Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEP322 TEKNIK MESIN BUDIDAYA PERTANIAN


“”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. SATRIA WADI (J1B116050)
2. KHAIRUNISA (J1B116053)
3. AHMAD SYAFI’I (J1B116056)
4. AYI NURFITRIYAH (J1B116065)
5. RIFKY ANANDA (J1B116070)
6. DWI RIZKI AMANDA (J1B116074)
7. M.NURHUDA (J1B116079)
8. OTARI MIA WIDIANTI (J1B116081)
9. BRIAN HUTAURUK (J1B116089)
10. MIKAEL PARDEDE (J1B116094)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Teknik Mesin Budidaya Pertanian dengan judul “”.
Laporan akhir ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami dalam
pembuatan laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Akhir kata kami
berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Jambi, Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1Tanaman Tomat............................................................................................4
2.2Pengolahan Tanah........................................................................................8
2.3Traktor........................................................................................................16
2.4Pemupukan.................................................................................................17
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM.........................................................19
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................19
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................19
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................21
4.1 Persiapan Lahan........................................................................................21
4.2 Penanaman Bibit Tomat...........................................................................24
4.3Pengamatan Tinggi Tanaman Tomat........................................................24
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................29
5.1Kesimpulan.................................................................................................29
5.2Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
DOKUMENTASI.................................................................................................32

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Morfologi tanaman tomat.....................................................................................5
2. Bajak Singkal Satu Arah....................................................................................11
3. Bajak Singkal Dua Arah.....................................................................................11
4. Bajak Piring........................................................................................................12
5. Bajak Pahat........................................................................................................12
6. Bajak Tanah Bawah...........................................................................................13
7. Bajak Putar atau Rotari......................................................................................15
8. Garu Sisir...........................................................................................................15
9. Garu Piring.........................................................................................................16
10. Traktor Tangan.................................................................................................16
11. Traktor Roda Empat.........................................................................................17
12. Proses persiapan lahan.....................................................................................21
13. Kondisi tanah sebelum pengolahan tanah........................................................22
14. Proses pembalikan tanah dengan hand tractor................................................23
15. Proses pemupukan pada tanah setelah pengolahan..........................................23
16. Proses penanaman Tomat.................................................................................24
17. Data hasil pengukuran tinggi tanaman Tomat pada bedengan A.....................25
18. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan B......................25
19. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan C......................25
20. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan D......................25
21. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan E......................26
22. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan F.......................26
23. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan G......................26
24. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan H......................27

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura sayuran yang mempunyai
nilai ekonomi cukup tinggi karena hasil dari tanaman ini dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bentuk. Tomat dapat dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai
salad, saus tomat dan sebagai flavor dalam berbagai jenis masakan. Tomat dapat
juga dibuat permen, buah kering dan bahkan dapat dijadikan anggur (sejenis
minuman). Selain itu tomat juga dapat diproses menjadi juice, kecap dan dapat
dijadikan buah kaleng. Begitu banyaknya kegunaan tomat sehingga tomat
memberikan nilai gizi yang sangat tinggi bagi manusia (Siemonsma dan Piluek,
1994).
Berdasarkan data survei konsumsi per kapita per tahun sayuran di provinsi
Jambi yang dilaporkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, rata-rata konsumsi
sayuran per kapita per tahun pada tahun 2003 sebesar 51 kg. Standar FAO untuk
konsumsi sayuran per kapita per tahun sebesar 66 kg. Bila dibandingkan dengan
standar FAO tersebut, maka konsumsi sayuran per kapita per tahun di provinsi
Jambi masih rendah.
Upaya mengembangkan pertanaman tomat di Jambi ditemukan kendala
yaitu ketersediaan lahan yang sesuai untuk tomat. Jenis tanah yang cocok untuk
usaha budidaya tanaman tomat adalah tanah Andosol, Latosol dan Regusol yang
subur, gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah tergenang, bebas nematoda
dan penyakit menular dalam tanah (Prajnanta, 1996). Sementara sebagian besar
lahan di Jambi didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol) dengan
luasnya sekitar 2.272.725 hektar atau 42,53 % dari 5.100.000 hektar luas wilayah
Propinsi Jambi. Menurut Sarief (1985) pengelolaan Ultisol memiliki kendala yaitu
kemasaman tanah tinggi, Kapasitas Tukar Kation rendah,
Bahan organik tanah menyusun sekitar 5% bobot total tanah, meskipun
hanya sedikit tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan
suatu tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis (Hanafiah, 2005).
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

1
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah
yang umum terjadi. Upaya meningkatkan bahan organik Ultisol adalah dengan
menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Penambahan bahan organik secara
kontinyu pada tanah merupakan cara pengelolaan yang murah dan mudah. Tetapi,
walaupun pemberian bahan organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan,
umumnya produksi tanaman masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara
yang disediakan dalam waktu pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara
waktu pelepasan unsur hara dari bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan
unsur hara (Atmojo, 2003).
Berbagai macam bahan organik dapat diberikan ke dalam tanah seperti
pupuk kandang, pupuk hijau, jerami padi, alangalang dan sisa pertanaman. Namun
demikian berbagai macam bahan organik ini mempunyai tingkat dekomposisi
yang berbeda-beda. Bahan organik yang disusun sebagian besar oleh karbohidrat
dan protein lebih mudah didekomposisi oleh mikroorganisme dibanding dengan
bahan organik yang disusun oleh lemak, lignin dan resin.
Proses pengolahan lahan berfungsi untuk menggemburkan tanah,
menghilangkan kotoran, sampah dan gulma pada tanah. Proses pegolahan lahan
meliputi tahap pembajakan dan penggaruan. Sudah banyak petani di Indonesia
yang merasakan manfaat traktor untuk pengolahan tanah secara cepat di lahannya.
Satu di antaranya, pekerjaan cepat selesai, pekerjaan berat jadi lebih mudah
dikerjakan, dan hasil olah tanahnya menjadi lebih baik. Pekerjaan olah tanah
butuh tenaga kerja sangat besar. Penggunaan traktor tangan akan lebih
menguntungkan karena lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan ada peningkatan
produktivitas petani. Dalam pengolahan tanah harus bisa didapatkan efisiensi
optimal, tapi tetap menghasilkan tanah yang baik dan produksi optimal dengan
biaya rendah. Agar penggunaan traktor bisa berjalan maksimal, sebaiknya semua
hal yang bisa berpengaruh terhadap kinerja traktor harus mendapat perhatian.
(Nurmayanti, 2017)

