Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM II

ZOOLOGI VERTEBRATA
(AKBK 3307)

MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI AMPHIBI

Disusun Oleh :
Muhammad Zidane
(2010119210033)
Kelompok VIII A

Asisten Dosen :
Muthia Hana Ramadhan
Nur Abdi Suga S, S. Pd.

Dosen Pengampu :
Dr. Dharmono, M.Si.
Mahrudin, S.Pd., M.Pd.
Maulana Khalid Riefanie, S.Si., M.Sc., M.Pd.
Nurul Hidayati Utami, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER
2021
PRAKTIKUM II

Topik : Morfologi dan Topografi Amfibi


Tujuan : Untuk mengenal bentuk luar (morfologi) dan topografi Amfibi
Hari/Tanggal : Selasa/ 2 November 2021
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Baki/nampan
2. Alat bedah
3. Sterofom
4. Jarum pentol
5. Kertas koran
6. Tissue
7. Alat dokumentasi
8. Alat tulis

B. Bahan
1. Katak (Fejervarya cancrivora)
2. Kodok (Bufo melanostictus)

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membius hewan yang akan diamati
3. Membentangkan hewan yang diamati dengan menusuk bagian kedua
ekstremitas anterior dan ekstremitas posterior dengan masing-masing 2
jarum pentul yang beralaskan sterofom.
4. Menguliti katak dan kodok dengan hati-hati dan melakukan pada
hewan yang diamati.
5. Melakukan pengamatan topografi dan anatomi pada hewan yang
diamati, mendokumentasikan, dan mencatat bagian-bagian terpenting.

III. TEORI DASAR


Sifat karakteristik kodok, kulitnya berbintil-bintil kasar. Lidahnya
tidak bercabang, serta mempunyai sepasang kaki yang tidak berselaput.
Sedangkan pada katak, memiliki karakteristik kulitnya licin, mempunyai
rongga hidung yang berhubungan dengan rongga mulut, lidah dapat
dijulurkan, sepasang kaki untuk berjalan dan berenang. Tubuh berubah
menurut lingkungannya. (Dharmono, 2019).
1. Caput
a. Bentuk kepala segitiga sama terdapat celah mulut dan tangga mulut.
b. Bentuk hidung (nares anterior).
c. Alat penglihatan (organum visus).
2. Cervix (leher) tidak nyata
3. Truncus (badan)
Terdapat sepasang extremitas anterior dengan 4 jari, extremitas posterior
dengan 5 jari.
4. System organ
a. System digesterium mulai dari cavum oris, pharynx, esophagus,
ventriculus, intestinum, cloaca dengan kelnejar-kelenjarnya.
b. Sistem respirasi memiliki paru-paru yang sangat sederhana dengan
trakea pendek.
c. Sistem sirkulasi.
d. Sistem urogenital ginjal mesonefros, duktus mesonefros dan vesika
urinaria, sepasang testis pada jantan, dan sepasang ovarium pada
betina beserta saluran salurannya yang seluruhnya bermuara di kloaka.
Sistem saraf terbagi atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi
(periphericeum) yang terdiri atas 10 pasang saraf kranial dan 10 pasang
saraf spinal
5. Rangka dibedakan atas cranium, columna vertebralis, sternum,
extremitas anterior, dan extremitas posterior (Dharmono dkk, 2019).
Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan
leher yang belum tampak jelas. Caput: Bentuk kepala segitiga, terdapat
celah mulut dan rongga mulut, Bentuk hidung (nares anterior), Alat
penglihatan (organum visus), Membrana timpani Amphibia dewasa
memiliki mulut lebar dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan
rahang bawah. Cervix (leher) tidak nyata dan Truncus (badan) sebelah
caudal caput Tubuh katak bentuknya hampir serupa pada masing-masing
anggota katak, bentuknya menjadi lebih pendek. Hal ini disebabkan katak
tidak mempunyai bagian ekor (Dharmono dkk, 2021).
Bagian leher atau batas antara daerah caput (kepala) dan truncus
(badan) tidak jelas Bagian caput ujungnya tumpul, tanpa dilengkapi dengan
moncong yang menonjol, pada bagian ini juga memiliki rima oris ( mulut
yang bentuknya lebar biasanya berfungsi untuk memasukkan makanan.
Pada bagian dorsal dari moncong terdapat sepasang nares atau lubang
hidung yang kecil dan berfungsi dalam pernapasan (Dharmono dkk, 2021).
Sepasang mata atau disebut juga organon visus yang bulat ukurannya cukup
pernapasan besar dan bentuknya bulat menonjol. Organon visus atau mata
dilengkapi juga dengan alat-alat, seperti a. palpebra superior, yaitu
berupa lipatan kulit tebal pada bagian tepi atas dari mata, b. palpebra
inferior, yaitu berupa lipatan kulit tebal pada bagian tepi bawah dan mata;
c. membrana nictitans adalah berupa lipatan kulin yang tipis dan transparan
terletak pada bagian tepi bawah mata, ini dapat ditarik hingga dapat
menutupi seluruh permukaan mata. Matanya mempunyai selaput tambahan
yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam,
pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya mempunyai
katup yang mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika menyelam,
dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh
yang jantan di luar tubuh induknya atau pembuahan eksternal (Dharmono
dkk, 2021).
Amphibia mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi
palantum. Sifat karakteristik katak, kulit licin mempunyai 2 lubang hidung
yang berhubungan dengan rongga mulut, lidah dapat dijulurkan. Pada bagian
dekat sebelah caudal dan organ mata terdapat bagian yang membulat yang
berupa kulit disebut membrana tympani, organ ini merupakan bagian dari
alat pendengaran dan tidak dimiliki oleh kelompok ikan. Bagian truncus atau
badan dari katak bentuknya pendek. Adapun lubang kloaka terletak di
bagian terakhir dari badan (Dharmono dkk, 2021).
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Foto Pengamatan
1. Kodok (Bufo melanostictus)

