hedi Indra Januar 142

KP3-04 Model Prediksi Pertumbuhan dan Pembentukan Histamin dari Morganella


morganii dalam Fungsi Suhu
 Aldino Dityanawarman, Susana Endah Ratnawati, Nurfitri Ekantari & Indun Dewi Puspita
143

KP3-05 Deteksi Bahan Baku Ikan pada Produk Olahan Melalui Gen Penanda COI
 Mala Nurilmala, Asadatun Abdullah & Yuly Astuti 144

KP3-06 Autentikasi Halal Gelatin Kulit Lele Melalui Determinasi Istihalah dari Budidaya
dengan Pakan Mengandung Kontaminan Babi
 Bambang Riyanto, Dinamella Wahjuningrum & Muhammad Umar Al Faruqi 145

KP4-01 Kajian Penerapan GMP dan SSOP pada Produk Pindang air garam ikan Layang
(Decapterus sp.) dalam Upaya Meningkatkan Keamanan Pangan di Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat"
 Yuliati H Sipahutar, Randi B.S Salampessy & Claudia C. A. Hutauruk 146

KP4-02 Implementasi Sistem Ketertelusuran (Traceability) Pada Pengolahan Fillet Patin


Siam (Pangasius hypophthalmus) Beku di Pt. XYZ Purwakarta - Jawa Barat
 Aef Permadi, Herman Saputra & Randi B.S Salampessy 147

KP4-04 Pemahaman Masyarakat Pesisir Lampung Akan Bahaya Harmful Algal Bloom Pada
Sumber Pangan Laut
 Inayah Hidayati 149

KP4-05 Biodegradasi Air Limbah Menggunakan Chlorella sp. di Waduk dan Pasar Ikan
Muara Angke
 Devi Ambarwaty Oktavia, Diini Fithriani & Nurhayati 150

KP5-01 Isolasi Bakteri Pembentuk Histamin dari Tuna, Tongkol, dan Cakalang serta
Pengujian Kemampuan Pembentukan Histaminnya
 Dikcy Putra W., Aldino Dityanawarman, Susana Endah Ratnawati & Indun Dewi Puspita 151

KP5-02 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus epidermis pada Ikan Asap Pinekuhe
 Ely John Karimela, Frans G Ijong, Jaka FP Palawe & Jeffri A Mandeno 152

KP5-03 Idendifikasi Bakteri pada Se'I Tuna yang Diporses dengan Asap Cair dan Disimpan
pada Temperatur Berbeda
 Ayub U.I. Meko, S. Berhimpon., I K.Suwetja., F.G. Ijong, & Mada M. Lakapu 153

xv
KP5-04 Prevalensi Vibrio parahaemolyticus Patogen pada Udang Vaname untuk Pasar
Ekspor yang Berasal dari Unit Pengolahan Udang Jawa Tengah dan Jawa Timur
 Arifah Kusmarwati & Izhamil Hidayah 154

KP5-05 Pola Resistensi Vibrio Parahaemolyticus yang diisolasi dari Udang Vaname
Terhadap Antibiotik
 Izhamil Hidayah, Gunawan & Arifah Kusmarwati 155

ORAL MEKPRO 156

MK1-01 Rancang Bangun Mesin Pencacah Rumput Laut di UD Karang Baru Kabupaten
Sumenep - Madura
 Urip Prayogi,Titik Indhira Agustin & Nuhman 157

MK1-02 Rancang Bangun dan Uji Kinerja Mesin Pencacah Tulang Ikan
 Luthfi Assadad, Bakti Berlyanto Sedayu, & Wahyu Tri Handoyo 158

MK1-03 Sarana Pemasaran Ikan Segar Menggunakan Sepeda Motor dan Penerapan Pada
Pedagang Ikan Keliling di Kota Depok dan Kabupaten Bogor
 Dwi Budiyanto, Ahmad Nuridha & Junaedi Abdillah 159

MK1-04 Pengukuran Kinerja Machine Learning Pada Pendeteksian Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Berformalin Berbasis Pengolahan Citra
 I Made Susi Erawan & Toni Dwi Novianto 160

MK1-05 Pengaruh High Voltage Electric Field pada Proses Thawing Terhadap Penyusutan
Ikan Tuna Beku
 Arif Rahman Hakim, Luthfi Assadad & Widiarto Sarwono 161

MK2-01 Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada Mesin Air Blast
Freezer di PT. X Purwakarta - Jawa Barat
 Aef Permadi, Latifa Amelia Abdullah & Randi B.S Salampessy 162

MK2-02 Analisis Efektivitas Penggunaan Air pada Pengolahan Ikan Beku di Pt. X Purwakarta-
Jawa Barat
 Aef Permadi, Annisa Narapuspa & Randi B.S Salampessy 163

MK2-03 Pengaruh Jumlah dan Cara Penyusunan Elemen Peltier Terhadap Performansi
Pendingin Termoelektrik Alat Transportasi Ikan Segar
 Tri Nugroho Widianto & Caesar Mahendra 164

MK2-04 Pengujian Chilling Storage pada Kapal Ikan Kapasitas 1,3 Ton di PPP Sadeng
Yogyakarta
 Tri Nugroho Widianto, Ahmat Fauzi & Luthfi Assadad 165

xvi
MK2-05 Perbedaan Kinerja Chilling Storage pada Kapal Ikan Kapasitas 1,3 ton
Menggunakan Beban Air Tawar dan Air Garam 3,5%
 Ahmat Fauzi, Tri N. Widianto & Arif R. Hakim 166

MK2-06 Hubungan Biofilm Pada Elektroda dan Produksi Biolistrik dalam Microbial Fuel Cell
Limbah Cair Perikanan
 Bustami Ibrahim, Uju & Alvindo Chrisna Mukti 167

POSTER 168

POS-01 Diversivikasi Bubuk Rusip Nilem Dengan Penambahan Bubuk Cabai Rawit Merah
Terhadap Tingkat Kesukaan
 Arita, E Afrianto, R I Pratama & E Liviawaty 169

POS-02 Karakteristik Mangut Lele dalam Kemasan Kaleng dan Potensi Pengembangan
 Ervika Rahayu NH, Agus Susanto, Asep Nurhikmat & M. Kurniadi 170

POS-03 Kajian Potensi Dendeng Udang Putih (Penaeus Merguiensis) Sebagai Produk
Pangan Diversifikasi Fungsional
 Dwi Inda Sari, Yulia Delviani, Susi Lestari, & Sherly Ridhowati 171

POS-04 Tekstur dan Ukuran Porsi Penyajian Produk Pangan Tinggi Kalsium-Fortifikasi
Tepung Tulang Lele Mempengaruhi Penerimaan dan Kesukaan Atlet Pencak Silat
Kategori Tanding
 Lulu Khatulistiwa, Siti Ari Budhiyanti & Nurfitri Ekantari 172

POS-05 Stik Ikan Kambing-Kambing (Abalistes stellaris) dan Stik Ikan Pisang-Pisang (Caesio
chrysozona) Sebagai Alternatif Diversifikasi Olahan
 Dwi Apriliani Ags & Fauzi Syahputra 173

POS-06 Kualitas Surimi Ikan Cakalang (Katsuwono pelamis L.) yang diproses dengan Air
Dingin 4˚C
 Silvana D. Harikedua, Farnis Saliada, Nurmeilita Taher, Engel V. Pandey, & Hens Onibala 174

POS-07 Aplikasi Asap Cair yang Berbeda Terhadap Karakteristik dan Analisa Kadar
Kolesterol pada Pengukusan Cumi-Cumi (Loligo sp.)
 Defita Faridlotus Sholihah, Fronthea Swastawati & Retno Ayu Kurniasih 175

POS-08 Karakteristik Konsentrat Protein Ikan Gabus (Channa striata) yang Diekstrak
Menggunakan Metode Pemanasan dan Metode Kombinasi
 Diah Ikasari & Mohamad Indra Nata Wijaya 176

POS-09 Kualitas Kue Akar Pinang dengan Penambahan Tepung Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis)
 Hafni Rahmawati, Siti Aisyah & Rini Agustin 177

xvii
POS-10 Pengolahan Dengan Suhu Tinggi Terhadap Profil Asam Amino Kerang Lokan
(Gelonia erosa) dan Ulat Tanah (Sipunculus nudus) dari Perairan Bintan Kepulauan
Riau
 R. Marwita Sari Putri, Made Suhandana, Rizki Muhammad & Susilo Dede Ardean 178

POS-11 Daya Hambat Formula Pengawet Selama Proses Penyimpanan Terhadap Bakteri
Pembentuk Histamin pada Produk Ikan Pindang
 Izhamil Hidayah, Farida Ariyani & Irma Hermana 179

POS-12 Mutu Mikrobiologi Produk Ikan Asin dari Pasar Tradisional di Kota Tanjungbalai
 Fairdiana Andayani & Irma Hermana 180

POS-13 Kajian Mikrobiologis Pengolahan Pindang Layang (Decepterus ruselli) di Parung,


Jawa Barat
 Irma Hermana & Fairdiana Andayani 181

POS-14 Penerapan Sistem Ketertelusuran (Treceability) pada Proses Pengolahan Fillet


Patin (Pangasius sp.) Beku di PT. Expravet Nasuba, Medan-Sumatera Utara
 Elma Kurnia Otepah, Niken Dharmayanti & Lilis Supenti 182

POS-15 Mutu Kimia Dan Mikrobiologi Cakalang (Katsuwonus Pelamis, L.) Asap Cair Yang
Dikemas Vakum Selama Penyimpanan pada Suhu 5 ºC.
 Feny Mentang , Semuel M. Timbowo , Silvana D. Harikedua ,Nurmeilita Taher , Zulviki Alinti .
183

POS-16 Pertumbuhan DŠn Identifikasi Bakteri Yang Tumbuh Pada Se'i Tuna Yang Diproses
Dengan Asap Cair Dan Dikemas Kemudian Disimpan Pada Temperatur Yang
Berbeda
 Ayub U.I. Meko, S. Berhimpon., I K.Suwetja., F.G. Ijong, & Mada M. Lakapu 184

POS-17 Rumput Laut Caulerpa sebagai Sumber Nutrisi dan Senyawa Bioaktif untuk Bahan
Pangan Fungsional dan Farmasi
 Murdinah 185

POS-18 Pengaruh Penambahan Locust Bean Gum Terhadap Karakteristik Gel Alginat dari
Sargassum sp. Dengan (LBG)"
 Subaryono & Nurhayati 186

POS-19 Pemanfaatan Limbah Pengolahan Alginat Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pakan
Ikan Nila (O. niloticus)
 Nurhayati & Rinta Kusumawati 187

POS-20 Kualitas Semi Refined Carrageenan (SRC) Rumput Laut Merah Kappaphycus
alvarezii yang Dikeringkan dengan Cabinet Dryer
 Daisy M. Makapedua, Helen J. Lohoo, Nurmeilita Taher, Brian Dumondor, Joyce Ch.V.
Palenewen, & Florence V. Longdong 189

xviii
POS-21 Pengaruh Lokasi Budidaya dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Sifat Fisiko-
Kimia Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii
 Raja B.D. Sormin, Idris & Anton Masela 190

POS-22 Karakteristik Komposit Tepung Rumput Laut E. cottoni dengan Konjak, serta
Pengaruhnya Terhadap Profil Gelatinisasi Pati Tapioka
 Agusman, Nurhayati & Jamal Basmal 191

POS-23 Karakteristik Bubur Rumput Laut Turbinaria conoides dan Eucheuma spinosum
sebagai Sediaan Hand and Body Lotion
 Ridho Fauzan, Nurjanah & Mala Nurilmala 192

POS-24 Profil Asam Amino Daging Rajungan (Portunus pelagicus) dengan Waktu
Penanganan yang Berbeda pada Suhu Ruang
 Santri Maharani, Ruddy Suwandi & Nurjanah 193

POS-25 Profil Asam Amino Hidrolisat Protein Ikan yang Diproduksi Secara Enzimatis
dengan Media Pengkayaan Berbahan Lokal
 Rini Susilowati & Asri Pratitis 194

POS-26 Profil Asam Amino dan Asam Lemak Keong Sesihi (Nerita signata) di Perairan Pulau
Panjang
 Aris Munandar, Suherti & Fitria Riany Eris 195

POS-27 Komposisi Kimia, Fitokimia dan Toksisitas Mimi (Tachypleus gigas)


 Meilia Zahrotul Ula, Ruddy Suwandi & Nurjanah 196

POS-28 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Halofilik dari Air Garam


 Tiara Ulfa Bachtiarini & Asri Pratitis 198

POS-29 Pemanfaatan Konsorsium Bakteri Selulolitik Untuk Peningkatan Kualitas Bahan


Baku Nabati Pakan
 Mulyasari, Mas Tri Djoko Sunarno & Reza Samsudin 199

POS-30 Identifikasi Teripang Kering Asal Indonesia Secara Molekular


 Gintung Patantis, Ariyanti Suhita Dewi, Muhammad Nursid & Yusro Nuri Fawzya 197

POS-31 PŬtensi Enzim Selulase dalam MenTegradasi Material Lignoselulosa untuk Bahan
Pakan Ikan
 Lusi Herawati Suryaningrum & Reza Samsudin 200

POS-32 Penapisan Bioaktif Peptida Pada Siput Laut Gonggong (Strombus sp.) asal Bintan
 Lily Viruly 201

POS-33 Ekstraksi dan Karakterisasi Gelatin Halal dari Tulang Ikan Patin (Pangasius
hypohthalmus) dengan Ultrasound Assisted Extraction
 Indah Dwi Asih, Tetty Kemala & Mala Nurilmala 202

xix
POS-34 Sediaan Masker Berbasis Spirulina platensis dan Kolagen yang Mempunyai
Aktivitas Penghambatan Bakteri Penyebab Jerawat
 Naomika Manurung, Ridha Fatuhanisa & Iriani Setyaningsih 203

POS-35 Aktivitas Analgesik Kitosan pada Tikus Arthritis yang Diinduksi Complete Freund'S
Adjuvant (CFA)
 Dwi Kurnia Putri & Endang Darmawan 204

POS-36 Efektivitas Sediaan Glukosamin Terhadap Peningkatan Cairan Sinovial pada Tikus
Galur Sprague Dawley
 Eko Cahyono, Pipih Suptijah & Ietje Wientarsih 205

POS-37 Formulasi Losion Pelembab Kulit dengan Penambahan Ekstrak Karotenoid dari
Chlorella vulgaris Sebagai Antioksidan
 Ni Wayan Sri Agustini & Endah D. Pratiwi 206

POS-38 Asam Lemak dari Rumput Laut Coklat dan Induksi Apoptosis dari Tran-Fukosantin
pada Sel Lestari Kanker Paru-Paru Manusia: Suatu Ulasan
 Dedi Noviendri 207

POS-39 Karakteristik Bubur Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides
sebagai Bahan Baku Masker Peel off
 Siti Fauziyah, Nurjanah & Asadatun Abdullah 208

POS-40 Sebaran Radionuklida Natural di Pesisir Pulau Bengkalis dan Kajian Dosis Terhadap
Produk Perikanan Laut
 Murdahayu Makmur, Wahyu Retno Prihatingisih & Mohamad Nur Yahya 209

xx
TERM OF REFERENCE (TOR)
SEMINAR NASIONAL HASIL RISET PENGOLAHAN PRODUK DAN BIOTEKNOLOGI
KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018
Jakarta, 16 - 17 Oktober 2018

“Peran Iptekin dan Sumber Daya Manusia dalam Penyediaan Produk Perikanan
yang SAH (Sehat, Aman dan Halal)”

A. Latar Belakang
Ikan merupakan sumber protein yang sangat relevan untuk mendukung program
prioritas pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan
meningkatkan kemandirian ekonomi berbasis pada kelautan dan perikanan. Dengan potensi
sumberdaya perikanan sebesar 23,51 juta ton dan luas lahan budidaya sebesar 18 juta hektar
(Kelautan dan Perikanan dalam Angka tahun 2016), pengoptimalan sektor perikanan dapat
mendorong perluasan dan kesempatan kerja, serta meningkatkan ketersediaan dan konsumsi
sumber protein ikan bagi masyarakat.
Keberhasilan program Gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) yang telah
dicanangkan sejak tahun 2004, telah meningkatkan konsumsi ikan oleh masyarakat Indonesia
menjadi 46,49 kg/kapita pada tahun 2017 (Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan). Sementara itu, target konsumsi ikan pada tahun 2018 adalah 54,5 kg/kapita.
Peningkatan tersebut merangsang berkembangnya industri perikanan nasional, termasuk
industri pengolahan perikanan yang merupakan bagian hilir dari rantai perikanan nasional.
Industri pengolahan hasil perikanan berperan langsung dalam pendistribusian hasil perikanan
ke tangan konsumen.
Dalam perkembangannya, industri pengolahan perikanan terkendala pada beberapa
permasalahan seperti kurang optimalnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan,
tingginya tingkat kehilangan (losses) akibat kualitas bahan baku yang kurang terjaga, serta
masih ditemukannya bahan tambahan berbahaya bagi kesehatan manusia dalam penanganan
maupun pengolahan ikan, seperti senyawa pengawet, perasa, maupun pewarna yang tidak
memenuhi standar kesehatan. Hal-hal tersebut dapat menghambat program Percepatan
Industri Perikanan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2016 lalu. Sementara itu,
pemberlakuan UU No 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal juga menjadi perhatian
tersendiri bagi industri pengolahan perikanan. Undang-undang yang telah disahkan pada 17
Oktober 2014 mewajibkan setiap barang yang diproduksi atau diedarkan di Indonesia harus
terjamin kehalalannya pada tahun 2019. Selain kehalalan, UU ini juga memberikan jaminan
kenyamanan, keamanan dan keselamatan kepada masyarakat sebagai konsumen. Sesuai
dengan peran industri pengolahan hasil perikanan dalam pembangunan nasional, yaitu
diantaranya adalah sebagai penyedia sumber protein untuk peningkatan kesehatan dan
kecerdasan bangsa melalui peningkatan konsumsi ikan, maka penerapan penanganan dan
pengolahan perikanan yang baik dan benar harus diterapkan di sepanjang rantai pasok dan
produksi. Selain itu, penerapan jaminan halal adalah merupakan keharusan, sesuai dengan
target pemerintah untuk menjadi 10 besar produsen halal dunia.
Selain itu, pengembangan bioteknologi perikanan dan kelautan juga menyumbang
nilai penting dalam sektor perikanan, terutama dalam penemuan sumber-sumber senyawa
baru yang berfungsi sebagai obat farmasi maupun herbal terstandar. Sebagai gambaran, lebih
dari 10.000 senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi dari sumber daya alam laut sejak tahun

xxi
1970 (Rasyid, 2008). Sementara itu, penjualan obat yang mengandung senyawa aktif laut
secara global mencapai US$.2,4 milyar/tahun. Di Indonesia, kegiatan eksplorasi senyawa alam
laut telah banyak dilakukan. Dalam satu dekade terakhir, sejumlah 34 senyawa baru yang
berpotensi sebagai obat berhasil ditemukan dari biota laut dan 28 diantaranya berasal dari
perairan Indonesia (Tapilatu 2015). Hal ini menunjukkan potensi bioteknologi kelautan dan
perikanan yang besar terhadap dunia farmasi dan obat-obatan. Seperti halnya industri
pengolahan, kegiatan bioteknologi yang menyasar farmasi maupun obat herbal terstandar
juga wajib melakukan proses penanganan dan pengolahan yang aman dan terstandar.
Peran ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi (Iptekin) serta sumber daya manusia
(SDM) sangat diperlukan dalam mengawal keberhasilan penciptaan produk kelautan dan
perikanan yang sehat, aman dan halal. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan SDM dalam
peningkatan mutu produk kelautan dan perikanan dapat diwujudkan dengan menghasilkan
teknologi dan inovasi yang memiliki nilai ekonomis yang dapat digunakan oleh pelaku
pengolahan hasil perikanan. Sehingga, produk–produk perikanan yang dihasilkan dapat
berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi permintaan pasar domestik maupun global. Oleh
karena itu, diperlukan suatu wadah untuk melakukan pertukaran informasi hasil-hasil riset
terkini di bidang pengolahan hasil perikanan yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan.
Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan serta pameran produk inovasi pengolahan hasil perikanan diharapkan dapat
menjadi ajang bagi para peneliti, akademisi, praktisi, penentu kebijakan dan mahasiswa untuk
bertukar informasi dan berdiskusi tentang inovasi dan perkembangan teknologi terkini serta
pemanfaatannya di bidang pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan uraian di atas, maka Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan
Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI), menyelenggarakan Seminar
Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2018
dengan tema “Peran Iptekin dan Sumber Daya Manusia dalam penyediaan produk perikanan
yang SAH (Sehat, Aman dan Halal)”.

B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan hasil-hasil riset terkini di bidang
pengolahan hasil perikanan yang dihasilkan oleh berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi.
Diharapkan, hal ini dapat mempercepat adopsi dan pemanfaatan hasil riset tersebut sehingga
dapat mempercepat penyediaan produk perikanan yang SAH (Sehat, Aman dan Halal).

C. Ruang Lingkup
Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan tahun 2018 akan diikuti oleh para peneliti dan akademisi, pengambil kebijakan, dan
masyarakat pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan hasil perikanan. Kegiatan ini
akan menyajikan hasil-hasil riset pengolahan hasil perikanan mencakup bidang-bidang sebagai
berikut.
a. Pengolahan dan pengembangan produk kelautan dan perikanan;
b. Keamanan pangan dan lingkungan industri perikanan;
c. Bioteknologi kelautan dan perikanan;
d. Mekanisasi pengolahan hasil perikanan.

xxii
D. Narasumber Utama
Narasumber utama Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan Tahun 2018 ini adalah :
1. Prof. Ir. Sukoso, Msc., PhD.
(Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, Kementerian Agama)
“Menuju Indonesia Wajib Produk Halal 2019: ”
2. Ir. Rifky Effendi Hardijanto*
(Direktur Jenderal Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan)
“Peluang dan Tantangan Implementasi Jaminan Produk Perikanan Sehat, AÜ an dan
Halal”
3. Prof. Dr. Bambang Prasetya*Ě
(Kepala Badan Standardisasi Nasional)
“Peran BSN dalam Standardisasi Produk Perikanan yang Sehat, Aman dan Halal”
4. Dr. Suradi Wijaya Saputra, M.S.
(Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia)
“Peran Perguruan tinggi dalam penyediaan SDM mendukung Industri Produk
Perikanan Halal”

E. Waktu dan Tempat


Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan tahun 2018 ini akan diselenggarakan pada:
Hari/tanggal : Selasa - Rabu/16 - 17 Oktober 2018

Waktu : 07.00 – 16.00 WIB

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Tempat : Jl. KS. Tubun, Petamburan VI
Jakarta Pusat 10260

F. Pendaftaran dan tanggal penting


Pendaftaran peserta Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2018 dilakukan secara online melalui situs:
http://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/seminar dengan memperhatikan tanggal penting sebagai
berikut:

Kegiatan Tanggal

Batas akhir pendaftaran dan pengumpulan abstrak 31 Agustus 2018

Seleksi abstrak 3 – 10 September 2018

Pengumuman hasil seleksi abstrak 12 September 2018

Batas akhir pengumpulan makalah lengkap 28 September 2018

Penyelenggaraan penyebarluasan hasil riset 16 - 17 Oktober 2018


xxiii
G. Jadwal Acara
Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan Tahun 2018
“Peran Iptekin dan Sumber Daya Manusia dalam Penyediaan Produk Perikanan
yang SAH (Sehat, Aman dan Halal)”

Selasa - Rabu, 16 - 17 Oktober 2018


Waktu Kegiatan Fasilitator
Selasa, 16 Oktober 2018
08.00 – 08.30 Pendaftaran
08.30 – 08.40 Menyanyikan bersama lagu Indonesia Panitia
Raya
08.40 – 09.00 Sambutan Prof. Dr. Hari Eko Irianto
(Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan)

09.00 – 09.20 Pembukaan dan arahan Prof. Ir. R. Sjarief Widjaja, Ph.D, FRINA
(Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan)

09.20 – 09.30 Doa Panitia


Pembicara Kunci

09.30 – 10.00 “Peluang dan Tantangan Implementasi Ir. Rifky Effendi Hardijanto
Jaminan Produk Sehat, Aman dan Halal"
(Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan, KKP)

10.00 – 10.30 “Peran BSN dalam Standarisasi Produk


Perikanan yang Sehat, Aman dan Halal" Prof. Dr. Bambang Prasetya
(Kepala Badan Standarisasi Nasional)

10.30 – 10.45 Coffee Break

10.45 – 11.15 "Peran Perguruan Tinggi dalam Dr. Suradi Wijaya S., MS
Penyediaan SDM mendukung Industri
(Wakil Ketua Forum Perguruan Tinggi
Perikanan Halal"
Perikanan Indonesia)

11.15 – 11.45 "Menuju Indonesia Wajib Halal 2019"


Prof. Ir. Sukoso, MSc., Ph.D
(Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal, Kementerian Agama RI)
11.45 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 14.00 Kongres Masyarakat Pengolahan Hasil MPHPI
Perikanan Indonesia

14.00 – 16.00 Sesi Panel Panitia dan pemakalah


1. Bidang Pengolahan Produk
2. Bidang Keamanan Pangan dan
Lingkungan
3. Bidang Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
4. Bidang Mekanisasi Pengolahan Hasil
Perikanan

xxiv
Rabu, 17 Oktober 2018
08.30 – 09.00 Pendaftaran Panitia
09.00 – 12.00 Sesi Panel Panitia dan pemakalah
1. Bidang Pengolahan Produk
2. Bidang Keamanan Pangan dan
Lingkungan
3. Bidang Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
4. Bidang Mekanisasi Pengolahan Hasil
Perikanan

12.00 – 13.00 ISHOMA


13.00 – 15.00 Sesi Panel Panitia dan pemakalah
1. Bidang Pengolahan Produk
2. Bidang Keamanan Pangan dan
Lingkungan
3. Bidang Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
4. Bidang Mekanisasi Pengolahan Hasil
Perikanan

15.00 – 15.30 Penutupan

xxv
A B S T R A K
Pengolahan Produk

1
PP1-01

PENGARUH PERBEDAAN UMUR PANEN TERHADAP KEKUATAN GEL RUMPUT


LAUT (Eucheuma Cottonii) DIPERAIRAN PULAU PARI JAKARTA

Hilda Novianty

UPT LPKSDMO LIPI, Jalan Raden Saleh 43 Cikini Jakarta Pusat, Indonesia
hildanovianty2012@gmail.com

Abstrak

Eucheuma cottonii adalah salah satu jenis rumput laut Rhodophyta (merah) yang
memiliki sifat fungsional yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu
budidaya jenis rumput laut ini sedang digalakkan oleh kementerian kelautan. Dalam
budidaya rumput laut, penentuan umur panen merupakan hal kritis yang dapat
mempengaruhi hasil akhir kualitas suatu produk budidaya, yakni terhadap sifat fisik rumput
laut yang menjadi ciri khas kriteria sifat fungsionalnya. Pada penelitian ini menentukan
umur panen yang tepat terhadap kualitas fisik rumput laut Eucheuma cottonii. Metode yang
digunakan adalah deskriptif non experimental. Budidaya rumput laut dikerjakan dengan
metode lone line dengan umur panen yang berbeda (35, 45 dan 55 hari) diujikan terhadap
perbedaan sifat fisik (kekuatan gel) rumput laut. Hasil penelitian budidaya rumput laut
Eucheuma cottonii di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta menunjukkan bahwa
umur panen 35 hari memiliki nilai kekuatan gel terbesar yakni 430 g/cm2 dan kandungan
fenol sebesar 77,96 mg/1000g.

Kata kunci : kekuatan gel, umur panen, eucheuma, pulau pari

2
PP1-02

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP SIFAT FISIKAKIMIA DAN TOTAL FENOL


Kappaphycus alvarezii DARI PERAIRAN TIHI-TIHI, BONTANG

Indrati Kusumaningrum1) dan Andi Nikhlani2)


1)
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
2)
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Gunung Tabur Kampus Gunung Kelua Samarinda Telp 0541-749482
e-mail: iinklaten81@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji sifat fisikakimia dan kandungan fenol dari
rumput laut Kappaphycus alvarezii pada umur panen yang brbeda dari perairan Tihi-Tihi,
Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur. Penelitian ini diawali dengan menanam rumput
laut dengan umur panen yang berbeda yaitu, 30, 40, 45, 50 dan 60 hari. Tahap selanjutnya
yaitu mengekstrak rumput laut dan melakukan pengujian yang meliputi rendemen, kadar
air, viskositas, kekuatan gel dan total fenol. Pada umur panen yang semakin lama
menunjukkan hasil kadar fenol yang semakin meningkat. Sedangkan rendemen karaginan
yang paling tinggi dihasilkan dari umur panen 40 hari. Berdasarkan hasil penelitian, umur
panen 50 hari merupakan perlakuan yang terbaik berdasarkan total fenol yang terkandung.
Senyawa fenol merupakan slah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan.

Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, rumput laut, total fenol, umur panen

3
PP1-03

MUTU NATRIUM ALGINAT Sargassum muticum DAN Sargassum fluitans DARI


ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR

Lutfi Alfianto, Amir Husni*, Siti Ari Budhiyanti

Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada


Jalan Flora Gedung A4 Bulaksumur Yogyakarta 55281

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode presipitasi dalam ekstraksi


yang terbaik berdasarkan mutu natrium alginat hasil ekstraksi dari Sargassum muticum dan
Sargassum fluitans dari Alor, Nusa Tenggara Timur beserta biaya ekstraksinya. Parameter
mutu yang diamati meliputi rendemen (%), viskositas (cP), derajat putih (%), kadar air (%),
kadar abu (%), pH, dan FTIR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rendemen, viskositas,
derajat putih, kadar air, kadar abu, dan pH natrium alginat hasil ekstraksi berkisar antara
9.34 ± 0.35 – 12.68 ± 0.28 %; 52.30 ± 1.47 – 127.17 ± 11.54 cP; 60.61 ± 0.87 – 77.31 ± 3.60 %;
6.50 ± 0.95 – 11.71 ± 0.59 %; 19.85 ± 0.41 – 21.88 ± 0.41 %; dan 7.07 ± 1.47 – 7.40 ± 0.10. FTIR
menunjukkan bahwa natrium alginat hasil ekstraksi memiliki gugus fungsi yang mirip
bahkan sama dengan natrium alginat komersial. Berdasarkan mutu viskositas natrium
alginat dan biaya ekstraksinya, natrium alginat hasil ekstraksi dari Sargassum muticum dan
Sargassum fluitans dengan metode presipitasi asam alginat termodifikasi lebih baik
dibandingkan metode presipitasi asam alginat. Berdasarkan mutu viskositas dan derajat
putih natrium alginat hasil ekstraksi dari Sargassum muticum dan Sargassum fluitans
dengan menggunakan metode presipitasi asam alginat termasuk kategori mutu alginat
food grade dan menggunakan metode presipitasi asam alginat termodifikasi termasuk
kategori mutu alginat industrial grade.

Kata kunci: Ektraksi, natrium alginat, S. muticum, S. fluitans, viskositas.

4
PP1-04

KARAKTERISASI MUTU FUKOIDAN DARI BAHAN BAKU RUMPUT LAUT COKLAT


TERINTEGRASI DAN TANPA TERINTEGRASI

Ellya Sinurat*1, Rinta kusumawati1, Nurhayati1


1
Balai Besar Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. Petamburan VI, K.S. Tubun, Jakarta
*Korespondensi penulis : ellya_sinurat@yahoo.com,

Abstrak

Fukoidan adalah polisakarida yang dibentuk dari polimerisasi fukosa terikat


sulfat. Salah satu sumber bahan baku penghasil fukoidan adalah rumput laut coklat
Sargassum sp. Selain fukoidan dalam rumput laut coklat Sargassum sp juga terdapat
beberapa senyawa aktif lainnya seperti fukosantin, alginat dan pigmen lain. Pada penelitian
ini dilakukan ekstraksi fukoidan dengan mengekstrak senyawa bioaktif fukosantin
(terintegrasi) dan tanpa terintegrasi. Mutu fukoidan yang diekstraksi diuji dengan
parameter rendemen, kandungan sulfat, total karbohidrat, gugus fungsi dilihat dari FT-IR.
Hasil karakterisasi fukoidan yang diperoleh bahwa rendemen fukoidan terintegrasi (2,05%)
lebih rendah dibandingkan dengan fukoidan tanpa terintegrasi (4,42%). Hal yang sama juga
dengan kandungan sulfatnya, fukoidan terintegrasi (5,75%) lebih rendah dibandingkan
dengan tanpa terinegrasi (8,97%). Hasil FT-IR menunjukkan fukoidan terintegrasi dan tanpa
terintegrasi menunjukkan adanya serapan di bilangan gelombang 1260 cm-1 yang
menunjukkan adanya fukosa sulfat. Ekstraksi fukoidan terintegrasi mempengaruhi
rendemen dan mutu fukoidan yang dihasilkan.

Kata kunci: fukoidan, terintegrasi, rumput laut coklat, Sargassum sp

5
PP1-05

PROSPEK PENGEMBANGAN Caulerpa sp SEBAGAI MAKANAN SEHAT


DAN AMAN (RIVEUW)

Alfonsina Marthina Tapotubun

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan,


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura,
Kampus Unpatti – Poka, Jln. Mr. Chr. Soplanit Poka Ambon 97233
Telepon (0911) 3825060; faks. (0911) 3825061
Email: am.tapotubun@gmail.com; am.tapotubun@fpik.unpatti.ac.id

Abstrak

Rumput laut hijau Caulerpa sp tumbuh secara alami pada beberapa perairan di Indonesia.
Caulerpa umumnya dikonsumsi sebagai sayuran segar dan merupakan sumber serat yang
baik sehingga pemanfaatannya sebagai produk olahan tidak membutuhkan proses
pengolahan yang panjang seperti rumput laut yang lain. Studi ini bertujuan untuk
melakukan riveuw pemanfaatan Caulerpa sp sebagai makanan fungsional dan prospek
pengembangannya. Pengumpulan data dan informasi dengan cara studi kepustakaan.
Caulerpa mengandung komponen metabolit sekunder yang unik terutama sebagai
antioksidan dan dipercaya sebagai makanan kecantikan. Pengolahan Caulerpa menjadi
berbagai produk makanan yang sehat dan menarik memiliki prospek pengembangan yang
sangat baik karena proses yang ringkas, memiliki rasa dan warna yang khas.

Kata kunci : Caulerpa, kemanan pangan, makanan fungsional, rumput laut

6
PP1-06

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii


DALAM PEMBUATAN SABUN ASEPTIK

Ace Baehaki*, Shanti Dwita Lestari dan Dica Fusva Hildianti

Program Stud Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.


*Korespondensi penulis : abaehaki.unsri@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sabun padat berbahan dasar


rumput laut Euchema cottonii yang memiliki sifat antiseptik. Tahapan dalam penelitian ini
adalah preparasi sampel, ekstraksi sampel, pembuatan sabun aseptik, uji fisiko-kimia
(kadar air, pH, alkali bebas, stabilitas busa dan kekerasan) dan uji antibakteri. Konsentrasi
rumput laut dalam sabun adalah 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm. Hasil penelitian
menunjukkan penambahan ekstrak rumput laut Euchema cottonii berpengaruh nyata
terhadap alkali bebas, stabilitas busa dan kekerasan sabun kecuali kadar air dan derajat
keasaman (pH) sabun. Nilai alkali bebas adalah 0,05-0,5%, stabilitas busa berkisar 42,77-
11,57%, kekerasan berkisar 102,10-353,40 gf, kadar air 20,03-27,61% dan pH 11,22-
11,57%. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan diameter daya hambat pada sabun dengan
penambahan ekstrak Euchema cottonii sebesar 11,08-17,15 mm dan tergolong memiliki
aktivitas antibakteri yang kuat (>11 mm), sedangkan diameter daya hambat ekstrak
Euchema cottonii sebesar 0-12,26 mm.

Kata kunci: antiseptik, daya hambat, ekstrak, Eucheuma cottonii, sabun.

7
PP3-01

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA BODY SCRUB DENGAN KONSENTRASI


Halimeda macroloba YANG BERBEDA

Azima Rahtu Yunida1, Joko Santoso1, Kustiariyah Tarman1,2*


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Jl. Agatis 1, Kampus IPB Darmaga 16680
2
Divisi Bioteknologi Kelautan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor,
Jl. Raya Pajajaran 1, Kampus IPB Baranangsiang, 16144
Korespondensi: kustya@gmail.com

Abstrak

Alga hijau Halimeda macroloba di perairan Indonesia sangat melimpah. Jenis alga
hijau ini memiliki kandungan mineral yang sangat tinggi, akan tetapi belum banyak
dimanfaatkan. Body scrub merupakan salah satu kosmetik dengan tekstur krim lembut dan
bulir scrub yang berguna sebagai exfoliating agent dalam mengangkat sel kulit mati. Tujuan
penelitian ini untuk menentukan konsentrasi yang tepat pada body scrub yang mengandung
H. macroloba. Rumput laut H. macroloba dikeringkan dan dijadikan tepung yang menjadi
bahan utama dalam body scrub. Formulasi body scrub dilakukan dengan perbedaan
konsentrasi tepung H. macroloba yaitu 1-5%. Body scrub yang diperoleh dikarakterisasi
secara fisikokimia, organoleptik dan diuji stabilitasnya. Body scrub dengan perlakuan C yaitu
penambahan 3% tepung H. macroloba merupakan perlakuan terbaik berdasarkan
karakteristik fisikokimia dan organoleptik. Selama proses penyimpanan selama 4 minggu
pada suhu kamar body scrub H. macroloba menunjukkan hasil yang stabil pada setiap
perlakuan.

Kata kunci: alga hijau,mineral, stabilitas, tepung rumput laut

8
PP3-02

OARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN Halimeda


opuntia SEBAGAI BAHAN BAKU FACIAL WASH

Nur Rahma Wahyuni, Nurjanah*, Tati Nurhayati


Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915

*Korespondensi penulis: inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Pembersih kulit wajah atau facial wash adalah sediaan kosmetika berbentuk
emulsi yang digunakan untuk membersihkan wajah dari kotoran dan sisa tata rias yang larut
air dan minyak secara efisien. Rumput laut Eucheuma cottonii dan Halimeda opuntia
merupakan bahan baku yang berpotensi untuk dijadikan facial wash karena memiliki
senyawa aktif yang baik sebagai pembersih kulit wajah. Tujuan penelitian ini yaitu
menentukan rasio bubur rumput laut E.cottonii dan H.opuntia terbaik untuk facial wash
berdasarkan karakteristiknya serta menganalisis sifat fisik facial wash dari rasio bubur
rumput laut terbaik. Karakteristik bubur rumput laut diuji kadar air, pH, fitokimia, viskositas
dan antioksidan. Karakteristik facial wash rumput laut diuji pH, daya sebar, daya busa,
fitokimia, viskositas, antioksidan, dan angka lempeng total. Bubur E.cottonii dan H.opuntia
terbaik rasio 1:1 memiliki senyawa aktif alkaloid, flavonoid dan saponindengan
nilaiIC50sebesar 72,85 ppm ;pH7,33±0,01; kadar air 86,85±0,056 ;viskositas 2936,33±0,00.
Karakteristikfacial wash rumput laut kenampakannya berbentuk kental, berwarna hijau
muda, beraroma wangi, teksturnya berscrub, pH 7,2 ; tinggi busa 5-10mL/10menit dengan
keadaan stabil, daya sebar 5,4 cm ;nilai IC50 sebesar 93,625 ppm, viskositas 4388±1,41 Cps ;
nilai angka lempeng total sebesar 2x101 koloni/gram.

Kata kunci : antioksidan, DPPH, senyawa aktif

9
PP3-03

KARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Turbinaria conoides DAN Gracilaria


verrucosa SEBAGAI BAHAN BAKU BODY LOTION

Enti Bestari, Nurjanah, Agoes Mardiono Jacoeb


Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga,
Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa BaratTelepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Body lotion merupkan salah satu bentuk sediaan emulsi yang termasuk dalam
kosmetik pelembab. Penggunaan bahan sintetis pada lotion dapat menyebabkan efek
berkepanjangan bagi kulit sehingga mendorong munculnya inovasi mengenai penggunaan
senyawa alami yang aman bagi manusia. Hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini
yaitu untuk menentukan sifat-sifat bubur rumput laut Turbinaria conoides dan Gracilaria
verrucosa serta kombinasi terbaik dalam menghasilkan sediaan body lotion. Penelitian ini
terdiri atas tiga tahap yaitu karakterisasi bubur rumput laut, pemilihan rasio terbaik dari
kombinasi bubur rumput laut, seta evaluasi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi bubur rumput laut T.conoides dan G.verrucosa terbaik didapatkan pada rasio 2:1
dengan viskositas sebesar 3207±4,95 cP, nilai pH sebesar 7,23±0,007, kadar sulfat
4,525±0,02%., dan nilai IC50 sebesar 140,111 ppm. Bubur rumput laut T.conoides dan
G.verrucosa mengandung senyawa fitokimia alkaloid, flavonoid, dan fenol. Hasil
karakteristik fisik body lotion dengan penambahan bubur rumput laut memiliki nilai LoD
81,11%, daya sebar 2,1-4,1 cm, nilai pH 7,8, serta memiliki nilai kesukaan panelis netral
sampai suka. Hasil uji sensori penambahan bubur rumput laut memiliki pengaruh secara
nyata terhadap parameter kenampakan, warna, dan aroma body lotion.

Kata kuncÙ:antioksidan, DPPH, pelembab, sensori

10
PP3-04

UJI IRITASI SECARA TOPIKAL KRIM TABIR SURYA


DARI BUBUR RUMPUT LAUT Sargassum sp. DAN Eucheuma cottonii

Novi Luthfiyana1, Nurjanah2, Mala Nurilmala2, Effionora Anwar3, Taufik Hidayat*4


1
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo
Tarakan, Jalan Amal Lama Nomor 1 Tarakan, Telepon: 081153011775/082248818686
Fax : 0551-2052558 Kalimantan Utara
2
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Kampus IPB Darmaga,
Jalan Agatis, Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915 Bogor 16680 Jawa Barat
3
Departemen Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Kampus Depok Jawa Barat
4
Pusat Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian dan Teknologi Pusat Pengetahuan Ilmu dan
Teknologi, Serpong Tangerang Selatan

*Korespondensi: besthd22@gmail.com

Abstrak

Efek buruk paparan sinar matahari dapat dicegah dengan pemakaian tabir surya
secara topikal. Produk yang digunakan secara topikal akan bereaksi langsung dengan kulit,
sehingga harus memenuhi standar atau persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan.
Tujuan penelitian ini mengetahui keamanan krim terpilih yaitu krim uji dengan
perbandingan E. cottonii dan Sargassum sp. (1:1) setelah penyimpanan suhu ruang selama
12 minggu melalui uji iritasi kulit. Bahan uji merupakan sediaan krim dengan perbandingan
E. cottonii dan Sargassum sp. (1:1) pada penyimpanan suhu ruang selama 12 minggu dan
bahan tanpa uji (kontrol) merupakan krim tanpa penambahan E. cottonii dan Sargassum sp.
Uji iritasi menggunakan subjek uji manusia dengan pengujian iritasi selama empat jam
(human 4-hour patch test). Hasil pemeriksaan keamanan sediaan krim uji dan krim bahan
tanpa uji menunjukkan bahwa tidak terjadi iritasi pada kulit sukarelawan saat pemakaian
sediaan selama 72 jam. Kedua sediaan krim terbukti aman digunakan secara topical karena
tidak menyebabkan kulit merah (eritema), gatal, perih, panas maupun muncul edema.

Kata Kunci : tabir surya, topikal, iritasi, eritema, edema

11
PP3-05

KARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN Turbinaria


conoides sebagai BAHAN BAKU MASKER WAJAH

Andika Fransiskayana, Nurjanah, Mala Nurilmala

Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Masker wajah diperlukan untuk membersihkan wajah secara mendalam dan


mengangkat sel-sel kulit mati. Masker wajah dibuat dari sediaan bubur rumput laut sebagai
alternatif penggunaan ekstrak, karena tidak menghasilkan limbah dan biaya produksi
murah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio terbaik bubur rumput laut
Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides sebagai bahan baku masker wajah. Penelitian
terdiri atas dua tahap. Penelitian tahap satu meliputi pembuatan dan karakterisasi bubur
rumput laut dengan parameter kadar air, viskositas, nilai pH, fitokimia, total fenol, dan
aktivitas antioksidan. Penelitian tahap dua meliputi pembuatan dan analisis karakteristik
masker wajah dari rasio bubur rumput laut terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rasio bubur rumput laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides terbaik yaitu rasio 1:1
dengan nilai IC50 sebesar 136,78±1,03 ppm, pH 6,43±0,52, dan total fenol 757,50±2,50 mg
GAE/g. Bubur rumput laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides mengandung
senyawa bioaktif antara lain alkaloid, flavonoid, fenol, dan steroid. Masker wajah dengan
penambahan bubur rumput laut memiliki pH sebesar 7,28±0,07, dan memiliki daya sebar
sebesar 5,5±0,14 cm, total fenol 390±3,50 mg GAE/g, dan IC50 311,49±1,69 ppm dan
viskositas sebesar 36252,5±30 Cp. Hasil uji sensori masker dengan penambahan bubur
rumput laut tidak jauh berbeda dengan masker tanpa rumput laut dan masker komersial.

Kata kunci : Antioksidan, DPPH, fenol, sensori

12
PP3-06

KARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN Sargassum sp.


sebagai BAHAN BAKU MASKER PEEL OFF

Ziedal Mafaaz Fafaza Emha, Nurjanah, Asadatun Abdullah

Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa BaratTelepon (0251) 8622909-8622906,
Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik alami. Bubur
rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. mengandung metabolit primer dan sekunder yang
berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan masker peel off. Tujuan dari penelitian
ini yaitu menghasilkan masker peel off yang berkhasiat mengangkat kotoran dengan
menentukan karakteristik dari rasio bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. terbaik
serta menentukan karakteristik masker peel off dari kombinasi bubur rumput laut E.cottonii
dan Sargassum sp. terbaik. Bubur rumput laut dilakukan uji karakteristik (kadar air, pH,
viskositas, fitokimia, dan antioksidan). Rasio bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum
sp. terbaik diformulasikan pada sediaan masker peel off kemudian dievaluasi (pH, viskositas,
waktu mengering, daya sebar, dan antioksidan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
kombinasi bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. terbaik pada 1:1 dengan nilai IC50
antioksidan sebesar 117,945±3,00; pH 6,60±0,21; viskositas 9.505±7,07; kadar air bubur
96,995±0,007. Kombinasi bubur rumput laut E.cottonii dan Sargassum sp. mengandung
senyawa fitokimia yaitu alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan saponin. Hasil evaluasi
sediaan masker peel off dengan kombinasi terbaik memiliki nilai pH 6,73; waktu mengering
25 menit; daya sebar 6,8±0,56; viskositas sebesar 8990±14,14; antioksidan metode DPPH
sebesar 673,297±0,63 dan antioksidan metode FRAP sebesar 561,61±1,964. Kombinasi
bubur rumput laut yang digunakan sebagai bahan baku diduga potensial dalam pembuatan
masker peel off.

Kata Kunci : antioksidan, DPPH, FRAP, metabolit sekunder

13
PP3-07

PENGARUH PEMUCATAN TERHADAP KARAKTERISTIK PULP SERAT AGAR


DAN KERTAS YANG DIHASILKANNYA

Rinta Kusumawati*1, Andriesta Putri2, Yusraini Dian Inayati Siregar,2,3, .


11
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, KS. Tubun -
Petamburan VI Jakarta, Indonesia
2
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat, Indonesia
*Korespondensi penulis : tanjung.1979@gmail.com

Abstrak

Hasil samping industri agar kertas mengandung 77,04% selulosa yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas. Penyiapan bahan baku kertas melalui proses
pulping memerlukan tahap pemucatan untuk menghasilkan pulp yang bersih yang
diindikasikan dari warna yang mendekati putih dan kadar lignin yang rendah. Perlakuan
pemucatan pada penelitian terdiri dari variasi konsentrasi peroksida sebagai pemucat, lama
waktu dan suhu perendaman dalam bahan pamucat. Perlakuan terbaik yang diperoleh
kemudian diaplikasikan dalam pembuatan kertas gramatur 80 g/m2 untuk mendapatkan
karakteristik kertas yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
untuk mendapatkan pulp sebagai bahan baku kertas adalah penggunaan 2% peroksida,
lama perendaman 1 jam, dan suhu perendaman 600C. kertas gramatur 80 g/m2 yang
dihasilkan dari pulp tersebut memiliki karakteritik ketahanan tarik 1,28 ± 0,19 kN/m,
ketahanan sobek 1088,5 ± 274,7 mN, dan porositas Bendtsen 3672 ± 531 mL/menit.

Kata kunci : hasil samping, agar kertas, pulp, pemucatan, kertas

14
PP4-01

PERUBAHAN KUALITAS IKAN BANDENG (Chanos chanos FORSK.) DENGAN


PENGOLAHAN YANG BERBEDA

Eko Nurcahya Dewi*1, Lukita Purnamayati1, Retno Ayu Kurniasih1


1
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50275 Telp. (024) 7474698

*Korespondensi penulis : nurdewisatsmoko@yahoo.com

Abstrak

Ikan bandeng (Chanos chanos Forsk.) merupakan ikan yang kaya asam lemak
PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) dan protein terutama lisin yang sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Proses pengolahan dengan suhu tinggi (goreng atau presto) akan menurunkan
kualitas asam lemak dan protein. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan
kualitas lemak dan protein ikan bandeng pada proses pengolahan yang berbeda. Ikan
bandeng digoreng, dipresto dan dikukus serta ikan bandeng segar sebagai kontrol. Data
kadar air, protein terlarut, lisin, asam lemak bebas diolah dengan ANOVA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan pengolahan berpengaruh nyata terhadap penurunan
kualitas ikan bandeng. Pengolahan ikan bandeng dengan cara digoreng menurunkan
kandungan air, protein dan lisin yang paling besar serta menghasilkan asam lemak bebas
yang paling tinggi. Ikan bandeng yang digoreng mempunyai kadar air 34,95%, kadar protein
terlarut 0,70%, dan lisin 1,65% serta kandungan FFA 6,713%. Perlakuan pengolahan juga
mengakibatkan perubahan struktur daging ikan bandeng. Struktur daging ikan bandeng
goreng lebih kompak dibandingkan ikan bandeng yang dikukus dan ikan bandeng segar,
sedangkan ikan bandeng yang dipresto mempunyai struktur daging ikan yang rapuh.
Perlakuan penggorengan menurunkan kualitas ikan bandeng tetapi menghasilkan struktur
daging ikan yang kompak dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Kata kunci : ikan bandeng, kualitas, metode pengolahan

15
PP4-02

PENURUNAN OFF-ODOUR Spirulina platensis DENGAN EKSTRAK DAUN


KEMANGI DALAM PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN FUNGSIONAL

Tri Winarni Agustini*1, Eko Nurcahya Dewi1, Ulfah Amalia1, Retno Ayu Kurniasih1
1
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
*Korespondensi penulis : tri.winarni@live.undip.ac.id; tagustini@yahoo.com

Abstrak

Spirulina platensis merupakan salah satu mikroalga dengan kandungan nutrisi


yang tinggi dan beberapa senyawa bioaktif yang cukup baik, sehingga dapat digunakan
sebagai alternatif bahan pangan, terutama untuk pangan fungsional. Akan tetapi, selama ini
jumlah Spirulina yang ditambahkan ke dalam pangan masih terbatas karena dapat
menyebabkaan penurunan karakteristik sensori, terutama bau. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perlakuan untuk mengurangi bau yang tidak diinginkan dari Spirulina, salah satunya
melalui perendaman dalam ekstrak daun kemangi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh perendaman Spirulina dalam ekstrak daun kemangi dengan rasio
berbeda terhadap senyawa geosmin, sensori, dan nutrisi Spirulina serta mengetahui rasio
yang tepat. Ada pun Spirulina direndam dalam ekstrak daun kemangi selama 15 menit
dengan rasio adalah 1:3, 1:4, 1:5 (b/v), dan tanpa perendaman (kontrol). Selanjutnya
dikeringkan pada suhu 40°C selama 10 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada rasio
1:3 tidak dapat menurunkan senyawa geosmin yang menyebabkan off-odour pada
Spirulina, sedangkan pada rasio 1:4 menurunkan 52,17% dan rasio 1:5 menurunkan kadar
geosmin 100%. Kadar fikosianin dan nilai sensori (tekstur dan bau) Spirulina setelah
perendaman lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Perendaman Spirulina
menyebabkan peningkatan kadar asam amino asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin,
histidin, arginin, threonin, alanin, valin, isoleusin, leusin, fenilalanin, dan tirosin sebesar
3,57 s.d. 57,39%, tetapi menurunkan kadar asam amino prolin dan lisin sebesar 0,81 s.d.
8,67%. Secara kualitatif, perendaman Spirulina dalam ekstrak daun kemangi juga
menyebabkan munculnya asam lemak linolelaidic acid methyl ester, gamma-linolenic acid
methyl ester, dan all cis-4,7,10,13,16,19-docosahexaenoate yang tidak terdapat pada
kontrol.

Kata kunci : geŬsmin, sensori, nutrisi, Spirulina platensis, ekstrak daun kemangi

16
PP4-03

PENGARUH SUHU SPRAY DRYING TERHADAP KARAKTERISTIK MIKROKAPSUL


KAROTENOID DARI Spirulina platensis DENGAN ENKAPSULAN SODIUM
KASEINAT DAN GUM ARAB

Dimas Setyo Pambudi, Siti Ari Budhiyanti*, Nurfitri Ekantari

Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


*Korespondensi penulis : sitabudhiyanti@ugm.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu inlet-outlet spray drying
terhadap karakteristik mikrokapsul Spirulina platensis dengan enkapsulan sodium kaseinat
dan gum arab serta mendapatkan produk mikrokapsul yang mempunyai retensi dan
efisiensi enkapsulasi yang tinggi. Mikrokapsul dibuat dari fraksi air dan fraksi minyak dengan
kadar ekstrak 0,45% dari volume total (b/v). Pembuatan fraksi air dilakukan dengan
melarutkan bahan enkapsulan yang terdiri dari sodium kaseinat dan gum arab dalam
akuades. Pembuatan fraksi minyak dilakukan dengan melarutkan ekstrak karotenoid dalam
virgin coconut oil (VCO). Fraksi air dan fraksi minyak kemudian dibuat emulsi dengan
menggunakan homogenizer kecepatan tinggi dan ultrasonic homogenizer. Emulsi
dikeringkan menggunakan spray dryer dengan variasi suhu inlet-outlet 105-60˚C, 120-65˚C,
135-70˚C, 150-75˚C, dan 165-80˚C. Parameter yang diukur adalah viskositas, rendemen,
kadar air, aktivitas air, karotenoid total, karotenoid permukaan, efisiensi enkapsulasi, retensi
karotenoid, kelarutan, warna, ukuran partikel dan morfologi partikel. Variasi suhu inlet-
outlet spray drying berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap viskositas, rendemen, kelarutan
bubuk, kadar air, aktivitas air, karotenoid total, karotenoid permukaan, efisiensi enkapsulasi
dan retensi karoten dan ukuran partikel serbuk. Perlakuan terbaik adalah suhu inlet-outlet
135-70˚C dengan nilai viskositas 92,2 cP, rendemen 14,09%, kelarutan bubuk 67,18%, kadar
air 4,73%, aktivitas air 0,33, karotenoid total 49,76 μg/mg, karotenoid permukaan 13,17
μg/mg, efisiensi enkapsulasi 73,46%, retensi karotenoid 74,55%, dan ukuran partikel 1,23
μm.