2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh pengolahan tanah
menggunakan traktor tangan terhadap pertumbuhan vegetatif tomat.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pengolahan tanah mengunakan traktor tangan dan mengetahui pengaruh
pengolahan tanah tersebut terhadap pertumbuhan tanaman tomat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat


Tanaman tomat adalah keluarga dari Solanaceae yang secara lengkap
memilikiklasifikasi sebagai berikut (Cronquist, 1981) :
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dicotyledoneae
Bangsa: Tubiflorae
Suku: Solanaceae
Marga: Lycopersicum
Spesies: Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam
tanahdan akar serabut yang tumbuh dangkal ke arah samping. Berdasarkan sifat
perakarannya, tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada tanah
yang gembur dan porous (Tugiyono, 2005). Akar tanaman tomat berfungsi untuk
menopang berdirinya tanaman, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah
(Pitojo, 2005).
Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga membulat,
batangnya lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara
bulu–bulu itu terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau.
Pada ruas–ruas atas batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah
tumbuh akar–akar pendek. Selain itu, batang tanaman tomat dapat bercabang.
Apabila tidak dilakukan pemangkasan cabangnya akan banyak dan menyebar
secara merata (Trisnawaty dan Setiawan, 1993). Daun tomat berwarna hijau,
berbentuk oval. Bagian tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip
yang melengkung ke dalam. Daun tomat termasuk daun majemuk, pada setiap
tangkai daun terdapat 5-7 helai daun. Susunan daun berselan-seling melingkari
batangnya. Ukuran daun tomat, panjang sekitar 15-30 cm, lebar 10-25 cm dengan
panjang tangkai sekitar 3-6 cm (Pitojo, 2005). Bunga tomat tumbuh dari batang
atau cabang yang masih muda. Bunga tomat berukuran kecil dengan diameter
4
sekitar 2 cm dan berwarna kuning cerah. Bunga memiliki 5 kelopak berwarna
hijau yang terdapat dibagian bawah atau pangkal bunga. Mahkota berjumlah
sekitar 6 helai dengan ukuran sekitar 1cm dan berwarna kuning cerah. Bunga
tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan putik terletak pada
bunga yang sama. Bunga memiliki 6 benang sari dengan kepala putik yang
berwarna sama dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah (Tugiyono, 2005).
Bentuk buah tomat bervariasi mulai dari bulat, agak bulat, agak lonjong,
hingga oval dan ada juga yang berbentuk bulat persegi. Ukuran buah tomat juga
bervariasi mulai dari yang berukuran 8 gram untuk yang terkecil sampai 180 gram
untuk yang terbesar. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau, jika matang
warna akan berubah menjadi merah. Saat buah tomat masih muda, rasanya getir
dan aroma yang dikeluarkan tidak enak sebab masih mengandung zat lycopersicin
yang berbentuk lendir. Aroma tersebut akan hilang dengan sendirinya ketika buah
memasuki fase pematangan hingga rasanya menjadi manis keasaman yang khas.
Buah tomat mengandung banyak biji lunak yang berwarna putih kekuning-
kuningan, tersusun secara berkelompok dan antar kelompok dibatasi oleh daging
buah. Biji tomat saling melekat karena adanya lendir pada ruang–ruang tempat
biji (Pitojo,2005). Daging buah tomat terasa lunak agak keras, berwarna merah
apabila sudah matang dan mengandung banyak air. Buah tomat memiliki kulit
yang sangat tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat
tidak harus dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendak dimakan (Tugiyono,
2005).

Gambar 1. Morfologi tanaman tomat


2.1.1Syarat Tumbuh
Tanaman Tomat Tanaman tomat pada fase vegetatif membutuhkan curah
hujan yang cukup tinggi, namun sebaliknya pada fase generatife curah hujan yang
diperlukan tidak terlalu banyak. Pada fase pemasakan buah, jika curah hujan
5
tinggi dapat menurunkan daya tumbuh. Namun curah hujan pada musim kemarau
tidak akan menjadi masalah yang besar apabila kebutuhan air pada tanaman
tercukupi melalui sistem penyiraman atau air irigasi (Rismunandar, 2001). Suhu
yang normal untuk perkecambahan benih tomat adalah sekitar 25-30 0C. Suhu
ideal pertumbuhan tanaman tomat sekitar 24-280C. Apabila suhu kurang ideal
maka pertumbuhan dan perkembangan bunga serta buahnya akan terganggu.
Meskipun tomat tahan terhadap kekeringan namun bukan berarti tomat dapat
tumbuh subur pada keadaan kering tanpa pengairan (Wiryanta, 2004).
Tanaman tomat dapat hidup di daratan rendah hingga daratan tinggi sampai
ketinggian 1250 m dibawah permukaan laut dengan kadar keasaman tanah (pH)
antara 5-6. Tanaman tomat dapat tumbuh pada semua jenis tanah, namun untuk
pertumbuhan yang ideal tanah yang sangat cocok adalah tanah yang berjenis
lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi sehingga mampu mengikat air dengan mudah (Pitojo, 2005).

