Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

FALSAFAH KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH

UMRAH
70300116055
KEPERAWATAN B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

2016
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah

SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis

dapat menyusun makalah ini dengan baik.


Makalah ini dibuat dengan literatur yang berupa buku dan jurnal-jurnal
ilmiah yang penulis peroleh. Dalam makalah ini, kami membahas Falsafah
keperawatan

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta

kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Samata, 10 november 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................

C. Tujuan Penulisan...............................................................................
D. Manfaat penulisan.............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. pengertian Falsafah dan falsafah keperawatan.........………................

B. definisi teori dan teori keperawatan ……… .......................................

C. komponen suatu teori ............................................................................

D. hubungan paradigma dan teori keperawatan ........................................

E. jenis dan tingkatan teori .......................................................................

F. model konseptual keperawatan zaman nabi ........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHU LUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan

suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan.


Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan

ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu

berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan

keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan

kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa

berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit

Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses

keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. jelaskan pengertian Falsafah dan falsafah keperawatan ?

2. jelaskan definisi teori dan teori keperawatan ?

3. jelaskan komponen suatu teori ?

4. hubungan paradigma dan teori keperawatan ?

5. jenis dan tingkatan teori ?

6. model konseptual keperawatan zaman nabi ?


C. Tujuanpenulisan

1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Falsafah

keperawatan

2. Membantu pembaca dalam memahami teori-teori falsafah keperawatan

3. Pembaca dapat menggetahui konsep keperawatan pada zaman nabi


BAB II

TINJAUKAN PUSTAKA

A. Pengertian Falsafah dan Falsafah Keperawatan

Falsafah adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etika, estetika,

metafisika, dan epistemologi. Falsafah juga merupakan kajian tentang

penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingin-tahuan

tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis daripada

metoda empiris. (Nurachmah Elly)

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman

untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah

keperawatan memandang keperawatan sebagai yang luhur dan manusiawi.

Keperawatan adalah suatu upaya yang berdasarkan suatu kemanusiaan untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia

yang sehat seutuhnya. (Sri dewi maryam.2014)

Keperawatan merupakan profesi yang mengidentifikasi dirinya sebagai

profesi yang humanistik, dan memberikan perhatian besar pada falsafah dasar

yang berfokus pada individulitas dan keyakinan bahwa kegiatan manusia

merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara bebas. Pilihan seseorang

merupakan hak menentukan keinginan diri sebagai individu yang aktif.

(Nurachmah Elly)

Keperawatan : perlindungan, promosi dan optimalisasi kesehatan dan

kemampuan, pencegahan penyakit dan cedera, meringankan penderitaan

melalui diagnosis dan penanganan respon manusia dan advokasi dalam

pelayanan individu, keluarga, masyarakat dan populasi (ANA, 2003 pg.6

dalam Potter and Perry)


Sedangkan Falsafah keperawatan adalah keyakinan dasar tentang

pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis

manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit, serta terutama

berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Orientasi filosofis

suatu pengetahuan adalah naturalistik dan empiris. Orientasi ini melibatkan

kegiatan mengeksplorasi, menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena

melalui proses observasi dan pemeriksaan langsung. (Nurachmah Elly)

Falsafah Keperawatan Adalah keyakinan/ cara pandang perawat sebagai

pedoman dasar dalam memberikan asuhan keperawatan baik kepada orang

sehat maupun sakit. (ANA, 2003 pg.6 dalam Potter and Perry)

Falsafah keperawatan yaitu :

1. Memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya

2. Pelayanan yang di berikan secara langsung dan manusiawi

3. Setiap orang berhak mendapat perawatan tanpa memandang suku,

kepercayaan, status sosial, dan status ekonomi.

4. Perawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan.

5. Pasien merupakan mitra yang aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan

penerima jasa yang pasif. (H. Zaidin Ali.2009)

B. Definisi teori dan teori keperawatan

Teori merupakan Serangkaian konsep definisi dan proporsi yang

menunjukkan gambaran, fenomena sistematik, bertujuan menyebutkan

menjelaskan dan memprediksikan sesuatu yang saling terintegrasi spesifik dan

hubungan antar variabel serta Dapat diidentifikasi: Primitif, Teoritis, Kunci.

Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau

definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala


atau fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara

konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan,

meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah

atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. (A. Aziz alimul

Hidayat.2007)

Teori merupakan serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang

menunjukkan gambaran fenomena yang sistematik dan yang bertujuan menyebutkan,

menjelaskan, dan memprediksikan. Teori adalah serangkaian konsep yang saling

terkait yang menspesifikasi hubungan antar variabel. Dengan demikian, teori

keperawatan adalah serangkaian pemyataan tentang fenomena yang saling terkait yang

amat berguna untuk menyebutkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan

(Walker & Avant, 1995, 2004).

Teori keperawatan merupakan Rangkain pernyataan tentang fenomena yang

saling terkait berguna untuk menyebutkan, menjelaskan memprediksi &

mengendalikan (Walker & Avant, 1995)

Teori menghasilkan situasi yang diharapkan, sebaliknya situasi yang dihasilkan

oleh suatu teori dapat menolong seseorang ilmuan untuk menyusun, menguji, merefisi

atau menghaluskan. Dan bertujuan dapat memperbaiki meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan pasien.

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk

menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori

keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya

dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol

hasil asuhan keperawatan yang dilakukan. (A. Aziz alimul Hidayat.2007)


C. Komponen suatu teori

1. KONSEP

 Formulasi tentang objek/kejadian yang dapat diamati/dirasakan

 Karena konsep itu abstrak, harus dijabarkan dalam bentuk variabel

Variabel  konsep yang bisa diukur atau dianalisis

Contoh:

Konsep  pengetahuan politik

Variabel  nilai tes mengenai pengetahuan politik

Konsep-konsep yang saling terakit disebut teori

2. Definisi

 Menjelaskan / menggambarkan teori, konsep ataupun komponen-

komponen yang menyusun teori

 Tidak dapat dikatakan SALAH / BENAR

 Dapat dikatakan TIDAK LAZIM dipakai

Contoh:

Rumah terdiri dari tembok, tiang dan pintu maupun jendela

3. Asumsi

 Pernyataan-pernyataan yang menjelaskan konsep-konsep /

menggabungkan konsep-konsep

 Merupakan suatu kenyataan dan diterima sebagai suatu kebenaran

Contoh :

Manusia adalah makhluk sosial

4. Fenomena

 Sesuatu yang dapat disaksikan atau dilihat dengan pancaindera,

kenyataan-kenyataan yang ada, tanda-tanda, gejala-gejala, sesuatu yang

luar biasa, keajaiban, ataupun fakta (KBBI, 2008)


 Kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar kita, dapat dialami maupun

dirasakan

Contoh:

Fenomena  Bunuh diri, pencurian, perampokan

Konsep  Perilaku menyimpang

(WIDANINGSIH, 2012)

D. Hubungan paradigma dan teori keperawatan

Paradigma dan Teori Keperawatan dapat dijadikan kedalam satu

kelompok, yaitu berdasarkan urutan/hierarki Ilmu pengetahuan yang telah kita

kenal. Yaitu : (diurutkan berdasar yang paling abstrak hingga yang paling

praktikal)

1. Metaparadigma : Orang, Lingkungan, Kesehatan dan Keperawatan.

2. Philosophy : Konsep dari Nightingle

3. Model Konseptual : Konsep Betty Neuman Sistem model

4. Teori : Grand teori, Middle range teori, dan Micro teori.

(Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2006. Nursing Theory).

Dari sini kita mengetahui bahwa ternyata posisi antara Paradigma

Keperawatan dengan Teori cukup jauh, melompat 2 konsep terlebih dahulu

(melewati Philosophy dan Model Konseptual). Hal ini menyiratkan bahwa

Metaparadigma Keperawatan tidak dapat secara langsung memberikan

arahan/masukan kepada Teori, Tidak seperti halnya Teori yang dapat langsung

diturunkan dari Model Konseptual (Hierarki Ilmu diatasnya).


Paradigma merupakan suatu cara pandang atau cara menyikapi sesuatu.

Paradigma memberikan arah pandang dalam menikapi, memberi makna dan

memilih tindakan yang akan kita lakukan terhadap fenomena di sekeliling kita.

Paradigma berkontribusi pada penelitian keperawatan yang mana

paradigma ini memfasilitasi perkembangan dan pengujian hipotesis,

membandingkan intervensi dan mendirikan hubungan antara variabel.