Keterangan :
4
1 1. Caput (kepala)

5
2. Mata
3. Badan (Trunchus)
4. Kaki
5. Lengan
2
3

(Sumber: Dok. Kelompok VIII A, 2021)

2
Keterangan :
1 3 1. Jantung (cor)
2. Paru-paru (pulma)
3. Lambung (ventriculus)
5
4. Gelembung udara
5. Hati
4

(Sumber: Dok. Kelompok VIII A, 2021)

2. Katak (Fejervarya cancrivora)


Keterangan :
1. Caput (kepala)
2
3
2. Mata
1

3. Badan (Trunchus)
4. Kaki
5. Lengan
5
4

(Sumber: Dok. Kelompok VIII A, 2021)


Keterangan :
1
1. Jantung (cor)
2
2. Paru-paru (pulma)
3. Lambung
5
(ventriculus)
4
3
4. Gelembung udara
5. Hati

(Sumber: Dok. Kelompok VIII A, 2021)

B. Foto Literatur
1. Kodok (Bufo melanostictus)
Morfologi

Keterangan :
1. Caput (kepala)
2
1 4
2. Mata
3. Badan (Trunchus)
4. Kaki
3 5. Lengan
5

(Sumber : Davidraju, 2019)

Topografi

4 Keterangan :
5
1. Jantung (cor)

3
2. Paru-paru (pulma)

1
3. Lambung
2

(ventriculus)
4. Gelembung udara
5. Hati
(Sumber : Ferry, 2013)

2. Katak (Fejervarya cancrivora)


Morfologi

2
4
Keterangan :
1. Caput (kepala)
1 2. Mata
3. Badan (Trunchus)
3
4. Kaki
5

5. Lengan

(Sumber : Kurniawan, 2013)

Topografi

Keterangan :
1. Jantung (cor)
2. Paru-paru (pulma)
3. Lambung
(ventriculus)
4. Gelembung udara
5. Hati

(Sumber : Kurniawan, 2013)