2.1.2Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat


Pertumbuhan adalah perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup
tanaman yang bersifat tidak dapat kembali (irreversible). Pertumbuhan dapat
dilihat dari pertambahan ukuran dan berat sebagai akibat pembelahan dan
pembesaran sel. Tanaman yang baik akan menunjukan laju pertumbuhan yang
relatif cepat. Laju pertumbuhan suatu tanaman dapat ditentukan berdasarkan
pengukuran volume penambahan dan atau massa tanaman. Pada volume,
parameter yang dapat dilihat adalah panjang tumbuhan atau tinggi tanaman.
Sedangkan pada pengukuran berdasarkan penambahan massa parameter yang
dapat digunakan antara lain: berat basah dan bering kering tanaman (Fried dan
Hademenos, 2006).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari gen dan hormon.
1. Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi
tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen
juga menentukan kemampuan metabolisme makhluk hidup, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hewan, tumbuhan, dan
6
manusia yang memiliki gen yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan
cepat sesuai dengan periode pertumbuhan dan perkembangannya
(Mangoendidjojo, 2003).
2. Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi
di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh
yang nyata dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup beragam
jenisnya. Hormon pada tumbuhan sering disebut fitohormon atau zat pengatur
tubuh. Beberapa di antaranya adalah auksin, sitokinin, giberelin, etilen, dan
asam absisat (Hilal, 2000).
Faktor eksternal terdiri dari air, iklim, suhu dan tanah.
1. Air merupakan faktor penting bagi tanaman. Penyerapan air dipengaruhi oleh
kondisi tanaman itu sendiri dan jumlah air yang tersedia pada media di
sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis
tanamannya. Fungsi air bagi pertumbuhan tanaman antara lain : pelarut hara
pada proses: masuknya mineral dari tanah ke tanaman, pelarut berbagai proses
reaksi biokimia dan biofisika didalam sel, sumber penghasil hidrogen dalam
proses fotosintesis, mempengaruhi mekanisme pergerakan membuka dan
menutupnya stomata, dan untuk membantu dalam proses respirasi (Kusfebriana
dkk., 2010). Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 750 mm-1.250 mm/tahun. Kondisi curah hujan ini berhubungan erat
dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman.
2. Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh. Namun
tanaman tomat memerlukan sinar yang cukup sedikitnya 6 jam penyinaran
dengan temperatur yang sejuk (Ashari, 2006). Kekurangan sinar matahari
menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun
non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C
dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang
maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila cahaya diperoleh selama
12-14 jam/hari (Tugiyono, 2002).
3. Suhu merupakan salah satu syarat kondisi lingkungan penting bagi
pertumbuhan tanaman, tetapi tidak bersifat mutlak seperti kebutuhn terhadap

7
12 air. Agar tanaman dapat tumbuh optimum diperlukan suhu antara 20-250C.
Apabila suhu lingkungan melebihi 26 ºC seperti di daerah tropik, yang disertai
dengan hujan lebat dan mendung dapat menyebabkan tanaman dormansi dan
juga dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Sedangkan pada
daerah kering, suhu tinggi dan kelembaban rendah dapat menyebabkan
penghambatan pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Ashari,
2006).
4. Sebagai tanaman yang bisa tumbuh diberbagai jenis tanah, tanaman tomat
mampu tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Pertumbuhan tomat
akan tumbuh baik dengan tanahnya gembur, sedikit mengandung pasir, kadar
keasaman pH antara 5,5 - 7,0 dan banyak mengandung humus dengan
pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai tanaman mulai dari
panen (Tugiyono, 2002).

2.2 Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan
produktivitas tanah dengan memecah gumpalan-gumpalan tanah menjadi butiran-
butiran tanah yang lebih halus dan gembur sehingga memudahkan akar tanaman
mendapatkan makanan. Tujuan pengolahan adalah menyiapkan tempat
persemaian, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu, memberantas gulma,
memperbaiki kondisi dan struktur tanah untuk penetrasi akar, menempatkan
seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat
berjalan dengan baik, menurunkan laju erosi, meratakan tanah untuk memudahkan
pekerjaan di lapangan, mempersatukan pupuk dengan tanah, serta mempersiapkan
tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air dengan (Rizaldi, 2006).
Struktur tanah yang dikehendaki pada saat pengolahan tanah disesuaikan
dengan tujuan penanaman antara lain struktur remah yaitu untuk tanah yang datar
dengan curah hujan sedang, struktur gumpal kecil untuk tanah yang curah
hujannya agak tinggi dengan temperatur agak panas, struktur gumpal besar untuk
tanah dengan curah hujan tinggi dan suhu panas serta tanahnya akan mengalami
granulasi sendiri, dan struktur lumpur untuk tanah-tanah sawah agar
perkembangan akar dan penyebaran hara atau pupuknya lebih merata.

8
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang
dikehendaki oleh manusia. Upaya pengelolaan tanah pasti akan menyebabkan
perubahan terhadap sifat-sifat tanah. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat fisik, sifat
kimia dan sifat biologi. Sifat fisik meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi
tanah, bobot isi (bulkdensity), bobot jenis (particle density), kedalaman efektif
tanah, drainase, permeabilitas tanah, potensi mengembang dan mengkerut, indeks
pengembangan dan kematangan tanah (nilai n). Sifat kimia tanah meliputi derajat
kemasaman tanah (pH), C-organik, N-total, kapasitas tukar kation dan kejenuhan
basa. Sifat biologi tanah meliputi total mikroorganisme tanah, jumlah fungi tanah,
jumlah bakteri pelarut fosfat (P) dan total respirasi tanah.
Pengolahan tanah secara sementara dapat memperbaiki sifat fisik tanah,
tetapi pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus setiap tahun dan
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini dikarenakan pelapukan
bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak.
Pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman
yang dangkal, mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah,
meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm yang merupakan akibat
pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan sehingga dapat
menghambat perkembangan akar tanaman dan menurunkan laju infiltrasi, serta
lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim, dkk., 1986). Parapasan, dkk. (1995)
menyatakan bahwa lahan yang diolah berlebihan menyebabkan pelapukan bahan
organik berjalan cepat sehingga menurunkan kandungan bahan organik tanah.
Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan kurangnya agregasi tanah
sehingga tanah menjadi lebih padat, bobot isi meningkat dan Total Ruang Pori
(TRP) semakin kecil.
Perbedaan pengolahan tanah sederhana dan modern yaitu pada pengolahan
tanah modern menggunakan alat-alat pengolahan tanah yang canggih, seperti
traktor. Menggunakan traktor proses pengolahan tanah dapat dilakukakan dengan
cepat, sehingga waktu yang diperlukan dalam pengolahan tanah secara
keseluruhan dapat seefisien mungkin tetapi kelemhannya penggunakan bahan
bakar solar dapat menghasilkan panas. Pengolahan tanah sederhana masih

