Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya,
karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general
atau menyeluruh sehingga hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan
reflek nafas, denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang otak,
dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut. Usia toddler adalah
anak yang berusia 12 - 36 bulan atau 1 - 3 tahun dimana anak pada usia
mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha
mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi. Pada usia 12 bulan, anak
mampu menggenggam benda yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas
sesuai keinginannya. Memasuki usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan
benda kecil ke dalam botol berleher sempit dan melempar serta menangkap
bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan toddler mampu melempar bola tanpa
kehilangan keseimbangan.

(Wong, 2009)

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537 anak-


anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak,
sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena
benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui.

(Committee on injury, 2010)

Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada anak


usia dibawah 4 tahun sebesar 710, terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun
sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2%
terjadi pada usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4%.

(AAP, 2010)

1
Berdasarkan data dari Departemen Dinas Kesehatan Nasional menunjukkan
penyebab tersedak adalah benda asing biji – bijian sejumlah 105 pasien, 82
pasien tersedak benda asing kacang – kacangan, sayuran 79 pasien, lainnya
tersedak disebabkan oleh logam, makanan, dan tulang ikan.

(Depdiknas, 2007)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Tersedak ?
2. Bagaimana Klasifikasi Tersedak?
3. Bagaimana Etiologi Tersedak?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Tersedak?
5. Bagaimana Patofisiologi Tersedak?
6. Bagaimana Pathway Tersedak?
7. Bagaimana Pemeriksaan penunjang Tersedak?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Tersedak?
9. Bagaimana Komplikasi Tersedak?
10. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Tersedak?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan tersedak.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan Definisi Tersedak.
b. Menjelaskan Etiologi Tersedak.
c. Menjelaskan Manifestasi Klinis Tersedak.
d. Menjelaskan Klasifikasi Tersedak.
e. Menjelaskan Patofisiologi Tersedak.
f. Menjelaskan Pathway Tersedak.
g. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang Tersedak.
h. Menjelaskan Penatalaksanaan Tersedak.
i. Menjelaskan Komplikasi Tersedak.

2
j. Menjelaskan konsep Asuhan Keperawatan Tersedak.

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
kegawat daruratan tersedak.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi
kepada masyarakat tentang tersedak dan bagaimana cara penanganannya.
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan
dan pendidikan kesehatan tersedak pada klien.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tersedak adalah masuknya benda asing ke arah paru-paru dan
menyumbat jalan napas. Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh
benda asing, muntah, darah, atau cairan lain. Tersedak merupakan keadaan
yang gawat darurat.

(Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)

Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing


(makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan
gawat napas. Tersedak adalah masuknya makanan atau benda lain kedalam
tenggorokan, misalnya mainan kecil yang tertelan tanpa sengaja.

(Brunner & Suddarth, 2013)

Tersedak adalah masuknya benda asing misalnya makanan atau


minuman ke dalam tenggorokan. Tersedak adalah masuknya makanan atau
benda lain kedalam tenggorokan, misalnya mainan kecil yang tertelan tanpa
sengaja.

(Soepardi EA, 2012)

B. Klasifikasi
1. Obstruksi total
Pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat
bernafas sama sekali, dan harus segera ditolong karena dalam beberapa
menit klien akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi
obstruksi total maka akan terjadi atelektasis.
2. Fenomena check valve / Parsial

4
Pembuntuan saluran napas secara parsial atau tidak secara total, sehingga
klien masih dapat bernapas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus
segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 jaringan. Tetapi
pengeluaran benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang
terlatih, karena ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh
orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi parsial maka dapat
terjadi emphisema paru.
(Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)

C. Etiologi
Penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman.
Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah misalnya, sambil berjalan,
berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu cepat, atau
terlalu banyak menyuapi makanan ke mulutnya. Aspirasi benda asing masih
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak.
Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak yang
telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian,
jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup pena, serpihan
sayuran Benda-benda tersebut bisa tersangkut pada :

1. Laring
Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot
bantu nafas, sianosis.
2. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi dibagi atas
a. Trachea
Benda asing didalam trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut
didalam rimaglotis dan akhirnya tersangkut di laring dan akhirnya
dapat menimbulkan gejala obstruksi larink
b. Bronkus

5
Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini kemudian
dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar.
(Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sumbatan benda asing di dalam saluran napas
tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau
sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing. Seseorang yang
mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3 stadium, yaitu:

