TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
genus aspergilus. Aspergilus Sp. Adalah saprofit yang terdapat di tanah, air dan
Lebih dari 200 spesies Aspergilus telah di identifikasi dan A. fumigatus adalah
pathogen manusia tersering dimana > 90% menyebabkan invasif dan non-invasif
juga dapat menyebabkan penyakit. Kapang ini menghasilkan banyak konidia kecil
yang mudah di aerosol. Setelah menghirup konidia tersebut, orang yang atopik
sering mengalami reaksi alergi hebat terhadadap antigen konidia. Pada pasien
menghasilkan hifa yang dapat menginvasi paru dan jaringan lain. (Dumasari,
memegang peranan dalam mendaur ulang karbon dan nitrogen. Jamur ini
tinggi, yaitu dapat menghasilkan konidia dengan konsentrasi yang tinggi (1 – 100
konidia / m3) di udara. Diameter konidia Aspergillus cukup kecil (2-3µm) untuk
16
17
Aspergilus Sp. Tumbuh secara cepat, menghasilkan hifa aerial dengan ciri
struktur konidia yang khas: konidiofora panjang dengan vesikel terminal yang
3.3 Patogenesis
18
fagosit pada tubuh berkurang. Pada paru, makrofag alveolar mampu menelan dan
Makrofag dan neutrofil merupakan pertahanan tetap pada paru dalam melawan
lebih kecil, 3-5 µm lebih mudah mencapai alveolar, dimana tidak terdapat
yang cenderung menginvasi kavitas yang sudah ada (aspergiloma atau bola fungi)
(termasuk PPOK, penyakit paru interstitial, dan riwayat operasi thoraks) dan
pasien dengan HIV stadium terakhir. Resiko timbulnya invasif aspergillosis juga
3.4 Mikotoksin
dengan mikotoksin. Metabolit sekunder yang paling sering ditemukan antara lain
dapat menimbulkan berbagai gejala dan tanda, tergantung pada organ yang
terkena, dosis dan jenis mikotoksin yang dihasilkan. Gejalanya dapat berupa
senyawa ini secara akut bersifat toxic. (Latge, 1999) Gliotoxin dapat menurunkan
biologi sebagai antibakteri dan antivirus. Gliotoxins juga merangsang apoptosis sel
mati pada beberapa jenis sel dan toxin ini diduga memiliki peranan penting terhadap
pathogenesis terjadinya invasif aspergillosis. (Soyler, 2004) Selain itu toxin ini
juga dapat menghambat aktivasi sel B dan sel T dan menghambat generasi
oleh Aspergillus dapat melindungi jamur tersebut dari kerusakan oxidative yang di
20
induksi oleh sel fagositik. Selain itu, pigmen melanin dan membran protein kakunya
terdiri dari vesikel rodlet di permukaan konidia Aspergillus yang juga dapat
1. Non-invasif aspergilosis
hipersensitivitas uji kulit tipe I (cepat) dan tipe III (Arthus) terhadap antigen
serum. Mereka mengalami kesulitan bernapas dan timbul parut yang permanen di
paru. Pejamu normal yang terpajan konidia dalam jumlah yang sangat banyak dapat
yang tergantung dengan steroid sekitar 14% dan pada pasien dengan kolonisasi
aspergilus seperti cystic fibrosis dijumpai sebanyak 7%. Gambaran klinis yang
21
sering dijumpai yaitu demam, asma dengan perbaikan klinis yang lambat, batuk
yang produktif, malaise dan berat badan menurun. (Dumasari, 2008) Kriteria
tanpa disertai distal bronchiectasis. (Shah, 2010) Selain itu criteria lainnya adalah
dijumpai adanya A. fumigatus pada biakan sputum, batuk dengan dahak berwarna
coklat atau flek, dan reaksi arthus terhadap antigen Aspergillus. (Chamilos, 2008).