9
mengggunakan alat-alat yang sederhana yaitu cangkul atau dengan menggunakan
tanaga hewan ternak. Kelebihan dari pengolahan tanah sederhana ini, yaitu murah,
cocok untuk daya tarik, cocok untuk tarikan pada daerah pasir dan basah.
Sedangkan kekurangannya memerlukan waktu yang cukup lama dalam
mengerjakannya.
Berdasarkan tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang
menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage)
dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage). Pada pengolahan tanah pertama,
tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada
dipermukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan umumnya di atas 15 cm. Umumnya hasil pengolahan tanah masih
berupa bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan
tanah ini penggemburan tanah belum dapat dilakukan dengan efektif. Pada
pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman yang
telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan dihancurkan menjadi lebih
halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah (Rizaldi, 2006).
Macam dan jenis alat pengolahan tanah untuk pertanian digolongkan
menjadi 2 golongan menurut tahap pengolahan tanahnya, yaitu alat pengolah
tanah pertama dan alat pengolah tanah kedua. Kedua golongan alat pengolah
tersebut juga digolongkan menurut sumber tenaga atau tenaga penarik yang
digunakan. Sumber tenaga atau tenaga penarik terdiri dari tenaga manusia, tenaga
hewan, dan tenaga traktor.
1. Alat pengolah tanah pertama
Macam-macam alat pengolah tanah pertama yang umum digunakan adalah
cangkul, garpu, bajak singkal (Moldboard plow), bajak piring (Disc plow) dan
bajak rotary (Rotary plow).
A. Bajak Singkal
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak
singkal inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan
pengolahan tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak sapi atau kerbau,
sebagai sumber daya penariknya. Bajak singkal merupakan peralatan pertanian

10
untuk pengolahan tanah yang digandengkan dengan sumber tenaga penggerak.
Penarik seperti tenaga penarik sapi, kerbau atau traktor pertanian. Bajak singkal
berfungsi untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta pembenaman
sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk tahapan kegiatan
pengolahan tanah pertama.
Bajak singkal dirancang dalam beberapa bentuk untuk tujuan agar diperoleh
kesesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan pembajakan. Aneka ragam
rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata bajak, juga di bagian
perlengkapannya. Mata bajak adalah bagian dari bajak yang berfungsi aktif untuk
mengolah tanah. Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan segala jenis tanah dan
cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman.
Berdasarkan arah lemparan lempengan tanah, baja singkal dibedakan menjadi dua
tipi, yakni :
1) Bajak singkal satu arah
Jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah akan
melempar dan membalik tanah hanya dalam satu arah. Lemparan atau pembalikan
tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan. Bentuk dari bajak singkal satu arah
ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bajak Singkal Satu Arah

2) Bajak singkal dua arah


Jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah, arah
pelemparan atau pembalikan tanahnya dapat diatur dua arah yaitu ke kiri maupun
ke arah kanan. Jenis bajak ini mempunyai mata bajak yang kedudukannya
dirancang untuk dapat diputar ke kanan ataupun ke kiri dengan cepat, sesuai
dengan arah pelemparan ataupun pembalikan tanah yang dikehendaki. Bentuk dari
bajak singkal dua arah ini dapat dilihat pada Gambar 3.

11
Gambar 3. Bajak Singkal Dua Arah

Penggunaan bajak singkal dua arah mempunyai beberapa kelebihan, yaitu


akan menghasilkan pembalikan tanah yang seragam untuk seluruh petak tanah
yang diolah, praktis untuk pengolahan tanah sistem kontur dari hasil kerjanya
tidak akan berbentuk alur mati (dead-furrow) ataupun alur punggung (back-
furrow), sehingga pembajakan dapat teratur dan rata. Namun kelemahannya
adalah konstruksinya lebih berat dan lebih rumit, untuk ukuran bajak yang besar
perlu dilengkapi sistem hidrolis untuk pemutaran mata bajaknya, perlu
keterampilan yang lebih baik dari operatornya.
B. Bajak Piring
Bajak piring berbentuk piringan, yaitu bulat dan cekung menyerupai alat
penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60 sampai 80 cm. Bentuk bajak
piring ini dapat dilihat pada Gambar 4. Bajak jenis ini hanya bias ditarik oleh
traktor besar empat roda saja, jumlahnya antara 3 sampai 8 bajak piring
tergantung pada tenaga traktornya.

Gambar 4. Bajak Piring


C. Bajak pahat (chisel plow)
Bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan
menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut
mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau
batang yang biasa disebut bar. Bar ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu kaku dan lentur (flexible). Berdasarkan jenisnya, lebar kerja alat

12
sangat bervariasi tergantung dari sumber daya penarik dan keperluannya. Bentuk
bajak pahat ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Bajak Pahat


Fungsi bajak pahat adalah untuk memecah tanah yang keras dan kering, ini
biasa dilakukan sebelum pembajakan untuk tanah tertentu, digunakan untuk
pengerjaan praktis pada tanah bawah, digunakan pada tanah yang berjerami,
digunakan untuk memotong sisa-sisa perakaran yang berada dalam tanah,
digunakan untuk memecah lapisan keras (hardpan) atau plow sole, dan ntuk
memperbaiki infiltrasi air pada tanah, sehingga dapat mengurangi erosi.
D. Bajak Tanah Bawah (sub soil plow)
Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan
konstruksi yang lebih berat. Bentuk bajak ini dapat dilihat pada Gambar 6. Fungsi
bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan untuk
pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman
sekitar (50-90) cm. Kadangkala pada bajak tanah bawah ini di bagian belakangnya
dilengkapi dengan alat lain diantaranya:
1) Perlengkapan mole (mole attachment)
Alat ini digandengkan di belakang bajak tanah bawah. Alat ini berbentuk oval
berdiameter (7,5-20) cm. Hasilnya akan meninggalkan bekas seperti terowongan.
Terowongan ini dimaksudkan untuk perbaikan drainase, kalau keadaan ideal akan
tahan sampai 7 tahun.
2) Perlengkapan pemupukan (fertilizer attachment)
Penggandengan alat ini pada bajak tanah bawah dimaksudkan untuk sekaligus
mengadakan pemupukan dengan kedalaman tertentu. Dalam kenyataannya, cara
pemupukan dengan sistem ini mendapatkan hasil yang menggembirakan. Jarak
alur biasanya 120 cm, tapi jarak ini dapat divariasikan menurut keadaan dan
keperluannya.

