Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat serta karunia nya kepada kami, sehinnga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan, dan pengalaman bagi para pembaca
sehinnga kami dapat memperpaiki bentuk maupun isi makalah ini sehinnga
kedepannya bisa lebih baik.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat lah kurang. Oleh karena
itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
KERAJINAN
Kerajinan merupakan salah satu bagian dari seni rupa yang sudah ada sejak
lama. Kita diperkenalkan dengan kerajinan dan seni rupa sejak kita memulai
pendidikan. Kerajinan sendiri diminati oleh semua kalangan dan tidak dibatasi oleh
usia dan jenis kelamin. Saat ini kerajinan sudah sangat berkembang dan
mengakibatkan munculnya kerajinan moderen. Ada dua macam kerajinan yang kita
kenal saat ini, kerajinan tradisional dan kerajinan moderen. Kerajinan tradisional
yang terdapat di Indonesia adalah seperti kerajinan batik, anyaman bambu,
anyaman rotan, dan lain sebagainya. Sedangkan kerajinan moderen adalah seperti
scrapbook, clay, aksesoris, kotak hadiah, boneka flannel, dan lain sebagainya.
Batik Nunukan
Anjat
Anjat adalah tas berbentuk bundar, terbuat dari rotan, hasil kerajinan
anyam Suku Dayak di Kalimantan Timur. Bentuk Anjat menyerupai tabung
dengan tinggi sekitar 70 cm, garis tengah lingkaran atas maupun bawah
sekitar 50 sentimeter. Anjat lazimnya bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
Anjat tidak memakai tutup, tetapi bagian atasnya dilengkapi dengan gelang-
gelang kecil yang terbuat dari anyaman rotan lalu dipasangi tali. Bila tali
ditarik, bagian atas anjat akan mengerucut sehingga anjat menutup.
Anjat merupakan jenis tas yang di kaitan di punggung seperti ransel yang
berfungsi untuk membawa barang-barang ketika bepergian oleh Suku
Dayak. Bagi kaum pria di suku Dayak, anjat dijadikan wadah untuk
perbekalan jika pergi ke hutan atau berburu, sementara untuk wanita
digunakan untuk menyimpan baju dan makanan ketika pergi berkebun.
Namun dengan seiring waktu anjat telah juga beralih fungsi menjadi tas
jinjing yang fasioneble bagi orang diperkotaan.
o Proses Pembuatan
Pengayaman rotan untuk membuat anjat dimulai dari bagian atas, untuk
membentuk lubang-lubang bakal tali anjat (dengur). Tahap ini
dinamakan nonjak. Proses menganyam dilakukan berputar dari kiri ke
kanan. Ada dua pola menganyam untuk pembuatan anjat, yakni mengangkat
dan menutup dua bilah rotan. Setelah bagian atas selesai, selanjutnya adalah
membuat motif yang disebut ngerara. Tahap terakhir adalah menganyam
bagian bawah, yakni membuat klikar yang berfungsi sebagai alas anjat
berbentuk bulat yang juga terbuat dari anyaman rotan.
o Motif Hiasan
Motif hiasan anjat amat beragam. Anjat yang dibuat oleh pengrajin Dayak
Benuaq di Pepas Ehengbiasanya bermotif dedaunan, seperti dawatn
danan, benawa bingkas, atau motif binatang berupa Naga, mataq
punei, jatuk mantuku, tempilih, motif lingkaran serta segi empat
yaitu lurang lomo, tumpakng dara, selengkau gelangkng, kelolokng, dan
motif bunga yakni bungan Naga
Sedangkan untuk teknik ayaman dalam pembuatan Anjat menggunakan
teknik anyaman yang menjadi identitas dari suku Dayak itu sendiri.
Anyaman ini memiliki pola lompatan kecil dua-dua dan menggunakan
lompatan yang lebih besar untuk membentuk sebuah ragam hias dan
lompatan satu-satu sebagai isian pada motif. Ragam hias pada Anjat juga
umum ditemukan pada anyaman Kalimantan lainnya.
Talawang
Talawang adalah tameng atau perisai Suku Dayak yang terbuat dari
kayu ulin atau kayu besi. Talawang berbentuk persegi panjang yang dibuat
runcing pada bagian atas dan bawahnya. Panjang talawang
sekitar 1 sampai dengan 2 meter dengan lebar maksimal 50 centimeter.
Sisi luar talawang dihias dengan ukiran yang mencirikan kebudayaan
Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan.
Mandau
Mandau Kalimantan Utara memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan
dengan propinsi lainnya. Hal itu bisa dilihat dari bentuk bilah dan
kumpangnya. Proses pembuatannya juga menggunakan bahan logam besi
yang memiliki kandungan berbeda berdasarkan tempat pengambilan batu
yang mengandung jenis bijih besi. Selain itu, masih ada lagi jenis logam
lainnya sebagai hiasan untuk mempercantik dan memberikan kesan elegan
pada senjata tradisional tersebut.
Selain karena sudah berpengalaman, banyak juga para pandai besi yang
melakukan ritual dengan meminta petunjuk leluhur untuk menemukan bijih
besi. Petunjuk yang didapatkan bisa diperoleh melalui mimpi ketika tidur
ataupun karena memiliki naluri yang tajam. Setelah menemukan batu yang
mengandung bijih besi, maka selanjutnya batu dibakar dengan suhu yang
sangat tinggi. Biasanya pembakaran dilakukan disekitar sungai karena
proses pengambilan bijih besi dari batu memerlukan banyak air.
Setelah pemanasan batu dirasa sudah cukup, maka batu tersebut diletakkan
didalam sungai agar menjadi dingin. Kemudian batu tersebut akan dipecah
untuk mengambil serpihan bijih besi yang ada di dalamnya dan
dikumpulkan dengan menggabungkannya bersama tanah liat yang dikepal
menjadi bulat. Setelah bulatan tanah liat sudah kering, maka akan dibakar
sampai beberapa kali untuk memilih bijih besi yang masih murni agar
menghasilkan logam yang kuat.
Para nenek moyang sudah memiliki teknologi untuk memilih bijih besi yang
terbaik menggunakan tanah liat. Bijih besi yang dihasilkan masih lunak,
namun setelah melalui proses penempaan secara terus menerus akan
menghasilkan logam yang sangat kuat dan awet. Tentu saja memang tidak
mudah dalam membuat mandau yang berkualitas tinggi karena banyak
sekali tahapan yang harus dilalui dari proses pemilihan bijih besi sampai
penempaannya menjadi bilah mandau.
Untuk gagangnya sebagai pegangan tangan dibuat dari tanduk rusa atau
kayu dengan bentuk kepala binatang yang memiliki paruh seperti burung
atau naga. Pada kepala hiasan tersebut terdapat aksesoris yang diambil dari
rambut manusia. Letaknya ada di berbagai sisi, yaitu depan, atas dan bawah
pada gagang tersebut. Sedangkan tempat untuk pegangan tangan dililiti
dengan tali rotan agar cengkeraman lebih kuat dan tidak mudah terlepas
ketika mengayunkan mandau.
Biasanya gagang yang digunakan berwarna putih sesuai dengan warna yang
disukai masyarakat Kalimanta Utara. Setiap bentuk ukiran dan warna yang
terdapat pada sarung dan gagang mandau memiliki filososfinya tersendiri.
Hal itu dilihat berdasarkan pengalaman hidup yang telah ditempuh oleh para
pembuatnya. Untuk Mandau yang memiliki hiasan emas, perak dan tembaga
biasanya diperuntukkan bagi para sesepuh adat suku Dayak Kalimantan
Utara.