Disini jelas yang pertama dikatakan adalah bahwa paradigma

berkontribusi pada penelitian keperawatan. Penelitian penting bagi sebuah ilmu

Pengetahuan untuk terus berkembang. Seperti sebuah alat transportasi yang

terus berkembang dan maju, ilmu Keperawatanpun dapat terus berkembang

dan semakin maju. Sehingga bagi kita yang ingin melakukan penelitian

keperawatan, kita bisa mencari ide melalui Paradigma Keperawatan. Bahkan

lebih lanjut dikatakan paradigma keperawatn dapat menjadi tempat pengujian

hipotesis, berkaitan hubungannya dengan variabel lain.

Teori-teori Keperawatan baru yang muncul ternyata dapat diprediksi

melalui paradigma keperawatan. Saya memaknai hal ini sebagai

arahan/pandangan kemana teori itu akan engarah. Karena Paradigma

Keperawatan memberikan pandangan atau arahan kemanakah Keperawatan itu

akan mengarah. Paradigma Keperawatan ibarat sebuah petunjuk arah yang

diberikan seseorang, misalnya bagaimana bepergian ke Surabaya dari Jakarta

menggunakan bis. Kita diberitahu untuk megambil bis malam langsung ke

surabaya kemudian turun di terminal bungurasih. Orang tersebut mengatakan

perjalanan ini akan memakan waktu lebih kurang 20 jam. jadi seperti inilah

mungkin pandangan yang diberkan Paradigma Keperawatan terhadap Teori

Keperawatan. Paradigma tidak memberikan kepastian namun memberikan

arahan kepada teori baru.


Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa paradigma dalam keperawatan

membuat kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan dan praktik disiplin

ilmu. Paradigma Empiris menyediakan struktur untuk pengujian teori, dan

perbandingan intervensi. Paradigma interpretif memfasilitasi pemahaman dari

pengalaman manusia. Paradigma Kritis panggilan untuk pengakuan dan

perubahan struktur kekuasaan yang menindas dalam masyarakat. Peran unik,

keuntungan, dan kerugian dari masing-masing paradigma memberi contoh

peran masing-masing paradigma dalam praktek keperawatan. Paradigma tidak

merupakan konsep statis; mereka adalah alat yang nyata digunakan dalam

praktek sehari-hari keperawatan. Masing-masing paradigma tersebut membuat

dampak yang sama berlaku pada praktik keperawatan dan penelitian,

membentuk profesi dan disiplin keperawatan. (agustinus hardyanto.2016)

E. Jenis dan tingkatan teori

1. Grand Theory

Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep yang spesifik yang

didapatkan dari model konseptual, preposisi yang didapatkan dari konsep

tersebut dan preposisi tersebut nyata dan hubungan yang spesial antara dua

konsep atau lebih. Grand theory kurang abstrak dan lebih spesifik dibanding

model konseptual tetapi tidak se-konkrit dan sespesifik middle range theory

(Fawcett, 2005). Grand theory merupakan teori yang cakupannya luas dan

kompleks, terdiri dari kerangka kerja konseptual global yang mendefinisikan

perspektif praktek keperawatan dan melibatkan perbedaan cara dalam melihat

fenomena keperawatan, memuat konsep yang menggabungkan teori-teori

dengan cakupan lebih kecil (Tomey & Aligood, 2010).


Grand theory menyebutkan tujuan, misi dan aturan nursing care yang

dihasilkan dari observasi/insight. Tujuan dari grand theory adalah untuk

mengatur beberapa informasi dan mengidentifikasi konsep atau point penting

serta menghubungkannya dengan praktik keperawatan. Manfaat grand theory

adalah sebagai alternatif panduan untuk praktik selain tradisi/intuisi, kerangka

kerja untuk pendidikan dengan mengusulkan fokus dan struktur kurikulum, dan

bantuan untuk profesional keperawatan dengan menyediakan dasar praktek

(McKenna, 1997).

Meskipun grand theory masih sangat abstrak dan normatif sehingga sulit

untuk mengaplikasikannya secara empiris, namun grand teory lebih mudah

dijadikan dasar untuk perkembangan dari middle range theory dan teori praktis

yang lebih spesifik.

Berdasarkan sebab inilah grand theory berhasil memenuhi fungsi penting

sebagai pembeda keperawatan dari profesi lain dan menyediakan legitimasi

untuk ilmu pengetahuan keperawatan (Peterson & Bredow, 2004). Contohnya,

dari model konseptual Rogers’s Science of Unitary Human Beings dihasilkan

tiga grand theory yaitu Theory of Accelerating Evolution, Theory of

Rhythmical Correlates of Change, dan Theory of Paranormal Phenomena

(Fawcett, 2005). Contoh grand theory lainnya yaitu King’s theory of goal

attainment, Leininger’s theory of culture care and universality, Newman ‘s

theory of health as expanding consciousness, Orem’s self care deficit theory,

Parse’s theory of human becoming (Peterson & Bredow, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, menurut kelompok grand theory merupakan

teori yang masih bersifat abstrak dengan cakupan yang masih luas, belum bisa
secara langsung diuji secara empiris, tapi merupakan dasar bagi perkembangan

teori yang lebih spesifik.