V. ANALISIS DATA
1. Kodok (Bufo melanostictus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo melanostictus
Sumber : (Coleman, Olive, & George, 1978)
Menurut hasil pengamatan, kodok meiliki kulit yang kasar. Pada
maxila atau rahang atas tidak memiliki gigi dan pada mandibula atau
rahang bawah tidak memiliki gigi. Bentuk lidah atau lingua kodok
panjang dan tidak bercabang. Kaki renang kodok pendek dan tidak
berselaput. Warna tubuhnya coklat kekuningan dengan bintik hitam.
Topografi kodok terdapat paru-paru yang mengembang, jantung
yang masih berdetak. Terdapat pula hati, lambung, usus halus, dan usus
besar. Pada bagian bawah terdapat kloaka.
Kodok mudah dikenali dari tubuhnya yang tampak seperti berjongkol
dengan 4 kaki untuk melompat, leher yang tidak jelas dan tanpa ekor,
kaki belakang berfungsi untuk melompat, lebih panjang daripada kaki
depan yang pendek dan ramping. Mempunyai kulit tubuh yang kasar,
tertutup oleh tonjolan-tonjolan berduri di seluruh permukaan kulit, pada
sisi tubuh terdapat lipatan kulit berkelenjar mulai dari belakang sampai
di atas pangkal paha yang disebut lipatan supra timpatik yang mulai
dari belakang mata memanjang di atas gendang telinga dan berakhir di
dekat pangkal lengan. Pada kebanyakan jenis kodok betina mempunyai
ukuran tubuh lebih besar daripada kodok jantan (Djoko, 1998)
Kodok merupakan salah satu anggota dari class Amphibia yang
kedudukannya diantara ikan dan Vertebrata kelas tinggi. Amphibia
berasal darikata amphi artinya rangkap dan bios artinya hidup. Jadi
amphibia berarti hewan yang hidup dalam dua fase kehidupan, yaitu dari
kehidupan air menuju kehidupan darat. Kedua fase strukturnya
menunjukkan bahwa amphibi merupakan kelompok chordata yang
pertama kali keluar dari kehidupan air (Radiopoetro,1977).
Bufo melanostictus (Kodok Kurap) memiliki kulit berwarna
hijau, bercak hitam. Kadang-kadang pada bagian punggungnya bergaris
cokelat muda. Habitat ditemukan di sawah dan saluran irigasi sekitar
sawah (Arie, 1999).
Kemampuan beradaptasi tinggi karena merupakan hewan
berdarah dingin yang suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu
sekelilingnya. Ciri khas dari kodok adalah adanya gendang telinga sebelah
belakang matanya pada kedua sisi kepalanya. Binatang ini berbadan
agak unik yaitu pendek, bermata besar dengan tungkai belakang
panjang (Susanto, 1994).
Rongga mulut dapat masuk diantara celahinsang ke dalam
faring. Epitelium dari rongga mulut dibangun oleh beberapa lapis sel
epitel yang pipih dan mempunyai fungsi pernafasan. Lubang khoane terdapatdi
bagian depan langit-langit primer. Kaki depan atau lengan katak terdiri
dari lengan atas (brachium),antebrachium, manus, digiti 4 buah yang
satu mengecil (Djuanda, 1982).
Digiti pada kodok jantan menebal pada saat musim kawin. Tiap kaki
belakang mempunyai femur (thigh),crus (shark), atau kaki bawah, pes(angle)
dan manus serta 5 buah digiti yang berselaput renang (Holmes, 1928).
Kaki depan atau lengan kodok terdiri dari lengan atas
(brachium),antebrachium, manus, digiti 4 buah yang satu mengecil. Digiti pada
katak jantanmenebal pada saat musim kawin. Tiap kaki belakang
mempunyai femur (thigh),crus (shark), atau kaki bawah, pes (angle) dan
manus serta 5 buah digiti yang berselaput renang (Holmes, 1928).
Sistem muscularia pada kodok terdiri dari banyak otot, yaitu
otot subhioideus, deltoideus (episternalis, episternum, dan akapularis),
otot submaxillaris, otot pektoralis (bagian epikorakoid, sternal,
abdominal), otot rektus abdominis (terdapat linea alba), otot
korakoradialis, otot obliquseksterna (Djuanda, 1982).

