Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKARYA

NAZEEM IBNU QOYYIM

KELAS X MIPA III


SMA NEGERI 1 TANJUNG SELOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat serta karunia nya kepada kami, sehinnga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan, dan pengalaman bagi para pembaca
sehinnga kami dapat memperpaiki bentuk maupun isi makalah ini sehinnga
kedepannya bisa lebih baik.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat lah kurang. Oleh karena
itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Selor, 10 April 2019

KERAJINAN
Kerajinan merupakan salah satu bagian dari seni rupa yang sudah ada sejak
lama. Kita diperkenalkan dengan kerajinan dan seni rupa sejak kita memulai
pendidikan. Kerajinan sendiri diminati oleh semua kalangan dan tidak dibatasi oleh
usia dan jenis kelamin. Saat ini kerajinan sudah sangat berkembang dan
mengakibatkan munculnya kerajinan moderen. Ada dua macam kerajinan yang kita
kenal saat ini, kerajinan tradisional dan kerajinan moderen. Kerajinan tradisional
yang terdapat di Indonesia adalah seperti kerajinan batik, anyaman bambu,
anyaman rotan, dan lain sebagainya. Sedangkan kerajinan moderen adalah seperti
scrapbook, clay, aksesoris, kotak hadiah, boneka flannel, dan lain sebagainya.

Kerajinan tangan moderen banyak diminati oleh sebagian masyarakat


Indonesia. Hal tersebut menyebabkan tumbuhnya toko–toko penyedia bahan dan
alat-alat kerajinan. Toko-toko tersebut tidak hanya menyediakan alat dan bahan
kerajinan saja, tetapi juga menyediakan jasa kursus kerajinan. Kerajinan tangan
moderen ini cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia mulai dari anak kecil.
Dengan meningkatnya permintaan dan kebutuhan masyarakat dan
penggemar kerajinan tangan saat ini maka dibutuhkan fasilitas atau sarana yang
dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan tersebut. Tempat kursus kerajinan
tangan yang nyaman harus memiliki desain yang sesuai dengan aktivitas yang
dilakukan pada ruangan kursus tersebut dan juga disesuaikan dengan jumlah orang
yang beraktivitas di dalam ruangan tersebut. Selain itu untuk mengapresiasi hasil
karya kerajinan yang dibuat oleh peserta kursus perlu disediakan sarana untuk
memamerkan hasil karya tersebut, dan sarana tersebut dapat berupa ruang pameran.
Kebanyakan dari peserta kursus tidak tahu bagaimana mereka dapat menjual
hasil karyanya, maka dari itu diperlukan sarana retail atau toko yang dapat
menampung dan menjual hasil karya para peserta kursus. Kemudian alat dan bahan
kerajinan yang lengkap pun harus disediakan untuk keperluan dan kebutuhan
workshop. Selain untuk kebutuhan workshop, alat dan kebutuhan kerajinan pun
dibutuhkan oleh masyarakat
Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara
tetangga Malaysia, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak.

Saat ini, Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda Indonesia, resmi


disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25
Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.

Walau baru saja di resmikan provinsi Kalimantan Utara juga memiliki


banyak kerajinan – kerajinan khas yang dimiliki oleh provinsi ini. Yaitu sebagai
berikut :