Kata kunci : karotenoid, Spirulina platensis spray drying, suhu inlet-outlet,


mikroenkapsulasi, sodium kaseinat, gum arab

17
PP4-04

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN PANDAN


(Pandanus amaryllifolius) PADA PUDING KARAGINAN

Arles Oktari1, Ira Sari2, Dewita2


1.
Mahasiswa Deapartemen Teknologi Hasil Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau Pekanbaru
2.
Dosen, Departemen Teknologi Hasil Perikanan dan Kelautan,
Jl. HR. Subrantas Km. 12.5. Sp. Baru Panam, Pekanbaru, Riau. Telp. 0761-63274
Email: dewi_58@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun


pandan (Pandanus amaryllifolius) pada puding karaginan secara oragoleptik dan kimia..
Perlakuan penelitian terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu P0 (tanpa ekstrak ), P1, P2,. P3 30 35H
dan 40 ml rkstrak daun padan.. Parameter analisis, terdiri atas analisis organoleptik, kadar
air, abu dan karbohidraW . Hasil penelitian berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
organoleptik, nilai Šir, nilai abu, dan nilai karbohidrat. Hasil penelitian puding karaginan
terbaik adalah dengan penambahan ekstrak daun padan 40 ml dengan nilai rupa (sangat
kehijauan) 8,41, rasa (manis) 7,24, aroma (sangat harum aroma daun pandan ) 7,88, tekstur
(padat) 7,53 dan nilai kadar air 19,27%, kadar abu 3,31%, dan kadar karbohidrat 33,99%.

Kata kunci: karaginan puding,sari pati pandan,

18
PP4-05

PENGARUH SUBSTITUSI Kappaphycus alvarezii


TERHADAP INDEKS GLIKEMIK DAN MUTU DODOL

Muhamad Firdaus*, Yahya dan Vebryawan Eko Syah Maulana

Program studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya, Malang-65145, Indonesia
*Penulis korespondensi: muhamadfir@ub.ac.id

Abstrak

Dodol merupakan jenis makanan yang terbuat dari tepung ketan, santan kelapa
dan gula. Pada umumnya dodol yang menggunakan bahan baku tepung ketan memiliki nilai
indeks glikemik tinggi, karena memiliki kandungan amilopektin dan serat pangan tidak larut
air yang tinggi. Kappaphycus alvarezii merupakan rumput laut yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pensubstitusi tepung ketan pada pembuatan dodol, karena memiliki
kandungan amilopektin yang lebih rendah dan berkandungan serat pangan larut air. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan substitusi proporsi K. alvarezii
terhadap tepung ketan terhadap nilai indeks glikemik dan mutu dodol K. alvarezii. Metode
yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan percobaan acak lengkap
sederhana (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan substitusi proporsi K.
alvarezii mempengaruhi nilai indeks glikemik, kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar
serat pangan, aroma, warna, tekstur dan rasa dan tidak berpengaruh terhadap kadar lemak,
kadar protein, dan iodium.

Kata Kunci: Dodol, K. alvarezii, Indeks Glikemik, Mutu

19
PP4-06

PEMANFAATAN BUBUR RUMPUT LAUT Eucheuma


UNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZI MIE BASAH

Sherly Lewerissa dan Esterlina.E.E.M Nanlohy

Abstrak

Maluku merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdiri
dari mempunyai berbagai jenis kekayaan laut yang cukup potensial yang sampai saat ini
belum dimanfaatkan atau dikelola secara optimal, salah satu diantaranya adalah rumput
laut (Anonimous,1984). Pemanfaatan rumput laut didaerah Maluku masih bersifat
tradisional dan hanya dikonsumsi dalam bentuk olahan, misalnya diolah menjadi sayur, acar
puding dll. Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya upaya-upaya pemanfaatan
dan pengelolaan rumput laut secara maksimal untuk pemenuhan konsumsi pangan.
Masalah lain yang dihadapi adalah masih sangat terbatasnya bentuk-bentuk olahan rumput
laut sehingga pilihanpun terbatas, karena itu perlua danya penyediaan aneka produk olahan
rumput laut atau yang mengandung rumput laut sehingga pilihanpun semakin banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bubut rumput
laut (Eucheuma cotonii) terhadap nilai gizi mie basah, dan diharapkan kiranya dapat
memperkenalkan mie basah kepada masyarakat sebagai produk oangan bergizi dan dapat
dijadikan sebagai salah satu usaha rumah tangga. Hasil Analisa subjektif menunjukan bahwa
: untuk nilai warna, rupa,tekstur, aroma dan rasa, panelis cenderung memilih mie basah
penambahan bubur rumput laut perlakuan A3 dengan konsentrasi bubur rumput laut 50%
dengan nilai Kadar Air 64,40 %, Abu 0,52 %, protein 4,54 %, Lemak 0,86 % Karbohidrat 29,66
% dan serat 0,47 %. Dari hasil penelitian ini maka dapatlah disimpulkan bahwa penggunaan
500 gr bubur rumput laut sebagai bahan tambahan pembuatan mie basah merupakan hasil
terbaik dan sesuai dengan SII.

20
PP2-01

KLASTERISASI PELABUHAN PERIKANAN DI WILAYAH PANTURA JAWA


DALAM MEMENUHI KETERSEDIAAN BAHAN BAKU
INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

Andi Perdana Gumilang*1dan Deslina Zahra Nauli2


1
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon,
Jl. Perjuangan No. 17 By Pass Cirebon, Indonesia
2
Alumni Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor, Indonesia

*Korespondensi penulis : andiperdanag@gmail.com

Abstrak

Perairan Laut Jawa merupakan wilayah aktivitas perikanan tangkap terpenting di


Pantura Jawa ditinjau dari jumlah armada penangkapan, jumlah nelayan, jumlah industri
pengolahan perikanan serta potensi pasar berikut prasarananya. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan pola hubungan 12 pelabuhan perikanan di wilayah Pantai Utara Jawa
guna memenuhi pasokan ikan khususnya Industri Pengolahan. Metode penelitian ini
menggunakan analisis kelompok atau cluster analysis. Data yang diambil meliputi data
sekunder dan primer. Pengklasteran dikelompokkan berdasarkan aktivitas pelabuhan
perikanan yang dibagi menjadi variabel operasional berjumlah 32 variabel dan variabel
distribusi hasil perikanan berjumlah 4 variabel. Variabel operasional mencakup produksi
ikan yang didaratkan, perbekalan, ketersediaan sarana pelabuhan, ukuran fasilitas dan
frekuensi kapal perikanan yang mendaratkan. Sedangkan variabel distribusi hasil perikanan
meliputi distribusi lokal, regional, luar Jawa, dan Ekspor. Hasil penelitian diperoleh bahwa
klasterisasi pelabuhan perikanan berdasarkan aspek operasional dan distribusi di wilayah
Pantura Jawa terbagi dalam tiga klaster. Secara geografis pengelompokkan pelabuhan
perikanan di Pantura Jawa dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian barat, tengah dan
timur. Pengelompokan tersebut didasarkan pada tingkat kemiripan antar aktivitas
pelabuhan perikanan. Pola hubungan dalam sistem konektivitas pelabuhan perikanan pada
hakikatnya berimplikasi dengan sistem logistik perikanan. Terbentuknya sistem logistik
perikanan diharapkan dapat mengatasi permasalahan kekurangan bahan baku industri
pengolahan perikanan, kelebihan pasokan dan penurunan mutu hasil tangkapan.

Kata kunci : Industri Perikanan, Pelabuhan Perikanan, Pantura Jawa

21
PP2-02

ANALISIS POTENSI KEBERHASILAN UPAYA PENANGANAN


SUSUT HASIL PERIKANAN

Agus Heri Purnomo1, Anthon Efany2, Rinta Kusumawati1, Atikah Nurhayati3,


Hasta Octavini1

1 Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijawa
3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Abstrak

Kasus susut hasil perikanan (fish loss) di Indonesia telah banyak dibahas dalam
berbagai laporan penelitian. Laporan-laporan tersebut menyebutkan besaran, penyebab,
serta upaya potensial untuk mengatasi masalah, namun tidak memberikan gambaran
tentang prospek dari upaya-upaya tersebut. Tulisan ini menyampaikan hasil penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis prospek dimaksud, dengan fokus pada 10 lokasi pendaratan
ikan penting di Pulau Jawa. Kesepuluh lokasi tersebut adalah Muara Angke, Serang,
Palabuhan Ratu, Subang, Pekalongan, Tegal, Cilacap, Pati, Malang, dan Probolinggo. Analisis
Rapfish digunakan sebagai pendekatan metodologis, di mana faktor-faktor penentu, yang
dalam hal ini disebut sebagai atribut, dikelompokkan ke dalam sejumlah dimensi, dan
dianalisis untuk menghasilkan indeks prospek keberhasilan upaya penanganan masalah
susut hasil perikanan. Dimensi adalah (i) ekonomi, (ii) alam / ekologi, (iii) kebijakan, (iv)
sarana-prasarana, dan (v) dimensi usaha. Data yang digunakan dalam analisis ini
dikumpulkan melalui konsultasi dengan pejabat perikanan yang berwenang dari masing-
masing lokasi sampel. Kompetensi pejabat dan laporan-laporan terdokumentasi seperti
statistik tahunan perikanan dan laporan teknis yang relevan dijadikan sebagai acuan utama
dalam konsultasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek dari upaya penanganan
masalah susut hasil perikanan pada umumnya kurang baik karena terkendala oleh kondisi
dua dimensi berkinerja rendah, yaitu 'dimensi sarana-prasarana' dan 'dimensi usaha'. Dari
analisis leverage, ditemukan bahwa untuk kedua dimensi berkinerja rendah ini, tiga atribut
teridentifikasi sebagai atribut pengungkit, yaitu 'sarana sistem dingin', 'prasarana
pemasaran' dan 'sarana tempat pendaratan'. Implikasi kesimpulan ini adalah bahwa
penanganan masalah susut hasil perlu diprioritaskan pada atribut-atribut ini.

Kata kunci: fish loss, potensi keberhasilan, rapfish, susut hasil perikanan, upaya penanganan

22
PP2-03

DAYA DUKUNG SUMBERDAYA IKAN PELAGIS DALAM PENYEDIAAN BAHAN


BAKU INDUSTRI PEMINDANGAN DI AREA PULAU JAWA

Wijopriono

Pusat Riset Perikanan, Jakarta, Indonesia


Korespondensi penulis: wijopriono @yahoo.com

Abstrak

Produk pindang adalah produk olahan hasil perikanan yang popular di Indonesia
setelah ikan asin. Pemindangan ikan pada umumnya dilakukan oleh industri skala mikro dan
kecil. Jenis-jenis ikan yang banyak di pindang adalah jenis ikan laut seperti tongkol,
kembung, dan layang. Data menunjukkan bahwa sebaran industri pengolahan pindang skala
mikro dan kecil di Indonesia terpusat di Pulau Jawa, mencapai sekitar 73%. Bahan baku
utama ikan pindang diperoleh dari Produksi hasil tangkapan di laut yang didaratkan di
pelabuhan-pelabuhan pendaratan ikan pulau Jawa, terutama oleh armada pukat cincin dan
gillnet yang beroperasi di enam WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) laut sekitarnya.
Dengan kapasitas terpasang rata-rata sekitar 62,5%, total produksi mencapai 200.331 ton
pada 2015. Meskipun total produksi bahan baku pada 6 WPP tersebut tampak cukup besar,
namun hanya 46% atau sekitar 371000 ton yang didaratkan di area pendaratan pulau Jawa,
dengan fluktuasi bulanan cukup tinggi. Daya dukung sumberdaya ikan, kebutuhan dan pola
ketersediaan bahan baku dibahas dalam makalah ini.

Kata Kunci : Daya Dukung, Sumberdaya Ikan, Industri Pemindangan.

23
PP2-04

TREND KEBUTUHAN BAHAN 2025 SEBAGAI PROYEKSI KEMANDIRIAN


DAN DAYA SAING INDUSTRI PERIKANAN INDONESIA

Yonvitner, Kiagus Abdul Aziz, Joko Santoso, Nandi Syukri, Muhammad Riyanto,
Taryono, Riyanto Umar, Surya Genta Akmal

Abstrak

Kebutuhan bahan baku industri perikanan Indonesia selalu deficit dalam jumlah
yang cukup besar baik dari yang bersumber dari penangkapan maupun dari yang budidaya.
Kalo dilihat dari struktur total produksi, sebenarnya kita cukup-cukup saja sediaan stok ikan
untuk supply bahan baku. Namun setelah dilihat kebutuhan baik konsumsi segar dan
pengolahan, maka perlu kita pikirkan langkah dalam memenuhi kekurangan bahan baku
yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan hasil perhitungan kebutuhan
bahan baku industry pengolahan serta proyeksi kebutuhan 2025 dari nilai pertumbuhan
kebutuhan bahan baku dan pertimbangan pertumbuhan industry pengolahan UMKM dan
Industri besar. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku ada kecenderungan
selalu meningkat dengan pertumbuhan bahan baku sebesar 6,07% per tahun,
pertumbuhan kebutuhan bahan baku industry tumbuh 2,25 persen pertahun dan UMKM
0,57% pertahun. Dari model proyeksi sampai 2025, maka kebutuhan bahan baku
kekurangan sebesar 5,9 juta 2019 sampai 9,9 juta ton tahun 2025. Kekurangan ini
merupakan sinyal, apakah kita akan segera mendorong tumbuhnya industry budidaya
perikanan penyedia bahan baku atau akan terus melakukan import. Sebuah pilihan yang
tidak mudah, tetapi jika kita mendorong kemandirian dan kedaulatan nelayan, maka import
tidak akan menjadi pilihan dalam pembangunan usaha perikanan nasional.

Kata Kunci: Bahan Baku, Proyeksi, UMKM, Industri, Kemandirian Stok

24
PP2-05

KARAKTERISTIK SUSUT HASIL PASCAPANEN HASIL TANGKAPAN


KAPAL GILLNET OSEANIK DI TEGAL

Singgih Wibowo; Syamdidi; Bagus Sediadi Bandol Utomo; Agus Heri Purnomo;
Dwiyitno; Rinta Kusumawati; Diah Ikasari; Hasta Octavini

Abstrak

Pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan hal yang penting berkaitan


dengan makin terbatasnya sumberdaya tersebut. Sehubungan dengan makin terbatasnya
sumberdaya tersebut, kajian susut hasil pascapanen perikanan menjadi isu penting terlebih
karena nilai susut hasil tersebut diperkirakan masih cukup tinggi. Dalam kaitannya dengan
hasl tersebut, telah dilakukan kajian susut hasil pascapanen perikanan pada upaya
penangkapan yang menggunakan gillnet oseanik di Tegal. Kajian ini dilakukan dalam dua
kurun waktu, yaitu pada tahun 2015 dan pada tahun 2017. Kajian susut hasil tersebut
dilakukan dengan menggunakan metoda EFLAM (explatory fish loss assessment method)
yang dikembangkan oleh FAO (2000) dan telah dimodifikasi. Dalam metoda tersebut
dilakukan melalui diskusi kelompok, observasi dan surve lapangan menggunakan kuisioner.
Dari hasil kajian tersebut diperoleh hasil bahwa penangkapan ikan dengan menggunakan
alat tangkap gillnet oseanik di Tegal telah mengalami perubahan yang sangat signifikan.
Kelompok pelaku di rantai penangkapan ikan telah merubah fasilitas armadanya dengan
menambahkan freezer di atas kapal dan perubahan yang terjadi adalah pendapatan ABK
meningkat, mutu ikan lebih baik, kelompok mutu ikan hasil tangkapan lebih sedikit, dan
tujuan pemasaran lebih banyak ke luar kota Tegal. Kontribusi susut hasil paling besar berasal
dari aktivitas waktu tunggu jaring yang cukup lama yaitu 6 jam. Nilai susut hasil rantai pasok
aktivitas penangkapan menggunakan gillnet oseanik di Tegal mengalami penurunan yang
cukup signifikan dari 28% (2014) menjadi 16% (2017) karena adanya instalasi palka freezer
(freezerisasi) pada kapal nelayan gillnet. Penggunaan palka yang dilengkapi dengan freezer
telah mampu mengurangi kelas mutu ikan dari 7 kelas mutu menjadi 4 kelas mutu dan
meningkatkan pendapatan ABK (hingga 10 kali lipat) dan menyerap tenaga kerja lebih
banyak. Freezerisasi pada kapal gillnet di Tegal tersebut dapat menjadi model bagi pusat-
pusat perikanan gillnet oseanik yang lain maupun upaya pengalihan alat tangkap yang
dilarang (cantrang) ke alat tangkap gillnet.

Kata kunci: Susut hasil pascapanen perikanan, gillnet oseanik, susut mutu, freezerisasi,
pendapatan ABK

25
PP2-06

MUTU PRODUK IKAN OLAHAN TRADISIONAL


ASAL PULAU BANDA DAN PROFIL PENGOLAHNYA

Fredrik Rieuwpassa1, Alfonsina Marthina Tapotubun1*, Hellen Nanlohy2,


Theodora E.A.A. Matrutty1, Yolanda M.T.N. Apituley2
1)
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
2)
Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Pattimura, Kampus Unpatti-Poka
Jln. Mr. Chr. Soplanit Poka 97233 Ambon Maluku
Telepon. (0911) 3825060; faks. (0911) 3825061
Telepon/Fax. (0916) 21377
*Korespondensi: am.tapotubun@gmail.com; am.tapotubun@fpik.unpatti.ac.id

Abstrak

Banda merupakan salah satu wilayah fishing ground di Maluku. Produk ikan
olahan yang banyak di produksi di kepulauan Banda adalah ikan asin cakalang banda dan
bekasang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu ikan asin banda abon ikan
dan bekasang asal Banda serta profil pengolahnya. Penelitian menggunakan metode survei
pada lokasi pengolahan di Kecamatan Banda. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga
(3) kali. Analisa mutu proksimat menggunakan metode standar. Data hasil analisa disajikan
secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar, kemudian dibandingkan
dengan Standar Nasional Indonesia untuk produk sejenis. Rata-rata pengolah merupakan
kelompok kecil dalam satu keluarga atau kerabat dan tetangga terdekat, berusia produktif
dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) dan
pendapatan tertinggi berkisar antara Rp. 500.000, - Rp. 1.000.000 per bulan. Komposisi
mutu bekasang banda antara lain air 60,02%, protein 17, 18%, abu 14,12%, dan lemak
0,44%. Komposisi mutu ikan asin antara lain air 25,6%, protein 38,5%, abu 13,84%, dan
lemak 1,97%.

Kata kunci: bekasam, cakalang banda, ikan asin, pengolahan tradisional

26
PP5-01

TEKNOLOGI PENGASAPAN IKAN BERBASIS VAKUM


DENGAN SISTEM RECYCLE LIMBAH ASAP

Hidayatun Muyasyaroh*1, Imam Mohamad Bagus1, Muhammad Ubaidillah Al Busthomi1


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
*E-mail: hidayatunmuyasyaroh@gmail.com

Abstrak

Teknologi pengasapan ikan berbasis vacum dengan sistem recycle smoke


dirancang sebagai alat pengasapan modern. Modifikasi alat pengasapan seperti almari
pengasapan (smoking cabinet) dan tipe kabinet (model oven) sudah banyak dikembangkan.
Namun, dari keduanya tidak terdapat sistem recycle limbah. Oleh karena itu teknologi
pengasapan bebasis vakum dengan sistem recycle diusulkan untuk menghasilkan produk
ikan asap yang lebih berkualitas dan me-recycle limbah menjadi barang bernilai ekonomis.
Tulisan ini menjelaskan tentang detail pembuatan alat yang dirancang untuk memproduksi
ikan asap dan asap cair serta perbaikan kualitas ikan asap secara fisik dan kimia. Metode
yang digunakan yaitu metode rancang bangun alat dan uji fungsi alat. Hasilnya
menunjukkan bahwa dengan menggunakan pengasapan vakum dan sistem recycle smoke
dapat mempercepat proses pengasapan, menciptakan distribusi asap yang merata,
mengurangi polusi asap dari hasil pembakaran arang, produk lebih berkualitas dan
menghasilkan asap cair yang bernilai ekonomis dan dapat digunakan sebagai bahan
pengawet serta pemberi flavor secara alami. Hasil uji alat menunjukkan kapasitas ikan
sebesar 6kg dengan suhu mencapai 800C membutuhkan waktu 30 menit untuk
menghasilkan ikan asap. Hasil uji produk ikan asap yang dihasilkan dari proses pengasapan
menggunakan teknologi ini yaitu kadar air sebesar 55,07%, masa simpan produk mencapai 3
hari, dan nilai organoleptik sebesar 53,3%.

Kata kunci: Healthy, fish smoker, recycle, smoke

27
PP5-03

KARAKTERISTIK GIZI SAMBAL IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ASAP

Lili Salita

Email: lilisalita1@gmail.com

Abstrak

Zat aditif semakin marak digunakan untuk meningkatkan citarasa makanan


sehingga membuat makanan yang dihasilkan diragukan kesehatan dan keamanannya. Ikan
yang telah diasap terbukti memiliki senyawa aromatik yang dapat memberikan citarasa
alami yang khas sehingga bahan tambahan lain tidak diperlukan untuk meningkatkan
citarasanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengolahan terbaik sambal ikan asap
yang diasap dengan metode pengasapan panas menjadi produk sambal yang memiliki gizi
tinggi, citarasa khas dan bebas dari zat aditif. Percobaan dilakukan dengan menggunakan
RAL (Rancangan Acak Lengkap) 1 faktor dan 3 variasi. Variasi perlakuan terletak pada
proporsi jumlah bumbu sambal dan ikan yaitu A1 (50%:50%), A2 (40%:60%), dan A3
(30%:70%). Sampel ikan asap kemudian dilakukan analisa mengenai kualitas ikan meliputi
analisa kandungan PAHs (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons) terutama BαP
(benzo[a]pyrene), senyawa karbonil meliputi phenol, asam organik, dan formaldehid.
Pengujian proksimat (kadar air, kadar abu, protein, lemak dan karbohidrat (serat kasar dan
BETN). Pengujian organoleptik meliputi kenampakan, aroma, rasa, warna dan tekstur
dengan panelis 30 orang. Daya awet produk diuji dengan metode TPC (Total Plate Count).
Hasil penelitian menunjukkan senyawa-senyawa yang terbentuk selama pengasapan ikan
memberikan citarasa khas yang terbentuk secara alami pada ikan sehingga sambal yang
dihasilkan lebih disukai. Pengujian kandungan proksimat menunjukkan bahwa perlakukan
A2 menghasilkan sambal ikan asap dengan protein dan serat kasar tertinggi yaitu 33,28%
dan 2,58%. Sehingga dapat disimpulkan perlakuan terbaik pengolahan sambal yaitu A2 yang
menghasilkan sambal dengan gizi yang baik, disukai oleh konsumen dan aman untuk
dikonsumsi.

Kata Kunci: Sambal ikan asap, ikan lele dumbo, LC-MS, organoleptik

28
PP5-04

KARAKTERISTIK SENSORI DAN FISIKOKIMIA IKAN TONGKOL


(Euthyunus affinis) ASAP DENGAN APLIKASI ASAP CAIR

Fronthea Swastawati*1 dan Retno Ayu Kurniasih1


1
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
*Korespondensi penulis : fronthea_thp@yahoo.co.id

Abstrak

Pembuatan ikan tongkol asap yang dilakukan secara tradisional memiliki efek
karsinogenik dan mengakibatkan polusi udara saat proses pembakaran. Penggunaan asap
cair dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh penggunaan asap cair dari tiga jenis bahan baku terhadap nilai
sensori, proksimat, pH, dan tekstur ikan tongkol asap. Fillet daging ikan tongkol direndam
dalam asap cair ampas tebu (AT), asap cair tempurung kelapa (TK), serta asap cair ranting
kayu jati (RJ) dengan konsentrasi 5% (b/v) selama 3 jam dengan penerpan 1 jam pada suhu ±
40-500C , 1 jam pada suhu ± 50-600C , 1 jam pada suhu ± 800C. kemudian dikeringkan
bertahap selama 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan asap cair yang
berbeda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai proksimat, pH, dan kekerasan
(p<0,05). Berdasarkan nilai sensori asap cair ampas tebu menghasilkan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan asap cair lainnya, yaitu AT 7,57 ≤ µ ≤ 7,74, TK 7,09 ≤ µ ≤ 7,27, dan RJ 5,69 ≤ µ ≤
6,03. Nilai pH ikan tongkol asap pada penelitian ini adalah AT 5,1±0,1, TK 5,7±0,05, dan RJ
5,6±0,2. Sedangkan nilai kekerasannya AT 3,05±0,221 kg.f, TK 5,90±0,22 kg.f, dan RJ
3,78,11±0,42 kg.f. Asap cair ampas tebu menghasilkan ikan tongkol asap yang lebih
berkualitas dibanding asap cair tempurung kelapa dan asap cair ranting kayu jati. Asap cair
ampas tebu menghasilkan ikan tongkol asap dengan kadar air 62,43±0,14 %, kadar protein
25,68±0,32 %, kadar lemak 2,32±0,16 %, dan kadar abu 3,79 ± 0,93 %.

Kata kunci : ikan tongkol, asap cair, sensori, fisikokimia

29
PP5-05

KARAKTERISTIK SOTONG (Sepia recurvirostra) ASAP


DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI ASAP CAIR

Indah Widiastuti*1, Herpandi1, Muhammad Ridho1, Nafa Ya'la Arrahmi1


1
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km
32, Indralaya, Sumatra Selatan, Indonesia

*Korespondensi penulis : indahwidiastuti@unsri.ac.id

Abstrak

Sotong adalah sumberdaya ikan dari kelas chepalopoda yang keberadaannya


musiman dan mudah mengalami kemunduran mutu, sehingga perlu upaya untuk membuat
produk olahan yang berbahan baku sotong. Salah satu olahan sotong adalah sotong asap.
Proses pengasapan yang dilakukan menggunakan asap cair. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik fisik, kimia dan sensori sotong asap dengan perbedaan tingkat
konsentrasi asap cair. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dengan satu faktor perlakuan dan dilakukan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang
digunakan yaitu konsentrasi asap cair sebanyak 0%, 6%, 12%, dan 18%. Tahapan penelitian
ini meliputi pembuatan sampel, pengujian sampel meliputi analisis kimia (kadar air, kadar
abu dan kadar protein, kadar lemak, kadar fenol, kadar kolesterol dengan metode
liebermann-buchard colour reaction dan profil asam lemak menggunakan gas
chromatography (GC)), analisis fisik (kekerasan), serta analisis sensori (warna, rasa, aroma
dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi asap cair
memberikan pengaruh yang nyata pada taraf uji 5% terhadap nilai kadar air (52,4-60,6),
kadar fenol (110-5669 ppm) dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar abu, protein,
lemak, kolesterol dan kekerasan. Hasil analisis sensori menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi asap cair berpengaruh tidak nyata terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa.
Asam lemak yang teridentifikasi dalam sotong asap yaitu asam lemak jenuh (miristat,
palmitat, stearat); asam lemak tak jenuh tunggal (oleat) dan asam lemak tak jenuh majemuk
(arakidonat, linoleat, linolenat, EPA, DHA) dengan besar masing-masing 27,0%; 22,7% dan
34,4%.

Kata kunci : Sotong, Asap cair, Karakteristik, Kolesterol, Asam lemak

30
PP5-06

INOVASI PENGOLAHAN KATSUOBUSHI MENGGUNAKAN ASAP CAIR

Siegfried Berhimpon*1, Roike Iwan Montolalu1, Henny Adeleida Dien1,


dan Feny Mentang1

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado


*Korespondensi penulis : berhimpon-s@unsrat.ac.id

Abstrak

Katsuobushi atau ikan kayu diproduksi dengan menggunakan kombinasi


perebusan dan pengasapan. Saat ini terdapat lima pabrik pengolahan katsuobushi di
Sulawesi Utara, yang mempunyai permasalahan yakni tingginya kandungan polycyclic
aromatic hydrocarbon (PAH) pada produk (>10ppb).
Penelitian kami membuat Katsuobushi dengan menggunakan asap cair. Ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis L) disiangi kemudian direbus dalam air panas (95oC) selama
90 menit. Setiap ikan kemudian dibelah menjadi empat filet, dan kemudian direndam dalam
asap cair. Tujuh konsentrasi asap cair yaitu: 1, 2, 3, 4, 5 6, and 8% dan empat lama
perendaman awal yaitu: 10, 20, 30, 60 menit. Perlakuan setelah perendaman, filet
dikeringkan selama 4 jam pada 85oC, dan direndam lagi selama 10 menit dalam asap cair
dengan konsentrati sama dengan awal, dan selanjutnya dikeringkan kembali pada 65oC
selama 4 jam. Perlakuan terakhir dilakukan sebanyak 6-7 kali sampai kadar air produk
mencapai15-17%.
Hasil penelitian mendapatkan Katsuobushi yang awalnya direndam dalam 1 dan
2% asap cair selama 10 menit mengandung PAH (dibenzo(a)piren dan dibenzo(a,h)antrasen)
<0.25 ppb, sedangkan semua Katsuobushi yang awalnya direndam dalam asap cair 3, 4, 5, 6,
dan 8%, kandungan PAH (dibenzo(a)piren) berkisar antara 5,9-93,8ppb dan
dibenzo(a,h)antrasen berkisar antara 8,2-66,0ppb. Kandungan fenol dari semua sampel
berkisar antara 22,5-47,9 mg/100g.

Kata kunci: pengasapan ikan, katsuobushi, asap cair, PAH.

31
PP5-07

PENGARUH PERBEDAAN KAYU BAKAR DAN LAMA PENGASAPAN


TERHADAP MUTU IKAN PATIN ASAP (Pangasius pangasius)

Resmi R. Siregar

Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan


Jalan AUP no 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520.
Telepon (021)7805030, Faks (021) 78830275
Korespondensi: resmi.siregar@gmail.com;

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh perbedaan kayu bakar dan
lama pengasapan terhadap mutu ikan patin asap yang meliputi: hedonik, sensori dan
komposisi kimia (air, abu, protein, lemak) dan fenol pada ikan patin asap. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan jenis (kayu karet dan
kayu rambutan) dan lama pengasapan selama (8 jam, 9 jam, dan 10 jam). Data dianalisis
dengan Anova (Analysis of Variance) dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Data hedonik dan
sensori dianalisis dengan Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Tukey. Dari hasil pengujian
hedonik diketahui bahwa panelis lebih menyukai ikan patin yang diasap dengan kayu
rambutan selama 9 jam. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaaan jenis kayu (kayu karet
dan kayu rambutan) dan lama pengasapan (8 jam, 9 jam, dan 10 jam) berpengaruh nyata (sig
0,00 < 0,05) terhadap nilai kenampakan, rasa, tekstur, dan komposisi kimia (air, abu, protein,
lemak) dan fenol dan tidak berpengaruh nyata terhadap bau ikan patin asap.

Kata kunci: Pengaruh, kayu bakar, pengasapan, patin, mutu

32
PP6-01

PROFIL ASAM LEMAK IKAN TUNA (Thunnus albacores) KERING BLOK


DENGAN PENAMBAHAN ASAP CAIR

Prof. Ir. J. Leiwakabessy,MS.1) dan Dr. Max R. Wenno, S.Pi, M.Si.1)


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti
*e-mail: jusufleiwakabessy@gmail.com

Abstrak

Ikan tuna (Thunnus Albacores) merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis
tinggi, memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi serta mempunyai rasa yang lezat.
Asam lemak merupakan asam oganik berantai panjang yang mempunyai gugus karboksil
(COOH ) di salah satu ujungnya dan gugus metil (CH3 ) di ujung lainnya (Almatsier, 2006 ).
Lemak dominan pada ikan adalah EPA dan DHA (Sukarsa, 2004). Keunggulan ikan tuna ini
perlu dibaringi dengan teknik penanganan dan pengolahan untuk tetap mempertahankan
kandungan gizi tersebut, karena ikan cepat mengalami proses pembusukan. Salah satu
proses pengolahan tersebut adalah ikan tuna kering blok. Ikan tuna kering blok merupakan
produk makanan yang bersifat semi basah dan terbuat dari tetelan daging ikan tuna,
berbentuk tipis dan lebar, yang diberi garam, asap cair dan dikeringkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Profil Asam Lemak Ikan Tuna (Thunnus Albacores) Kering Blok
Dengan Penambahan Asap Cair. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen (percobaan). Hasil analisa profil asam lemak yang diperoleh dari kedua
produk adalah, padaikan tuna kering blok tanpa bumbu terdapat 25 asam lemak, terdiri dari
SAFA 11, MUFA 6 dan PUFA 8. Sedangkan pada ikan tuna kering blok dengan penambahan
garam dan asap cair terdapat 26 asam lemak, terdiri dari SAFA 11, MUFA 6 dan PUFA 9.
Kandungan asam lemak jenuh ikan tuna kering blok tanpa dan dengan penambahan garam
dan asap cair adalah 19,94% dan 21,29%. Kandungan MUFA pada produk ikan tuna kering
blok tanpa dan dengan penambahan bumbu adalah 9,35% dan 11,77%. Kandungan PUFA
dari kedua produk tanpa dan dengan penambahan garam dan asap cair adalah 14,45% dan
16,04%.

Kata kunci: Profil Asam Lemak. Ikan asin,

33
PP6-02

FORMULASI BISKUIT MP-ASI BERBASIS PANGAN LOKAL : STUDI


PEMANFAATAN TEPUNG IKAN KEMBUNG COMO DAN PATI SINGKONG

Rahmi Dzulhijjah*1, Erry Yudhya Mulyani2, Reza Fadhilla3


1 2 3
' ' Universitas Esa Unggul, Jl. Arjuna Utara KebonJeruk, Jakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : dzulhijjahrahmi@gmail.com

Abstrak

Berdasarkan tipe wilayah dan mata pencaharian kepala rumah tangga di wilayah
Desa Pondok Kelor, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang terdapat banyak
bahan pangan lokal yang belum optimal dimanfaatkan. Ikan kembung jenis como dan
singkong memiliki potensi tinggi sebagai bahan dasar MP-ASI untuk anak balita. Tujuan
penelitian menghasilkan biskuit MP-ASI yang dapat diterima dan memiliki kandungan gizi
tinggi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen murni menggunakan instrumen
Visual Analog Scale (VAS) dengan 3 variasi konsentrasi pati singkong dan tepung ikan
kembung como yang berbeda yaitu 10%:20%:30% dan 20%:40%:60%. Hasil uji
organoleptik, biskuit terpilih dengan konsentrasi 20% pati singkong dan 40% tepung ikan
kembung como yang paling disukai. Analisis proksimat biskuit terpilih yaitu energi sebesar
337 kkal, karbohidrat 44,98 g, protein 14,33 g, total lemak 11,02 g, serat 0,78 g, kadar air,
6,29 g, abu 2,04 g dan angka lempeng total biskuit 4,70 x 103 cfu/g. Biskuit MP-ASI berbahan
tepung ikan kembung como dan pati singkong dapat diterima panelis serta dapat digunakan
sebagai alternatif makanan pendamping ASI.

Kata kunci : Biskuit MP-ASI, Tepung Ikan Kembung Como, Pati singkong

34
PP6-03

PEMANFAATAN IKAN PATIN (Pangasius sp) SEBAGAI SUMBER PROTEIN


DENGAN KONSENTRASI BERBEDA PADA BUBUR INSTAN TERHADAP
KUALITASNYA

Dwi Setijawati

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang
Email :dwisetyawati@ub.ac.id/setijawatis@gmail.com

Abstrak

Ikan Patin (Pangasius sp) merupakan ikan hasil budidaya dan merupakan bahan
pangan lokal sumber protein yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bubur instan untuk
menungkatkan kandungan protein bubur. Bubur merupakan bahan pangan lunak dengan
bahan penyusun terbesar adalah karbohidrat dan susu skim sebagai sumber protein. Ikan
patin merupakan ikan air tawar yang mudah dijumpai yang mempunyai kandungan protein
sebesar 68,6 %. Dalam bentuk tepung kandungan protein ikan patin sebesar 60-75 g/100
gram protein, sementara kandungan protein dalam 100 g susu skim hanya sebesar 30 g.
Penambahan tepung ikan patin pada bubur diharapkan dapat meningkatkan kandungan
protein bubur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas dari bubur instan yang
difortifikasi tepung ikan patin sebagai sumber protein terhadap kualitas bubur.
Metode penelitian adalah Rancangan Acak lengkap. Variabel penelitian adalah
perlakuan konsentrasi tepung ikan patin (A) dengan sub perlakuan : A1 (tanpa penambahan
tepung ikan patin); A2 (penambahan tepung ikan 2,5%); A3 (penambahan tepung ikan
5,0%); A4 (penambahan tepung ikan 7,5%); A5 (penambahan tepung ikan 10%); A6
(penambahan tepung ikan 12,5%). Variabel terikat adalah kandungan protein, kadar air,
kadar lemak, karbohidrat, densitas kamba, kelarutan, uji seduh, waktu penyajian, dan uji
organoleptik. Pengulangan 3 kali. Analisa data menggunakan SPSS 17. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan patin pada pembuatan bubur instan
memberikan pengaruh terhadap kandungan protein bubur tetapi tidak searah dengan
organoleptik rasa dan bau yang dihasilkan.

Kata Kunci : Eucheuma spinosum, Semi Refine Caragenan (SRC), Fortifikasi

35
PP6-04

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN SENSORI BISKUIT


DENGAN KOMBINASI TEPUNG BELUT (Monopterus albus)

Wulandari*, Herpandi, Shanti Dwita Lestari, Rizky Maharani Putri

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian


Universitas Sriwijaya, Indralaya 30662, Sumatera Selatan, Indonesia
*Korespondensi: wulandaribe@gmail.com

Abstrak

Belut merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mengandung protein tinggi
dan pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik fisiko-kimia dan sensori biskuit dengan kombinasi tepung belut
(Monopterus albus). Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
dengan satu faktor perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu
penambhan tepung belut sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai kadar air,
kadar lemak, kadar karbohidrat, chroma, dan kekerasan biskuit kombinasi tepung belut
yang dihasilkan. Hasil analisis sensori menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata
terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa. Produk terbaik yaitu dengan perlakuan
kombinasi tepung belut 10% yang menghasilkan produk dengan nilai kadar air 5,44%, kadar
abu 1,59%, kadar lemak 33,47%, kadar protein 8,71%, dan kadar karbohidrat 53,53%. Nilai
analisis sensori yang dihasilkan untuk kenampakan sebesar 5,78 (agak suka), aroma 5,88
(agak suka), tekstur 5,98 (agak suka), dan rasa 6,16 (suka).

Kata kunci : biskuit, protein, sensori, tepung belut

36
PP6-05

SUBTITUSI KONSENTRAT PROTEIN TELUR


IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)
DALAM FORMULASI MAKANAN BAYI PENDAMPING ASI

Frets Jonas Rieuwpassa1, Joko Santoso2, Wini Trilaksani2


1
Teknologi Pengolahan Hasil Laut, Politeknik Negeri Nusa Utara,
Jl. Kesehatan No.1 Tahuna Sulawesi Utara
2
Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor,
Jl. Jln. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor
Indonesia 16680
email : frets.jr@gmail.com

Abstrak

Kekurangan konsumsi protein pada balita masih menjadi masalah di Indonesia,


sehingga perlu adanya pemberian asupan protein yang cukup sewaktu masa penyapian.
Penambahan konsentrat protein telur cakalang (KPTI) kedalam makanan pendamping ASI
(MP-ASI) merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein balita.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis nilai organoleptik, komposisi gizi dan sifat
fungsional biskuit MP-ASI yang disubstitusikan konsentrat protein telur cakalang. Tahapan
penelitian meliputi pembuatan biskuit MP-ASI dengan subtitusi KPTI 5gr (F1), 10gr (F2), 15gr
(F3), 20gr (F4), 25gr (F5), 30gr (F6) dan kontrol (F0). Selanjutnya dianalisis organoleptik
untuk menentukan formula terpilih. Formula terpilih dianalisis komposisi gizi dan sifat
fungsionalnya dibandingkan dengan formula kontrol dan produk komersial. Formula biskuit
terpilih berdasarkan hasil uji organoleptik biskuit MP-ASI adalah formula F2. Kandungan
protein formula terpilih (F2) adalah 19,42% lebih tinggi bila dibandingkan dengan formula
kontrol dan produk komersial. Komposisi gizi biskuit MP-ASI terpilih telah memenuhi
standar SNI dan FAO. Sedangkan sifat fungsionalnya tidak berbeda dengan produk komersial
dan formula kontrol.

Kata kunci : KPTI, makanan bayi, telur ikan cakalang.

37
PP6-06

PENGGUNAAN PERSENTASE TEPUNG IKAN BERBEDA DENGAN TEPUNG


JAGUNG SEBAGAI ALTERNATRIF MAKANAN TAMBAHAN UNTUK BALITA

Welma Pesulima* , Yunialdy H Teffu

Departemen Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan,


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UKAW- Kupang
*Koresponden: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – UKAW ,
Jln.Adisucipto – Oesapa – Kupang ; e mail : pesulimawelma@yahoo.com

Abstrak

The children need for nutrition was very important for growing up and to be young
generation. Decrease or increase is the once from compound nutrition what their needed
could be damage metabolism damage. Malnutrition almost attack the children from rural
area. Research aim special analysis nutrition content from anchovy fish meal with different
percentage combine with sweet corn flour at made of food supplement for the children and
how to public response and opinion about that supplement from local product of food with
high nutrition.
Result of research shown treatment with different percentage from anchovy fish
meal have been result special product food is good, with value of water 17.51 to
19.22%;crude protein value 41.12 to 45.33%, carbohydrate value 60.30-61.04%, Total Plate
Count 2x102coloni/gr ( standard 5x105col/gr). Sensoric test shown about color was change
from yellow to very yellow like color from natural corn , smooth texture, odor like milk of
meal and taste is good and panelist was very like this product, because that was new
diversification of product have made all panelist was not sure about their interpretation like
or dislike.

Keyword: anchovy fish meal, sweet corn meal , crude protein, supplement ,TPC

38
PP7-01

PENGARUH KADAR AIR BAHAN BAKU, pH AIR, ORGANOLEPTIK BAHAN BAKU


TERHADAP KEKENYALAN (GEL STRENGTH) SURIMI

Yuliati H. Sipahutar dan Ridho Yuswika Putri

Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan,


Sekolah Tinggi Perikanan
, JL. Aup No. 1 Pasar Minggu, Jakarta Selatan12520
* korespondensi: yuliati.sipahutar@gmail.com.

Abstrak

Surimi merupakan protein miofobril yang telah distabilkan dan diperoleh dari
proses pemisahan daging dan mengalami proses pencucian serta pencampuran dengan
menggunakan cryoprotectan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menghitung rendemen
pada proses potong kepala, skinning dan produk akhir surimi, (2) mengetahui pengaruh
kadar air bahan baku, pH air serta organoleptik bahan baku terhadap gel strength produk
akhir surimi. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan langsung di
lokasi praktek, melakukan pengujian kadar air bahan baku, pH air dan organoleptik bahan
baku serta melakukan analisis data menggunakan regresi linear dengan variabel terikat
adalah gel strength produk akhir surimi, variabel bebas adalah kadar air bahan baku, pH air
serta organoleptik bahan baku. Rendemen ikan Kuniran memiliki rata-rata sebesar 23,78%,
dengan nilai tertinggi pada pengamatan ke-8, yaitu 28,11%. Nilai rendemen terendah ikan
Kuniran terdapat pada pengamatan ke-1 yaitu sebesar 20,55%. Hasil rata-rata rendemen
ikan Swangi adalah sebesar 18,08%, sedangkan untuk nilai tertinggi terdapat pada
pengamatan ke-2 sebesar 25,64%. Nilai terendah rendemen ikan Swangi terdapat pada
pengamatan ke-8 yaitu sebesar 15,52%. Rendemen ikan Kuniran dan ikan Swangi sudah
memenuhi standar. Kadar air bahan baku, pH air serta organoleptik bahan baku tidak
memberikan pengaruh signifikan (nilai propability > 0,05) terhadap gel strength produk
akhir surimi.

Kata kunci : gel strength, surimi,

39
PP5-02

KARAKTERISTIK TAHU BAKSO DENGAN PERBEDAAN JENIS


DAN KONSENTRASI DAGING IKAN YANG BERBEDA

Tri Winarni Agustini*1, Ima Wijayanti1, Putut Har Riyadi1


1
Departement Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP,
Jl. Prof Soedarto Tembalang Semarang, Indonesia

*Korespondensi : imasetianto@gmail.com

Abstrak

Ikan lele dan gurami adalah ikan air tawar yang besar produksinya. Olahan kedua
ikan tersebut masih terbatas. Variasi olahan ikan tersebut diharapkan memberi nilai tambah
contohnya tahu bakso ikan. Tahu bakso biasanya terbuat dari daging sapi. Penggunaan ikan
sebagai bahan baku isian tahu bakso menjadi alternative produk pangan tinggi protein.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi daging ikan
terhadap kadar proksimat, tekstur dan kesukaan terhadap tahu bakso. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah RAL Faktorial 2x3. Faktor pertama adalah jenis ikan (Lele
dan Gurami) dan faktor kedua adalah konsentrasi daging ikan (30%; 40% dan 50%).
Parameter uji berupa kadar protein, air, lemak, abu, kekerasan, deformasi, kekuatan gel dan
hedonik. Analisis data menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNJ jika pengaruh
perlakuan nyata. Jenis ikan dan konsentrasi daging berpengaruh nyata terhadap kadar
protein, kadar lemak, kekerasan, deformasi dan kekuatan gel tahu bakso (P<0,05), namun
tidak berbeda nyata terhadap kadar air dan abu (P>0,05). Tahu bakso lele dengan daging
50% mempunyai kadar protein tertinggi (11,42±0,05%) dan lemak terendah (2,42 ±0,04%)
dibandingkan perlakuan lain. Nilai deformasi tahu bakso lele lebih besar (11,4-23,73 mm)
dibandingkan tahu bakso gurami (10,33-13,9 mm). Secara keseluruhan tahu bakso ikan lele
lebih disukai dibandingkan tahu bakso gurami.

Kata kunci : Lele, gurami, tahu bakso, proksimat, tekstur

40
PP7-02

SIFAT FUNGSIONAL SURIMI DARI BERBAGAI JENIS IKAN DEMERSAL


DAN IKAN AIR TAWAR

Th Dwi Suryaningrum, Diah Ikasari dan Syamdidi

Abstrak

Penelitian sifat fungsional surimi dari berbagai jenis ikan demersal dan ikan air
tawar telah dilakukan. Ikan demersal yang diamati adalah ikan kurisi (Nemipterus sp),
tigawaja (Pseudoceana sp), kuniran (Lutjanusmonostigma), coklatan (Pennahis spp), mata
belok (Priacanthus sp) serta pepetek (Leiognathus sp). yang diperoleh dari Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) di Belanakan Subang. Sedangkan jenis ikan air tawar yang digunakan
adalah ikan mujair (Tilapia mussambicha), ikan nila (Osteochillus niloticus). ikan sepat
(Trichogaster pectro), tambakan (Helostoma sp) dan tawes (Puntius javanicus) yang
diperoleh dari TPI di Cisaat Sukabumi. Pengolahan surimi dilakukan dengan pemotongan
kepala, pencucian, pemisahan daging, pencucian daging ikan dengan suhu 4-5oC sebanyak
3 x, pengurangan kadar air, penghilangan benda benda asing, pencampuran dengan
kryoprotektan, dan pembekuan. Pengamatan dilakukan terhadap rendemen, proksimat,
pH, protein larut garam, kekuatan gel, stabilitas emulsi, derajat putih, daya ikat air, cemaran
mikroba, uji sensori terhadap uji kesukaan, uji lipat dan uji gigit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan rendemen, profil tekstur, derajat putih dan sifat sensori
maka untuk ikan demersal yang menghasilkan surimi terbaik adalah coklatan kemudian
diikuti dengan tiga waja dan kurisi. Sedangkan pada ikan air tawar ikan yang menghasilkan
surimi terbaik adalah tawes, nila dan mujair. Rata rata ikan demersal mempunyai
rendemen, daya ikat air, stabilitas emulsi dan protein larut garam yang lebih baik
dibandingkan dengan ikan air tawar. Sedangkan Ikan air tawar mempunyai sifat gel dan uji
sensori yang lebih baik dibandingkan dengan ikan demersal.

Kata Kunci : Surimi, ikan demersal, ikan air tawar, sifat fungsional surimi

41
PP7-03

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA NUGGET IKAN BANDENG (Chanos chanos)


DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Hefti Salis Yufidasaria,b,*, Happy Nursyam, a,b, Romalya Surya Dewi a


a
Teknologi Hasil Perikanan, FPIK, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang, Indonesia
b
Kelompok Kajian BIO-SEAFOOD, FPIK, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang, Indonesia
*Koresponden penulis : heftisalis@gmail.com

Abstrak

Ikan bandeng adalah salah satu jenis ikan air payau yang mempunyai prospek
cukup baik untuk dikembangkan, namun jenis olahan bandeng saat ini cenderung menjadi
bahan makanan klasik yang tingkat konsumsinya relatif rendah, sehingga perlu adanya
diversifikasi produk ikan bandeng untuk menarik minat masyarakat. Salah satu olahan ikan
bandeng tersebut adalah nugget. Nugget yang berasal dari produk hewani mengandung
kadar lemak yang tinggi dan kadar serat yang rendah. Sehingga diperlukan suatu bahan yang
dapat meningkatkan kadar protein dan serat pangan, yaitu disubstitusi dengan tepung
jamur tiram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap karakterisik fisikokimia produk nugget
ikan bandeng (Chanos chanos). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksperimen. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
sederhana dengan perlakuan konsentrasi tepung jamur tiram A (0gr), B(5gr), C(10gr),
D(15gr), E(20gr) dan 4 kali ulangan. Parameter uji yang dilakukan adalah uji proksimat,
tekstur, angka peroksida, aw, pH, dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan substitusi
tepung jamur tiram terbaik pada nugget ikan bandeng yaitu sebesar 5 gram dengan hasil
analisis karakteristik yaitu kadar protein 11,09%, kadar air 48,30%, kadar lemak 1,64%,
kadar abu 1,60%, kadar karbohidrat 37,37%, kekerasan 533,13, aw 0,85, pH 6,52, serat
pangan 5,06%, angka peroksida 3,75 Milimol/g, dan hasil uji organoleptik yaitu rasa 6,03
warna 5,97 tekstur 5,53 dan aroma 6,37. Untuk selanjutnya perlu dilakukan pengujian
tentang lama masa simpan dari nugget ikan bandeng tersebut.

Keywords: Ikan bandeng (Chanos chanos), Nugget, Tepung jamur Tiram.

42
PP7-04

PENGGUNAAN KEMASAN ANTIMIKROBA ALAMI


TERHADAP MASA SIMPAN IKAN LELE

Aisyah A Mahdiyyah
(Dibimbing oleh Yayat Dhahiyat, Iis Rostini, dan Rusky I Pratama). 2017.

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Maret-April 2017. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai jenis kemasan yang
menggunakan antimikroba dari bahan-bahan alami yang memiliki kemampuan dalam
mengawetkan makanan dengan lebih baik. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode eskperimental dengan empat perlakuan. Perlakuan pertama adalah sosis
lele tanpa menggunakan edible coating dan tanpa antimikroba, perlakuan kedua adalah
sosis lele dengan menggunakan edible coating tanpa antimikroba, perlakuan ketiga adalah
sosis lele dengan menggunakan edible coating antimikroba jahe, dan perlakuan keempat
adalah sosis lele dengan menggunakan edible coating antimikroba lengkuas. Jahe dan
lengkuas yang digunakan pada tiap perlakuan memiliki konsentrasi sebesar 1%. Sosis yang
tidak diberi edible coating diamati pada hari 1, 4, 7, 8, 9, dan 10 sedangkan yang diberi edible
coating (tanpa ataupun dengan antimikroba alami) diamati pada hari 1, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
14, dan 15. Parameter yang diamati meliputi total jumlah mikroba, pH, uji lipat, dan cooking
loss. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan edible coating pada sosis lele
berpengaruh pada masa simpan sosis lele dilihat dari jumlah mikroba selama masa
penyimpanan. Penambahan jahe memberikan pengaruh terbaik terhadap masa simpan
sosis lele dengan batas penerimaan berdasarkan pada jumlah mikroba hingga hari ke 12
dengan jumlah mikroba 4,8×105 cfu/g.

Kata kunci: Antimikroba, edible coating, ikan lele, mikroba, dan sosis

43
PP7-05

STICK SEPAT SIAM (Trichogaster pectoralis) TINGGI PROTEIN


DAN KALSIUM SEBAGAI UPAYA DIVERSIFIKASI OLAHAN HASIL PERIKANAN

Dewi Kartika Sari1*), Hafni Rahmawati1 dan Susilawati1


1
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Jendral Achmad Yani Kotak Pos 6 Km 36 Simpang Empat
Banjarbaru Kalimantan Selatan, Telepon (0511) 4772124
*Korespodensi: kartikarofian@yahoo.co.id

Abstrak

Ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) merupakan ikan konsumsi perairan


tawar yang sangat digemari masyarakat di Kalimantan Selatan. Salah satu jenis olahan yang
bersifat diversifikasi adalah stick. Penambahan daging dan tulang pada stick dapat
meningkatkan nilai gizi terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh persentase substitusi campuran daging dan tulang ikan
terhadap karakteristik sifat organoleptik dan kimiawi stick sepat siam. Substitusi campuran
daging dan tulang dalam pembuatan stick menggunakan persentase 0, 20, 40 dan 60% .
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.
Persentase substitusi campuran daging dan tulang ikan 40% merupakan perlakuan terbaik
untuk karakteristik uji organoleptik pada spesifikasi warna (7,4), aroma (7,7), tekstur (6,7),
dan rasa (7,7) sedangkan persentase substitusi campuran daging dan tulang ikan 60%
merupakan perlakuan terbaik untuk uji kimiawi dengan kadar air 1,91%, protein 7,76%, dan
kalsium 8,824 mg/ca.

Kata kunci: diversifikasi olahan perikanan, stick sepat siam

44
PP8-01

APLIKASI KOMPLEK KITOSAN-GALAKTOSA SEBAGAI PELAPIS


PADA PENYIMPANAN BEKU FILET PATIN

Susi Lestari*, Shanti Dwita Lestari, Ranilda

Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32, Inderalaya, Indonesia


*Korespondensi penulis : susilestari_thi@unsri.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelapis komplek kitosan-


galaktosa dalam mempertahankan mutu filet patin beku yang disimpan beku berdasarkan
parameter fisik (susut bobot dan derajat putih) dan kimia (bilangan peroksida, TVB kadar air
dan WHC) dengan perlakuan pencelupan (0,30 dan 60 detik) dan lama penyimpanan beku
(0, 2, 4 dan 6 bulan). Filet patin segar digunakan sebagai kontrol. Lama pencelupan
berpengaruh terhadap nilai TVB dan bilangan peroksida filet patin beku. Lama
penyimpanan beku memberikan pengaruh terhadap kadar air, nilai WHC, nilai TVB dan
bilangan peroksida. Berdasarkan hasil penelitian, pelapisan komplek kitosan-galaktosa
1,5% pada filet patin beku dengan teknik pencelupan selama 30 detik dan dismpan beku
selama 2 bulan sebagai perlakuan terbaik. Perlakuan ini menghasilkan derajat putih filet
patin beku 50,13%, WHC 74,61%, susut bobot 2,67%, kadar air 71,49%, dan bilangan
peroksida 0 mg N/100 g.