2. Katak (Fejervarya cancrivora)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora
Sumber : (Djoko, 1998)
Menurut hasil pengamatan, katak memiliki kulit yang licin
karena terdapat lendir. Pada maxila atau rahang atas memiliki gigi dan
pada mandibula atau rahang bawah memiliki gigi. Bentuk lidah atau
lingua katak pendek dan bercabang. Kaki renang katak panjang,
ramping, dan berselaput. Warna tubuhnya hijau tua dengan motif
seperti macan tutul dibagian kaki.
Topografi katak terdapat paru-paru, jantung, hati berwarna
merah kehitaman, lambung berwarna krim, serta usus berwarna kuning.
Pada bagian bawah terdapat kloaka.
Katak sawah mempunyai bentuk tubuh timpanum bulat utuh
tanpa ada lapisan kulit yang menutupi dengan diameter sekitar separuh
diameter mata. Selaput renang pada jari tangan tidak ada, sedangkan
pada jari kaki hanya menjangkau 3/4 panjang jari tengah. Warna
punggung bervariasi. Banyak ditemukan di persawahan (Inger & Liah,
1996).
Menurut Djatmiko (2005) Fejervarya cancrivora mempunyai
ukuran tubuh jantan dewasa 60 mm, betina 70-80 mm, punggung
berwarna lumpur kecoklatan, dengan bercak-bercak gelap tidak
simetris, terkadang terdapat warna hijau lumut terang pada spesimen-
spesimen yang besar, sisi tubuh dan lipatan paha dengan bercak-bercak
hitam, tangan dan kaki kerap bercoreng-coreng, bibir berbelang hitam,
kaki dengan selaput renang yang penuh, katak yang sering dijumpai di
daerah berawa, khususnya dekat lingkungan buatan manusia, kebun
yang becek, sawah, saluran air, namun agak jarang di aliran sungai.
Katak ini kebanyakan aktif di waktu gelap dan pagi hari, di siang hari
kodok ini berlindung di balik rerumputan atau celah di pematang
saluran air, kerap ditemukan di sawah, lapangan berumput, tegalan,
hutan jati dan di kebun-kebun karet. Juga kerap ditemukan di tepi-tepi
saluran air. Menurut Iskandar (2002), jenis ini menghuni sawah dan
padang rumput di dataran rendah (Zadi, dkk. 2012).
Berdasarkan literatur, perbedaan karakter morfologi antara
Fejervarya cancrivora jantan dan betina yaitu bentuk timpanum bulat
utuh dengan tidak ada lapisan yang menutupi. Ukuran timpanum 2,51
mm setengah dari ukuran diameter mata 4,58 mm. Tidak memiliki
selaput renang pada tungkai depan, sedangkan pada tungkai belakang
hanya mencapai tiga per empat dari panjang jari tengah. Terdapat
guratan yang menonjol dan memanjang pada katak sawah. Kulit
cenderung basah karena memiliki kelenjar lendir dibawah kulit dan
identik dengan tekstur kulit yang halus. Memiliki kaki belakang yang
lebih panjang dari pada kaki depan, sesuai dengan (Mistar, 2008 dalam
Ardila, M. Z., & Chahyadi, E. 2016).
Fejervarya cancrivora betina memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar dibanding jantan. Ukuran kepala pada jantan memiliki bentuk
yang lebih runcing, sedangkan pada betina membulat. Fejervarya
cancrivora memiliki warna punggung mulai dari cokelat hingga cokelat
kehijauan, karakter tersebut sesuai dengan (Iskandar, 1998 dalam
Ardila, M. Z., & Chahyadi, E. 2016).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) terdiri dari empat bagian
yaitu caput, truncus, extremitas anterior dan extremitas posterior. Caput
berbentuk segitiga dan memiliki beberapa organ yaitu cavum oris,
organon visus, membrane tymphanicus, dan nares externa. Cavum oris
berukuran lebar dan tidak berada diujung kepala, tetapi sedikit ke
bawah. Cavum oris membelah secara horizontal hampir keseluruh
bagian kepala. Nares externa berukuran kecil, membrane tymphanicus
berbentuk cincin berwarna coklat kehitam-hitaman (Pujaningsih, 2007
dalam Sari, 2017).
Truncus pendek dan kompak, memipih pada bagian distal yaitu
daerah yang menempati vertebrae sacrales. Lubang cloaca terletak
terminal. Extremitas anterior pendek tetapi bagian-bagian dapat dikenal,
karena adanya empat buah jari di setiap bagiannya. Extremitas posterior
lebih panjang dengan lima buah jari yang disela-selanya terdapat
selaput renang (web) yang membantu katak berenang. Extremitas
posterior terdiri dari femur, crus, dan pes. Kulit katak dilengkapi
dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir pada epidermis dan
salurannya bermuara dipermukaan kulit (Pujaningsih, 2007 dalam Sari,
2017).
Berdasarkan hasil pengamatan secara topografi ketika dibedah