13
Gambar 6. Bajak Tanah Bawah
2. Alat Pengolah Tanah kedua
Macam alat pengolah tanah kedua yang umumnya sering digunakan adalah:
bajak rotary, garu sisir dan garu piring.
A. Bajak Putar atau Rotari (Rotary Plow)
Bajak putar dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah
sawah. Bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat
digunakan untuk melakukan penyiangan. Hasil pembajakan dengan bajak rotari
memberikan tanah olah yang langsung hancur dan merata, karena bajak jenis ini
terdiri dari pisau-pisau rotari yang berputar menghancurkan tanah. Untuk
mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan mengurangi
jumlah pisau dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat gerakan
maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan tetapi
diperoleh hasil penggemburan yang lebih halus.
Dalam penggunaan, dipilih kebutuhan daya yang terkecil tetapi memenuhi
persyaratan ukuran partikel tanah yang dituntut oleh tanaman. Salah satu masalah
dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam tanah terdapat benda-benda
keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan (dilengkapi per pada pisaunya,
adanya pengamanan slip pada mesinnya). Berdasarkan atas sistem pengambilan
daya untuk menggerakkan rotor dan pisau dari bajak putar, jenis bajak putar
secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2) Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dati pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Prinsip kerja bajak putar yaitu pisau-pisau dipasang pada rotor secara
melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara
bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong
14
tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada
kedalaman dan kecepatan maju. Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau
diakibatkan daya dari motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya
khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar
kecil yang digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem
hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang
digerakkan dengan traktor besar (traktor roda empat), biasanya menggunakan
universal joint dan sistem penyaluran tenaganya menggunakan sistem poros
penyalur tenaga dari mesin power take off (PTO).
Bagian-bagian bajak putar yaitu pisau yang berfungsi untuk mencacah tanah
pada waktu pengolahan tanah, poros putar yang berfungsi untuk memutar rotor-
rotor bajak putar, rotor yang berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau
dari bajak putar, penutup belakang (rear shield) yang berfungsi membantu
penghancuran tanah, roda dukung (land wheel) yang berfungsi untuk mengatur
kedalaman pengolahan tanah. Bentuk dari bajak ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Bajak Putar atau Rotari


B. Garu Sisir
Garu sisir dapat digunakan pada tanah sawah (basah) dan juga pada tanah
kering. Kegunaan mata sisir adalah untuk menghancurkan, meratakan dan
membenamkan sisa-sisa tanaman yang sudah terbajak. Bentuk dari bajak ini dapat
dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Garu Sisir


C. Garu Piring
Garu piring dapat berbentuk seperti bajak piring (rata tepinya) atau tepinya
dapat juga berbentuk gelombang. Garu piring yang ditarik dengan traktor besar 4
15
roda, jumlah piringan dalam satu gang adalah 8 sampai 12 buah piringan,
sedangkan jumlah gang dalam satu tarikan adalah 2 atau 4 gang. Diameter garu
piring lebih kecil daripada bajak piring. Bentuk dari bajak ini dapat dilihat pada
Gambar 9.

Gambar 9. Garu Piring


2.3 Traktor
Traktor pertanian didefinisikan sebagai suatu kendaraan yang mempunyai
daya penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros roda yang diracang
untuk menarik serta menggerakkan alat/mesin pertanian. Traktor pada dasar
bentuk dan ukuran traktor, maka traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Traktor Tangan
Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin
pertanian yang dapat dipergunakan untuk menngolah tanah dan lain-lain pekerjaan
pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di bagian
belakang mesin. Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan
pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda
dua merupakan mesin serbaguna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga
penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan
(trailer). Bentuk dari traktor tangandapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Traktor Tangan


Bagian-bagian penting traktor tangan yaitu tenaga penggerak/engine(motor
bensin, motor diesel, motor minyak tanah, dan motor bensin campur), gigi
16
transimsi (berfungsi memindahkan tenaga/putaran dari motor ke bagian/alat-alat
lain yang bergerak), bagian-bagian yang bergerak (roda-roda/ban dan bagian lain
untuk menjalankan traktor roda dua tersebut),unit kontrol,unit rem,dan
perlengkapan kerja/implement traktor roda dua.
2. Traktor Roda Empat
Traktor roda empatadalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk
menngolah tanah dan lain-lain pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya
digandengkan/dipasang di bagian belakang mesin.Traktor roda empat merupakan
suatu peralatan yang diciptakan oleh manusia yang sangat bermanfaat untuk
membantu meringankan tugas manusia terutamanya pada kegiatan-kegiatan
dibidang pertanian. Bentuk dari traktor roda empat dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Traktor Roda Empat


2.4 Pemupukan
Pupuk merupakan kunci kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur
untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman. Pemupukan berarti
menambahkan unsur hara ke dalam tanah dan tanaman. Secara umum pupuk
hanya dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu pupuk anorganik,
seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), dan pupuk
organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau (Lingga, 2008).
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Pupuk
kandang dapat digunakan sebagai pupuk dasar, yakni dengan cara menebarkan
secara merata diseluruh lahan. Secara umum fungsi pupuk organik adalah sebagai
berikut :
1. Kesuburan tanah bertambah.
Penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik ke dalam tanah
menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang
2. Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki.