berbentuk dari mycelium jamur. Aspergiloma terjadi ketika konidia yang terhirup
banyak hifa dalam ruang paru abnormal. Pasien yang menderita penyakit kavitas
ini. Fungus ball sering dijumpai pada lokasi bagian atas lobus paru. Terjadinya lisis
yang spontan pernah dilaporkan sekitar 10% dari kasus. (Dumasari, 2008, Mitchell,
klinis yang sering dijumpai sekitar 50 – 80% dari kasus dan jarang bersifat fatal.
oleh spesies aspergilus dapat mengenai sinus nasalis, saluran telinga, kornea, atau
2. Aspergilosis invasive
Pasien yang beresiko adalah mereka yang menderita leukemia mielogenosa atau
mereka yang minum kortikosteroid. Gejala antara lain demam, batuk, dispnea, dan
thrombosis, infark, dan nekrosis. Dari paru penyakit ini dapat menyebar ke
saluran cerna, ginjal, hati, otak dan organ lain, menimbulkan abses dan lesi nekrotik.
Tanpa pengobatan yang cepat, prognosis untuk pasien yang menderita aspergilosis
invasive sangat buruk. Individu dengan penyakit dasar yang tidak terlalu
kortikosteroid yang lama dan dengan dosis tinggi, keganasan haematologi, terapi
2007).
invasive aspergillosis. (Panda, 2004) Penyakit ini merupakan indolent, kavitas, dan
merupakan sekunder infeksi parenkim paru terhadap invasi local jamur aspergillus.
Berbeda dengan IPA, CNA memiliki progresivitas yang lambat lebih dari beberapa
minggu hingga bulan dan invasi vascular atau disseminasi organ lain tidak terjadi.
Gambar 3.3 Spektrum klinis yang dihasilkan akibat terhirupnya spora aspergillus. ICH,
immunocompromised host; IPA, invasive pulmonary aspergillosis; ABPA, allergic
bronchopulmonary aspergillosis.
(Zmeili dan Soubani, 2007).
a. Spesimen
24
merupakan specimen yang baik. Sampel darah jarang positif. (Mitchell, 2007).
Kontaminasi material dapat terjadi pada semua level, sehingga kontaminasi harus
dihindari sebisa mungkin. Kontaminasi oleh konidia yang berada di udara dapat
terjadi pada sampel. Resiko ini rendah pada sampel darah, meningkat pada sampel
saluran pernafasan, sputum, dan sekresi endotracheal, begitu juga dengan sampel
yang berasal dari BAL, namun resikonya lebih rendah. (Bolehovska et al, 2006).
b. Pemeriksaan Mikroskopik
tracheal dari pasien dengan penyakit paru dan biopsy jaringan dari pasien
tracheal dilakukan, specimen tersebut diberi KOH 10% dan tinta parker kemudian
selanjutnya diberi pewarnaan gram, sedangkan specimen yang berasal dari biopsy
jaringan diberi pewarnaan khusus untuk jamur yaitu Gomori methenamine silver
adanya cabang dichotomous and hypa bersepta yang mempunyai lebar yang sama
c. Biakan
Aspergilus Sp. Tumbuh dalam beberapa hari pada sebagian besar medium
(Mitchell, 2007).
