Anda di halaman 1dari 13

NAMA : NURUL AHADIA

NIM : E1A017055

KELAS : B/II

KELOMPOK : II

LAPORAN PRAKTIKUM
ZOOLOGI INVERTEBRATA
ACARA VII
FILUM ARTHOPODA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS MATARAM
ACARA VII

FILUM ARTHOPODA

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Untuk mengidentifikasi bagian-bagian
Tubuh yang Menjadi ciri khas Arthopoda.
2. Hari, tanggal praktikum : Selasa, 18 Desember 2018
3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi FKIP, Universitas
Mataram.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat seksio.
b. Jarum pentul.
c. Lup.
d. Papan bedah.
e. JPinset.
2. Bahan
a. Alkohol.
b. Belalang (Acrididae).
c. Capung (Odonata).
d. Kaki Seribu (Diplopoda).
e. Kepiting (Portunidae)
f. Laba-Laba (Arachnida).
g. Udang (Penecidae).
C. Prosedur Kerja
Praktikum acara VII tentang filum Arthopoda kali ini memiliki
tujuan yaitu untuk mengidentifikasi bagian-bagian tubuh yang menjadi ciri
khas Arthopoda. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka praktikum ini
dilaksanakan dengan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan,
kemudian mengambil bahan seperti capung, belalang, laba-laba, kepiting,
kaki seribu, dan udang kemudian meletakkannya di atas papan bedah.
Senjantutnya hewan tersebut dibius menggunakan alcohol agar pingsan
agar memudahkan untuk diamati. Kemudian setelah dibius langkah
selanjutnya mengamati bagian-bagin tubuh dari hewan Arthopoda tersebut
baik menggunakan lup atau dengan mata telanjang. Memfoto hewan-
hewan tersebut serta mengcatat hasil pengamatan pada lembar kerja.
D. Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan.
a. Gambar belalang () Keterangan
4 3
6 1. Antena.
1
2. Mulut.
3. Mata.
4. Kepala.
2 5. Dada.
6. Sayap.
5 7 8 7. Perut.
8. Anus.
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

b. Gambar capung ()
8 Keterangan
3
4 1. Toraks.
1 2
2. Kepala.
3. Mata majemuk.
4. Sayap depan.
5. Sayap belakang.
5 6. Abdomen.
7 6
7. Ekor.
8. Antena.

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

c. Gambar kaki seribu()


Ketereangan
6 5 1. Mulut.
2. Kepala.
3. Dua pasang kaki
1
setiap segmen.
2 4. Segmen
3 punggung.
4 5. Segmen anal.

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

d. Gambar kepiting
Keterangan

1. Mata.
2. Capit.
3. Karapaks.
3 5
4. Kaki jalan.
5. Kaki renang.

2 4
1
Bagian dorsal
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

6 Keterangan

6. Toracle sterna
7. Abdomen.

Bagian ventral
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

e. Gambar laba-laba()
Keterangan

3 4 1. Perut.
2. Sefalotoraks.
3. Sepasang pulpus.
5 4. Mulut.
2 5. Kaki gerak.

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)


f. Gambar udang
Keterangan

1. Kaki gerak.
7 2. Sela/capit.
8 3. Kaki renang.
1 4. Uropod.
2 5. Telson.
6. Somite.
3 7. Antenna.
8. Mata.
4
5 6

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018)