17
Pemberian pupuk organik mempengaruhi struktur tanah, akibatnya sifat fisik
dan kimia tanah diperbaiki.
3. Tata udara tanah yang baik dengan kandungan air cukup akan
menyebabkansuhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah lebih
baik.
4. Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik menjadi hidup.
5. Keamanan penggunaannya dapat terjamin.
6. Pupuk organik tidak akanmerugikan kesehatan ataupun mencemari
lingkungan(Musnamar, 2003).
Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan yaitu pupuk kandang
ayam. Pupuk kandang ayam merupakan pupuk yang kaya akan hara N, P,dan K
yakni 2,6% (N), 2,9% (P), dan 3,4% (K) dengan perbandingan C/N ratio 8,3. Hal
tersebut karena ayam termasuk kedalam golongan unggas yang mana sistem
pencernaannya relatif lebih pendek sehingga hara yang diserapnya sedikit. Selain
itu, kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian
cair (urin) bercampur dengan bagian padat. Menurut Sutedjo (2002), pupuk
kandang ayam mengandung unsur hara tiga kali lebih besar dari pada pupuk
kandang lainnya. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur
dengan kotoran cairnya. Sebelum digunakan pupuk kandang perlu mengalami
proses penguraian dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan
oleh C/N rasio. Pupuk kandang yang banyak menganduk jerami memiliki C/N
rasio yang tinggi sehingga mikroorganisme memerlukan waktu yang lebih lama
untuk menyelesaikan proses penguraiannya (Novizan, 2005). Kotoran ayam
memiliki kadar hara fosfor yang lebih tinggi daripada kotoran ternak lainnya.
Secara visual, pupuk kandang yang sudah matang ditandai dengan tidak
berbau kotoran, dingin, berwarna gelap, dan kadar airnya relatif rendah. Secara
kimia, pupuk kandang yang baik mengandung air 30-40%, bahan organik 60-
70%, N 1,5-2%, P2O5 0,5-1% dan K2O 0,5-1%, C/N 10-12% (Marsono dan
Lingga, 2001). Pupuk kandang sebaiknya dipergunakan setelah mengalami
penguraian atau pematangan terlebih dahulu, dan disebarkan dua minggu sebelum
tanam. Dosis anjuran untuk tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan sebanyak 20
t ha-1 (setara dengan 3 kg/plot) (Sutedjo, 2002).

18
Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi
tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme didalam tanah.
Mikroorganisme berperan mengubah seresah dan sisa-sisa tanaman menjadi
humus yang melalui proses dekomposisi, senyawa-senyawa tertentu disintesa
menjadi bahan-bahan yang berguna bagi tanaman (Sutedjo, 1995).

19
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret pengolahan tanah,
pemberian pupuk pada tanggal 16 Maret, penanaman pada tanggal 19 Maret dan
pengamatan pada tanggal 19 Maret dilakukan setiap seminggu sekali selama
pertumbuhan vegetative. Praktikum ini dilaksanakan di lahan yang berada
disamping bangunan Greenhouse Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jambi

3.2Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunkan pada saat praktikum adalah traktor tangan,
penggaris dan alat tulis, pupuk kandang dan bibit tomat.

3.3Prosedur Kerja
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah ini dilakukan menggunakan traktor tangan. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah persiapan lahan yaitu membersihkan lahan dari
gulma-gulma aar mempermudah pada saat melakukan pembajakan mengunakan
traktor tangan. Melakukan persiapan traktor tangan antara lain bajak singkal
sudah di pasang dan bahan bakar sudah terisi penuh. Melakukan pengolahan tanah
dengan luas lahan 14x12 meter dan diukur kedalamannya menggunakan
penggaris.

b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah pengolahan lahan selesai. Pupuk yang
diberikan adalah pupuk kandang (feses ayam) dengan jumlah 200kg. Setelah
pemberian pupuk dilakukan pembalikan tanah.

c. Penanaman
Penanaman tomat dilakukan setelah pemberian pupuk dengan jumlah
bedengan 8 dan jarak tanam 20 cm per tanaman. Hal pertama yang dilakukan

20
membuat lubang sedalam 5 cm lalu memasukkan benih tomat kedalam lubang
tersebut dan tutup kembali lubang tersebut.

d. Pengamatan
Pengamatan yang dilakuakan adalah mengukur tinggi tanaman tomat
menggunakan penggaris selama pertumbuhan vegetatif yang dilakukan seminggu
sekali.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Lahan


Pada praktikum ini sebelum dilakukan penanaman maka terlebih dahulu
dilakukan upaya persiapan lahan, persiapan lahan adalah kegiatan menyiapkan
lahan yang sesuai dengan jenis tanaman budidaya untuk pertumbuhan tanaman
secara optimal sebagai media tempat tumbuh tanaman yang akan di ambil
produktivitasnya perlu di olah sedemikian rupa untuk menghasilkan tanaman yang
baik. Proses persiapan lahan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Proses persiapan lahan


Persiapan lahan pada praktikum yang dilakukan dengan cara pembersihan
gulma dan bebatuan maupun sampah yang berada diatas lahan yang akan
digunakan untuk mealkukan budidaya. Pembersihan gulma dilakukan
menggunakan alat pertanian yaitu sabit, golok dan cangkul. Luas lahan yang
dibersihkan dari gulma sebesar 168 M2.
4.1.1 Pengolahan Tanah
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan
pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Kondisi tanah dan
proses pengolahan tanah pada praktikum ini dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13.
Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Meskipun hal ini penting
tetapi pengolahan tanah tersebut bisa saja tidak diperlukan apabila memang tanah
tersebut sudah memiliki kondisi struktur tanah yang baik dengan kondisi aerasi
dan drainasi yang baik sehingga ketersediaan air dan udara bagi tanaman tetap
22
terjaga. Manakala memang dibutuhkan pengolahan tanah tidak perlu dilakukan
pengolahan tanah yang berlebihan, karena hal itu akan merusak sifat fisik tanah
menjadi fraksi tunggal yang tidak memiliki gaya tarik menarik antar partikel tanah
sehingga mudah hilang saat ada air hujan yang datang atau mengalami pelindian
Namun dalam hal ini, pengolahan tanah diharapkan mampu
menyeimbangkan pori-pori makro dan mikro dalam tanah sehingga suasana tanah
menjadi aerob. Tujuannya yaitu apabila keadaan tanah telah berada dalam keadaan
aerob maka hal tersebut akan memudahkan sirkulasi udara dalam tanah dan
mempengaruhi aktivitas mikrobia tanah untuk meningkatkan unsur hara dalam
tanah. Tujuan lain dari kegiatan pengolahan tanah tersebut yaitu agar tanaman
mampu mendapatkan kebutuhan unsur hara dan air dengan baik jika tanah berada
dalam keadaan yang baik (Ariyanti 2011).
Pengolahan lahan oleh kelompok kami berdasarkan pertimbangan diatas
maka dalam mengolah tanah, kami tidak melakukannya terlalu intensif atau
menggunakan proses pengolahan tanah minimum tillage, pertama-tama kami
membalikan tanah menggunakan hand tractor selanjutnya diratakan dan disiram
secara merata, setelah itu lahan diberi pupuk kandang dan diratakan sekaligus
dicampur adukkan dengan tanah kemudian diratakan kembali. Sebelum proses
selanjutnya kami membersihkan gulma yang masih berada di lahan apabila gulma
tidak dibersihkan atau disiangi ditakutkan akan mengganggu proses pertumbuhan
tanaman yang tidak normal karena adanya perebutan nutrisi didalam tanah. Gulma
sendiri adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak
diinginkan oleh manusia (Sukman dan Yakup 2002).