Kata kunci : patin, filet, komplek kitosan-galaktosa, pencelupan, penyimpanan beku

45
PP8-02

PENGEMBANGAN BIOPLASTIK BERBAHAN DASAR KITOSAN


DARI SISIK IKAN SEBAGAI PENGEMAS PRODUK IKAN ASAP DALAM
MENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS PANGAN NASIONAL

Netty Salindeho1, Pipih Suptijah2 Engel V. Pandey1


1
Faculty of Fisheries and Marine Science, Sam Ratulangi University
2
Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agriculture Institute
Email : salindeho.netty@yahoo.com

Abstrak

Riset ini bertujuan untuk mengembangkan bahan pengemas produk ikan asap
menggunakan bioplastik berbahan dasar kitosan dari sisik ikan dalam mengembangkan
kualitas pangan nasional. Riset ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi produsen ikan
asap dalam memproduksi produk dengan kualitas yang jauh lebih baik. Selain itu, konsumen
dapat memperoleh jaminan keamanan dalam mengkonsumsi produk ikan asap. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi mutu nutrisi kitosan sisik ikan kakatua, dan
menjajaki kemampuan nanokitosan sebagai antibakteri dan antijamur pada produk ikan
asap yang direndam dan disimpan pada suhu dingin. Untuk mempertahankan mutu dan
meningkatkan daya simpan ikan cakalang asap perlu dilakukan metode pengemasan
menggunakan bioplastik. Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan seperti layaknya
plastik konvensional, namun plastik tersebut akan terurai oleh aktivitas mikroorganisme
ketika dibuang ke tanah. Sifat yang lain dari bioplastik yaitu dapat dihancurkan secara alami
atau mikrobiologis, bahan bioplastik sebaiknya mudah diperoleh dengan siklus waktu
penyediaan yang singkat (terbarukan). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai
bioplastik adalah kitosan. Kitosan merupakan modifikasi dari senyawa kitin yang banyak
terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae, seperti udang dan kepiting. Selain itu,
senyawa kitin juga terdapat pada sisik ikan. Kitosan mempunyai gugus aktif yang akan
berikatan dengan mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhannya. Untuk
mengevaluasi mutu kitosan dan nanokitosan sebagai bioplasktik, telah dilakukan uji coba
perendaman ikan cakalang asap yang disimpan dalam keadaan dingin dengan melihat
kapasitas antimikroba dan anti jamur. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa Karakteristik
kitosan dari sisik ikan kakatua dengan menggunakan analisa : Kadar Air, Kadar Abu, Kadar
Protein dan Derajat Deasetilisasi menunjukkan bahwa kitosan yang digunakan pada
penelitian ini memiliki nilai kadar air 4,99 %, kadar abu 1,02 % kadar protein 0,8 % dan
Derajat Deasetilisasi 73 %. Kemurnian kitosan dapat dilihat dari kadar air dan kadar abu.
Semakin rendah kadar air dan kadar abu maka semakin murni kitosan yang dihasilkan.
Selain itu derajat deasetilisasi juga mempengaruhi kereaktifan kitosan. Kadar air yang
rendah dapat menekan atau mengurangi kerusakan pada kitosan, misalnya terhindar dari
adanya aktivitas mikroorganisme. Semakin rendah kadar air, maka dapat memperpanjang
daya simpan kitosan (Fadli et al, 2017). Hasil aplikasi perendaman nanokitosan pada ikan
cakalang asap sebelum diasap memiliki nilai terbaik berdasarkan analisis organoleptic, TPC
dan total jamur selama 6 hari penyimpanan pada suhu dingin. Secara keseluruhan
nanokitosan dapat mempertahankan kualitas sensoris ikan cakalang asap dibandingkan
tanpa nanokitosan, juga dapat memperpanjang masa simpan produk.

Kata kunci : Citosan, Sisik ikan kakatua, pengasapan, ikan cakalang, nanokitosan.

46
PP8-03

PEMANFAATAN KAPPA KARAGINAN DAN POLIVINIL ALKOHOL (PVA)


UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK

Musfira1, Agusman2, Hari Eko Irianto2, Sujuliyani1


1
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta Jl. AUP No. 1 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. K.S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Korespondensi Penulis: musfira10695@gmail.com

Abstrak

Optimasi formula bioplastik berbahan dasar kappa karaginan dan polivinil alkohol
dipelajari menggunakan rancangan dua level, dua faktor menggunakan program Design
Expert 11® dengan Respon Surface Methodology (RSM) Central Composite Design (CCD).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi kappa karaginan dan polyvinyl
alkohol yang optimal dalam pembuatan bioplastik. Pengaruh komposisi kappa karaginan
dan polivinil alkohol dikarakterisasi. Hasilnya menunjukkan efek kappa karaginan dan
polivinil alkohol memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap respon ketebalan, kuat
tarik, burst strength, pemanjangan, kelarutan air, laju permeabilitas uap air, opacity, warna
dan kadar air. Hasil kalkulasi diperoleh kondisi yang dioptimalkan kappa karaginan 1,21%
dan polivinil alkohol 1,93% dengan hasil ketebalan 0,044 mm, kuat tarik 16,69 MPa, burst
strength 167,86 kPa, pemanjangan 81,79%, kelarutan air 65,04%, laju permeabilitas uap air
7,49 g/m s Pa x 10-11, opacity 2,31, ΔE 2,42, dan kadar air 19,13%.

Kata Kunci: Bioplastik, kappa karaginan, polivinil alkohol, respon surface methodology

47
PP8-04

OPTIMASI PRODUKSI GLUKOSAMIN DARI KITOSAN CANGKANG UDANG


DENGAN HIDROLISIS ASAM DAN AKSELERASI ULTRASONIKASI

Bhatara Ayi Meata1, Uju2, Wini Trilaksani3


1
Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
2
Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
3
Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Korespondensi Penulis : bhatara_fishtech@yahoo.com

Abstrak

Glukosamin adalah senyawa yang diperlukan untuk biosintesis berbagai senyawa


termasuk glikolipid, glikoprotein, dan proteoglikan, yang semuanya terlibat dalam struktur
dan fungsi sendi. Glukosamin terdapat didalam tubuh terutama pada orgn sendi, tetapi
produksi glukosamin dalam tubuh akan berkurang seiring bertambahnya usia. Dengan
demikian, Pengembangan metode produksi yang dapat menghasilkan glukosamin
berkualitas tinggi dalam jumlah besar sangat dibutuhkan. Efek hidrolisis asam dengan
ultrasonikasi dan tanpa ultrasonikasi ditentukan terlebih dahulu. Metode ultrasonikasi yang
digunakan diaplikasikan dengan berbagai kombinasi waktu dan suhu ultrasonikasi. Ekstraksi
menggunakan 10 g kitosan dalam asam hidroklorida (HCl), dengan rasio 1:9. Suhu panas
adalah 60 dan 80oC dengan waktu ultrasonikasi 30 dan 40 menit dalam konsentrasi HCL 37%.
Ultrasonication memberikan perbedaan nyata untuk hasil glukosamin hidroklorida.
Perlakuan menggunakan suhu panas 80oC dan 40 menit waktu ultrasonication
menghasilkan glucosamine hydrochloride terbaik. Pengambilan glukosamin adalah 83,65%,
dengan 98% kelarutan, pH 4,0, LoD 0,83%, dan LoI 0,23%. Pola penyerapan spektrum FTIR
menunjukkan kepatuhan 99,82% dengan standar, membuktikan bahwa hidrolisis
glukosamin berhasil.

Kata kunci: kitosan, glukosamin hidroklorida, hidrolisis, ultrasonikasi

48
PP8-05

PENGGUNAAN MICROWAVE OVEN UNTUK MENSINTESIS


NANOPARTIKEL ZnO DARI EKSTRAK Sargassum sp. DAN Padina sp.

Rodiah Nurbaya Sari*1, Hari Eko Irianto1


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260 Indonesia
Telepon: 021-53650157 Fax: 021-53650158
*Korespondensi penulis : rnurbayasari@gmail.com

Abstrak

Penggunaan mirocrowave oven telah dilakukan untuk mensintesis nanopartikel


seng oksida (ZnO) dari ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. mengggunakan larutan seng
klorida 0,1 M sebagai prekursor. Nanopartikel seng oksida yang dihasilkan dikarakterisasi
meliputi struktur kimia, distribusi ukuran partikel, morfologi dikonfirmasi, dan kristalinitas.
Hasil penelitian menunjukkan gugus fungsi dari analisis FT-IR yang berperan mereduksi
kation Zn2+ membentuk nanopartikel ZnO adalah hidroksil dan sulfat polisakarida sedangkan
kestabilan nanopartikel adalah protein. Nanopartikel ZnO dari sintesis ekstrak Sargassum
sp. dan Padina sp. masing-masing menghasilkan rata-rata ukuran partikel 302,17dan
1.296,75 nm. Distribusi ukuran partikel sudah homogen namun belum memenuhi ukuran
nanometer. Mass% elemen Zn dan O ZnO sintesis ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. tidak
mendekati ZnO standar. Struktur kristalinitas menunjukkan hanya ZnO sintesis ekstrak
Padina sp. yang memiliki puncak dengan nilai sudut 2Ɵ hampir sama dengan ZnO standar
yang telah dikonfirmasi dengan data Crystallography Open Database (COD) 96-230-0113
dan setelah diolah lebih lanjut dengan program Match! 3, struktur kristal ZnO wurtzit
tersebut berbentuk heksagonal tidak sempurna.

Kata Kunci: Microwave oven, nanopartikel, seng oksida, ekstrak Sargassum sp., ekstrak
Padina sp.

49
PP8-06

MODIFIKASI PROSES PEMBUATAN OLIGO CHITOSAN DENGAN METODE


HIDROLISIS BERTEKANAN

Pipih Suptijah

Abstrak

Kitosan merupakan hasil destilasi kitin, mempunyai banyak kegunaan di berbagai


bidang manfaat. Hasil deasetilasi kitin adalah kitosan yang bersifat larut asam (hanya larut
dalam kondisi asam), kitosan tersebut baru bisa dibuat larutan apabila ditambahkan dahulu
dengan asam sampai membentuk gel kitosan. Penggunaan asam sebagai pembentuk gel
kitosan perlu ditakar tepat jenuh atau tidak berlebih untuk menghasilkan larutan kitosan
yang mendekati netral (tidak berasa asam dan tidak berbau asam) tetapi tepat membentuk
larutan homogen berawan elektron yang sangat reaktif.
Suatu kendala pada pembuatan larutan kitosan adalah sulit homogen, sehingga
kitosan yang terlarut tidak sempurna menjadi kurang stabil dan bisa menimbulkan
endapan, akibatnya konsentrasi larutan tidak tepat lagi. Untuk antisipasi kekurangan
kitosan larut asam, maka dibuat kitosan yang larut air yaitu oligo kitosan.Tujuan penelitian
ini adalah membuat dan karakterisasi kitosan larut air dengan metode hidrolisis
bertekanan. Pembuatan oligo kitosan sudah dilakukan dengan berbagai metode,
diantaranya metode kimiawi dengan asam, metode enzimatik dan metode iradiasi. Salah
satu metode yang dipilih adalah metode hidrolisis yang dimodifikasi dengan tekanan
(pressure hydrolysis), menggunakan asam klorida encer pada rasio 1:9. Tehnik Hidrolisis
bertekanan dapat dilakukan dengan alat autoklaf, kondisi proses diatur pada tekanan 15
psi, suhu 110oC selama waktu 30 menit dilanjutkan dengan pengendapan alkohol atau
presifitasi yang akan menghasilkan gel kitosan yang putih bersih. Melalui pencucian dengan
alkohol maka diperoleh kitosan larut air yang netral yang selanjutnya dikeringkan dengan di
angin-angin menghasilkan serbuk kitosan larut air yang berwarna putih kekuningan.
Adapun karakteristik kitosan larut air yang dihasilkan meliputi pH yang mendekati netral,
rendeman mencapai 90%, kelarutan melebihi 90%, viskositas 87 cPi , kadar air mencapai
12%, kadar abu mencapai 1,1%, kadar nitrogen 4,56%, dan darajat deasetilasi mencapai
89% sedikit lebih tinggi dari kitosan. Kitosan larut air yang dihasilkan adalah bio material
yang siap di aplikasi dalam kosmetik dan farmasi mengingat pH nya yang netral dan tidak
perlu pelarut asam cukup dengan air.

Kata kunci: Hidrolisis bertekanan, Kitosan larut air, Kelarutan, Presifitasi.

50
PP9-01

POTENSI BAKTERI INDIGENOUS Stenotrophomonas maltophilia


LA3B ASAL LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR
SEBAGAI AGEN PUPUK HAYATI (Biofertilizer)

Ifah Munifah1*); Fuzi Muchlissoh2, Nani Radiastuti3


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS Tubun Petamburan VI, Slipi, Jakarta, Indonesia
2
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat, Indonesia
*Korespondensi Penulis: ifah_munifah@yahoo.com.au

Abstrak

Keberadaan bakteri selulolitik indigenous Stenotrophomonas maltophilia LA3B


hasil isolasi limbah padat industri agar-agar hasil penelitian terdahulu belum dimanfaatkan
secara optimal. Berdasakan studi literatur, bakteri dari genus Stenotrophomonas memiliki
kemampuan sebagai bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT). Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui karakteristik dari S. maltophilia LA3B sebagai agen pupuk hayati
(biofertilizer). Pengujian karakteristik bakteri dilakukan secara kualitatif pada medium
tertentu. Parameter yang diamati meliputi aktivitas hemolitik isolat pada medium blood
agar, kemampuan selulolitik pada medium padat CMC 1%, kemampuan sebagai pelarut
fosfat pada medium Pikovskaya agar, kemampuan sebagai pelarut kalium pada medium
Aleksandrov agar dan aktivitas kitinolitik pada medium kitin agar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa isolat menunjukkan hasil negatif pada medium blood agar, positif
terhadap aktivitas selulotik (IS = 1,71), positif terhadap pelarutan fosfat (IPF = 0,98),
pelarutan kalium ( IPK= 1,19) dan aktivitas kitinolitik (IK= 0,55) yang ditandai dengan adanya
zona bening di sekitar koloni. Berdasarkan hasil tersebut maka S. maltophilia LA3B
berpotensi sebagai agen pupuk hayati (biofertilizer).

KATA KUNCI: limbah padat industri agar-agar, pupuk hayati, Stenotrophomonas


maltophilia

51
PP9-02

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG SARGASSUM


TERHADAP PENINGKATAN KANDUNGAN MAKRO MINERAL PUPUK PADAT
DARI LIMBAH PADAT EKSTRAKSI Gracilaria

Jamal Basmal1), Muhamad Luthfian Henrida2), Rinta Kusumawati1) dan Nurhayati1)


1):
Balair Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan fan Perikanan; 2) Mahasiswa
Unversitas Diponogoro Semarang
Koresponden:jamalbasmal24@gmail.com

Abstrak

Penelitian pemanfaatan limbah padat ekstraksi Gracilaria sp sebagai pupuk padat


telah dilakukan dengan variasi penambahan tepung Sargassum sp. Jumlah perlakuan variasi
limbah padat ekstraksi Gracilaria (74%, 65%, 56%, 48% dan 39%) dan tepung Sargassum sp
(0%; 9%; 18%; 27%), sedangkan parameter tetap adalah E.cottonii sebagai pengikat dan
silase ikan. Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan limbah padat ekstraksi Gracilaria
sebagai pupuk padat, sedangkan tujaan jangka panjang adalah mengurangi pencemaran
lingkungan. Hasil prenelitian menunjukkan bahwa penurunan persentase limbah padat
ekstraksi gracilaria dan peningkatan persentase tepung sragassum sp dapat meningkatkan
kandungan makro mineral (N-P-K) dalam pupuk limbah padat ekstraksi gracilaria. Hasil
terbaik ditemukan pada perlakuan pencampuran 39% limbah padat ekstraksi gracilaria
dengan 35% tepung Sargassum yakni kandungan N 0.79%; P 3,6 ppm, K 17,23% dan Corganik
13,38 ppm.

Kata Kunci: Limbah padat ekstraksi gracilaria,tepung Sargassum, makro mineral.

52
PP9-03

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PENGOLAHAN ATC


DARI Eucheuma cottonii UNTUK BAHAN PEMBUATAN PUPUK

Bagus S.B. Utomo, Diah L. Ayudiarti dan Cynthia M.A. Limbong

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Jl. KS. Tubun-petamburan VI, Jakarta.
Kontak person: bagus_sbu@yahoo.com

Abstrak

Limbah cair pengolahan ATC dari Eucheuma cottonii kemungkinan dapat


digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk tanaman yang mutunya diperkirkan
dipengaruhi oleh lamanya proses pemasakan ATC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh lama pemasakan terhadap karakteristik limbah cair yang dihasilkan. Pengolahan
rumput laut menjadi ATC dilakukan dengan cara pemasakan menggunakan larutan KOH
0,1% dengan 4 perlakuan lama pemasakan yaitu 0, 2, 4, dan 6 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil uji konduktivitas listrik (electric conductivity/EC) terbaik
didapatkan pada limbah perebusan 4 jam dan bahan terlarut total (total dissolved
solid/TDS) terbaik pada perebusan 6 jam dengan nilai masing-masing 9,59 ms/cm dan 5843
ppm. Limbah dengan pH terbaik didapat pada perendaman awal dengan nilai 9,61, sedang
viskositas terbaik didapat pada limbah setelah 4 jam pemasakan dengan nilai 3,07 cPs.
Untuk uji kandungan mineral kalium didapat hasil terbaik pada limbah dengan pemasakan
selama 6 jam dengan nilai 0,12 %. Uji N-total menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata
pada semua perlakuan dengan nilai 0,0011%. Rendemen ATC tertinggi diperoleh pada
pemasakan 6 jam yaitu 49,52 % dengn kadar air akhir 16,93 %. Berdasar pada penelitian ini
masih perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai formulasi pupuk untuk dapat
diaplikasikan pada tanaman.

Kata kunci: Eucheuma cottonii, limbah, ATC, pupuk, electric conductivity, total dissolved
solid.

53
PP9-04

SUPLEMENTASI EKSTRAK Lumbricus sp. SEBAGAI FEED ADDITIVE


DALAM PAKAN FERMENTASI GUNA MEMPERCEPAT
PROSES PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsscal)

Siti Aslamyah1*) Zainuddin1 & Badraeni1


1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Jalan Perintis Kemerdekaan Km X, Tamalanrea, Makassar 90245 Telp./Faks. 0411-586025
*
e-mail: sitiaslamyah1@gmail.com

Abstrak

Kualitas pakan dapat ditingkatkan dengan memfermentasi bahan pakan dan


suplementasi pakan dengan feed additive, seperti ekstrak Lumbricus sp. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji suplementasi ekstrak Lumbricus sp. sebagai feed additive dalam
pakan fermentasi terhadap kinerja pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agutus 2018 di Tambak Pendidikan
Unhas di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ikan bandeng dengan bobot 17,80±0,20
gr/ekor, ditebar dengan kepadatan 20 ekor pada setiap hapa yang terbuat dari jaring
berukuran 1 m3 sebanyak 24 buah. Hapa dipasang di tambak dengan ketinggian air ± 60 cm.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dua faktor dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Faktor pertama metode pemberian ekstrak Lumbricus sp., yaitu disemprot pada
pakan fermentasi dan dicampur dengan bahan baku pakan. Pemeliharaan dilakukan selam
60 hari dengan pemberian pakan 5% bobot badan per hari setiap 2 kali sehari pagi dan sore.
Faktor kedua dosis ekstrak Lumbricus sp. yaitu 0, 100, 200 dan 300 mL/kg bahan baku
pakan. Hasil penelitian menunjukkan metode pemberian tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata, namun dosis ekstrak Lumbricus sp. berpengaruh nyata terhadap kinerja
pertumbuhan ikan bandeng. Pertumbuhan mutlak (16,94±4,0 g), laju pertumbuhan relatif
(48,71±5,77%), sintasan (80,0±13,2%), efisiensi pakan (33,32±4,7%, indeks hepatosomatik
(1,5±0,17) terbaik ditunjukkan oleh perlakuan metode pemberian ekstrak Lumbricus sp.
dicampur dengan bahan baku pakan dengan dosis 300mL/kg.

Kata kunci : ekstrak, Lumbricus sp. pakan, fermentasi, ikan bandeng

54
PP9-05

PENGARUH SUHU BARREL DALAM EKSTRUDER PADA JENIS TEPUNG


YANG BERBEDA TERHADAP SIFAT FISIK PAKAN IKAN YANG DIHASILKAN

Putri Wullandari, Arif Rahman Hakim, dan I Made Susi Erawan

Peneliti pada Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan


Jalan Imogiri Barat km. 11,5, Jetis, Bantul – D. I Yogyakarta 55781
Email : utides@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu barrel pada ekstruder pada
penggunaan tepung bungkil dan menir kedelai sebagai salah satu bahan dalam pembuatan
pakan ikan. Pakan ikan dibuat dengan menggunakan formula modifikasi dari Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dan menggunakan mesin ekstruder. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu barrel pada ekstruder dengan
penggunaan tepung bungkil dan menir kedelai terhadap sifat fisik pakan ikan yang
dihasilkan. Suhu barrel pada ekstruder saat penambahan bungkil kedelai yaitu 70,7°C dan
122,82°C, sedangkan suhu barrel pada ekstruder saat penambahan menir kedelai yaitu
81,88°C dan 105,54°C; penambahan tepung bungkil kedelai pada formula A sebanyak 15%,
dan penambahan tepung menir kedelai pada formula B sebanyak 15%, sedangkan
komposisi bahan lainnya tetap sama. Sifat fisik pakan ikan yang dianalisa yaitu daya apung
(floatability), bulk density, dan tingkat homogenitas. Data penelitian kemudian diolah
dengan menggunakan MiniTab versi 17 untuk mencari pengaruh suhu barrel dalam
ekstruder pada jenis tepung yang berbeda terhadap sifat fisik pakan ikan yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu barrel berpengaruh nyata terhadap bulk density
dan floatability, sementara suhu barrel tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
homogenitas. Jenis tepung yang digunakan berpengaruh nyata terhadap bulk density dan
floatability, sementara suhu barrel tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat homogenitas.
Floatability memiliki korelasi terbalik dengan bulk density sebesar 0,841, tingkat
homogenitas memiliki sedikit korelasi dengan bulk density sebesar 0,159.

Kata kunci : suhu barrel dalam ekstruder, tepung bungkil kedelai, tepung menir kedelai,
pakan ikan, sifat fisik

55
PP9-06

PEMANFAATAN JEROAN IKAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK


DAN PENCEGAH PEMBENTUKAN BLACKSPOT PADA UDANG

Made Suhandana1*), Jumsurizal1), Ginanjar Pratama1), R. Marwita Sari Putri1), Agung


Prayudha1), Rizki Dwi Septyaningtyas1)

1) Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
Korespondensi : *madesuhandana@gmail.com

Abstrak

Proses penanganan dan pengolahan hasil perikanan menghasilkan output selain


produk utama berupa limbah. Salah satu limbah hasil perikanan tersebut adalah jeroan
ikan. Jeroan ikan memiliki potensi untuk bisa dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai
tambah. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan jeroan ikan tersebut menjadi produk
berupa pupuk dan hidrolisat yang digunakan untuk mencegah pembentukan blackspot
pada udang. Pupuk yang dihasilkan merupakan kombinasi dari penggunaan jeroan ikan dan
lamun kering. Perlakuan yang digunakan antara lain perlakuan A (75% jeroan ikan dan 25%
lamun kering), perlakuan B (50% jeroan ikan dan 50% lamun kering), perlakuan B (25%
jeroan ikan dan 75% kamun kering). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai nitrogen,
fosfor dan kalium tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan A namun ketika digunakan untuk
pertumbuhan tanaman, perlakuan yang terbaik adalah perlakuan B. Selain digunakan
sebagai pupuk, jeroan ikan juga dapat diolah menjadi hidrolisat. Hidrolisis menggunakan
bantuan enzim internal pada ikan. Protein terlarut tertinggi diperlihatkan pada hidrolisat
dengan waktu hidrolisis selama 4 jam dengan suhu hidrolisis 60 °C. Hasil penelitian
menunjukkan hidrolisat jeroan ikan memiliki potensi untuk mencegah pembentukan
blackspot. Perbedaan terlihat antara udang tanpa ditambahkan hidrolisat dengan udang
yang direndam dalam hidrolisat.

Kata Kunci : Blackspot, hidrolisat, hidrolisis, jeroan, pupuk.

56
PP10-01

APLIKASI PEMBERIAN BISKUIT BALITA


YANG MEMENUHI STANDAR OMEGA 3 DAN OMEGA 6

Mirna Ilza, Rahman Karnila, dan Andarini Diharni

Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
mirna.ilza@yahoo.co.id

Abstrak

Biskuit merupakan makanan tambahan bagi balita. Biskuit yang beredar di pasaran
adalah biskuit yang mengandung asam lemak trans yang kurang aman dikonsumsi balita.
Oleh sebab perlu diciptakan biskuit yang aman dikonsumsi balita dengan melakukan
penambahan minyak ikan dalam pembuatannya, selanjutnya biskuit dapat diberikan untuk
anak bergizi buruk dan bergizi kurang. Aplikasi pemberian biskuit adalah 50 gram/hari bagi
anak yang berat badannya sangat kurang dari standar WHO, 40 gram/hari bagi anak yang
berat badannya kurang dari standar WHO, dan 30 gram/hari bagi anak yang berat badannya
sesuai standar WHO. Setiap minggu (selama 8 minggu) dilakukan penimbangan berat badan
anak balita, sekaligus melakukan pengamatan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, dan
sosial emosi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian biskuit 50 gram/hari
pada anak gizi buruk dapat menaikan berat badan >100 gram per minggu pada anak umur 3
– 4 tahun, sedangkan anak umur 1 – 2 tahun pertambahan berat badannya rata-rata < 100
gram per minggu. Berarti pemberian biskuit sebanyak 50 g/hari dapat memulihkan berat
badan anak umur 3 – 4 tahun pada anak balita gizi buruk. Pemberian biskuit 40 gram/hari
dapat menaikan berat badan >100 gram per minggu. Berarti biskuit dengan dosis 40
gram/hari dapat menambah berat badan anak umur 1 – 4 tahun di atas 100 gram per
minggu (bagi anak yang berat awalnya kurang dari standar WHO atau anak gizi kurang).
Pemberian biskuit 30 gram/hari dapat menaikan berat badan >100 gram per minggu. Berarti
pemberian biskuit 30 gram/hari pada anak balita yang berat badannya sesuai standar WHO
atau normal, dapat menambah berat badan anak umur 1 – 4 tahun di atas 100 gram. Jika
pertambahan berat badan berada dalam batas-batas skala 100 gram per minggu berarti
anak balita tumbuh sehat.
Berdasarkan berat badan awal anak tanpa penambahan biskuit, diketahui 33,3%
memiliki pertambahan berat badan yang normal dan 66,3% memiliki pertambahan berat
badan yang terlambat. Setelah dilakukan pemberian biskuit didapatkan pertambahan berat
badan ke arah yang lebih baik yaitu 87,4% memiliki berat badan normal sesuai umurnya dan
sisanya 13,6% masih memiliki perkembangan berat badan terlambat yaitu anak yang berat
badan awalnya sangat kurang dari standar WHO.
Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh jumlah biskuit yang diberikan
pada balita. Jadi secara anatomis, pertumbuhan akan terjadi pada struktur tubuh anak yang
bertambah secara proporsional seiring dengan bertambahnya umur anak. Berat badan awal
yang kurang akan menghambat laju pertambahan berat badan anak, secara langsung dapat
menghambat pertumbuhan anak, akibatnya proporsi struktur tubuh anak tidak sesuai
dengan umurnya yang pada akhirnya semua itu akan berimplikasi pada perkembangan
lainnya. Pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan motorik kasar dan
motorik halus, kognitif, bahasa, dan sosial-emosi anak balita.

Kata kunci: biskuit, balita, minyak ikan, pertumbuhan.


57
PP10-02

FORTIFIKASI MIKROENKAPSULAT VIRGIN FISH OIL MATA TUNA KAYA DHA


PADA MAKANAN PENDAMPING ASI

Wini Trilaksani1, Bambang Riyanto1, Hafizh Abdul Aziz 1


1
Department of Aquatic Product Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor
Agricultural University, Bogor 16680, Indonesia
Korespondensi penulis : wtrilaksani@gmail.com

Abstrak

Asam lemak omega-3 Docosa Heksanoic Acid (DHA) sangat dibutuhkan untuk
perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan bayi utamanya dalam seribu pertama
kehidupan, tetapi kendalanya asam lemak tak jenuh ini mudah sekali teroksidasi. Teknik
ekstraksi sentrifugasi dingin dan mikroenkapsulasi digunakan untuk menjaga mutu virgin
fish oil mata tuna kaya DHA dan memudahkan aplikasi ke dalam produk pangan. Penelitian
ini bertujuan membuat mikroenkapsulat virgin fish oil mata tuna untuk sediaan fortifikasi
pada makanan pendamping ASI. Mikroenkapsulasi terbaik diperoleh dari perlakuan
perbandingan minyak dan penyalut 1:2 dan lama homogenisasi 10 menit dengan efisiensi
93,99%, berbentuk bulat berlekuk dengan ukuran rata-rata 4,37 µm, berwaran putih tulang
dengan tekstur halus. MP-ASI instan terbaik dengan takaran saji 36,5 g dan pengayaan 3,6%
mikrokapsul minyak ikan menyumbangkan energi total 146 kkl, % sumbangan AKG
karbohidrat 34%, protein 22%, lemak 6%, omega-3 21% untuk bayi berusia 7-11 bulan.

Kata kunci: Asam lemak omega-3, fortifikasi, mata tuna, mikroenkapsulasi, minyak ikan, MP-
ASI, sentrifugasi dingin.

58
PP10-03

EKSTRAKSI DAN PEMURNIAN MINYAK IKAN


DARI BAGIAN LEMAK ABDOMEN IKAN PATIN (Pangasius sp)

Ema Hastarini*1, Diah Lestari Ayudiarti1, Rodiah Nurbayasari1 dan Jamal Basmal1

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Email: emahastarini@gmail.com

Abstrak

Pada proses pengolahan fillet ikan patin umumnya didapatkan hasil samping
diatas 50% yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu diantaranya adalah lemak
simpanan (lemak abdomen) yang merupakan sumber potensial asam lemak essensial yang
dibutuhkan oleh tubuh. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi minyak ikan dari
bagian lemak abdomen ikan patin serta proses pemurnian menggunakan variasi adsorben
yaitu bentonite, radiolite dan magnesol dengan konsentrasi masing-masing sebesar 1%.
Proses ekstraksi dilakukan dengan tahapan proses pemanasan pada suhu 70oC selama 30
menit, dilanjutkan proses penyaringan dan pemisahan menggunakan corong pisah. Proses
pemurnian dilakukan dengan penambahan NaCl dan NaOH untuk mengikat air dan kotoran
serta menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak, kemudian dilanjutkan
penambahan adsorben untuk memperbaiki kualitas minyak. Rendemen minyak ikan kasar
yang dihasilkan adalah sebesar 58,58% sedangkan minyak ikan murni yang didapatkan dari
proses pemurnian menggunakan adsorben bentonite, radiolite dan magnesol berturut-
turut sebesar 38,03%; 38,77% dan 50,64%. Hasil analisa asam lemak bebas minyak ikan
kasar sebesar 4,58%, angka peroksida 6,24 meq/kg sampel, angka penyabunan 92,53 dan
angka Iod 53,21. Penggunaan adsorben radiolite mampu menurunkan kandungan asam
lemak bebas menjadi sebesar 2,34% dan angka peroksida 0,38 meq/kg sampel sedangkan
adsorben jenis bentonite dan magnesol mendapatkan minyak ikan murni dengan
kandungan asam lemak bebas dan angka peroksida berturut-turut sebesar 3,18% dan 4,16
meq/kg serta 3,09% dan 3,02 meq/kg. Proses pemurnian menggunakan adsorben jenis
radiolite menghasilkan minyak dengan kualitas terbaik dibandingkan dua jenis adsorben
lainnya.

Kata Kunci : Ekstraksi, Pemurnian, Lemak Abdomen, Ikan Patin

59
PP10-04

FISH MARGARIN, SIFAT KIMIA DAN PERANNYA DALAM BIDANG KESEHATAN

Anies Chamidah, AA. Prihanto, MR. Rohadi dan IA. Londong


THP - FPIK UB

Abstrak

Margarin adalah mentega tiruan yang digunakan untuk olesan, baking, dan
memasak. Umumnya dibuat dari minyak nabati, yang sebagian besar tidak jenuh dan cair
pada suhu kamar. Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan proses hidrogenasi agar padat.
Hidrogenasi membuat lemak tak jenuh berubah menjadi lemak trans, yang sangat beracun
dan sangat terkait dengan penyakit jantung. Penghilangan proses hidrogenasi dilakukan
dengan penggunaan asam lemak stearin, namun stearin yang merupakan fraksi padat dari
minyak kelapa sawit memiliki slip melting point yang tinngi sehingga menyebabkan tekstur
margarin menjadi keras. Oleh karena itu, ditambahkan minyak ikan dalam bentuk refined
fish oil untuk membentuk tekstur margarin yang plastis seperti margarin komersial. Agar
margarin yang dihasilkan tidak hanya mengandung asam lemak EPA dan DHA saja maka
perlu juga ditambahkan minyak hati ikan hiu agar margarin yang dihasilkan sempurna juga
mengandung Vitamin A. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
penambahan proporsi Refined Fish Oil dan stearin yang berbeda terhadap produk margarin,
yang dilanjutkan dengan penambahan minyak hati hiu yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan proporsi terbaik terdapat pada proporsi stearin 60% dan
minyak ikan 40% yang memiliki bilangan peroksida 7,24 meq/1000g, bilangan iod 66,05
g/100g , asam Lemak Bebas 1,56%, kadar Air 0,39% .Pada uji titik leleh margarin sampel B
memiliki titik leleh 39,63 °C dan nilai organoleptik aroma dan rasa sebesar 3,35 dan 3,55
yang berarti panelis agak tidak menyukai produk, warna sebesar 4,52 yang berarti panelis
agak menyukai produk dan tekstur sebesar 5,48 yang berarti panelis menyukai produk. Pada
analisa profil asam lemak margarin sampel B memiliki kandungan omega-3 sebesar 12,51%
dan omega-6 1,42%. Penambahan minyak hati hiu sebesar 2g tidak memberikan perbedaan
dengan perlakuan lainnya khususnya pada kadar vitamin A nya yaitu sebesar 4868,3
IU/gram. Harapannya dengan dihasilkannya fish margarin ini, menu makanan kita menjadi
lebih sehat.

Kata kunci : fish margarin, refined fish oil, stearin

60
PP10-05

OPTIMASI PENGERINGAN EKSTRAK TULANG HIU (Prionace glauca)


UNTUK MENDAPATKAN SEDIAN ANTI-AGING YANG STABIL

Titiek Indhira Agustin1)*, Risma2), Retno Sari3) dan Dwi Setyawan3)


1)
Program Studi Perikanan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Unversitas Hang Tuah
2)
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Unversitas Hang Tuah
3)
Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
*Korespondensi : titiekagustin@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proses pengeringan ekstrak tulang hiu
(Prionace glauca) yang optimum untuk mendapatkan sedian anti-aging yang stabil. Metode
penelitian adalah eksperimental laboratoris dengan perlakuan Cab Osil sebagai absorber
pada konsentrasi yang berbeda yaitu (A) 12,5%, (B) 12,75 % dan C (13,25%). Avicel PH 101
dan HPMC digunakan sebagai bahan pembawa masing 90% dan 10% dari hasil freeze dried.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi optimum dilakukan pada suhu 50oC selama 8
jam dengan pengadukan secara kontinyu menggunakan hot plate magnetic stirrer untuk
tetap menjaga kestabilan suhu. Preformulasi yang optimum adalah Cab Osil 12,75% sebagai
absorber, Avicel pH 101 90% dan HPMC 1% sebagai pembawa. Karakteristik freeze dried
ekstrak tulang hiu : Termogram dari ekstrak tulang hiu menunjukkan adanya puncak lebur
yang identik dengan puncak lebur dari pembanding glukosamin dan kondroitin pada sekitar
suhu 170°C dan 210°C. Difraktrogram dari ekstrak tulang hiu juga menunjukkan puncak-
puncak kristalin yang identik dengan difraktrogram pembanding glukosamin dan kondroitin
pada posisi 2Ø, antara 20°- 30°. Spektra infra merah ekstrak juga menunjukkan adanya pita
serapan yang identik dengan spektra infra merah dari bahan pembanding glukosamin dan
kondroitin pada bilangan gelombang 3200-3300 cm-1, 2890-2900 cm-1, dan 1600-1659 cm-1.

Kata Kunci : Optimasi, Karakterisasi, Ekstrak Tulang Hiu

61
PP10-06

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKOLOID (KAPA, IOTA- KARAGENAN DAN


GUM ARAB) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA BAKSO IKAN PATIN
(Pangasius hypopthalamus)

Andarini Diharmi1, Suardi Loekman1, dan Ilhami Taufik1

1. Departemen Teknlogi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Pekanbaru. Jl. HR. Subrantas KM 12.5 Sp. Panam. Pekanbaru-Riau
Korespodensi: rini_abrar@yahoo.com

Abstrak

Ikan Patin satu jenis ikan budidaya dapat diolah menjadi produk olahan salah
satunya adalah bakso. Bakso makanan olahan yang sangat disukai dan memiliki
karakteristik fisikokimia yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, Tujuan
penelitian untuk mengetahui karakteristik fisiko-kimia bakso ikan patin dengan
penambahan hidrokoloid (kappa, iota-karagenan dan gum arab). Penelitian dilakukan
dengan melakukan penambahan hidokoloid kapa iota-karagenan, dan gum arab) dengan
konsentrasi 0.5, 1.0, dan 1.5% dan tanpa penambahan hidrokoloid. Karakteristik kimia
bakso ikan patin dengan penambahan kappa, iota dan gum arab, berpengaruh nyata
terhadap kadar air, abu, lemak dan protein. Hasil analisis protein bakso dengan
penambahan iota–karagenan 1.5% sebesar 19.63 %, dan karakteristik fisik (uji lipat) yang
memberikan nilai A (sedikit retak apabila dilipat) penambahan kapa-karagenan 1.5%.
Karakteristik fisik bakso ikan patin dengan penambahan kapa, iota-karagenan, dan gum arab
dengan konsentrasi 0.5, 1.0, dan 1.5% juga memberikan pengaruh nyata terhadap uji lipat.

Kata kunci: Bakso, hidrokoloid, ikan patin (Pangasius hyphotalamus). karakteristik


fisikokimia

62
PP11-01

RENDEMEN GELATIN DARI KULIT DAN TULANG IKAN EKONOMIS RENDAH


DENGAN METODE ASAM - BASA

Dini Surilayani*1, Ririn Irnawati1


1
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, UNTIRTA, Serang, Indonesia
*Korespondensi penulis : dini.surilayani@untirta.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan kulit dan tulang ikan ekonomis
rendah yang berasal dari PPN Karangantu sebagai bahan baku gelatin. Metode perendaman
kulit dan tulang ikan dilakukan dengan 4 perlakuan yaitu perendaman asam, asam
bertingkat, basa dan asam basa selama 24 jam, selanjutnya ektraksi dengan akuades selama
2 jam pada suhu 600C. Ekstrak gelatin disaring dan dikeringkan pada suhu 500C selama ± 36
jam, sehingga diperoleh lembaran gelatin. Kondisi optimum gelatin dari kulit dan tulang ikan
ekonomis rendah yang dihasilkan dianalisis berdasarkan rendemen dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan rendemen gelatin dengan perlakuan asam, basa, asam basa
dan asam bertingkat berturut-turut 3.5%, 1.67%, 1% dan 2%. Hasil uji organoleptik terhadap
gelatin yang dihasilkan untuk parameter warna perlakuan basa tidak jauh berbeda dengan
gelatin komersial yaitu antara coklat kekuningan dan sampai kuning keputihan. Parameter
bau pada uji organoleptik masih terdapat aroma ikan jika dibandingkan dengan gelatin
komersial yang tidak berbau (netral).

Kata kunci : Asam, basa, gelatin, kulit ikan, tulang ikan

63
PP11-02

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KARAKTERISTIK GELATIN


DARI KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Suryanti, Theresia Dwi Suryaningrum dan Hari Eko Irianto

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu pengeringan ekstrak gelatin dari
kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) terhadap karakteristik mutunya. Gelatin dari kulit ikan
nila (Oreochromis niloticus) diproses dengan proses asam menggunakan asam asetat
0,05M. Proses pengolahan gelatin meliputi degreassing, demineralisasi, pencucian,
ekstraksi dan pengeringan. Degreassing dilakukan dengan pencelupan kulit ikan nila dalam
air dengan suhu ± 60 oC selama ± 10 detik, kemudian ditiriskan. Demineralisasi dilakukan
dengan perendaman kulit ikan nila dalam larutan 0,05 M selama 2 jam dan dilanjutkan
proses pencucian hingga tercapai nilai pH yang mendekati netral, dan dilakukan ekstraksi
pada suhu 80oC selama 3 jam. Kemudian, filtrasi dilakukan menggunakan kain saring
berukuran 300 mesh dan pengeringan pada suhu ruang (20 – 25 oC) dan 55 oC sampai kering.
Gelatin kulit ikan nila yang diperoleh dikarakteristik mutu warna, kekuatan gel dan gugus
molekul gelatin. Karakteristik warna gelatin diukur berdasarkan nilai L, a*, b* yang
menunjukkan kecerahan warna. Nilai warna gelatin yang diperoleh dari suhu pengeringan
pada suhu ruang (20 – 25 oC) dan 55 oC memiliki kecerahan warna yang hampir sama yang
ditunjukkan oleh nilai L yaitu ± 69, sedangkan nilai a* dan b* dari gelatin yang diperoleh dari
suhu pengeringan 55 oC lebih besar daripada suhu ruang (20 – 25 oC). Kekuatan gel gelatin
kulit nila yang diperoleh dari suhu pengeringan (20 – 25 oC) sebesar 240 g bloom, lebih besar
daripada suhu pengeringan 55 oC sebesar 215 g bloom. Struktur gugus molekul gelatin dari
kedua perlakuan suhu pengeringan tersebut tidak berbeda yaitu berkisar antara 1363 cm-1
dan 1744 cm-1 yang menunjukkan terdapat struktur gugus molekul protein double helix yang
merupakan pecahan dari struktur molekul triple helix kolagen yang terhidolisis dalam
proses ektraksi.

Keyword : gelatin, kulit, nila, suhu, pengeringan

64
PP11-03

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK KROME DAN SINTAN


DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU KULIT
TERSAMAK IKAN PAHA PAHA (BANDENG LAUT) DI MERAUKE

Sugiyono dan Ema Hastarini

Abstrak

Penelitian pengaruh penggunan bahan penyamak krome dan sintan dengan


konsentrasi berbeda terhadap mutu kulit tersamak ikan paha paha (bandeng laut) di
Merauke telah dilakukan. Bahan penyamakan khrom yang ditambahkan 6, 8, dan 10%,
sedangkan penambahan sintan 0, 4, dan 6% dari berat kulit segar. Kulit ikan tersamak yang
dihasilkan dilakukan pengamatan pengujian fisik terhadap Kekuatan tarik, N/mm2 (SNI -06-
1795-1990), Perpanjangan putus, % (ISO 3376:2011), Kekuatan sobek, N (SNI ISO 3377-
1:2013), Kekuatan jahit, N/mm (SNI 06-1117-1989), Temperatur pengerutan,oC (ISO
3380:2015), Kadar krom oksida, % (SNI ISO 5398-1:2013 (IDT-2007)). Uji sensori dengan
menggunakan metode distriktif terhadap ketebalan, kelemasan, warna, permukaan kulit,
keadaan kulit, bentuk serta adanya sisa daging pada kulit ikan (SNI 06-4263-1996). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua kulit ikan paha-paha tersamak yang dihasilkan dari
perlakuan kadar krom 6, 8, dan 10 % dengan kadar sintan 0, 4, dan 6 % memiliki nilai
kekuatan tarik, perpanjangan putus, kekuatan sobek, dan temperatur pengerutan
memenuhi standar SNI. Sedangkan nilai kekuatan jahit dan kadar krom oksida lebih rendah
dibandingkan standar SNI. Berdasarkan hasil uji sensori menunjukkan bahwa semua kulit
tersamak ikan paha-paha pada semua perlakuan tidak memiliki perbedaan yang mencolok
secara organoleptik yaitu bersih, liat, lemas, rata, rapi, dan tidak terdapat sisa daging yang
menempel, kulit tersamaknya memenuhi kriteria SNI 06-4263-1996, yaitu kulit motif fancy
untuk barang jadi.

Kata Kunci: kulit ikan paha-paha, krom, sintan, mutu kulit tersamak

65
PP11-04

KAJIAN MUTU KULIT IKAN NILA HITAM TERSAMAK BAHAN CAMPURAN


(MIMOSA-FORMALIN-SYNTAN-KROM) SEBAGAI BAHAN BAKU
PRODUK KULIT KOMERSIAL BERSTANDAR NASIONAL (SNI)

Latif Sahubawa, Pertiwiningrum, Sari, Anastasi, Sri Ningsih, Husni, Ustadi

Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian UGM Jl. Flora No. 01 Kampus UGM Bulaksumur
Yogyakarta 55281 Tlp. (274)-551218, HP. 0813-9246-7235 Korespondensi
(Latifsahubawa2004@yahoo.com ; lsahubawa@ugm.ac.id)

Abstrak

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sejak Tahun 2010 telah mengembangkan


konsep Blue Economy dalam perencanaan pembangunan Kelautan dan Perikanan Nasional
dengan sasaran untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya perikanan, produktivitas
usaha dan nilai ekonomi komoditas perikanan. Satu dari 3 aspek yang menjadi pilar utama
konsep Blue Economy adalah peningkatan nilai ekonomi limbah industri perikanan. Kulit
ikan nila adalah salah satu jenis limbah industri pengolahan filet yang dapat dimanfatkan
menjadi bahan baku barang/produk dan aksesoris kreatif kulit komersial yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Penelitia bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunana campuran
bahan penyamak (mimosa, syntan, formalin, krom) terhadap mutu kulit ikan nila hitam
tersamak sebagai bahan baku barang/produk dan aksesoris kulit komersial. Metode yang
digunakan adalah isolasi serat protein kolagen (penyamakan), analisis laboraoris (fisik-
kimia) dan standarisasi mutu kulit tersamak. Jenis bahan penyamak yang digunakan adalah
campuran mimosa-krom, mimosa- syntan dan mimosa-formalin.
Parameter uji mutu kulit nila tersamak adalah kekuatan tarik (N/cm2), kekutan
sobek (N/cm), kemuluran (%), kelemasan mm), suhu kerut (°C), kadar lemak/minyak (%),
kadar air (%) berdasarkan SNI 06-4586-1998 tentang Kulit Ular Air Tawar Samak Krom.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui kisaran nilai mutu kulit nila hitam tersamak dari
masing-masing campuran bahan penyamak (mimosa-krom, mimosa-syntan dan mimosa-
formalin) adalah sebagai berikut (1) kekuatan tarik (N/cm2): 1.126 (p4) - 1.577 (p2) , 1.174
(p2) - 1.633 (p3) , 1.142 (p4) - 1.537 (p1) ; (2) kekutan sobek (N/cm): 311 (p4) - 428 (p2) , 192
(p1) - 319 (p4) , 277 (p4) - 333 (p2) ; (3) kemuluran (%): 58 (p4) - 73 (p1) , 77 (p2) - 104 ; 56
(p3) - 70 (p1) ; (4) kelemasan (mm) : 1,58 (p1) - 2,19 (p4) , 1,90 (p2) - 2,10 (p3) , 1,75 (p2) -
2,15 (p4) ; (5) suhu kerut (°C): 82 (p1) - 88 (p4) , 79 (p2) - 82 (p1) , 79 (p1) - 85 (p4) ; (6) kadar
lemak/minyak (%): 2,87 (p3) - 3,75 (2) , 2,66 (p4) - 3,00 (p2) , 2,20 (p2) - 3,19 (p4) ; (7) kadar
air (%): 16,99 (p4) - 17,83 (p3) , 16,99 (p2,p3,p4) - 17,11 (p1) ; 18,00 (p1) - 20,00 (p3).
Berdasarkan SNI 06-4586-1998 tentang Kulit Ular Air Tawar Samak Krom, disimpulkan
bahwa semua parameter uji mutu kulit ikan nila hitam tersamak telah memenuhi SNI,
kecuali kemuluran, kelemasan dan kadar air. Secara keseluruhan, perlakuan campuran
bahan penyamak mimosa-crom lebih baik dibandingkan campuran mimosa-syntan dan
mimosa- formalin.

Kata kunci: mimosa, syntan, formalin, mutu, penyamakan, kulit nila hitam, SNI

66
PP11-05

EFEKTIVITAS LARUTAN NATRIUM BIKARBONAT (NaHCO3)


TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA
DAN SENSORI KERIPIK TULANG IKAN PUTAK

Herpandi*, Indah Widiastuti, Wulandari, Cynthia Aprita Sari

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian


Universitas Sriwijaya, Indralaya 30662, Sumatera Selatan, Indonesia
*Korespondensi: herpandi@fp.unsri.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan sensori


keripik tulang ikan putak dengan perbedaan perendaman dalam larutan natrium bikarbonat
pada beberapa tingkat konsentrasi. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan dan dilakukan dengan 3 kali ulangan.
Perlakuan yang digunakan yaitu perendaman dalam larutan natrium bikarbonat sebanyak
0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%. Parameter yang diamati yaitu rendemen, analisis kimia (kadar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar kalsium, kadar fosfor
dan residu natrium bikarbonat), analisis fisik (kerenyahan), serta analisis sensori
(kenampakan, rasa, aroma dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap keripik tulang ikan putak (p<0,05), dengan nilai kadar
air (9,6%-14,48%), kadar abu (25,04%-29,19%), kadar protein (25,57%-34,41%), kadar
karbohidrat (2,52%-10,12%), residu natrium bikarbonat (1,08%-3,01%) dan kerenyahan
(88,86 gf-266,06 gf). Hasil analisis sensori menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
tidak nyata terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa. Perlakuan terbaik hasil
pengujian fisik (kerenyahan) sebesar 157,13 gf pada perlakuan A2 dengan 1% natrium
bikarbonat dalam larutan perendam.

67
PP11-06

PENAMBAHAN TEPUNG TULANG IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)


SEBAGAI SUMBER KALSIUM PADA PEMBUATAN COOKIES

Sujuliyani*1, Siti Zachro Nurbani1, Samsidar1


1
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jl. AUP no 1 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
*Korespondensi penulis : sujuliyani@gmail.com

Abstrak

Cookies dengan penambahan tepung tulang ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)


merupakan produk diversifikasi dari tulang ikan sebagai bahan tambahan pembuatan
cookies untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat serta menunjukkan variasi hasil olahan
produk perikanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alur proses
pembuatan tepung tulang ikan, memperoleh formulasi cookies dengan penambahan
tepung tulang ikan cakalang dengan metode mixture design serta melakukan pengujian
mutu tepung tulang ikan cakalang dan produk cookies dengan penambahan tepung tulang
ikan cakalang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk cookies dengan penambahan
tepung tulang ikan, tepung terigu, dan telur dengan menggunakan metode mixture design
dengan 2 kali pengulangan mendapatkan formulasi terbaik dengan penambahan tepung
tulang 5%, tepung terigu 70%, dan telur 25%. Hasil pengujian kimia menunjukkan cookies
dengan penambahan tepung tulang ikan cakalang formulasi terbaik memiliki kadar air 1,3%,
abu 2,01%, lemak 16,8%, protein 10,55%, karbohidrat 69,34%, kalsium 0,48%, dan fosfor
0,98%.
Kata kunci : Cookies, Mixture Design, Tepung Tulang

68
PP12-01

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK OLAHAN IKAN


YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG BUAH MANGROVE Sonneratia alba

Djuhria Wonggo1 , Albert R. Reo2 , Isrojati J Paransa3


1,2,3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.
djuhriawonggo@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengetahui tingkat


penerimaan konsumen terhadap produk olahan ikan yang disubstitusi dengan tepung
Sonneratia alba. Buah S.alba diambil dari pesisir desa Wori dicuci bersih, diiris tipis
dikeringanginkan kemudian dibuat tepung. Tepung ini disubstitusikan pada produk olahan
ikan dengan konsentrasi 0%, 10% dan 20% dari total tepung pada produk olahan ikan..
Metoda yang digunakan adalah uji organoleptik (SNI 2346-2011). Nilai pH dengan pH meter.
Peroksida iodometri dan analisda TBA dengan spectrometer. Hasil penelitian menunjukkan
kesukaan kenampakan, aroma/bau, rasa dan tekstur untuk nugget dan kaki naga ikan
sangat disukai sedangkan untuk bakso ikan 10% dan 20% tidak disukai. pH nugget, kaki
naga dan bakso ikan 0%, 10% dan 20% berkisar antara 6,0 – 6,24. Peroksida nugget ikan 0%,
10% dan 20% adalah 7,02 ; 7,3 dan 7,0 mgeq/kg; kaki naga untuk 0%, 10% dan 20% adalah
2,44; 1,64;dan 2,51 mgeq/kg sedangkan untuk bakso 0%, 10% dan 20% adalah 3,2; 4,3 m
dan 3,2 mgeq/kg. Nilai TBA untuk nugget 0%,10% dan 20% adalah 6,4; 5,4 dan 4,5
mgMal/kg. Untuk kaki naga ikan 0%,10% dan 20% adalah 9,0 ; 9,9 dan 10,0 mgMal/kg,
sedangkan untuk bakso 0%,10% dan 20% adalah 6,5; 5,1 dsan 5,7 mgMal/kg. Penerimaan
konsumen untuk nugget dan kaki naga ikansangat disukai oleh sedangkan untuk bakso 10%
dan 20% tidak disukai oleh konsumen

Kata kunci: olahan ikan, pH, peroksida, TBA dan tingkat Kesukaan konsumen

69
PP12-02

ANALISIS KOMPONEN AROMA PENGGUNAAN KAYU MANIS


SEBAGAI MASKING AROMA OFF-FLAVOR PADA PRODUK
YANG DIPERKAYA Spirulina platensis

Wahdan Fitriya*, Khusnul Alfionita

Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada


*Corresponding Author: wahdan.fitriya@ugm.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen flavor produk cookies,


flakes, dan mie kering yang difortifikasi biomassa mikroalga Spirulina platensis dan bubuk
kayu manis. Penambahan biomassa spirulina dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi
produk sedangkan penambahan bubuk kayu manis sebagai bahan masking aroma untuk
mengurangi off-flavor pada produk. Penelitian diawali dengan menentukan konsentrasi
terbaik penambahan bubuk kayu manis pada ketiga produk (perlakuan 2,5; 5; 7,5; dan 10%
b/b) melalui uji hedonik terhadap 60 orang panelis. Konsentrasi penambahan bubuk kayu
manis terbaik untuk produk cookies, flakes, dan mie kering spirulina berturut-turut adalah
10; 2,5; dan 2,5% b/b. Komponen flavor produk terpilih selanjutnya dianalisis menggunakan
solid phase micro extraction - gas chromatography mass spectra (SPME-GCMS). Hasil
analisis flavor pada cookies, flakes, dan mie kering spirulina diperoleh masing-masing
sebanyak 32; 34; dan 33 senyawa (dari 7-10 golongan senyawa), sementara ketiga produk
yang diperkaya spirulina dan kayu manis masing-masing menghasilkan 83; 79; dan 87
senyawa aroma (dari 8-9 golongan senyawa). Penambahan kayu manis mempengaruhi jenis
golongan dan jumlah senyawa, dengan peran mengurangi senyawa off-flavor melalui
kandungan senyawa golongan aldehid dalam kayu manis yang mampu menutup senyawa
pyrazin yang diduga menyebabkan munculnya aroma off-flavor dalam produk.