1. Stadium permulaan, yaitu batuk hebat secara tiba-tiba (violent


paroxysm of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), bicara gagap (sputtering), dan obstruksi jalan
napas yang terjadi segera.
2. Stadium kedua, ialah gejala stadium permulaan diikuti oleh interval
asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-
refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium
ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis karena
gejala belum jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi
atau infeksi sebagai akibat rekasi terhadap benda asing, sehingga
timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses paru.
(Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)

E. Patofisiologi
Bila proses menalan dan bersuara terjadi bersamaan, dimana
proses respirasi dan menelan pada tahap faringeal terjadi dalam waktu
yang sama, dapat menyebabkan masuknya makanan atau minuman ke
saluran pernapasan
Bronkhus dan trachea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan
halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi

6
lainnya akan menimbulakan refleks batuk. Laring dan karina (tempat
percabangan trachea) adalah yang paling sensitive, dan bronkhiolus
terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitive terhadap rangsang kimia
yang korosif. Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama
berjalan melalui vagus ke medulla dan terjadilah refleks batuk.
Inhibasi pernapasan dan penutupan glottis merupakan bagian dari
refleks meelan. Menalan sulit atau tidak dapat dilakukan apabila mulut
terbuka. Seorang dewa normal sering menalan selama makan juga
diantara makan. Jumlah total menelan perhari sekitar 600 kali = 200 kali
sewaktu makan dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50
kali sewaktu tidur.
Apabila inhibasi pernapasan tidak ada dan atau glottis tidak
menutup atau tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan
terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama
pernapasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui
saluran pencernaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil
berbicara, makan terlalu cepat, dan lain-lain. Menelan adalah mekanisme
kompleks yang terdiri atas tiga tahap,yaitu volunter, faringeal, dan
esofageal. Tahap seseorang tersedak ketika sepotong makanan tergelincir
ke dalam trakea dan tersangkut sehingga memotong jalur pernapasan. Hal
ini menyebabkan udara yang mengandung oksigen tidak bisa masuk
menuju paru-paru. Tanpa oksigen, individu dapat menderita kerusakan
otak atau mati. Ketika seseorang tersedak, tidak ada suara yang dapat
dibuat karena laring terletak dalam trakea dan suara itu sendiri terbuat
ketika udara didorong menyeberangi laring sedangkan ketika tersedak,
tidak ada udara yang bisa masuk ke trakea, tempat dimana laring berada.
(Price, 2012)

7
F. Pathways

8
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh akan timbul bayangan
radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab :
a. bila benda asing itu bersifat radiopaque maka bayangan yang terjadi
disebabkan benda asing itu sendiri.
b. Bila bayangan yang terjadi disebabkan karena komplikasi, misalnya
atelektasis dan emfisema, maka akan tergantung pada tipe obstruksi
yang terjadi.
2. Pemeriksaan faal paru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan
ini tergantung pada lokasi obstruktif yang terjadi di daerah
laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran
(flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstnal notch, maka akan terjadi
pengurangan dari aliran inspirasi (inspirasi flow rate), sedangkan bila
terjadi dibawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan
aliran ekspirasi (expiratory flow rate).
3. Pemeriksaan gas darah
Pada fase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCo2,
kecepatan pernafasan yang 30x/menit masih dapat mengkompensasi
sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi ada penyumbatan yang
sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan Ph terjadi secara
cepat.
(Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)

H. Penatalaksanaan
1. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang
masih sadar
a. Untuk tersedak ringan:
Jika korban masih bisa batuk, anjurkan korban untuk batuk terus
menerus sekeras-kerasnya. Yang tidak boleh dilakukan:

9
1) Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui
oleh udara)
2) Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk
mengeluarkan benda asing
b. Untuk tersedak berat:
1) Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas
langkah ini terlihat agak rancu dan tidak mungkin dilakukan.
Tetapi hal ini dilakukan untuk membedakan antara tersedak
dan penyakit lain yang menyebabkan gawat napas.
2) Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama
beberapa kali sampai benda asing keluar atau sampai korban
menjadi tidak sadar.
Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan Heimlich
manuever:

a) Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh


sesuai dengan tinggi tubuh korban, pada pasien anak
kemungkinan harus berlutut)
b) Kepalkan salah satu telapak tangan
c) Letakkan kepalan tangan dengan arah ibu jari menempel ke
dinding perut korban, posisikan kepalan tangan 2 jari di
atas pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul atas)
d) Kencangkan kepalan tangan dengan tangan satunya
sehingga kedua lengan melingkar di perut korban.
e) Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai
benda asing keluar

10
Abdominal thrust atau Hemlich manuever

Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang
terlalu gemuk (obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan
melakukan “chest thrust” yaitu dengan meletakkan kepalan tangan di
tengah-tengah tulang dada.