d. Pemeriksaan Kultur
25
tracheal di inokulasi pada agar Sabouroud dextrose dengan antibiotic dan tanpa
dilakukan pada agar czapk Dox dan agar 2% ekstrak malt dengan inkubasi pada
25⁰C. agar Potato dextrose sangat berguna untuk menginduksi sporulasi sehingga
kecoklatan, coklat kehitaman atau hijau. Hasil yang positif dari pemeriksaan
kultur tersebut hanya dijumpai 10% - 30%. Hal ini dapat dijumpainya kontaminan
lain pada kultur sehingga menimbulkan kesulitan melakuka n isolasi dan akibatnya
organism yang di isolasi jumlahnya relatif sedikit. Kesulitan yang lain yaitu
kultur darah biasanya negatif tetapi apabila hasilnya positif dapat membantu untuk
e. Tes Kulit
f. Serologi
aspergillosis dan lebih dari 90% pada penderita pulmonary aspergilloma atau
cairan tubuh yang lain dapat lebih cepat untuk mendiagnosis aspergillosis pada
utama dari dinding sel Aspergillus). Ada dua jenis pemeriksaan untuk mendeteksi
Uji ID untuk presipitin terhadap A. fumigates positif pada lebih dari 80%
penderita aspergiloma atau aspergilosis bentuk alergi, tetapi uji antibody tidak
g. Diagnostik Molekuler
yang berasal dari cairan BAL, serum darah, dan sputum. (Bansod et al., 2008)
Metode PCR terbukti lebih sensitiv daripada deteksi antigen jamur Aspergillus.
(Stevens et al., 2000) PCR dengan menggunakan cairan BAL memiliki sensitivity
pada sampel serum memiliki sensitivity 100% dan specificity 65 – 92%. (Zmeili
dan Soubani, 2007, Raad et al, 2002) DNA target yang biasa digunakan adalah 18S
yang paling sering ditemukan dari adanya kasus aspergilus invasive. Spesies
selanjutnya yang sering ditemukan adalah aspergilus flavus, niger dan terreus.
Beberapa center melaporkan yang paling sering ditemukan pada kasus aspergilus.
Gambar 3. Aspergilosis bronkopulmoner alergi dan plug mukoid pada seorang pria 19 tahun
dengan disertai asma dan demam intermiten selama 4 tahun, batuk, dan mengi. Sampel darah
dan sputum menunjukkan adanya eosinofil, dan aspergilus yang terdapat pada spesimen sputum.
Radiografi dada menunjukkan opasitas tebal finger in glove (panah) pada lobus atas kiri
Karena terdapat mucus, hyfa dan debris pada bronchi (anak panah). Biasanya
dengan berjalannya waktu akan terjadi bronkiektasis bilateral, setelah itu muncul
Gambar 4. Aspergilosis bronkopulmoner alergi dan plug mukus pada wanita 26 tahun dengan
riwayat asma dan pneumonia rekuren.
A. Radiografi dada menunjukkan adanya konsolidasi pada paru medial kanan
B. Radiografi berikutnya menunjukkan adanya opasitas pada sebelah kanan dan suatu opasitas yang
baru pada sebelah kiri
C. CT Scan resolusi tinggi pada thoraks menunjukkan adanya pneumonia. Dua massa
tubuler yang melingkar pada lobus bawah kiri merupakan bronki yang terisi dengan mukus dan
debris
D. Follow up CT Scan setelah pengobatan dengan steroid dan antibiotik menunjukkan adanya
plug mukus dan bronkiektasis varikose bilateral ( Shivananda PG, Kumar A, Mohanti LK,
1988).
asma pada penderita ini kambuh pada eksaserbasi demam. Aspergillosis proliferasi
pada mukus yang pekat dan biasanya intiltrat terlihat pada rota rontgen "Mucous
nafas. Kavitas ini umumnya merupakan lesi residu sekunder terhadap tuberkulosis,
kavitas, tapi jamur tidak menginvasinya, Gejala klinis umumnya adalah batuk
darah.
3. Aspergilosis Nekrotikans.
Infeksi umumnya terjadi pada penderita usia menengah atau perokok lama yang
mengalami kerusakan jaringan paru akibat rokok. Jamur tumbuh pada rongga udara
4. Aspergilosis lnvasif.
ketempat-tempat yang jauh. Gambaran rontgen dapat berubah secara cepat dari
noduler. Area infiltrat ini dengan cepat mengalami kavitasi khususnya jika
sumsum tulang pulih dan proses sitotoksit dan hitung lekosit darah tepi meningkat.