E. Deskripsi
Arthopoda berasal dari bahasa yunani, arthos sendi dan podos
kaki. Oleh karena itu ciri utama dari hewan yang termasuk dalam filum ini
yaitu kaki yang beruas-ruas. Sedangkan ciri umum dari Arthopoda
diantaranya memiliki appendahe yang beruas-ruas, tubuhnya simetris
bilateral terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat kitin.
Sehingga merupakan eksoskeleton, system saraf berupa tangga tali. Fauna
fauna dari filum ini yang terdapat dalam tanah adalah dari kelas arachnid,
crustaceae, insekta dan myriapoda. Arthopoda terbagi menjadi 3 sub filum
yaitu trilobila, mandibulata dan chelicerata. Arthopoda salah satu
organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan
kesuburan tanah(Jasin,1992). Peranan Arthopoda tanah menguraikan
serasah menjadi bagian yang halus membentuk humus yang menyebabkan
tanah subur yang menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
tumbuh. Hewan yang tergolong Arthopoda hidup di darat sampai
ketinggian 6.000 meter sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan
sampai kedalaman 10.000 meter (Karmana,2007: 37).
Hewan Arthopoda memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral,
triploblastis selomata dan tubuhnya bersegmen. Tubuhnya ditutupi lapisan
kutikula yang merupakan rangka luar (eksoskeleton). Ketebalan kutikula
sangat bervariasi tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan
oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Waktu
Arthopoda melakukan pertumbuhan maka kutikula akan mengalami
pengelupasan. Kutikula berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam.
Memberi bentuk tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya
otot. Terutama yang berhubungan dengan alat gerak. Tubuh Arthopoda
terdiri dari capus (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Pada laba-
laba dan udang kepala dan dadanya bersatu membentuk sefalotoraks ada
beberapa yang susuah dibedakan antara kepala dan abdomennya yaitu
limpan. Hewan Arthopoda sudah memiliki organ sensoris yang sudah
berkembang seperti mata, penciuman serta antenna yang berfungsi sebagai
alat peraba dan penciuman. Tingkat perkembangannya sesuai dengan
kondisi lingkungan tempat hidupnya. System peredaran darah terdiri atas
jantung di bagian dorsal, sisitem peredaran darahnya berupa sisitem
peredaran darah terbuka yang tidak memiliki kapiler darah (Yasminah,
2007 : 98-102).
Contoh dari anggota filum ini antara lain kepiting, udang,
serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang dan kaki seribu dan spesies-
spesies lain yang dikenal. Habitat hewan Arthopoda ada di darat dan laut .
fertilisasi Arthopoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung
kuning yang tertutup oleh cangkang. Hewan Arthopoda ada yang
mengalami metaforfosis sempurna da nada juga yang tidak
sempurna.sistem reproduksi secara seksual, namaun ada juga yang secara
aseksual yaitu dengan partogenesis. Partogenesis adalah pembentukan
individu tanpa melalui fertilisasi. Individu yang dihasilkan bersifat sterile.
Cara hidup Arthopoda sangat beragam ada yang hidup bebas, parasite,
komersal atau simbiotik. Dilingkungan kita sering dijumpai hewan ini
misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu capung, belalang dan lebah
(Jutje,2009: 67-72).
Myriopoda adalah kelas dari anggota hewan invertebrata yang
termasuk kedalam filum Arthopoda, contohnya keluwing dan kelabang
merupakan binatang yang menentukan karena apabila menggigit dapat
menyebabkan kematian. Myriapoda mmerupakan gabungan dari kelas
chilopoda dan aplopoda. Karena memiliki tubuh yang beruas-ruas dan
setiap ruas memiliki satu atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi
menjadi dua bagian kepala dan abdomen (Sri,2007:112).
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta= kulit) memiliki kulit
yang keras. Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini.
Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada
yang hidup di darat. Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas
berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca.
Entomostraca adalah crustacea yang berukuran mikroskopik, hidup
sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada yang sebagai
parasit. Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan Cyclops sp.
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut
juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja.
Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya
sekitar 32 spesies. Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang
panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan
hewan terestrial (darat) yang hidup secara bebas maupun
parasit.Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora. Arachnoidea
dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan
Acarina.Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen
abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus
mordax) dan ketunggeng ( Buthus after). Pada Arachnida, abdomen tidak
bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat),
contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba
kemlandingan (Nephila maculata). Acarina memiliki tubuh yang sangat
kecil, contohnya adalah caplak atau tungau (Radiopoetro, 1996)
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota
hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk,
lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri khususnya
adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga
disebut hexapoda. Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar,
laut dan darat. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata
yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai
parasit. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal
dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda
berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari
900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan
kebiasaannya. Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput,
toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu
adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal
(oseli). Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang
memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta
tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu
lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan alat
pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi,
yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem
sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus (Sri,2007:).
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai filum Arthopoda ini yang
memiliki tujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tubuh yang
Menjadi ciri khas Arthopoda. Udang (Paneus sp) tubuh udang terdiri atas
sefolotoraks dan abdomen. Sefolotoraks (kepala dada ) merupakan
penyatuan bagian kepala dan badan. Udang memiliki rangka luar dari kitin
yang keras. Rangka luar yang keras ini karena mengandung zat kapur.
Dibagian kepala terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila.
Pada setiap segmen abdomen terdapat kaki daun. Kepala udang terdiri dari
antenula, antenna, mandibula dan sepasang maksila. Kepala udang juga
dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2
pasang maksila dan 3 pasang maksiped. Perut atau abdomen udang terdiri
atas 6 ruas dan juga terdapat sepasang kaki renang (pleopod) serta
sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama
telson. Selain itu pada udang terdapat capita atau sela yang digunakan
untuk pertahanan diri. Sifat udang aktif pada kondisi gelap dan dapat
hidup pada kisar analinitas lebar dan suka memangsa sesame jenis.
Struktur tubuh udang bersegmen atau beruas-ruas dan terdiri atas
sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen, bagian
anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar sedangkan bagian
belakang agak sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut
yaitu, dua pasang antenna, satu pasang mandibula yang berfungsi sebagai
penggigit mangsanya serta satu pasang mksilla dan maksiliped yang
berfungsi untuk menyaring makanan ke dalam mulut. Alat gerak berupa
kaki(satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang,
merangkak, atau menempel pada dasar air.
Secara morfologi kaki seribu (Julus virgatus) memiliki tubuh yang terbagi
atas dua bagian, kepala di sebelah depan dan bagian tubuh yang panjang di
belakangnya. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen tubuh. Pada hampir setiap
segmen tubuh dari kaki seribu dewasa terdapat dua pasang kaki. Segmen tubuh
pertama setelah kepala disebut tengkuk (collum) dan tidak berkaki. Tiga segmen
berikutnya (segmen 2 hingga 4) mengandung sepasang kaki pada tiap
segmennya kaki seribu yang belum dewasa sering kali mempunyai segmen
terakhir yang tidak berkaki. Bagian kepalanya terdiri atas 5 segmen, thorax
terdiri atas 4 segmen dan bagian perut dengan 20-100 segmen. Kaki seribu
memiliki sepasang antenna yang pendek dan dua kelompok mata tunggal yang
terdiri dari sekumpulan oselli pada kepalanya. Mulut kaki seribu terdapat dua
pasang, mandibula yang digunakan untuk mengunyah dan suatu keping di
sebelah belakang yang disebut gnathochilarium. Di bagian bawah dari ruas yang
paling belakang terdapat anus yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air
dari metabolisme. Tidak mempunyai cakar beracun. Alat kelaminnya
terpisah.Saluran pencernaan kaki seribu (Julus virgatus) lengkap dan mempunyai
kelenjar ludah. Kaki seribu yang detritivores (hewan yang mengkonsumsi
membusuk bahan organik dan dengan berbuat demikian berkontribusi terhadap
dekomposisi dan daur ulang nutrisi).
Alat reproduksi kaki seribu (Julus virgatus) terpisah antara jantan dan
betina. Habitat kaki seribu (Julus virgatus) yaitu hidup didarat tempat gelap
seperti di dalam gua dan pada daerah yang lembab seperti pada dedauann mati
dan serasah kayu. Gerakkan hewan ini lambat dengan kaki yang bergerak
seperti gelombang.Bila terganggu hewan ini akan menggulungkan
tubuhnya dan pura-pura mati.