Kata Kunci : cookies, flakes, mie kering, fortifikasi, spirulina, kayu manis, off-flavor, SMPE

70
PP12-03

KARAKTERISTIK BONTOT DARI KOMBINASI DAGING IKAN PAYUS


(Elops hawaiensis) DAN IKAN BULAN BULAN (Megalops cyprinoides)

Ipat Kasyifatul Mufarihat1) Sakinah Haryati2) Aris Munandar2)


1)
Alumni Jurusan Perikanan Faperta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2)
Staf Pengajar Jurusan Perikanan Faperta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
E-mail: sakinahharyati@yahoo.com

Abstrak

Bontot merupakan salah satu produk gel ikan (fish jelly product) khas Provinsi
Banten yang tersebar di beberapa desa khususnya Desa Domas, Kabupaten Serang. Bahan
baku dalam pembuatan bntot adalah ikan payus yang diperoleh dari tambak bandeng
tradisional. Ketersediaan ikan payus sangat fluktuatif, hal tersebut menyebabkan harga ikan
relatif mahal dan menjadi kendala bagi pengolah bontot sehingga mempengaruhi harga
produk. Kondisi tersebut menyebabkan produsen mengurangi produksinya. menyebabkan
harga jual yang relatif mahal. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
mencari pengganti ikan payus yang memiliki tekstur menyerupai ikan payus dan berprotein
tinggi yaitu ikan bulan bulan (Megalops cyprinoides). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan karakteristik bontot terbaik dari kombinasi ikan payus dan ikan bulan bulan
berdasarkan sifat fisik, kimia dan mikrobiologi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari-Juni 2016 di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Konsentrasi perlakuan yang digunakan dalam
pembuatan bontot kombinasi ikan payus dan bulan bulan adalah A (12,5% P + 87,5% B), B
(2,5% P + 7,5% B), C (37,5% P + 62,5% B), D (50% P + 50% B), E (62,5% P + 37,5% B), K1 (100% P
+ 0% B), K2 (0% P + 100% B). Tahapan penelitian bontot terdiri dari pengukuran morfologi,
rendemen, proksimat, nilai pH dan TVB pada ikan payus dan ikan mujair. Bontot kombinasi
yang dihasilkan diuji organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur), fisik (uji lipat dan gigit), TPC
dan proksimat. Karakteristik bontot terbaik dari kombinasi daging ikan payus dan bulan
bulan adalah perlakuan C (37,5% P + 62,5% B). Karakteristik fisik perlakuan terhadap uji lipat
(4,07), gigit (6,77), parameter warna (putih), aroma (khas ikan), rasa (enak dan gurih), dan
tekstur (tidak keras) serta bontot kombinasi yang dihasilkan mendekati bontot komersil,
sehingga panelis berpendapat cukup baik dan dapat diterima. Berdasarkan karakteristik
kimia perlakuan C memiliki kadar air 50,50%, abu 2,42%, lemak 0,32%, protein 5,67% dan
karbohidrat 41,09% dan mikrobiologi yaitu 1,6 x 104 (4,20) CFU/g di bawah ambang batas
sehingga bontot kombinasi layak untuk konsumsi.

Kata kunci: bontot, ikan bulan bulan, ikan payus, karakteristik, tekstur

71
PP12-04

PERUBAHAN NILAI PROKSIMAT BAKASANG IKAN TEMBANG


DENGAN PERLAKUAN PANAS YANG BERBEDA

Ovie Ningsih1*, Umbu P.L. Dawa1, Yulian Abdullah2

1* Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Kristen Artha Wacana, Jl.
Adisucipto, Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur
2 Staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Kupang,

Abstrak

Pemanfaatan ikan tembang sebagai bahan baku bakasang sebagai upaya


peningkatan nilai ekonomis dan pemasyarakatan gerakan makan ikan pada masyarakat Kota
Kupang yang cenderung lebih memilih mengkonsumsi daging hewani sebagai sumber
protein. Bakasang merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan dan garam <20%
dengan lama fermentasi lebih dari 30 hari. Guna mempercepat proses fermentasi
digunakan lumatan nenas sebagai sumber enzim bromelin. Produk fermentasi akan
mengalami perubahan seiring dengan lama waktu fermentasi. Oleh karena itu dilakukan
pemanasan untuk menghentikan proses fermentasi akibat aktivitas mikrobia dan enzim.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan nilai proksimat bakasang ikan
tembang dengan perlakuan panas yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bakasang
ikan tembang setelah dilakukan pemanasan (pasteurisasi dan sterilisasi) dibandingkan
dengan bakasang sebelum dipanaskan memiliki kadar protein cenderung menurun (nilai
rata-rata <14%), kadar karbohidrat cenderung menurun (nilai rata-rata <19%), kadar lemak
tinggi pada pasteurisasi dan menurun pada sterilisasi dengan nilai rata-rata <2%, kadar air
cenderung meningkat (nilai rata-rata <52%) dan kadar abu cenderung menurun (nilai rata-
rata <17%), sedangkan energi total juga mengalami penurunan (nilai rata-rata <150
Kcal/100g). Penggunaan suhu pasteurisasi pada produk baksang ikan tembang relatif
menghasilkan nilai proksimat yang lebih tinggi dibanding sterilisasi.

Kata Kunci : fermentasi, bakasang ikan tembang, nilai proksimat, pasteurisasi, sterilisasi

72
PP1-01

ABSTRAK
Bioteknologi

73
BO1-01

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK RUMPUT LAUT


(Eucheuma cottonii) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
DAN BAKTERI Escherichia coli

Megawati 1), N Ira Sari 2) dan Mery Sukmiwati 2)

1. Alumni, Departemen Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan,


Universitas Riau Pekanbaru
2. Dosen, Departemen Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau Pekanbaru. Jl. HR. Subrantas Km. 12.5 Sp. Panam Tampan, Pekanbaru,
Riau. Telp. 0761-63274/6375. 28293
Korespodensi:merysarmin@yahoo.com

Abstrak

Rumput laut Eucheuma cottonii merupakan salah satu tanaman yang memilki
senyawa bioaktif yang dapat menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat sebagai
antibakteri, antioksidan, antikoagulan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
bahwa ekstrak rumput laut Eucheuma cottonii memiliki senyawa antibakteri yang dapat
menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli serta mengetahui
diameter zona hambat minimum pada bakteri S. aureus dan bakteri E. coli. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu melakukan pembuatan ekstrak
rumput laut (E. cottonii). Konsentrasi ekstrak rumput yang digunakan adalah 0,02, 0,1, 0,5%.
Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian ekstrak E. cottonii mempunyai
efek antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan bakteri E. coli yang ditunjukkan dengan
terbentuknya zona hambat disekitar sumur agar. Konsentrasi hambat minimum ekstrak E.
cottonii terhadap bakteri S. aureus adalah 0,5% dengan zona hambat rata-rata sebesar
14,33±1,52mm dan untuk bakteri E. coli 0,5% dengan zona hambat rata-rata sebesar
20,33±1,52mm.

Kata kunci: Aktivitas antibakteri, E. coli.E. cottonii, S. aureus,

74
BO1-02

PEMANFAATAN SINTESIS KITOSAN DARI LIMBAH RAJUNGAN SEBAGAI ANTI


MIKROBIA IKAN SEGAR

Kurniasyahputra*1, Yustiyana Dewi2, Deni Ariansyah3


1
Universitas Bangka Belitung, Balunijuk, Pangkalpinang, Indonesia
2
Universitas Bangka Belitung, Balunijuk, Pangkalpinang, Indonesia
3
Universitas Bangka Belitung, Balunijuk, Pangkalpinang, Indonesia
*Kurniasyahputra : kurniasyahputra7@gmail.com
Yustiyana Dewi : dewiyustiyana@gmail.com
Deni Ariansyah : deni.ariansyah@gmail.com

Abstrak

Ikan merupakan bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan oleh
bakteri maupun mikroorganisme lainnya. Kitosan mempunyai gugus aktif yang akan
berikatan dengan mikroba sehingga dapat menghambat tumbuhnya mikroba. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi kitosan yang optimal sebagai bahan
anti mikroba sehingga bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan ikan segar.
Metode penelitian menggunakan desain eksperimental dengan melakukan sintesis kotosan
dari kitin yang terkandung dalam cangkang rajungan, kemudian dari berbagai konsentrasi
yang didapatkan diujikan kepada ikan yang dijadikan sampel uji. Dari hasil pengujian
tersebut akan dilakukan analisa perkembangan bakteri pada ikan yang diberikan sintesis
kitosan dan kemudian dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa pemberian sintesis
kitosan. Kitosan yang berasal dari limbah rajungan memiliki karakteristik berupa sifat fisik
diantaranya kadar air 8,9%, kadar abu 0,7%, kadar protein 0,6% dan derajat diasetilasi
87,5%. Hasil uji mikroba menunjukkan bahwa perlakuan dengan kitosan 2 % pada ikan patin
penyimpanan 14 jam (A2B14) memberikan hasil pertumbuhan mikroba paling sedikit sebesar
5,8.102 Sel/ mL. Perbedaan banyaknya mikroba yang tumbuh pada penggunaan kitosan
1,5% dan 2% tidak terlalu signifikan, oleh karena itu penggunaan kitosan 1,5% lebih
optimum dibandingkan dengan konsentrasi 2%. Dengan demikian, kitosan dapat digunakan
sebagai antimikrobia pada ikan patin.

Kata Kunci : ikan, kitosan, anti mikroba, pengawetan ikan

75
BO1-03

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN KANDUNGAN FITOKIMIA


DUA JENIS ALGA LAUT ASAL PERAIRAN SULAWESI UTARA

Lita A.D.Y Montolalu1, Verly Dotulong1 dan Lena J. Damongilala1


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi – Manado-Indonesia
Jln. Kampus UNSRAT Manado 95115 Telp (0431) 863886 Fax.(0431) 822568
*Korespondensi penulis: lady.montolalu@yahoo.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah menggali potensi antibakteri dari dua jenis alga
laut (Caulerpa sertularoides dan padina australis) asal perairan Sulawesi Utara khususnya
perairan Pulau/Desa Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi
Utara. Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah ekstrak kasar metanol, fraksi air, etil
asetat dan hekasana dari kedua alga laut di atas. Ekstrak metanol diperoleh dengan metode
maserasi; fraksi air, etil asetat dan hekasana diperoleh dengan metode partisi bertingkat
pada ekstrak metanol. Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherchia coli TCC 25922. Jenis metode yang
digunakan dalam pengujian ini adalah Disk diffusion testing dimana aktivitas antibakteri
ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat. Analisa fitokimia dilakukan secara kualitatif
yaitu menguji ada tidaknya senyawa fenolik, flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid
didalam sampel. Hasil analisis menunjukkan bahwa S. aureus (bakteri gram positif) lebih
sensitif terhadap ekstrak metanol C.sertularoides, fraksi heksana C.sertularoides, fraksi
etilasetat C.sertularoides dan ektrak metanol P.australis dibandingkan dengan E. coli
(bakteri gram negatif), sebaliknya E.coli (bakteri gram negatif) lebih sensitif terhadap fraksi
air C.setularoides, fraksi heksana P.australis, fraksi etilasetat P.australis, dan fraksi air
P.autralis dibandingkan S.aureus (bakteri gram positif). Hasil analisis fitokimia
menunjukkan bahwa fraksi etilasetat C.sertularoides mengandung hampir semua
komponen fitokimia, sedangkan ekstrak dan fraksi lainnya hanya sedikit komponen
fitokimia yang terdeteksi. Secara keseluruhaan dapat disimpulkan bahwa C.sertularoides
dan P.australis berpotensi sebagai sumber antibakteri alami.

Kata kunci: C.sertularoides, P. australis, Antibakteri, Fitokimia

76
BO1-04

SENYAWA BIOAKTIF RUMPUT LAUT DAN AMPAS TEH


SEBAGAI ANTIBAKTERI DALAM FORMULA MASKER WAJAH

Bintang Efrata Aprilia*, Nurjanah, Tati Nurhayati,

Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi : efrataaprilia@gmail.com

Abstrak

Jerawat merupakan penyakit kulit karena adanya sumbatan dalam pori-pori


kulit wajah yang disebabkan oleh penumpukan minyak yang mengakibatkan adanya
aktivitas bakteri sehingga terjadi peradangan. Pemanfaatan senyawa bioaktif pada
rumput laut dan ampas teh menjadi solusi untuk menangani bakteri penyebab jerawat P.
acnes dan S. aureus karena kemampuannya sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini
adalah (1) menentukan rasio bahan baku bubur rumput laut Sargassum sp. dan E. cottonii
terbaik, (2) menentukan karakteristik bubuk ampas teh, dan (3) menentukan
karakteristik acne face mask dari bahan baku rasio bubur rumput laut terbaik dengan
bahan tambah bubuk ampas teh. Penelitian terdiri atas 3 perlakuan yaitu 1:1; 1:2; dan 2:1
untuk Sargassum sp. dan E. cottonii dan dilakukan sebanyak 2 ulangan. Analisis untuk
menentukan rasio bubur rumput laut terbaik yaitu fitokimia, viskositas, pH, kadar air,
total fenol, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan uji antibakteri. Rasio bubur
rumput laut terbaik dengan perbandingan 2:1. Hasil yang diperoleh yaitu pH 6,70+0,18,
kadar air 95,83+0,01%, viskositas 6.523 cP. Senyawa bioaktif di dalam bubur rumput laut
meliputi alkaloid, flavonoid, fenol, dan saponin. Aktivitas antioksidan yaitu 145,89+0,42
ppm dan daya hambat terhadap P. acnes yaitu 3,62+0,04 mm ,total fenol 50,43 mg GAE/g.
Ampas teh mengandung senyawa bioaktif yaitu tanin, fenol, dan steroid. Ampas teh
memiliki kemampuan menghambat P.acnes sebesar 4,1 mm dan S. aureus sebesar 8,22
mm. Karakteristik acne face mask yaitu pH 6,96+0,24, daya sebar 5 cm, tidak memiliki
daya hambat terhadap P.acnes, namun dapat menghambat S. aureus dengan diameter
yaitu 10,58 + 0,00 mm. Penerimaan konsumen terhadap produk melalui uji sensori
berkisar antara netral sampai suka.

Kata Kunci : antibakteri, jerawat, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus

77
BO1-05

PENGEMBANGAN KOSMESEUTIKA BERBASIS SPIRULINA

Iriani Setyaningsih*1, Nur Indah Sari1, Rifki Anugerah1, Kustiariyah Tarman1, 2, Ella
Salamah1, Mega Safitri3, Pipih Suptijah1
1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga. Bogor. Indonesia
2
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran No 1. Bogor, Indonesia
3
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga. Bogor. Indonesia
Korespondensi *: iriani25@gmail.com

Abstrak

Spirulina memiliki kandungan nutrisi yang baik, diantaranya protein, asam lemak
(linolenic acid dan γ-linolenic acid), asam amino esensial (leusin, isoleusin, valine), pigmen
(klorofil, fikosianin dan karotenoid), serta mengandung vitamin seperti provitamin A,
vitamin B12 serta β-caroten. Spirulina juga memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri.
Berdasarkan kandungan kimiawi dan sifat biologisnya, Spirulina memiliki potensi untuk
pengembangan kosmeseutika, antara lain untuk sediaan masker wajah peel off dan lipbalm.
Ekstrak Spirulina memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri Propionibacterium
acnes dengan diameter 4-8 mm pada jumlah ekstrak 100-400 µg/well. Masker peel off yang
ditambah ekstrak Spirulina berwarna hijau tua, memiliki aktivitas antibakteri terhadap P.
acnes, nilai pH 6, viskositas 7306,67 cps, dan homogen. Lipbalm yang dibuat dengan
penambahan minyak Spirulina berwarna hijau, homogen, viskositas 99.84 cps, titik lebur 55
°C, dan nilai pH 6.2.

Kata kunci : antibakteri, lipbalm, masker wajah, Spirulina

78
BO1-06

DAYA ANTIOKSIDASI EKSTRAK KASAR DAN ISOLAT ALGA KERING


KAPPAPHYCUS ALVAREZII ASAL MADURA
PADA VIRGIN COCONUT OIL YANG DISIMPAN

Vonda. M. N. Lalopua

Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Pattimura


Jl. Mr Chr. Soplanit Poka Ambon.Email Vondamilca67@gmail.com

Abstrak

Kandungan senyawa antioksidan alga bermacam-macam tergantung pada


spesies, waktu panen, kondisi pertumbuhan, cahaya,iklim serta kondisi pasca panen.
Aktivitas antioksidan dalam sistem pangan dipengaruhi beberapa faktor meliputi reaktifitas
antioksidan, sifat fisik dan kondisi lingkungan sistem serta interaksi dengan senyawa lain.
Tujuan penelitian untuk mengetahui aktivitas antioksidasi ekstrak kasar dan isolat alga
K.alvarezii untuk menghambat oksidasi lipida. Penelitian terdiri atas 2 tahapan, dimulai
dengan penelitian pendahuluan yang meliputi pengambilan alga segar asal
Madura,pengeringan alga dengan oven vakum suhu 40 0C dan pembuatan serbuk alga
kering. Penelitian tahap 1 adalah ekstraksi alga kering dengan pelarut etil asetat dilanjutkan
dengan isolasi dan pemurnian ekstrak kasar dengan metode kromatografi kolom dan lapis
tipis. Tahap II adalah pembuatan VCO dan penambahan ekstrak kasar dan isolat Dilanjutkan
dengan analisa oksidasi lipida VCO menggunakan angka peroksida. Hasil aplikasi ekstrak
kasar dan isolat alga K.alvarezii asal Madura pada VCO menunjukkan bahwa isolat alga K.
Alvarezii dapat menghambat oksidasi lipida ditunjukkan oleh angka peroksida sebesar 0,41
± 0,0001 meq peroksida/kg minyak, lebih rendah dari angka peroksida VCO yang ditambah
ekstrak kasar (5,92 ±0,0003 meq peroksida/kg minyak). dan VCO tanpa ditambah isolat dan
ekstrak kasar sebagai kontrol1 disimpan pada suhu 63 0 C (1,01 ± 0,001 meq peroksida/kg
minyak), juga VCO yang disimpan pada suhu ruang (kontrol2) sebesar 0,61 ± 0,109 meq
peroksida/kg minyak.
Kata kunci : Ekstrak kasar, isolat, VCO, bilangan peroksida

79
BO5-04

PENAPISAN EKSTRAK KAPANG LAUT SEBAGAI ANTIOKSIDAN,


INHIBITOR TIROSINASE DAN ANTIGLIKASI

Muhammad Nursid*1, Dilaika Septorini2, dan Irmanida Batubara2


1, 2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260, Indonesia
2
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Darmaga, Bogor, Indonesia
*Korespondensi penulis : muhammadnursid@gmail.com

Abstrak

Kapang laut (marine derived fungi) merupakan sumber senyawa bioaktif yang
sangat penting. Sebanyak 28 isolat kapang laut yang berasal dari Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu telah ditapis aktivitasnya sebagai antioksidan, inhibitor tirosinase, dan
antiglikasi. Metode penapisan antioksidan menggunakan 1,1-difenil-2-pikril hidrazil
(DPPH). Inhibitor tirosinase ditapis menggunakan substrat L-tirosin dan uji antiglikasi
berdasarkan kemampuan menghambat pembentukan advanced glycation end products
(AGEs). Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik ialah ekstrak miselium strain
MFP 271 dengan IC50 287 ± 50 µg/mL. Hasil KLT bioautografi antioksidan memperlihatkan
bahwa pita yang aktif sebagai antioksidan diduga merupakan senyawa golongan flavonoid.
Ekstrak yang memiliki aktivitas penghambatan kerja enzim tirosinase terbaik adalah ekstrak
miselium dari strain MFP 277 dengan IC50 586 ± 74 µg/mL. Ekstrak media kapang strain MFP
274 memiliki aktivitas antiglikasi tertinggi dengan nilai IC50 299 ± 74 µg/mL. Ekstrak media
dari kapang strain MFP 274 berpotensi sebagai antiglikasi sedangkan ekstrak miseliumnya
berpotensi sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase.

Kata kunci: Kapang laut, antioksidan, inhibitor tirosinase, antiglikasi, bioautografi

80
BO2-02

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN TOTAL FENOL EKSTRAK


Padina australis PADA BERBAGAI KONDISI EKSTRAKSI

Annisa Permata Sari1, Irmanida Batubara1, Muhammad Nursid2*


1
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Darmaga, Bogor, Indonesia
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260, Indonesia
*Korespondensi penulis : muhammadnursid@gmail.com

Abstrak

Rumput laut coklat merupakan salah satu golongan rumput laut yang melimpah di
perairan Indonesia, salah satunya adalah Padina australis. Rumput laut ini dikenal banyak
mengandung senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmaseutika maupun
kosmetika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi etanol dan
waktu maserasi terhadap rendemen, aktivitas antioksidan dan kandungan total fenol.
Variasi konsentrasi etanol yang digunakan adalah 0%, 40% dan 80% selama 8, 16 dan 24 jam.
Aktivitas antioksidan dilakukan dengan uji DPPH pada dosis 1 mg/ml sedangkan kandungan
total fenol dilakukan secara spketrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi dan waktu terbaik adalah dengan menggunakan etanol 80% selama 16 jam
dengan rendemen sebesar 6,86%, aktivitas antioksidan 62,92 % dan kandungan total fenol
sebesar 7,57 mg GAE/g.

Kata kunci: Variasi konsentrasi, waktu ekstraksi, Padina australis, DPPH, Total Fenol

81
BO3-02

VALIDASI GENETIK, PROFIL METABOLIT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


ANGGUR LAUT (Caulerpa racemosa) DENGAN PENANGANAN BERBEDA

Sihono1, Kustiariyah Tarman2, 5, Hawis Madduppa3, Hedi Indra Januar41,


2
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis, Babakan, Dramaga,
Bogor, Jawa Barat 16680
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis, Babakan, Dramaga,
Bogor, Jawa Barat 16680
4
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jalan K.S. Tubun,
Petamburan VI, Jakarta 10260
5
Divisi Bioteknologi Kelautan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Jl. Raya Pajajaran, Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat 16127
Korespondensi penulis: sihono2011@gmail.com

Abstrak

Caulerpa racemosa mengandung senyawa metabolit sekunder seperti fenol,


saponin, tanin, flavonoid, sesquiterpenoid, diterpenoid, caulerpin, caulerpicin,
caulerpenin, dan epigallo katekin sehingga memerlukan penanganan yang tepat untuk
mempertahankan senyawa bioaktif tersebut. Tujuan penelitian ini adalah melakukan
validasi genetik, menentukan profil metabolit dan aktivitas antioksidan C. racemosa dengan
metode penanganan berbeda. Metode penanganan selama transportasi dilakukan dengan
perendaman dalam air laut, nitrogen cair dan pendinginan menggunakan es.
Hasil validasi genetik menggunakan DNA barcoding menunjukkan bahwa sampel
yang digunakan pada ketiga metode penanganan adalah spesies C. racemosa. Metode
penanganan berbeda tidak memberikan pengaruh pada rendemen fraksi polar, namun
berpengaruh signifikan pada rendemen ekstrak kasar dan fraksi nonpolar. Perendaman
dengan nitrogen cair menghasilkan rendemen ekstrak kasar dan fraksi nonpolar paling
tinggi.
Hasil analisis profil metabolit dengan HPLC menunjukkan bahwa secara kualitatif
perbedaan penanganan tidak memberikan pengaruh terhadap jenis senyawa bioaktif.
Metode penanganan berbeda menghasilkan perbedaan kuantitatif pada kandungan
komponen mayor. Ekstrak dengan perendaman air laut mengandung komponen mayor
bersifat polar (K1, K2, K3), semipolar (K6, K7, K8), dan nonpolar (K13), ekstrak dengan
perendaman nitrogen cair mengandung komponen seimbang dan ekstrak dengan
pendinginan menggunakan es mengandung komponen nonpolar (K10, K11, K12, K13). Hasil
validasi dengan 1H-NMR menunjukkan bahwa ekstrak dari ketiga penanganan berbeda
mengandung senyawa alkaloid, aromatik, multi ikatan ganda, terpenoid, oksigenasi, alifatik
tidak jenuh dan alifatik jenuh. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
menunjukkan bahwa ekstrak dengan pendinginan menggunakan es mempunyai aktivitas
antioksidan paling tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode penanganan
terbaik untuk mempertahankan aktivitas antioksidan pada Caulerpa racemosa adalah
pendinginan menggunakan es.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, caulerpa racemosa, validasi genetik, profil metabolit
82
BO2-04

KANDUNGAN FITOKIMIA, TOTAL FENOL DAN


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN MUDA MANGROVE Sonneratia alba

Verly Dotulong1, Djuhria Wonggo1 dan Lita A.D.Y Montolalau1


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi-Manado-Indonesia
Jln. Kampus UNSRAT Manado 95115 Telp (0431) 863886 Fax.(0431) 822568
*Korespondensi penulis: verlydotulong,@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menggali potensi antioksidan daun muda mangrove


Sonneratia alba asal pesisir Desa Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara
Propinsi Sulawesi Utara. Ekstrak diperoleh dari serbuk kering daun muda mangrove S.alba
menggunakan dua metode ekstraksi (soxletasi dan maserasi) dan dua pelarut ekstraksi
(metanol dan etanol). Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif yaitu menguji ada
tidaknya senyawa fenolik, flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid dan alkaloid didalam
sampel, total fenol menggunakan pereaksi Folin Ciocalteau dan analisis antioksidan
menggunakan metode DPPH (1-1-diphenil-2-pikrihidrasil). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rendemen ekstrak ditemukan lebih tinggi pada metode soxletasi menggunakan
pelarut metanol (9,77%) maupun pelarut etanol (9,18%) dibandingkan dengan metode
maserasi dengan pelarut metanol (2,61%) dan pelarut etanol (2,51%). Hasil analisis
kandungan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak hasil sokhletasi baik dengan metanol
maupun etanol mengandung semua komponen fitokimia yang diuji sedangkan ekstrak hasil
maserasi tidak terdapat alkaloid. Nilai total fenol tertinggi ditemukan pada ekstrak hasil
maserasi dengan etanol (34,2 mgGAE/g ekstrak) diikuti oleh ekstrak hasil sokhletasi dengan
metanol (33.6 mgGAE/g), maserasi dengan metanol (31,7 mgGAE/g) dan maserasi dengan
etanol (28,6 mgGAE/g). Analisis aktivitas antioksidan ditemukan dua sampel yaitu ekstrak
hasil maserasi dengan etanol (IC50 DPPH=5,01µg/mL) dan sokhletasi dengan metanol (IC50
DPPH=5,16µg/mL) lebih tinggi dari aktivitas antioksidan vitamin C (IC50 DPPH=5,21µg/mL),
sedangkan kedua sampel lainnya mempunyai aktivitas antioksidan sedikit lebih rendah dari
vitamin C yaitu ekstrak hasil sokhletasi dengan etanol (IC50 DPPH=6,23µg/mL) dan maserasi
dengan metanol (IC50=7,45µg/mL). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bawa ekstrak
daun muda mangrove S.alba dalam penelitan ini berpotensi sebagai sumber antioksidan
alami.

Kata kunci: S.alba, fitokimia, total fenol, antioksidan

83
BO2-05

HIDROLISAT DAN PEPTIDA GELATIN KULIT


IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Mala Nurilmala*, Eni Kusumaningtyas, Euis Karnia

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
Telepon (0251) 8622915 Faks. (0251) 8622916
*Email: mnurilmala@ipb.ac.id

Abstrak

Gelatin dapat ditingkatkan sifat fungsionalnya dengan hidrolisis secara enzimatik


yang dapat menghasilkan peptida bioaktif dengan berat molekul yang rendah. Penelitian ini
dilakukan untuk menentukan karakteristik gelatin dan hidrolisat gelatin kulit ikan tuna sirip
kuning (Thunnus albacares) serta mendapatkan nilai aktivitas antioksidan gelatin, hidrolisat
dan fraksi peptida gelatin. Gelatin yang diekstrak dari kulit ikan tuna sirip kuning dihidrolisis
dengan enzim alkalase 2% dan difraksinasi menggunakan molecular weight cut off (MWCO)
30, 10 dan 3 kDa. Gelatin yang dihasilkan memiliki rendemen 19,97%; pH 4,94; viskositas 21
cP; warna L (Lightness) = 56,46; a (Redness) = 2,56; b (Yellowness) = 22,38; derajat putih
50,97%, SDS-PAGE menunjukkan adanya pita β, α1 dan α2. Glisin dan prolin merupakan
komponen asam amino tertinggi pada gelatin dan hidrolisatnya. Hidrolisat gelatin memiliki
berat molekul berkisar 3,54-16,619 kDa dan derajat hidrolisis alkalase sebesar 45,29%.
Aktivitas antioksidan hidrolisat gelatin lebih tinggi dibandingkan gelatin. Aktivitas
antioksidan gelatin dan hidrolisat gelatin lebih tinggi pada uji menggunakan ABTS
dibandingkan uji dengan DPPH dengan mekanisme transfer atom hidrogen. Fraksi peptida
10-30 kDa memiliki aktivitas antioksidan terbaik dengan nilai IC50 sebesar 0,009 ± 0,001 mg
protein/mL yang diukur dengan metode ABTS.

Kata kunci : antioksidan, fraksinasi, gelatin, hidrolisis, peptida bioaktif

84
BO2-06

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIKANKER


DARI BY-PRODUCT IKAN FLATHEAD (Platycephalus fuscus)

Rahmi Nurdiani, Todor Vasiljevic, Thomas Yeager, Tanoj K. Singh, Osaana N. Donkor

Abstract

Fraksi peptida yang diekstrak dari hasil samping Flathead dievaluasi aktivitas
antioksidan dan antikankernya secara in vitro. Derajat hidrolisis, penambahan protease dan
berat molekul dari peptide mempengaruhi aktivitas penghambatan radikal 2,2-diphenyl-1-
pycryl-hydrazyl (DPPH) dan 2,2-azino-bis-3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonic (ABTS).
Peptida dengan berat molekul yang rendah (<3 kDa), yang diperoleh setelah diinkubasi
dengan enzim eksogen selama semalam, secara signifikan menghambat senyawa radikal
bebas dan menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi terhadap DPPH (94.03 %) dan
ABTS·+ (82.89 %). Adanya peptide bioaktif meningkatkan viabilitas sel normal T4056 yang
dipapar oleh H2O2. Lebih lanjut, fraksi peptida <3kDa menghambat pertumbuhan kanker
usus besar HT-29 sebesar 91.04 %, meskipun aktivitas penghambatannya bersifat tidak
selektif.

Kata kunci: Flathead (Platycephalus fuscus), hidrolisat protein ikan, fraksi peptide,
penghambatan radikal bebas, antikanker

85
BO3-01

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIKOLESTEROL FRAKSI EKSTRAK RUSIP

Rinto, Shanti Dwita Lestari, Nanda Anggiani Putri

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan


Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya 30662
(rinto@fp.unsri.ac.id)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan peptida bioaktif dan


memisahkan peptida bioaktif yang berpotensi sebagai antioksidan serta antikolestrol dari
rusip. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium yang meliputi
beberapa tahapan yaitu ektraksi rusip, pengukuran rendemen ekstrak rusip, fraksinasi
ekstrak rusip, pengukuran rendemen hasil fraksinasi ekstrak rusip, analisis kadar peptida,
analisis antioksidan dengan metode ABTS dan analisis antikolesterol dengan metode Inhibisi
HMG Ko-A. Semua tahapan perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan menggunakan
pelarut aquabides. Rusip yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu rusip
Tiga Bintang yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik dan rusip SM yang memiliki aktivitas
antikolesterol yang terbaik didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya. Data yang
diperoleh di sajikan dalam bentuk tabel dan diagram kemudian dianalisa secara deskriptif.
Fraksinasi ekstrak rusip dilakukan berdasarkan perbedaan berat molekul yaitu E (metabolit
utuh tanpa fraksinasi); F1 (BM >10 kDa); F2 (BM 1-10 kDa) dan F3 (BM <1 kDa). Nilai
rendemen hasil fraksinasi ekstrak rusip tertinggi untuk kedua merek jenis rusip dihasilkan
oleh F1 rusip Tiga Bintang dengan nilai 16,61% dan rusip SM 14,14%. Kadar peptida rusip
Tiga Bintang dan rusip SM nilai tertinggi terdapat pada E yaitu masing-masing 1,22 dan
1,25%. Aktivitas antioksidan tertinggi dicapai oleh F3 dengan nilai 62,90% Aktivitas
antikolesterol ekstrak rusip pada F2 memiliki daya inhibisi HMG-KoA reduktase yang lebih
tinggi yaitu sebesar 50% dibandingkan sampel yang lainnya, namun daya inhibisi ini masih
jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontrol (Pravastatin).

Kata kunci : Antikolesterol, Antioksidan, Rusip

86
BO2-03

PENGARUH PENAMBAHAN Lactobacillus plantarum SK(5)


TERHADAP KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI DAN KIMIAWI RUSIP
SELAMA FERMENTASI

Desniar*, Iriani Setyaningsih* dan Titin Kurnasih*


*)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK, IPB
Korespondensi desniar2013@gmail.com

Abstrak

Rusip merupakan salah satu produk fermentasi khas daerah Bangka Belitung yang
terbuat dari ikan teri, garam dan gula aren. Rusip umumnya difermentasi secara spontan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi L. plantarum SK(5) yang
berbeda terhadap karakteristik mikrobiologi dan kimiawi rusip selama fermentasi. Rusip
dibuat menggunakan bahan baku ikan teri dengan penambahan garam 10% (b/b), gula aren
10% (b/b) dan L.plantarum SK(5) dengan dua perlakuan yaitu 5% (v/b) dan 10%(v/b),
masing-masing dua ulangan. Bahan baku diuji kesegaran (total mikroba, total volatil base,
dan pH) dan proksimatnya. Rusip difermentasi selama 12 hari pada suhu ruang dan setiap
dua hari sekali diamati perubahan total mikroba, total bakteri asam laktat, pH dan total
asam tertitrasi. Ikan teri yang digunakan masih termasuk segar dengan kadar protein yang
tinggi. Konsentrasi L. plantarum SK(5) mempengaruhi karakteristik mikrobiologi dan
kimiawi rusip selama fermentasi. Total mikroba dan total bakteri asam laktat mengalami
peningkatan masing-masing sampai hari keempat dan kedua kemudian mengalami
penurunan sampai hari ke-12. Total asam rusip mengalami kenaikan dari awal hingga akhir
fermentasi sebaliknya nilai pH mengalami penurunan. Perlakuan terpilih adalah rusip
dengan penambahan L. plantarum SK(5) 5% dengan lama fermentasi 8 hari.

Kata kunci: bakteri asam laktat, fermentasi, rusip

87
BO3-03

PENGARUH KOMBINASI STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT


TERHADAP PERUBAHAN KIMIAWI DAN MIKROBIOLOGIS RUSIP
SELAMA FERMENTASI

Pebry Aisyah Putri Batubara 1)*, Desniar 2), Iriani Setyaningsih 3)


1)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perairan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor
2)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perairan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor
3)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perairan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor
* Penulis Korespondensi: E-mail: Fee_bara@yahoo.co.id

Abstrak

Rusip adalah salah satu produk fermentasi ikan. Proses pembuatan rusip secara
tradisional yang dilakukan oleh masyarakat belum memiliki standar sehingga memiliki
kelemahan yaitu mutu produk yang tidak seragam. Salah satu upaya meningkatkan mutu
produk yaitu dengan penambahan kultur starter bakteri asam laktat. Tujuan penelitian ini
yaitu mempelajari pengaruh penambahan kombinasi starter terhadap perubahan kimiawi
dan mikrobiologis rusip dan menentukan kombinasi starter terbaik. Penelitian ini
menggunakan ikan teri (Stolephorus sp), starter bakteri asam laktat (BAL) probiotik asal
bekasam yaitu Lactobacilus plantarum SK(5) dengan L. plantarum NS(5), L. plantarum NS(5)
dengan L. plantarum NS(9) dan L. plantarum NS(9) dengan L. Plantarum SK(5) sebanyak 5%,
penambahan garam dan gula aren masing-masing 5% dan waktu fermentasi 8 hari.
Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan, yaitu 1) pembuatan kultur starter; 2) preparasi bahan
baku; dan 3) pembuatan rusip. Bahan baku yang digunakan menunjukkan total mikroba
2.97x104 CFU/g, total BAL 0 CFU/g, pH 6.54 dan TVB 20.40 mg N/100g. Karakteristik kimiawi
dan mikrobiologis meliputi total BAL 7.64-9.24 log CFU/g, total asam titrasi 0.86-3.98%, pH
4.22-6.36, absorbasi asam amino bebas 0.32-1.39 dan kadar garam 5.34-5.44%. Rusip
terpilih adalah kombinasi Lactobacilus plantarum SK(5) dan Lactobacilus plantarum NS(5)
mengandung total asam amino 12.37 g/100g.

Kata kunci: bakteri asam laktat, rusip, starter

88
BO3-04

IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DAN PROFIL ASAM AMINO PADA


BEKASAM IKAN BANDENG (Chanos chanos) DENGAN FERMENTASI ALAMI

Slamet Suharto1, Tri Winarni Agustini1, Ulfah Amalia1


1
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
*Korespondensi penulis : ulfah.amalia@live.undip.ac.id

Abstrak

Bekasam, merupakan salah satu produk tradisional fermentasi terbuat dari ikan
air tawar yang difermentasi spontan oleh mikrobia alami selama 1-2 minggu. Produk ini
cukup dikenal di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Ambon,
namun tidak dengan Jawa Tengah. Pemanfaatan ikan bandeng yang merupakan ikon kota
Semarang sebagai produk tradisional terutama yang diolah melalui proses fermentasi
masih jarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini akan mengamati mutu bekasam baik
secara kimiawi maupun mikrobiologi melalui identifikasi keberadaaan mikroba yang
mampu tumbuh dan menghasilkan rasa khas bekasam terutama terkait keragaman bakteri
asam laktat dengan lama fermentasi 12 hari dan pengamatan setiap 6 hari. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode experimental laboratories. Perlakuan penelitian
berupa pengamatan mutu bekasam yang difermentasi selama 12 hari dengan pengamatan
pada hari ke – 6 dan hari ke-12 meliputi : profil asam amino, perhitungan total Bakteri Asam
Laktat (BAL), kadar protein, kadar garam, pH, AW, kadar gula total, dan isolasi serta
karakterisasi keberadaan BAL dalam bekasam tersebut. Hasil penelitian akan dikonfirmasi
lebih lanjut.

Kata kunci : senyawa volatil, nutrisi, sensori, Spirulina platensis, ekstrak daun kemangi

89
BO3-05

MEKANISME MOLEKULER DARI POLISAKARIDA BARU


YANG BERASAL DARI ULAT SUTERA (Antheraea yamamae)
PADA SISTEM IMUN IKAN

Rio Aditya Kurniawan *1, Chiemi Miura2,3, Takeshi Miura2


1)
Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Jayapura, Jl. Pasir No 6
Sentani Jayapura, Papua, Indonesia, 2)Graduate School of Agriculture, Ehime University, 3-5-7
Tarumi, Matsuyama, Ehime, Japan, 3)Department of Global Environment Studies, Faculty of
Environmental Studies, Hiroshima Institute of Technology, 2-1-1 Miyake, Saeki-ku, Hiroshima, Japan
*Korespondensi penulis: rioadityakurniawan@gmail.com

Abstrak

Wabah penyakit ikan saat ini sebagai kendala potensial pada produksi perikanan
sehingga menimbulkan kerugian ekonomi, untuk menghindari kerugian ekonomi beberapa
obat hewan atau bahan kimia digunakan untuk mencegah wabah penyakit ataupun sebagai
terapi. Namun demikian, penggunaan obat hewan atau bahan kimia menjadi terbatas
karena banyaknya efek samping pada lingkungan dan keamanan kesehatan, sehingga
dibutuhkan solusi pengganti obat atau bahan kimia dari bahan alami. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui mekanisme secara molekuler dari polisakarida baru dinamakan silkrose
pada sistem imun ikan. Penelitian diawali dengan uji tantang dengan Edwardsiella tarda
kemudian dilanjutkan dengan analisa ekspresi gen dengan micro array yang menunjukan
rasio ekspresi gen yang tinggi antara lain gen yang berfungsi pada adesi sel, sistem
komplemen, antigen presenting dan sistem pengikatan karbohidrat. Beberapa gen dipilih
untuk diuji secara RT qPCR dan dianalisa, MHC Kelas I, Pentraxin, Claudin 28b, Orla C3 dan
Orla C4 menunjukkan perbedaan relative ekspresi gen yang signifikan pada fase sebelum
infeksi, Orla C3 pada 1 jam setelah infeksi dan gen C5 pada 6 jam setelah infeksi. Hasil
penelitian mengindikasikan silkrose meningkatkan respon imun ikan di awal waktu.

Kata Kunci: molekuler, silkrose, Antheraea yamamae, sistem imun ikan

90
BO3-06

ANTIACNE ACTIVITY OF PURPLE MARINE SPONGE Haliclona sp. ON INHIBITION


OF GROWTH AND BIOFILM FORMATION OF ACINETOBACTER LWOFFII

Yanti*, Chyntia Priliana Ariesta

Department of Biotechnology, Faculty of Biotechnology,


Atma Jaya Catholic University of Indonesia,
Jalan Jenderal Sudirman 51, Jakarta 12930, Indonesia.
*E-mail: yanti@atmajaya.ac.id

Abstrak

The prevalence of acne vulgaris is increasing due to skin bacterial resistance,


including Acinetobacter lwoffii as etiological agent against chemical antibiotics. The
alternative to overcome this problem is through exploring the richness of Indonesian
marine organisms to search for new secondary metabolite compounds. The purpose of this
research was to screen potential antibacterial, antibiofilm, and antioxidant activities of
purple marine sponge Haliclona sp. for acne therapy. The 2,2-diphenyl-2-pikrilhidrazil
(DPPH) activity was used to measure antioxidant activity of marine sponge Haliclona sp.
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC)
assays were used to determine antibacterial activity. Methanol extract of Haliclona sp.
showed potential antioxidant activity (~40%). Meanwhile, the highest MIC and MBC values
were reached at 250 µg/mL by ethanol extract of marine sponge Haliclona sp. Ethanol
extract of marine sponge Haliclona sp. at concentration 25 µg/mL showed inhibition at
approximately 50% on A. lwoffii biofilm formation. These results indicate that ethanol and
methanol are the best solvents for extraction of purple marine sponge Haliclona sp. in terms
of antioxidant, antibacterial, and antibiofilm activities, meanwhile hexane only showed
potential antioxidant and antibiofilm activities.

Keywords: Acinetobacter lwoffii, Haliclona sp., acne, antioxidant activity, antibacterial


activity, antibiofilm activity

91
BO4-01

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOLAGEN DARI TERIPANG EMAS (Stichopus sp.)


YANG DIHIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM NEUTRASE

Yusro Nuri Fawzya1), Nugrah Analiadi Putra2), Arif Budi Witarto2), Gintung Patantis1)
1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan an Perikanan
Jalan K.S. Tubun, Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia
2)
Universitas Teknologi Sumbawa
Jl. Raya Olat Maras, Moyo Hulu, Kab. Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Korespondensi Penulis : nurifawzya@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan hidrolisat


kolagen dari teripang emas (Stichopus sp.) yang dihasilkan dari proses hidrolisis
menggunakan enzim neutrase. Ekstraksi kolagen dilakukan menggunakan asam asetat
0,1%, dilanjutkan dengan pengendapan garam NaCl dan dialisis. Dialisat kolagen
selanjutnya dihidrolisis menggunakan enzim neutrase 0,5% (4416,8 U/mL) selama 30, 60,
120, 180, dan 240 menit. Terhadap hidrolisat kolagen dilakukan pengamatan derajat
hidrolisis, kandungan peptida, aktivitas antioksidan (metode DPPH) dan pola peptida yang
dihasilkan. Selain itu dilakukan identifikasi secara molekuler terhadap bahan baku teripang
emas. Dari penelitian ini diperoleh rendemen kolagen sebesar 24,34% (bk). Hidrolisis
kolagen selama 3 jam menghasilkan derajat hidrolisis tertinggi yaitu 55,20% dan kandungan
peptida 12,79 mg/mL. Namun, aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan oleh peptida
kolagen hasil hidrolisis 1 jam dengan IC50 sebesar 5,25 mg/mL. Hidrolisat kolagen yang
dihasilkan mengandung protein yang berukuran kurang dari 80KDa dengan protein yang
terdeteksi pada ukuran + 78, 43, 25 dan 13 kDA. Teripang emas yang digunakan
teridentifikasi sebagai Stichopus horrens dengan tingkat kemiripan 99%.

Kata kunci: antioksidan, kolagen, teripang emas, neutrase

92
BO4-02

PROFIL METABOLIT DAN SITOTOKSISITAS TERIPANG HITAM Holothuria atra


DENGAN TEKNIK PENGERINGAN YANG BERBEDA

Muhammad Nursid*1, Nurmaya Lesgitari2 dan Rahmawati3


1, 2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260, Indonesia
3
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Sahid, Jl Prof. Dr. Supomo, SH, 12870 Jakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : muhammadnursid@gmail.com

Abstrak

Teripang Holothuria atra (nama lokal: teripang hitam, oler atau cera hitam)
merupakan teripang yang memiliki potensi sebagai sumber senyawa bioaktif terutama
sebagai bahan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik
pengeringan terhadap profil senyawa bioaktif dan sitotoksisitas ejstrak teripang H. atra.
Perlakuan pengeringan yang dilakukan adalah pengeringan dengan sinar matahari selama 3
hari, pengeringan dengan oven pada suhu 40oC, 50oC dan 60oC selama 24 jam dan teripang
segar tanpa pengeringan. Teripang diekstraksi dengan metode maserasi selama 12 jam
menggunakan etanol p.a. Uji sitotoksisitas dilakukan dilakukan dengan metode MTT
menggunakan sel T47D. Profil metabolit dilakukan dengan menggunakan analisis FTIR dan
HPLC. Hasil penelitian menunjukkan teknik pengeringan memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat. Hasil analisis FTIR dan HPLC
memperlihatkan bahwa senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak etanol relatif stabil
setelah melalui proses pengeringan. Hal ini diperkuat dengan sitotoksisitas terhadap sel
kanker payudara yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengeringan dengan sinar matahari
dan oven tidak merusak bioaktivitas dan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol
teripang H. atra.

Kata kunci : Teripang hitam, Holothuria atra, teknik pengeringan, profil metabolit,
sitotoksisitas

93
BO4-03

SITOTOKSISITAS DAN INDUKSI APOPTOSIS EKSTRAK ETANOL TERIPANG


Holothuria atra Jeager, 1833 PADA BEBERAPA SEL KANKER

Ernie Halimatushadyah1, Muhammad Da'i2, Muhammad Nursid*3


1,2
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A Yani Tromol Pos I Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
3
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP)
Jl. KS.Tubun Petamburan VI Jakarta Pusat, Indonesia
*Korespondensi penulis : muhammadnursid@gmail.com

Abstrak

Teripang Holothuria atra merupakan biota laut yang banyak ditemukan diperairan
Indonesia yang termasuk dalam filum Echinodermata dan berpotensi sebagai antikanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sitotoksisitas dan induksi apoptosis ekstrak
etanol teripang Holothuria atra secara in vitro terhadap beberapa sel lestari. Pengujian
sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT menggunakan sel lestari sedangkan uji induksi
apoptosis dilakukan dengan flowcytometry dan double staining. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak etanol teripang Holothuria atra mampu menghambat
pertumbuhan sel HeLa, T47D dan WiDr dengan IC50 masing-masing sebesar 41,06 ± 4,21;
20,89 ± 1,55; 26,50 ± 4,43 µg/ml. Pada analisis flowcytometry dan double staning
memperlihakan bahwa ekstrak etanol teripang Holothuria atra mampu menginduksi
apoptosis pada sel T47D. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol teripang Holothuria atra memiliki aktivitas sitotoksik dan mampu menginduksi
apoptosis terutama pada sel kanker payudara T47D.

Kata kunci : Teripang, Holothuria atra, Sitotoksisitas, Induksi Apoptosis.

94
BO4-04

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTI-TIROSINASE


DARI EKSTRAK ETANOL TERIPANG LOKAL

Dohan A. Samodro,1 Ariyanti S. Dewi,2 Gintung Patantis,2 Nurrahmi D. Fajarningsih,2


Yusro N. Fawzya,2 Muhammad Nursid2
1
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Soedirman
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan

Abstrak

Teripang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, namun


pemanfaatannya sebagai bahan kosmetik dan nutrasetika masih sangat terbatas. Beberapa
jenis teripang lokal memiliki nilai ekonomi yang rendah karena pemanfaatannya yang belum
optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstrak tiga jenis teripang lokal yaitu teripang
nangka, cera hitam dan alolo dari perairan Lampung dan Gorontalo dan menguji aktivitas
ekstrak etanol teripang sebagai antioksidan dan anti-tirosinase. Identifikasi teripang
dilakukan secara molekuler dengan target daerah gen cytochrome oxidase subunit I (COI I).
Ekstraksi teripang dilakukan menggunakan etanol 60% pada suhu 70 °C selama 1 jam
sebanyak 3 kali ulangan. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan ampasnya dan dikeringkan
menggunakan penguap vakum. Analisis kandungan saponin dan fenolik pada ekstrak etanol
teripang dilakukan secara kolorimetri. Hasil identifikasi molekuler terhadap ketiga jenis
teripang menunjukkan bahwa teripang nangka, cera hitam dan alolo berturut-turut
teridentifikasi sebagai Holothuria leucospilota, Holothuria atra dan Bohadschia marmorata.
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol teripang menunjukkan rerata hambatan
sebesar 91,76% (nangka), 76,88% (cera hitam) dan 52,90 (alolo) pada konsentrasi 10
mg/mL. Ekstrak etanol dari ketiga jenis teripang tidak menunjukkan aktivitas signifikan
sebagai anti-tirosinase pada konsentrasi 5 mg/mL.

Kata kunci: teripang, ekstrak etanol, saponin, fenolik, antioksidan

95
BO4-05

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK PEPTIDA KOLAGEN TERIPANG LOKAL

Mei Arumia,1 Ariyanti S. Dewi,2 Gintung Patantis,2 Nurrahmi D. Fajarningsih,2


Yusro N. Fawzya,2 Muhammad Nursid2
1
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Soedirman
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan

Abstrak

Kolagen merupakan protein penting pada tubuh yang banyak ditemui pada
bagian kulit, rambut, kuku dan otot. Turunan kolagen sebagai bahan kosmetik banyak
diperoleh dari babi dan sapi yang kehalalannya tidak terjamin. Oleh karena itu, perlu
dieksplorasi alternatif sumber kolagen yang lebih sesuai untuk konsumen di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengekstrak peptida kolagen dari teripang lokal yaitu
teripang nangka, cera hitam dan alolo yang dikoleksi dari perairan Lampung dan Gorontalo.
Identifikasi molekuler terhadap ketiga jenis teripang dilakukan di daerah gen cytochrome
oxidase subunit I (COI). Ekstraksi peptida kolagen dilakukan dengan menggunakan enzim
neutrase dan buffer fosfat pH 7 pada suhu 45 °C selama 4 jam. Ekstrak peptida kolagen
kering diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DDPH. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teripang nangka, cera hitam dan alolo berturut-turut sebagai
Holothuria leucospilota, Holothuria atra dan Bohadschia marmorata. Ekstrak peptida
kolagen teripang menunjukkan rerata aktivitas antioksidan sebesar 78,65% (nangka),
67,16% (cera hitam) dan 48,46% (alolo) pada konsentrasi 10 mg/mL. Analisis statistik
menunjukkan bahwa jenis teripang berpengaruh aktivitas antioksidan yang dihasilkan.

Kata kunci: teripang, peptida kolagen, antioksidan

96
BO4-06

BIOAKTIFITAS, KANDUNGAN SAPONIN, DAN TOTAL FENOL TERIPANG


Holothuria atra YANG DIEKSTRAKSI DENGAN VARIASI PELARUT YANG BERBEDA

Agathis Noor Lailyta1, Tjahjo Winanto1, dan Muhammad Nursid 2.


1
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman,
Jalan Dr. Soeparno, Purwokerto, Indonesia
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jalan KS Tubun, Petamburan VI, Jakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : muhammadnursid@gmail.com

Abstrak

Teripang Holothuria atra merupakan salah satu teripang yang melimpah di


perairan Indonesia. Optimasi ekstraksi merupakan faktor yang sangat penting dalam
mengembangkan suatu produk. Hasil penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa
teripang H. atra memiliki aktifitas antikanker yang menjanjikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh variasi pelarut terhadap bioaktifitas, kandungan saponin, dan
total fenol pada teripang H. atra. Teripang H. atra diambil dari perairan Kabupaten
Pesawaran, Lampung. Variasi pelarut yang digunakan adalah etanol 96%, 75%, 50%, 25%,
air, dan direbus. Bioaktifitas dianalisis dengan menggunakan uji Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) dan uji antioksidan dianalisis dengan metode DPPH. Kandungan saponin dan total
fenol dianalisis secara spektrofotometri. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rendemen
yang paling tinggi dihasilkan dari proses ekstraksi dengan cara perebusan. Hasil BSLT
memperlihatkan bahwa ekstrak etanol 75% memiliki aktifitas yang paling bagus dengan nilai
LC50 sebesar 2,26 µg/ml. Uji antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50%
memberikan nilai penghambatan yang terbaik yaitu sebesar 43,1 % pada dosis 1 mg/mL.
Hasil uji kandungan saponin tertinggi didapatkan dari etanol 25% dengan nilai 0,136 mg
orchinol equivalent/mg ekstrak, sedangkan kandungan total fenol sebesar 91,94 µg GAE/mg
ekstrak.

Kata kunci : Teripang, Holothuria atra, variasi pelarut, BSLT, saponin, total fenol.