 Batik Nunukan

Pada tahun 1999, pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah dengan


didasari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Dengan dasar inilah dilakukan pemekaran pada Kabupaten
Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menjadi 2 kabupaten baru
lainnya, yaitu Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau, yang terbentuk
berdasarkan pertimbangan luas wilyah, peningkatan pembangunan, dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Di Kabupaten Nunukan
ditempati lima suku besar yaitu Dayak Lundayeh, Dayak Tagalan, Dayak
Taghol, Dayak Tidung dan Bulungan, hingga terbentuk Batik
Lulantatibu merupakan singkatan dari nama sejumlah suku Dayak tersebut.
o Motif
Upaya pencarian corak untuk batik Lulantatibu dibutuhkan beberapa tahun
mengingat ada 5 etnis Suku Dayak di Kabupaten Nunukan yang memiliki
corak dengan ciri khas suku masing-masing. Dayak Lundayeh yang
menempati wilayah bagian Utara Kabupaten Nunukan memiliki corak khas
gambar tempayan yang dalam bahasa setempat dinamai arit tabuk.
Tempayan sendiri dalam kehidupan suku Dayak Lundayeh selain digunakan
sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan harta benda, juga
merupakan alat untuk menyimpan jazad manusia. Sehingga tidak heran jika
dalam berbagai kerajinan tangan suku Dayak Lundayeh akan
terdapat goresan perpaduan garis lurus dan lengkung sebagai simbol arit
tabuk.
Sementara dari Suku Dayak Taghol yang mendiami wilayah Kecamatan
Lumbis, corak yang digambarkan dengan perpaduan 4 garis membentuk
tameng sangat dominan. Tameng bagi Suku Dayak Taghol memilik arti
perlindungan. Simbol tameng bagi suku Dayak Taghol juga berarti
ketahanan. Meski semua suku Dayak di Kabupaten Nunukan memiliki
goresan tameng, namun tameng suku Dayak Taghol memiliki corak yang
sangat kuat. Sementara dari Suku Dayak Tagalan diambil goresan
perpaduan 4 buah lengkung yang disebut pinduku. Arti kata pinduku dalam
bahasa Suku Dayak Tagalan merupakan persatuan. Corak pinduku selain
terdiri dari 4 garis lengkung juga terdapat lingkaran di sekeliling garis
lengkung serta aksen titik-titik kecil.
Dari Suku Dayak Tidung dan Bulungan corak yang diambil sebagai motif
batik lulantatibu berupa goresan bunga raya. Bunga raya mengandung
filosofi kemakmuran. Bunga raya dalam keseharian Suku Dayak Tidung
Bulungan juga difungsikan sebagai obat yang mampu menyembuhkan
berbagai penyakit. Setelah berhasil memadukan berbagai motif dari suku
yang ada di Kabupaten Nunukan untuk membentuk batik Lulantatibu,
pemerintah daerah kemudian menggelar lokakarya yang mengundang
perwakilan seluruh warga dayak di Kabupaten Nunukan pada tahun 2011.
Akhirnya pada bulan Mei 2017, batik corak lulantatibu berhasil mendapat
paten. ”Yang kita patenkan motif dari masing masing suku dayak bukan
corak batiknya,” imbuh Wahyu Puji Lestari, Kasie Kemitraan dan Ekonomi
Kreatif Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Nunukan.
Batik Lulantatibu sendiri selain menjadi cerminan keberagaman suku di
Kabupaten Nunukan juga merupakan simbol kebersamaan antar suku yang
mendiami kawasan di wilayah perbatasan tersebut.

 Anjat
Anjat adalah tas berbentuk bundar, terbuat dari rotan, hasil kerajinan
anyam Suku Dayak di Kalimantan Timur. Bentuk Anjat menyerupai tabung
dengan tinggi sekitar 70 cm, garis tengah lingkaran atas maupun bawah
sekitar 50 sentimeter. Anjat lazimnya bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
Anjat tidak memakai tutup, tetapi bagian atasnya dilengkapi dengan gelang-
gelang kecil yang terbuat dari anyaman rotan lalu dipasangi tali. Bila tali
ditarik, bagian atas anjat akan mengerucut sehingga anjat menutup.

Anjat merupakan jenis tas yang di kaitan di punggung seperti ransel yang
berfungsi untuk membawa barang-barang ketika bepergian oleh Suku
Dayak. Bagi kaum pria di suku Dayak, anjat dijadikan wadah untuk
perbekalan jika pergi ke hutan atau berburu, sementara untuk wanita
digunakan untuk menyimpan baju dan makanan ketika pergi berkebun.
Namun dengan seiring waktu anjat telah juga beralih fungsi menjadi tas
jinjing yang fasioneble bagi orang diperkotaan.
o Proses Pembuatan
Pengayaman rotan untuk membuat anjat dimulai dari bagian atas, untuk
membentuk lubang-lubang bakal tali anjat (dengur). Tahap ini
dinamakan nonjak. Proses menganyam dilakukan berputar dari kiri ke
kanan. Ada dua pola menganyam untuk pembuatan anjat, yakni mengangkat
dan menutup dua bilah rotan. Setelah bagian atas selesai, selanjutnya adalah
membuat motif yang disebut ngerara. Tahap terakhir adalah menganyam
bagian bawah, yakni membuat klikar yang berfungsi sebagai alas anjat
berbentuk bulat yang juga terbuat dari anyaman rotan.