Tubuh belalang (Melanoplus differentialis) terdiri dari 3 bagian


utama yaitu kepala, dada (torak) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki
6 kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antenna. Kaki belakang yang panjang
digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan
untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar.
Alat pendengaran pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada
abdomen pada sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang
terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau
getaran di udara. Secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia.
Belalang bernafas dengan trakea. Belalang mempunyai 5 mata (2 compound
eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar
(exoskeleton).

Laba-laba (Araneus diadematus) memiliki tubuh yang terdiri dari dua


bagian, yaitu sefalotoraks (kepala dan dada), pada bagian anterior dan abdomen
pada bagian posterior. Sfalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau
caput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang
kalisera (alat sengat), sepasang pedipalpus (capir), dan enam pasang kaki untuk
berjalan. Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut. Pada
bagian abdomen (perut dan opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosom dan
metasom. Pada bagian abdomen terdapat spineret yang merupakan organ
berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Di dalam spineret terdapat
banyak spigot tang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halis atau
kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang di gunakan untuk menjebak mangsa. Pada
beberapa kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada
kelompok laba-laba penjerat), untuk mengankut mangsa, dan membawa
kantung telur pada beberapa laba-laba lainnya. Pada khelistra (alat untuk
menggigit yang terletak dianterior sefalotoraks) terdapat bagian yang terdiri
atas bagian dasar yang kuat (paturon) dan bagian gigi taring yang dapat
bergerak (fang). Fang ini terletak di dalam celah dan akan bergerak saat
berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang terdapat lubang halus tempat
keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom di bagian dasar kalisera.
Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kaslisera. Sebagian besar laba-laba
mempunyai 8 mata yang terletak di bagian depan sefalotoraks. Mata laba-laba
berupa mata sederhana (ocelli) biasanya berjumlah 3 atau 4 pasang mata yang
terletak pada bagian atas sefalotoraks tersususn 2 baris. Susunan mata pada
sefalotoraks di setiap spesies konstan. Susunan mata ini di gunakan sebagai
formula untuk membedakan beberapa famili dan genus. Sepasang pedipalpi
pada laba-laba terdiri atas enam ruas, dan muncul persis di belakang mulut,
struktur ini sangat peka terhadap rangsangan dari luar.

Secara morfologi kepiting (Portunus sexdentalus) terdiri atas sepasang


mata (visus) yang terdiri beberapa ribu unit optik. Matanya terletak pada
tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada karapaks
ketika dirinya terancam, mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan.
Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds
terletak di depan kaki pertama. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang
dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai
senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi
dengan karapaks. Mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama
dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak.
Perutnya terlipat di bawah. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxiliped yang
rata, dan bagian depan dari carapus tidak membentuk sebuah rostrum yang
panjang. Memiliki kaki renang dan kaki jalan. Sementara pada bagian ventral
terdapat peut (abdomen). Alat pencernaan terbagi 3, tembolok, lambung otot,
lambung kelenjar, di dalam perut kepiting terdapat gigi kalsium yang teratur
berderet secara longitudinal, selain gigi kalsium juga terdapat gastrolk yang
berfungsi mengeraskan rangka luar setelah terjadi ekdisis (pengelupasan kulit).
Alat reproduksi kepiting jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati
alat kelamin yang terdapat di bagian perut kepiting jantan umumnya memiliki
organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dapat meruncing bagian depan.
Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan dibagian depan
agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas
abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina
berbentuk agak membulat dan lebih besar. Habitat kepiting (Portunus
sexdentalus) yaitu di air laut, air sungai, air danau, air sungai bakau, kali, di celah
batu. Kepiting (Portunus sexdentalus) termasuk ke dalam kelas Crustacea karena
kepala dan dadanya menyatu (Chepalothorax) yang ditutupi oleh karapaks atau
kulit keras. Termasuk dalam ordo Decapoda karena mempunyai 5 pasang kaki
sehingga disebut hewan kaki sepuluh. Termasuk dalam famili Portunidae karena
dapat hidup di perairan bergaram. Adapun klasifikasi pada kepiting (Portunus
sexdentalus)

Secara umumnya capung (Orthetrum sabina) memiliki mata


mejemuk besar yang mengambil sebagian besar kepalanya dan berfungsi
melihat dengan segala arah yang dilengkapi serta memiliki bulu pendek
yang disebut antena yang berfungsi mendeteksi sentuhan, serta memililiki
mulut mandibulata. Selain itu, memiliki torak berukuran kecil dan kompak
(protoraks dan dua ruas torak lainnya berukuran kecil) dan memiliki
permukaan dorsal yang berbeda. Capung juga memiliki tungkai yang
sangat pendek yang merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk
menghinggap, menangkap dan juga menahan mangsanya. Tungkai
tersebut terdiri dari trokanter dan femur yang kuat, tibia yang ramping
tanpa memiliki taji da tiga ruas tarsi. Sedangkan ukuran sayap capung
dewasa berkisar 2 -15 cm bahkan juga sampai mencapai 17 cm, abdomen
berbentuk silindri, terdiri dari beberapa ruas-ruas (segment abdomen),
meruncing dan juga bersifat fleksibel. Juga memiliki dada (thorax)
berwarna hijau yang berfungsi melindungi organ-organ di dalamnya.
Secara anatomi capung (Orthetrum sabina) memiliki otak (cerebrum) yang
berfungsi sebagai sistem koordinasi dan organ saraf berupa saraf tangga
tali yang berhubungan langsung dengan alat indera sebagai alat penerima
rangsangan, serta memiliki organ ekskresi yang berfungsi dalam mengatur
hasil sisa metabolisme. Capung memiliki organ-organ pencernaan berupa
lambung sebagai tempat pencernaan makanan berlangsung dan kelenjar
ludah yang berfungsi menghasilkan air liur. Usus yang berfungsi
menyerap sari-sari makanan juga anus sebagai tempat pengeluaran sisa
metabolisme, ovarium pada capung berfungsi dalam reproduksi untuk
menghasilkan sel telur pada capung betina.