97
BO5-01

PROFIL ASAM AMINO IKAN COBIA (Rachycentron canadum L)


SEGAR DAN KUKUS

Taufik Hidayat*1 Nurjanah2, Ruddy Suwandi2Roni Nugraha2, Vini Oktorina2,


1)
Pusat Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jalan Raya Puspiptek,
Gedung 610, LAPTIAB BPPT, Kawasan Perkantoran Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi
Banten, 15314
2)
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Jln. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Darmaga, Bogor 16680
*Korespondensi: besthd22@gmail.com

Abstrak

Ikan cobia (Rachycentron canadum) adalah ikan ekonomis penting dengan prospek
baik karena memiliki pertumbuhan cepat dan mudah dibudidayakan. Cobia dikonsumsi
oleh masyarakat telah dilakukan proses pengolahan, termasuk pengukusan. Penelitian ini
bertujuan untuk menghitung perubahan kadar proksimat dan asam amino akibat
pengukusan. Komposisi kimia cobia segar dan kukus diuji dengan analisis proksimat.
Kandungan asam amino daging cobia segar dan kukus diuji menggunakan HPLC (high
perfomance liquid chromatography). Proses pengukusan menurunkan kandungan kadar air
sebesar 11,31%, abu sebesar 1,06%, lemak sebesar 26,04%, dan protein sebesar 9,11%.
Daging ikan cobia segar dan kukus mengandung 17 jenis asam amino yang terdiri atas 9
asam amino esensial dan 8 asam amino nonesensial. Kandungan asam amino esensial
tertinggi pada daging ikan cobia segar adalah arginin dengan nilai 2.262 mg/100 g dan asam
amino nonesensial tertinggi pada ikan cobia segar adalah asam glutamat dengan nilai 3.894
mg/100 g. Pengukusan secara umum menurunkan asam-asam amino. Kandungan tertinggi
asam amino esensial setelah pengukusan yaitu leusin sebesar 1.379 mg/100 g dan asam
amino nonesensial tertinggi yaitu asam glutamat sebesar 2.370 mg/100 g. Kandungan
taurin dalam daging ikan cobia segar sebesar 120,84 mg/100 g dan menjadi 94,33 mg/100 g
setelah pengukusan. Penurunan asam-asam amino disebabkan oleh larutnya beberapa
jenis asam amino ketika proses pengukusan.

Kata kunci: asam amino, cobia, esensial, nonesensial, pengukusan

98
BO5-02

KADAR LEMAK DAN PROFIL ASAM LEMAK IKAN AIR TAWAR Channa striata,
Tor soro DAN Hemibagrus nemurus

Ekowati Chasanah, Sugiyono and Dedi Noviandri

Research Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnology;
correspondence : ekowatichasanah@gmail.com; ekowati_chasanah@kkp.go.id

Abstrak

Ikan dikenal sebagai bahan pangan yang istimewa, memiliki kadar protein tinggi,
sumber mineral dan berkadar lemak rendah. Meskipun kadar lemak ikan relatif rendah,
lemak pada ikan merupakan sumber asam lemak esensial, dan selama ini ikan menjadi
penyumbang utama asam lemak omega-3 pada diet. Selama ini fokus sumber asamlemak
esensial omega -3 seperti EPA (asam eikosapentanoat) dan DHA (asam dokosaheksanoat)
adalah dari ikan laut. Sebagai negara dengan luas perairan umum 54 juta hektar (ha),
Indonesia merupakan pemasok produk perikanan perairan umum terbesar ke3 di Asia
Tenggara, setelah Myanmar dan Kamboja. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kandungan asamlemak tiga (3) ikan air tawar yang cukup dikenal sebagai ikan yang memiliki
peran terhadap kesehatan masyarakat, yaitu ikan gabus (C. striata), ikan torsoro (Tor soro)
dan ikan baung (H. nemurus). Kadar lemak ketiga jenis ikan serta kajian profil asamlemak
akan disampaikan secara lengkap pada paper.

Kata kunci : ikan tawar, profil asamlemak, DHA, EPA, MUFA, SFA, PUFA

99
BO5-03

PERSENTASE PROTEIN TOTAL DAN PROTEIN ALBUMIN KECAP IKAN GABUS


(Channa striata) PADA LAMA WAKTU HIDROLISIS BERBEDA

Syukri1, Samliok Ndobe2^, Prismawiryanti3, dan Madinawati2


1
Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan, Palu 94118, Indonesia
2
Program Studi Akuakultur,
Fakultas Peternakan dan Perikanan,
Universitas Tadulako, Palu 94118, Indonesia 3Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu 94118, Indonesia
*^Korespondensi penulis: samliok@untad.ac.id dan samliokndobe05@gmail.com

Abstrak

Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki protein cukup
tinggi. Selain itu ikan gabus juga mengandung senyawa albumin yang merupakan fraksi
protein terbesar dalam darah, sehingga asupannya ke dalam tubuh perlu dijaga. Salah satu
upaya untuk mempertahankan kandungan protein dalam tubuh ikan gabus adalah
mengolahnya menjadi kecap dengan metode hidrolisis menggunakan media enzim
bromealin pada nenas. Penelitian dilakukan terhadap waktu hidrolisis untuk mengetahui
jumlah protein total dan protein albumin pada kecap. Perlakuan yang digunakan adalah
lama waktu hidrolisis 12, 24, 36 dan 48 jam menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 kali ulangan. Pengujian protein total dan protein albumin menggunakan
metode spektrovotometri Uv-vis. Hasil penelitian menunjukkan waktu hidolisis
berpengaruh terhadap kandungan protein total dan protein albumin kecap. Hasil pengujian
menunjukkan perlakuan terbaik adalah waktu hidrolisis 12 jam (protein total 2,06% dan
protein albumin 1,08%).

Kata kunci : Channa striata, kecap, hirolisis, protein total dan protein albumin.

100
BO2-01

PENGARUH BERAT IKAN TERHADAP PROFIL ASAM AMINO ALBUMIN


IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus)

Andi Noor Asikin dan Indrati Kusumaningrum

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Gunung Tabur Kampus Gunung Kelua Samarinda Telp 0541-749482
e-mail: asikin63@yahoo.com

Abstrak

Ikan gabus merupakan salah satu ikan yang mempunyai kandungan protein yang
tinggi khususnya kandungan albumin. Albumin sangat penting dalam proses penyembuhan
luka. Salah satu komponen penting yang terdapat pada albumin adalah asam amino.
Kandungan asam amino pada ikan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
berat ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan berat ikan
terhadap kandungan asam amino serta karakteristik kimia albumin ikan gabus dari perairan
Mahakam, Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan tiga kelompok berat ikan yaitu
kecil (< 600 gr), sedang (600-900 gr), besar (>900 gr). Parameter yang diamati pada
penelitian ini meliputi profil asam amino, rendemen, kadar air, kadar protein, kadar lemak,
kadar abu dan kadar albumin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar ukuran
berat ikan, total asam amino semakin tinggi. Kandungan total asam amino albumin ikan
gabus berukuran besar yaitu 40,21%. Komponen asam amino yang banyak terdapat pada
albumin ikan gabus yaitu asam aspartat, asam glutamate dan lisin.

Kata kunci : albumin, asam amino, berat, ikan gabus

101
BO5-05

KOMPOSISI ASAM LEMAK IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Pall),


SEGAR DAN PRODUK KERING

Yuspihana Fitrial*1, Iin Khusnul Khotimah2, Abdul Hadi,3, .


1,2,3
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM,
Banjarbaru, Indonesia
*Korespondensi penulis : yuspihana@gmail.com

Abstrak

Ikan sepat rawa, di Kalimantan Selatan, sebagai salah satu sumber protein hewani
yang produk keringnya sangat digemari baik oleh masyarakat setempat maupun daerah
lainnya. Salah satu permasalahan pada produk kering ikan ini adalah lemaknya yang cukup
tinggi (6.7 % bk). Penelitian ini bertujuan membandingkan komposisi asam lemak pada ikan
sepat kering dengan metode pengeringan yang berbeda. Metode pengeringan yang
digunakan adalah panas matahari langsung (P1), pondok plastik (P2) dan oven (P3).
Sebelum dikeringkan, ikan terlebih dahulu disiangi dan dibersihkan, diberi garam 5% (b/b)
dan didiamkan selama 10 menit. Pengeringan berlangsung selama ±12 jam atau kadar air
mencapai 17-20%. Kadar lemak pada ikan segar (P0), dan produk kering P1, P2 dan P3
sebagai berikut : (6.66±0.36)%bk, (13.81±1.61)%bk (18.51±1.49)%bk, (14.94±1.24)%bk.
Komposisi asam lemak ikan sepat kering dianalisis menggunakan GC (Gas Chromatography).
Pada ikan segar, terdapat 12 asam lemak yang terdiri atas 7 asam lemak jenuh, 3 asam lemak
tak jenuh tunggal dan 2 asam lemak tak jenuh jamak, dengan kadar tertinggi masing-masing
adalah stearat (1051.00)mg/100g, palmitoleat (1591.10)mg/100g dan linoleat
(1108.78)mg/100g. Asam lemak kaprat, EPH dan DHA ditemukan hanya pada produk kering
sementara pada ikan segar tidak terdeteksi. Pada ikan kering P1, kadar asam lemak tertinggi
adalah palmitat (3152.03±134.8)mg/100g, oleat (2324.99±13.79)mg/100g dan linoleat
(638.87±136.63)mg/100g. Pada ikan kering P2, tertinggi asam lemak palmitat
(3251.37.±344.4)mg/100g, oleat (2312.64±194.42) mg/100g dan linolenat
(590.16±84.7)mg/100g, sedangkan ikan kering P3, tertinggi asam lemak palmitat
(3415.11±1096.3)mg /100g , oleat (2442±424.48)mg /100g dan linoleat.
(715.70±323.3)mg/100g. Secara kuantitatif, dari ketiga metode pengeringan yang
digunakan, metode oven memiliki kadar asam lemak yang paling tinggi untuk semua jenis
asam lemak penyusunnya dan yang terendah adalah metode panas matahari langsung.

Kata kunci : asam lemak, ikan sepat rawa, pengeringan

102
BO5-06

PENGARUH SALINITAS MEDIA TUMBUH PADA PERTUMBUHAN


DAN PRODUKSI FIKOERITRIN DARI Rhodomonas salina

Endar Marraskuranto1,2, Tri J. Raharjo1,3*, Rina S. Kasiamdari1,4, Tri R. Nuringtyas1,4


1
Program Studi Bioteknologi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Teknika Utara, Sleman, DI Yogyakarta, Indonesia
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jakarta, Indonesia 10260
3
Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Bulaksumur, Sleman, DI Yogyakarta, Indonesia
4
Departemen Biologi, Fakultas Biologi, Jl. Bulaksumur, Sleman, DI Yogyakarta, Indonesia
*Korespodensi penulis: trijr_mipa@ugm.ac.id

Abstrak

Mikroalga termasuk organisme fotoautotrof mampu menghasilkan beragam


pigmen fotosintetik yang memiliki beragam manfaat. Mikroalga Rhodomonas salina,
merupakan sel Cryptofita, mengandung fikoeritrin sebagai satu-satunya pigmen
fikobiliprotein. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati efek perbedaan salinitas pada
media tumbuh R. salina terhadap pertumbuhan sel dan konsentrasi fikoeritrin. Mikroalga R.
salina ditumbuhkan di dalam media air laut dengan salinitas yang berbeda, yaitu 33 dan
50‰. Mikroalga dikultur dengan cara batch-cultured yang diberi nutrien f/2 dengan kondisi
kultur sebagai berikut: intensitas penyinaran 1100 lux, suhu ruang 24 – 26oC, dan periode
penyinaran terang:gelap = 12:12 jam. Kepadatan sel mikroalga dihitung secara langsung
menggunakan haemacytometer. Konsentrasi fikoeritrin ditentukan menggunakan metode
spektrofotometri. Perhitungan kepadatan sel dan konsentrasi fikoeritrin dilakukan setiap 4
hari selama 20 hari pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas media
tumbuh R. salina tidak berdampak secara nyata pada konsentrasi fikoeritrin (p>0.05; α =
0.05). Hasil lain menunjukkan adanya korelasi positif antara kepadatan sel R. salina dan
konsentrasi fikoeritrin dalam 8 hari pertumbuhan. Di kedua salinitas, fikoeritrin yang
diproduksi oleh R. salina mencapai maksimum konsentrasi pada hari ke-8. Namun,
mikroalga R.salina yang ditumbuhkan pada salinitas 33‰ mencapai kepadatan sel tertinggi
sebesar 83,5 x 106 sel/mL dan konsentrasi fikoeritrin tertinggi sebesar 1,608 μg/sel.

Kata Kunci: Rhodomonas salina, fikoeritrin, media tumbuh, salinitas

103
BO5-07

PENGARUH PERBEDAAN PELARUT TERHADAP KANDUNGAN PIGMEN


Nannochloropsis, Chlorella DAN Spirulina

Diini Fithriani, Susiana Melanie, Nurhayati

Abstrak

Studi ini dimaksudkan untuk menginvestigasi perbandingan kandungan pigmen


fotosintetik dalam ekstrak mikroalga Nannochloropsis, Chlorella dan Spirulina dengan
pelarut yang berbeda. Perhitungan pigmen dilakukan secara spektrofotometri dengan
persamaan Linchenter dan Porra. Penarikan pigmen dilakukan dengan ekstraksi padat-cair
dengan pelarut metanol, aseton dan etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh perbadaan pelarut terhadap konsentrasi
pigmen fotosintetik yang dihasilkan. Pada Nannochloropsis sp. konsentrasi pigmen tertinggi
diperoleh pada ekstraksi dengan pelarut metanol dimana diperoleh klorofil a sebesar 5,64
+ 0,4 ug/gfw ; klorofil b 2,54 + 0,32 ug/gfw dan karotenoid 9,31 + 0,25 ug/gfw. Sedangkan
pada Spirullina sp. konsentrasi pigmen klorofil a dan b tertinggi diperoleh pada ekstraksi
dengan pelarut metanol dengan klorofil a sebesar 31,26 + 1,35 dan klorofil b 13,23 + 1,60
sedangkan konsentrasi karotenoid tertinggi diperoleh dengan pelarut etanol yaitu sebesar
4,06 + 29 ug/gfw. Pada Chlorella sp. konsentrasi pigmen klorofil diperoleh pada ekstraksi
dengan pelarut etanol dimana diperoleh klorofil a sebesar 14,31 + 0,88 ug/gfw ; klorofil b
7,09 + 0,26 ug/gfw dan karotenoid 1,08 + 0,13 ug/gfw.

Kata Kunci : Pigmen fotosintetik, Nannochloropsis, Chlorella, Spirullina, pelarut

104
BO6-01

RUMPUT LAUT COKELAT Sargassum polycystum


SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU SEDIAAN GARAM FUNGSIONAL

Nurjanah*, Asadatun Abdullah, Seftylia Diachanty, Chairun Nufus

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Petanian Bogor Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680
Jawa Barat, Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespodensi: inunthp10@yahoo.com

Abstrak

Sargassum sp. merupakan rumput laut cokelat yang hidup di daerah beriklim
tropis dan sub tropis serta wilayah perairan subtidal dan intertidal yang mengandung bahan
alginat dan senyawa-senyawa aktif steroid, alkaloid, fenol, dan triterpenoid serta
kandungan mineral seperti kalium (K), natrium (Na), dan iodin (I). Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan karakteristik dan aktivitas antioksidan garam fungsional Sargassum
polycystum yang sesuai standar agar dapat diaplikasikan sebagai sediaan garam fungsional
bagi pasien hipertensi. Penelitian terdiri atas identifikasi bahan baku, analisis rendemen,
kadar Na dan K, logam berat, NaCl dan aktivitas antioksidan menggunakan metode Ferric
Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan Cupric Reducing Antioxidant Capacity (CUPRAC).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF)
dengan parameter perbedaan suhu (40oC dan 55oC) dan waktu (10 dan 30 menit) dengan 3
kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara perbedaan suhu pemanasan
dan waktu pemanasan memberikan pengaruh nyata pada taraf 5% (P < 0.05) terhadap
rendemen, rasio Na:K dan NaCl garam fungsional. Aktivitas antioksidan FRAP garam
fungsional berkisar 19.02 – 39.29 µM troloks/g dan CUPRAC berkisar 44.52 – 107.76 µM
troloks/g. Rumput laut cokelat S. polycystum dapat diaplikasikan sebagai alternatif bahan
baku sediaan garam fungsional bagi pasien hipertensi.

Kata kunci : CUPRAC, FRAP, garam fungsional, hipertensi, Sargassum polycystum.

105
BO6-02

REKRISTALISASI GARAM KROSOK UNTUK MENINGKATKAN KADAR NaCl

Laila Sari Andhika, Wiwit Sri Werdi Pratiwi , Novi Indriyawati

Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura


Jl. Raya Telang Po. Box. 2 Kamal 69169
Email: wiwit.swiper@gmail.com

Abstrak

Garam krosok merupakan garam dengan kadar NaCl rendah, perlu dikaji suatu
metode untuk dapat meningkatkan kadar NaCl garam krosok tersebut sehingga dapat
digunakan sebagai garam bahan industri maupun farmasi, salah satunya adalah metode
rekristalisasi. Hasil penelitian menunjukkan kadar NaCl garam krosok awal 90,85%
meningkat menjadi 96,85% dengan metode pencucian dan rekristalisasi (1:1) menggunakan
aquades dengan kecepatan pengadukan 150-300 rpm selama 3 menit (metode 1).
Sedangkan pencucian dan rekristalisasi menggunakan larutan NaCl murni jenuh selama 5
menit= 91,83% (metode 2). Kadar NaCl meningkat sebesar 1%. Pada Metode (3), kadar NaCl
meningkat menjadi 95,87% dengan t= 15 menit dan NaCl meningkat sebesar 8,15% menjadi
99% dengan t= 30 menit (metode 4). Sehingga metode terbaik untuk meningkatkan NaCl
pada penelitian ini adalah metode (4).

Kata Kunci: Garam Krosok, Rekristalisasi, NaCl

106
BO6-03

PENGGUNAAN KARBON AKTIF UNTUK MEREDUKSI


AROMA GARAM FUNGSIONAL
RUMPUT LAUT COKELAT (Sargassum polycystum dan Padina minor)

Shindy Hamidah Manteu*, Nurjanah, Tati Nurhayati

Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespodensi: shindyhamidah27@gmail.com

Abstrak

Rumput laut cokelat berpotensi dikembangkan sebagai sumber garam fungsional,


namun aroma khas rumput laut masih kurang disukai masyarakat. Karbon aktif adalah salah
satu bahan tidak beracun yang dapat digunakan untuk mereduksi aroma dari garam rumput
laut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi karbon aktif dalam
menghasilkan garam rumput laut cokelat yang sesuai standar. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan penambahan kosentrasi
karbon aktif (0.50%, 0.75%, 1%, 1.25%, 1.50%) pada proses pembuatan garam rumput laut
cokelat dengan ulangan 3 kali. Analisis adalah mineral (Na:K), rendemen, organoleptik
hedonik, kadar NaCl, antioksidan DPPH. Hasil penelitian menunnjukkan penembahan
karbon aktif dengan kosentrasi berbeda memberikan pengaruh nyata pada taraf (p<0.05)
terhadap rendemen, nilai Na:K dan organoleptik hedonik. Kosentrasi karbon aktif terbaik
pada garam fungsional S. polycystum adalah kosentrasi 1.50% dengan kadar NaCl 31.09%
dan kosentrasi terbaik pada garam P. minor adalah kosentrasi 1% dengan kadar NaCl
19.31%.

Kata kunci: antioksidan, DPPH, garam fungsional, rasio Na:K

107
BO6-04

KARAKTERISTIK GARAM TRADISIONAL YANG DIPROSES MASYARAKAT PESISIR


TELUK KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

Dewi Setiyowati Gadi*1, Ayub U. I. Meko1, Umbu P. L. Dawa1,


Heribertus Marianus Diwa2, Akbar Selan2

1) Staf Pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Kristen Artha Wacana, Jalan Adisucipto, Oesapa Kupang, NTT
2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Kristen Artha Wacana, Jalan Adisucipto, Oesapa Kupang, NTT
*Korespondensi: ayubmeko@ukaw.ac.id

Abstrak

Kebutuhan garam nasional sekitar 3,4–3,5 juta ton pada tahun 2016, sedangkan
pada kondisi normal 4–4,5 bulan sentra produksi garam dapat memproduksi garam 1,3–1,4
juta ton. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki
potensi tambak garam diperkirakan mencapai sekitar 60.000 hektare dengan keunggulan
memiliki musim panas (kering) lebih lama 7-8 bulan dibandingkan dengan wilayah lainnya di
Indonesia. Teknik pembuatan garam yang telah lama diterapkan masyarakat umumnya
seacara tradisional merupakan sumber mata pencaharian masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarganya. Tujuan penelitian untuk mengetahui kuantitas dan
kuantitas garam tradisional yang dihasilkan masyarakat pesisir Teluk Kupang, NTT. Tempat
pengambilan sampel di Teluk Kupang, yaitu pada kelompok pengolah garam tradisional di
Kelurahan Oesapa Barat, Desa Tanah Merah dan Desa Oli'o. Variabel pengamatan berupa
kuantitas garam yang dihasilkan (rendemen) dan kualitas garam (kadar air dan NaCl).
Analisis terhadap data penelitian, yaitu menggunakan t-student dengan cara
membandingkan data ttabel dan thitung. Ratat-rata rendemen garam masak tradisional di
Kelurahan Oesapa (Kelompok Tiberias dan Galilea), yaitu 96,88% dan 97,48% sedangkan di
Desa Tanah Merah dan Desa Oli'o, yaitu 58,17% dan 53,44%. Rata-rata kadar air garam
masak tradisional di Kelurahan Oesapa (Kelompok Tiberias dan Galilea), yaitu 8,06% dan
10,19% sedangkan di Desa Tanah Merah dan Oli'o, yaitu 7,86% dan 10,2% yang
dibandingkan dengan standar mutu garam konsumsi dan industri (maksimal 7%), masih
tergolong melebihi standar. Rata-rata kadar NaCl garam masak tradisional di Kelurahan
Oesapa (Kelompok Tiberias dan Kelompok Galilea), yaitu 87,58% dan 83,49% sedangkan di
Desa Tanah Merah dan Oli'o, yaitu 93,6% dan 95,6% yang dibandingkan dengan standar
mutu garam konsumsi dan industri (minimal 94,7%) hanya garam masak yang dihasilkan
dari Desa Oli'o yang memenuhi standar (kategori baik).

Kata kunci: garam, NaCl, Teluk Kupang, NTT

108
BO6-05

THE ASSOCIATION PATTERN OF PHYTOPLANKTON AND ZOOPLANKTON


WITH CHEMICAL AND PHYSICAL PARAMETERS IN MANADO BAY
AND BITUNG COASTAL WATERS

Joice R.T.S.L Rimper1*, Markus Talintukan Lasut1, Natalie D.C. Rumampuk1


1
Marine Science Study Program, Faculty of Fisheries and Marine Science,
Sam Ratulangi University, Manado, INDONESIA
Email: joice.rimper@unsrat.ac.id ; markus.lasut@unsrat.ac.id ; dety.natalie@unsrat.ac.id

Abstract

The presence of plankton can be used as a parameter in monitoring the quality of


aquatic environment. The purpose of the study was to identify the relationship of plankton
to hydrooseanographic conditions of Manado Bay and Bitung Coastal waters. This research
was carried out in April (transition season 1) and July (east monsoon) in 2018. Sampling was
carried out in 3 (three) stations, and the measurements of temperature, salinity, pH, and
clarity were carried out in the field (in situ). Plankton were given 4% of formalin as
preservative. Canonical Correspondence Analysis (CCA) was performed using XLSTAT and
SPSS to determine the relationship among each species of plankton (phytoplankton and
zooplankton), the station, the time of observation and the influence of others
environmental variables. The results showed that phytoplankton found in Manado Bay and
Bitung coastal waters were from Class Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae
and Dynophyceae. However, only class of Copepoda was found for zooplankton, Copepoda.
The CCA analysis showed that the four environmental parameters do not have a significant
effect on the abundance of each type of plankton at each station observed. Overall, the
results of the study show that the condition of the community structure is quite stable.

Keywords: biodiversity, zooplankton, phytoplankton, CCA

109
BO6-06

KEANEKARAGAMAN BAKTERI PADA AIR BAKU,


KONSENTRAT GARAM, GARAM, DAN BITTERN
DI TAMBAK GARAM PRISMA BRONDONG LAMONGAN

Meita Eka Fara*1, M. Mahfud Efendi1,2,Ary Giri Dwi Kartika1

1Program Studi Ilmu kelautan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas trunojoyo Madura,
Jl. Raya Telang No 2 Kamal, Bangkalan-Madura, Indonesia
2Pusat Unggulan Inovasi (PUI) Garam, Desa Padellegan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan,
Indonesia
*Korespondensi penulis : ary.giridwi@gmail.com

Abstrak

Pertumbuhan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh air. Tambak Garam


Prisma Lamongan merupakan area yang sumber perairannya banyak mendapatkan
limpasan massa air. Sehingga dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri (air baku, konsentrat
garam, garam, dan bittern) di tambak garam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
jenis dan kelimpahan bakteri pada air baku, konsentrat garam, garam, dan bittern di Tambak
Garam Prisma melalui uji morfologi, pertumbuhan dan biokimia. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan November-Desember 2017 untuk sampel air baku, konsentrat garam, dan
bittern, bulan April-Juni 2018 untuk sampel kristal garam dengan menggunakan metode
konvensional. Pengujian terdiri dari tahap isolasi bakteri, purifikasi, peremajaan, uji
morfologi dan uji fisiologi (uji lengkap biokimia). Hasil penelitian yang diperoleh adalah
terdapat 11 jenis bakteri yang teridentifikasi pada sampel air baku, konsentrat garam, dan
bittern yang meliputi Pseudomonas diminuta, Aeromonas salmonicida, Vibrio sp, Vibrio
natriegens, Haemophilus haemolyticus, Ochrobactrum antrhopi, Pasteurella sp, Klebsiella
oxytoca, Escherichia adecarboxylata, Haemophilus avium, dan Bacteroides disiens.
Sedangkan sampel kristal garam ditemukan 7 jenis bakteri yang meliputi Micrococcus
luteus, Acinetobacter iwoffi, Corynebacterium pseudodiphtheriticum, Neisseria cinerea,
Micrococcus lylac, Bacillus sphaericus, Alcaligenes denitrificans. Kelimpahan bakteri
dihitung dengan menggunakan metode penentuan Total Plate Count (TPC). Kelimpahan
bakteri tertinggi untuk pengenceran dan pengenceran ditemukan pada waduk air muda
sebesar 13,1× (CFU/mL) dan 10,1× (CFU/mL) untuk sampel air baku, konsentrat garam, dan
bittern, serta pada kristal garam 24⁰Be sebesar 20,1× (CFU/mL) dan 14,5× (CFU/mL) untuk
sampel kristal garam. Semakin tinggi salinitas total kelimpahan bakteri yang didapatkan
semakin berkurang akibat terjadi shock osmotic atau toksik, sehingga mampu menghambat
pertumbuhan koloni bakteri, yang menyebabkan tingkat aktivitas bakteri sangat rendah.

Kata Kunci: Jenis Bakteri; Air Baku; Konsentrat Garam; Garam; Bittern; Tambak Garam
Prisma

110
BO7-01

BIODIVERSITY OF MARINE ACTINOBACTERIA AND THEIR POTENTIAL


TO PRODUCE BIOACTIVE COMPOUND

Ifah Munifah), Nurrahmi Dewi Fajarningsih), Ekowati Chasanah),


and Wahyu Eka Sari 4)*
1,2,3)
Research and Development Center for Marine and Fisheries Product
Processing and Biotechnology, Jakarta, Indonesia
4)
Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Darussalam, Banda Aceh, Aceh, Indonesia 23373
*
Corresponding author: Email: ifah_munifah@yahoo.com.au, Phone/Fax:+62818169103

Abstract

Marine Actinobacteria have become sources of great interest to natural product


chemistry due to their new chemical entities and bioactive compounds. It was reported that
there are more than 25,000 known microbial bioactive compounds, 75% of which are
produced by Actinobacteria, 15% from fungi, 7% from Bacillus spp. and 1–2% by other
bacteria. Among the Actinobacteria group, genus Streptomyces are very important because
out of the approximately more than 10,000 known antibiotics and 50–55% are produced by
this genus. The search for discovery of rare and new Actinobacteria is of significant interest
to bioactive compounds discovery due to a growing need for the development of new and
potent antimicrobial agents. Modern technologies are needed for detection and isolation of
marine Actinobacteria and their bioactive compounds, and continued development of
improved cultivation methods. The molecular technologies for accessing the marine
environment promises to provide access to the new source of several bioactive compounds
with novel Actinobacteria including new species of previously reported Actinobacteria.

Key words: Actinobacteria, antimicrobial, bioactive compounds, marine, actinobacteria,


Streptomyces

111
BO7-02

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI ENDOFIT MANGROVE


BUTA-BUTA (Excoecaria agallocha) PENGHASIL ENZIM L-ASPARAGINASE

Asep A. Prihanto1*) 2) 3) dan Randy F. Ardiansyah1)


1)
Dept. Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Jl.
Veteran Malang 65145, Jawa timur, Indonesia
2)
BIO-SEAFOOD Research Unit , Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Jl.
Veteran Malang 65145, Jawa timur, Indonesia
3)
Halal Thoyib Research Center, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145, East Java, Indonesia
*) Email: asep_awa@ub.ac.id

Abstrak

L-asparaginase (EC 3.5.1.1), menghidrolisis asam amino l-asparagin menjadi asam


aspartat dan amonia. L-asparaginase dapat dimananfaat dalam bidang farmasi maupun
industri pangan. Sumber l-asparaginase berasal dari hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme. Tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bakteri adalah mangrove.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan mengidentifikasi bakteri endofit
mangrove Buta-Buta (Excoecaria agallocha) yang mampu menghasilkan enzim L-
asparaginase dari bakteri endofit mangrove Buta-Buta (Excoecaria agallocha). Metode yang
digunakan disini adalah metode deskriptif. Tahapan penelitian ini adalah skrining bakteri
penghasil enzim l-asparaginase, identifikasi spesies secara molekuler, dan konfirmasi gram.
Identifikasi secara molekuler, 16S rDNA digunakan untuk mengidentifikasi spesies potensial
penghasil L-asparaginase. Berdasarkan hasil isolasi, diperoleh 7 isolat dan bakteri dengan
kode D.104 dilanjutkan ke tahap identifikasi molekuler karena menghasilkan enzim terbaik.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolate tersebut mempunyai similaritas 99 % dengan
bakteri Enterobacter cloacae, bakteri gram negatif dengan bentuk batang (basil) yang
selanjutnya disebut Enterobacter cloacae strain UB-B.

Kata kunci: L-asparaginase, mangrove, endofit, Excoecaria agallocha, Enterobacter cloacae


strain UB-B

112
BO7-03

BIOPROSPEKSI MIKROBA ASOSIASI KARANG DARI PERAIRAN PULAU PANJANG,


JEPARA SEBAGAI AGEN ANTIMIKROBA TERHADAP BAKTERI
MULTIDRUG RESISTANT (MDR)

Diah Ayuningrum1,3, Agus Trianto2, Ocky Karna Radjasa2, Agus Sabdono2


1
Departemen Manajemen Sumber Daya Pantai, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, Semarang, 50241, Indonesia
2
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro Semarang, 50241, Indonesia
3
Laboratorium Tropical Marine Biotechnology, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro Semarang, 50241, Indonesia

Abstrak

Resistensi antibiotik pada bakteri patogen menjadi salah satu urgensi perlunya
eksplorasi sumber antibiotik baru. Salah satu sumber tersebut adalah mikroba asosiasi
karang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi aktivitas antimikroba dari
mikroba asosiasi karang terhadap bakteri patogen MDR. Pengambilan sampel karang keras
dilakukan di Pulau Panjang, Jepara, Indonesia menggunakan metode purposive sampling.
Isolasi dan pemurnian mikroba asosiasi menggunakan metode pengenceran bertingkat dan
streak plate pada media pepton yeast agar. Metode yang digunakan untuk skrining aktivitas
antimikroba adalah metode overlay. Hasilnya diperoleh total 39 isolat dari 7 sampel karang
keras. Sebanyak 16 dari 44 isolat menunjukkan aktivitas antimikroba potensial terhadap
MDR Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Enterobacter aerogenes,
Acinetobacter baumannii, MRSA, Enterobacter cloacae dan Staphylococcus haemolythicus.
Berdasarkan hasil identifikasi karang, strain mikroba yang aktif berasal dari 4 karang keras
yang termasuk genus Caulastrea, Pavona, Favites, Goniastrea dan Favia

Kata kunci: Mikroba asosiasi karang, aktivitas antibakteri, bakteri resisten antibiotik,
pulau panjang

113
BO7-04

BIOAKTIVITAS JAMUR ASOSIASI PADA SPONG Gelliodes sp.


YANG DIKULTUR PADA MEDIA MODIFIKASI

Ana Faricha*1, Diah Permata Wijayanti2, Agus Trianto,2, Popi Ida Laila Ayer 3,….
1
Universitas Pendidikan Indonesia, Serang, Indonesia
2
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
3
Universitas Ottow Geissler, Papua, Indonesia
*anafaricha88@gmail.com

Abstrak

Spong merupakan organisme laut yang memiliki tubuh lunak, filter feeder, dan
juga habitat mikroorganisme. Spong dan mikroorganisme asosiasi banyak dilaporkan
memiliki metabolisme sekunder yang berpotensi sebagai sumber bahan bioaktif seperti
anti kanker, anti tumor dan anti jamur. Metabolisme sekunder yang dihasilkan spong
memiliki perbedaan karakteristik, salah satunya dipengaruhi oleh genetik, geogenetik,
lingkungan dan mikroorganisme asosiasi. Hal ini memberikan peluang untuk mengkaji
metabolisme sekunder yang dihasilkan oleh jamur asosiasi pada spong Gelliodes sp. yang di
koleksi dari perairan Opiaref Kabupaten Biak-Numfor, Papua pada kedalaman 3-5 m. Jamur
asosiasi di isolasi dengan metode goresan dan dikultur pada media MEB yang dimodifikasi
dengan rebusan buah Morinda sp., daun Avicennia sp. dan Rhizopora sp (AFC-1, AFC-2, dan
AFC-3). Ekstrak kasar dari fraksi methanol dilakukan uji sitotoksisitas terhadap sel NBT-T2.
Hasil assay menunjukkan bahwa AFC-1, 2, dan 3 memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan sel 23.2%, 10.3% dan 32.2% dan menunjukkan bioaktivitas pada IC50 >10
µg/mL.

Kata kunci : Bioaktivitas, Gelliodes sp., NBT-T2

114
BO7-05

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN PENAPISAN AKTIVITAS BIOLOGIS KAPANG


ASOSIASI SPONS ASAL EKOSISTEM MANGROVE

Mada Triandala Sibero1,2, Diah Ayuningrum2,3, Ocky Karna Radjasa1,2, Agus Sabdono1,2,
Agus Trianto1,4, Dwi Haryanti1, Yusuf Jati Wijaya5
1
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.
Soedarto SH., Kampus Tembalang, 50275, Semarang
2
Laboratorium Bioteknologi Laut Tropis, Gedung Laboratorium Kelautan dan Oseanografi Lt. 2,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto SH., Kampus
Tembalang, 50275, Semarang
3
Program Studi Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai, Departemen Sumber Daya Akuatik, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto SH., Kampus Tembalang,
50275, Semarang
4
Laboratorium Bahan Hayati Laut, Gedung UPT Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Lt. 2,
Jl. Prof. Soedarto SH., Kampus Tembalang, 50275, Semarang
5
Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.
Soedarto SH., Kampus Tembalang, 50275, Semarang

Abstrak

Ekosistem mangrove memiliki karakteristik lingkungan yang unik sebagai sumber


mikroorganisme. Kondisi tersebut diharapkan mampu memberikan kapang yang memiliki
aktivtas biologis potensial sebagai sumber senyawa antibiotik dan penghasil ezim.
Penelitian ini memanfaatkan spons asal ekosistem mangrove dari Mangkang, Semarang
sebagai sumber isolat kapang asosiasi. Kapang diisolasi dengan metode tapping pada media
Malt Extract Agar (MEA).Seluruh kapang yang tumbuh dimurnikan lalu diuji aktivitas
antibiotiknya melawan methicillin resistant S. aureus (MRSA), extended β-lactamase E. coli
(ESBL), Salmonella enterica ser. Typhi strain MDR, Candida albicans, Trichophyton rubrum
dan Malassezia furfur dengan metode agar plug. Aktivitas kapang untuk menghidrolisi
selulosa, pati dan protein dianalisis menggunakan media spesifik. Hasil memperlihatkan
bahwa terdapat 8 isolat kapang asosiasi spons. Kapang dengan kode SPMKF 4 dan SPMKF 5
diketahui hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRSA sedangkan, kapang
dengan kode SPMKF 8 mampu menghambat pertumbuhan C. albicans, ESBL, dan S. enterica
ser. Typhi. Penapisan aktivitas enzim memperlihatkan bahwa hanya kapang dengan isolat
SPMKF 1, SPMKF 6 dan SPMKF 8 yang memiliki aktivias enzim penghidrolisis pati (amilase).
Berdasarkan potensinya maka kapang SPMKF 8 diidentifikasi menggunakan DNA barcoding.
Hasil anailsis menunjukkan bahwa kapang SPMKF 8 memiliki kemiripan sebesar 99% dengan
Fusarium solani.

Kata kunci: antibiotik, amilase, kapang asosiasi, spons.

115
BO7-06

EFEK INHIBISI DARI EKSTRAK SPONS LAUT JINGGA Stylotella aurantium


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Micrococcus luteus PEMICU JERAWAT

Yanti*, Vora Maryna Suwito

Departemen Bioteknologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,


Jalan Jenderal Sudirman 51, Jakarta 12930, Indonesia.
*E-mail: yanti@atmajaya.ac.id

Abstrak

Jerawat adalah masalah umum yang sering terjadi pada tiap individu, tanpa
membedakan jenis kelamin, etnis, dan ras. Salah satu faktor penyebab jerawat adalah
adanya bakteri kulit tertentu yang memicu pembentukan jerawat. Salah satu
mikroorganisme kulit yang menyebabkan jerawat adalah Micrococcus luteus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi potensi ekstrak spons laut jingga Stylotella aurantium
sebagai agens antijerawat dengan efek antioksidan, antibakteri, dan antibiofilm terhadap
bakteri kulit M. luteus. Spons laut jingga S. aurantium diperoleh dari perairan Selat Bali.
Spons diekstraksi dengan menggunakan 3 macam pelarut, yaitu etanol, metanol, dan
heksana. Uji antioksidan dari ekstrak S. aurantium (5-250 µg/mL) dilakukan berdasarkan
metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak S.
aurantium (0.5-500 µg/mL) dilakukan dengan metode Minimum Inhibitory Concentration
(MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Pada sistem antibiofilm, inhibisi
pembentukan biofilm M. luteus diuji dengan ekstrak S. aurantium pada kisaran konsentrasi
5-250 µg/mL. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100
µg/mL, ekstrak etanol dan metanol S. aurantium mempunyai aktivitas antioksidan hingga
30%. Data antibakteri memperlihatkan bahwa nilai MIC dan MBC dari ekstrak etanol,
metanol, dan heksana S. aurantium dicapai pada konsentrasi 250 µg/mL terhadap bakteri
M. luteus. Data antibiofilm memperlihatkan bahwa hanya ekstrak etanol S. aurantium pada
konsentrasi 25 µg/mL yang mampu menghambat formasi biofilm M. luteus hingga 50%.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ekstrak etanol spons laut S. aurantium paling
berpotensi sebagai agens antijerawat alami dengan aktivitas antioksidan, antibakteri, dan
antibiofilm yang unggul terhadap bakteri kulit M. luteus. Ekstrak spons laut ini dapat
dikembangkan sebagai ingredien dalam kosmesetikal marine.

Kata kunci: spons laut jingga, Stylotella aurantium, aktivitas antijerawat, Micrococcus
luteus

116
BO8-01

TOKSISITAS ISOLAT SPONS XESTOSPONGIA TESTUDINARIA


TOXICITY OF ISOLATE XESTOSPONGIA TESTUDINARIA SPONGE

I Made Dira Swantara1* dan Wiwik Susanah Rita2

1) Program Studi Magister Kimia Terapan, Program Pascasarjana,


Universitas Udayana, Bali, Indonesia
2) Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Peng. Alam,
Universitas Udayana, Bali, Indonesia
*
Korespondensi penulis: m_dira_swantara@yahoo.co.id

Abstrak

Spons adalah organisme multiseluler yang merupakan sumber bahan bioaktif


lautan paling kaya. Aktivitas spons diantaranya adalah sebagai antivirus, antibakteri,
antijamur, anti HIV, antiimplamasi, antileukimia, penghambat aktivitas enzim, antimalarial,
antioksidan, sitotoksik dan antitumor, dan antikanker. Kanker adalah penyakit akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.
Pengobatan kanker umumnya menggabungkan metode pembedahan dan radiasi dengan
pengobatan kemoterapi, tetapi metode ini kurang efektif. Kebutuhan obat baru antikanker
semakin mendesak, karena obat-obatan yang dipakai selama ini disamping harganya mahal
juga selektivitasnya masih rendah. Pencarian sumber-sumber baru untuk menghasilkan
senyawa antikanker terus dilakukan diantaranya dari organisme laut termasuk spons. Uji
pendahuluan suatu bahan antikanker, dilakukan dengan uji toksisitas dengan metode
Bhrine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva Artemia salina L. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menentukan toksisitas isolate spons Xestospongia testudinaria dalam
rangka mencari spons yang mempunyai aktivitas antikanker. Ekstraksi metabolit pada spons
dilakukan dengan metode maserasi menggunakan methanol pada temperature kamar.
Pemisahan dan pemurnian metabolit menggunakan metode partisi dan kromatografi
kolom. Uji toksisitas menggunakan metode BSLT. Partisi ekstrak methanol dengan n-
heksana, kloroform, dan n-butanol menghasilkan ekstrak khloform paling toksik dengan
nilai LC50 sebesar 39.81 ppm. Pemisahan metabolit pada ekstrak khloroform menghasilkan
isolate fraksi B paling toksik dengan nilai LC50 sebesar 44.67 ppm. Dapat disimpulkan bahwa
isolate spons X. testudinaria bersifat toksik terhadap larva A. salina dengan nilai LC50 sebesar
44.67 ppm.

Kata kunci: toksisitas, Xestospongia testudinaria

117
BO8-02

PENGARUH FOTOPERIOD TERHADAP KANDUNGAN FIKOERITRIN PADA


MIKROALGA MERAH Porpyridium cruentum DAN AKTIVITAS
ANTIHIPERGLIKEMIKNYA

Sarina Dyah Hardiningtyas1*), Yunika Mariani Siregar1, Iriani Setiyaningsih1


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
Jalan Agatis, Kampus IPB Darmaga-Bogor, Indonesia
Koresponden : safrina_dyah@apps.ipb.ac.id

Abstrak

Porphyridium cruentum merupakan mikroalga laut dari kelas Rhodophyta dengan


bentuk sel bulat yang memiliki banyak kandungan pigmen fotosintentik, terutama
fikoeritrin (sebanyak 42 wt% dari biomassa sel). Fikoeritrin adalah pigmen berwarna merah
yang larut dalam air, tersusun dari apoprotein yang berikatan secara kovalen dengan
kromofor, yang disebut fikobilin. Fikoeritrin diketahui memiliki beberapa aktivitas
farmakologikal, seperti aktivitas antioksidan, imunomodulasi, antikanker,
antidiabetes/antihiperglikemik, dan antihepatoprotektif. Kandungan pigmen pada
mikroalga dipengaruhi secara langsung oleh kondisi cahaya, seperti intensitas cahaya dan
foroperiod. Pada studi ini, P. cruentum dikultivasi dalam batch culture dengan dua kondisi
fotoperiod yang berbeda, yakni 12:12 dan 24:0 jam (terang:gelap), bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh cahaya terhadap produksi biomassa, kandungan fikoeritrin, dan
aktivitas antihiperglikemiknya. Mikroalga P. cruentum dikultivasi hingga akhir fase log dan
dipanen pada hari ke- 35 kultivasi untuk perlakuan fotoperiode 12:12 jam dan hari ke-30
kultivasi untuk perlakuan fotoperiode 24:0 jam (terang:gelap). Biomassa mikroalga P.
cruentum diproduksi lebih efisien pada perlakuan fotoperiod 24:0 jam dibandingkan
dengan perlakuan fotoperiod 12:12 jam (terang:gelap), dengan produktivitas biomassa
masing-masing sebesar 31 ± 0.01 and 0.54 ± 0.005 g/L/hari. Akan tetapi, kandungan
fikoeritrin, rasio kemurnian fikoeritrin, dan aktivitas antihiperglikemik dari biomassa
dengan perlakuan fotoperiod 24:0 jam lebih rendah dibandingkan dengan biomassa dengan
perlakuan fotoperiod 12:12 jam (terang:gelap). Nilai IC50 fikoeritrin yang dikultivasi pada
fotoperiod 24:0 dan 12:12 jam (terang:gelap) terhadap enzim α-glukosidase masing-masing
sebesar 312,1± 14,28 ppm dan 247,76±5,412. Hasil ini menunjukkan bahwa fotoperiod
(siklus terang dan gelap) dalam kultibasi mikroalga P.cruentum mempengaruhi sintesis
fikoeritrin dan dapat berdampak terhadap aktivitas famakologikalnya.

Kata kunci: Porphyridium cruentum, fotoperiod, fikoeritrin, aktivitas antihiperglikemik.

118
BO8-03

POTENSI FLAKES PATI GARUT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG Eucheuma cottonii


DALAM PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PERBAIKAN PROFIL LIPID
TIKUS DIABETES

Renita Wijayanti1), Yustinus Marsono2), Agnes Murdiati2)

1)Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,


Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora, Yogyakarta, 55281, Indonesia
2) Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Jl. Flora, Yogyakarta, 55281, Indonesia
Korespondensi penulis: renita.wijayanti@gmail.com

Abstrak

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah tinggi serat
pangan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar serat pada pangan
fungsional untuk penderita diabetes, misalnya dalam bentuk flakes. Pada penelitian ini
dilakukan pembuatan flakes dengan bahan pati garut dengan substitusi tepung rumput laut
E. cottonii. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian flakes pati garut
dengan substitusi tepung rumput laut E. cottonii terhadap sifat sensori dan kadar serat
pangan serta pati resisten flakes. Flakes dengan sifat hedonik dan kadar serat pangan terbaik
diuji sifat hipoglikemik dan hipokolesterolemik pada tikus Diabetes Mellitus tipe 2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa panelis masih dapat menerima flakes dengan substitusi
tepung rumput laut 0, 10, dan 20%, dengan kandungan serat pangan masing-masing
sebesar 3,52; 13,63; dan 20,30% db. Hasil pengujian bioassay menunjukkan bahwa diet
flakes dengan 10% dan 20% rumput laut memiliki kemampuan yang sama dalam penurunan
kadar glukosa darah tikus selama 4 minggu masa intervensi, namun flakes 20% rumput laut
memiliki potensi penurunan kadar glukosa lebih tinggi pada minggu ke-4. Diet flakes 20%
rumput laut memberikan hasil terbaik dalam perbaikan profil lipid, dengan persentase
penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL masing-masing sebesar 28,12%,
36,75%, dan 58,42%, serta meningkatkan kadar HDL sebesar 142,96%.

Kata kunci : rumput laut E. cottonii, serat pangan, Diabetes Mellitus tipe 2, glukosa darah,
profil lipid

119
BO8-04

POTENSI SNACK BIJI TERATAI (Nymphaea pubescens Willd) SEBAGAI


MAKANAN SELINGAN BAGI PENDERITA DIABETESTIPE 2

Yuspihana Fitrial1)*, Iin Khusnul Khotimah1), dan Ika Kustiyah Octaviyanti2)


1)
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM,
Banjarbaru, Indonesia
2)
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran UNLAM, Banjarmasin, Indonesia
*Korespondensi Penulis :yuspihana@gmail.com

Abstrak

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa, secara in vivo, pemberian


ekstrak etanol dari tumbuhan teratai jenis Nymphaea pubescens sebesar 200 dan 400
mg/kg, p.o. pada tikus yang diabetes setelah 14 hari perlakuan secara nyata dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
menguji aktivitas biologis dari biji teratai yang sudah menjadi produk olahan (berupa snack)
terhadap tikus percobaan yang diabet. Tikus jantan (Wistar) dengan berat 170-190 g,
setelah masa adaptasi selama tujuh hari, diintervensi dengan streptozotocin selama tiga
hari berturut-turut sehingga kadar glukosa darah mencapai ±200 mg/dL. Tikus percobaan
dibagi menjadi 4 kelompok (@ 5 ekor), yaitu kelompok normal(N), kelompok yang
diintervensi streptozotocin (P1), kelompok yang diintervensi streptozotocin dan diberi obat
metformin (P2), dan kelompok yang diintervensi streptozotocin dan diberi snack biji teratai
(cara dicekok) (P3). Perlakuan diberikan selama tiga minggu. Semua kelompok secara ad
libitum mendapat ransum standar yang sama berdasarkan AIN-93. Hasil pengamatan
setelah tiga minggu perlakuan terhadap berat badan, berat hati, glukosa darah, profil lipid
(kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL), MDA, SOD dan insulin berturut-turut dari masing-
masing kelompok sebagai berikut, Kelompok N : (220,4±3.1)g, (9.83±1.51)g, (72.91±1.67)
mg/dL, (78.97±2.87) mg/dL, (66.57±1.96) mg/dL, (85.12±2.81) mg/dL, (24.05±2.83) mg/dL,
(1.38±0.35) nmol/ml, (82.69±4.3)%, (521.54±7.16) pg/ml. Kelompok P1: (176,2±2.6)g,
(6.08±1.1) g, (259.47±1.38) mg/dL, (189.67±4.52) mg/dL, (119.01±1.91) mg/dL,
(22.42±1.44) mg/dL, (93.19±2.86) mg/dL, (8.45±0.52) nmol/ml, (26.92±3.04)%,
(393.92±4.69) pg/ml. Kelompok P2: (206,4±6.5) g, (8.45±1.08) g, (96.08±2.30) mg/dL,
(103.76±1.78) mg/dL, (73.50±2.30)mg/dL, (60.07±2.21)mg/dL, (31.20±1.43)mg/dL,
(1.55±0.44)nmol/ml, (75.38±2.85)%, (487.33±13.65)pg/ml. Kelompok P3: (202,6±4.7)g,
(9.60±1.14) g, (110.26±2.30) mg/dL, (124.13±1.91) mg/dL, (91.31±2.20) mg/dL,
(49.27±2.91)mg/dL, (43.16±2.20)mg/dL, (3.81±0.74) nmol/ml, (49.23±4.43)%, (434.07±
4.55)pg/ml. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa snack biji teratai memiliki
aktivitas biologis yang baik sebagai makanan selingan bagi penderita diabetes tipe 2.

Kata kunci : snack biji teratai, diabetes, tikus percobaan

120
BO8-05

KARAKTERISASI PARSIAL LEKTIN MAKROALGA Turbinaria ornata


ASAL PANTAI WEDIOMBO, GUNUNG KIDUL, JOGJAKARTA

Nurrahmi Dewi Fajarningsih1a, Naomi Intaqta2, Danar Praseptiangga2,


Choiroel Anam2, Ekowati Chasanah1
1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
2
Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu Pangan, Universitas Sebelas Maret
a
Corresponding Author: nurrahmi.dewi@gmail.com

ABSTRAK

Lektin (hemagglutinin) merupakan protein non imun alami yang mempunyai


kemampuan dalam mengaglutinasi sel serta mampu mengikat karbohidrat atau
glikoprotein secara spesifik dan reversible. Kemampuan lektin untuk berikatan dengan
karbohidrat (glycans) tertentu secara kuat dan spesifik menjadi kelebihannya untuk
dikembangkan lebih lanjut sebagai dasar pengembangan aplikasinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari karakteristik kimia lektin kasar Turbinaria ornata dan
kemampuannya dalam mengikat glycan dan glycoprotein. Lektin makroalga Turbinaria
ornata telah diekstraksi dengan menggunakan 20 mM phosphate buffer yang mengandung
0,85% NaCl, kemudian dipekatkan dengan presipitasi ammonium sulfat hingga kejenuhan
75%. Aktivitas hemagglutinasi ekstrak lektin diuji menggunakan eritrosit kelinci dengan
perlakuan tripsin. Selain karakteristik kimia yang meliputi kadar protein, stabilitas aktivitas
hemagglutinasi pada berbagai pH, temperatur dan kation divalent, dipelajari pula
spesifisitas pengikatan lektin Turbinaria ornate terhadap berbagai jenis gula dan
glikoprotein . Lektin kasar Turbinaria ornata memiliki kadar protein 1.298,45 ug/ml dan
titer hemagglutinasi 27. Aktivitas hemagglutinasi lektin T. ornata sedikit menurun pada pH 3
dan 4, namun stabil pada pH 5-10. Aktivitas hemggalutinasi lektin T. ornate hanya stabil
pada suhu 30oC kemudian menurun pada rentang suhu 40-100oC. Lebih lanjut, aktivitas
hemagglutinasi lektin T. ornata juga dipengaruhi oleh kation divalent CaCl2 dan MgCl2. Lektin
T.ornata tidak memiliki pengikatan spesifik terhadap 9 jenis gula (monosakarida dan
disakarida) yang diujikan, namun memiliki ikatan terhadap glikoprotein fetuin from fetal
bovine serum (Fe), thyroglobulin from bovine thyroid (BTG), thyroglobulin from porcine
thyroid gland (PTG), asialo BTG (aBTG), asialo PTG (aPTG), asialo mucin from bovine
submaxillary glands (aBSM), dan asialo transferin human (aTf) dengan pengikatan spesifik
terbaik pada aPTG, yaitu pada konsentrasi 31,25 µg/ml.

Kata kunci: lektin, hemagglutinasi, makroalga, Turbinaria ornata

121
BO2-07

AKTIVITAS INHIBITOR ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME (ACE)


EKSTRAK DAGING IKAN GABUS (Channa striata)

Setyani Budiari1, Ekowati Chasanah2, Maggy T. Suhartono1 dan Nurheni Sri Palupi1
1
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Kampus IPB Dramaga, Bogor, Indonesia
2
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. K.S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia
Korespondensi penullis : ekowatichasanah@gmail.com

Abstrak

Keberadaan protein atau peptida bioaktif indigenos dengan aktivitas inhibitor


ACE sangat menarik untuk digali keberadaannya dari daging ikan gabus. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengekstrak protein atau peptida bioaktif indigenos inhibitor
ACE dari daging ikan gabus dan untuk memfraksinasi senyawa aktif yang didapat
menggunakan membran ultrafiltrasi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan dua jenis
pelarut, yaitu akuades dan etanol 50%. Ekstrak kasar difraksinasi dengan membran
ultrafiltrasi 10,000; 5,000 dan 3,000 MWCO untuk memisahkan protein atau peptida yang
berukuran >10 kDa, 5 – 10 kDa, 3 – 5 kDa dan <3 kDa. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah kandungan protein dan peptida, aktivitas inhibitor ACE (in vitro) serta
profil protein dan peptida menggunakan SDS PAGE. Hasil analisis menunjukkan bahwa
daging ikan gabus mengandung protein atau peptida inhibitor ACE. Etanol 50% mampu
mengekstrak peptida (<10 kDa) lebih baik daripada akuades dan sebaliknya akuades
mampu mengekstrak protein berukuran besar (>10 kDa) lebih baik daripada etanol 50%.
Fraksi <3 kDa akuades memiliki aktivitas inhibitor ACE µg-1 protein tertinggi (7.85% inhibitor
ACE µg-1 protein). Dengan demikian, fraksi <3 kDa akuades merupakan fraksi terbaik yang
dapat diteliti dan dikembangkan lebih jauh untuk menghasilkan senyawa antihipertensi
alami yang potensial. Dari hasil penelitian ini, ikan gabus berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai pangan fungsional atau ingredien fungsional yang dapat membantu menekan
penyakit hipertensi (inhibitor ACE).