o Motif Hiasan
Motif hiasan anjat amat beragam. Anjat yang dibuat oleh pengrajin Dayak
Benuaq di Pepas Ehengbiasanya bermotif dedaunan, seperti dawatn
danan, benawa bingkas, atau motif binatang berupa Naga, mataq
punei, jatuk mantuku, tempilih, motif lingkaran serta segi empat
yaitu lurang lomo, tumpakng dara, selengkau gelangkng, kelolokng, dan
motif bunga yakni bungan Naga
Sedangkan untuk teknik ayaman dalam pembuatan Anjat menggunakan
teknik anyaman yang menjadi identitas dari suku Dayak itu sendiri.
Anyaman ini memiliki pola lompatan kecil dua-dua dan menggunakan
lompatan yang lebih besar untuk membentuk sebuah ragam hias dan
lompatan satu-satu sebagai isian pada motif. Ragam hias pada Anjat juga
umum ditemukan pada anyaman Kalimantan lainnya.

 Talawang
Talawang adalah tameng atau perisai Suku Dayak yang terbuat dari
kayu ulin atau kayu besi. Talawang berbentuk persegi panjang yang dibuat
runcing pada bagian atas dan bawahnya. Panjang talawang
sekitar 1 sampai dengan 2 meter dengan lebar maksimal 50 centimeter.
Sisi luar talawang dihias dengan ukiran yang mencirikan kebudayaan
Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan.

Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir berbentuk topeng


(hudo). Konon, ukiran pada talawang memiliki daya magis yang mampu
membangkitkan semangat hingga menjadikan kuat orang yang
menyandangnya. Ukiran talawang pada umumnya bermotifkan burung
Tinggang, yaitu burung yang dianggap suci oleh Suku Dayak. Selain motif
burung tinggang, motif lain yang sering digunakan adalah ukiran
kamang. Kamang merupakan perwujudan dari roh leluhur Suku Dayak.
Motif kamang digambarkan dengan seseorang yang sedang duduk
menggunakan cawat dan wajahnya berwarna merah. Walaupun setiap sub-
Suku Dayak mengenal kebudayaan mandau dan talawang, ternyata
penggunaan warna dan motif ukiran pada talawang berbeda-beda. Motif
ukiran pada talawang ini juga yang kemudian banyak dijumpai sebagai
desain interior rumah serta bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir
Dayak

Pada awalnya talawang lebih difungsikan sebagai pelengkap alat


pertahanan diri ketika berperang, namun kemudian dalam perkembangan
zaman talawang juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian.
Seperti dalam Tari Nganjat dan Tari Mandau Talawang.

 Mandau
Mandau Kalimantan Utara memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan
dengan propinsi lainnya. Hal itu bisa dilihat dari bentuk bilah dan
kumpangnya. Proses pembuatannya juga menggunakan bahan logam besi
yang memiliki kandungan berbeda berdasarkan tempat pengambilan batu
yang mengandung jenis bijih besi. Selain itu, masih ada lagi jenis logam
lainnya sebagai hiasan untuk mempercantik dan memberikan kesan elegan
pada senjata tradisional tersebut.

o Bahan Pembuatan Mandau

Sebagian besar suku Dayak membuat mandau Kalimantan Utara dengan


mengambil bijih besi pada batu-batuan dari hulu sungai Baram yang ada di
daerah Kucing, Serawak. Tentu saja bijih besinya memiliki mineral yang
berbeda. Zaman dahulu Nenek moyang suku Dayak bisa mendeteksi batu
sungai yang memiliki kandungan bijih besi. Dan bisa menentukan bahan
mana yang bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mandau.