Pengganti Hemlich manuever pada korban wanita hamil

2. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang


tidak sadar
Jika korban menjadi jatuh tidak sadar lakukan langkah-langkah
berikut:
a. Panggil bantuan medis segera
b. Buka jalan napas korban, jika benda asing dapat terlihat lakukan
finger swab atau sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing
c. Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR biasa
adalah setelah melakukan 30 kali kompresi dada, periksalah
mulut korban terlebih dahulu sebelum memberikan 2 kali napas
bantuan.
Dikatakan telah sukses menangani korban tersedak yang tidak
sadar jika ada tanda-tanda berikut:

11
1. Dada korban terlihat naik ketika memberikan bantuan napas
2. Melihat benda asing keluar dari mulut korban.
Lakukan langkah-langkah berikut ini jika sudah berhasil
menangani korban tersedak. Karena ada beberapa kemungkinan yang
akan terjadi setelah benda asing keluar dari mulut korban:

1. Berikan 2 kali napas


2. Lihat respons korban (batuk, muntah, pergerakan), kemudian
periksa nadi di leher korban selama 10 detik.
3. Jika nadi tidak teraba dan korban juga tidak bernapas, lanjutkan
CPR dan pasang AED segera (jika tersedia). Jika nadi ada tetapi
napas tidak ada maka berikanlah bantuan napas saja selama 2 menit,
dalam 1 menit harus memberikan 10 kali napas (jadi jeda antara
napas adalah 6 detik). Setelah 2 menit periksalah apakah napasnya
sudah ada atau belum, jika korban sudah bernapas normal posisikan
korban miring (posisi pemulihan) sambil menunggu bantuan datang.
3. Penanganan tersedak untuk bayi (<1 tahun)
Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak
yang berusia lebih dari 1 tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan
perut (Heimlich manuever) pada bayi karena dapat mencederai organ
dalam. Penanganan tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi
penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
Berikut ini merupakan langkah-langkah pertolongan tersedak
terhadap bayi yang masih sadar:
a. Gendonglah bayi dengan posisi duduk atau berlutut
b. Buka pakaian bayi
c. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas
pangkuan tangan. Buat kepala bayi lebih rendah dari kakinya.
Sangga kepala dan rahang bawah bayi menggunakan tangan (hati-
hati untuk tidak menekan leher bayi, karena ini akan menyebabkan
tersumbatnya saluran napas).

12
d. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara
2 tulang belikat bayi, jangan menepuk di tengkuk). Gunakan
pangkal telapak tangan ketika memberikan tepukan.
e. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher
belakang bayi dengan tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga
dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala bayi lebih rendah dari
kakinya
f. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan
posisi penekanan dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan
tulang dada/di bawah garis imajiner antara 2 puting susu bayi).
Hanya gunakan 2 jari saja yaitu jari telunjuk dan jari tengah untuk
melakukan chest thrust.
Ulangi langkah di atas sampai benda asing keluar dari mulut bayi.

Teknik chest thrust atau tekanan dada

Teknik back slaps atau tepuk punggung

13
Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi menjadi tidak sadar
(bayi terkulai lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat
menangis atau mengeluarkan suara) penanganannya adalah sebagai
berikut:

1. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras


2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing
terlihat atau tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan
jari. Jika benda asing tidak terlihat jangan lakukan “blind finger
swab”/mengkorek-korek mulut bayi dengan tujuan untuk mencari
benda asing tersebut
3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu
lakukanlah CPR yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2
kali napas. Tetapi, perbedaan CPR korban tersedak dengan korban
biasa adalah setiap selesai melakukan 30 kali penekanan dada
periksalah dahulu mulut bayi sebelum memberikan 2 kali bantuan
napas.
Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum dapat
keluar dan bayi masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera,
kemudian lanjutkan CPR sampai bantuan medis datang atau benda
asingnya keluar.

(Krisanty, P., et al. 2009)

I. Komplikasi
Komplikasi dari tersedak bisa meliputi iritasi tenggorokan,
kerusakan pada tenggorokan, fraktur iga, gagal nafas bahkan kematian
akibat asfiksia (kehabisan udara).
(Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur,agama, pendidikan, status pernikahan dan alamat
serta identitas penanggungjawab.
2. Keluhan utama : tanyakan keluhan utama pasien saat ini biasanya pada
pasien tersedak mengeluh terdapat sumbatan jalan nafas.
3. Tanda – tanda vital : TD : N: S: RR:
4. Pengkajian Prmer
A (Airway) : Periksa apakah jalan nafas paten atau tidak paten, tidak
paten terdengar grigling/snoring/stridor. Lakukan
observasi pada gerakan dada, apakah terdapat gerakan
dada atau tidak, apabila ada gerakan dada spontan berarti
jalan nafas lancar/paten, sedangkan apabila tidak ada
gerakan dada walaupun diberikan bantuan nafas artinya
terjadi sumbatan jalan nafas.
B (Breathing) : Kaji atau observasi kemampuan mengembang paru,
adakah pengembangan paru spontan atau tidak, apabila
tidak mengembang spontan maka dimungkinkan
terjadi gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan
tindakan untuk bantuan nafas.
C (Circulation): Kaji sirkulasi dengan melakukan pengkajian denyut
nadi dengan cara palpasi pada nadi radialis, apabila
tidak teraba gunakan nadi brakialis, apabila tidak
teraba gunakan nadi carotis. Apabila tidak teraba
adanya denyutan menunjukkan gangguan fungsi
jantung.
D (Disability) : Kaji tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan
GCS.

15
E (Exposure) : Kontrol lingkungan, dengan cara buka baju penderita
lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan.

5. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang: meliputi kapan terjadinya
tersedak,benda apa yang masuk, tindakan apa saja yang sudah
dilakukan dan sudah dilakukan pengobatan dimana saja dan juga
tanyakan apakah terdapat riwayat pemakaian obat – obatan.
b. Riwayat penyakit dahulu : tanyakan apakah pernah dirawat dengan
penyakit yang sama atau tidak.
c. Riwayat penyakit keluarga : tanyakan apakah terdapat penyakit
keluarga seperti jantung, diabetes dan sebagainya.
d. Pengkajian head to toe:
1) Kepala :
Inspeksi dan palpasi
a) Rambut :
b) Wajah :
c) Mata :
d) Hidung :
e) Telinga :
f) Mulut :
2) Leher :
Inspeksi dan palpasi
a) Nyeri :
b) Bendungan vena jugularis :
3) Thorak :
Inspeksi (paru dan jantung)
a) Bentuk dada :
b) Pola nafas :
c) Pengembangan dada :

16
d) Pulsasi :
Palpasi (paru dan jantung)
a) Krepitasi :
b) Ictus cordis :
c) Terdapat masa :
Auskutasi (paru dan jantung)
a) Bunyi nafas :
b) Bunyi jantung :
Perkusi (paru dan jantung)
a) Paru :
b) Jantung :
4) Abdomen :
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
c) Auskutasi :
d) Perkusi
5) Genetalia
6) Rektum
7) perkemihan
8) Ekstermitas
6. Pengkajian pola fungsional
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
b. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus
berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat

17
d. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil
mengecil,kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan,berkonsentrasi kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia), koma,syok.
f. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk
produktif
h. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan
berulang. Kaji kondisi pasien,apabila ada tersedak akan ditemukan :
1) Mendesah
2) Sesak nafas
3) Tenggorokan sakit atau susah berbicara
4) Pingsan atau lemah
5) Infeksi
6) Kemerahan
7) Nyeri
(Doengoes, 2009)

18
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipoksemia akibat kekurangan
oksigen di perifer.
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan volume sekuncup.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian.
(NANDA, 2015)

C. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
(NIC) (NOC)
1. Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas berhubungan a. Respiratory status : Airway suction
dengan obstruksi jalan Ventilation a. Pastikan kebutuhan
nafas. b. Respiratory status : oral/tracheal suctioning
Definisi Airway patency b. Auskultasi suara nafas
:Ketidakmampuan untuk Kriteria Hasil : sebelum dan sesudah
membersihkan sekresi a. Mendemonstrasikan suctioning.
atau obstruksi dan batuk efektif dan suara c. Informasikan pada klien
saluran pernafasan untuk nafas yang bersih, tidak dan keluarga tentang
mempertahankan ada sianosis dan suctioning
kebersihan jalan nafas. dyspneu (mampu d. Minta klien nafas dalam
Batasan Karakteristik : mengeluarkan sputum, sebelum suction dilakukan.
a. Tidak ada batuk mampu bernafas dengan e. Berikan O2 dengan
b. Suara napas mudah, tidak ada pursed menggunakan nasal untuk
tambahan lips) memfasilitasi suksion
c. Perubahan frekwensi b. Menunjukkan jalan nasotrakeal
napas nafas yang paten (klien f. Gunakan alat yang steril

19
d. Perubahan irama tidak merasa tercekik, setiap melakukan tindakan
napas irama nafas, frekuensi g. Anjurkan pasien untuk
e. Sianosis pernafasan dalam istirahat dan napas dalam
f. Kesulitan berbicara rentang normal, tidak setelah kateter dikeluarkan
atau mengeluarkan ada suara nafas dan nasotrakeal
suara abnormal) h. Monitor status oksigen
g. Penurunan bunyi c. Mampu pasien
napas mengidentifikasikan i. Ajarkan keluarga
h. Dipsneu dan mencegah faktor bagaimana cara melakukan
i. Sputum dalam yang dapat menghambat suksion
jumlah yang jalan nafas j. Hentikan suksion dan
berlebihan berikan oksigen apabila
j. Batuk yang tidak pasien menunjukkan
efektif bradikardi, peningkatan
k. Orthopneu saturasi O2, dll
l. Gelisah Airway Management
m. Mata terbuka lebar a. Buka jalan nafas, guanakan
Faktor Yang teknik chin lift atau jaw
Berhubungan : thrust bila perlu
Lingkungan b. Posisikan pasien untuk
a. Perokok pasif memaksimalkan ventilasi
b. Mengisap asap c. Identifikasi pasien perlunya
c. Merokok pemasangan alat jalan nafas
Obstruksi jalan nafas buatan
a. Spasme jalan nafas d. Pasang mayo bila perlu
b. Mokus dalam jumlah e. Lakukan fisioterapi dada
berlebihan jika perlu
c. Eksudat dalam jalan f. Keluarkan sekret dengan
alveoli batuk atau suction
d. Maten asing dalan g. Auskultasi suara nafas,

20
jalan napas catat adanya suara
e. Adanya jalan napas tambahan
buatan h. Lakukan suction pada mayo
f. Sekresi bertahan/sisa i. Berikan bronkodilator bila
sekresi perlu
g. Sekresi dalam bronki j. Berikan pelembab udara
Fisiologis : Kassa basah NaCI Lembab
a. Jalan napas alergik k. Atur intake untuk cairan
b. Asma mengoptimalkan
c. Penyakit paru keseimbangan.
obstruktif kronik l. Monitor respirasi dan status
d. Hiperplasi dinding O2
bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neuromuskular

2. Ketidakefektifan pola NOC : NIC :


nafas berhubungan a. Respiratory status : Airway Management
dengan hiperventilasi. Ventilation a. Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Pertukaran b. Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
udara inspirasi dan/atau Airway patency thrust bila perlu
ekspirasi tidak adekuat c. Vital sign Status b. Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
a. Penurunan tekanan a. Mendemonstrasikan c. Identifikasi pasien perlunya
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
b. Penurunan pertukaran nafas yang bersih, tidak buatan
udara per menit ada sianosis dan dyspneu d. Pasang mayo bila perlu
c. Menggunakan otot (mampu mengeluarkan e. Lakukan fisioterapi dada
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas jika perlu

21
d. Nasal flaring dengan mudah, tidak ada f. Keluarkan sekret dengan
e. Dyspnea pursed lips) batuk atau suction
f. Orthopnea b. Menunjukkan jalan nafas g. Auskultasi suara nafas,
g. Perubahan yang paten (klien tidak catat adanya suara
penyimpangan dada merasa tercekik, irama tambahan
h. Nafas pendek nafas, frekuensi h. Lakukan suction pada mayo
i. Assumption of 3- pernafasan dalam i. Berikan bronkodilator bila
point position rentang normal, tidak perlu
j. Pernafasan pursed-lip ada suara nafas j. Berikan pelembab udara
k. Tahap ekspirasi abnormal) Kassa basah NaCl Lembab
berlangsung sangat c. Tanda Tanda vital dalam k. Atur intake untuk cairan
lama rentang normal (tekanan mengoptimalkan
l. Peningkatan diameter darah, nadi, pernafasan) keseimbangan.
anterior-posterior l. Monitor respirasi dan status
m. Pernafasan rata- O2
rata/minimal Oxygen Therapy
n. Bayi : < 25 atau > 60 a. Bersihkan mulut, hidung
o. Usia 1-4 : < 20 atau > dan secret trakea
30 b. Pertahankan jalan nafas
p. Usia 5-14 : < 14 atau yang paten
> 25 c. Atur peralatan oksigenasi
q. Usia > 14 : < 11 atau d. Monitor aliran oksigen
> 24 e. Pertahankan posisi pasien
r. Kedalaman f. Onservasi adanya tanda
pernafasan tanda hipoventilasi
s. Dewasa volume g. Monitor adanya kecemasan
tidalnya 500 ml saat pasien terhadap oksigenasi
istirahat Vital sign Monitoring
t. Bayi volume tidalnya a. Monitor TD, nadi, suhu,
6-8 ml/Kg dan RR

22
u. Timing rasio b. Catat adanya fluktuasi
v. Penurunan kapasitas tekanan darah
vital c. Monitor VS saat pasien
Faktor yang berbaring, duduk, atau
berhubungan : berdiri
a. Hiperventilasi d. Auskultasi TD pada kedua
b. Deformitas tulang lengan dan bandingkan
c. Kelainan bentuk e. Monitor TD, nadi, RR,
dinding dada sebelum, selama, dan
d. Penurunan setelah aktivitas
energi/kelelahan f. Monitor kualitas dari nadi
e. Perusakan/pelemahan g. Monitor frekuensi dan
muskulo-skeletal irama pernapasan
f. Obesitas h. Monitor suara paru
g. Posisi tubuh i. Monitor pola pernapasan
h. Kelelahan otot abnormal
pernafasan j. Monitor suhu, warna, dan
i. Hipoventilasi sindrom kelembaban kulit
j. Nyeri k. Monitor sianosis perifer
k. Kecemasan l. Monitor adanya cushing
l. Disfungsi triad (tekanan nadi yang
Neuromuskuler melebar, bradikardi,
m. Kerusakan peningkatan sistolik)
persepsi/kognitif m. Identifikasi penyebab dari
n. Perlukaan pada perubahan vital sign
jaringan syaraf tulang
belakang
o. Imaturitas Neurologis

23
3. Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer b.d a. Circulation status Peripheral Sensation
hipoksemia akibat b. Tissue Perfusion : Management
kekurangan oksigen di cerebral (Manajemen sensasi perifer)
perifer. Kriteria Hasil : a. Monitor adanya daerah
Definisi : Penurunan Mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
sirkulasi darah ke perifer status sirkulasi yang terhadap
yang dapat mengganggu ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
kesehatan a. Tekanan systole dan b. Monitor adanya paretese
Batasan Karakteristik : diastole dalam rentang c. lnstruksikan keluarga untuk
a. Tidak ada nadi yang diharapkan mengobservasi kulit jika
b. Perubahan fungsi b. Tidak ada ortostatik ada isi atau laserasi
motorik hipertensi d. Gunakan sarung tangan
c. Perubahan c. Tidak ada tanda tanda untuk proteksi
karakteristik kulit peningkatan tekanan e. Batasi gerakan pada kepala,
(warna, elastisitas, intrakranial (tidak lebih leher dan punggung
rambut, kelembapan, dari 15 mmHg) f. Monitor kemampuan BAB
kuku, sensasi, suhu) Mendemonstrasikan, g. Kolaborasi pemberian
d. Indek ankle-brakhial kemampuan kognitif yang analgetik
<0 span=""> ditandai dengan : h. Monitor adanya
e. Perubahan tekanan a. Berkomunikasi dengan tromboplebitis
darah diekstremitas jelas dan sesuai dengan i. Diskusikan menganai
f. Waktu pengisian kemampuan penyebab perubahan sensasi
kapiler > 3 detik b. Menunjukkan perhatian,
g. Klaudikasi konsentrasi dan orientasi
h. Warna tidak kembali c. Memproses informasi
ketungkai saat tungkai d. Membuat keputusan
diturunkan dengan benar
i. Kelambatan Menunjukkan fungsi
penyembuhan luka sensori motori cranial

24
perifer yang utuh : tingkat
j. Penurunan nadi kesadaran membaik tidak
k. Edema ada gerakan gerakan
l. Nyeri ekstremitas involunter
m. Bruit femoral
n. Pemendekan jarak
total yang ditempuh
dalam uji berjalan 6
menit
o. Pemendekan jarak
bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
p. Perestesia
q. Warna kulit pucat saat
elevasi
Faktor Yang
Berhubungan :
a. Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis,
merokok, gaya hidup
monoton, trauma,
obesitas, asupan
garam, imobilitas)
b. Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis,
diabetes,
hiperlipidemia)

25
c. Diabetes melitus
d. Hipertensi
e. Gaya hidup monoton
f. Merokok

4. Penurunan curah jantung NOC NIC


b.d perubahan volume a. Cardiac Pump Cardiac Care
sekuncup. effectiveness a. Evaluasi adanya nyeri dada
Definisi b. Circulation Status ( intensitas, lokasi, durasi)
: Ketidakadekuatan darah c. Vital Sign Status b. Catat adanya disritmia
yang dipompa oleh jantung
jantung untuk memenuhi Kriteria Hasil : c. Catat adanya tanda dan
kebutuhan metabolik gejala penurunan cardiac
a. Tanda Vital dalam
tubuh. output
rentang normal (Tekanan
Batasan Karakteristik : darah, Nadi, respirasi) d. Monitor status
b. Dapat mentoleransi kardiovaskuler
Perubahan Frekuensi
aktivitas, tidak ada e. Monitor status pernafasan
Irama Jantung
kelelahan yang menandakan gagal
a. Aritmia c. Tidak ada edema paru, jantung
b. Bradikardi, Takikardi perifer, dan tidak ada f. Monitor abdomen sebagai
c. Perubahan EKG asites indicator penurunan perfusi
d. Palpitasi d. Tidak ada penurunan g. Monitor balance cairan
Perubahan Preload kesadaran h. Monitor adanya perubahan
a. Penurunan tekanan tekanan darah
vena central (central i. Monitor respon pasien
venous pressure, terhadap efek pengobatan
CVP) antiaritmia
b. Peneurunan tekanan j. Atur periode latihan dan
arteri paru istirahat untuk menghindari
(pulmonary artery kelelahan

26
wedge pressure, k. Monitor toleransi aktivitas
PAWP) pasien
c. Edema, Keletihan l. Monitor adanya dyspneu,
d. Peningkatan CVP fatigue, tekipneu dan
e. Peningkatan PAWP ortopneu
f. Distensi vena jugular m. Anjurkan untuk
g. Murmur menurunkan stress
h. Peningkatan berat Vital Sign Monitoring
badan a. Monitor TD, nadi, suhu,
Perubahan Afterload dan RR
a. Kulit Lembab b. Catat adanya fluktuasi
b. Penurunan nadi tekanan darah
perifer c. Monitor VS saat pasien
c. Penurunan resistansi berbaring, duduk, atau
vascular paru berdiri
(pulmunary vascular d. Auskultasi TD pada kedua
resistence, PVR) lengan dan bandingkan
d. Penurunan resistansi e. Monitor TD, nadi, RR,
vaskular sistemik sebelum, selama, dan
(sistemik vascular setelah aktivitas
resistence , SVR) f. Monitor kualitas dari nadi
e. Dipsnea g. Monitor adanya pulsus
f. Peningkatan PVR paradoksus
g. Peningkatan SVR h. Monitor adanya pulsus
h. Oliguria alterans
i. Pengisian kapiler i. Monitor jumlah dan irama
memanjang jantung
j. Perubahan warna kulit j. Monitor bunyi jantung
k. Variasi pada k. Monitor frekuensi dan
pembacaan tekanan irama pernapasan

27
darah l. Monitor suara paru
Perubahan m. Monitor pola pernapasan
kontraktilitas abnormal
a. Batuk, Crackle n. Monitor suhu, warna, dan
b. Penurunan indeks kelembaban kulit
jantung o. Monitor sianosis perifer
c. Penurunan fraksi p. Monitor adanya cushing
ejeksi triad (tekanan nadi yang
d. Ortopnea melebar, bradikardi,
e. Dispnea paroksismal peningkatan sistolik)
nokturnal q. Identifikasi penyebab dari
f. Penurunan LVSWI perubahan vital sign
(left ventricular stroke
work index)
g. Penurunan stroke
volume index (SVI)
h. Bunyi S3, Bunyi S4
Perilaku/Emosi
Ansietas, Gelisah
Faktor Yang
Berhubungan :
a. Perubahan afterload
b. Perubahan
kontraktilitas
c. Perubahan frekuensi
jantung
d. Perubahan preload
e. Perubahan irama
f. Perubahan volume
sekuncup

28
5. Ansietas berhubungan NOC NIC
dengan ancaman a. Anxiety self-control Anxiety Reduction
kematian. b. Anxiety level (penurunan kecemasan)
Definsi : Perasaan tidak c. Coping a. Gunakan pendekatan yang
nyaman atau kekawatiran Kriteria Hasil : menenangkan
yang Samar disertai a. Klien mampu b. Nyatakan dengan jelas
respon autonom (sumber mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
sering kali tidak spesifik mengungkapkan gejala pasien
atau tidak diketahui oleh cemas. c. Jelaskan semua prosedur
individu); perasaan takut b. Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
yang disebabkan oleh mengungkapkan dan selama prosedur
antisipasi terhadap menunjukkan tehnik d. Pahami prespektif pasien
bahaya. Hal ini untuk mengontol cemas. terhadap situasi stres
merupakan isyarat c. Vital sign dalam batas e. Temani pasien untuk
kewaspadaan yang normal. memberikan keamanan
memperingatkan individu d. Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
akan adanya bahaya dan wajah, bahasa tubuh dan f. Dorong keluarga untuk
kemampuan individu tingkat aktivfitas menemani anak
untuk bertindak menunjukkan g. Lakukan back / neck rub
menghadapi ancaman. berkurangnya h. Dengarkan dengan penuh
Batasan Karakteristik kecemasan. perhatian
Perilaku : i. Identifikasi tingkat
a. Penurunan kecemasan
produktivitas j. Bantu pasien mengenal
b. Gerakan yang situasi yang menimbulkan
ireleven kecemasan
c. Gelisah k. Dorong pasien untuk
d. Melihat sepintas mengungkapkan perasaan,
e. Insomnia ketakutan, persepsi
f. Kontak mata yang l. Instruksikan pasien

29
buruk menggunakan teknik
g. Mengekspresikan relaksasi
kekawatiran karena m. Berikan obat untuk
perubahan dalam mengurangi kecemasan
peristiwa hidup
h. Agitasi
i. Mengintai
j. Tampak waspada
Affektif :
a. Gelisah, Distres
b. Kesedihan yang
mendalam
c. Ketakutan
d. Perasaan tidak
adekuat
e. Berfokus pada diri
sendiri
f. Peningkatan
kewaspadaan
g. Iritabihtas
h. Gugup senang
beniebihan
i. Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
j. Peningkatan rasa
ketidak berdayaan
yang persisten
k. Bingung, Menyesal
l. Ragu/tidak percaya

30
diri
m. Khawatir
Fisiologis :
a. Wajah tegang, Tremor
tangan
b. Peningkatan keringat
c. Peningkatan
ketegangan
d. Gemetar, Tremor
e. Suara bergetar
Simpatik :
a. Anoreksia
b. Eksitasi
kardiovaskular
c. Diare, Mulut kering
d. Wajah merah
e. Jantung berdebar-
debar
f. Peningkatan tekanan
darah
g. Peningkatan denyut
nadi
h. Peningkatan reflek
i. Peningkatan
frekwensi pernapasan
j. Pupil melebar
k. Kesulitan bernapas
l. Vasokontriksi
superfisial
m. Lemah, Kedutan pada

31
otot
Parasimpatik :
a. Nyeri abdomen
b. Penurunan tekanan
darah
c. Penurunan denyut
nadi
d. Diare, Mual, Vertigo
e. Letih, Ganguan tidur
f. Kesemutan pada
ekstremitas
g. Sering berkemih
h. Anyang-anyangan
i. Dorongan cegera
berkemih
Kognitif :
a. Menyadari gejala
fisiologis
b. Bloking fikiran,
Konfusi
c. Penurunan lapang
persepsi
d. KesuIitan
berkonsentrasi
e. Penurunan
kemampuan belajar
f. Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan masalah
g. Ketakutan terhadap

32
konsekwensi yang
tidak spesifik
h. Lupa, Gangguan
perhatian
i. Khawatir, Melamun
j. Cenderung
menyalahkan orang
lain.
Faktor Yang
Berhubungan :
a. Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan,status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran)
b. Pemajanan toksin
c. Terkait keluarga
d. Herediter
e. Infeksi/kontaminan
interpersonal

33
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing
(makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan
gawat napas. Tersedak adalah masuknya makanan atau benda lain kedalam
tenggorokan, misalnya mainan kecil yang tertelan tanpa sengaja.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Diharapkan dapat memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat
dalam kasus tersedak yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah
pengetahuan tentang kasus tersedak yang seringterjadi di sekitar mereka.
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan penanganan dan asuhan keperawatan
gawat darurat yang tepat dan sesuai dengan standar operasional prosedur
tindakan dalam menangani klien dengan kasus tersedak.

34
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

Dongoes, Maryllin E, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :

EGC

Krisanty, P., et al. (2009) Ed. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV.
Trans Info Media , 103-105

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar (Rikesda). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan

secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Soepardi EA (2012). Kesulitan Menelan: Disfagia. Dalam: Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher Edisi 7. Jakarta:
FK UI

Suwendra P, Putu SP, Subanada (2012). Aspirasi Benda Asing dalam Saluran
Respiratori. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia

35

Anda mungkin juga menyukai