KATA KUNCI : penghambat ACE, protein, peptida, Channa striata, ultrafiltrasi.

122
BO9-01

UJI SIMPAN PEPTON LIMBAH PERIKANAN

Achmad Poernomo*1, Farida Ariyani2 dan Murdinah2

1. Sekolah Tinggi Perikanan, Jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia
2. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jalan. KS Tubun, Petamburan VI, Jakarta – Indonesia
*korespondensi penulis : achmad.poernomo@kkp.go.id

Abstrak

Pepton dari limbah perikanan telah banyak dipelajari, namun informasi mengenai
daya simpannya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya simpan
pepton dari limbah tuna dan udang yang diproduksi melalui hidrolisis dan dikeringkan
dengan pengering semprot (spray dryer). Pepton bubuk dikemas dengan botol plastik dan
plastik berlapis aluminium foil, kemudian disimpan pada suhu ruang, dan diamati secara
berkala kualitasnya (kadar air, aw dan warna dan penampakan) kemampuannya sebagai
media pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan pembanding pepton komersial.
Pepton limbah udang mempunyai kandungan air dan abu tertinggi, sedangkan pepton tuna
mempunyai kadungan lemak tertinggi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama
penyimpanan 5 bulan di suhu ruang semua pepton mengalami penurunan kualitas. Selama
penyimpanan kemampuan mendukung pertumbuhan bakteri semakin menurun. Dapat
disimpulkan bahan pepton limbah perikanan mempunyai kualitas dan daya simpan yang
sebanding dengan pepton komersial.

Kata kunci : limbah ikan, pepton, uji simpan, media pertumbuhan, Staphylococcus aureus

123
BO8-06

MEKANISME INDUKSI APOPTOSIS DENGAN SENYAWA BIOAKTIF


DAN TEKNIK DETEKSINYA PADA SEL LESTARI KANKER: SUATU ULASAN

Dedi Noviendri

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Abstrak

Ulasan ini bertujuan untuk mengulas mekanisme induksi apoptosis oleh suatu
senyawa bioaktif, dan teknik-teknik deteksi adanya apoptosis pada sel lestari kanker setelah
diinduksi dengan senyawa bioaktif. Diketahui bahwa, ada dua mekanisme untuk induksi
apoptosis ini yaitu (1) melalui jalur ekstrinsik yang dimediasi oleh reseptor kematian, dan (2)
jalur instrinsik yang dimediasi oleh oleh mitokondria. Jalur intrinsik terjadi dengan cara
kehilangan mitochondrial trans-membrane potential (MTP) yang menghasilkan
pembebasan sitokrom-c ke dalam sitoplasma. Sitokrom-c ini membentuk kompleks dengan
protein Apaf-1 dan pro-kaspase-9 membentuk apoptosom. Apoptosom ini selanjutnya
mengaktivasi enzim kaspase-3. Kaspase-3 adalah suatu eksekusioner kunci dari apoptosis,
atau dikenal juga sebagai kaspase efektor. Selanjutnya, jalur ekstrinsik sinyal apoptosis
terjadi melalui cell surface molecule seperti Fas/FasL yang mengakibatkan perekrutan Fas-
associated death domain (FADD). FADD ini berasosiasi dengan Fas dan merekrut pro-
kaspase-8. Kompleks aktif ini disebut sebagai death-inducing signal complex (DISC). DISC ini
memicu aktivasi enzim kaspase-3 dan terjadi kematian sel (apoptosis). Ada beberapa fitur
ultrastruktural dari apoptosis yang dapat dilihat dari perubahan morfologinya. Adapun
morfologi sel yang dapat diamati tersebut adalah badan sel, membrane sel, sitoplasma,
kromatin, mitokondria, nukleus (inti sel) dan badan apoptosis (apoptosis body). Kemudian,
ada empat teknik yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya suatu apoptosis. Teknik
tersebut adalah: (1) analisis morfologi sel dengan mikroskop inverted, mikroskop
fluoresensi dan Scanning Electron Microscope (SEM), (2) analisis DNA fragmentasi dengan
gel agarosa elektroforesis dan comet assay, (3) analisis aktivitas enzim kaspase-3 dengan
Caspase-Glo® 3/7 Assay, dan (4) deteksi lokasi phosphatidylserine (PS) dalam membrane sel
dari sel apoptosis dengan flowcytometer.

KATA KUNCI: induksi apoptosis, senyawa bioaktif, teknik deteksi apoptosis, kaspase

124
BO9-02

UJI KEMAMPUAN ISOLAT Serratia marcescens LA3A SEBAGAI


BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Ifah Munifah1, Wahyu Damarwati2 , Tri Handayani Kurniati2


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jalan KS. Tubun Petamburan VI, Slipi, Jakarta Pusat, 10260
2
Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta,
Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta Timur, 13220
*Korespondensi Penulis: ifah_munifah@yahoo.com.au

Abstrak

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman memiliki peran penting baik secara


langsung maupun tidak langsung dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Peran
langsung berupa pelarutan unsur fosfat (P) dan kalium (K) sehingga menjadi tersedia bagi
tanaman. Peran tidak langsung berupa produksi enzim kitinase dan selulase untuk
menghambat pertumbuhan patogen tanaman. Penelitian ini dilakukan untuk menguji
kemampuan isolat Seratia marcescens dalam melarutkan unsur P dan K serta dalam
memproduksi enzim kitinase dan selulase. Kemampuan isolat S.marcescens LA3A Sebagai
bakteri pemacu pertumbuhan tanaman dapat diketahui berdasarkan hasil positif uji
kualitatif berupa pembentukan zona bening pada medium Pikovskaya, Aleksandrov, Kitin
dan medium CMC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat S.marcescens LA3A
menunjukkan hasil positif pada medium Pikovskaya, Aleksandrov, Kitin dan CMC. Indeks
pelarutan phosphate adalah 0,58; indeks pelarutan kalium adalah 0,53; indeks kitinase
adalah 0,34 dan indeks selulolitik adalah 0,30. Hasil positif pada semua uji menunjukkan
bahwa isolat S.marcescens LA3A berpotensi sebagai bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman.

Kata kunci : pelarut P, pelarut K, kitinase, selulolitik

125
BO9-03

EKSTRAKSI KOLAGEN KULIT IKAN TUNA SIRIP KUNING


DAN PATIN MENGGUNAKAN ENZIM PAPAIN

Yohang Rigar F1, Tati Nurhayati2*, Nurjanah3


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
2
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
3
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
*Korespondensi penulis : nurhayati7870@yahoo.com

Abstrak

Kolagen adalah senyawa protein rantai panjang yang tersusun lagi atas asam
amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline. Kolagen dihasilkan dari
campuran kulit ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dan ikan patin (Pangasius
pangasius). Ekstraksi kolagen dilakukan dengan metode enzimatis dengan enzim papain.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas enzim papain dalam proses ekstraksi
pembentukan kolagen dan mengetahui karakterisasi kolagen. Perlakuan yang digunakan
dalam ekstraksi kolagen yaitu perbedaan konsentrasi enzim sebesar 5000 (U/g) dan 7000
(U/g). Nilai rendemen terbaik dihasilkan dari konsentrasi enzim 7000 (U/g) sebesar
16,74±0,01%. Nilai pH kolagen yang dihasilkan dari konsentrasi enzim 7000 (U/g) yaitu
6,73±0,1. Kadar proksimat yang dihasilkan dari konsentrasi 7000 (U/g) yaitu kadar air
7,89±0,01; kadar abu 0,34±0,02; kadar protein 91,75±0,03; dan kadar lemak 0,02. Nilai
asam amino tertinggi dari kolagen dengan konsentrasi enzim 7000 (U/g) yaitu glisin sebesar
14,22% dan prolin sebesar 6,26%. Gugus fungsi kolagen dengan konstentrasi enzim 7000
(U/g) memiliki daerah serapan yaitu Amida A sebesar 3439,51±29,37 (cm¯¹), Amida B
sebesar 2923,72±0,09 (cm¯¹), Amida I sebesar 1654,35±1,23 (cm¯¹), Amida II sebesar
1556,94±2,05 (cm¯¹), dan Amida III sebesar 1238,97±0,88 (cm¯¹). Perlakuan terbaik
ekstraksi kolagen yang dihasilkan yaitu dari konsentrasi enzim 7000 (U/g).

Kata kunci: ekstraksi, enzim papain, kolagen

126
BO9-04

FORMULASI EKSTRAK ETANOL Padina Australis DENGAN DENGAN PENYALUT


MALTODEKSTRIN DAN SOY PROTEIN ISOLATE (SPI) MENGGUNAKAN METODE
FACE CENTRAL CENTER COMPOSITE DESIGN (FCCCD)

Dedi Noviendri* dan Muhammad Nursid

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jl. KS Tubun
Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260.
*Korespondensi Penulis: dedinov@yahoo.com

Abstrak

Formulasi ekstrak etanol Padina australis dengan penyalut maltodekstrin dan soy
protein isolate (SPI) telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
formulasi optimum dalam penyalutan ekstrak etanol P. australis dengan kombinasi dua
penyalut antara suatu karbohidrat (maltodekstrin) dan suatu protein (SPI) menggunakan
alat spray dryer. Suatu face centered central composite design (FCCCD) dikembangkan
dengan software Design Expert-7 telah berhasil digunakan dalam optimasi tiga kondisi
formulasi yang berturut-turut yaitu konsentrasi ekstrak etanol P. australis, konsentrasi
maltodekstrin, dan konsentrasi SPI untuk suatu ukuran partikel optimum sebagai
responnya. Satu set dari 20 running dengan enam center point eksperimen juga telah
dirancang dengan baik. Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel (ekstrak etanol P.
australis, maltodekstrin dan SPI) dengan tiga konsentrasi (rendah, sedang dan tinggi), dan
dengan volume total akuades yang digunakan adalah 250 mL untuk 20 running dengan
spray drayer. Adapun tiga konsentrasi ekstrak etanol P. australis adalah 0,50; 0,75 dan 1,00
g/250 ml akuades, maltodekstrin adalah 10,00; 20,00; dan 30,00 g/250 ml akudes, dan SPI
adalah 5,00; 10,00, dan 15,00 g/250 ml akuades. Selanjutnya produk formulasi hasil
enkapsulasi ekstrak etanol P. australis dengan bahan penyalutnya maltodekstrin dan SPI
dianalisis ukuran partikelnya yang terbentuk. Terhadap bahan penyalut dan produk
formulasi dengan hasil ukuran partikel optimum yang terdapat pada titik center point,
selanjutnya dianalisis morfologi eksternalnya dengan menggunakan Scanning Electron
Microscope (SEM), dan dianalisis juga derajad kristalinitasnya dengan X-ray difraction
(XRD). Komposisi optimum untuk formulasi ekstrak etanol P. australis berdasarkan ukuran
partikel telah berhasil diperoleh yaitu 0,75 g ekstrak etanol P. australis; 20,00 g maltodektrin
dan 10,00 g SPI dalam 250 mL akuades. Ukuran partikel produk formulasi yang diperoleh
sebesar 490 nm. Produk formulasi yang berukuran nano meter ini memiliki nilai derajad
amorf sebesar 62% dan nilai kristalin sebesar 38%. Bentuk eksternal morfologinya bila
dilihat dengan SEM berbentuk tidak bulat sempurna (berbentuk prisma). Kemudian dari
hasil penelitian ini diperoleh nilai second-order polynomial equation sebagai berikut: Y
(ukuran partikel, nm) = +493,38 + 2,49A + 18,28B + 34,66C – 31,40A2 – 31,15B2 52,85C2
13,79AB + 0,14AC – 34,84BC. Dengan nilai R2 = 0,9746; Adjusted R2 = 0,9517; Adequate
precision = 22,015; dan p<0,05 dipertimbangkan sebagai signifikan.

Kata kunci: Padina australis, formulasi, FCCCD, ekstrak etanol, maltodekstrim

127
BO9-05

PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI STRUKTUR TROPOMYOSIN


DARI PACIFIC OYSTER (Crassostrea gigas)

Roni Nugraha1, 2, 3, Sandip D Kamath1, 2, Andreas L Lopata1, 2

1. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor
2. Department of Molecular and Cell Biologi, College of Public Health,
Medical and Veterinary Science, James Cook University
3. Australian Institutes of Tropical Health and Medicine,
James Cook University, Townsville, Australia

Abstrak

Alergi kerang-kerangan merupakan salah satu alergi makanan terbanyak di dunia


dengan tingkat prevalensi 0.4-5.3% dari total populasi. Alergi ini disebabkan utamanya oleh
protein otot pada kerang-kerangan yang disebut tropomyosin. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan karakter struktur tropomyosin yang berasal dari kerang Pacific oyster
(Crassostrea gigas). Tropomyosin dimurnikan dari protein ekstrak C. gigas menggunakan
kromatograsfi penukar ion. Sekuen cDNA protein ini juga diidentifikasi dan rekombinannya
diproduksi. Struktur dan sususan asam amino tropomosin baik yang natural dan
rekombinan dikarakterisasi menggunakan spektrometri massa dan Circular dichroism (CD)
spectroskopi. Hasil pemurnian yang divisualisasikan menggunakan SDS-PAGE menunjukkan
tropomyosin dari C. gigas memiliki bobot molekul 39 kDa. Sekuen mRNA yang
mengkodekan tropomyosin memiliki 855 basa nukleotida dan telah didaftarkan di NCBI
database dengan kode akses KY549366.1. Analisis CD spectroskopi memperlihatkan bahwa
protein ini memiliki struktur berbentuk α-heliks. Spektrometri massa menunjukkan bahwa
kemurnian tropomyosin yang dihasilkan lebih dari 90%.

128
BO9-06

PEMURNIAN ENZIM Polyphenoloxidase DARI UDANG VANAME

Tati Nurhayati*, Medal Lintas Perceka, Mala Nurilmala

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor. Jl Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
*Korespondensi: nurhayati7870@yahoo.com

Abstrak

Udang merupakan komoditi yang mudah mengalami kemunduran mutu. Salah


satunya ditandai oleh adanya proses melanosis (pembentukan blackspot). Blackspot
merupakan reaksi enzimatik yang disebabkan oleh enzim polyphenoloxidase (PPO).
Karakteristik PPO dari udang vanamei telah diketahui, yaitu memiliki suhu optimum 35 ºC,
pH 6. Nilai Km dan Vmaks enzim PPO vaname yaitu 2,35 mM dan 38,46 U/mL. Aktivitas PPO
dihambat oleh sodium sulfit, EDTA, ion logam Na+, Zn2+, Fe3+ pada konsentrasi 1 dan 5 mM.
Penghambatan tertinggi ditunjukkan oleh sodium sulfit pada konsentrasi 5 mM. Dua
isoform enzim PPO memiliki bobot molekul sebesar 302,5 kDa dan 337,5 kDa. Teknik
pemurnian enzim PPO belum dipublikasikan. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi dan
memurnikan enzim polifenoloksidase yang berasal dari karapas udang vaname. Tahapan
pemunian yang dilakukan meliputi isolasi PPO, pengendapan ammonium sulfat, dialisis, dan
kromatografi kolom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim PPO telah berhasil diisolasi
dari karapas udang vaname menggunakan bufer fosfat 0,05 M pH 7,2 (mengandung NaCl 1
M dan Brij-35 0,2%) perbandingan 1:3. Enzim tersebut diendapkan menggunakan
ammonium sulfat 40% dan didialisis selama 8 jam. Pemurnian lebih lanjut dilakukan
menggunakan kromatografi filtrasi gel dengan matriks Sephadex-G150. Kelipatan
pemurnian enzim meningkat 2,15 kali.

Kata kunci : Blackspot, karakterisasi, pemurnian, polyphenoloxidase, vaname.

129
A B S T R A K
Keamanan Pangan

130
KP1-01

AKTIVITAS ANTIMIKROBA KITOSAN DARI CANGKANG UDANG


DAN RAJUNGAN TERHADAP BAKTERI PATOGEN
DENGAN METODE MIKRODILUSI

Yusma Yennie*1, Syamdidi1, Muhamad Darmawan1, Singgih Wibowo1


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan Perikanan, Jl. KS Tubun
Petamburan VI Jakarta, Indonesia *korespondensi penulis : yenni.yusma@gmail.com

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba kitosan dari


cangkang udang dan rajungan dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen baik
Gram negatif ataupun positif dengan metode kuantitatif mikrodilusi serta konsentrasi
optimum kitosan berdasarkan peresentase hambantnya. Penelitian dilakukan pada bulan
Januari - Juni 2015. Penelitian diawali dengan pembuatan kitosan dari cangkang udang dan
rajungan kemudian dikarakterisasi. Aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan metode
kuantitatif mikrodilusi dengan perlakuan konsentrasi kitosan 0.2; 0.4; 0.8; 1.6% untuk
menghambat pertumbuhan Salmonella spp, Vibrio parahaemolyticus, Staphylococcus
aureus, Listeria monocytogenes dan konsentrasi optimum dikuantifikasi berdasarkan
persentase hambatnya. Karakteristik kitosan yang diukur berdasarkan parameter kadar air,
kadar abu, derajat deasetilasi, warna berturut turut adalah 9.5; 0.7; 88.5%; putih untuk
kitosan udang dan 6.1; 0.7; 89; krem untuk kitosan rajungan. Aktivitas antimikroba kitosan
udang dan rajungan dalam menghambat bakteri Gram negatif berkisar 87-89% sedangkan
bakteri Gram positif berkisar 80-87% yang diukur berdasarkan persentase hambatnya.
Konsentrasi optimum kitosan udang untuk menghambat bakteri adalah 0.2% dan untuk
rajungan, optimum pada 0.2% untuk bakteri Gram positif dan 0.4% di bakteri Gram negatif.
Kitosan udang dan rajungan diketahui efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen,
dimana aktivitas penghambatannya lebih tinggi pada bakteri Gram negatif yaitu Salmonella
spp dan V parahaemolyticus. Konsentrasi optimum kitosan udang adalah 0.2% untuk
bakteri Gram positif dan negatif, sementara untuk kitosan rajungan adalah 0.2% untuk
bakteri Gram positif dan 0.4% untuk bakteri Gram negatif.

Kata Kunci : antimikroba, kitosan, bakteri patogen

131
KP1-02

EFEK ANTIBAKTERI KOMPLEK KITOSAN MONOSAKARIDA


TERHADAP PATOGEN DALAM SURIMI IKAN GABUS
SEBAGAI MODEL MATRIKS PANGAN

Shanti Dwita Lestari1, Ace Baehaki1, Reny Meliza1


1
Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Ogan Ilir,
Sumatera Selatan, Indonesia
*Korespondensi penulis : shantidwita_thi@unsri.ac.id

Abstrak

Kompleks yang terbentuk antara kitosan dengan gugus gula akibat proses
pemanasan yang juga dikenal sebagai Produk Reaksi Maillard (PRM) diketahui memiliki sifat
antibakteri dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri
komplek kitosan monosakarida terhadap Bacillus subtilis, Listeria monocytogenes dan
Vibrio cholera dalam matriks pangan berupa surimi ikan gabus. Analisa dilakukan terhadap
intensitas warna PRM yang terbentuk melalui reaksi kitosan dengan glukosa, galaktosa dan
fruktosa serta aktivitas antibakteri masing-masing PRM secara in vitro maupun dalam
matriks pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompleks kitosan galaktosa memiliki
intensitas warna tertinggi dengan nilai absorbansi pada panjang gelombang 420nm sebesar
0,248. Uji secara in vitro menggunakan metode difusi cakram menunjukkan kompleks
kitosan glukosa memiliki daya hambat terbesar terhadap ketiga bakteri uji. Dalam matriks
pangan surimi ikan gabus yang memiliki komposisi kimia 82% air, 8,01% protein, 0,47%
lemak, 0,3% abu dan 8,43% karbohidrat, komplek kitosan galaktosa memiliki daya hambat
terbaik terhadap bakteri B. subtilis dan L. monocytogenes. Di sisi lain, aktivitas
penghambatan terhadap V. cholera dalam matriks pangan secara efektif ditunjukkan oleh
komplek kitosan glukosa. Penambahan komplek kitosan monosakarida pada matriks
pangan secara umum menurunkan jumlah mikroba total sebesar 1-1,5 log dibandingkan
kontrol.

Kata kunci : antibakteri, kitosan, Maillard, surimi

132
KP1-03

PENGAWETAN FILLET NILA DENGAN MODIFIED CHITOSAN

Prihati Sih Nugraheni1,2, Amalia Itswari Putri2, Arum Nur Hidayah2,


Yuni Kusumastuti2, Wiratni Budhijanto2*
1
Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
2
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : wiratni@ugm.ac.id

Abstrak

Ikan nila merupakan ikan yang lebih mudah mengalami kemunduran mutu
dibanding jenis ikan yang lainnya. Berbagai cara pengawetan dilakukan untuk
mempertahankan mutu tersebut. Di industri pembekuan ikan, cara penanganan fillet ikan
dilakukan dengan pencucian menggunakan klorin. Penggunaan klorin berlebihan dapat
mempengaruhi mutu sensoris produk dan klorin dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan karena membentuk senyawa organochlorine yang dikenal sebagai karsinogen.
Chitosan berpotensi menggantikan klorin karena ini aman untuk dikonsumsi, biodegradable
dan memiliki aktivitas antibakteri yang cukup besar. Modifikasi kitosan dengan mengontrol
ukuran partikelnya dapat meningkatkan aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi aktivitas antibakteri chitosan yang dimodifikasi ukuran partikelnya dengan
menggunakan basa (ammonia) (A) ataupun tripolifosfat/TPP (T). Sebagai pembanding
digunakan produk komersial (L) yang dibuat dengan melarutkan kitosan dalam asam asetat
dan asam laktat, klorin yang umumnya digunakan dalam industri perikanan (C) dan tanpa
perlakuan apapun (kontrol). Fillet dicuci menggunakan berbagai jenis larutan (T, A, L, dan C)
dan disimpan pada 3-5 ° C. Perlakuan T, A, L, dan C mampu menekan pertumbuhan bakteri,
pembentukan total volatile bases (TVB) dan menghasilkan kualitas sensorik lebih baik
daripada kontrol. Umur simpan produk dianalisis menggunakan pendekatan model logistik
3-parameter. Chitosan-TPP menunjukkan hasil yang paling efektif karena menghasilkan laju
pertumbuhan bakteri (μmax) terendah, fase lag (ti) terpanjang dan umur simpan terlama
hingga 12 hari dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang dsimpan pada suhu 3-5°C.

Kata kunci : Chitosan, particle size, pengawet, umur simpan, fillet

133
KP1-04

APLIKASI KOMPLEK KITOSAN-GALAKTOSA SEBAGAI PELAPIS


PADA PENYIMPANAN BEKU FILET PATIN

Susi Lestari*, Shanti Dwita Lestari, Ranilda

Universitas Sriwijaya, Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32, Inderalaya, Indonesia


*Korespondensi penulis : susilestari_thi@unsri.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelapis komplek kitosan-


galaktosa dalam mempertahankan mutu filet patin beku yang disimpan beku berdasarkan
parameter fisik (susut bobot dan derajat putih) dan kimia (bilangan peroksida, TVB kadar air
dan WHC) dengan perlakuan pencelupan (0,30 dan 60 detik) dan lama penyimpanan beku
(0, 2, 4 dan 6 bulan). Filet patin segar digunakan sebagai kontrol. Lama pencelupan
berpengaruh terhadap nilai TVB dan bilangan peroksida filet patin beku. Lama
penyimpanan beku memberikan pengaruh terhadap kadar air, nilai WHC, nilai TVB dan
bilangan peroksida. Berdasarkan hasil penelitian, pelapisan komplek kitosan-galaktosa
1,5% pada filet patin beku dengan teknik pencelupan selama 30 detik dan dismpan beku
selama 2 bulan sebagai perlakuan terbaik. Perlakuan ini menghasilkan derajat putih filet
patin beku 50,13%, WHC 74,61%, susut bobot 2,67%, kadar air 71,49%, dan bilangan
peroksida 0 mg N/100 g.

Kata kunci : patin, filet, komplek kitosan-galaktosa, pencelupan, penyimpanan beku

134
KP1-05

OPTIMASI PENGGUNAAN PENGAWET DALAM PROSES PEMINDANGAN

Farida Ariyani*1, Irma Hermana1, Izhamil Hidayah1 dan Fairdiana Andayani1

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jalan. KS Tubun, Petamburan VI, Jakarta – Indonesia
*korespondensi penulis : idapoernomo@yahoo.co.id

Abstrak

Ikan dan hasil olahannya termasuk pindang merupakan produk pangan yang
mudah sekali rusak. Selain penggunaan rantai dingin, penggunaan pengawet baik alami
maupun sintetis menjadi alternative dalam mempertahankan mutu produk perikanan.
Tulisan ini melaporkan optimasi penggunaan pengawet dalam proses pemindangan yang
didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya. Penggunaan pengawet dalam pengolahan
pindang dilakukan dengan 2 cara yakni sebagai larutan perendam sebelum proses
perebusan dan sebagai larutan yang langsung digunakan untuk perebusan. Pengamatan
terhadap efektivitas pengawet dilakukan melalui evaluasi ikan pindang setelah proses
pengolahan dan selama 3 hari penyimpanan. Analisis terhadap ikan pindang dilakukan
secara sensori (kenampakan, bau, rasa, tekstur) dan mikrobiologi (ALT, bakteri pembentuk
histamine dan kapang) selama penyimpanan serta kadar histamine sebelum penyimpanan.
Pindang yang diolah tanpa penambahan pengawet digunakan sebagai kontrol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pengawet sebagai larutan perendam sebelum
perebusan maupun sebagai larutan perebus mampu menghambat kerusakan pindang
dibandingkan kontrol, yang terlihat dari rendahnya jumlah koloni kapang dan bakteri
pembentuk histamine maupun kadar histamine. Penambahan pengawet dalam proses
pemindangan juga menghasilkan ikan pindang dengan kenampakan yang lebih gelap
dibanding kontrol.

Kata kunci : pengawet, ikan pindang, pemindangan, penyimpanan

135
KP2-01

MUTU MIKROBIOLOGI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) ASIN


DENGAN PENAMBAHAN ASAP CAIR SElAMA PENYIMPANAN

Cindy R. M. Loppies 1 M.L.Wattimena1


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti
*e-mail: cindyloppies@yahoo.com

Abstrak

Pengawetan ikan cakalang yang sering dilakuan oleh pengelola ikan di pulau
Banda dengan perendaman cuka, penggaraman serta pengeringan dan merupakan kearifan
lokal serta memiliki daya awet yang cukup panjang. Penambahan asap cair diharapkan
dapat menggantikan cuka yang akan memberikan rasa dan bau khas asap. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui mutu mikrobiologi ikan cakalang asin dengan penambahan
asap cair dan ikan cakalang asin Banda dengan proses pembuatan berdasarkan kearifan
masyarakat pulau Banda. Metoda yang digunakan adalah eksperimen dengan suhu
pengeringan 70o C selama 12 jam dengan menggunakan Mekanical dryer. Perlakuan yang
dicobakan yaitu dengan penambahan larutan asap cair (A1 ) dan larutan cuka ( A2 )
kemudian dilakukan penyimpanan 0 minggu (B0), 1 minggu ( B1 ), 2 minggu (B2), 3 minggu
(B3). Parameter uji yaitu kadar air, kadar garam, total bakteri (TPC), dan salmonella. Hasil
analisis menunjukaan kadar air selama penyimpanan (B0, B1 dan B3) pada perlakuan (A1)
berada pada kisaran 26,12% - 32,47 dan A2 20,37 – 26,30% , Kadar garam (A1) berada pada
kisaran 19,27 – 21,26 % dan (A2) 17,23 – 22,34, TPC (A1) 5,0 x 101 – 1,3 x 102 CFU/g ; (A2) 1,2
x 101 – 1,1 x102 CFU/g , dan Salmonella negatif. Sehingga dapat disimpulakan ikan cakalang
asin dengan penambahan asap cair (A1) dan cuka (A2) untuk kadar air, TPC serta salmonell
selama penyimpanan sampai minggu ke- 3 masih aman dan sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI) 2721.1. 2009, sedangkan untuk kadar garam ikan cakalang asin dengan
penambahan asap cair (A1) sampai minggu ke 2 (B2) dan penambahan cuka sampai minggu
pertama (B1).

Kata Kunci: Mutu Mikrobiologis, ikan Cakalang asin,

136
KP2-02

PROFIL KEMUNDURAN MUTU IKAN NILA HASIL SIMULASI KEMATIAN MASSAL


ASAL WADUK CIRATA

Gunawan, Dwiyitno, dan Izhamil Hidayah

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS. Tubun Ptambutan VI, Jakarta 10260 – INDONESIA,
Korespondensi penulis: gunawan170881@yahoo.co.id

Abstrak

Kematian massal ikan sering terjadi di perairan Indonesia dengan frekuensi dan
kuantitas terbesar terjadi di perairan danau/waduk, diikuti dengan sungai dan terakhir di
perairan laut/pantai. Penyebab kematian massal ikan yang paling sering terjadi adalah
hipoksia (kekurangan oksigen), terutama akibat fenomena umbalan yang diikuti dengan
pengadukan. Kejadian umbalan biasanya berlangsung pada musim hujan yang dapat
memicu perbedaan massa jenis air antar air permukaan dan air dasar perairan. Naiknya air
dasar perairan akan mengaduk dan membawa bahan-bahan organik yang mengakibatkan
keracunan pada ikan atau menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Penelitian
simulasi kematian massal ini dilakukan untuk melihat profil kemunduran mutunya setelah
beberapa jam kematian massal. Metode yang dilakukan adalah dengan cara
mengkondisikan ikan seperti saat terjadinya kematian massal. Supaya mendapatkan kondisi
ikan seperti saat terjadinya kematian massal, ikan hidup yang disimpan dalam bak
penampungan dikurangi kadar oksigennya dengan menambahkan gas N2 hingga nilai
oksigen terlarut dari 4 ppm. Kemudian ikan yang mati dipanen pada jam ke 0, 1, 3, 6, 12 dan
24, selanjutnya dilakukan analisis parameter kimia, mikrobiologi dan organoleptik.
Berdasarkan hasil analisis organoleptik, pada umumnya ikan masih layak dikonsumsi hingga
3 jam setelah kematian. Namun berdasarkan parameter kimia (TVB-N) dan k-value, ikan
masih layak untuk dikonsumsi hingga 5 jam setelah kematian massal, kandungan TVB nya
juga menunjukkan ikan masih layak untuk dikonsumsi karena masih di bawah 20 mgN/100 g
dan kandungan total mikroba kurang dari 105. Hasil penelitian simulasi ini relatif tidak
berbeda dengan hasil penelitian terhadap sampel ikan dari kejadian kematian massal di W.
Cirata pada penelitian sebelumnya.

Kata kunci: kematian massal, simulasi, nila, waduk, cirata

137
KP2-03

PERUBAHAN KIMIA SELAMA KEMUNDURAN MUTU


IKAN SELAR KUNING (Caranx leptolepis) PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN

Dewi Kania1 , Tati Nurhayati2 , Assadatun Abdullah3

1 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor


2 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
3 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
*Korespondesi penulis: nurhayati7870@yahoo.com

Abstrak

Kemunduran mutu ikan merupakan faktor alami yang terjadi akibat pengaruh
enzim dan reaksi biokimiawi dalam tubuh, serta aktivitas bakteri. Salah satu cara
penanganan ikan yang dilakukan untuk menjaga mutu ikan adalah dengan menggunakan
penyimpanan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perubahan kimia
selama proses kemunduran mutu ikan selar kuning (Caranx leptolepis) pada penyimpanan
suhu dingin. Metode analisis yang digunakan yaitu ikan selar kuning dengan perlakuan
tanpa penyiangan yang disimpan selama 14 hari. Analisis yang dilakukan yaitu uji
organoleptik, pH, TVB, PLA, PLG, dan profil protein dengan SDS-PAGE setiap 2 hari sekali.
Ikan selar kuning masih masuk kriteria segar pada penyimpanan hari ke-4 dengan nilai
organoleptik 7-9, setelah itu ikan selar kuning sudah tidak dapat diterima. Ikan telah
mengalami kebusukan pada pengamatan hari ke ke-8 hingga pengamatan hari akhir.
Komposisi kimia ikan selar kuning mengalami perubahan selama penyimpanan suhu dingin,
yaitu terjadi penurunan kadar abu dan kenaikan kadar lemak. Perubahan nilai pH terjadi
selama masa penyimpanan berlangsung. Nilai total volatil base (TVB) cenderung meningkat
selama penyimpanan. Nilai protein larut air dan protein larut garam terus menurun seiring
dengan lamanya penyimpanan. Protein selama penyimpanan mengalami penguraian
menjadi bobot molekul yang lebih kecil.

Kata kunci: ikan selar kuning, penyimpanan suhu dingin, perubahan mutu.

138
KP2-04

IDENTIFIKASI KESEGARAN IKAN DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO

Faiza A. Dali*1
1
Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, Indonesia
*Korespondensi penulis : dali.faiza@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi kesegaran ikan dan penyebab


kerusakan fisik pada ikan yang dijual di pasar Sentral Kota Gorontalo. Metode penelitian
menggunakan metode survei (pengamatan langsung) di pasar Sentral Kota Gorontalo yang
dilakukan oleh 25 orang panelis. Variabel yang diamati berupa kesegaran ikan dan penyebab
kerusakan fisik ikan. Ikan yang diuji meliputi Mujair (Oreochromis mossambicus), Cakalang
(Katsuwonus pelamis, L), Selar (Selaroides leptolepis), Tongkol (Euthynnus affinis), Kakap
(Lutjanidae). Analisis data dilakukan secara deskriptif berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) ikan segar 01-2729.1- 2013. Hasil menunjukkan bahwa hampir semua ikan
tergolong segar pada pagi hari, tetapi mengalami penurunan kesegaran pada sore hari
dengan kerusakan memar dan luka pada tubuh ikan. Nilai angka lempeng total mikroba
tidak memenuhi syarat SNI untuk sebagian ikan pada waktu sore hari. Kerusakan fisik pada
ikan segar yang dijual umumnya disebabkan penumpukan ikan yang tinggi dalam wadah
penyimpanan dan selama distribusi.

Kata kunci : Ikan segar, kerusakan, standar mutu

139
KP2-05

KEMUNDURAN MUTU DAN PERUBAHAN PROTEIN


IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN

Relis Diana 1 , Tati Nurhayati 2* , Nurjanah 3

1 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor


2 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
3 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB, Bogor
*Korespondensi penulis : nurhayati7870@yahoo.com

Abstrak

Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi, dan
hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Pemanfaatan ikan ekor kuning tersebut banyak
diolah menjadi beberapa produk olahan. Ikan ekor kuning (Caesio cuning) juga memiliki
karakteristik mudah mengalami kemunduran mutu (highly perishable). Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui proses laju kemunduran mutu dan perubahan protein ikan ekor kuning
(Caesio cuning) selama penyimpanan suhu dingin. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari
sekali selama 14 hari penyimpanan. Parameter yang diamati yaitu organoleptik, pH, Total
Volatil Base (TVB), protein larut air, protein larut garam, dan analisis distribusi bobot
molekul protein larut air dan protein larut garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
organoleptik ikan ekor kuning fase pre rigor terjadi pada hari ke-0, rigor mortis terjadi pada
hari ke-2 sampai hari ke-6, post rigor terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-12, dan fase
kebusukan terjadi pada hari ke-14. Nilai pH ikan ekor kuning selama penyimpanan suhu
dingin mengalami penurunan pada hari ke-2 sampai hari ke-4, kemudian meningkat kembali
pada hari ke-6 sampai hari ke-14. Nilai pH terendah terjadi pada pengamatan hari ke-4 yaitu
dengan nilai pH sebesar 6,67 dan nilai pH tertinggi terjadi pada pengamatan hari ke-14
dengan nilai pH yang diperoleh sebesar 7,26. Nilai Total Volatil Base (TVB) ikan ekor kuning
selama penyimpanan suhu dingin mengalami peningkatan. Komposisi kimia ikan ekor
kuning mengalami perubahan selama penyimpanan suhu dingin, yaitu terjadi peningkatan
kadar air, dan protein, serta penurunan pada kadar lemak dan abu. Nilai protein larut air dan
protein larut garam pada penelitian ini menunjukkan penurunan seiring dengan lamanya
waktu penyimpanan. Protein larut air dan protein larut garam selama penyimpanan suhu
dingin mengalami penguraian menjadi bobot molekul yang lebih kecil

Kata kunci : Ikan ekor kuning, kemunduran mutu, penyimpanan suhu dingin, protein larut
air, protein larut garam.

140
KP3-01

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI RODHAMIN B


DENGAN STIK SENSOR KIMIA BERBASIS Zn (CNS)2
PADA DAGING NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Giri Rohmad Barokah *1, Rudi Riyanto1, Tati Nurhayati2 , Dessy Adventamia Bangun2
1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
2)
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
* Email : girirohmadbarokah@gmail.com

Abstrak

Zat pewarna makanan merupakan suatu senyawa berwarna yang memiliki


afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Pewarna yang sering digunakan untuk
mewarnai produk makanan adalah pewarna sintetik rhodamin B. Rhodamin B merupakan
zat warna yang dilarang penggunaannya di Indonesia karena mengandung senyawa
karsinogen yang berbahaya bagi tubuh bila dikonsumsi oleh manusia. Tujuan penelitian ini
untuk mengidentifikasi rhodamin B pada daging ikan nila merah dengan sensor kimia dalam
bentuk stik serta menentukan keakuratan stik sensor menggunakan Zn(CNS)2 sebagai
reagennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum kompleks
(RhB)2 Zn(CNS)4 berada di 560,5 nm sedangkan derajat keasaman (pH) optimum kompleks
senyawa yang terbentuk berada pada pH 3. Hasil analisis pada sampel daging ikan nila
merah yang mengandung rhodamin B menunjukkan bahwa stik sensor mampu untuk
mengidentifikasi kandungan zat pewarna berbahaya tersebut dengan penampakan stik
berwarna violet. Stik sensor rodhamin B berbasis Zn (CNS)2 memiliki nilai keakuratan
sebesar 88,74 %.

Kata kunci: Oreochromis niloticus, rhodamin B, stik sensor, Zn (CNS)2

141
KP3-02

PENERAPAN IMAGE PROCESSING UNTUK MENGETAHUI


TINGKAT KESEGARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Ayu Kalista*, Amin Redjo, Umi Rosidah

Program Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya


Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan 30139
Telp./Fax. (0711) 354222
*)
Penulis untuk korespondensi: ayucalista23@gmail.com

Abstrak

Kemunduran mutu ikan segar terjadi setelah ikan mati, salah satu indikator
kualitas kesegaran ikan dapat dilihat melalui perubahan warna pada insang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeterminasi perubahan warna merah pada insang ikan nila
dengan menggunakan image processing sebagai indikator kesegaran ikan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental (Explanatory Research). Data
diolah menggunakan Friedman Conover dan dianalisis secara deskriptif. Kualitas ikan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu high quality, good quality, limit of
acceptability dan spoilt. Pengamatan dilakukan dengan waktu 0 jam sampai 12 jam (interval
4 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan semakin
mundur kualitas ikan. Kategori high quality memiliki nilai persentase warna merah sebesar
82,18 %. Kategori good quality memiliki nilai persentase warna merah sebesar 67,10%.
Kategori limit of acceptability memiliki nilai sebesar 38,52% dan kategori busuk (spoilt)
memiliki nilai persentase warna merah 9,92%.

Keyword : image processing, warna , ikan nila.

142
KP3-03

INDEKS EUTROFIKASI BERBASIS MULTI-METRIK STATISTIK:


STUDI DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN KOTA BATAM, INDONESIA

Asri Pratitis1,*), Rini Susilowati1), Aditya Bramandito2), dan Hedi Indra Januar1)
1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2)
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Institut Pertanian Bogor
*) Penulis Korespondensi: asripra@gmail.com

Abstrak

Tingkat nutrisi yang tinggi pada limbah domestik, yang biasanya terdiri dari senyawa
nitrogen dan fosfat, dikenal sebagai sumber tekanan lingkungan utama di perairan pesisir.
Oleh karena itu, pemantauan tingkat nutrisi sangat penting dilakukan di kawasan konservasi
laut. Studi ini menyajikan aplikasi indeks multi-metrik dalam mengakses tingkat nutrisi
secara spasial dan temporal yang terdapat pada air permukaan di Kawasan Konservasi
Perairan Kota Batam.
Penelitian dilakukan berdasarkan pemantauan musiman dan spasial di tiga pulau
besar yaitu Petong, Abang, dan Dedep. Sampel air diambil dari air permukaan di setiap
stasiun pengamatan. Analisa in situ dilakukan untuk menghitung kadar fosfat, nitrat, nitrit,
dan amonia di lokasi sampling. Sementara itu, analisa klorofil dilakukan di laboratorium
dengan metode spektrofotometri. Nilai statistik indeks eutrofikasi multi-metrik
(eutrophication index/EI) yang terukur adalah 0,2-0,7, yaitu antara mesotropik dan eutrofik.
Pulau Petong dan Abang dikategorikan sebagai eutrofik sedangkan pulau Dadap adalah
mesotrofik. Kontaminasi nutrisi yang berlangsung sepanjang musim diduga berasal dari
sedimentasi dan limpasan domestik dari pulau-pulau berpenduduk di wilayah tengah dan
utara. Oleh karena itu, rehabilitasi ekosistem dan mitigasi limpasan antropogenik
diperlukan untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan konservasi. Selain itu, perairan
Pulau Dadap sebagai kawasan dengan tekanan antropogenik paling kecil berpotensi
menjadi kawasan konservasi inti di Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam.

Kata Kunci: kawasan konservasi perairan, kualitas air, eutrofikasi, indeks lingkungan

143
KP3-04

MODEL PREDIKSI PERTUMBUHAN DAN PEMBENTUKAN HISTAMIN


DARI Morganella morganii DALAM FUNGSI SUHU

Aldino Dityanawarman1, Susana Endah Ratnawati1, Nurfitri Ekantari1, dan


Indun Dewi Puspita1*
1)
Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Jl. Flora Gd. A4, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : indun_dp@ugm.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediksi pertumbuhan M.


morganii (ATCC 25830) dan pembentukan histamin dalam fungsi suhu. Model tersebut
kedepannya dapat digunakan untuk memprediksi jumlah bakteri M. morganii serta jumlah
histamin yang dibentuk sehingga diharapkan mengurangi risiko bahaya histamin selama
penanganan pasca panen. M. morganii diinokulasi pada media pertumbuhan TSBH (TSB + L-
histidin 1%) dan TFIB (Tuna Fish Infusion Broth) kemudian diinkubasi pada suhu 40C dan 150C
selama 7 hari dan 300C dan 40 0C selama 24 jam. Data pertumbuhan berupa log CFU/ml
diplotkan dengan waktu inkubasi menjadi kurva pertumbuhan M. morganii pada berbagai
suhu dengan program DMFit (http://www.combase.cc) menggunakan model Baranyi &
Roberts. Laju pertumbuhan dikonversi menjadi nilai square root dan dimodelkan dalam
fungsi suhu menggunakan Ratkowsky square root model. Konsentrasi histamin yang
terbentuk selama pertumbuhan dianalisis menggunakan fungsi regresi linear dengan
program Excel. Nilai kepadatan maksimum bakteri tertinggi ditunjukkan data pada
perlakuan TSBH 30 0C 8,28 log CFU/ml dan TFIB 15 0C 8,40 log CFU/ml. Data lain
menunjukkan fase lag cenderung lebih panjang pada suhu inkubasi yang lebih
rendahkecenderungannya pada suhu yang rendah, fase lag akan lebih lama. Ratkowsky
square root modelHasil square root menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka nilai
square root laju pertumbuhan bakteri semakin tinggi. Model matematis yang didapatkan
ppada medium TSBH adalah y = 0.0169x + 0.0685 dengan R2 sebesar 0.9579 sedangkan
model matematis yang didapatkan pada medium TFIB adalah y = 0,0184x + 0,0457 dengan
R2 sebesar 0,8787. Ssuhu mempunyai pengaruh yang lebih tinggi terhadap laju
pertumbuhan bakteri pada medium TSBH dibandingkan dengan TFIB. , hal ini ditunjukkan
dengan nilai R2 yang lebih besar. Pada suhu 300C dan 400C histamin mulai terbentuk >500
ppm pada jam ke-6 dan mencapai >2000 ppm mulai jam ke 12 sampai akhir pengamatan.
Pada suhu 150C, kadar histamin mencapai >2000ppm di hari ke-2 dan seterusnya, pada suhu
40C pembentukan histamin <50 ppm sampai dengan hari ke-7. Penerapan suhu rendah
harus dilakukan secepat mungkin dalam penanganan ikan untuk menghambat
pembentukan histamin.

Kata kunci: histamin, Morganella morganii, model prediksi pertumbuhan, DMFit

144
KP3-05

DETEKSI BAHAN BAKU IKAN PADA PRODUK OLAHAN


MELALUI GEN PENANDA COI

Mala Nurilmala, Asadatun Abdullah, Yuly Astuti

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
yuly_thp51@apps.ipb.ac.id / malanm28@yahoo.com

Abstrak

Bahan baku ikan yang terbatas dan tingginya harga bahan baku seringkali menjadi
alasan terjadinya pemalsuan produk. Deteksi bahan baku ikan dapat dilakukan
menggunakan metode DNA barcoding. Tujuan penelitian ini yaitu menentukan bahan baku
ikan yang terkandung dalam suatu produk olahan perikanan berdasarkan urutan sekuen
DNA. Isolasi DNA dilakukan sesuai protokol kit Qiagen, amplifikasi DNA menggunakan
metode PCR kemudian dilakukan sekuensing. Hasil analisis profil protein sampel produk
olahan menunjukan bahwa pada sampel terdapat protein Myosin Heavy Chain (MHC). Isolat
DNA memiliki konsentrasi berkisar dari 2,6-106,55 ng/µg, dengan kemurnian yang berkisar
1,22-2,00. Elektroferogram menunjukan 6 dari 7 sampel produk olahan teramplifikasi pada
DNA target sebesar 655 bp. Analisis BLAST menunjukkan sampel terdeteksi sebagai Thunnus
albacares, Upeneus sp., Nemipterus mesoprion, dan Himantura gerrardi. Spesies
Himantura gerradi termasuk spesies yang memiliki resiko kepunahan. Komposisi nukleotida
yang diperoleh memiliki perbandingan basa pirimidin yang lebih besar dibanding dengan
basa purin. Analisis filogeni menunjukkan sampel memiliki kekerabatan dengan spesies
tersebut berdasarkan cabang pohon yang terbentuk.

Kata kunci : DNA barcoding, PCR, pohon filogeni

145
KP3-06

AUTENTIKASI HALAL GELATIN KULIT LELE MELALUI DETERMINASI ISTIHALAH


DARI BUDIDAYA DENGAN PAKAN MENGANDUNG KONTAMINAN BABI

Bambang Riyanto1), Dinamella Wahjuningrum2), Muhammad Umar Al Faruqi1)


1)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK IPB, Bogor, Indonesia
2)
Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB, Bogor, Indonesia
Korespondensi penulis : bambangriyanto@apps.ipb.ac.id

Abstrak

Lele merupakan ikan budidaya dengan peningkatan produksi tertinggi dan


memiliki kebutuhan pakan yang besar. Keterbatasan tepung ikan sebagai komponen utama
pakan diantisipasi melalui pemanfaatan limbah pangan, bahkan disinyalir pula
menggunakan jeroan babi, kotoran manusia dan bangkai. Hewan ternak yang memakan
kotoran atau unsur najis disebut jallalah dan harus dilakukan karantina (istihalah).
Periodisasi istihalah menjadi sangat penting, disamping itu pengembangan nilai tambah
kulit ikan menjadi gelatin merupakan harapan baru kehalalan yang perlu diwujudkan.
Penelitian ini bertujuan melakukan autentikasi halal gelatin kulit lele melalui determinasi
istihalah dari budidaya dengan pakan mengandung kontaminan babi. Pemberian pakan
pada sampel lele dilakukan selama 80 hari, dengan periode istihalah 0, 3 dan 6 hari setelah
pemanenan. Ekstraksi gelatin kulit lele menggunakan asam asetat 50 mmol/L, pada 15 °C
selama 18 jam. Autentikasi Real Time Polymerase Chain Reaction dilakukan pada kulit dan
gelatin kulit lele setelah istihalah. Pakan ikan dengan kontaminan babi memiliki kadar
protein 29,11 ± 5,37%, lemak 17,34 ± 0,68%, dengan diameter pakan 3-4 mm, daya tahan
pelet 87,8% dan aktivitas air 0,609 ± 0,012. Hasil pemeliharaan diperoleh sintasan 77%,
bobot tubuh 83,31 ± 34,21 g, panjang total 23,02 cm dan proporsi bagian kulit 5,36 ± 0,75%.
Gelatin kulit lele yang dihasilkan memiliki rendemen 9,19 ± 0,67%, dengan asam amino yang
didominasi oleh glisin 213,77 mg/g dan prolin 125,96 mg/g, serta kekuatan gel 127,67 ± 7,23
bloom. Autentikasi menunjukkan tidak terdeteksinya DNA kontaminan babi pada kulit dan
gelatin kulit lele.

Kata kunci : autentikasi, gelatin, halal, istihalah, lele

146
KP4-01

KAJIAN PENERAPAN GMP DAN SSOP PADA PRODUK PINDANG AIR GARAM
IKAN LAYANG (Decapterus sp) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAMANAN
PANGAN DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT

Yuliati H Sipahutar, Randi B.S Salampessy Claudia C. A. Hutauruk

Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan


JL. Aup No. 1 Pasar Minggu, Jakarta Selatan12520
*korespondensi: yuliati.sipahutar@gmail.com.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses pengolahan ikan pindang,
menganalisis mutu bahan baku dan produk akhir ikan pindang dan mengetahui daya simpan
pindang di UMKM Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat. Metode Penelitian dilakukan dengan penilaian SKP pada 30 UMKM sampel dan
pengujian Organoleptik bahan baku dan produk akhir, pengujian mutu pada sampel 5
UMKM dengan pengujian mikrobiologi (ALT, Salmonella, E.coli, Salmonella, dan Vibrio
cholera). Pengujian kimia (TVB, kadar air, kadar abu, lemak, protein, pH, kadar garam).
Analisis sensori dengan analisis non-parametrik Kruskal- wallis, analisis mutu mikrobiologi
dan kimia dengan analisis deskriptif, daya simpan dengan regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan organoleptik bahan baku memenuhi SNI (7), ALT memenuhi SNI
(10 X 105), E.coli pada UMKM 1, 2, 3 memenuhi standar yaitu <3, UMKM 4 pada bahan baku =
29 dan produk akhir = <3, UMKM 5 pada bahan baku = 9,2 dan produk akhir = 38. Pengujian
mikrobiologi (Salmonella, V.cholera, S. aureus) yaitu negatif. Pengujian Kimia 5 UMKM
mendapatkan hasil rata-rata air pada bahan baku = 70,86%, produk akhir = 57,19%, Abu
pada bahan baku = 1,66%, produk akhir = 2,40%. Lemak pada bahan baku = 2,21%, produk
akhir = 2,02%, protein pada bahan baku = 23,05%, produk akhir = 22,20%, TVB pada bahan
baku = 12,38%, produk akhir = 17,62%. Kadar Garam pada bahan baku = 1,36%, produk akhir
= 2,05%, pH pada bahan baku = 6,74, produk akhir = 6,1. Daya awet ikan pindang garam pada
suhu ruang nilai 6 berada pada 3 hari 6 jam 44 menit dan suhu dingin nilai 6 berada pada 11
hari 5 jam 34 menit.

Kata kunci: bahan baku, mutu, pindang, produk akhir

147
KP4-02

IMPLEMENTASI SISTEM KETERTELUSURAN (TRACEABILITY)


PADA PENGOLAHAN FILLET PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)
BEKU DI PT. XYZ PURWAKARTA - JAWA BARAT

Aef Permadi*1, Herman Saputra1, Randi B.S Salampessy 1


1
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jl. AUP no 1 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
*Korespondensi penulis : permadiaef@gmail.com

Abstrak

Sistem ketertelusuran (traceability) merupakan sebuah konsep terintegrasi yang


dibangun sebagai sarana penelusuran kembali sebagian atau seluruh mata rantai produksi,
pengolahan dan distribusi. Ketidakmampuan tertelusurnya produk akhir yang dihasilkan
oleh PT. XYZ Purwakarta sebagai industri pengolahan fillet patin dalam keadaan beku
mengindikasikan penerapan sistem ketertelusuran tidak berjalan secara maksimal. Tujuan
kajian ini adalah untuk mengetahui penerapan sistem ketertelusuran, kemampuan telusur
produk akhir, dan rencana perbaikan sistem ketertelusuran. Kajian ini menggunakan
metode observasi dan wawancara secara rinci dan mendalam kepada pihak terkait Hasil
kajian menunjukkan sistem ketertelusuran eksternal pada 8 supplier belum mampu
menerapkan sistem ketertelusuran. Penerapan sistem ketertelusuran internal UPI
berdasarkan analisa sistem, jenis pengoperasian data dan metode ketertelusuran belum
mampu telusur. Kode ketertelusuran alur proses dimulai sejak penerimaan bahan baku
sampai dengan penimbangan IV menggunakan kombinasi huruf dan angka. Jenis
pengoperasian data direkam secara manual dengan menggunakan sistem berbasis kertas.
Kode ketertelusuran tidak mampu ditelusuri menyebabkan tingginya risiko kehilangan
informasi mengenai asal usul bahan baku. Hasil perbaikan yang dilakukan penulis pada
sistem ketertelusuran PT. XYZ dimulai dengan membentuk tim manajemen ketertelusuran
yang bertugas mencatat, merekam, mendokumentasikan, memelihara serta menjamin
sistem ketertelusuran berjalan dengan baik. Penulis membuat sistem kodevikasi
ketertelusuran PT. XYZ berbasis kertas dikonversikan kedalam sistem digital berbasis QR
Code sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Kata kunci : Sistem Ketertelusuran, Fillet Patin Siam, dan PT. XYZ

148
KP4-04

PEMAHAMAN MASYARAKAT PESISIR LAMPUNG AKAN BAHAYA HARMFUL


ALGAL BLOOM PADA SUMBER PANGAN LAUT

Inayah Hidayati

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI Departemen Geografi, Fakultas MIPA


Universitas Indonesia
Inayah.hidayati@gmail.com

Abstrak

Harmful Algal Bloom (HABs) menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan


laut terutama kejadian kematian fauna serta secara tidak langsung berpengaruh pada
kesehatan manusia yang mengkonsumsi sumber pangan laut. Penelitian ini penting untuk
dilakukan karena masyarakat pesisir menggantungkan kehidupannya pada hasil laut serta
mengkonsumsi sumber pangan laut. Secara umum, masyarakat pesisir Lampung telah
mengetahui adanya HABs namun belum semua memahami mengapa dan bagaimana
peristiwa tersebut terjadi secara mendalam serta dampk bagi kesehatan manusia. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat akan bahaya HABs
yang berdampak pada sumber pangannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data survei yang didukung dengan hasil wawancara mendalam dan focus group discussion.
Hasil kajian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden pernah mengetahui
informasi dan bahaya mengenai HABs (57 persen). Penyebaran informasi mengenai
kejadian dan penanganan HABs di Lampung belum begitu bagus. Saat terjadi HABs, hanya
54 persen masyarakat yang mengetahui terjadinya kematian ikan karena peristiwa tersebut.
padahal kematian ikan tersebut terjadi kurang lebih selama 3 hari berturut-turut. Media
yang diharapkan menyebarluaskan informasi kejadian HABs belum begitu berperan,
masyarakat yang mengetahui berita kematian ikan sebagian besar karena melihat langsung.
Sedikit sekali masyarakat yang mengetahui berita kematian ikan akibat HABs melalui media
cetak maupun elektronik.
Kata Kunci: HABs, pesisir, sumber pangan laut

149
KP4-05

BIODEGRADASI AIR LIMBAH MENGGUNAKAN CHLORELLA Sp.