o Proses Pembuatan Mandau

Selain karena sudah berpengalaman, banyak juga para pandai besi yang
melakukan ritual dengan meminta petunjuk leluhur untuk menemukan bijih
besi. Petunjuk yang didapatkan bisa diperoleh melalui mimpi ketika tidur
ataupun karena memiliki naluri yang tajam. Setelah menemukan batu yang
mengandung bijih besi, maka selanjutnya batu dibakar dengan suhu yang
sangat tinggi. Biasanya pembakaran dilakukan disekitar sungai karena
proses pengambilan bijih besi dari batu memerlukan banyak air.
Setelah pemanasan batu dirasa sudah cukup, maka batu tersebut diletakkan
didalam sungai agar menjadi dingin. Kemudian batu tersebut akan dipecah
untuk mengambil serpihan bijih besi yang ada di dalamnya dan
dikumpulkan dengan menggabungkannya bersama tanah liat yang dikepal
menjadi bulat. Setelah bulatan tanah liat sudah kering, maka akan dibakar
sampai beberapa kali untuk memilih bijih besi yang masih murni agar
menghasilkan logam yang kuat.

Para nenek moyang sudah memiliki teknologi untuk memilih bijih besi yang
terbaik menggunakan tanah liat. Bijih besi yang dihasilkan masih lunak,
namun setelah melalui proses penempaan secara terus menerus akan
menghasilkan logam yang sangat kuat dan awet. Tentu saja memang tidak
mudah dalam membuat mandau yang berkualitas tinggi karena banyak
sekali tahapan yang harus dilalui dari proses pemilihan bijih besi sampai
penempaannya menjadi bilah mandau.

o Campuran Bahan Mandau

Biasanya masyarakat Dayak Kalimantan Utara juga memberikan campuran


tembaga pada bilah Mandau agar menghasilkan Mandau yang kuat dan
indah. Selain itu, logam tembaga juga sering dijadikan hiasan selain emas
dan perak pada sisi bilah yang tebal serta tumpul. Sedangkan sisi yang tajam
dibuat dari bijih besi murni agar menghasilkan senjata dengan ketajaman
yang tinggi sehingga bisa memotong apa saja dalam satu sabetan.
Sedangkan pada sarung atau kumpang Mandau dibuat dengan berbagai
ukiran dan warna agar tampilannya menjadi indah. Masyarakat Kalimantan
Utara menyukai seni ukir-ukiran dan sarung yang terbuat dari kayu Meranti.
Dihiasi dengan ukir-ukiran yang agak rumit merupakan salah satu ciri khas
suku Dayak. Hiasan lainnya yang terdapat pada sarungnya yaitu tali dan
kain yang berwarna merah, putih serta hitam sebagai warna favorit
masyarakat Kalimantan Utara. Warna-warna tersebut diyakini bisa
membawa keselamatan dan keberuntungan bagi para pemilik mandau.

Untuk gagangnya sebagai pegangan tangan dibuat dari tanduk rusa atau
kayu dengan bentuk kepala binatang yang memiliki paruh seperti burung
atau naga. Pada kepala hiasan tersebut terdapat aksesoris yang diambil dari
rambut manusia. Letaknya ada di berbagai sisi, yaitu depan, atas dan bawah
pada gagang tersebut. Sedangkan tempat untuk pegangan tangan dililiti
dengan tali rotan agar cengkeraman lebih kuat dan tidak mudah terlepas
ketika mengayunkan mandau.

Biasanya gagang yang digunakan berwarna putih sesuai dengan warna yang
disukai masyarakat Kalimanta Utara. Setiap bentuk ukiran dan warna yang
terdapat pada sarung dan gagang mandau memiliki filososfinya tersendiri.
Hal itu dilihat berdasarkan pengalaman hidup yang telah ditempuh oleh para
pembuatnya. Untuk Mandau yang memiliki hiasan emas, perak dan tembaga
biasanya diperuntukkan bagi para sesepuh adat suku Dayak Kalimantan
Utara.

Anda mungkin juga menyukai