Gambar 13.Kondisi tanah sebelum pengolahan tanah


Hasil dari pengolahan tanah ini yaitu berubahnya struktur dan tekstur tanah.
Struktur tanah adalah bentukan yang terjadi secara alami yang tersusun oleh
partikel-partikel tanah menjadi agregat tanah hasil dari pedogenesi. Tekstur tanah

23
adalah perbandinga relative antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung
(clay).

Gambar 14. Proses pembalikan tanah dengan hand tractor

Tekstur tanah mengalami perubahan yang tadinya geluh lempung menjadi


butiran kasar,hal ini terjadi karena akibat dari pembalikan tanah dan pemotongan
menggunakan bajak yang ada pada hand tractor,karena tanah pada lapisan atas
keras menjadi ke atas dan terpotong-potong oleh bajak singkal menjadi butiran
yang berbeda dengan sebelumnya dimana lapisan atasnya lebih banyak
mengandung clay. Perubahan bentuk partikel dari pasir yang agak kasar menjadi
sedang atau lebih halus juga terjadi karena perpotongan dan pengadukan tanah
yang dilakukan.
Pemberian pupuk saat pengolahan tanah perlu diperhatikan. Hal ini untuk
menjaga agar tanah tidak mengalami kekahatan hara, karena hara sangat
diperlukan bagi pertumbuhan perkembangan tanaman yang baik agar hasil yang
diperoleh dapat mencapai maksimum. Pemupukan yang diberikan sebelum bibit
ditanam diharapkan dapat merangsang pertumbuhan awal bibit yang nantinya
ditanam (Pudjogunarto 2011).
Pupuk yang digunakan pada praktikum ini adalah pupuk organik padat dari
kotoran ayam sebanyak 10 karung dengan berat setiap karungnya adalah 20 kg.
Pupuk diberikan dengan cara menaburkan pupuk diatas tanah yang telah diolah,
dan dicampurkan secara merata dengan cara membalikan tanah secara menyeluruh
dengan menggunakan cangkul atau dengan menggunakan bajak. Setelah
pencampuran pupuk selesai maka lahan didiamkan selama satu minggu agar
pupuk dan tanah dapat menyatu secara sempurna. Proses pemupukan dapat dilihat
pada Gambar 15.

24
Gambar 15. Proses pemupukan pada tanah setelah pengolahan
Menurut Novizan (2005),pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari
kotoran–kotoran hewan yang bercampur dengan sisa makanan dan urine yang
didalamnya mengandung unsurhara N,P,K yang dapat digunkan untuk kesuburan
tanah.
4.2 Penanaman Bibit Tomat
Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke
lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di
budidayakan. Bibit tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-35 hari
di persemaian. Waktu yang baik untuk menanam bibittomat di kebun adalah
pagi atau sore hari. Ada beberapa carapemindahan bibit dari persemaian
yaitu sistem cabut, system putaran dan pengeluaran bibit tanaman dari polybag.
Proses pemindahan ini tidak boleh di lakukan dengan sembarangan, perlu adanya
metode agar tanaman dapat belangsung hidup di media dan lingkunganya yang
baru. Hal yang diperhatikan dalam penanaman sayuran seperti tomat, cabai,
kacang panjang, dan sayuran lainnya. Proses penanaman dapat dilihat pada
Gambar 16.

25
Gambar 16.Proses penanaman Tomat
4.3Pengamatan Tinggi Tanaman Tomat
Data pengamatan tinggi tanaman tomat dapat dilihat pada Gambar 17 s/d
Gambar 22.
35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Mar-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 17. Data hasil pengukuran tinggi tanaman Tomat pada bedengan A
Terdapat perbedaan nilai pertumbuhan tinggi tanaman tomat dalam
satu bedengan yang seharusnya nilai pertumbuhan tinggi tanaman sama apabila
pemberian perlakuan yang sama.

35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 18. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan B

26
35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 19. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan C
35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 20. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan D
35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 21. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan E

27
30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 22. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan F
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 23. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan G
30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19

Gambar 24. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan H
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut

28
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut Syukur Makmur Sitompul dan
Bambang Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan.

Berdasarkan data pada sampel tanaman tomat dapat dilihat pertumbuhan


tinggi tanaman tomat setiap satu minggu sekali untuk semua sampel mengalami
kenaikan tinggi yang cukup signifikan. Suhu yang normal untuk perkecambahan
benih tomat adalah sekitar 25-300C. Suhu ideal pertumbuhan tanaman tomat
sekitar 24-280C. Apabila suhu kurang ideal maka pertumbuhan dan perkembangan
bunga serta buahnya akan terganggu. Meskipun tomat tahan terhadap kekeringan
namun bukan berarti tomat dapat tumbuh subur pada keadaan kering tanpa
pengairan (Wiryanta, 2004).

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran tinggi tanaman pada


bedeng 1 sampai dengan bedeng 8 diperoleh hasil bahwa pengukuran tinggi
tanaman tomat yang dilakukan setiap 7 hari sekali mengalami kenaikan yang
disebabkan oleh pertumbuhan tanaman tomat itu sendiri yang mendapatkan unsur
hara dari tanah pada lapisan atas. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang
berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh
karena itu, tingkat kesuburan tanah dilapisan atas sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman dan produksi buah (Pitojo, 2005).

Bentuk batang tanaman tomat bulat dan membengkak pada buku-buku.


Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar mudah patah
dan dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
dengan beberapa ikatan. Dibiarkan merata, cukup rimbun menutupi tanah.
Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu (Suwandi dkk,
1995).

29
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman tomat:
1. Iklim
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh disemua tempat,
dari dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan). Hanya didaerah yang
bertanah basah dan banyak curah hujan pertumbuhannya agak kurang baik.
Disamping buahnya sering rusak atau pecah-pecah, tanaman tomat dimusim
penghujan sering diserang penyakit, seperti penyakit cendawan Phytophthota
infestans dan sejenisnya. Sehingga untuk daerah yang bertanah basah dan
berudara lembab dianjurkan menanam tomat pada musim kemarau (Duriat,1997).
Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman tomat sekurang-
kurangnya 10-12 jam setiap hari. Cahaya matahari tersebut digunakan untuk
proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah, dan pemasakan
buah. Jika tanaman ternaungi alias kekurangan cahaya matahari akan berdampak
negatif, misalnya umur panen menjadi lemas, tanaman tumbuh meninggi, dan
tanaman lebih gampang kerkena cendawan (Tarigan dan Wiryanta, 2003).
2. Tanah
Tanaman tomat tidak memilih-milih jenis tanah. Ditanah yang ringan dan
banyak mengandung pasir hingga tanah yang berat pun dapat tumbuh dan
menghasilkan, yang penting kesuburan tanahnya cukup mengandung zat hara
yang dibutuhkan (Tjahjadi, 1991). Derajat keasaman tanah dan ph tanah ideal
untuk tanaman tomat berkisar 6-7. Untuk menetralkan ph tanah. Sebaliknya ph
tanah bersifat basa (alkalis) deberi belerang untuk menurunkannya (Pitojo, 2005).
3. Cekaman Kekeringan pada Tanaman
Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting
yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas
fotosintesis dan translokasi fotosintat (Yakushiji et al. 1998; Savin dan Nicolas,
1996). Istilah kekeringan ini menunjukkan bahwa tanaman mengalami
kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungan tumbuhnya yaitu media
tanam. Menurut Levit (1980) dan Bray(1997) cekaman kekeringan yang biasa
disebut drought stress pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan

30
oleh daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air walaupun
keadaan air tanah tersedia cukup.

31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini yakni tomat merupakan
tanaman hortikultura sayuran yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi karena
hasil pengolahan dari tanaman ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai produk.
Pembudidayaan tanaman tomat ini dimulai dari persiapan lahan, pengolahan
tanah, penanaman bibit tomat. Pembudidayaan tanaman tomat ini menggunakan
tanah yang memiliki tekstur tanah geluh yang perlu diolah tanahnya dan diberi
pupuk.
Praktikum ini memiliki variabel pengamatan yakni tinggi tanaman, hasil
yang didapati dalam pertumbuhan tanaman tomat ini pada bedeng satu hingga
bedeng delapan menunjukkan tanaman ini mengalami peningkatan yang
signifikan. Bentuk batang tanaman tomat bulat dan membengkak pada buku-buku.
Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar mudah patah
dan dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
dengan beberapa ikatan.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini yakni pada budidiya tanaman tomat ini dalam
proses penanaman diperlukan kesabaran, keuletan serta ketlatenan karena tanaman
tomat ini sangat rentan terhadap hama, penyakit, yang disebabkan kondisi iklim
dan cuaca, sehingga tanaman ini harus di perhatikan dan jika ada salah satu
tanaman yang terserang jamur, harus segera dicabut dan dibuang jauh dari lahan
tanaman tomat tersebut.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta

Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.


Columbia University Press. New York.

Fried, G. H. & George J. H. 2000. Scahum’s Outlines BIOLOGI, Edisi Kedua.


Erlangga. Jakarta

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan
H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 233 hlm.

Hilal M.H. and Hilal M.M., 2000. Application of magnetic technologies in dessert
agriculture. Seed germination and seedling emergence of some crops in a
saline calacareous soil. Egyptian J. Soil Sci., 40(3), 413-422.

Kusfebriana, dkk. 2010. Perkecambahan dan Dormansi. Jakarta : FMIPA


Universitas Negeri Jakarta.

Lingga, P. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya. 149


hlm.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius:
Yogyakarta.

Marsono dan Lingga, P. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Musnamar, E. I. 2003. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Nurmayanti Indah, Nova Aditya Mierza dan Norita Lukiana. 2017. Mesin Traktor
dan Alat Tradisional Pengolah Tanah. Universitas Muhammadiyah Gresik.

Nurmayanti, Indah, Mierza Aditya Nova, dan Lukiana Norita. 2017. Mesin
Traktor dan Alat Tradisional Pengolah Tanah. Universitas Muhammadiyah
Gresik.

Parapasan, Y.R. Subiantoro dan M.Utomo. 1995. Pengaruh Sistem Olah Tanah
terhadap Kekerasan dan Kerapatan Lindak Tanah pada Musim Tanam XVI.
Pros. Sem. V. BDP-OTK. 1995. Lampung.

Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius: Yogyakarta

Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo: Bandung

33
Rizaldi, Taufik. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sutedjo, M.M., Kartasapoetra dan Sastroadmodjo. 1991. Mikrobiologi tanah. PT


Rineka Cipta. Jakarta.

Trisnawati, Y., Setiawan A. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta

34
DOKUMENTASI

Pengolahan tanah menggunakan Pengukuran kedalaman pengolahan


cangkul tanah menggunakan cangkul

Pengolahan tanah dngan traktor Percobaan pengolahan tanah dengan


traktor

Penanaman Tomat Tomat yang telah ditanam

35

Anda mungkin juga menyukai