DI WADUK DAN PASAR IKAN MUARA ANGKE

Devi Ambarwaty Oktavia1), Diini Fithriani1) dan Nurhayati1)


1)
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
E-mail : devi_oktav@yahoo.co.uk

Abstrak

Telah dilakukan penelitian pada air limbah waduk dan pasar ikan di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke, Muara Baru, Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penambahan mikroalga jenis Chlorella sp. dalam proses
biodegradasi polutan organik air limbah waduk dan pasar ikan di TPI Muara Angke, Jakarta
Utara. Pengolahan limbah dilakukan secara aerobik dan hasil proses biodegradasi diketahui
dari nilai parameter uji yaitu pH, Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen
Demand (COD), Amonia, Nitrit, Pospat dan Sulfida. Hasil biodegradasi ini memperlihatkan
bahwa Chlorella sp. mampu mendegradasi beberapa polutan organik yaitu BOD5, COD,
amonia, nitrit, pospat dan sulfida yang ada pada air limbah waduk dan pasar ikan TPI Muara
Angke, Jakarta Utara. Baku mutu air limbah yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2007 adalah pH, amonia, BOD5, COD dan sulfida, sedangkan
kadar nitrit dan pospat tidak termasuk. Perubahan yang terjadi di akhir perlakuan adalah
nilai pH awal 6 menjadi 7, kadar BOD5 8,18 menjadi 6,43 mg/L, kadar COD 9.024 menjadi 317
mg/L, kadar amonia 9,83 menjadi 7,79 mg/L, kadar sulfida 4,71 menjadi 0,03 mg/L, kadar
nitrit 0,576 menjadi 0,39 mg/L dan kadar pospat 19,78 menjadi 4,54 mg/L.

Kata kunci : biodegradasi, air limbah, waduk, pasar ikan, Chlorella sp.

150
KP5-01

ISOLASI BAKTERI PEMBENTUK HISTAMIN DARI TUNA, TONGKOL,


DAN CAKALANG SERTA PENGUJIAN KEMAMPUAN PEMBENTUKAN
HISTAMINNYA

Dikcy Putra W. 1, Aldino Dityanawarman1, Susana Endah Ratnawati1,


dan Indun Dewi Puspita1*
1)
Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Jl. Flora Gd. A4, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author email : indun_dp@ugm.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri pembentuk histamin (BPH)


dari tuna, tongkol dan cakalang yang didaratkan oleh nelayan di Pelabuhan Sadeng, Gunung
Kidul, DIY, serta menguji kemampuan bakteri dalam menghasilkan histamin.
Sampel ikan dari Pelabuhan Sadeng yang digunakan untuk isolasi terdiri dari 2
perlakuan, yaitu sampel segar dan sampel yang disimpan pada suhu ruang selama 2 hari.
Isolasi dilakukan dengan medium Niven's dan koloni yang tumbuh dipisahkan untuk
mendapatkan isolat murni. Koloni positif pada medium Niven's (terduga BPH)
KP4-02
menghasilkan warna merah keunguan. Seluruh koloni postif diuji dengan pengecatan
Gram. Kemampuan pembentukan histamin dilakukan dengan cara mengkultur bakteri
pada medium TSB + 1% histidin dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 48 jam. Senyawa
histamin yang terbentuk di dalam medium kultur dideteksi dengan TLC.
Hasil penelitian menunjukkan isolat terduga BPH yang positif pada medium
Niven's pada sampel tuna, tongkol, dan cakalang segar secara berturut-turut berjumlah 33,
35, dan 29 isolat, sedangkan pada sampel dengan perlakuan secara berturut-turut
berjumlah 25, 25, dan 30 isolat. Sebagian besar isolat positif Niven's adalah kelompok Gram
postitif (150 isolat), dan sisanya sejumlah 32 isolat adalah Gram negatif. Hasil pengujian TLC
menunjukkan hanya 7 isolat, yaitu 4 isolat dari tuna, 1 isolat dari tongkol, dan 3 isolat dari
cakalang, yang menunjukkan kemampuan pembentukan histamin yang tinggi (> 1.500
ppm). Ketujuh isolate tersebut didapatkan dari sampel dengan perlakuan penyimpanan.
Isolat BPH yang didapat dari penelitian ini selanjutnya akan digunakan dalam
pengembangan model prediksi pertumbuhan BPH yang bermanfaat dalam menjamin
keamanan dan mutu mikrobiologis tuna, tongkol dan cakalang.

Kata kunci: bakteri pembentuk histamine, tuna, tongkol, cakalang

151
KP5-02

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus epidermis


PADA IKAN ASAP Pinekuhe

Ely John Karimela1*, Frans G Ijong2, Jaka FP Palawe1, Jeffri A Mandeno1


1
Jurusan Perikanan dan Kebaharian, Politeknik Negeri Nusa Utara, Tahuna
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univesitas Sam Ratulangi, Manado
Korespodensi: karimelaelyjohn@gmail.com

Abstrak

Ikan asap Pinekuhe merupakan produk perikanan yang diolah secara tradisional
oleh nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Bakteri Staphylococcus epidermis memiliki
peran sebagai bakteri oportunistik yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri S. epidermis yang diisolasi dari ikan
asap Pinekuhe dan penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengamati
keberadaan S. epidermis pada 40 isolat sampel yang tumbuh pada media Manitol salt Agar.
Hasil uji pewarnaan Gram, uji Katalase, uji Motility dan uji Koagulase menunjukkan ada
sebanyak 13 sampel uji yang teridentifikasi mengandung S. epidermis. Staphylococcus
epidermis memiliki karakteristik fisiologis yaitu Gram positif, berbentuk bulat, bergerombol,
berdiameter 0,5μm-1μm dan non-motil dan untuk karakteristik biokimia yaitu katalase
positif, koagulase negatif dan tidak memfermentasi Manitol. Dengan demikian, ada 32,5% S.
epidermis yang mengkontaminasi produk ikan asap Pinekuhe.

Kata Kunci: Ikan Asap, Pinekuhe, Staphylococcus sp,Staphylococcus epidermis

152
KP5-03

IDENTIFIKASI BAKTERI PADA SE'I TUNA YANG DIPROSES


DENGAN ASAP CAIR DAN DISIMPAN PADA TEMPERATUR BERBEDA

Ayub U.I. Meko1, S. Berhimpon2., I K.Suwetja2., F.G. Ijong 2, Mada M. Lakapu1

Faculty of Fisheries and Marine Sciences Artha Wacana Christian University Kupang1)
Faculty of Fisheries and Marine Sciences Sam Ratulangi University Manado2)
ayubmeko@yahoo.co.id

Abstrak

Produk se'i ikan tuna termasuk salah satu hasil olahan tradisional khas dari Kota
Kupang. Produk ini diminati banyak orang, namun memiliki keterbatasan karena ragam sifat
spesifik produk masih tinggi pada setiap periode produksi, dan masa simpan yang sigkat.
Salah satu cara untuk mendapatkan hasil se'i ikan tuna yang aman dan memiliki karakteristik
mendekati sama pada setiap kali produksi adalah dengan memodifikasi proses pengasapan
menggunakan asap cair. Kajian tentang pembuatan se'i tuna dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan karakteristik bakteri yang ditemui pada produk se'i tuna yang diproses
dengan asap cair, tehnik pegemasan dan disimpan pada temperature yang berbeda.
Perlakuan yang dicobakan yakni membuat se'i tuna dengan asap cair pada
konsentrasi 1.2% b/v kemudian dikemas secara vacum dan tanpa vaccum, disimpan pada
temperatur ruang dan dingin selama 20 hari. Variabel yang diukur pH, total mikroba dan
identifikasi bakteripada produk se'i tersebut selama penyimpanan. Hasilnya pH se'i tuna
yang disimpan selama 5-20 hari berkisar antara 5.51 sampai 6.55. Total bakteri untuk se'i
yang dikemas tanpa vakum dan disimpan pada temperatur ruang berkisar antara 0 sampai
1.0x106 sedangkan yang dikemas vakum dan disimpan pada temperatur dingin berkisar
antara 0 sampai 1.2x102. Jenis bakteri yang teridetifikasi pada produk se'i dimaksud
sebanyak 9 genus yakni: Mikroccus sp 20 isolat, Basilus sp dan Staphylococcus sp masing-
masing 8 isolat, Lactobacilus sp 4 isolat, Steptococcus sp, Clostridium sp dan Eterococcus sp
masing-masing 3 isolat, serta Alcaligenes sp 2 isolat dan Halobacterium sp 1 isolat. Bakteri
dominan yang ditemui adalah dari gram posetif bentuk coccus yakni Mikrococus sp.

Kata kunci: asap cair, bakteri, gram posetif, masa simpan, se'i ikan

153
KP5-04

OCCURRENCE OF PATOGENIC Vibrio parahaemolyticus


IN VANAME SHRIMP FOR EXPORT MARKET FROM PROCESSING UNIT
IN CENTRAL JAVA AND EAST JAVA

Arifah Kusmarwati1*)and Izhamil Hidayah1)


1)
Research and Development Center For Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnology,
Slipi-Jakarta Pusat.Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Slipi, Jakarta Pusat.
Corresponding author : E-mail : akusmarwati@gmail.com

Abstract

Vibrio parahaemolyticus is important pathogenic bacteria for human that cause


human diseases and public health threat. Even, it is the cause of rejection of shrimp exports
in several countries. Sampling of vaname shrimps were carried out traceability along the
supply chain of shrimp processing by the purposive random sampling method. Fresh
vaname shrimp derived from intensive shrimps ponds are located in Rembang and Jepara
(Central Java) and Banyuwangi (East Java). In each pond area taken 5 samples weighing
about 500 grams. Identification of V. parahaemolyticus refers to the method of SNI 01-
2332.5-2006 and PCR methods with specific gene targets toxR, tdh and trh. Total and
pathogenic V. parahaemolyticus test used a cultivation method on TM Vibrio agar CHROM.
Prevalence of total and pathogenic V. parahaemolyticus in vaname shrimp from Central Java
and East Java showed that there were 49 (63.27%) samples were positive for V.
parahaemolyticus out of 111 samples. Then, 4 (3.60%) samples were positive for tdh gene,
3 (2.70%) samples were positive for trh gene, and only 2 (1.80%) samples were both positive
for tdh and trh genes. In addition, the positive samples of pathogenic V. parahaemolyticus
originated from the pond and processing unit in Central Java, with the result that it is
necessary to improve the cultural system in a pond, handling of post-harvest of shrimp,
improving infrastructure, transportation as well as shrimp processing at the processing unit
especially in a critical point of pathogens.
Kata kunci : Vibrio parahaemolyticus, shrimp, prevalence, Central Java, East Java,
pathogenic bacteria

154
KP5-05

POLA RESISTENSI VIBRIO PARAHAEMOLYTICUS YANG DI ISOLASI


DARI UDANG VANAME TERHADAP ANTIBIOTIK

Izhamil Hidayah*1 , Gunawan*1 dan Arifah Kusmarwati*1


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS Tubun Petamburan VI Jakarta Pusat
Email: izhamil.hidayah@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resistensi Vibrio parahaemolyticus


yang diisolasi dari sampel udang vaname yang diperoleh dari beberapa daerah di Wilayah
Jawa Tengah dan Jawa Timur terhadap antibiotic. Vibrio parahaemolyticus diisolasi
menggunakan metode kultivasi pada medium CHROMagarTM Vibrio (CV) dan metode
polymerase chain reaction (PCR) melalui amplifikasi gen toxR untuk total V.
parahaemolyticus, serta gen tdh dan trh untuk V. parahaemolyticus patogen. Kepekaan V.
parahaemolyticus terhadap antibiotik diuji menggunakan Erythromycin, Kanamycin,
Ciprofloxacin, Tetracycline, Ceptazidime, Vancomycin, Sulfamethoxazole, Cefazolin dan
Chloramphenicol sesuai dengan metode Kirby bouer. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
isolat V. parahaemolyticus asal udang vaname resisten terhadap Erythromycin , Kanamycin,
Tetracycline, Vancomycin, Sulfamethoxazole dan Chloramphenicol tetapi sensitif terhadap
Ciprofloxacin dan Ceptazidime

Kata kunci : Udang, Vibrio parahaemolyticus, Resistensi antibiotik

155
A B S T R A K
Mekanisasi Proses

156
MK1-01

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT LAUT


DI UD KARANG BARU KABUPATEN SUMENEP – MADURA

1
Urip Prayogi, , 2Titik Indhira Agustin dan 2Nuhman
1
Prodi Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya
2
Prodi Perikanan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya
Email : titiekagustin@gmail.com

Abstrak

Kabupaten Sumenep merupakan salah satu kabupaten di Madura yang memiliki


potensi budidaya rumput laut terbesar di Jawa Timur. Rumput laut yang paling banyak
dibudidayakan di Kabupaten Sumenep adalah Eucheuma cottonii, rumput laut ini adalah
penghasil karaginan. Universitas Hang Tuah telah berhasil introduksi alat perebusan rumput
laut menjadi ATC (Alkali Treated Cottonii) di UD Karang Baru-Sumenep. Rancang bangun
mesin perajang rumput laut perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas ATC yang pada
akhirnya dapat meningkatkan harga jualnya. Komponen dari mesin pencacah rumput laut
ini adalah dengan spesifikasi pulley motor diesel diameter 125 mm dan pulley poros 200
mm, poros diameter 30 mm, v-belt jenis FM 5D, daya max mesin diesel 8 hp, kecepatan
mesin diesel max 2600 diambil 1500 rpm, tegangan yang diijinkan 9,25 kg/mm2, daya
rencana mesin diesel 3 KW, momen puntir 1753 kg.mm, tegangan geser yang diijinkan 22.4
kg.mm, 30 buah pisau gerak dengan ukuran 118 mm x 30 mm, kecepatan sabuk V belt 7.976
m/s. Kapasitas mesin perajang adalah 300 kg/jam. Hasil yang diperoleh adalah rumput laut
yang telah menjadi ATC (Alkali Treated Cottonii) kering dengan ukuran serpihan panjang 2-3
cm.

Kata Kunci : Rancang bangun, mesin pencacah, Eucheuma cottonii

157
MK1-02

RANCANGBANGUN DAN UJI KINERJA MESIN PENCACAH TULANG IKAN

Luthfi Assadad*, Bakti Berlyanto Sedayu, Wahyu Tri Handoyo

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan


Jl. Imogiri Barat km 11.5 Jetis Bantul Yogyakarta
*Korespondensi penulis: luthfiassadad@kkp.go.id

Abstrak

Telah dilakukan sebuah penelitian untuk merancangbangun dan menguji kinerja


mesin pencacah tulang ikan. Penelitian ini dilakukan sebagai solusi mengatasi
permasalahan yang timbul pada unit pengolahan tepung ikan berbahan baku ikan bertulang
keras. Mesin dirancang berdasarkan mekanisme kerja poros berputar dengan roda gigi
untuk menggerakkan mata pisau berpasangan dengan motor bertenaga 2 HP. Mata pisau
bergerak berlawanan ke arah dalam secara sinergis untuk mencacah material sehingga
berukuran lebih kecil. Uji kinerja dilakukan dengan menggunakan energi listrik dan beban
berupa tulang ikan tuna dengan variasi perlakuan berupa frekuensi inverter 25, 37.5 dan 50
Hz. Parameter yang diamati meliputi rendemen, kecepatan poros, dan waktu pencacahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rendemen, kecepatan poros, dan waktu
pencacahan untuk frekuensi inverter 25.0, 37.5, dan 50.0 Hz berturut-turut yaitu 90.94%,
88.18%, 92.69%; 76.50 rpm, 121.47 rpm, 157.67 rpm; 167.67 detik, 70.67 detik, dan 42.67
detik. Semakin tinggi frekuensi inverter yang digunakan maka kecepatan poros semakin
tinggi dan waktu pencacahan semakin singkat. Secara umum, mesin pencacah ini optimum
digunakan pada frekuensi 50.0 Hz.

Kata kunci: mesin pencacah tulang ikan, rancangbangun, shredder, uji kinerja

158
MK1-03

SARANA PEMASARAN IKAN SEGAR MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR


DAN PENERAPAN PADA PEDAGANG IKAN KELILING DI KOTA DEPOK
DAN KABUPATEN BOGOR

Dwi Budiyanto* ,Ahmad Nuridha**dan Junaedi Abdillah***

* Perekayasa Madya, ** Perekayasa Muda, *** Perekayasa pertama Balai Besar Pengujian
Penerapan Hasil Perikanan
e-mail : dwifish@yahoo.com

Abstrak

Pedagang ikan keliling yang menggunakan sepeda motor saat ini banyak
ditemui di masyarakat dengan sarana pemasaran yang sederhana dan tidak memenuhi
persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. BBP2HP Membuat sarana
pemasaran ikan yang efisien, efektif dan mampu mempertahankan mutu ikan selama ikan
dipasarkan oleh pedagang ikan menggunakan sepeda motor. Sarana pemasaran terdiri dari
2 box kiri dan kanan dengan 1 display diatasnya. Box dan display terbuat dari bahan resin,
mat 450, WR 400, pigmen putih (pewarna fiber) dan erosil (serbuk) yang dicetak
menggunakan moulding dengan ukuran box 2 x (22 x 38,5 x 34,5) cm, display: 84,5 x 39,5 x
9,5 cm dan dengan ketebalan 3 mm. Sarana pemasaran dipasangkan pada bagian belakang
sepeda motor menggunakan bracket besi siku 4x4, besi siku 3x3 cm, strip 5 cm, besi strip 2,5
cm. Hasil uji kinerja sarana pamasaran ikan menunjukkan daya angkut sarana sebesar 71 kg
terdiri dari 54 kg ikan berbagai jenis dan 17 kg es. Selama operasional 5 jam (8.20 s/d 13.00
WIB) tidak ditemukan masalah baik pada saat perjalanan, manuver dan berhenti, namun
terjadi kenaikan suhu ikan baik didalam box maupun didalam display. Kenaikan suhu ikan
didalam box sebesar 5 oC (dari 5 oC menjadi 10 oC) sedangkan didalam display terjadi
kenaikan 8 oC (dari 10 oC menjadi 18 oC). Hasil penerapan sarana pemasaran ikan segar oleh
pedagang ikan keliling menggunakan sepeda motor di kota Depok dan kabupaten Bogor
selama 9 bulan, meningkatkan pendapatan pedagang ikan di kota Depok rata-rata perbulan
sebesar 13,10% dengan peningkatan keuntungan bersih sebesar 39,04 %, sedangkan di
kabupaten Bogor peningkatan pendapatan rata-rata perbulan 15,34% dan keuntungan
bersih 37,11%. Hal ini menunjukan bahwa sarana pemasaran ikan BBP2HP dapat
mempertahankan mutu ikan selama dipasarkan dan dapat meningkatkan pedapatan
pedagang ikan keliling

Kata kunci : sarana pemasaran ikan segar, pedagang ikan keliling

159
MK1-04

PENGUKURAN KINERJA MACHINE LEARNING PADA PENDETEKSIAN


IKAN NILA (Oreochromis niloticus) BERFORMALIN
BERBASIS PENGOLAHAN CITRA

I Made Susi Erawan*1 dan Toni Dwi Novianto2


1,2)
LRMPHP, Jl. Imogiri Barat Km. 11.5, Bantul-DI Yogyakarta, Indonesia
*email : masusera_1@yahoo.com

Abstrak

Permasalahan terkait dengan mutu dan keamanan pangan pada produk


perikanan mencakup dimensi permasalahan yang luas. Salah satu permasalahan yang
masih ditemui saat ini adalah penggunaan formalin sebagai bahan aditif yang bersifat ilegal.
Metode pengujian keberadaan formalin pada produk perikanan secara kimiawi yang
diterapkan saat ini memiliki sejumlah keterbatasan antara lain memerlukan waktu
persiapan sampel, sampel tidak dapat digunakan kembali karena telah terdestruksi, serta
perlu skill dan pelatihan yang memadai bagi operator untuk menggunakan instrumen uji.
Untuk mengatasi sejumlah keterbatasan tersebut, pada penelitian ini dikembangkan
metode pengolahan citra digital untuk membantu identifikasi ikan nila berformalin. Metode
yang digunakan meliputi preparasi sampel ikan nila dengan perendaman formalin sebesar
2% (v/v) dan sebagai pembanding digunakan ikan nila tanpa formalin dengan penyimpanan
dingin pada kotak styrofoam selama 8 hari. Pada interval 1 hari penyimpanan dilakukan
proses akuisisi citra ikan nila pada kotak pengakuisisi citra sehingga terkumpul sejumlah 320
data citra ikan nila. Untuk melakukan proses identifikasi ikan nila berformalin digunakan
metode penggabungan pemilihan ROI 4 titik yaitu 2 titik pada daerah insang (IN1 dan IN2)
serta 2 titik pada area sisik dorsal (SA1 dan SA2), penerapan analisis komponen utama (PCA),
serta implementasi proses klasifikasi menggunakan pengklasifikasi Sequential Minimum
Optimization (SMO). Menggunakan software Weka 3.8 untuk pembelajaran mesin,
parameter pengklasifikasi SMO yang dipergunakan meliputi pengaturan kernel Polykernel
dengan nilai eksponen 1, epsylon 1.0E-012, tipe filter Normalize Training Data, dan
kalibrator Logistic. Sebagai validasi proses pengolahan citra juga dilakukan metode analisa
formalin secara kimiawi dengan formalin rapid test kit. Untuk mengukur kinerja
pembelajaran mesin digunakan metode 10-folds cross validation. Berdasarkan uji data
dengan 10-folds cross validation, didapatkan hasil untuk ROI pada area insang IN1 dan IN2
digabungkan dengan SA1 dan SA2 (4 ROI) yang dilajutkan penerapan PCA dan menggunakan
SMO memiliki nilai tertinggi untuk accuracy, spesifisity, dan precision masing- masing
sebesar 0,900, 0,900 dan 0,900. Sementara dengan metode pemilihan 4 ROI tanpa
penerapan PCA dilanjutkan dengan SMO mendapatkan nilai tertinggi untuk accuracy,
spesifisity, dan precision masing-masing sebesar 0,8688, 0,8685 dan 0,8690. Pada uji
formalin dengan rapid test kit menunjukkan perubahan warna dari ungu menjadi ungu tipis
untuk sampel ikan nila dengan perlakuan formalin 2% sementara pada perlakuan kontrol
warna tetap jernih hingga penyimpanan hari ke-8. Dari uji Mood's Median Test didapatkan
hasil yang berbeda nyata pada identifikasi ikan nila berformalin dengan penerapan PCA dan
tanpa penerapan PCA pada tingkat uji nyata 5%.
160
MK1-05

PENGARUH HIGH VOLTAGE ELECTRIC FIELD PADA PROSES THAWING


TERHADAP PENYUSUTAN IKAN TUNA BEKU

Arif Rahman Hakim 1), Luthfi Assadad 1), Widiarto Sarwono 1)


1)
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan,
Jl Imogiri Barat km 11,5 Jetis, Bantul, D.I Yogyakarta
*Korespondensi penulis : arifrahmanh11@gmail.com

Abstrak

Proses thawing / pelelehan ikan beku membutuhkan proses yang cepat dan tidak
menyebabkan kehilangan bobot yang tinggi. Pada penelitian ini diuji coba pelelehan ikan
tuna beku menggunakan High Voltage Electric Field (HVEF) dan dibandingkan proses lain
yaitu dibiarkan pada suhu ruang dan direndam dalam air mengalir. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui penyusutan bobot ikan tuna beku selama proses pelelehan
menggunakan HVEF. Sampel berupa daging tuna beku (suhu inti – 4 oC) berbentuk kubus
dengan ukuran 4 x 4 cm diletakkan pada alat HVEF yang bertegangan 20-25 kV, jarak ujung
elektroda dengan permukaan sampel sebesar 4 cm. Kemudian dilakukan pengukuran berat
dan suhu sampel tiap 5 menit selama 15 menit. Data yang diperoleh digunakan untuk
menghitung beberapa parameter utama yaitu evaporation loss, thawing loss, drip loss dan
cooking loss. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata suhu akhir pada perlakuan
HVEF adalah 17,30 oC, 3,0 oC pada perlakuan suhu ruang dan 20,1 oC pada perlakuan
direndam dalam air mengalir. Susut bobot pada akhir perlakuan ialah 14,40%, 10,16% dan
22,55% berturut-turut dengan perlakuan HVEF, suhu ruang dan air mengalir.

Kata kunci : thawing, high voltage electric field, ikan tuna beku

161
MK2-01

ANALISIS PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)


PADA MESIN AIR BLAST FREEZER DI PT. X PURWAKARTA - JAWA BARAT

Aef Permadi*1, Latifa Amelia Abdullah1, Randi B.S Salampessy1


1
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jl. AUP No.1 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520
*Korespondensi penulis : permadiaef@gmail.com

Abstrak

Di dunia industri mesin dan peralatan merupakan salah satu faktor penunjang
perusahaan dalam melangsungkan proses produksi. PT. X Purwakarta merupakan
perusahaan yang mengolah ikan segar menjadi produk beku menggunakan mesin air blast
freezer. Tujuan dari pengamatan ini untuk mengetahui alur proses pengolahan fillet ikan
patin, whole ikan nila dan ikan gurami serta menganalisis efektifitas kerja mesin air blast
freezer. Menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness. Perhitungan OEE terdiri
dari tiga sudut pandang yaitu availability, performance, dan quality dengan hasil yang
menunjukkan bahwa tingkat kinerja mesin ABF 1 availability (88,3%) performance (75,1%)
quality (99,5%) OEE (65,9%) untuk ABF 2 availability (90,4%) performance (86,3%) quality
(99,3%) OEE (77,4%) dan untuk ABF 3 availability (86,9%) performance (73,2%) quality
(99,4%) OEE (63,2%). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi rendahnya nilai performance karena jumlah produksi yang dihasilkan
kurang dari target mesin pembeku.

Kata kunci : Fillet ikan patin, whole ikan nila dan gurami, ABF, OEE

162
MK2-02

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AIR PADA PENGOLAHAN IKAN BEKU


DI PT. X PURWAKARTA-JAWA BARAT

Aef Permadi *1, Annisa Narapuspa1, Randi B.S Salampessy 1


1
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Jl. AUP no.1 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
*Korespondensi penulis : permadiaef@gmail.com

Abstrak

Industri perikanan merupakan salah satu industri yang mengkonsumsi air dalam
jumlah yang signifikan, sehingga sudah dipastikan bahwa jumlah efluen yang dikeluarkan
juga akan besar. Hal ini akan menimbulkan dampak toksisitas limbah emisi. Oleh karena itu,
perlu analisis untuk mengefektifkan penggunaan air yang akan berkesinambungan dengan
limbah cair yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efektivitas
penggunaan air. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara primer dan
sekunder. Hasil pengamatan selama penelitian didapatkan bahwa proses yang diterapkan di
perusahaan sudah baik, hasil rata-rata penggunaan air yaitu 10,86 liter/kg dan 5,93
liter/jam, penggunaan air yang digunakan selama proses pengolahan tergantung dengan
jenis ikan yang diproduksi. Penghematan air sebanyak 1.400 sampai 2.100 liter setiap
harinya dan 36.400-54.600 liter dalam sebulan dengan keuntungan finansial mencapai Rp
57.223.- Rp 85.835/bulan.

Kata kunci : Penggunaan air, Fillet Patin, Whole (utuh) Nila dan Gurami.

163
MK2-03

PENGARUH JUMLAH DAN CARA PENYUSUNAN ELEMEN PELTIER


TERHADAP PERFORMANSI PENDINGIN TERMOELEKTRIK
ALAT TRANSPORTASI IKAN SEGAR

Tri Nugroho Widianto”1) dan Caesar Mahendra1


1
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan,
Jl. Imogiri Barat Km. 11,5, Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dan cara penyusunan
elemen peltier pada pendingin termoelektrik terhadap performansi alat transportasi ikan
segar. Sistem pendingin termoelektrik pada alat transportasi ikan segar tersusun dari
elemen peltier, bracket alumunium, fan, heatsink dan heat pipe. Susunan variasi pendingin
termoelektrik pada tiap kotak alat transportasi ikan segar yaitu dua buah pendingin
termoelektrik dengan masing masing pendingin tersusun dari satu elemen peltier tunggal,
dua buah pendingin termoelektrik dengan masing masing pendingin tersusun dari satu
buah elemen peltier ganda dan 4 buah pendingin termoelektrik dengan masing masing
pendingin tersusun dari satu elemen peltier tunggal. Uji performansi dilakukan dengan
pengukuran suhu heatsink, heat pipe dan ruang peti insulasi tiap 10 menit selama 120 menit
serta dilakukan pengukuran kebutuhan energi tiap variasi. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa suhu ruang peti insulasi pada penggunaan dua buah pendingin termoelektik
(elemen peltier ganda), dua buah pendingin termoelektik (elemen peltier tunggal) dan
empat buah pendingin termoelektrik (elemen tunggal) berturut-turut 18,8, 13,5 dan 8,5 0C.
Sedangkan kebutuhan energi masing masing perlakuan sebesar 45, 83 dan 166 Watt.

Kata Kunci : alat transportasi ikan segar; peltier, suhu, termoelektrik

164
MK2-04

PENGUJIAN CHILLING STORAGE PADA KAPAL IKAN KAPASITAS 1,3 TON


DI PPP SADENG YOGYAKARTA

Tri N. Widianto*, Ahmat Fauzi dan Luthfi Assadad

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan


Jl. Imogiri Barat Km 11.5, Jetis, Bantul, DI Yogyakarta
*E-mail: ahmat.fauzi@gmail.com

Abstrak

Pengujian chilling storage pada kapal ikan kapasitas 1,3 ton di PPP Sadeng
Yogyakarta telah dilakukan Pengujian ini dilakukan sebagai tahapan pendahuluan aplikasi
chilling storage pada kapal penangkap ikan di PPP Sadeng. Sistem chilling storage pada kapal
penangkap ikan ini menggunakan media air laut di dalam palkah yang didinginkan
menggunakan siklus pendinginan kompresi uap untuk menyimpan ikan pada suhu sekitar
0°C. Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui performansi sistem chilling storage yang
dilakukan pada salah satu kapal penangkap ikan berukuran 20 GT di PPP Sadeng Yogyakarta.
Salah satu kinerja yang diamati adalah waktu dan kecepatan pendinginan menggunakan
beban air laut. Pengujian dilakukan dengan mendinginkan air laut sebanyak 700 liter di
dalam palkah yang telah ditambahkan sistem pendingin. Parameter pengujian adalah
capaian suhu air laut dalam palkah selama pendinginan yang dilakukan tiap 30 menit sampai
suhu air laut mendekati 0-1°C. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu pendinginan air
laut dari suhu awal 23,6°C sampai 0,9°C adalah 6 jam. Kecepatan penurunan pendinginan air
laut adalah 3,77 oC/jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem chilling storage
berfungsi dengan baik dan dapat digunakan pada kapal penangkap ikan.

Kata kunci : media pendingin, air laut, penurunan suhu, kapal ikan, chilling storage

165
MK2-05

PERBEDAAN KINERJA CHILLING STORAGE PADA KAPAL IKAN


KAPASITAS 1,3 TON MENGGUNAKAN BEBAN AIR TAWAR
DAN AIR GARAM 3,5%

Ahmat Fauzi*, Tri N. Widianto dan Arif R. Hakim

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan


Jl. Imogiri Barat Km 11.5, Jetis, Bantul, DI Yogyakarta
*E-mail: ahmat.fauzi@gmail.com

Abstrak

Metode pendinginan adalah salah satu usaha untuk mengurangi kemunduran


mutu ikan setelah penangkapan dan transportasi di atas kapal. Salah satu metode
pendinginan antara lain sistem chilling storage menggunakan media pendinginan air atau
air laut pada palkah pada suhu sekitar 0°C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pendinginan media air dan air garam 3,5% menggunakan chilling storage pada
kapal kapasitas 1,3 ton. Pengujian dilakukan dengan mendinginkan air 1000 kg dan air garam
3,5% sebanyak 930 kg yang dimasukkan ke dalam palkah kapasitas 1,3 ton ikan kemudian
didinginkan menggunakan sistem pendingin kompresi uap sampai suhu mendekati 0°C.
Parameter pengamatan yaitu suhu air, suhu air garam, suhu udara di dalam palkah, tekanan
dan suhu kondensor, tekanan dan suhu evaporator, laju alir air pendingin kondensor, suhu
lingkungan, beban pendinginan dan kecepatan penurunan pendinginan. Pengamatan
dilakukan tiap 30 menit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu pendinginan air tawar
dan air garam masing-masing adalah 13,5 dan 9,5 jam. Kecepatan penurunan suhu media
pendinginan air tawar dan air garam masing-masing adalah 1,52 dan 3,0 oC/jam. Kecepatan
pembuangan panas pada media air tawar dan air garam masing-masing adalah 2,1 kW dan
3,4 kW. Hasil pengujian menunjukkan bahwa media pendingin air tawar memiliki kecepatan
pendinginan yang lebih rendah atau memerlukan waktu pendinginan yang lebih lama.

Kata kunci : media pendingin, air tawar, air garam, penurunan suhu, chilling storage

166
MK2-06

HUBUNGAN BIOFILM PADA ELEKTRODA DAN PRODUKSI BIOLISTRIK


DALAM MICROBIAL FUEL CELL LIMBAH CAIR PERIKANAN

Bustami Ibrahim, Uju, Alvindo Chrisna Mukti

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor
Jl Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Bogor, Indonesia
Email : bustamibr@yahoo.com, ujusadi@gmail.com, alvindo.chrisna@gmail.com

Abstrak

Microbial fuel cell merupakan bioreaktor yang memanfaatkan bakteri sebagai


elektrokatalisis untuk merubah bioenergi dari biomassa menjadi energi listrik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik biofilm pada elektroda tembaga serta nilai
elektrisitas yang dihasilkan dari MFC dengan jarak elektroda yang berbeda. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan kinerja penurunan beban polutan limbah
cair dari proses MFC. Sistem MFC yang digunakan yaitu MFC satu bejana dengan perlakuan
jarak elektroda yang diberikan sebesar 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. Jarak elektroda tidak
memberikan pengaruh terhadap densitas biofilm pada elektroda dan penurunan beban
polutan limbah, namun memberikan pengaruh terhadap elektrisitas yang dihasilkan.
Densitas biofilm yang terbentuk pada elektroda MFC selama 120 jam berkisar antara 0,65-
6,46 CFU/cm2. Nilai elektrisitas tertinggi terdapat pada perlakuan jarak elektroda 6 cm
sebesar 6,81 ± 0,013 V. Hasil penelitian ini menunjukkan sistem MFC mampu menurunkan
rata-rata nilai BOD sebesar 50,78% dan COD sebesar 33,29%. Nilai penurunan ini
berbanding terbalik dengan nilai TAN yang mengalami peningkatan menjadi 7 mg/L.

Kata kunci: biofilm, jarak elektroda, microbial fuel cell, tembaga

167
ABSTRAK
Poster

168
POS-01

DIVERSIVIKASI BUBUK RUSIP NILEM DENGAN PENAMBAHAN


BUBUK CABAI RAWIT MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN

Arita1, E Afrianto2, R I Pratama3, E Liviawaty4


1
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univerisitas Padjadjaran

Abstrak

Riset diversivikasi bubuk rusip nilem dengan penambahan bubuk cabai rawit
merah terhadap tingkat kesukaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
cabai rawit merah terhadap tingkat kesukaan. Riset ini terlah dilakasanakan pada bulan
maret sampai bulan mei 2018 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unpad. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah
eksperimental dengan menggunkan 4 perlakuan penambahan cabai parameter yang
diamati terdiri dari uji organoleptik meliputi kenampakan, aroma dan rasa ; serta uji kimia
meliputi kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat. Hasil riset ini menunjukan bahwa
perlakuan yang paling disukai adalah penambahan bubuk cabai rawit merah sebanyak 4%.
Kandungan gizi dari bubuk rusip dengan penambahan bubuk cabai rawit merah meliputi
kadar air 6,18%, abu 39,21%, protein 39,05%, lemak 7,32%, dan karbohidrat 14,42%.

Kata kunci : cabai rawit merah, bubuk rusip, kandungan gizi, organoleptik

169
POS-02

KARAKTERISTIK MANGUT LELE DALAM KEMASAN KALENG


DAN POTENSI PENGEMBANGAN

Ervika Rahayu NH*, Agus Susanto, Asep Nurhikmat, M. Kurniadi

Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam – LIPI,


Jln. Jogja-Wonosari km 31,5 Gading, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : ervika.lipi@gmail.com
,

Abstrak

Sebagian besar makanan tradisional di Indonesia memiliki masa simpan yang


rendah, salah satunya adalah mangut lele. Ikan lele yang dimasak dalam bumbu mangut ini
merupakan makanan khas daerah Jawa yang banyak disukai masyarakat. Salah satu
teknologi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masa simpan mangut lele adalah
dengan pengemasan menggunakan kemasan kaleng. Tahapan proses pengalengan meliputi
preparasi bahan, pembuatan sayur mangut lele, pengisian dalam kaleng, penghampaan
udara dengan suhu 80oC selama 10 menit, penutupan kaleng, sterilisasi 121oC selama 20
menit, pendinginan, dan karantina selama 14 hari. Karakteristik kimia mangut lele kaleng
meliputi kadar air 75,71%; kadar abu 2,30%; lemak 6,24%; protein 12,30%; dan karbohidrat
3,45%. Mangut lele kaleng mengandung 119 kalori per 100 gram produk. Tekstur dari
mangut lele yaitu 15,11 N. Pengujian mikrobiologi menunjukkan produk negatif dari
kandungan salmonella dan eschericia coli. Pengujian cemaran logam telah dilakukan dan
hasilnya masih dibatas aman yaitu timbal (Pb) <0,0007; arsen (As) 0,029 mg/kg; mercuri
(Hg) <0,0003 mg/kg; tembaga (Cu) 0,0718 mg/kg; seng (Zn) 0,0022 mg/kg. Analisa
teknoekonomi telah dilakukan terhadap pengalengan mangut lele dengan kapasitas
produksi sebesar 1000 kaleng/hari dengan harga jual produk yaitu Rp 25.000,- per kaleng.
Nilai Return of Investment (ROI) cukup tinggi, sehingga usaha produksi pengalengan mangut
lele ini sangat potensial untuk dikembangkan.

Kata kunci : karakteristik, mangut lele, pengalengan, teknoekonomi

170
POS-03

KAJIAN POTENSI DENDENG UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis)


SEBAGAI PRODUK PANGAN DIVERSIFIKASI FUNGSIONAL

Dwi Inda Sari 1, Yulia Delviani 2, Susi Lestari 1, Sherly Ridhowati *1


1
Tenaga Pengajar Program studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Palembang-Indralaya Km 32. Sumatera Selatan, Indonesia 30862
2
Mahasiswa Program studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Palembang-Indralaya Km 32. Sumatera Selatan, Indonesia 30862
*Korespondensi penulis : sherlyridhowati@unsri.ac.id

Abstrak

Dendeng tiruan sendiri merupakan salah satu cara untuk melakukan diversifikasi
pangan terutama pangan semi basah. Penelitian ini menggunakan tepung tapioka sebagai
filler (pengisi), penelitian terdahulu menunjukkan tapioka mempengaruhi karakteristik
fisiokimia dan sensoris dari dendeng tiruan secara signifikan. Penelitian lanjutan untuk
mengetahui potensi pangan diversifikasi fungsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dendeng udang (A0, kontrol) memiliki daya hambat terhadap sel kanker WiDr menggunakan
MTT ( 3,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide) assay sebesar 69.27 ±
0.07% pada dosis 4802 ppm (A0, kontrol), namun tidak pada perlakuan dendeng yang
ditambah tapioka. Data profil protein menunjukkan bahwa semua perlakuan memiliki pita-
pita protein pada berat molekul 245, 75, 45, 35, 25 kDa, dimana band A0 lebih jelas
dibandingkan A1.

Katakunci : dendeng, pangan fungsional, udang putih

171
POS-04

TEKSTUR DAN UKURAN PORSI PENYAJIAN PRODUK PANGAN TINGGI


KALSIUM-FORTIFIKASI TEPUNG TULANG LELE MEMPENGARUHI
PENERIMAAN DAN KESUKAAN ATLET PENCAK SILAT KATEGORI TANDING

Lulu Khatulistiwa1, Siti Ari Budhiyanti1, Nurfitri Ekantari*1


1
Departemen Perikanan , Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : nurfitri@ugm.ac.id,

Abstrak

Aneka produk pangan tinggi kalsium dapat digunakan sebagai alternatif sumber
kalsium selain susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium atlet Pencak Silat. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui tingkat penerimaan dan kesukaan atlet pencak silat
terhadap produk pangan tinggi kalsium yang difortifikasi tepung tulang ikan sebagai
alternatif sumber kalsium. Subjek penelitian ini adalah atlet pencak silat kategori tanding di
Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 30 orang. Uji preferensi delapan produk (keripik
kentang, opak singkong, butter cookies, cookies, egg roll, crackers, biscuit dan chiffon cake)
meliputi uji hedonik (kenampakan, tekstur, aroma dan rasa), uji mutu hedonik kekerasan
produk, dan uji ranking berdasarkan ukuran porsi persaji, 30 g untuk produk kering dan 1
slice (50 g) untuk cake. Analisis data menggunakan uji Kruskall Wallis dan Mann-Whitney
(uji hedonik), uji Anova dan uji lanjut Duncan (uji rangking). Berdasarkan kandungan kalsium
dalam produk per sajian dapat memenuhi kebutuhan kalsium harian berkisar 16,84-
39,46%. Tingkat kesukaan atlet terhadap produk fortifikasi tepung tulang lele secara
keseluruhan berada pada kisaran netral hingga disukai. Penilaian atlet terhadap tingkat
kekerasan produk berkisar 2,57 (agak keras) - 5,57 (sangat empuk). Katagerori agak keras
(biskuit, crackers); agak empuk (keripik kentang, opak singkong, butter cookies, cookies, egg
roll); sangat empuk (chiffon cake). Chiffon cake memiliki rerata kesukaan tekstur tertinggi
dibandingkan produk lainnya (p<0,05). Terdapat perbedaan tingkat kesukaan atlet terhadap
ukuran porsi persaji produk fortifikasi (p<0,05), porsi sajian Chiffon cake dianggap dapat
memenuhi perasaan kenyang atlet saat mengkonsumsi snack. Dengan demikian, chiffon
cake merupakan produk paling disukai (skor 3,80), memiliki tekstur sangat empuk,
memenuhi AKG Ca sebesar 21,54% dan mengandung energi sebesar 391,5 kkal.

Kata kunci : atlet pencak silat, biskuit, chiffon cake, kalsium, tepung tulang ikan

172
POS-05

STIK IKAN KAMBING-KAMBING (Abalistes stellaris)


DAN STIK IKAN PISANG-PISANG (Caesio chrysozona)
SEBAGAI ALTERNATIF DIVERSIFIKASI OLAHAN

Dwi Apriliani Ags*1, Fauzi Syahputra2.


1
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas Abulyatama, Aceh, Indonesia
2
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Universitas Abulyatama, Aceh, Indonesia
*Korespondensi penulis : dwiapriliani_bp@abulyatama.ac.id

Abstrak

Pembuatan stik ikan pada umumnya masih menggunakan ikan berekonomis


tinggi seperti tenggiri, padahal banyak ikan yang berekonomis rendah dan belum
termanfaatkan secara optimal seperti ikan kambing-kambing dan ikan pisang-pisang yang
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku stik ikan. Pengolahan ikan kambing – kambing
dan ikan pisang-pisang di Aceh masih minim dilakukan oleh pelaku usaha perikanan.
Biasanya ikan tersebut dikonsumsi segar atau dibuat ikan asin. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan adanya suatu pengolahan ikan kambing-kambing dan ikan pisang-pisang yang
mampu menarik perhatian masyarakat, bernilai ekonomis dan tidak merusak lingkungan
sehingga dapat mendukung program gemar makan ikan di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kadar protein, kadar air dan uji kesukaan dari stik ikan
kambing-kambing dan stik ikan pisang-pisang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksperimental laboratories. Hasil pengujian kadar protein stik ikan kambing-
kambing dan stik ikan pisang-pisang sebesar 11,96% dan 12,49%. Kadar protein kedua stik
ikan tersebut sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia minimal 5%. Selanjutnya kadar
air stik ikan kambing-kambing dan stik ikan pisang-pisang sebesar 3,71% dan 3,47%. Kadar
air kedua stik ikan ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia maksimal 12%. Hasil uji
kesukaan stik ikan kambing-kambing yaitu kenampakan 8,31; bau 8,45; rasa 8,12; dan
tekstur 8,13 sedangkan hasil uji kesukaan stik ikan pisang-pisang yaitu kenampakan 8,52;
bau 8,7; rasa 8,55; dan tekstur 8,33. Hasil uji kesukaan kedua stik ikan ini sudah memenuhi
Standar Nasional Indonesia minimal 7.

Kata kunci : Stik ikan kambing-kambing, stik ikan pisang-pisang, diversifikasi olahan

173
POS-06

KUALITAS SURIMI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L.)


YANG DIPROSES DENGAN AIR DINGIN 4˚C

Silvana D. Harikedua1*, Farnis Saliada2, Nurmeilita Taher1,


Engel V. Pandey1, Hens Onibala1
1
Staf Pengajar PS. Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT
2
Alumni PS. Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT
*corresponding author: silvana.harikedua@unsrat.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencucian daging ikan


cakalang (Katsuwonus pelamis L) dengar air dingin pada waktu berbeda terhadap sifat kimia
dan fisik surimi yang dihasilkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan waktu pencucian sebagai perlakuan. Parameter yang diukur
pada penelitian ini adalah uji lipat (folding test), uji tekstur, dan kadar lemak. Uji lipat
(folding test) dan uji tekstur dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dari gel ikan (surimi)
sedangkan analisa kadar lemak dilakukan setelah proses pencucian untuk menilai seberapa
besar kadar lemak yang hilang setelah proses pencucian. Hasil uji lipat dan uji tekstur yang
lebih tinggi dihasilkan oleh gel surimi yang dicuci dengan air dingin 4˚C dalam waktu yang
lebih lama (4 menit). Hasil analisa kadar lemak surimi menunjukan bahwa semakin lama
pencucian dengan air dingin maka nilai kadar lemak surimi akan semakin menurun. Nilainya
berkisar antara 0,47 % pada lama pencucian air dingin 4 menit sampai 1,13% pada
perlakuan kontrol (pencucian dengan air biasa).

Kata Kunci : Ikan Cakalang, Surimi, Uji Lipat, Uji Tekstur, Analisa Lemak.

174
POS-07

APLIKASI ASAP CAIR YANG BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK DAN ANALISA


KADAR KOLESTEROL PADA PENGUKUSAN CUMI-CUMI (Loligo sp.)

Defita Faridlotus Sholihah*1, Fronthea Swastawati*2, Retno Ayu Kurniasih*3


1
Universitas Diponegoro, Jl. Prof Soedarto Semarang, Indonesia
2
Universitas Diponegoro, Jl. Prof Soedarto Semarang, Indonesia
3
Universitas Diponegoro, Jl. Prof Soedarto Semarang, Indonesia
*
Korespondensi penulis: faridhadefita@gmail.com

Abstrak

Asap cair merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang dalam bidang
pengolahan hasil perikanan terutama pengolahan tradisional. Asap cair adalah larutan yang
dihasilkan dari proses pirolisis bahan baku yang pada umumnya mengandung selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Bahan-bahan yang terkandung di dalam bahan bakar tersebut
setelah melalui proses pirolisis akan mengalami perubahan atau menjadi senyawa yang
lebih sederhana salah satunya adalah senyawa fenol. Manfaat dari asap cair adalah sebagai
bahan pengawet, antioksidan dan antibakteri. Pengolahan cumi-cumi dengan
memanfaatkan suhu panas biasanya mempengaruhi kandungan nutrisi yang terdapat di
dalam bahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang diberikan
oleh asap cair terhadap kandungan nutrisi khususnya kolesterol pada cumi-cumi yang telah
melalui proses pengukusan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang di berikan dalam
penelitian adalah dengan merendam bahan baku ke dalam asap cair yang berbeda yaitu
asap cair berbahan bakar bonggol jagung dan tempurung kelapa. Parameter yang diamati
yaitu kadar kolesterol, kadar lemak dan kadar fenol. Data parametrik dianalisis dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa cumi-cumi yang di tambahkan
dengan asap cair bonggol jagung, tempurung kelapa, dan kontrol mempunyai pengaruh
yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap kadar kolesterol tertinggi pada kontrol sebesar
4,69ppm;bonggol jagung 2,4ppm dan tempurung kelapa 2,69ppm ; kadar lemak sebesar
kontrol 1,4 %; bonggol jagung 0,59%; tempurung kelapa 0,51%; kadar fenol tertinggi adalah
pada tempurung kelapa yaitu 0,12%.

Kata kunci : cumi-cumi (Loligo sp.), asap cair, pengukusan

175
POS-08

KARAKTERISTIK KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata)


YANG DIEKSTRAK MENGGUNAKAN METODE PEMANASAN
DAN METODE KOMBINASI

Diah Ikasari1) dan Mohamad Indra Nata Wijaya

1) Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
KS Tubun Petamburan VI Jakarta Pusat 10260
2) Padjajaran University, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat 45363
Korespondensi penulis : diah_ika263@yahoo.com

Abstrak

Konsentrat Protein Ikan (KPI) merupakan produk olahan dari hasil samping proses
ekstraksi ikan yang masih mengandung protein tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik KPI Gabus yang dihasilkan dari dua metode ekstraksi yang
berbeda, yaitu metode pemanasan dan metode kombinasi (pencucian dan asidifikasi).
Konsentrat protein yang dihasilkan dianalisa parameter rendemen, warna, proksimat serta
sifat fungsionalnya (daya ikat air, daya serap air, daya serap lemak, aktifitas dan stabilitas
emulsi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dari perlakuan menggunakan
metode kombinasi dan pemanasan berturut-turut adalah 21% dan 27%. Rata-rata kadar air,
kadar abu, kadar protein dan kadar lemak perlakuan kombinasi dan pemanasan berturut-
turut adalah 6,05% dan 5,81%; 0,65% dan 1,79; 91,88% dan 90,08% serta 0,39% dan 1,62%.
Nilai daya ikat air, daya serap air, daya serap lemak, aktivitas emulsi dan stabilitas emulsi
perlakuan kombinasi dan pemanasan berturut-turut adalah 2,98 mL/g dan 2,33 mL/g; 3,15
g/g dan 2,23 g/g; 1,17 g/g dan 1,13 g/g; 20% dan 21,95%; serta 14,64% dan 25%. Metode
ekstraksi KPI menggunakan metode kombinasi (pencucian dan asidifikasi) lebih
direkomendasikan karena menghasilkan konsentrat protein dengan kadar protein lebih
tinggi, yaitu 92,3%; kadar lemak yang lebih rendah, yaitu 0,58 % serta daya ikat dan daya
serap air yang cenderung lebih tinggi.

Kata kunci : ikan gabus, konsentrat protein ikan, metode pemanasan, metode kombinasi

176
POS-09

KUALITAS KUE AKAR PINANG DENGAN PENAMBAHAN


TEPUNG IKAN SEPAT SIAM (Trichogaster pectoralis)

Hafni Rahmawati*1, Siti Aisyah1, Rini Agustin1…


1
Prodi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani KM 36.5 Simpang Empat Banjarbaru Kalimantan Selatan 70713
Indonesia
*Korespondensi penulis : hafni.rahmawati@ulm.ac.id

Abstrak

Kue akar pinang merupakan makanan ringan khas Banjarmasin yang berbahan
dasar tepung ketan yang dominan karbohidrat. Ikan sepat siam (Tricogaster pectoralis)
merupakan salah satu ikan komoditas Kalimantan Selatan, selama ini baru dimanfaatkan
menjadi olahan ikan kering dan ikan fermentasi (wadi dan bekasam). Penganekaragaman
kue akar pinang dilakukan dengan menambahkan tepung ikan sepat siam agar nilai protein
produk meningkat. Tujuan penelitian untuk mengetahui persentase tepung ikan sepat siam
terbaik berdasarkan kualitas kue akar pinang. Pembuatan kue akar pinang menggunakan
prosedur yang biasa digunakan para pengolah dengan perlakuan penambahan tepung ikan
sepat siam sebanyak 0, 2.5, 5 dan 7.5%. Diperoleh hasil penambahan 5% tepung merupakan
perlakuan terbaik dengan nilai organoleptik aroma 6.6, rasa 6.8, tekstur 6.8 dan warna 6.4
serta kadar air 6.01%, abu 1,43%, protein 8.84%, lemak 40.51% dan karbohidrat 43.21%.

Kata kunci : akar pinang, organoleptik, proksimat, sepat siam, tepung ikan

177
POS-10

PENGOLAHAN DENGAN SUHU TINGGI TERHADAP PROFIL ASAM AMINO


KERANG LOKAN (Gelonia erosa) DAN ULAT TANAH (Sipunculus nudus)
DARI PERAIRAN BINTAN KEPULAUAN RIAU

R. Marwita Sari Putri, Made Suhandana, Rizki Muhammad, Susilo Dede Ardean

Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,


Universitas Maritim Raja Ali Haji

Abstrak

Kerang lokan (Gelonia erosa) dan ulat tanah (Sipunculus nudus) merupakan jenis
komoditas yang terdapat di perairan Bintan Kepulauan Riau. Pengolahan kerang lokan dan
cacing tanah yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan cara perebusan.
Perebusan yang dilakukan dapat merusak struktur bahan dan kandungan nutrisinya. Asam
amino sangat rentan terhadap proses pengolahan yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui profil asam amino yang terdapat pada kerang lokan dan ulat tanah akibat
proses perebusan pada suhu 80- 95 0C. Jumlah asam amino esensial dan nonesensial pada
kerang lokan dan ulat tanah mengalami penurunan pada saat dilakukan perebusan pada
suhu 80- 95 0C selama 10-15.