Batuk darah dapat terjadi pada saat ini. Aspergilosis invasif merupakan penyakit
31
progresif dan kematian akan terjadi dalam waktu 1-3 minggu. Reagresivitas
tergantung dari beratnya supresi sistem immun dan mungkin saat dimulainya terapi
antifungal. Aspergilosis invasif tidak sering terjadi pada penderita sakit paru yang
Gambar 5
A. CT Scan menunjukkan suatu nodul cavitas dengan disertai gambaran air crescent (Panah)
B. CT Scan dengan pasien dalam posisi tengkurap menunjukkan adanya gambaran air crescent
(panah) bermigrasi sebagai fungus ball yang berpindah ke bagian tersendiri dari kavitas tersebut
5. Misetoma
kavitas yang terdapat di paru. Dan biasanya pada lobus atas. Kavitas, kista, dan
ruang udara lainnya merupakan faktor predisposisi superinfeksi ini (kavitas dari
Kasus lainnya yang frekuensinya lebih sedikit adalah kista dan kavitas dari
sebelumnya seperti lobektomi dan pneumektomi, abses paru, dan kista bronchial.
32
radiografi dada sebelum perubahan yang tampak lainnya pada suatu kavitas maupun
kista. Pada dasarnya, suatu kavitas berisi massa melingkar yang mobile atau
aspergilosis meliputi penebalan dinding kavitas atau kista, opasifikasi (gambar 6),
atau formasi air fluid level dalam kista. Massa ini kemungkinan ada selama
dindingnya terdiri dari jaringan fibrosa, sel-sel inflamasi dan pembuluh darah
Gambar 6 Misetoma mobile dalam suatu nodul reumatoid pulmoner kavitasi pada pria 76
tahun dengan disertai artritis reumatoid dan batuk produktif. Sputum menunjukkan hasil positif
adanya aspergilus
A. CT Scan menunjukkkan adanya nodul kavitasi dengan gambaran air crescent (Panah)
B. CT Scan dengan pasien pada posisi tengkurap menunjukkan air crescent (panah) bermigrasi
sebagai fungus ball berpindah ke bagian tersendiri dari kavitas tersebut
A. CT Scan menunjukkan fibrosis apikal bilateral dan massa fokal pada lobus atas kanan. Pada regio
tengah bawah merupakan suatu misetoma dalam suatu kavitas yang dikonfirmasikan dengan
tindakan reseksi
B. Bagian spesimen paru dari kasus yang sama menunjukkan suatu misetoma yang sebagian
menggantung pada dinding kavitas abses
Gambar 8 Empyema aspergilus pada pria 50 tahun dengan AIDS dan meningitis cryptococcal.
CT Scan menunjukkan efusi pleura kanan dengan penebalan pleura yang berhubungan dengan
pneumonia nekrotik (konsolidasi dengan atenuasi rendah tengah). Kultur cairan didapat dari
tindakan torakosintesis
34
Gambar 9 Pencitraan CT axial (a,b) menunjukkan nodul kavitas bilateral dengan gambaran air
crescent pada pasien neutropenia 33 tahun dengan leukimia limfoblastik akut. Aspergilosis invasif
terdiagnosa pada basis positivitas galactomannan
Gambar 10 Pencitraan CT axial menunjukkan nodul kecil pada lobus bawah dan tengah kanan
pada pasien neutropenia dengan leukimia limfoblastik akut. Kultur darahnya menunjukkan
adanya candida albican Gambar 11 Pencitraan CT axial menunjukkan densitas ground glass
bilateral pada lobus atas pada pasien neutropenia perempuan 51 tahun dengan penumonia
pneumocystis jiro
3.8 Pengobatan
Penyakit paru nekrotikan kronik yang lebih ringan dapat diobati dengan
ini biasanya disebabkan oleh point mutasi pada gen cyp51A, yang merupakan
Tabel 2.1 Spektrum Aspergillosis pada saluran pernapasan bawah (Thompson dan
Patterson, 2008)