2. Middle Range Theory

Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, Middle Range theory cukup

spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, sebagai petunjuk riset

dan praktik , Middle Range Theory lebih banyak digunakan dari pada Grand

Theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.

Middle Range Theory memiliki hubungan yang lebih kuat dengan


penelitian dan praktek. Hubungan antara penelitian dan praktek menurut

Merton (1968), menunjukan bahwa Middle Range Theory amat penting dalam

disiplin praktek, selain itu Walker and Avant (1995) mempertahankan bahwa

Middle Range Theory menyeimbangkan kespesifikannya dengan konsep secara

normal yang nampak dalam Grand Theory.

Middle Range Theory memberikan manfaat bagi perawat, mudah

diaplikasikan dalam praktek dan cukup abstrak secara ilmiah. Middle Range

Theory, tingkat keabstrakannya pada level pertengahan, inklusif, memiliki

sejumlah variabel terbatas, dapat diuji secara langsung. Bila dibandingkan

dengan Grand theory, Middle Range Theory ini lebih konkrit. Merton (1968)

yang berperan dalam pengembangan Middle Range Theory mendefenisikan

teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan

pengembangan suatu teori. Sependapat dengan Merton, beberapa penulis

keperawatan mengemukakan middle range theory jika dibandingkan dengan

grand theory:

a. Ruang lingkupnya lebih sempit

b. Fenomena yang disajikan lebih spesifik dan kurang abstract


c. Teridri dari konsep dan proposisi yang konkrit dan realitas
d. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik /nyata

e. Lebih dapat diuji secara empiris

f. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan klinik

a) Perkembangan Middle Range Theory

Liehr dan Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range

theory bersumber pada proses intelektual yang meliputi :

1) Teori induktif yang membangun teori melalui riset

2) Teori deduktif yang berasal dari grand theory

3) Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan

4) Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi

5) Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik

b) Penggunaan Middle Range Theory

Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktek dan

penelitian. Teori ini mampu menstimulasi dan mengembangkan

pemikiran rasional dari penelitian serta membimbing dalam pemilihan

variable dan pertanyaan penelitian (Lenz,1998, p.26) Middle Range

Theory dapat membantu praktek dengan memfasilitasi pemahaman

terhadap perilaku klien dan memungkinkan untuk menjelaskan beberapa

efektifitas dari intervensi.

c) Kontroversi tentang Middle Range Theory

Ketidakakuratan dari middle range theori hanya salah satu dari

sekian banyak kritik terhadap teori ini. Selain hal tersebut, ketidakjelasan

defenisi middle range theory telah dikrtitik untuk membedakanya dengan

grand theory karena mampu utnuk diuji mengunakan ide-ide yang positif

dan logis.
3. Practice Theory/Micro Theory

Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle

range theory, teori pada level ini juga didefinisikan juga sebagai prescriptive

theory, situations-spesific theory, dan micro theory. Practice theory menetukan

tindakan atau intervensi keperawatan yang cocok untuk mencapai tujuan

tertentu, fokus pada fenomena keperawatan yang spesifik dengan memberikan

arahan langsung pada praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis

yang jelas, hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomone. Practice theory

menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan memprediksi

hasil dan efek dari praktek keperawatan itu sendiri (Peterson & Bredow, 2004).

Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman

praktik keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat dapat

menjadi sumber utama untuk pengembangan practice theory keperawatan.

Kedalaman dan kompleksitas teori keperawatan digambarkan dan dijelaskan

melalui apresiasi secara mendalam terhadap fenomena keperawatan dan

hubungan antara aspek pada situasi keperawatan (McKenna, 1997). Contoh

Practice theory yaitu bonding attachment theory, therapeutic touch, exercise as

selfcare, caring for patient with chronic skin disease, quality of care, dll

(Peterson & Bredow, 2004).

Secara ringkas, tingkatan pengembangan teori dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Philosophical theory

1) Falsafah keperawatan merupakan karya awal yang mendahului era

teori.
2) Falsafah berkontribusi umtuk pengetahuan keperawatan dengan

memberikan arahan untuk disiplin dan membentuk dasar untuk

keilmuan professional, yang mengarah kepada pemahaman teoritis baru.

b. Grand theory

1) Cakupannya luas dan kompleks.