Kata kunci: asam amino, pengukusan, kerang lokan (Gelonia erosa), ulat tanah (Sipunculus
nudus)

178
POS-11

DAYA HAMBAT FORMULA PENGAWET SELAMA PROSES PENYIMPANAN


TERHADAP BAKTERI PEMBENTUK HISTAMIN PADA PRODUK IKAN PINDANG

Izhamil Hidayah1*, Farida Ariyani1 and Irma Hermana1


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
* Email : izhamil.hidayah@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penyimpanan formula pengawet


terhadap efektifitas daya hambat bakteri pembentuk histamin pada ikan pindang.
Penyediaan formula dilakukan dengan memformulasikan beberapa ekstrak yaitu ekstrak
sirih hijau, ekstrak teh hijau dan asam sorbat sehingga diperoleh 5 formula yakni P1, P3, P4,
P6, P7. Pengamatan terhadap aktifitas daya hambat dilakukan setiap minggu untuk suhu
kamar selama 7 minggu, setiap 2 minggu untuk suhu chilling selama 14 minggu dan setiap 1
bulan untuk suhu beku selama 7 bulan. Bakteri pembentuk histamine yang diamati adalah
Morganella morganii, Klebsiella pentricola dan Shewanella putrefeciens. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa penyimpanan larutan formula pada suhu kamar
selama 7 minggu, suhu chilling selama 14 minggu dan suhu beku sampai dengan 7 bulan
tidak memberikan perbedaan daya hambat yang signifikan terhadap aktivitas bakteri. Selain
itu bakteri pembentuk histamine Morganella morganii memiliki tingkat sensitifitas yang
lebih baik dihambat pertumbuhannya dibandingkan dengan Klebsiella pentricola dan
Shewanella putrefeciens.

Kata Kunci: Pindang, Histamin, Pengawet

179
POS-12

MUTU MIKROBIOLOGI PRODUK IKAN ASIN DARI PASAR TRADISIONAL


DI KOTA TANJUNGBALAI

Fairdiana Andayani*1 dan Irma Hermana


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS Tubun Petamburan VI Jakarta Pusat
*1Fairdiana Andayani, email: fairdiana.tato@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang mutu mikrobiologi ikan asin dari pasar tradisional
di kota Tanjungbalai. Pengamatan dilakukan terhadap 4 (empat) jenis ikan asin, yaitu udang
kering, teri nasi, teri jengki dan cumi. Parameter yang dilakukan meliputi total bakteri,
Coliform, total kapang dan skrining kapang Aspergillus flavus. Hasil penelitian menunjukkan
jumlah total bakteri pada keempat jenis ikan asin masing-masing sebesar 1,2 x 104 kol/gr; 1,4
x 105 kol/gr; 3,7 x 105 kol/gr dan 3,1 x 105 kol/gr. Coliform 3,3 x 102 apm/gr; 4,0 x 102 apm/gr;
5,1 x 102 apm/gr dan 2,5 x 102 apm/gr. Total kapang pada udang, teri nasi dan teri jengki <10 x
101 kol/gr, sedangkan cumi sebesar 1,1 x 105 kol/gr. Skrinning A.flavus pada keempat jenis
ikan asin menunjukkan hasil negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa keempat jenis ikan asin
dari pasar tradisional di kota Tanjungbalai tersebut tidak memenuhi persyaratan mutu
mikrobiologis yang ditetapkan, sehingga disarankan untuk dikonsumsi dalam keadaan
terolah dan melalui proses pencucian terlebih dahulu.

Kata kunci : ikan asin, mutu, mikrobiologis, kapang, tanjungbalai

180
POS-13

KAJIAN MIKROBIOLOGIS PENGOLAHAN PINDANG LAYANG (Decapterus ruselli)


DI PARUNG, JAWA BARAT

Irma Hermana*1 dan Fairdiana Andayani1


1
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS Tubun Petamburan VI Jakarta Pusat
*1Irma Hermana, email: ihermana23@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang kajian mikrobiologis pengolahan pindang layang di


Parung, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk
mengolah pindang, bahan baku ikan, produk pindang serta bahan pembantu yaitu air dan
garam. Parameter yang dilakukan meliputi uji swab (tangan pekerja, lantai tempat
mengolah ikan, naya, pisau), total bakteri, Coliform dan E.coli. Hasil penelitian menunjukkan
jumlah total bakteri pada air yang digunakan untuk mengolah pindang dan lantai yang
digunakan untuk meletakkan ikan masing-masing sebesar 4,4 x 104 cfu/ml dan 9,5 x 106
cfu/cm2, Coliform 1100 apm/ml dan >1100 apm/ml. E.coli 460 apm/ml dan 43 apm/ml.
Hasil ini menunjukkan bahwa sanitasi pengolahan pindang ditempat ini tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan.

Kata kunci : Pengolahan pindang, layang, mikrobiologis, sanitasi, Parung

181
POS-14

IMPROVING THE INTERNAL AND EXTERNAL TRACEABILITY SYSTEM


ON PROCESSING FILLET PANGASIUS FROZEN AT
PT. X, MEDAN-NORTH SUMATERA

Elma Kurnia Otepah1, Niken Dharmayanti1, Lilis Supenti1

Sekolah Tinggi Perikanan, jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 16418
elmakurniaotepah@gmail.com, *niken.stp@gmail.com, lilis.supenti@yahoo.co.id
*niken.stp@gmail.com

ABSTRACT

Traceability system is the ability to record each stage of the process so that the
existing documents can trace product's history or location sources. PT. X is a company
engaged in processing frozen pangasius fillets and committed to prioritizing product quality
and customer satisfaction, one of which is implementing a traceability system that is able to
track each stage of the process to ensure the quality of a product. The method used in data
retrieval was direct observation by participating in each trace of the process and traceability
system applied at fish processing unit (FPU) and involved interviewees (farmers, QA, QC and
everyone involved in FPU). The results obtained from the external and internal traceability
system at PT. X has implemented a traceability system in the form of recording and coding.
However, the internal traceability system implemented at FPU can track the location of
supplier, type of product, and production date, while it can not track the pond number and
type of raw material used. Based on the above observations, it is necessary to improve the
internal traceability system by adding the code from the supplier location, supplier name,
pond number, truck number, hold number, raw material type, product type, packing time,
packing date, month and production year so that the coding system of PT.X can trace the
history of their product.
Keywords : Traceability System, Pangasius, PT. X

182
POS-15

CHEMICAL AND MICROBIOLOGY QUALITY OF LIQUID SMOKED SKIPJACK


“CAKALANG FUFU” (Katsuwonus pelamis, L.)
STORED AT 5 ºC WITH VACUUM PACKAGED

Feny Mentang2* , Semuel M. Timbowo2, Silvana D. Harikedua2,


Nurmeilita Taher2 , Zulviki Alinti1
1)
Undergraduate Fish Processing Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science,
Sam Ratulangi University, Manado
2)
Lecturer Fish Processing Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science,
Sam Ratulangi University, Manado
Corresponding author: fmentang@unsrat.ac.id

Abstract

Smoking is one way of preserve food by using a combination of natural fuels of


liquid smoke and drying. This study aims to observe the deterioration of the smoke skipjack
quality stored for 0, 7 and 21 days, at cold temperatures (± 5 ºC) vacuum and non-vacuum
packed. pH, moisture content, and total viable count (TVC) were measured. The highest
moisture content was found in unpacked conventional smoked skipjack (58.8%). The
highest pH value was 5.85 in the conventional tuna and the lowest was 5.77 in the smoked
tuna processed with liquid smoked. The highest total colony value was 1.50 x 102 in
conventional unpacked smoked skipjack and the lowest was 1.5 x 101 in smoked skipjack
vacuum packed processed with liquid smoked.

Keywords: moisture content, pH, liquid smoke, skipjack

183
POS-16

GROWTH OF BACTERIA IDENDIFICATION ON SE'I TUNA PROCESSED


WITH LIQUID SMOKE AND PACKED THEN STORED
IN DIFFERENT TEMPERATURES

Ayub U.I. Meko1, S. Berhimpon2., I K.Suwetja2., F.G. Ijong 2 , Mada M. Lakapu1

Faculty of Fisheries and Marine Sciences Artha Wacana Christian University Kupang1)
Faculty of Fisheries and Marine Sciences Sam Ratulangi University Manado2)
ayubmeko@yahoo.co.id

Abstract

Se'i tuna products are one of the traditional processed products typical of Kupang
City. This product is in great demand by many people, but has limitations because the variety
of product specific characteristics is still high in each production period, and the shelf life is
short. One way to get results as tuna is safe and have the same characteristics at each time of
production and has a long shelf life is to modify the smoking process using liquid smoke. A
study of the manufacture of tuna has been carried out with the aim of getting the
characteristics of the bacteria found in the tuna product which is processed with liquid
smoke, packaged technique and stored at different temperatures.
The treatment that was tried was to make 'tuna' with liquid smoke at a
concentration of 1.2% b / v then it was packaged vacum and without vaccum, then stored at
room temperature and cold for 20 days. Variables measured by pH, total microbes and
identification of bacteria encountered in the product during storage. The result is that the
pH of the tuna stored for 5-20 days ranges from 5.51 to 6.55. The total bacteria for se'i
packaged without vacuum and stored at room temperature ranged from 0 to 1.0x106 while
those vacuum packed and stored in cold temperatures ranged from 0 to 1.2x102. The type of
bacteria identified in the se'i product was as much as 9 genera namely: Microccus sp 20
isolates, Basilus sp and Staphylococcus sp 8 isolates, Lactobacilus sp 4 isolates, Steptococcus
sp, Clostridium sp and Eterococcus sp 3 isolates, and Alcaligenes sp 2 isolates and
Halobacterium sp 1 isolates. The dominant bacterium found was from the coccus form
posetif, namely Mikrococus sp.

Keywords: bacteria, gram positives, fish, liquid smoke, shelf life

184
POS-17

RUMPUT LAUT CAULERPA SEBAGAI SUMBER NUTRISI


DAN SENYAWA BIOAKTIF UNTUK BAHAN PANGAN FUNGSIONAL DAN FARMASI

Murdinah
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Abstrak

Masyarakat mulai sadar bahwa ada hubungan antara makanan dan kesehatan.
Makanan yang dikonsumsi tidak hanya mengandung zat gizi namun juga mengandung
senyawa fungsional yang berfungsi untuk kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh
konsumen untuk meningkatkan status gizi. Zat gizi dan senyawa fungsional tersebut dapat
berasal dari bahan alami seperti tanaman, hewan, dan hasil perikanan. Rumput laut hijau
Caulerpa merupakan salah satu sumber nutrisi dan senyawa fungsional yang bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Kandungan nutrisi dan senyawa fungsional dari rumput laut hijau
Caulerpa yang dapat dimanfaatkan dalam produk pangan fungsional dan farmasi antara
lain protein, asam amino dan peptida, asam lemak, serat pangan, vitamin, mineral,
khlorofil, karotenoid, senyawa fenol dan polifenol, polisakarida sulfat, dan caulerpin.
Review ini membahas tentang jenis-jenis Caulerpa, kandungan nutrisi, senyawa bioaktif
dari rumput laut Caulerpa dan bioaktivitasnya, potensi aplikasi pada produk pangan
fungsional dan farmasi, dengan tujuan memperkaya pemahaman tentang kandungan
nutrisi dan komponen bioaktif rumput laut Caulerpa yang dapat dijadikan sebagai salah
satu sumber alami nutrisi dan senyawa bioaktif yang potensial untuk bahan pangan,
pangan fungsional, maupun bahan farmasi, serta tren pengembangannya di masa depan.

Kata kunci: rumput laut hijau, Caulerpa, nutrisi, senyawa bioaktif, pangan fungsional,
farmasi

185
POS-18

PENGARUH PENAMBAHAN LOCUST BEAN GUM TERHADAP KARAKTERISTIK


GEL ALGINAT DARI Sargassum sp. DENGAN (LBG)

Subaryono dan Nurhayati

Abstrak

Penelitian tentang karakteristik gel alginat dari Sargassum sp dengan


penambahan locust bean gum (LBG) telah dilakukan. Penambahan LBG divariasikan 10, 20,
30, 40 dan 50 g∕100 g alginate, dengan alginat tanpa penambahan LBG sebagai kontrolnya.
Pembentukan gel dilakukan dengan melarutkan alginat, LBG, CaCO3, dan glukono delta
lakton secara berurutan, dan campuran dibiarkan membentuk gel selama 1 jam pada suhu
kamar. Parameter gel yang diamati meliputi kekuatan gel, rigidity, modulus elastisitas dan
sineresis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan LBG menurunkan nilai
sineresis gel alginat, memperbaiki kekuatan gel, meningkatkan rigidity, tidak berpengaruh
terhadap modulus elastisitas dan LBG menurunkan nilai sineresis gel alginate. Penambahan
LBG sebanyak 30 g/100g alginat dapat meningkatkan kekuatan gel alginat dari 130.5 g/cm2
menjadi 219.1 140.5 g/cm2, meningkatkan rigidity dari 5.40 mm menjadi 7.13 mm dan tidak
berpengaruh terhadap modulus elastisitas gel alginat. Nilai sineresis gel alinat dapat
diturunkan 43,5% dengan penambahan LBG tersebut.

Keyword: gel, alginat, Locust bean gum, rumput laut

186
POS-19

PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN ALGINAT SEBAGAI BAHAN BAKU


PEMBUATAN PAKAN IKAN NILA (O. niloticus)

Nurhayati* dan Rinta Kusumawati

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
Jl. KS Tubun - Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Telp. (021) 53650157, Faks. (021) 53650158
*Korespondensi: n_hay04@yahoo.com

Abstrak

Pemanfaatan limbah ekstraksi alginat sebagai bahan baku untuk produk pakan ikan
telah dilakukan. Penanganan limbah segar dilakukan dengan tahap netralisasi
menggunakan asam organik, dikeringkan, dan ditepung, kemudian dianalisis karakteristik
kimiawinya. Hasil analisis diformulasi dalam software winfeed untuk mendapatkan proporsi
terbaik ditambahkan dalam formulasi dengan komposisi sebesar 0 ; 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10% dari
total berat bahan pakan. Formulasi pakan ikan nila yang terbaik berdasarkan analisis de
Garmo adalah formula kedua yaitu dengan proporsi limbah alginat 2,5% dengan
karakteristik kandungan mineral kalsium 1,28% dan fosfor 4,61%. Kualitas pakan ikan nila
telah memenuhi standar SNI, yaitu kadar air ≤ 12 (10,72%), kadar protein ≥ 25% (32,27%),
kecuali kadar abu yang semestinya ≤ 15% dalam pakan adalah 16,47%; kadar lemak ≥ 5%
dalam pakan adalah 2,66%, dan serat kasar ≤ 8 dalam pakan adalah 20,79%.

Kata Kunci : ikan nila, limbah alginat, pakan

187
POS-20

KUALITAS SEMI REFINED CARRAGEENAN RUMPUT LAUT MERAH


Kappaphycus alvarezii YANG DIKERINGKAN DENGAN CABINET DRYER

Daisy M. Makapedua*1, Helen J. Lohoo2, Nurmeilita Taher3, Brian Dumondor4,


Joyce Ch.V. Palenewen5, Florence V. Longdong6
1,2,3,4,5,6
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi
Kampus Unsrat Bahu, Manado (95115)
*Pemakalah, e-mail:daisy_monica@yahoo.com

Abstrak

Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor dan program utama
revitalisasi perikanan yang diharapkan dapat berperan penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Rumput laut menyediakan sumber serat makanan yang baik
sehingga rumput laut memegang peranan penting dalam nutrisi manusia. Rumput laut
merah (Kappaphycus alvarezii) adalah salah satu jenis rumput laut penghasil karaginan.
Sifat ini dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik dan industri lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semi refined carrageenan (SRC) rumput
laut merah jenis Kappaphycus alvarezii yang dikeringkan dengan menggunakan alat
pengering buatan (cabinet dryer). Metode analisa mutu yang digunakan yaitu kadar air,
kadar abu, rendemen dan viskositas.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas semi-refined
carrageenan yang diolah dari jenis rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii) yang
dikeringkan dengan menggunakan alat cabinet dryer selama 12 jam dan 24 jam. Kadar air
rumput laut segar sebanyak 88% sedangkan kadar air rumput laut kering yang dikeringkan
selama 12 jam dengan menggunakan alat cabinet dryer 44% dan rumput laut kering yang
dikeringkan selama 24 jam 33.5%. Rumput laut kering ini diproses lebih lanjut untuk
pembuatan semi-refined carrageenan dan kadar air yang dihasilkan 8% untuk proses
pengeringan selama 12 jam dengan menggunakan alat cabinet dryer dan kadar air 6% pada
proses pengeringan selama 24 jam. Kadar air tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan
FAO untuk produk karaginan yaitu maksimum 12%. Sedangkan untuk kadar abu yang
dihasilkan dari produk semi-refined carrageenan pada proses pengeringan selama 12 jam
19.36% dan pengeringan selama 24 jam 25.04%. Kadar abu dari hasil penelitian ini
memenuhi persyaratan FAO untuk produk karaginan berkisar 15-40%. Rendemen yang
dihasilkan dari proses pengeringan selama 12 jam 31.6% dan selama proses pengeringan 24
jam rendemen 26%.

Keywords : Rumput laut merah, Kappaphycus alvarezii, semi-refined carrageenan,


cabinet dryer

188
POS-21

PENGARUH LOKASI BUDIDAYA DAN KONSENTRASI LARUTAN ALKALI


TERHADAP SIFAT FISIKO-KIMIA KARAGINAN
DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii

Raja B.D. Sormin1), Idris2), and Anton Masela1)


1)
Department of Fish Processing Technology, Faculty of Fisheries and Manrine Science,
Pattimura University
2)
Industrial Research and Standards (Baristand) Ambon
Correspondence: sormindolok@gmail.com

Abstrak

Eucheuma cottoni tergolong dalam rumput laut merah (Rhodophyta)


mengandung pigmen fotosintetik ( seperti klorofil, α-karoten, β-karoten, fikobilin,
neozantin, zeanthin) dan juga karagenan. Karagenan diekstraksi dari Eucheuma cottonii
dengan menggunakan air atau larutan alkali panas. Kualitas karagenan dipengaruhi oleh
lokasi budidayat dan konsentrasi alkali yang digunakan untuk mengekstrak rumput lautnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lokasi budidaya dan
konsentrasi KOH terhadap kualitas karaginan yang diperoleh. Lokasi budidaya yang dipilih
adalah Desa Waiheru di Kota Ambon dan Desa Lermatang, Kabupaten Maluku Tenggara
Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rendemen karaginan berkisar
antara 25,25 - 44,25% tertinggi diperoleh dari Desa Lermatang dengan menggunakan
konsentrasi 0,75% KOH. Nilai viskositas berkisar antara 20,04 - 37,70 cP, tertinggi dihasilkan
oleh karaginan dari Desa Lermatang dan konsentrasi 0,75% KOH. Kekuatan gel karaginan
berkisar antara 500 - 850 g / cm2. Nilai kekuatan gel tertinggi diperoleh dari karaginan dari
Desa Waiheru dengan konsentrasi KOH 0,75%. Nilai kadar sulfat berkisar dari 15,68 sampai
16,80% kandungan sulfat tertinggi ditemukan di Desa Waiheru dan 0,75% konsentrasi KOH.
Karaginan dari hasil penelitian ini telah memenuhi standar sesuai standar FAO.

Kata kunci: karaginan, rumput laut, alkali, konsentrasi

189
POS-22

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TEPUNG RUMPUT LAUT E.cottoni DENGAN KONJAK,


SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PROFIL GELATINISASI PATI TAPIOKA

Agusman, Nurhayati, Jamal Basmal

Abstrak

Tepung rumput laut (TRL) yang diolah dari rumput laut E.cottoni yang telah
diambil sapnya kombinasikan dengan konjak dan garam NaCl untuk meningkatkan sifat
fungsionalnya . Hasil penelitian menunjukan bahwa TRL bersinergi dengan konjak pada
konsentrasi garam 0.3% dan 0.6%. Komposit TRL : konjak 4:1 dengan konsentrasi garam
0.6% menghasilkan gel dengan elastisitas tertiggi, sedangkan kekuatan gel tertinggi
diperoleh pada kompositi TRL : konjak 3:2 dengan penambahan garam 0.6%. Komposit
TRL:konjak 4:1 menghasilkan gel yang lebih cerah (L* tertinggi) pada dua level konsentrasi
penambahan garam. Profile gelatinisasi dengan Rapid Visco alyzer menunjukan
penambahan tepung komposit TLR : konjak 4:1 dan 3:2 mempengaruhi gelatinisasi profile
tepung tapioka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sifat fungsional TRL dapat
ditingkatkan melalui formulasi dengan konjak, dan penambahan komposti TRL: konjak
dapat mempengaruhi profil gelatinisasi pati tapioca.

Kata kunci: Tepung rumput laut, konjak, karaktersitik fungsional

190
POS-23

KARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Turbinaria conoides


DAN Eucheuma spinosum SEBAGAI SEDIAAN HAND AND BODY LOTION

Ridho Fauzan, Nurjanah*, Mala Nurilmala

Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Pemanfaatan rumput laut didorong oleh produksi rumput laut yang semakin
meningkat setiap tahunnya. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan yaitu jenis rumput laut
merah dan rumput laut coklat. Penelitian ini menggunakan rumput laut Turbinaria sp. dan
rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut memiliki kandungan senyawa bioaktif dan
aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Kandungan antioksidan dalam rumput laut sangat
prospektif untuk digunakan pada sediaan body lotion. Tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan kombinasi bubur rumput laut Turbinaria sp. dan Eucheuma spinosum terbaik
sebagai bahan baku body lotion. Rasio kombinasi bubur rumput laut Eucheuma spinosum
dan Turbinaria sp. yang digunakan adalah 1:1, 1:2, dan 2:1. Kombinasi terbaik bubur rumput
laut didapatkan pada perbandingan 1:2 dengan nilai IC50 sebesar 173.7287 dan total fenol
sebesar 455mgGAE/g. Nilai IC50 pada lotion sebesar 280,17 dan LoD sebesar 82,47%. Hasil uji
sensori yang didapatkan yaitu netral, sehingga bubur rumput laut dapat digunakan sebagai
bahan baku body lotion.

Kata kunci: antioksidan, fenol, LoD

191
POS-24

PROFIL ASAM AMINO DAGING RAJUNGAN (Portunus Pelagicus)


DENGAN WAKTU PENANGANAN YANG BERBEDA PADA SUHU RUANG

Santri Maharani, Ruddy Suwandi, Nurjanah*

Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis: inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu biota perairan yang


termasuk jenis Krustase bernilai tinggi sebagai komoditas lokal maupun komoditas ekspor.
Kandungan gizi rajungan, terutama proteinnya sangat berpotensi sebagai sumber protein
hewani dengan kandungan asam amino yang lengkap. Perubahan bobot rajungan dapat
terjadi selama waktu penanganan dan proses pengukusan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh waktu penanganan terhadap perubahan bobot rajungan, komposisi
proksimat dan asam amino rajungan. Perlakuan waktu penanganan pada penelitian ini
adalah 0 jam (J0 = kontrol), 2 jam (J2), 4 jam (J4), dan 6 jam (J6) pada kondisi suhu ruang.
Perlakuan J6 pada kondisi suhu ruang menunjukkan penyusutan bobot terbesar yaitu
2,82%. Komponen proksimat air, lemak, dan protein mengalami penurunan sedangkan
kadar abunya mengalami peningkatan pada perlakuan J6 dibandingkan dengan perlakuan
kontrol. Asam amino esensial terbesar yang diperoleh pada penelitian adalah lisina yaitu
sebesar 2,25%(J0) dan 2,14% (J6). Asam amino non esensial terbesar yang diperoleh pada
peneilitian ini adalah asam glutamat 2,36%(J0) dan 2,55%(J6)

Kata Kunci : Asam glutamat, lisina, proksimat, susut bobot

192
POS-25

PROFIL ASAM AMINO HIDROLISAT PROTEIN IKAN YANG DIPRODUKSI


SECARA ENZIMATIS DENGAN MEDIA PENGKAYAAN BERBAHAN LOKAL

Rini Susilowati dan Asri Pratitis

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. K. S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat
Email author: asripra@gmail.com

Abstrak

Hidrolisat protein ikan (HPI) merupakan salah satu bentuk produk olahan ikan yang
memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu mudah dicerna dan memiliki profil asam
amino yang lengkap. Dalam aplikasinya di bidang industri makanan, HPI digunakan sebagai
bahan fortifikasi produk pangan. Salah satu proses produksi HPI adalah dengan penggunaan
enzim protease, enzim ini berfungsi sebagai pemecah protein menjadi asam amino yang
lebih pendek untaian peptidanya. Selama ini dalam memproduksi enzim digunakan media
yang diimpor dari luar negeri dengan harga yang relatif mahal. Dalam skala industri
penggunaan media tersebut tidak ekonomis, sehingga diperlukan pencarian bahan
alternatif sebagai media pengkayaan bakteri penghasil enzim protease yang berasal dari
bahan-bahan lokal. Dalam penelitian ini telah dilakukan percobaan penggunaan beberapa
media pengganti yeast ectract diantaranya yaitu kaldu ikan dan MSG. Enzim yang dihasilkan
telah dicobakan untuk memproduksi HPI pada ikan nila dan lele. Berdasarkan analisa profil
asam amino HPI ikan lele (MSG) mengandung kadar asam amino esensial lisin tertinggi yaitu
sebesar 113,90±0,28 mg/g, sementara pada ikan nila (YE) memiliki kadar lisin sebesar
104,25±0,35. Sedangkan kadar asam amino non esensial pada ikan lele tertinggi pada
perlakukan pemberian media kaldu ikan (F) yaitu sebesar 157,50±0,28 mg/g dan pada ikan
nila kadar asam glutamat tertinggi dengan perlakuan yeast exstract (Ye) yaitu sebesar
146,7±0,42. Secara umum, jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa menggunakan enzim)
profil asam amino dengan perlakukan media bahan lokal memiliki kadar asam amino yang
lebih tinggi, sehingga kaldu ikan dan MSG memiliki potensi sebagai media pengganti yeast
extract dalam memproduksi enzim.

Kata kuinci: hidrolisat protein ikan, protease, asam amino, media pertumbuhan.

193
POS-26

PROFIL ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK KEONG SESIHI (Nerita signata)
DI PERAIRAN PULAU PANJANG

Aris Munandar*1, Suherti1 dan Fitria Riany Eris2


1
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Jl. Raya Jakarta Km. 04 Pakupatan Serang, Banten
2
Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta Km. 04 Pakupatan Serang, Banten
*E-mail: aris.munandar@untirta.ac.id

Abstrak

Keong sesihi merupakan salah satu jenis moluska yang terdapat di Pulau Panjang.
Namun, masih belum dimanfaatkan dengan optimal karena pengetahuan masyarakat
terhadap kandungan gizi komoditas tersebut masih kurang. Keong sesihi biasanya
dikonsumsi sebagai lauk ataupun hanya sekedar makan untuk cemilan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui rendemen, kandungan proksimat, asam amino, asam lemak dari
keong sumpil (Planaxis sulcatus) segar dan setelah direbus. Metode yang digunakan yaitu
eksperimental skala laboratorium dan bersifat deskriptif dengan menggunakan 3 perlakuan
yaitu segar, perebusan 15 menit dan perebusan 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat penurunan setelah proses perebusan selama 15 dan 30 menit. Perlakuan
terbaik dari penelitian ini adalah perebusan selama 30 menit untuk asam amino, sedangkan
asam lemak terdapat perlakuan perebusan selama 15 menit. Kandungan asam amino
tertinggi terdapat asam glutamat, sedangkan jenis stearat untuk golongan asam lemak.

Kata kunci: lipid, perebusan, Nerita signata, protein, Pulau Panjang

194
POS-27

KOMPOSISI KIMIA, FITOKIMIA DAN TOKSISITAS MIMI (Tachypleus gigas)

Meilia Zahrotul Ula, Ruddy Suwandi, Nurjanah*

Depertemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915

*Korespondensi penulis: inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Mimi merupakan hewan laut yang banyak dimanfaatkan dalam studi biomedis,
lingkungan, dan sebagai makanan yang disajikan sebagai menu utama. Jenis mimi yang
ditemukan hampir merata di perairan Indonesia adalah Tachypleus gigas atau yang kita
kenal sebagai mimi bulan. Mimi bulan secara empiris diketahui memiliki racun pada saluran
pencernaannya, tetapi beberapa masyarakat mengonsumsi mimi. Menurut mereka mimi
beracun pada bagian jeroannya dan akan menyebar ke seluruh bagian tubuh apabila tidak
dimasak sesuai prosedur. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan bagian tubuh mimi
yang dapat dimakan dengan aman, menganalisis kandungan gizi dan senyawa aktif, serta
menentukan toksisitas secara in vitro dari bagian tubuh mimi (insang buku, daging, gonad
dan jeroan) sehingga dapat diketahui dengan pasti bagian tubuh mimi yang aman
dikonsumsi. Wilayah penangkapan mimi berasal dari laut di sekeliling Jawa Timur dengan
spesifikasi bobot 500-1000 pada bulan Juli. Mimi yang ditangkap memiliki rata-rata panjang
23,8 cm dengan lebar 13,8 cm. Bagian tubuh mimi meliputi daging 10,30%, gonad 30,70%,
jeroan 2,25%, insang buku 26,15% dan cangkang 40,60%. Kandungan protein, abu, dan
lemak pada gonad lebih tinggi dari pada daging secara basis basah, data yang didapatkan
berturut-turut 26,10% dan 14,44; 0,68% dan 0,55; 4,87% dan 1,97%. .

Kata kunci: mimi bulan, rendemen, , toksisitas

195
POS-28

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI HALOFLIK DARI AIR GARAM

Tiara Ulfa Bachtiarini1, Asri Pratitis2


1
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang, Indonesia.
2
Balai Besar Riset Pengolahan Pangan dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. KS Tubun VI, Jakarta Pusat, Indonesia
Email : tiaraulfab@gmail.com

Abstrak

Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas bahan baku pada produksi
garam. Permasalahan yang muncul adalah para petani garam cenderung memanen garam
pada hari ke 5 hingga 7 yang menghasilkan produk garam dengan nilai dibawah 29 oBE yang
tidak memenuhi standar garam industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian konsorsium bakteri halofilik pada proses produksi garam pada sekala
laboratorium. Bakteri halofilik diisolasi dari air garam yang berasal dari Tuban, Jawa Timur.
Hasil penelitian mempelihatkan isolat T.28 mampu mempercepat produksi garam dengan
nilai 25 hingga 29oBE dalam waktu 3 hari.

Kata Kunci : Garam, Produksi Garam, Bakteri Halofilik

196
POS-29

PEMANFAATAN KONSORSIUM BAKTERI SELULOLITIK UNTUK PENINGKATAN


KUALITAS BAHAN BAKU NABATI PAKAN

1
Mulyasari, 1Mas Tri Djoko Sunarno dan 1Reza Samsudin
1
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan Bogor
Email Adress: mulyasari_bogor@yahoo.co.id

Abstrak

Ketersediaan bahan baku nabati di Indonesia cukup melimpah dan beragam yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein dan karbohidrat alternatif untuk pakan ikan,
Namun masih terdapat kendala pada kualitas bahan baku yang diperoleh seperti kandungan
serat kasar yang tinggi sehingga perlu upaya untuk memperbaiki kualitas bahan nabati
tersebut salah satunya dengan memanfaatkan bakteri selulolitik. Banyak bakteri yang dapat
memproduksi enzim dan mengkatalisis proses degradasi selulosa. Namun hanya sedikit
bakteri yang mampu menghidrolisis selulosa secara menyeluruh dan efektif. Oleh karena
itu, penelitian mengenai konsorsium bakteri dalam menghidrolisis selulosa pada bahan
baku nabati perlu dilakukan. Penelitian dibagi dalam 3 tahap yaitu seleksi bakteri selulolitik
sebagai kandidat konsorsium, karakterisasi konsorsium bakteri selulolitik dan uji
efektivitas pemanfaatannya dalam peningkatan kualitas bahan baku nabati. Berdasar hasil
penelitian terdapat 4 isolat yang memiliki aktivitas selulase total, endoglukanase dan
eksoglukanase tertinggi yaitu UG5, UG8, TS2b dan UG7. Isolat TS2b bersifat antagonistik
terhadap UG5 dan UG8 saat dikultur bersama-sama. Aktivitas selulase total dan
endoglukanase dari konsorsium TS2b dengan UG5 dan UG8 lebih rendah saat dikultur
bersama-sama. Sedangkan aktivitas selulase total dan eksoglukanase lebih tinggi saat
konsorsium UG5, UG8 dan UG7 dikultur bersama-sama dibandingkan dengan aktivitas saat
dikultur sendiri-sendiri. Aplikasi konsorsium bakteri UG5,UG8 dan UG7 pada bahan nabati
(rumput laut) terbukti mampu meningkatkan kandungan gula reduksi dan protein terlarut
bahan nabati tersebut.

kata kunci : perbaikan kualitas bahan baku, konsorsium bakteri, rumput laut

197
POS-30

IDENTIFIKASI TERIPANG KERING ASAL INDONESIA SECARA MOLEKULER

Gintung Patantis, Ariyanti Suhita Dewi, Muhammad Nursid and Yusro Nuri Fawzya

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan


Jl. KS Tubun Petamburan VI, Jakarta, Indonesia 10260

Abstrak

Teripang telah diperdagangkan secara komersial diseluruh dunia karena nilai


nutrisi dan manfaat kesehatannya. Teripang diperdagangkan dalam bentuk sudah diolah
atau dikenal dengan nama beche-de-mer atau haisen atau gamat. Harga dari beche-de-mer
tergantung pada jenis teripang dan kualitas fisiknya (panjang, berat, kekenyalan, bau dan
warna). Karena permintaan pasar yang tinggi dan kemiripan bentuknya, dalam
perdagangannya terjadi beberapa kasus penyampuran jenis beche-de-mer yang berbeda.
Lebih lanjut, terdapat kesulitan pencatatan perdagangan teripang di Indonesia dikarenakan
nama lokal dari dari masing-masing jenis teripang di Indonesia berbeda-beda tergantung
daerahnya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi teripang
komersial dari beberapa daerah di Indonesia dengan pendekatan molekuler. Daerah gen
Cytochrome c oxidase subunit I (COI) digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak total 25 jenis
beche-de-mer dibeli dari pasar lokal di Gorontalo (17), Lampung (5), Surabaya (2) dan
Lombok (1). Hasil identifikasi secara molekuler menunjukan bahwa teripang teridentifikasi
ke dalam spesies Acaudina molpadioides, Actinopyga echinites, A. miliaris, Bohadschia
argus, B. marmorata, B. vitensis, B. ocellata, Holothuria atra, H. coluber, H. edulis, H.
excellens, H. fuscocinerea, H. fuscogilva, H. fuscopunctata, H. impatiens, H. scabra,
Pearsonothuria graeffei, Phyrella mookiei, Stichopus hermanni/vastus/horrens/ ocellatus
and S. monotuberculatus/horrens.

Kata kunci: teripang, identifikasi molekuler, Indonesia

198
POS-31

POTENSI ENZIM SELULASE DALAM MENDEGRADASI MATERIAL


LIGNOSELULOSA UNTUK BAHAN PAKAN IKAN

Lusi Herawati Suryaningrum dan Reza Samsudin

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan


Jl. Sempur No. 1, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis : lusihera@yahoo.co.id

Abstrak

Material lignoselulosa mengandung karbohidrat yang melimpah dalam bentuk


selulosa dan hemiselulosa yang terbungkus oleh lignin. Pengolahan pendahuluan pada
material lignoselulosa diperlukan untuk memperoleh hasil degradasi yang optimal. Setelah
dilakukan pengolahan pendahuluan untuk membuka ikatan lignin, enzim selulase
digunakan untuk mendegradasi selulosa dan hemiselulosa yang terdapat pada material
lignoselulosa. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroba yang memiliki kemampuan selulolitik.
Material lignoselulosa yang telah diolah tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
bahan pakan ikan karena mengandung nutrien yang cukup lengkap, tidak mengandung
racun serta terdapat dalam jumlah yang melimpah.

Kata kunci: degradasi, lignoselulosa, pakan ikan, selulase

199
POS-32

PENAPISAN BIOAKTIF PEPTIDA


PADA SIPUT LAUT GONGGONG (Strombus sp.) ASAL BINTAN

Lily Viruly*

Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,


Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kepulauan Riau
*Korespondensi : ummufaqih@gmail.com

Abstrak

Siput laut gonggong asal Bintan merupakan salah satu gastropoda laut yang
belum dimanfaat secara optimal. Siput ini merupakan makanan laut khas Bintan dan
harganya sangat mahal. Gonggong merupakan ikon Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan
Riau. Secara empiris, siput ini dipercaya dapat meningkatkan stamina dan vitalitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melakukan penapisan bioaktif peptida pada siput laut gonggong
asal Bintan yaitu sifat antioksidan dan sifat antimikroba. Aktivitas antioksidan dianalisis
menggunakan metode DPPH dan aktivitas antimikroba dianalisis menggunakan metode
sumur. Aktivitas antiokasidan pada ekstrak gonggong bercangkang tipis (IC-50 = 1433,08
ppm) lebih tinggi daripada gonggong bercangkang tebal (IC-50 = 2051,55 ppm), akan tetapi
aktivitas kedua ekstrak gonggong ini masih tergolong memiliki aktivitas antiokasidan yang
lemah jika dibandingkan dengan vitamin C (IC-50 vitamin C=3,555 ppm). Aktivitas
antimikroba pada ekstrak gonggong lebih baik pada bakteri Gram positif daripada bakteri
Gram negative. Ekstrak gonggong rebus bercangkang tebal memiliki aktivitas antimikroba
yang paling tinggi dengan nilai rata-rata diameter daya hambat (DDH) sebesar 25,55 mm.

Kata Kunci : Siput gonggong Bintan, aktivitas antioksidan, aktivitas antimikroba

200
POS-33

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI GELATIN HALAL


DARI TULANG IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)
DENGAN ULTRASOUND ASSISTED EXTRACTION

Indah Dwi Asih*1, Tetty Kemala1, Mala Nurilmala1


1
Institusi Pertanian Bogor, Jalan Raya Dramaga Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat, Bogor, Indonesia
*Korespondensi penulis : Indahdwiasih04@gmail.com,

Abstrak

Sumber gelatin terbesar hingga saat ini berasal dari kulit babi yang menyumbang
46% dari total gelatin. Hal ini menjadi penghambat bagi pengembangan produk pangan di
negara dengan mayoritas muslim seperti Indonesia. Salah satu sumber yang prospektif
untuk dikembangkan adalah tulang ikan yang menyumbang 10-20% dari bobot ikan, dengan
budi daya ikan terbanyak, yaitu ikan patin. Penelitian ini bertujuan mengekstraksi gelatin
dari limbah tulang ikan patin dengan bantuan ultrasonik menggunakan variasi waktu
ekstraksi 3, 5, dan 7 jam. Berdasarkan hasil yang diperoleh waktu ekstraksi 5 jam menjadi
perlakukan terbaik yang memberikan rendemen tertinggi, yaitu 5 ± 1.03% dengan nilai
kekuatan gel, viskositas, dan pH berturut-turut 147.74 ± 0.83 g Bloom, 14.63 ± 0.31 cP, dan
6.76 ± 03. Analisis gugus fungsi dengan fourier transform infrared (FTIR) telah memberikan
serapan khas dari gelatin dengan munculnya puncak amida. Hasil analisis berat molekul
dengan sodium dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) diperoleh
berat molekul gelatin dengan rentang 120.08-155.82 KDa.

Kata kunci : gelatin, patin, tulang ikan, ultrasonik, waktu ekstraksi

201
POS-34

SEDIAAN MASKER BERBASIS Spirulinaplatensis DAN KOLAGEN


YANG MEMPUNYAIAKTIVITAS PENGHAMBATAN BAKTERI PENYEBAB JERAWAT

Naomika Manurung1*, Ridha Fatuhanisa2, Iriani Setyaningsih3

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Jalan Agatis, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680.
Telepon 0251-8622915, faks. 0251-8622916.
*korespondensi: mikanaommanru@gmail .com

Abstrak

Spirulina platensis adalah sianobakteri atau mikroalga hijau biru yang mampu
tumbuh pada berbagai tingkat salinitas, pH sangat basa (pH 8-11), media dengan kandungan
senyawa karbonat dan bikarbonat serta bahan-bahan organik. Kandungan nutrisi yang
lengkap pada Spirulina sp. (protein, karbohidrat, lemak, mineral, asam amino esensial dan
non esensial, asam nukleat, vitamin, enzim dan pigmen) sangat berperan sebagai
antibakteri pada bakteri P. acnes, S. aureus dan S. epidermidis. Tujuan dari penelitian ini
yaitu menentukan aktivitas antibakteri masker gel peel-off ekstrak spirulina dengan
penambahan kolagen terhadap bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus. Nilai rendemen pada S.platensis hasil kultivasi
dengan media organik yaitu 28.18 gram. Formulasi terbaik yang diperoleh yaitu formulasi
masker 5%. Nilai pH sediaan masker gel masih dalam rentang pH normal kulit yaitu 5.
Evaluasi viskositas masker gel peel-off menggunakan viskosimeter brookfield dengan
kecepatan 20 rpm dan diperoleh nilai viskositas formula berkisar 31819 cPs. Waktu
mengering masker gel berkisar 25 menit. Pengujian daya sebar dilakukan dengan
menggunakan beban 50 gram. Luasan daya sebar masker yang diperoleh yaitu 4.3 cm.
Kemampuan masker setelah diaplikasikan ke wajah sebanyak 5 gram yaitu peel-off. Tingkat
kelembapan wajah setelah diaplikasikan masker gel peel-off S. platensis yaitu sebesar 45%.

Kata kunci: Spirulina platensis, Formulasi, Peel off.

202
POS-35

AKTIVITAS ANALGESIK KITOSAN PADA TIKUS ARTHRITIS


YANG DIINDUKSI COMPLETE FREUND'S ADJUVANT (CFA)

Dwi Kurnia Putri*1, Endang Darmawan2


1
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
2
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis : dkurniaputri15@gmail.com

Abstrak

Arthritis merupakan peradangan pada satu atau lebih persendian, yang disertai
dengan rasa sakit, kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak. Pengobatan nyeri
pada arthritis saat ini masih menggunakan obat sintetik yang memiliki banyak efek samping.
Kitosan memiliki struktur menyerupai glukosamin yang dapat digunakan sebagai anti
arthritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kitosan sebagai analgesik
pada tikus arthritis. Metode yang digunakan adalah metode rangsang panas dengan
menggunakan hot plate suhu 55 ± 1oC. Sebanyak 25 ekor tikus galur Sprague Dawley jantan,
berat 150-250 gram, diberi makan dan minum standar ad libtium. Kelompok I (kontrol
normal), kelompok II (kontrol positif), Kelompok III (kontrol negativ/natrium diklofenak),
kelompok IV dan V (Perlakuan kitosan 50 dan 100mg/200gram BB tikus). Sebagai
permodelan arthritist tikus pada kelompok II sampai V diinduksi dengan Complete Freund's
Adjuvant (CFA) secara subplantar menurut metode Anderson (1970) pada hari pertama.
Pengukuran aktivitas analgesik dilakukan tiap 3 hari sekali setelah hari ke-17, kemudian di
analisis menggunakan general linear repeated measure test (p<0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase penurunan respon nyeri dari control normal sebesar
0,30%, kontrol positif -13,46%, kontrol negatif 20,37%, kelompok kitosan 50 mg/200 gram
BB 31,52% dan kelompok kitosan 100 mg/200 gram BB 35,29%. Berdasarkan data penelitian
bahwa kitosan dapat digunakan sebagai analgesik pada tikus arthritis.

Keyword: Arthritis, analgesik, kitosan, hot plate

203
POS-36

EFEKTIVITAS SEDIAAN GLUKOSAMIN TERHADAP PENINGKATAN CAIRAN


SINOVIAL PADA TIKUS GALUR Sprague Dawley

Eko Cahyono1*), Pipih Suptijah2), Ietje Wientarsih3)


1)
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Laut, Jurusan Perikanan dan Kabaharian Politeknik
Negeri Nusa Utara. Jalan Kesehatan No 1 Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
Hp. +62813-4111-0506
2)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Jalan Agatis Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga 16680
3)
Departemen Klini, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Jalan Agatis Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga 16680
*Korespondensi: ekocahyono878@gmail.com

Abstrak

Glukosamin merupakan salah satu turunan dari kitin dan merupakan gula amino
dan prekursor penting dalam sintesis protein, karbohidrat dan lipid. Glukosamin dapat
digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit osteoatritis. Maka dalam penelitian
ini dilakukan pengujian efektivitas glukosamin terhadap peningkatan cairan sinovial untuk
mencegah atau mengobati penyakit osteoatritis dengan metode photo X-ray. Hasil
pengujian didapatkan bahwa pertumbuhan hewan percobaan terlihat normal. Efektivitas
glukosamin secara in vivo pada dosis glukosamin 1.500 mg/kgBB dapat meningkatkan cairan
sinovial secara maksimal. Kadar SGOT–SGPT dan kreatinin disetiap perlakuan tidak berbeda
nyata (p>0.05), dan semua parameter biokimia darah yang diuji masih dalam kategori
normal.
Kata kunci : glukosamin, osteoatritis, sinovial, polisakarida

204
POS-37

FORMULASI LOSION PELEMBAB KULIT DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK


KAROTENOID DARI Chlorella vulgaris SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Ni Wayan Sri Agustini1 dan Endah D. Pratiwi2


1
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
2
Fak. Farrmasi ISTN, Jakarta
Email: wayan_sa2002@yahoo.com

Abstrak

Paparan sinar ultraviolet dapat memberikan efek yang buruk pada kulit seperti
menimbulkan pencoklatan pada kulit (tanning), penuaan dini hingga penyakit kanker kulit.
Oleh karena itu, tubuh memerlukan senyawa antioksidan yang mampu menangkal radikal
bebas. Salah satu senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antioksidan adalah karotenoid
dari Chlorella vulgaris yang dapat diformulasikan sebagai losion. Tujuan penelitian
mengetahui sifat fisik, menguji aktivitas antioksidan serta mengetahui stabilitas losion
pelembab kulit dari ekstrak karotenoid Chlorella vulgaris. Konsentrasi ekstrak karotenoid
yang digunakan adalah 0,10%, 0,15%, 0,20%. Karotenoid diekstraksi dengan pelarut organik
etanol dan diklorometan. Losion dibuat dengan metode gom basah. Evaluasi sediaan
meliputi uji organoleptik, pH, homogenitas, viskositas, sifat alir, daya sebar, aktivitas
antioksidan, serta uji stabilitas dengan metode cycling test dan uji sentrifugal (mekanik).
Hasil studi yang telah dilakukan, losion yang dihasilkan memiliki karakteristik berwarna
putih, lemon chiffon, ligh goldenrod yellow dan ligh yellow dan beraroma khas lemah
ekstrak karotenoid, memiliki pH 5,22-6,27, kemampuan menyebar 3.604,26-4.807,83 mm2,
sifat alir tiksotropik plastis, losion memiliki aktivitas antioksidan lemah dengan nilai IC50
181,71 µg/ml, 159,88 µg/ml dan memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50
144,06 µg/ml. Sediaan losion stabil dalam penyimpanan selama 1 tahun setelah lulus
pengujian stabilitas dengan metode cycling test dan teknik sentrifugal, oleh karena itu
ekstrak kasar karotenoid dari C. vulgaris dapat digunakan sebagai zat tambahan pada losion
yang memiliki aktivitas antioksidan.

Kata kunci : Karotenoid, C. vulgaris, losion, antioksidan.

205
POS-38

ASAM LEMAK DARI RUMPUT LAUT COKLAT DAN INDUKSI APOPTOSIS


DARI TRAN-FUKOSANTIN PADA SEL LESTARI KANKER PARU-PARU MANUSIA:
SUATU ULASAN

Dedi Noviendri

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jl. KS Tubun
Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260
Korespondensi Penulis: dedinov@yahoo.com

Abstrak

Ulasan ini bertujuan untuk mengulas jenis asam lemak dari dua jenis rumput laut
coklat seperti Sargassum duplicatum dan Padina australis, dan induksi apoptosis dari trans -
fukosantin pada sel lestari (H1299) kanker paru-paru manusia. Pada ulasan ini diperlihatkan
bahwa kedua jenis rumput laut coklat mengandung sejumlah asam lemak tak jenuh.
Namun, dalam hal kandungan asam dokosaheksaenoat, asam eikosapentaenoat, asam
arakidonat dan asam alfa-linolenat, S. duplicatum diketahui memiliki kadar yang lebih tinggi
(0,76; 2,55; 13,64 dan 5,35 %, berturut-turut) dari P. australis (0; 2,06; 9,50 dan 2,88 %,
berturut-turut). Untuk asam lemak jenuh, dalam hal ini asam palmitat ditemukan menjadi
asam lemak yang utama dalam kedua jenis sampel yang diteliti. Kemudian dalam tulisan ini
akan diulas juga mengenai efek pemberian trans - fukosantin dan doksorubisin hidroklorida
(sebagai kontrol positif) pada sel lestari (H1299) kanker paru-paru manusia yang selanjutnya
efeknya dievaluasi dengan uji 3-(4,5-dimethyl thyzol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide
(MTT). Berdasarkan pengamatan perubahan morfologi inti dengan mikroskop fluoresensi
terlihat bahwa sejumlah sel apoptosis setelah perlakuan dengan trans - fukosantin dan
doksorubisin hidroklorida muncul bentuk yang tidak teratur, berwarna agak kuning - hijau,
yang merupakan indikator beberapa fitur inti apoptosis, termasuk juga adanya terjadi
pembelahan DNA kromosom ke dalam fragmen internukleosomal DNA, dan juga terlihat
kondensasi kromatin. Kemudian, berdasarkan scanning electron microscope (SEM), sel
lestari (H1299) tanpa perlakuan menunjukkan bentuk yang teratur dan membran normal
dengan permukaan halus. Untuk sel (H1299) yang diperlakukan dengan trans - fukosantin
dan doksorubisin hidroklorida menunjukkan terjadinya penyusutan sel, penurunan volume
sel dan perubahan pada membran plasma yang diikuti oleh membran blebbing secara
intensif dan akhirnya terbentuk badan apoptosis.

KATA KUNCI: asam lemak, rumput laut coklat, trans-fukosantin, apotosis, kanker paru-paru

206
POS-39

KARAKTERISTIK BUBUR RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii


DAN Turbinaria conoides SEBAGAI BAHAN BAKU MASKER PEEL OFF

Siti Fauziyah, Nurjanah*, Asadatun Abdullah

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespondensi penulis : inun_thp10@yahoo.com

Abstrak

Masker peel off rumput laut memiliki kandungan senyawa aktif dan antioksidan
sangat diperlukan. Penggunaan bubur rumput laut sebagai bahan baku masker peel off
menjadi salah satu alternatif karena tidak menghasilkan limbah dan biaya produksi rendah.
Tujuan penelitian ini yaitu menentukan karakteristik dan mendapatkan rasio bubur rumput
laut Eucheuma cottonii dan Turbinaria conoides terbaik sebagai bahan baku masker peel off,
serta menentukan karakteristik masker peel off dari rasio bubur rumput laut terbaik. Bubur
rumput laut E.cottonii dan T.conoides dikarakterisasi meliputi kadar air, pH, fitokimia, dan
antioksidan. Rasio bubur rumput laut terbaik diformulasikan pada sediaan masker peel off
lalu dikarakterisasi pH, viskositas, waktu mengering, daya sebar, antioksidan, dan sensori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio bubur rumput laut E. cottonii dan T.conoides
terbaik didapatkan pada rasio 1:1 dengan nilai pH sebesar 6,3; nilai IC50 sebesar 137,36 ppm.
Bubur E. cottonii dan T. conoides mengandung senyawa bioaktif. Masker peel off dengan
formula bubur rumput laut rasio 1:1 memiliki karakteristik yaitu waktu mengering selama
25,50 menit, daya sebar 5,5 cm, viskositas sebesar 7.200 cP, nilai pH sebesar 6,81, serta
mengandung antioksidan. Sensori masker peel off formula rumput laut terhadap
kenampakan, warna, aroma, dan tekstur tidak berbeda nyata dengan masker peel off tanpa
formula rumput laut dan masker komersial.

Kata kunci: antioksidan, DPPH, FRAP, sensori.

207
POS-40

SEBARAN RADIONUKLIDA NATURAL DI PESISIR PULAU BENGKALIS


DAN KAJIAN DOSIS TERHADAP PRODUK PERIKANAN LAUT

Murdahayu Makmur, Wahyu Retno Prihatingisih dan Mohamad Nur Yahya

Marine Radioecology Group, Center for Radiation Safety Technology and Metrology, National
Nuclear Energy Agency, Jl. Lebak Bulus Raya. No. 49. Kotak Pos 7043 JKSKL.
Jakarta selatan 12070, Indonesia

Abstrak

Telah dilakukan identikasi radionuklida natural pada sampel sedimen dipesisir


Pulau Bengkalis serta kajian dosis terhadap produk perikanan laut dari daerah sekitar.
Sampel sedimen dikumpulkan dari 6 titik pengambilan sampel dan pengukuran aktivitas
radionuklida dilakukan menggunakan spektrometri gama untuk radionuklida Ra-226, Pb-
212, Pb-214, Bi-214, Ac-228 dan K-40. Didapatkan aktivitas rata-rata berturut turut 84,58 ;
37,45 ; 29,33 ; 36,11 ; 33,94 dan 198,28 untuk Ra-226, Pb-212, Pb-214, Bi-214, Ac-228 dan
K-40. Tingkat dosis yang diterima oleh biota laut dihitung menggunakan ERICA Tools dan
hasilnya menunjukkan tidak ada risiko radiologis yang signifikan terhadap biota produk
perikanan laut.

Kata Kunci : Radionuklida natural, Spektrometer gama, Kajin dosis, Erica Tools, Bengkalis

208
PANITIA

Pengarah: Prof. Dr. Hari Eko Irianto


Penanggungjawab: Bagus Hendrajana, M.Sc

Pani a Penyelenggara
Ketua: Asri Pra s, M.Sc
Sekretaris : Gintung Patan s, M. BiotechSt
Kesekretariatan : Kar ka Winta Apriliany, MDP, Vera Rahmasari, S.Pi, Ta Nurhaya , S.Kom,
Cepryana Sathalica W., MM

Anggota

Bagian Materi dan Persidangan: Syamdidi, M.Sc, Dr. Muhammad Nursid, Dr. Subaryono,
Dr. Dwiyitno, Dr. Ellya Sinurat, Dr. Dewi Seswita Zilda, Dr. Dedi Noviendri, Dr. Hedi Indra Januar,
Dr. Ariyan Suhita Dewi, Dr. Ema Hastarini, Dr. Suryan , Dr. Ifah Munifah
Bagian Acara: Agusman, M.Sc, Tiara Silva Katulis ani, S.Pi, Giri Rohmad Barokah, S.Pi,
Izhamil Hidayah, S.Pi
Bagian Perlengkapan : Erki Herdian, A.Md, Faisal Amin, A.Md, Benget R. Simanjuntak, S.Pi,
Wahyu Widianto, S.Pi
Bagian Konsumsi : Ade Fitri Amalia, A.Md., Rahmah Tamah, SE, Sumarni
Bagian Publikasi dan Dokumentasi : Puguh Aji Murwo Prasetyo, Ahmad Mansur, M.Si,
Franciscus Edi Priyono, S.Pi
Bagian Pameran : Arif Budiman, S.Pi, Merissa Nur Asih, S.I.Kom, Rudi Sumadi, S.Sos
Bidang Akomodasi dan Transportasi : Affandi Ahmad, S.Kom, Vandra, SH., Ukis Sofarudin, A.Md

#BBRP2BKP_2018
BALAI BESAR RISET PENGOLAHAN PRODUK
DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. K.S. Tubun, Petamburan VI Jakarta Pusat 10260
Telp . 021-53650157 Fax. 021-53650158
Website : www.bbp4b.litbang.kkp.go.id

KAN
Komite Akreditasi Nasional
Laboratorium Penguji
KNAPPP LP-448-IDN INTERNATIONAL

Anda mungkin juga menyukai