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki organ penyusun tubuh
bagian dalam yaitu : lambung, paru-paru, hati, jantung, empedu, usus
besar, usus halus, telur yang berwarna hitam kehijauan.
Menurut literatur secara topografi terdapat sistem pencernaan
pada katak terdiri atas rongga mulut (cavum oris), pharynx, oesophagus,
gastrum, duodenum, intestine, colon, dan cloaca. Bangunan- bangunan
yang berada di dalam cavum oris ialah dentis dan lingua. Cavum oris
sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah
posterior. Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh
karena itu disebut bifida. Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat
yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan mangsanya ke
dalam mulut (Radiopoetro, 1977 dalam Sari, 2017).
Menurut literatur secara topografi terdapat sistem reproduksi
pada katak jantan terdiri atas testis, vas efferens, vesica seminalis,
corpus adiposum yang merupakan bahan cadangan makanan yang
digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan mempunyai
sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak di
sebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesentrium. Testis terdapat saluran yang disebut vas efferens yang
bermuara di cloaca. Bagian ureter yang dekatcloaca mengalami
pembesaran yang disebut vesica seminalis yang berfungsi untuk
penampungan sementara spermatozoa (Zug, 1993 dalam Sari, 2017).
Saluran reproduksi pada katak betina berawal dari ovarium yang
mengalir melalui oviduct. Oviduct merupakan suatu saluran yang
menjulur dari bagiananterior rongga tubuh menuju bagian posterior
tepatnya pada cloaca. Oviduct mempunyai sel kelenjar yang
menyekresikan lapisan lunak disekitar telur, dan pada bagian
posteriornya melebar untuk penampungan telur sementara tetapiselain
itu oviduct tidak mengalami pencirian khusus. Katak melakukan proses
reproduksi di dalam air, sedangkan fertilisasi terjadi di luar tubuh katak
betina (eksternal). Katak betina yang sedang hamil, namun tidak ada
katak jantan yang mengawininya maka telur akan disimpan di dalam
tubuh (Susanto, 1994 dalam Sari, 2017).
VI. KESIMPULAN
1. Kodok mempunyai kulit yang kasar, tidak memiliki gigi pada maxila
ataupun mandibula, mempunyai lidah yang panjang dan tidak
bercabang, kaki renang pendek dan tidak berselaput.
2. Katak mempunyai kulit yang licin, memiliki gigi pada maxila ataupun
mandibula, mempunyai lidah yang pendek dan bercabang, kaki renang
panjang, ramping, dan berselaput.
3. Topografi katak dan kodok sama saja mempunyai jantung, hati,
lambung, paru-paru, usus, dan kloaka.
4. Katak dan kodok ini kebanyakan aktif di waktu gelap dan pagi hari,
berhabitat bisa di sawah, lapangan berumput, serta di tepi-tepi saluran
air.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ardila, M. Z., & Chahyadi, E. (2016). Variasi Morfometrik Fejervarya
cancrivora Gravenhorst (1829) Di Kawasan Universitas Riau.
FMIPA: Universitas Riau.
Dharmono, dkk. 2020. Penuntun PraktikumZoologi Vertebarata. FKIP
PMIPA ULM. Banjarmasin.
Kurniawan, Fredi. 2013. Klasifikasi dan Morfologi Katak. Diakses melalui
fredikurniawan.com. Pada tanggal 8 November 2021.
Sari, Anjar. 2017. Anatomi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora).
Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman.
Zadi, R. N., Dharmono, D., & Ahmad, N. (2012). Inventarisasi Spesies
Anggota Ordo Anura Di Kawasan “Lumpur Barambai” Desa
Kolam Kanan Kecamatan Barambai Kabupaten Barito Kuala.
Davidvraju. (2019). Duttaphrynus melanostictus (Schneider, 1799). Diakses
melalui https://indiabiodiversity.org/species/show/227036 Pada
tanggal 8 November 2021
Dharmono, Mulyadi, Mahrudin, & Riefani, Maulana. Khalid. (2019).
Penuntun Praktikum Zoologi Vertebrata. Banjarmasin: Batang.
Goin, Coleman. J., Goin, Olive. B., & Zug, George. R. (1978). Introduction to
Herpetology. San Fransisco: W. H. Freeman.
Inger, R. F., & T, F. Lian. (1996). The Natural History of Amphibians and
Reptiles in Sabah. Kinabalu: Natural History Publications
(Borneo).
Iskandar, Djoko. T. (1998). Seri Panduan Lapangan Amfibi Jawa dan Bali.
Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
Vermes, dkk. (1979). Effect of Drugs on Brain Nerotransmitter and Pituitary
Testicular Function in Male Rats . Horm Res, 22-32.

Anda mungkin juga menyukai