Capung (Orthetrum sabina) bereproduksi dengan mengalami


metamorfosis tidak sempurna. Sistem pencernaan capung (Orthetrum
sabina) berupa saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke anus.
Semua capung adalah karnivora baik dalam tahap larva dan dewasa dari
hidup mereka. Capung (Orthetrum sabina) benapas melalui spirakel yang
lubang-lubang kecil yang terletak di perut mereka. Mereka bisa
mengalahkan setiap sepasang sayap bersama-sama atau secara terpisah dan
sayap belakang mereka bisa keluar dari fase dengan sayap depan. Sistem
ekskresi pada capung (Orthetrum sabina) melalui pembuluh malpighi.
Sistem saraf terdiri atas otak dalam kepala di atas esofagus, ganglion
subesofagus dihubungkan ke otak oleh dua penghubung, yang satu
mengelilingi esofagus yang satu lagi menjadi saraf ventral. Peranan
capung (Orthetrum sabina) bagi keberlangsungan ekosistem sangatlah
besar, salah satunya menjadi predator bagi beberapa hama. Masa hidupnya
sebagai sang predator sejak masa nimfa hingga dewasa, menjadi
pengendali populasi serangga lain. Peran yang dimainkan oleh capung
mewujudkan terciptanya keseimbangan dalam ekosistem.
F. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan ddeskripsi maka dapat
disimpulkan bahwa:

1. Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti


ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan
yang kakinya beruas-ruas.
2. Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada), dan
abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Hewan arthropoda ada
yang mengalami metemorfosis sempurna, metemorfosis tidak
sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis.
3. Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain mempunyai anggota
yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-
ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka
luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin
sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa
sistem saraf tangga tali.
4. Panaeus sp (Udang) termasuk dalam kelas crustacea yang secara
morfologi tersusun atas mata (visus), karapaks (carapece), perut
(abdomen), mulut (oris), antena (antenna), dan kaki (phoda).
5. Portonus sexdentalus (kepiting) termasuk dalam kelas Crustacea
yang secara morfologi memiliki mata (visus), karapaks (carapece),
perut (abdomen), mulut (oris), lengan penjepit (cheliped), dan kaki
(phoda).
6. kaki seribu termasuk dalam kelas Myriapoda yang secara
morfologi memiliki kepala (cepala), mulut (oris), ruas-ruas
(segment), saluran pembuangan (anus), antena (antenna), dan kaki
(phoda).
7. laba-laba termasuk dalam kelas Arachnoidea yang secara
morfologi memiliki kepala (cepala), mata majemuk (oseles),
pemintal (Spinnarets), perut (abdomen), mulut (oris), antena
(antenna), dan kaki (phoda) dan alat capit (cheliped).
8. belalang termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi
memiliki mata majemuk (oseles), sayap (Wing), betis (tibia), mulut
(oris), antena (antenna), dan paha (femur).
9. capung termasuk dalam kelas Insecta yang secara morfologi
memiliki mata majemuk (oseles), sayap (Wings), dada hijau (green
thorax), ruas-ruas perut (segment abdomen), dan antena (antenna).
DAFRTAR PUSTAKA

Astuti, Lilis Sri. 2007. Klasifikasi Hewan. Jakarta : Kawan Pustaka.

Hala, Yasminah. 2007. Dasar Biologi Umum II. Makasar: Allaudin Press.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Lahay, Jutje S dkk. 2009. Zoologi Invertebrata. Makassar : Jurusan Biologi


FMIPA Universitas Negeri Makassar.

Karmana, Oman. 2007. Biologi. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Radiopoetro, 1996. Zoologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai