Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS TATA LETAK PABRIK DAN POLA ALIRAN

BAHAN FERONIKEL DI FENI PLANT 3 PT ANTAM TBK


UNIT BISNIS PERTAMBANGAN NIKEL SULAWESI
TENGGARA

TAUFIQ HIDAYAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Tata
Letak Pabrik Dan Pola Aliran Bahan Feronikel di Feni Plant 3 PT Antam Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam bacaan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2018

Taufiq Hidayat
NIM H24130120
ABSTRAK
TAUFIQ HIDAYAT. Analisis Tata Letak Pabrik dan Pola Aliran Bahan
Feronikel di Feni Plant 3 PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel
Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh HETI MULYATI dan M. SYAEFUDIN
ANDRIANTO.

Industri pengolahan nikel merupakan salah satu industri yang berpotensi


menambah devisa negara. PT Antam Tbk UBPN Sulawesi Tenggara memiliki
luas lahan sekitar 169 194.937 m2 dengan luas bangunan di FeNi Plant 3 sekitar
14 452.85 m2. PT Antam Tbk UBPN Sulawesi Tenggara dalam memproduksi
nikel memerlukan tata letak dan pola aliran bahan yang lebih optimum. Tujuan
penelitian yaitu menganalisis tata letak produksi dan pola aliran bahan feronikel di
FeNi Plant 3 serta efisiensi keseimbangan lini perakitan. Metode yang digunakan
adalah analisis hubungan kedekatan aktivitas produksi dan keseimbangan lini
perakitan. Hasil penelitian menunjukkan tata letak dan pola aliran bahan feronikel
saat ini berbentuk Garis Lurus, serta efisiensi keseimbangan lini perakitan sebesar
71.25%.

Kata kunci : Feronikel, Keseimbangan Lini Perakitan, Pola Aliran Bahan, Tata
Letak Produksi.

ABSTRACT
TAUFIQ HIDAYAT. Analysis of Factory Layout and Ferronickel Material Flow
Pattern in FeNi Plant 3 PT Antam Tbk Nickel Mining Business Unit Southeast
Sulawesi. Supervised by HETI MULYATI and M. SYAEFUDIN ANDRIANTO.

Nickel industry is one of the industry that potentially to increase foreign


exchange. PT Antam Tbk UBPN Southeast Sulawesi has land area about 169
194.937 m2 with 14 452.85 m2 of buildings in FeNi Plant 3. In producing nickel,
PT Antam Tbk UBPN Southeast Sulawesi requires a more optimum layout and
material flow pattern. The objective of this research was to analyzed the layout of
production and material handling in the FeNi Plant 3. The methods used in this
study were relationship analysis of production activity and Assembly Line
Balancing. The result showed that the current ferronikel flow layout and flow
pattern is shaped a Straight Line, and efficiency assembly line balancing about
71.25%.

Keywords : Assembly Line Balancing, Ferronickel, material flow pattern, layout


production.
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan izin
dan ridhoNya, maka saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Tata Letak Pabrik dan Pola Aliran Bahan PT Antam Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara di FeNi Plant 3”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Hasil dari skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, akademisi
dan PT Antam Tbk khususnya di unit bisnis pertambangan nikel Sulawesi
Tenggara. Manfaat bagi peneliti yaitu peneliti dapat menambah wawasan tentang
masalah-masalah yang dihadapi di dunia industri, terutama dalam hal tata letak
fasilitas pabrik, serta dapat mempraktekkan ilmu yang didapatkan selama kuliah
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bagi perusahaan, peneliti ini sebagai
wujud pengabdian kepada masyarakat, khususnya di bidang pendidikan dengan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian, selain
itu juga penelitian diharapkan dapat menjalin hubungan baik dengan perusahaan
tinggi dalam hal ini Institut Pertanian Bogor (IPB). Bagi institusi pendidikan,
dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian untuk
penelitian lebih lanjut.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Dr rer
pol Heti Mulyati, STP, MT dan Pak M Syaefudin Andrianto STP, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan, saran dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada Pak Dr. Alim Setiawan S, STP, MSi
selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan pertanyaan agar tulisan ini
dapat lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada PT
Antam Tbk UBPN Sulawesi Tenggara yang memudahkan untuk proses penetilian
saya, memberi ilmu terkait proses produksi feronikel. Selain itu para karyawan di
Civil Planning Deparment, Pak Drs Lutfi MSi selaku pembimbing magang, Pak
Amri ST, Pak Idham Malik ST, Pak Faisal Sabara ST. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada saudari Dian Fadhilah mahasiswi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar yang telah memberikan motivasi dan doa, sehingga karya tulis
ilmiah ini berjalan sesuai harapan penulis.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian di PT
Antam Tbk UBPN Sulawesi Tenggara.

Bogor, Maret 2018

Taufiq Hidayat
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup 2
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pabrik dan Manajemen Pabrik 3
Hal-Hal Penting dalam Menentukan Lokasi Pabrik 4
Perancangan dan Tujuan Tata Letak Fasilitas 4
Tipe-Tipe Tata Letak 6
Pola Aliran Bahan 6
Penelitian Terdahulu 8
METODE
Kerangka Penelitian 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 10
Jenis dan Sumber Data 10
Metode Pengolahan dan Analisis Data 11
Hubungan Aktivitas Proses Produksi 12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan 13
Proses Produksi Feronikel 15
Analisis Hubungan Kedekatan Aktivitas Produksi Feronikel 19
Analisis Tata Letak dan Pola Aliran Bahan Feronikel 21
Efisiensi Keseimbangan Lini Perakitan 22
Implikasi Manajerial 23
SIMPULAN DAN SARAN 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 32

DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi Hubungan Aktivitas Produksi 12


2. Indikator Hubungan Aktivitas Produksi 13
3. Diagram Proses Produksi Feronikel 15
4. Keseimbangan Lini Perakitan PT Antam UBPN Sultra FeNi Plant 3 22
DAFTAR GAMBAR

1. Pola Garis Lurus 7


2. Pola Bentuk Ular atau Zig-Zag 7
3. Pola Bentuk U 7
4. Circular 8
5. Pola Bentuk Odd Angle 8
6. Kerangka Pemikiran 10
7. Pay loader dan stockyard 16
8. Loading hopper dan belt feeder 16
9. Rotary dryer dan Electrostatic precipitator 17
10. Impeller Breaker 17
11. Shuttle conveyor 18
12. Rotary Kiln 19
13. Chute 19
14. Shot FeNi 20
15. Hubungan Kedekatan Aktifitas Produksei Feronikel 20
16. Tata Letak PT Antam Tbk UBPN Sultra 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Waktu Produksi Feronikel 29


2. Jadwal Penelitian 29
3. Lokasi Penambangan Nikel PT Antam Tbk UBPN Sultra 29
4. Luas Area dan Mesin FeNi Plant 3 30
5. Tata Letak FeNi Plant 3 Pabrik PT Antam Tbk UBPN Sultra 30
6. Efisiensi Keseimbangan Lini Perakitan 31
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia menduduki


peringkat ke-6 sebagai negara yang kaya akan sumber daya tambang. Kondisi
excellent tectonic dan geologi tersebut yang membawa Indonesia menjadi salah
satu produsen terbesar emas, tembaga, nikel, dan timah. Oleh karena itu,
Indonesia menjadi negara yang sangat menjanjikan bagi kalangan pelaku industri
pertambangan untuk berinvestasi di Indonesia (Indonesian Mining Association
2014)
Salah satu industri pertambangan yang strategis di Indonesia adalah nikel.
Sumber daya nikel Indonesia diperkirakan mencapai 2 633 juta ton ore dengan
cadangan sebesar 577 juta ton ore yang tersebar di Sulawesi, Kalimantan, Maluku
dan Papua. Komoditi nikel dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu bijih nikel,
feronikel dan nikel kasar, hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan ekspor. Selama periode tahun 2012-2014 ekspor bijih nikel mengalami
fluktuatif pada setiap negara. Ekspor bijih nikel tertinggi ke negara Tiongkok pada
tahun 2013 sebesar 58 604 651.8 ton. Adapun produksi bijih nikel Indonesia
mengalami penurunan pada periode 2012-2014, pada tahun 2013 mencapai 65 047
388 ton Ni, tahun 2014 sebesar 39 034 912 ton Ni. Sedangkan pada tahun 2015
sebesar 34 063 566, dapat dilihat pada (Badan Pusat Statistik 2015).
Salah satu perusahaan yang memproduksi nikel di Indonesia adalah PT
Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra)
yang terletak di Pomalaa. Strategi utama PT Antam adalah bergerak ke arah hilir
untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah. Produk-produk yang
dihasilkan PT Antam UBPN Sultra adalah Feronikel dan Slag. Feronikel
digunakan sebagai bahan baku untuk beragam industri seperti baterai, elektronik,
industri antariksa, dan turbin gas; sedangkan slag digunakan untuk bahan
bangunan (Antam 2016).
Antam memiliki 4 (empat) pabrik feronikel, yakni pabrik FeNi Plant I,
pabrik FeNi Plant II, pabrik FeNi Plant III, dan pabrik FeNi Plant IV. Kapasitas
terpasang keempat pabrik tersebut adalah 26 000 ton Ni dengan mengasumsikan
beban puncak 42 MW. FeNi Plant 3 masih terdapat sisa waktu produksi feronikel
sebesar 4.85 jam dalam sehari produksi feronikel (dapat dilihat pada Lampiran 1)
selain iu belum ada penelitian tentang tata letak dan pola aliran bahan, serta
efisiensi keseimbangan lini perakitan terhadap FeNi Plant 3.
Proses produksi nikel memerlukan fasilitas dengan tata letak yang
optimum, terutama untuk mengalirkan bahan. Pada saat ini, tata letak di PT
Antam Tbk UBPN masih perlu dikaji lebih mendalam untuk pergerakan bahan
dan manusia yang lebih efisisen karena dengan tata letak yang efisien dan efektif,
dapat menaikkan efisiensi produksi, pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih baik,
kegiatan pemindahan yang lebih sederhana, pemanfaatan peralatan yang lebih
baik, mengurangi kecelakaan pabrik, proses penjadwalan lebih baik, serta urutan
pekerjaan yang logis (Apple 1990).
2

Desain tata letak pada dasarnya memiliki langkah-langkah yang


dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu tahap analisis, penelitian, dan
evaluasi alternatif tata letak. Tahap analisis mencakup analisis aliran bahan baku,
analisis aktivitas, diagram hubungan aktivitas, pertimbangan keperluan ruangan,
dan ruangan yang tersedia. Tahap yang kedua adalah tahap penelitian yang
dimulai dari perencanaan diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan
alternatif tata letak. Tahap terakhir adalah proses seleksi dengan jalan
mengevaluasi alternatif tata letak yang telah dirancang (Saputra 2015).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian


ini adalah bagaimana mengelola aliran bahan dan informasi produksi feronikel di
FeNi Plant 3 PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi
Tenggara Sultra melalui tata letak yang optimum ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan di PT Antam Tbk Unit Bisnis


Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi tata letak produksi dan pola aliran bahan feronikel yang ada saat
ini.
2. Efisiensi keseimbangan lini perakitan tata letak pabrik yang ada saat ini.

Ruang Lingkup

Batasan-batasan penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan tidak


menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan penelitian. Batasan-batasan
penelitian ini adalah FeNi Plant 3 PT Antam Tbk UBPN Sulawesi Tenggara dan
proses-proses produksi feronikel di FeNi Plant 3, serta tidak merubah struktur
bangunan yang sudah ada.
3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


1. Manfaat bagi peneliti
Peneliti mendapat wawasan tambahan tentang masalah-masalah yang
dihadapi di dunia industri, terutama dalam hal tata letak dan penanganan
bahan. Peneliti dapat mempraktekkan ilmu yang didapat selama kuliah untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Manfaat bagi perusahaan
Perusahaan dapat menjalin hubungan yang baik dengan perguruan tinggi.
Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat khususnya di bidang pendidikan
dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
penelitian.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian
untuk penelitian lebih lanjut. Terjalin hubungan yang baik antara perusahaan
dan perguruan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Pabrik dan Manajemen Pabrik

Dalam industri, keberadaan pabrik merupakan kunci penentu kemampuan


daya saing perusahaan. Seluruh konsep, rencana, dan umpan balik yang diperoleh
akan ditransformasikan ke dalam pabrik. Pabrik merupakan elemen dari
perusahaan yang menerjemahkan seluruh kebutuhan manajemen agar dapat
menjawab permintaan pasar. Pabrik adalah kumpulan bahan, mesin, peralatan,
dan pekerja yang dirangkai oleh pengorganisasian kegiatan secara teratur untuk
memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pada tingkat
biaya yang wajar. Interaksi komponen-komponen dalam pabrik menyebabkan
masalah-masalah yang muncul menjadi kompleks. Konsekuensinya, para manajer
pabrik harus seorang insinyur yang bukan saja memiliki kemampuan di bidang
teknik, tetapi juga manajerial. Kemampuan keteknikan hanya bisa digunakan
untuk pengelolaan masalah-masalah yang timbul dari bahan, mesin, peralatan, dan
produk saja, sedangkan pekerja perlu dikelola dengan seni manajerial (Hadiguna
2009).
Pada kenyataannya, kompleksitas permasalahan di dalam pabrik tidak bisa
diselesaikan secara parsial dan intuitif. Pada umumnya, para manajer pabrik
sangat mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam menghadapi masalah-
masalah operasional, taktis, dan strategis. Waktu yang terbatas dan tertekan
keadaan mendorong para manajer untuk bertindak hanya mengendalikan
intuisinya. Padahal keterlibatan elemen-elemen pembentuk pabrik harus
4

dipandang sebagai sebuah sistem sehingga masalah yang muncul harus


diselesaikan dengan prinsip-prinsip berpikir sistem. Menurut Hadiguna (2009),
kemampuan keteknikan diperlukan bagi seorang manajer pabrik karena pabrik
berfungsi sebagai fasilitas yang memproduksi barang-barang yang memiliki
spesifikasi yang rinci. Bahan dan mesin yang digunakan dikelola berdasarkan
spesifikasi. Bahan harus memiliki standar sehingga perlu diperiksa sebelum
digunakan. Demikian pula dengan mesin yang berfungsi untuk memproses bahan
menjadi produk, dioperasikan berdasar prosedur pengoperasian standar. Kedua hal
ini membuktikan kepada kita betapa pentingnya kemampuan keteknikan tersebut.
Kemampuan manajerial menjadi kunci penentu bagi peningkatan kinerja para
pekerja. Pekerja di dalam sebuah pabrik baik dalam jumlah besar ataupun kecil
mendorong terbentuknya sebuah sistem sosial. Sistem sosial dibentuk melalui
aturan formal dari perusahaan dan kebiasaan-kebiasaan pekerja dalam bekerja
yang telah disepakati. Kualitas interaksi sesama pekerja akan ditentukan oleh
kemampuan kepemimpinan seorang manajer pabrik.
Pengertian manajemen pabrik, istilah rekayasa patut diketahui terlebih
dahulu. Istilah rekayasa selalu berkaitan dengan profesi para insinyur. Menurut
The Engineers’ Council for Professional Development definisi rekayasa adalah
“The creative application of scientific principles to design or develop structures,
machines, apparatus, or manufacturing processes, or work utilizing them singly
or in combination; or to construct or operate the same with full cognizance of
their design; or to forecast their behavior under specific operating conditions; all
as respects an intended function, economics of opertion and safety to life and
propety” Jadi, rekayasa akan berhubungan dengan desain, analisis, dan/atau
konstruksi kerja-kerja praktis. Cara kerja yang dilakukan para rekayasawan adalah
proses kreatif. Proses rekayasa di dalam pabrik merupakan interaksi antara
elemen-elemen teknik dan elemen-elemen sosial. Proses rekayasa akan
berlangsung terus-menerus seiring dengan aktivitas bisnis sebuah perusahaan
manufaktur. Agar proses rekayasa ini mampu memberikan nilai tambah yang
nyata, maka diperlukan sebuah sistem manajemen pabrik yang handal (Hadiguna
2009).

Hal-hal Penting dalam Menentukan Lokasi Pabrik

Menurut Prawirosentono (2007), secara umum penentuan lokasi


perusahaan bisnis berdasarkan dua pendekatan, yakni pendekatan berdasarkan
kedekatan dengan sumber bahan baku, dan pendekatan berdasarkan kedekatan
dengan daerah pemasaran, namun terdapat beberapa hal penting lain yang harus
dipertimbangkan, yakni :
1. Sarana transportasi
2. Sarana komunikasi
3. Tersedianya air bersih yang cukup
5

4. Tersedianya tenaga listrik yang cukup


5. Sikap budaya masyarakat setempat dan tenaga kerja
6. Iklim, kelembapan, dan curah hujan
7. Peraturan pemerintah setempat
8. Termasuk birokrasi yang terdapat di daerah atau negara tertentu. Termasuk
peraturan lingkungan hidup
9. Stabilitas politik dan ekonomi moneter.

Perencanaan dan Tujuan Tata Letak Fasilitas

Menurut Herjanto (2006), perencanaan fasilitas merupakan suatu kegiatan


yang dilakukan sebelum perusahaan beroperasi, dan juga dilakukan setelah
perusahaan beroperasi. Perencanaan fasilitas mempunyai subyek yang luas dan
dapat diterapka dalam berbagai bidang, misalnya untuk perencanaan suatu produk
baru, relokasi perkantoran, penambahan bagian pada suatu rumah sakit, atau
perluasan ruang tunggu di suatu pelabuhan udara. Perencanaan fasilitas
menentukan bagaimana suatu aset tetap perusahaan digunakan secara baik untuk
menunjang tujuan perusahaan.
Secara garis besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk menentukan
bagaimana aktivitas-aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi dapat diatur
sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok
produksi secara efektif dan efisien. Menurut (Apple 1990) terdapat tujuan
perencanaan tata letak pabrik yaitu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
antara lain :
a. Memudahkan proses manufaktur
Penyusunan mesin, peralatan, dan ruang kerja yang baik menghasilkan
kemudahan proses produksi.
b. Meminimumkan pemindahan barang.
c. Pengaruh jarak terhadap materia handling akan mempengaruhi biaya yang
dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan
berdampak pada pengurangan waktu produksi.
d. Menjaga fleksibilitas (keluwesan)
Ada kalanya suatu pabrik menuntut adanya perubahan tata letak akibat adanya
perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas). Keadaan ini menuntut adanya
fleksibilitas dalam melakukan proses produksi.
e. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi
Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan
barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi
jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnyabiaya produksi.
f. Menurunkan cost of capital
Suatu penggunaan fasilitas produksi yang tepat akan mengurangi biaya
pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya duplikasi
peralatan.
g. Menghemat pemakaian ruang
6

Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan mengefisiensi
ruangan yang dipakai.
h. Memudahkan pengawasan
Dengan tata letak yang baik akan memudahkan dalam hal pengawasan
terhadap aktivitas produksi yang dilakukan.
i. Meningkatkan keamanan bagi produk maupun karyawan
Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja maupun kerusakan barang.

Tipe-Tipe Tata Letak

Keputusan mengenai tata letak meliputi penempatan mesin pada tempat


terbaik (dalam pengaturan produksi), kantor dan meja (pada pengaturan kantor)
atau pusat pelayanan (dalam pengaturan rumah sakit). Sebuah tata letak yang
efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di dalam dan
antar-wilayah. Menurut Heizer dan Render (2005), tipe-tipe tata letak terdiri atas 6
(enam) diantaranya :
1. Tata letak dengan posisi tetap, yaitu tata letak yang memenuhi persyaratan
untuk proyek yang besar dan memakan tempet, seperti proses pembuatan kapal
laut dan gedung.
2. Tata letak yang berorientasi pada proses, yaitu tata letak yang berhubungan
dengan produksi yang memiliki volume rendah, dan bervariasi tinggi, atau
disebut juga dengan “job shop” atau produksi terputus.
3. Tata letak kantor, yaitu tata letak yang menempatkan para pekerja, peralatan
pekerja, dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.
4. Tata letak ritel, yaitu tata letak yang menempatkan rak-rak dan memberikan
tanggapan atas perilaku pelanggan.
5. Tata letak gedung, yaitu tata letak yang memiliki kelebihan dan kekurangan
antara ruangan dan sistem penanganan bahan.
6. Tata letak yang berorientasi pada produk, yaitu tata letak yang memiliki
utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu
atau berulang. Memiliki produk yang terstandarisasi dan bervolume tinggi.
Mempermudah proses pelatihan dan pengawasan.

Pola Aliran Bahan

Menurut Apple (1990), perusahaan yang memiliki produktivitas yang


sangat baik ditunjang oleh aliran bahan yang efisien. Pola aliran perlu dirancang
karena mengurangi persediaan dalam proses produksi, pemanfaatan tenaga kerja
7

yang efisien, dasar bagi tata letak yang efisien, sertta pengendalian produk yang
lebih sederhana. Terdapat berbagai alternatif aliran bahan, diantaranya sebagai
berikut :
a. Garis Lurus. Pola aliran garis lurus dapat digunakan untuk proses produksi
yang pendek, relatif sederhana, dan hanya mengandung sedikit komponen atau
beberapa peralatan produksi. Pola dapat dilihat pada Gambar 1.

1 2 3 4 5 6
Gambar 1 Pola Garis Lurus (Apple 1990)
b. Bentuk Ular atau zig-zag. Pola aliran berbentuk ular atau zig-zag ini dapat
diterapkan jika lintasan lebih panjang jika dibandingkan dengan ruangan yang
tersedia, karena untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam
bangunan dengan luas, bentuk, dan ukuran yang ekonomis. Pola dapat dilihat
pada Gambar 2.

1 4 5

2 3 6

Gambar 2 Pola Bentuk Ular atau Zig-Zag (Apple 1990)

Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah panjangnya garis
aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala
keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
c. Bentuk U. Pola aliran berbentuk U akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa
akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal
proses produksinya, karena keadaan fasilitas transportasi (luar pabrik),
pemakaian mesin bersamaan. Pola aliran dapat dilihat pada Gambar 3.

1 2 3

6 5 4

Gambar 3 Pola bentuk U (Apple 1990)

d. Bentuk Melingkar. Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran dapat diterapkan


jika diharapkan barang atau produk kembali ke tempat yang tepat pada saat
memulai produksi, seperti pada bak cetakan penuangan, penerimaan dan
pengiriman terletak pada satu tempat yang sama, digunakan mesin dengan
rangkaian yang sama untuk kedua kalinya. Pola aliran dapat dilihat pada
Gambar 4.
8

3
2 4

1 5

6
Gambar 4 Circular (Apple 1990)

e. Bentuk Sudut Ganjil. Pola aliran berbentuk sudut ganjil sangat sering ditemui
jika tujuan utamanya untuk memperpendek lintasan aliran antar kelompok dari
wilayah yang berdekatan, jika pemindahannya mekanis, jika memiliki
keterbatasan ruangan yang tidak memungkinakn penggunaan pola ini, dan
lokasi permanen dari fasilitas yang ada menuntut penggunaan pola aliran ini.
Pola dapat dilihat pada Gambar 5.

1 3

4 6

Gambar 5 Pola bentuk Odd Angle (Apple 1990)

Penelitian Terdahulu

Wibawanto (2012) meneliti tata letak produksi pestisida dengan metode


Computerized Relationship Layout Planning (Corelap) untuk meminimasi
penanganan bahan (Studi Kasus: PT. Petrokimia Kayaku Gresik). Total hasil
perhitungan jarak tata letak penanganan bahan yang sudah adalah sebesar 219.5
meter. Sedangkan jarak tata letak yang diusulkan dengan menggunakan metode
Algoritma CORELAP diperoleh total hasil perhitungan jarak penanganan bahan
sebesar 165.2 meter. Efisiensi jarak penanganan bahan dari tata letak usulan
adalah 24.74% untuk jarak aliran bahan dari tata letak existing.
San (2000) membuat usulan tata letak dengan menggunakan metode
Corelap. Hasil perhitungan momen total dari tiap model layout adalah
9

perbandingan momen total layout momen total awal 949 459 sedangkan dengan
metode Corelap 775 494.8. Berdasarkan momen total dari masing-masing layout
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa layout dari corelap memberikan momen
total yang lebih kecil.
Ramadhan S (2012) meneliti tentang penerapan konsep penyeimbangan lini
(line balancing) pada sistem produksi percetakan Hrian Tribun Timur di
Makassar. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya peningkatan efisiensi
keseimbangan lini perakitan produksi percetakan tersebut sebesar 72% (stasiun
kerja berjumlah 5 stasiun) serta meningkat sebesar 90% (stasiun kerja berjumlah 4
stasiun). Mengalami peningkatan efisiensi lini perakitan sekitar 18%.
Henry E (2011) meneliti tentang peningkatan kapasitas produksi pada line
assembling transmisi PT X dengan metode Line Balancing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode Line Balancing ini menghasilkan rancangan
keseimbangan lintasan terbaik, dengan efisiensi lintasan sebesar 96.75%, balance
delay 3.25%, smoothing index 9.25%, dan stasiun kerja berjumlah 14 stasiun.

METODE

Kerangka Penelitian

Nikel merupakan industri yang berpotensi dalam melakukan pengelolaan


yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Salah satu hal terpenting bagi
perusahaan dalam mengembangkan pengelolaan tersebut adalah tata letak dan
aliran bahan yang optimum. PT Antam Tbk UBPN merupakan perusahaan
industri yang berfokus dalam menghasilkan Nikel. PT Antam UBPN Tbk selalu
berupaya menjalankan kegiatan produksi nikel yang produktif dan efektif untuk
memajukan target perusahaan.
PT Antam Tbk UBPN Sultra memproduksi Feronikel dan Slag yang akan
diekspor ke luar negeri. Limbah dari hasil produksi akan dijadikan bahan
bangunan dalam permbuatan perumahan dan infrastuktur lainnya. PT Antam Tbk
UBPN Sultra memerlukan penataan letak yang dapat meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perusahaan, karena dengan efisiensi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Pengolahan data perancangan tata letak
di PT Antam Tbk UBPN Sultra di FeNi plant 3 digunakan untuk mengelolah data
penelitian.
Data yang diolah didapatkan dari wawancara dengan pembina lapang di PT
Antam Tbk UBPN Sultra. Hal yang diwawancarai meliputi keadaan tata letak dan
pola aliran bahan yang ada saat ini, proses produksi feronikel yang ada di FeNi
Plant 3, hubungan kedekatan tiap antar aktivitas proses produksi feronikel.
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 6.
10

Pengenalan dan observasi tata letak di Civil


Planning Departement

FeNi Plant 3 : Feronikel

Terdapat waktu sisa dalam memproduksi feronikel

Analisis tata letak dan pola Keseimbangan lini perakitan tata


aliran bahan Feronikel letak perusahaan

Efisiensi keseimbangan lini


perakitan tata letak perusahaan

Implikasi Manajerial

Gambar 6 Kerangka Pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel


(UBPN) Sulawesi Tenggara, Kelurahan Pomalaa, Kecamatan Pomalaa,
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. 93562. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 15 Januari – 15 Maret 2017. Jadwal penelitian secara rinci disajikan
pada Lampiran 2.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Daata primer
yaitu data yang berasal dari sumber pertama melalui atau sumber aslinya.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan diperoleh dari data
pimer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya. Data primer dalam penelitian
11

ini adalah data yang didapatkan dari survei lapang dan wawancara mendalam.
Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan studi literatur.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat obyek penelitian di luar area pabrik
tersebut.
Observasi dilakukan di PT Antam Tbk UBPN Sultra satuan kerja Civil
Planning Departement. pengamatan tersebut untuk mengetahui keadaan tata
letak dan penanganan bahan perusahaan.
2. Studi Literatur
Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data-data yang diperoleh
dari buku-buku dan e-jurnal yang ada kaitannya dengan obyek yang dipelajari.
3. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan seputar hasil penelitian tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada
pembimbing lapang dari pihak perusahaan, dalam hal ini karyawan Civil
Planning Department, serta yang berwenang memberi pendapat terkait
pertanyaan peneliti seperti Pak Amri selaku Spesialist Engineering Proseccing.
Pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara meliputi : Bagaimana proses
produksi PT Antam Tbk UBPN Sultra di FeNi Plant 3 ? Ada berapakah proses
produksi feronikel di FeNi Plant 3 ? Produk-produk apa sajakah yang
dihasilkan oleh PT Antam Tbk UBPN Sultra ? Berapa waktu yang dibutuhkan
pada tiap-tiap aktivitas produksi feronikel ?
4. Data-data penunjang lainnya, seperti diagram proses produksi Feronikel, luas
area dan ukuran mesin, waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi
Feronikel, tata letak dan pola aliran bahan menggunakan Software Autocad,
serta hubungan kedekatan antar tiap aktivitas produksi (ARC), serta
menghitung efisiensi keseimbangan lini perakitan dengan Software POM for
Windows.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data menggunakan metode Penyeimbangan


Lini Perakitan. Metode Penyeimbangan Lini Perakitan merupakan metode yang
digunakan untuk meminimalkan ketidakseimbangan antara mesin atau karyawan
dan memenuhi output yang dibutuhkan. Menurut Heizer, et.al (2005) langkah-
langkah dalam menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung unit yang dibutuhkan perhari (tingkat permintaan atau tingkat
produksi) dan dibagi menjadi waktu produksi yang tersedia per hari. Operasi
ini disebut juga waktu siklus (cycle time), yaitu waktu maksimal di mana
produk dapat tersedia pada stasiun kerja jika tingkat produksi tercapai:
...............................(1)
dimana, x = waktu siklus
y = waktu produksi yang tersedia per hari
12

z = unit yang diproduksi per hari


2. Menghitung jumlah stasiun kerja minimal. Jumlah ini merupakan waktu
pengerjaan tugas total (waktu yang dibutuhkan untuk membuat produk) dibagi
dengan waktu siklus. Pecahan dibulatkan pada nilai bulat terdekat yang lebih
besar :
∑ pengerjaan tugas i
Jumlah stasiun kerja minimum = ........(2)
Waktu siklus
di mana, n = jumlah tugas perakitan
3. Efisiensi keseimbangan lini perakitan. Efisiensi keseimbangan perakitan lini
dapat dihitung dengan membagi waktu tugas total dengan jumlah stasiun kerja
yang dibutuhkan dikalikan dengan waktu siklus :
∑Waktu pengerjaan tugas
Efisiensi = .........(3)
(jumlah stasiun kerja aktual) x (waktu siklus)

Hubungan Aktivitas Proses Produksi

Menurut Faishol, et.al (2013), dalam perancangan tata letak analisis


hubungan aktivitas diperlukan untuk menentukan derajat kedekatan hubungan
antar departemen dipandang dari dua aspek yaitu kualitatif dan kuantitatif. Aspek
kualitatif akan lebih dominan dalam menganalisis derajat hubungan aktivitas dan
biasanya ditunjukkan oleh pera hubungan aktivitas, sedangkan untuk aspek
kuantitatif lebih dominan pada analisis aliran material, sehingga dalam membantu
menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada suatu departemen, telah
ditetapkan suatu pengelompokan derajat hubungan, yang diikuti dengan tanda
bagi setiap derajat tersebut. Berbagai hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.

Tabel 1 Klasifikasi Hubungan Aktivitas Produksi


Nilai Warna Hubungan Kedekatan Skor
A (Absolute) Merah Mutlak perlu berdekatan 6
E (Especially) Kuning Sangat penting berdekatan 5
I (Important) Hijau Penting berdekatan 4
O (Ordinary) Biru Cukup penting berdekatan 3
U (Unimportant) Putih Tidak penting berdekatan 2
X (Undesirable) Cokelat Tidak dikehendaki berdekatan 1
Sumber : Lugito (2014)

Tabel 1 merupakan tabel dimana klasifikasi score dari masing masing


hubungan kedekatan, dimana A (absolute) diestimasikan bernilai 6, E (Especially)
13

bernilai 5 dan seterusnya, sehingga X (Undesirable) bernilai 1. Nilai atau simbol


tersebut digunakan untuk membantu menentukan kedekatan antar tiap aktivitas
produksi perusahaan.

Tabel 2 Indikator Hubungan Aktivitas Produksi

Nomor Indikator
1 Urutan aliran kerja
2 Derajat hubungan kepegawaian
3 Kemudahan pengawasan
4 Perpindahan alat atau karyawan
5 Alat informasi dan komunikasi yang sama
6 Karyawan yang sama
7 Bising, debu bau tidak sedap
Sumber : Wahyudi (2010)
Tabel 2 menunjukkan indikator yang digunakan untuk menentukan
hubungan kedekatan antar tiap aktivitas produksi feronikel PT Antam Tbk UBPN
Sultra, sehingga dapat dengan mudah menggambarkan dan menentukan simbol
atau nilai kedekatan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum PT Antam Tbk UBPN Sultra

Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara (UBPN Sultra)


merupakan salah satu dari empat unit bisnis utama yang dimiliki PT Antam Tbk
UBPN Sultra terletak di Kecamatan Pomalaa yang secara administrasi berada di
Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Tenggara. Secara geografis, kecamatan
Pomalaa terletak diantara 4⁰10’00” hingga 4⁰27’25″ LS dan 121⁰31’30″ hingga
121⁰39’03″ BT. Lokasi UBPN Sultra dapat dicapai dengan menggunakan
transportasi udara dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar ke Bandara Sangia
Nibandera, Kecamatan Tanggetada Kolaka. Kemudian dilanjutkan dengan
perjalanan darat dari Kecamatan Tanggetada ke Kecamatan Pomalaa. Total waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi UBPN Sultra sekitar 2 jam dengan
rincian satu jam untuk perjalanan udara dan satu jam untuk perjalanan darat.
Produk dari UBPN Sultra terdiri atas bijih nikel dan feronikel. Bijih nikel
yang diekspor memiliki kadar nikel antara 1.0% hingga diatas 2.0%. Bijih nikel
tersebut diperoleh dari tiga lokasi penambangan nikel di Pomalaa dan satu dari
daerah Buli, Maluku Utara. Selain mengoperasikan tiga lokasi penambangan,
UBPN Sulawesi Tenggara juga mengoperasikan tiga pabrik pengolahan feronikel.
Dari ketiga pabrik ini akan dihasilkan komoditas feronikel dalam bentuk shot
yang memiliki kadar sekitar 20% (Sabara 2016)
14

Berdasarkan data dari kabupaten Kolaka, UBPN Sulawesi Tenggara


memiliki luas daerah kuasa penambangan sebesar 8 314 Ha. Daerah tersebut
dibagi menjadi tiga wilayah penambangan nikel yaitu :
1. Wilayah Utara
Wilayah penambangan sekitar bukit-bukit Pomalaa sebelah utara. Batas wilayah
utara yaitu sungai Huko-Huko dan batas selatannya Sungai Komoro.
2. Wilayah Tengah
Termasuk di dalamnya daerah Tambea, Latumbi, dan daerah sekitar Komoro.
Batas utara adalah daerah tengah sungai Komoro dan batas selatannya sungai
Sapura.
3. Wilayah Selatan
Meliputi gugusan bukit-bukit di bagian utara Sungai Oko-Oko, Tanjung Batu
Kilat, Kayu Angin, Tanjung Pakarena, dan Tanjung Leppe. Batas utara adalah
Sungai Sapuran dan batas selatannya sungai Huko-Huko (dapat dilihat pada
Lampiran 3)
PT Antam Tbk. UBPN Sultra memiliki empat plant yang mengolah bijih
nikel menjadi ferronikel. Ketiga plant tersebut biasa disebut FeNi Plant 1, FeNi
Plant 2, FeNi Plant 3, dan FeNi Plant 4. Selain plant pengolahan feronikel, PT
Antam Tbk UBPN Sultra memiliki plant pemisahan udara dan pengolahan air. Di
dalam area pabrik juga tersedia kantor yang digunakan untuk karyawan di bidang
enginering. Sedangkan kantor pusat PT Antam Tbk UBPN Sultra terletak di luar
area pabrik dan berjarak 500 m dari lokasi pabrik (Nugraha 2017).
Visi Perusahaan
“Menjadi korporasi global berbasis pertambangan dengan pertumbuhan sehat dan
standar kelas dunia”. Adapun misi perusahaan :
1. Membangun dan menerapkan praktik-praktik terbaik kelas dunia untuk
menjadikan Antam sebagai pemain global.
2. Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan teknologi tepat
guna dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan
hidup.
3. Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif.
4. Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis berbasis
pertambangan, diversifikasi dan integrasi selektif untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham.
5. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pergawai serta mengembangkan
budaya organisasi berkinerja tinggi
6. Berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar
wilayah operasi, khususnya pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.
15

Proses Produksi Feronikel

Pengolahan feronikel di UBPN Sultra berlangsung melalui beberapa


tahapan. Tabel 3 menunjukkan diagram proses produksi feronikel FeNi Plant 3.
Aktivitas Storage diberi simbol segitiga, artinya bahwa Aktivitas Storage
merupakan aktivitas yang berfungsi sebagai penyimpanan bahan baku produksi
tersebut. Aktivitas Storage ke Aktivitas Ore Preparation menggunakan simbol
arah, artinya bahwa setelah melalui Aktivitas Storage, kemudian bahan baku
menggunakan alat transportasi truk pengangkut tanah yang mengandung nikel.
Aktivitas Ore Preparation, Ore Bin, Kiln, Smelting, hingga Aktivitas Refinery
menggunakan simbol lingkaran, artinya bahwa semua Aktivitas proses-proses
tersebut masuk pada tahapan memproduksi feronikel tersebut.

Tabel 3 Diagram Proses Produksi Feronikel


Waktu
Jarak (m) (dalam Simbol Diagram Keterangan Proses
jam)
1.5 Storage (I)
65.5 1 Ore Preparation (II)
97 0.5 Ore Bin (III)
69.8 2.4 Kiln (IV)
26.4 2.4 Smelting (V)
26.6 0.75 Refinery (VI)

285.3 Total
Sumber : data diolah 2017

Aktivitas-aktivitas dalam memproduksi feronikel di FeNi Plant 3 PT Antam


Tbk UBPN Sultra sebagai berikut :
A. Storage
Departemen penyimpanan awal dimana terdapat tumpukan tanah yang
masih dalam bentuk mentahan yang merupakan asal mula terbentuknya bijih
nikel, dikumpulkan dalam suatu tempat yang dinamakan open storage
B. Proses Pra-Olahan (Ore Preparation)
Tahap praolahan merupakan tahap mengolah bijih yang baru ditambang
menjadi bijih yang sesuai dengan spesifikasi mesin masing-masing untuk
dilakukan proses peleburan. Spesifikasi yang dimaksud tersebut antara lain
ukuran, kadar mineral dalam bijih, LOI (lost on ignition = air kristal, gas-gas dan
zat-zat lainnya). Hal ini dapat berpengaruh pada transportasi bijih sehingga bijih
mudah menempel lalu melekat pada alat charging yang akan semakin tebal
seiring bertambahnya waktu sehinggaakan mengganggu kelancaran pekerjaan.
Tahap praolahan ini terdiri dari ore blending dan ore handling.
16
18
20
21

Pada dasarnya mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi feronikel


di FeNi Plant 3 PT Antam Tbk UBPN Sultra memiliki ukuran yang sangat besar,
sehingga sulit untuk dipindahkan dan ditukarkan. Gambar 15 menunjukkan
aktivitas atau proses Storage dan aktivitas Ore Preparation memiliki hubungan
kedekatan dengan simbol A dan skor 6, artinya bahwa kedua aktivitas tersebut
mutlak untuk didekatan dan dengan indikator urutan aliran kerja. Aktivitas Ore
Preparation dan Ore Bin, serta aktivias Ore Bin dan Kiln juga memiliki hubungan
kedekatan dengan simbol A dan skor 6, artinya masing masing kedekatan tersebut
mutlak untuk didekatkan, dengan indikator urutan aliran kerjanya. Aktivitas Kiln
dan Smelting, serta aktivitas Smelting dan Refinery memiliki hubungan kedekatan
dengan simbol E dan skor 5, artinya bahwa kedua aktivitas tersebut penting untuk
didekatkan, dengan indikator urutan aliran kerja dan indikator perpindahan alat.
Aktivitas Storage dan Ore Bin, Ore Preparation dan Kiln, serta aktivitas
Kiln dan Refinery memiliki hubungan kedekatan dengan simbol I dan skor 4,
artinya bahwa aktivitas-aktivitas tersebut penting berdekatan, dengan indikator
perpindahan alat atau karyawan, kemudahan pengawasan. Aktivitas Storage dan
Kiln, Ore Preparation dan Smelting, serta aktivitas Ore Bin dan Smelting
memiliki hubungan kedekatan dengan simbol O dan skor 3, artinya bahwa
aktivitas–aktivitas tersebut cukup penting berdekatan, dengan indikator urutan
aliran kerja, perpindahan alat, serta posisi dari mesin-mesin tiap aktivitas yang
tidak memungkinkan untuk diubah.
Aktivitas Storage dan Smelting, Ore Preparation dan Refinery, serta
Aktivitas Ore Bin dan Refinery memiliki hubungan kedekatan dengan simbol U
dan skor 2, artinya bahwa aktivitas-aktivitas tersebut tidak penting berdekatan,
dengan indikator urutan aliran kerja, tidak memudahkan pengawasan, perpindahan
alat yang sulit dilakukan, serta posisi mesin-mesin tiap aktivitas yang tidak
memungkinkan untuk diubah. Aktivitas Storage dan Refinery memiliki hubungan
kedekatan dengan simbol X dan skor 1, artinya bahwa kedua akivitas tersebut
tidak dikehendaki untuk berdekatan, hal ini berdasarkan indikator urutan aliran
kerja yang berjauhan, mengalami kesulitan pengawasan, perpindahan alat atau
karyawan yang sulit.

Analisis Tata Letak dan Pola Aliran Bahan Feronikel

Analisis aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk


setiap gerakan perpindahan material di antara aktivitas-aktivitas operasional. Pola
aliran ini menggambarkan material masuk sampai pada produk jadi. PT Antam
UBPN Sulawesi Tenggara ini menggunakan pola aliran bentuk garis lurus (pada
Gambar 16).

Ore Ore Bin Kiln Smelting Refinery


Preparation

Storage

Gambar 16 Tata Letak PT Antam Tbk UBPN Sultra FeNi Plant 3


Sumber : data diolah (2017)
22

PT Antam Tbk UBPN Sultra cenderung memiliki pola aliran bahan


berbentuk garis lurus. Hal ini dapat dilihat jelas dengan menggunakan perangkat
lunak POM for windows 5 (pada Lampiran 5). Pola aliran bahan yang berbentuk
garis lurus dapat digunakan pada perusahaan berbasis produk. PT Antam Tbk
UBPN Sultra memiliki ciri dan karakteristik perusahaan berbasis produk, seperti
memiliki mesin yang paling baik, produksi yang kontinu, serta memiliki produk
bervolume tinggi.

Efisiensi Keseimbangan Lini Perakitan

Efisiensi Keseimbangan Lini Perakitan tata letak PT Antam Tbk UBPN


Sultra terdiri atas waktu siklus produksi feronikel, jumlah stasiun kerja minimum,
dan efisiensi keseimbangan lini perakitan, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Keseimbangan Lini Perakitan PT Antam UBPN Sultra FeNi Plant 3


Stasiun Aktivitas Waktu (jam) Waktu Sisa (jam)
1 Storage 1.5 0.9
2 Ore Preparation 1 1.4
Ore Bin 0.5 0.9
3 Kiln 2.4* 0
4 Smelting 2.4* 0
5 Refinery 0.75 1.65
Ringkasan statistik
Waktu siklus 2.4 jam
Stasiun minimal 4
Stasiun aktual 5
Alokasi waktu 12 jam/siklus
Waktu yang dibutuhkan 8.55 jam/unit
Waktu luang 3.45 jam/siklus
Efisiensi 71.25%
Keseimbangan
28.75%
penundaan
*) estimasi
Sumber : data diolah (2017)

Tabel 4 menunjukan hasil dari perhitungan pengerjaan tiap proses produksi


dengan waktu siklus sebesar 2.4 jam/ton yang didapatkan dari hasil pembagian 24
jam waktu produksi yang tersedia per hari dibagi dengan 10 ton unit produksi
perhari. Produksi 10 ton per hari didapatkan dari estimasi total produksi tahunan
sebesar 14.600 ton, yang dibagi 365 hari kemudian dibagi menjadi 4 FeNi Plant
23

tersebut. FeNi Plant 3 memiliki enam stasiun kerja, hal ini dapat dilihat dari
stasiun kerja pertama, yaitu Storage. Storage menghabiskan waktu 1.5 jam
pengerjaan dan memiliki 0.9 jam waktu kosong dari waktu siklusnya. Stasiun
kerja kedua, yaitu Ore Preparation dan Ore Bin. Ore Preparation menghabiskan
waktu 1 jam pengerjaan dan memiliki 1.4 waktu kosong, serta Ore Bin
menghabiskan 0.5 jam pengerjaan dan memiliki 0.9 waktu kosong. Stasiun kerja
ketiga, yaitu Kiln menghabiskan 2.4 jam pengerjaan dan tidak memiliki waktu
kosong dari waktu siklusnya. Stasiun kerja keempat, yaitu Smelting
menghabiskan 2.4 jam pengerjaan serta tidak memiliki waktu kosong dari waktu
siklusnya. Stasiun kerja kelima, yaitu Refinery menghabiskan 0.75 jam
pengerjaan dan memiliki 1.65 waktu kosong. Perusahaan dalam memproduksi
feronikel membutuhkan 8.55 jam dan memiliki 3.45 jam waktu yang terbuang
dalam satu hari produksi, serta memiliki efisiensi keseimbangan lini perakitan
sebesar 71.25%, artinya bahwa dalam memproduksi 10 ton per hari dengan waktu
pengerjaan produksi feronikel sebanyak 8.55 jam, mampu memaksimalkan
efisiensi keseimbangan lini perakitan sebesar 71.25% terhadap tata letak di FeNi
Plant 3 (dapat dilihat pada Lampiran 6). Perusahaan dalam mengoptimalkan
waktu sisa hasil produksi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah
produksi feronikel harian, sehingga waktu siklus menurun dan menyebabkan
waktu sisa produksi dapa berkurang. Selain itu, perusahaan juga dapat
memaksimalkan pemakaian mesin produksi, sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk memproduksi feronikel meningkat pada masing-masing aktivitas produksi,
sehingga waktu sisa pengerjaaan produksi feronikel dapat menurun.

Implikasi Manajerial

Penelitian ini menganalisis tentang tata letak pabrik dan pola aliran bahan di
FeNi Plant 3 PT Antam Tbk UBPN Sultra, menghitung efisiensi keseimbangan
lini perakitan pada tata letak pabrik yang sudah ada. Mengefisiensikan waktu
produksi sangat penting bagi perusahaan untuk memperoleh keberhasilan dalam
mencapai target perusahaa. Salah satu cara perusahaan dalam mengefisiensikan
waktu adalah dengan tata letak serta keseimbangan lini perakitan yang optimum.
Implikasi manajerial terhadap tata letak dan pola aliran bahan feronikel,
serta efisiensi keseimbangan lini perakitan untuk perusahaan dilakukan
menggunakan pendekatan POAC, yaitu Planning, Organizing, Action, dan
Controlling. Berikut implikasi manajerial berdasarkan pendekatan tersebut :
1. Planning
PT Antam Tbk memiliki satuan kerja yang saling mendukung satu sama lain
untuk memproduksi feronikel, mengefisiensikan keseimbangan lini perakitan
untuk memproduksi feronikel, serta mengoptimalkan tata letak dan pola aliran
bahan yang sudah ada, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan
dan mencapai target yang diberikan oleh direksi perusahaan. Perencanaan tersebut
dapat dilakukan dengan cara mengkolaborasikan dan mengkoordinasikan satuan
kerja Civil Planning Departement dengan Processing and Engineering
Departement yang berkaitan dengan produksi dan tata letak pabrik tersebut.
24

2. Organizing
Pengorganisasian dapat dilakukan perusahaan dengan mengevaluasi Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkompetensi untuk ditempatkan sesuai bidang kerja
masing-masing, Evaluasi SDM tersebut dilakukan dengan cara membuat
Penempatan SDM yang tepat akan meningkatkan kinerja perusahaan, serta
meningkatkan keuntungan serta efektifitas perusahaan.
3. Action
Pelaksanaan efisiensi keseimbangan lini perakitan, serta mengoptimalkan tata
letak dan pola aliran bahan tersebut dapat dilakukan dengan baik jika masing-
masing karyawan perusahaan berperan aktif dalam melakukan pengarahan dari
masing-masing pimpinan tiap satuan kerja tersebut. Peningkatan kesadaran
karyawan dilakukan dengan cara memberikan pelatihan yang berkaitan dengan
tata letak,, workshop, dan insentif, sehingga karyawan dapat meningkatkan
produktifitas kerja.
4. Controlling
Perusahaan dapat melakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan, mesin yang
digunakan untuk memproduksi feronikel, serta ketersediaan bahan baku feronikel.
Pengawasan tersebut dilakukan bertahap dan konsisten, agar dapat diketahui
sampai dimana produktifitas karyawan, umur mesin, serta seberapa banyak
ketersediaan bahan baku tersebut. Satuan kerja Civil Planning Department
melakukan pengawasan dan pelaporan progres kerja pada saat rapat kerja harian
yang dipimpin langsung oleh Manajer Civil Planning Deparment. Hal ini dapat
menjadi contoh untuk satuan kerja lainnya untuk menerapkan pengawasan dan
pelaporan progres tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

PT Antam Tbk UBPN Sultra sudah merancang tata letak dan pola aliran
bahan feronikel dengan baik, hal itu terbukti dari dilihat dari tata letak yang
berbasis produksi serta pola aliran yang berbentuk garis lurus, di mana FeNi Plant
3 memiliki volume produksi yang tinggi dan menggunakan peralatan dan mesin
khusus.
Feni Plant 3 memiliki lima stasiun kerja aktual dengan memberikan
kesetaraan waktu produksi feronikel. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 8.55 jam
waktu pengerjaan dengan 3.45 jam waktu yang terbuang, serta memiliki 71.25%
efisiensi keseimbangan lini perakitan.
25

Saran

PT Antam Tbk UBPN Sultra perlu mempertahankan tata letak yang sudah
ada. Perlu adanya penelitian lanjutan yang dilakukan di PT Antam Tbk UBPN
Sultra di FeNi Plant 1, FeNi Plant 2, atapun FeNi Plant 4 agar dapat
membandingkan pabrik mana yang lebih produktif dan efisien dalam
memproduksi feronikel.
Perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor dalam efisiensi
keseimbangan lini perakitan seperti faktor produksi, waktu kosong dalam
memproduksi feronikel, serta ketersediaan bahan baku. Perusahaan pun perlu
melakukan penetilian lanjutan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor lain
dalam memproduksi feronikel, seperti pemasaran, sumberdaya manusia, serta
karakteristik budaya kerja perusahaan PT Antam Tbkl UBPN Sultra.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah A. 2015. Perancanaan Tata Letak Fasilitas Pabrik Menggunakan


Metode Corelap PT Refi Chemical Industry [skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Antam. 2016. Pengolahan Feronikel [internet]. [diunduh pada tahun 2017].
Tersedia pada:
http//www.antam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=30&
Itemid=36&lang=id
Apple JM. 1990. Plant Layout and Material Handling. Terjemahan Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Ayu IP. 2013. Corelap [internet]. [diacu pada tanggal 17 Januari 2017]
http://igawd.blogspot.co.id/2013/05/corelap.html.
Budijono AP. Penyusunan Tata Letak Stasiun Kerja Restoran “X” Menggunakan
Metode Algoritma Corelap [internet]. [diacu pada tanggal 16 Januari 2017].
http://mmt.its.ac.id/publikasi/?p=828.
Faishol M, Hastuti S, Ulya M. 2013. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas
Produksi Pabrik Tahu Srikandi Junok Bangkalan, Vol. 7, No. 2. Madura
(ID) : Universitas Trunojoyo Madura.
Hadiguna RA. 2009. Manajemen Pabrik Pendekatan Sistem untuk Efisien dan
Efektivitas. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Heizer J, dan Render B. 2005. Operations Management Manajemen Operasi.
Terjemahan. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Hendry E. 2011. Peningkatan Kapasitas Produksi pada Line Assembling
Transmisi PT X dengan Metode Line Balancing. Depok (ID): Universitas
Indonesia.
Herjanto E. 2006. Manajemen Operasi. Jakara (ID): PT Grasindo.
IndonesianMiningAssociation. 2014. Potensi dan Tantangan Pertambangan
Indonesia [internet]. [diunduh pada tanggal 28 Februari 2018]. Tersedia
26

pada: https://www.ima-
api.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1937:potensi-
dan-tantangan-pertambangan-di-indonesia&catid=47:media-
news&Itemid=98&lang=id.
Lugito AW, Oktiarso T. 2014. Perancangan Tata Letak yang Optimal
Menggunakan Algoritma Corelap dan Metode Graph-Based Construction,
Vol 1, no. 1 / Juli 2014 ISSN: 9772356441035.
Marie IA, Chaiyadi TN. 2015. Perancangan Tata Letak Pabrik dan Analisis
Ekonomi pada PT XYZ Extension, Vol. 3, No. 1, 59-67. Jakarta (ID) :
Universitas Trisakti.
Nugraha F, Ahzan T. 2017. Penggunaan DCS Sebagai Kendali pada Rotary Kiln
FENI 3. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin
Pradana E, Nurcahyo CB. 2014. Analisis Tata Letak Fasilitas Proyek
Menggunakan Activity Relationship Chart dan Multi-Objectives Function
pada Proyek Pembangunan Apartemen De Papilio Surabaya, Vol. 3, No. 2,
(2014) ISSN: 2337-3539 D 131-136. Surabaya (ID): Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS).
Prawirosentono S. 2007. Manajemen Operasi (Operations Management) Analisis
dan Studi Kasus. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Ramadhan S. 2012. Analisis Penerapan Konsep Penyeimbangan Lini (Line
Balancing) pada Sistem Produksi Percetakan Harian Tribun Timur di
Makassar. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin
Sabara F. 2016. Pemanfaatan Pasir Slag PT Antam UBPN Sul-Tra. Kolaka (ID):
PT Antam UBPN Sultra Tbk
San GS. et al. Analisis Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi Material
Handling pada Pabrik Koper, Vol. 2, No. 1, April 2000 : 41-48
Saputra NAE. 2015. Resign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan
Efisiensi Operasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suhendar D, Zahri A, Makmuri K. 2015. Usulan Perancangan Ulang Tata Letak
Fasilitas Produksi dengan Menggunakan Metode Algoritma Corelap
[skripsi]. Palembang (ID) : Universitas Bina Darma.
Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID): Ghalia
Indonesia.
Wibawanto AA, Choiri M, Eunike A. 2012. Analisis tata letak produksi pestisida
dengan metode Computerized Relationship Layout Planning (Corelap) untuk
meminimasi penanganan bahan (Studi Kasus: PT. Petrokimia Kayaku
Gresik) [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS).
Wahyudi ES. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi di CV
Dimas Rotan Gatak Sukoharjo [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas
Maret.
Yudawan AP. 2011. Penataan Ulang Tata Letak Pabrik Asesoris Mobil Berbahan
Polimer pada PT. FLN dengan Metode Systematic Layout Planning
[skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
27

LAMPIRAN
28
30
31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pomalaa pada tanggal 25 Maret 1995, penulis


merupakan anak pertama dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Drs Mujtahid
dan Siti Parida.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pomalaa pada tahun 2013. Pada tahun yang
sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Sarjana Strata 1 (S1) di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) PT Antam
Tbk pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM),
Institut Pertanian Bogor. Penulis dikenal aktif berorganisasi, baik itu organisasi di
dalam kampus, maupun di luar kampus. Tahun 2014, penulis diterima oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa FEM, dan berhasil menjadi ketua pelaksana seminar
nasional yang diadakan oeh Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa
(PSDM).

Anda mungkin juga menyukai