2) Membutuhkan penelitian yang spesifik sebelum dapat sepenuhnya di

ujicobakan

3) Tidak memberikan panduan terhadap intervensi keperawatan yang

spesifik, namun memberikan kerangka kerja struktural dan ide yang

abstrak.

c. Middle range theory

1) Cakupannya lebih terbatas dan kurang abstrak

2) Menjelaskan fenomena spesifik atau konsep dan mencerminkan praktek

keperawatan

d. Practice Theory

1) Lebih tidak abstrak, lebih spesifik dan cakupannya lebih sempit di

bandingkan dengan middle range theory. Berorientasi pada suatu

tindakan nyata untuk tujuan yang spesifik.

2) Fokus kepada fenomena keperawatan spesifik yang mencerminkan

praktek klinis dan hanya terbatas kepada populasi atau bagian dari

situasi pada teori.

F. Model konseptual keperawatan zaman nabi

Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ad,

banyak dari mereka yang hanya mengenal tokoh keperawatan yang berasal

dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang
berasal dari Inggris. Sesungguhnya apabila kita ingin menelaah lebih jauh

lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia

barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karenakan pada

waktu itu kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan

mereka, tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana

Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami

kemajuan terutama dalam dunia keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi

seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan mengandung

ajaran dan nilai- nilai kesehatan seperti perilaku hidup bersih dan sehat,

pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga

kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain

sebagainya.

Menurut Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper

Presented at the 3rd International Nursing Conference “Empowerment and

Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century” yang diselenggarakan di

Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah

perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi

Muhammad SAW di abad pertama Hijriah /abad ke-8 Sesudah Masehi, dan

diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah

seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi

orang lain.

Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al

Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan

termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut

Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu

keperawatan saat membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang


Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan

membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan

saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat

korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit

lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW pun

memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.

Dalam beberapa literatur sejarah islam mencatat beberapa nama yang

bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman,

Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun.

Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah :

a. Ku’ayibat,

b. Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,

c. Ummu Atiyah Al Ansariyat, dan

d. Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat.

Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak

seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi

Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan

terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya

kaya atau miskin. Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti

Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi

menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan

dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim Sementara

sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale

sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan

status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim (Jan, 1996). Talenta

perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun


temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab

Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur.

Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi

perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad

SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka

yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia

untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di

bidang keperawatan dan medis.

Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat

perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia

memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau

penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal

pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan

empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal

yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi teknologi dan sisi

kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut. Pelayanan

keperawatan yang dihasilkan juga seyogyanya merupakan hentuk pelayanan

keperawatan yang humanistik dan komprehensif, berlandaskan pada falsafah

keperawatan yang menspesifikasi manusia sebagai titik sentral keyakinan

keperawatan.

Melalui pemahaman tentang paradigma keperawatan yang terdiri dari

manusia, sehat dan kesehatan, lingkungan, dan keperawatan, keempat

komponen paradigrna tersebut telah menjelaskan hubungan dan keterkaitan

antar keempat konsep yang juga melandasi teori keperawatan.

Teori keperawatan dapat dikembangkan berdasarkan pada tiga sumber

yaitu kesadaran akan status teori aplikasi, minat untuk mengembangkan teori

aplikasi, dan keterbukaan terhadap realitas empiris yang relevan.

B. Saran

Saran penulis agar makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk

menambah wawasan kita semua tentang pentingnya mempelajari falsafah

keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya

Medika

Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2006. Nursing Theory

http://perawattegal.wordpress.com/2009/12/17/sejarah-keperawatan-islam-

rufaidah-binti-saad/
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses

& Praktik. Jakarta: EGC.

http://konsep dasar keperawatan\teori ernestine.mht

Al Fanjari, Ahmad Syauqi. 2010. Rufaidah Awwalul Mumarridah fi Al Islam.

Yogyakarta: Navila

Potter A. Patricia and Anne G. Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th

Edition. Singapore: Elsevier

DeLaune, Sue C., Ladner, K. Patrcia. 2002. Fundamental of Nursing: Standard

and

Potter, Patrecia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental

Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1 Ed 4. EGC. Jakart

http://perawattegal.wordpress.com/2009/12/17/sejarah-keperawatan-islam-

rufaidah-binti-saad/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai