DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. SATRIA WADI (J1B116050)
2. KHAIRUNISA (J1B116053)
3. AHMAD SYAFI’I (J1B116056)
4. AYI NURFITRIYAH (J1B116065)
5. RIFKY ANANDA (J1B116070)
6. DWI RIZKI AMANDA (J1B116074)
7. M.NURHUDA (J1B116079)
8. OTARI MIA WIDIANTI (J1B116081)
9. BRIAN HUTAURUK (J1B116089)
10. MIKAEL PARDEDE (J1B116094)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Teknik Mesin Budidaya Pertanian dengan judul “”.
Laporan akhir ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami dalam
pembuatan laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Akhir kata kami
berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1Tanaman Tomat............................................................................................4
2.2Pengolahan Tanah........................................................................................8
2.3Traktor........................................................................................................16
2.4Pemupukan.................................................................................................17
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM.........................................................19
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................19
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................19
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................21
4.1 Persiapan Lahan........................................................................................21
4.2 Penanaman Bibit Tomat...........................................................................24
4.3Pengamatan Tinggi Tanaman Tomat........................................................24
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................29
5.1Kesimpulan.................................................................................................29
5.2Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
DOKUMENTASI.................................................................................................32
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi tanaman tomat.....................................................................................5
2. Bajak Singkal Satu Arah....................................................................................11
3. Bajak Singkal Dua Arah.....................................................................................11
4. Bajak Piring........................................................................................................12
5. Bajak Pahat........................................................................................................12
6. Bajak Tanah Bawah...........................................................................................13
7. Bajak Putar atau Rotari......................................................................................15
8. Garu Sisir...........................................................................................................15
9. Garu Piring.........................................................................................................16
10. Traktor Tangan.................................................................................................16
11. Traktor Roda Empat.........................................................................................17
12. Proses persiapan lahan.....................................................................................21
13. Kondisi tanah sebelum pengolahan tanah........................................................22
14. Proses pembalikan tanah dengan hand tractor................................................23
15. Proses pemupukan pada tanah setelah pengolahan..........................................23
16. Proses penanaman Tomat.................................................................................24
17. Data hasil pengukuran tinggi tanaman Tomat pada bedengan A.....................25
18. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan B......................25
19. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan C......................25
20. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan D......................25
21. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan E......................26
22. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan F.......................26
23. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan G......................26
24. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan H......................27
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah
yang umum terjadi. Upaya meningkatkan bahan organik Ultisol adalah dengan
menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Penambahan bahan organik secara
kontinyu pada tanah merupakan cara pengelolaan yang murah dan mudah. Tetapi,
walaupun pemberian bahan organik pada lahan pertanian telah banyak dilakukan,
umumnya produksi tanaman masih kurang optimal, karena rendahnya unsur hara
yang disediakan dalam waktu pendek, serta rendahnya tingkat sinkronisasi antara
waktu pelepasan unsur hara dari bahan organik dengan kebutuhan tanaman akan
unsur hara (Atmojo, 2003).
Berbagai macam bahan organik dapat diberikan ke dalam tanah seperti
pupuk kandang, pupuk hijau, jerami padi, alangalang dan sisa pertanaman. Namun
demikian berbagai macam bahan organik ini mempunyai tingkat dekomposisi
yang berbeda-beda. Bahan organik yang disusun sebagian besar oleh karbohidrat
dan protein lebih mudah didekomposisi oleh mikroorganisme dibanding dengan
bahan organik yang disusun oleh lemak, lignin dan resin.
Proses pengolahan lahan berfungsi untuk menggemburkan tanah,
menghilangkan kotoran, sampah dan gulma pada tanah. Proses pegolahan lahan
meliputi tahap pembajakan dan penggaruan. Sudah banyak petani di Indonesia
yang merasakan manfaat traktor untuk pengolahan tanah secara cepat di lahannya.
Satu di antaranya, pekerjaan cepat selesai, pekerjaan berat jadi lebih mudah
dikerjakan, dan hasil olah tanahnya menjadi lebih baik. Pekerjaan olah tanah
butuh tenaga kerja sangat besar. Penggunaan traktor tangan akan lebih
menguntungkan karena lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan ada peningkatan
produktivitas petani. Dalam pengolahan tanah harus bisa didapatkan efisiensi
optimal, tapi tetap menghasilkan tanah yang baik dan produksi optimal dengan
biaya rendah. Agar penggunaan traktor bisa berjalan maksimal, sebaiknya semua
hal yang bisa berpengaruh terhadap kinerja traktor harus mendapat perhatian.
(Nurmayanti, 2017)
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh pengolahan tanah
menggunakan traktor tangan terhadap pertumbuhan vegetatif tomat.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pengolahan tanah mengunakan traktor tangan dan mengetahui pengaruh
pengolahan tanah tersebut terhadap pertumbuhan tanaman tomat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
12 air. Agar tanaman dapat tumbuh optimum diperlukan suhu antara 20-250C.
Apabila suhu lingkungan melebihi 26 ºC seperti di daerah tropik, yang disertai
dengan hujan lebat dan mendung dapat menyebabkan tanaman dormansi dan
juga dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Sedangkan pada
daerah kering, suhu tinggi dan kelembaban rendah dapat menyebabkan
penghambatan pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Ashari,
2006).
4. Sebagai tanaman yang bisa tumbuh diberbagai jenis tanah, tanaman tomat
mampu tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Pertumbuhan tomat
akan tumbuh baik dengan tanahnya gembur, sedikit mengandung pasir, kadar
keasaman pH antara 5,5 - 7,0 dan banyak mengandung humus dengan
pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai tanaman mulai dari
panen (Tugiyono, 2002).
8
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang
dikehendaki oleh manusia. Upaya pengelolaan tanah pasti akan menyebabkan
perubahan terhadap sifat-sifat tanah. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat fisik, sifat
kimia dan sifat biologi. Sifat fisik meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi
tanah, bobot isi (bulkdensity), bobot jenis (particle density), kedalaman efektif
tanah, drainase, permeabilitas tanah, potensi mengembang dan mengkerut, indeks
pengembangan dan kematangan tanah (nilai n). Sifat kimia tanah meliputi derajat
kemasaman tanah (pH), C-organik, N-total, kapasitas tukar kation dan kejenuhan
basa. Sifat biologi tanah meliputi total mikroorganisme tanah, jumlah fungi tanah,
jumlah bakteri pelarut fosfat (P) dan total respirasi tanah.
Pengolahan tanah secara sementara dapat memperbaiki sifat fisik tanah,
tetapi pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus setiap tahun dan
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan. Hal ini dikarenakan pelapukan
bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak.
Pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman
yang dangkal, mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah,
meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm yang merupakan akibat
pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan sehingga dapat
menghambat perkembangan akar tanaman dan menurunkan laju infiltrasi, serta
lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim, dkk., 1986). Parapasan, dkk. (1995)
menyatakan bahwa lahan yang diolah berlebihan menyebabkan pelapukan bahan
organik berjalan cepat sehingga menurunkan kandungan bahan organik tanah.
Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan kurangnya agregasi tanah
sehingga tanah menjadi lebih padat, bobot isi meningkat dan Total Ruang Pori
(TRP) semakin kecil.
Perbedaan pengolahan tanah sederhana dan modern yaitu pada pengolahan
tanah modern menggunakan alat-alat pengolahan tanah yang canggih, seperti
traktor. Menggunakan traktor proses pengolahan tanah dapat dilakukakan dengan
cepat, sehingga waktu yang diperlukan dalam pengolahan tanah secara
keseluruhan dapat seefisien mungkin tetapi kelemhannya penggunakan bahan
bakar solar dapat menghasilkan panas. Pengolahan tanah sederhana masih
9
mengggunakan alat-alat yang sederhana yaitu cangkul atau dengan menggunakan
tanaga hewan ternak. Kelebihan dari pengolahan tanah sederhana ini, yaitu murah,
cocok untuk daya tarik, cocok untuk tarikan pada daerah pasir dan basah.
Sedangkan kekurangannya memerlukan waktu yang cukup lama dalam
mengerjakannya.
Berdasarkan tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang
menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage)
dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage). Pada pengolahan tanah pertama,
tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada
dipermukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan umumnya di atas 15 cm. Umumnya hasil pengolahan tanah masih
berupa bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, karena pada tahap pengolahan
tanah ini penggemburan tanah belum dapat dilakukan dengan efektif. Pada
pengolahan tanah kedua, bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman yang
telah terpotong pada pengolahan tanah pertama akan dihancurkan menjadi lebih
halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah (Rizaldi, 2006).
Macam dan jenis alat pengolahan tanah untuk pertanian digolongkan
menjadi 2 golongan menurut tahap pengolahan tanahnya, yaitu alat pengolah
tanah pertama dan alat pengolah tanah kedua. Kedua golongan alat pengolah
tersebut juga digolongkan menurut sumber tenaga atau tenaga penarik yang
digunakan. Sumber tenaga atau tenaga penarik terdiri dari tenaga manusia, tenaga
hewan, dan tenaga traktor.
1. Alat pengolah tanah pertama
Macam-macam alat pengolah tanah pertama yang umum digunakan adalah
cangkul, garpu, bajak singkal (Moldboard plow), bajak piring (Disc plow) dan
bajak rotary (Rotary plow).
A. Bajak Singkal
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak
singkal inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan
pengolahan tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak sapi atau kerbau,
sebagai sumber daya penariknya. Bajak singkal merupakan peralatan pertanian
10
untuk pengolahan tanah yang digandengkan dengan sumber tenaga penggerak.
Penarik seperti tenaga penarik sapi, kerbau atau traktor pertanian. Bajak singkal
berfungsi untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah serta pembenaman
sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk tahapan kegiatan
pengolahan tanah pertama.
Bajak singkal dirancang dalam beberapa bentuk untuk tujuan agar diperoleh
kesesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan pembajakan. Aneka ragam
rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata bajak, juga di bagian
perlengkapannya. Mata bajak adalah bagian dari bajak yang berfungsi aktif untuk
mengolah tanah. Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan segala jenis tanah dan
cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman.
Berdasarkan arah lemparan lempengan tanah, baja singkal dibedakan menjadi dua
tipi, yakni :
1) Bajak singkal satu arah
Jenis bajak singkal dimana pada waktu mengerjakan pengolahan tanah akan
melempar dan membalik tanah hanya dalam satu arah. Lemparan atau pembalikan
tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan. Bentuk dari bajak singkal satu arah
ini dapat dilihat pada Gambar 2.
11
Gambar 3. Bajak Singkal Dua Arah
12
sangat bervariasi tergantung dari sumber daya penarik dan keperluannya. Bentuk
bajak pahat ini dapat dilihat pada Gambar 5.
13
Gambar 6. Bajak Tanah Bawah
2. Alat Pengolah Tanah kedua
Macam alat pengolah tanah kedua yang umumnya sering digunakan adalah:
bajak rotary, garu sisir dan garu piring.
A. Bajak Putar atau Rotari (Rotary Plow)
Bajak putar dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah
sawah. Bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat
digunakan untuk melakukan penyiangan. Hasil pembajakan dengan bajak rotari
memberikan tanah olah yang langsung hancur dan merata, karena bajak jenis ini
terdiri dari pisau-pisau rotari yang berputar menghancurkan tanah. Untuk
mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan mengurangi
jumlah pisau dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat gerakan
maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan tetapi
diperoleh hasil penggemburan yang lebih halus.
Dalam penggunaan, dipilih kebutuhan daya yang terkecil tetapi memenuhi
persyaratan ukuran partikel tanah yang dituntut oleh tanaman. Salah satu masalah
dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam tanah terdapat benda-benda
keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan (dilengkapi per pada pisaunya,
adanya pengamanan slip pada mesinnya). Berdasarkan atas sistem pengambilan
daya untuk menggerakkan rotor dan pisau dari bajak putar, jenis bajak putar
secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
2) Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dati pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Prinsip kerja bajak putar yaitu pisau-pisau dipasang pada rotor secara
melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara
bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong
14
tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada
kedalaman dan kecepatan maju. Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau
diakibatkan daya dari motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya
khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar
kecil yang digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem
hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang
digerakkan dengan traktor besar (traktor roda empat), biasanya menggunakan
universal joint dan sistem penyaluran tenaganya menggunakan sistem poros
penyalur tenaga dari mesin power take off (PTO).
Bagian-bagian bajak putar yaitu pisau yang berfungsi untuk mencacah tanah
pada waktu pengolahan tanah, poros putar yang berfungsi untuk memutar rotor-
rotor bajak putar, rotor yang berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau
dari bajak putar, penutup belakang (rear shield) yang berfungsi membantu
penghancuran tanah, roda dukung (land wheel) yang berfungsi untuk mengatur
kedalaman pengolahan tanah. Bentuk dari bajak ini dapat dilihat pada Gambar 7.
17
Pemberian pupuk organik mempengaruhi struktur tanah, akibatnya sifat fisik
dan kimia tanah diperbaiki.
3. Tata udara tanah yang baik dengan kandungan air cukup akan
menyebabkansuhu tanah lebih stabil serta aliran air dan aliran udara tanah lebih
baik.
4. Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik menjadi hidup.
5. Keamanan penggunaannya dapat terjamin.
6. Pupuk organik tidak akanmerugikan kesehatan ataupun mencemari
lingkungan(Musnamar, 2003).
Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan yaitu pupuk kandang
ayam. Pupuk kandang ayam merupakan pupuk yang kaya akan hara N, P,dan K
yakni 2,6% (N), 2,9% (P), dan 3,4% (K) dengan perbandingan C/N ratio 8,3. Hal
tersebut karena ayam termasuk kedalam golongan unggas yang mana sistem
pencernaannya relatif lebih pendek sehingga hara yang diserapnya sedikit. Selain
itu, kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian
cair (urin) bercampur dengan bagian padat. Menurut Sutedjo (2002), pupuk
kandang ayam mengandung unsur hara tiga kali lebih besar dari pada pupuk
kandang lainnya. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur
dengan kotoran cairnya. Sebelum digunakan pupuk kandang perlu mengalami
proses penguraian dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan
oleh C/N rasio. Pupuk kandang yang banyak menganduk jerami memiliki C/N
rasio yang tinggi sehingga mikroorganisme memerlukan waktu yang lebih lama
untuk menyelesaikan proses penguraiannya (Novizan, 2005). Kotoran ayam
memiliki kadar hara fosfor yang lebih tinggi daripada kotoran ternak lainnya.
Secara visual, pupuk kandang yang sudah matang ditandai dengan tidak
berbau kotoran, dingin, berwarna gelap, dan kadar airnya relatif rendah. Secara
kimia, pupuk kandang yang baik mengandung air 30-40%, bahan organik 60-
70%, N 1,5-2%, P2O5 0,5-1% dan K2O 0,5-1%, C/N 10-12% (Marsono dan
Lingga, 2001). Pupuk kandang sebaiknya dipergunakan setelah mengalami
penguraian atau pematangan terlebih dahulu, dan disebarkan dua minggu sebelum
tanam. Dosis anjuran untuk tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan sebanyak 20
t ha-1 (setara dengan 3 kg/plot) (Sutedjo, 2002).
18
Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi
tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme didalam tanah.
Mikroorganisme berperan mengubah seresah dan sisa-sisa tanaman menjadi
humus yang melalui proses dekomposisi, senyawa-senyawa tertentu disintesa
menjadi bahan-bahan yang berguna bagi tanaman (Sutedjo, 1995).
19
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.3Prosedur Kerja
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah ini dilakukan menggunakan traktor tangan. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah persiapan lahan yaitu membersihkan lahan dari
gulma-gulma aar mempermudah pada saat melakukan pembajakan mengunakan
traktor tangan. Melakukan persiapan traktor tangan antara lain bajak singkal
sudah di pasang dan bahan bakar sudah terisi penuh. Melakukan pengolahan tanah
dengan luas lahan 14x12 meter dan diukur kedalamannya menggunakan
penggaris.
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah pengolahan lahan selesai. Pupuk yang
diberikan adalah pupuk kandang (feses ayam) dengan jumlah 200kg. Setelah
pemberian pupuk dilakukan pembalikan tanah.
c. Penanaman
Penanaman tomat dilakukan setelah pemberian pupuk dengan jumlah
bedengan 8 dan jarak tanam 20 cm per tanaman. Hal pertama yang dilakukan
20
membuat lubang sedalam 5 cm lalu memasukkan benih tomat kedalam lubang
tersebut dan tutup kembali lubang tersebut.
d. Pengamatan
Pengamatan yang dilakuakan adalah mengukur tinggi tanaman tomat
menggunakan penggaris selama pertumbuhan vegetatif yang dilakukan seminggu
sekali.
21
BAB IV
23
adalah perbandinga relative antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung
(clay).
24
Gambar 15. Proses pemupukan pada tanah setelah pengolahan
Menurut Novizan (2005),pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari
kotoran–kotoran hewan yang bercampur dengan sisa makanan dan urine yang
didalamnya mengandung unsurhara N,P,K yang dapat digunkan untuk kesuburan
tanah.
4.2 Penanaman Bibit Tomat
Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke
lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di
budidayakan. Bibit tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-35 hari
di persemaian. Waktu yang baik untuk menanam bibittomat di kebun adalah
pagi atau sore hari. Ada beberapa carapemindahan bibit dari persemaian
yaitu sistem cabut, system putaran dan pengeluaran bibit tanaman dari polybag.
Proses pemindahan ini tidak boleh di lakukan dengan sembarangan, perlu adanya
metode agar tanaman dapat belangsung hidup di media dan lingkunganya yang
baru. Hal yang diperhatikan dalam penanaman sayuran seperti tomat, cabai,
kacang panjang, dan sayuran lainnya. Proses penanaman dapat dilihat pada
Gambar 16.
25
Gambar 16.Proses penanaman Tomat
4.3Pengamatan Tinggi Tanaman Tomat
Data pengamatan tinggi tanaman tomat dapat dilihat pada Gambar 17 s/d
Gambar 22.
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Mar-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 17. Data hasil pengukuran tinggi tanaman Tomat pada bedengan A
Terdapat perbedaan nilai pertumbuhan tinggi tanaman tomat dalam
satu bedengan yang seharusnya nilai pertumbuhan tinggi tanaman sama apabila
pemberian perlakuan yang sama.
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 18. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan B
26
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 19. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan C
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 20. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan D
35
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 21. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan E
27
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 22. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan F
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 23. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan G
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5
19-Ma r-19 25-Mar-19 01-Apr-19 07-Apr-19
Gambar 24. Data hasil pengukuran tinggi tanaman tomat pada bedengan H
Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut
28
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya lingkungan,
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut Syukur Makmur Sitompul dan
Bambang Guritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan.
29
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman tomat:
1. Iklim
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh disemua tempat,
dari dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan). Hanya didaerah yang
bertanah basah dan banyak curah hujan pertumbuhannya agak kurang baik.
Disamping buahnya sering rusak atau pecah-pecah, tanaman tomat dimusim
penghujan sering diserang penyakit, seperti penyakit cendawan Phytophthota
infestans dan sejenisnya. Sehingga untuk daerah yang bertanah basah dan
berudara lembab dianjurkan menanam tomat pada musim kemarau (Duriat,1997).
Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman tomat sekurang-
kurangnya 10-12 jam setiap hari. Cahaya matahari tersebut digunakan untuk
proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah, dan pemasakan
buah. Jika tanaman ternaungi alias kekurangan cahaya matahari akan berdampak
negatif, misalnya umur panen menjadi lemas, tanaman tumbuh meninggi, dan
tanaman lebih gampang kerkena cendawan (Tarigan dan Wiryanta, 2003).
2. Tanah
Tanaman tomat tidak memilih-milih jenis tanah. Ditanah yang ringan dan
banyak mengandung pasir hingga tanah yang berat pun dapat tumbuh dan
menghasilkan, yang penting kesuburan tanahnya cukup mengandung zat hara
yang dibutuhkan (Tjahjadi, 1991). Derajat keasaman tanah dan ph tanah ideal
untuk tanaman tomat berkisar 6-7. Untuk menetralkan ph tanah. Sebaliknya ph
tanah bersifat basa (alkalis) deberi belerang untuk menurunkannya (Pitojo, 2005).
3. Cekaman Kekeringan pada Tanaman
Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting
yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas
fotosintesis dan translokasi fotosintat (Yakushiji et al. 1998; Savin dan Nicolas,
1996). Istilah kekeringan ini menunjukkan bahwa tanaman mengalami
kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungan tumbuhnya yaitu media
tanam. Menurut Levit (1980) dan Bray(1997) cekaman kekeringan yang biasa
disebut drought stress pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan
30
oleh daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air walaupun
keadaan air tanah tersedia cukup.
31
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini yakni tomat merupakan
tanaman hortikultura sayuran yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi karena
hasil pengolahan dari tanaman ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai produk.
Pembudidayaan tanaman tomat ini dimulai dari persiapan lahan, pengolahan
tanah, penanaman bibit tomat. Pembudidayaan tanaman tomat ini menggunakan
tanah yang memiliki tekstur tanah geluh yang perlu diolah tanahnya dan diberi
pupuk.
Praktikum ini memiliki variabel pengamatan yakni tinggi tanaman, hasil
yang didapati dalam pertumbuhan tanaman tomat ini pada bedeng satu hingga
bedeng delapan menunjukkan tanaman ini mengalami peningkatan yang
signifikan. Bentuk batang tanaman tomat bulat dan membengkak pada buku-buku.
Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar mudah patah
dan dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
dengan beberapa ikatan.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini yakni pada budidiya tanaman tomat ini dalam
proses penanaman diperlukan kesabaran, keuletan serta ketlatenan karena tanaman
tomat ini sangat rentan terhadap hama, penyakit, yang disebabkan kondisi iklim
dan cuaca, sehingga tanaman ini harus di perhatikan dan jika ada salah satu
tanaman yang terserang jamur, harus segera dicabut dan dibuang jauh dari lahan
tanaman tomat tersebut.
32
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan
H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 233 hlm.
Hilal M.H. and Hilal M.M., 2000. Application of magnetic technologies in dessert
agriculture. Seed germination and seedling emergence of some crops in a
saline calacareous soil. Egyptian J. Soil Sci., 40(3), 413-422.
Nurmayanti Indah, Nova Aditya Mierza dan Norita Lukiana. 2017. Mesin Traktor
dan Alat Tradisional Pengolah Tanah. Universitas Muhammadiyah Gresik.
Nurmayanti, Indah, Mierza Aditya Nova, dan Lukiana Norita. 2017. Mesin
Traktor dan Alat Tradisional Pengolah Tanah. Universitas Muhammadiyah
Gresik.
Parapasan, Y.R. Subiantoro dan M.Utomo. 1995. Pengaruh Sistem Olah Tanah
terhadap Kekerasan dan Kerapatan Lindak Tanah pada Musim Tanam XVI.
Pros. Sem. V. BDP-OTK. 1995. Lampung.
33
Rizaldi, Taufik. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
34
DOKUMENTASI
35