Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

Disusun Oleh:

Risna Ayu Fadilah

1113096000048

Kimia 3B

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014
Hari, Tanggal: Kamis, 28 November 2014

Judul Percobaan: Efek Ion Bersamaan

I. PENDAHULUAN

I.I Dasar Teori

Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut, tejadi keseimbangan antara
garam yang tidak larut dengan ion-ionnya. Misalkan garam AB merupakan garam sukar
larut, maka dalam larutan jenuhnya akan terjadi keseimbangan:

AB(s) A+(l) + B-(l)

Tetapan keseimbangan dari persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

K=[A+][B-]

[AB]

Harga tetapan Ksp dikenal sebagai tetapan hasil kali kelarutan. Jadi suatu garam sukar
larut dalam aquadest, jika dilarutkan dalam aquadest, sebagian kecil terurai menjadi
ion-ionnya. Proses peruraian ini akan berhenti setelah hasil kali kelarutan garam itu
sama dengan harga Ksp dari garam itu. Dalam percobaan ini akan ditinjau garam
kalsium oksalat CaC2O4 yang dilarutkan dalam aquadest. Konsentrasi ion oksalat dapat
ditentukan dengan cara titrasi larutan jenuh menggunakan larutan standar kalium
permanganat KMnO4.

Hasil Kali Kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh garam
yang sukar larut dalam air. Nilai Ksp untuk elektrolit sejenis semakin besar
menunjukkan semakin mudah larut. Sebuah atom atau molekul disebut ion, apabila dari
kondisi yang stabil atom atau molekul tersebut melepaskan atau menangkap sebuah
elektron. Ion diketemukan pertama kali oleh fisikawan Jerman, Julius Elster dan Hans
Friedrich Geitel pada tahun 1899. Ion dikatakan sebagai ion positif atau negatif
tergantung dari jumlah elektron dan proton yang dimilikinya. Ion negatif adalah ion
yang memiliki jumlah elektron lebih banyak dari jumlah proton, sedangkan ion positif
adalah sebaliknya.
Kelarutan(s) merupakan konsentrasi maksimum zat terlarut. Ketentuan yang
perlu diperhatikan :

2
1. Jika Harga [Ay+] x [Bx-] = Ksp AxBy, larutan tepat jenuh (tidak terjadi
pengendapan)
2. Jika Harga [Ay+]x [Bx-]y < Ksp AxBy, larutan belum jenuh (tidak terjadi
pengendapan)
3. Jika Harga [Ay+] [Bx-]y > Ksp AxBy, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan)
Adapun penambahan ion senama (sejenis) pada pelarut akan memperkecil
kelarutan. Penambahan tersebut menggeser kesetimbangan kekiri (sesuai prinsip Le
Chatelier) Kelarutan suatu elektrolit juga mempengaruhi oleh pH larutan. Keberadaan
ion H+ akan mengikat anion sehingga anion dalam larutan berkurang. Berkurangnya
anion mengakibatkan lebih banyak garam yang larut (sesuai asas Le Chatelier).

I.II TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium
oksalat dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam
kalsium oksalat.

II. Metode Praktikum

 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, labu ukur, buret, labu
erlenmeyer, kaca arloji, gelas ukur, dan batang pengaduk. Sedangkan bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu H2C2O4.2H20, H2SO4, KMnO4,
CaC2O4, dan NaC2O4

o Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M
0,63 gram asam oksalat ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 100 ml,
kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Diambil 5 ml
larutan oksalat yang telah dibuat dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer
100 ml, kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4. Titrasi dilakukan dengan
KMnO4 yang akan distandarisasi sebanyak 3 kali. Lalu dihitung molaritas
rata-rata larutan standar KMnO4.

3
2. Penentuan Konstanta Hasil Kali Kelarutan CaC2O4
Larutan jenuh CaC2O4 dibuat sebanyak 100 ml dengan cara menambah
sedikit demi sedikit CaC2O4 ke dalam 100 ml aquades sambil diaduk sampai
ada sedikit padatan ysng tidak larut. Buret disiapkan dengan larutan standar
KMnO4 0,02 M. Kemudian ambil 5 ml larutan jenuh kalsium oksalat yang
telah dibuat pada langkah 1 ke dalam labu erlenmeyer dan dititrasi dengan
larutan standar sampai titik ekivalen. Dari data titrasi, ditentukan konstanta
hasil kali kelarutan kalsium oksalat dengan rumus: Ksp CaC2O4 = [C2O42-]2

3. Pengaruh [C2O42-]2 terhadap Kelarutan CaC2O4


Disiapkan 5 buah tabung reaksi besar yang bersih dan kering. Masing-
masing diisi dengan 10 ml larutan jenuh ditambah berturut-turut 2, 4, 6, 8,
dan 10 ml NaC2CO4 dan diaduk sampai terjadi pengendapan sempurna.
Diambil dengan hati-hati 5 ml supernatan (padatan jangan sampai terambil)
dari masing-masing larutan diencerkan dengan aquades sampai 10 ml
kemudian masing-masing dititrasi dengan KMnO4 sampai titik ekivalen.
Dihitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing percobaan dan
selanjutnya dibuat kurva hubungan antara kelarutan dengan konsentrasi ion
oksalat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
Volume KMnO4

Percobaan 1: 2 ml dan 2,5 ml

Percobaan 2: 0,05 ml

Percobaan 3: 0,05 ml

Reaksi
KMnO4 + H2SO4 MnSO4 +K2SO4 + CO2 + H2O
MnO4 - + SO4 2- + C2O4 2- Mn2+ + SO4 2- + C02 + H2O
Red : MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn2+ + 8H2O (x2)
Oks : C2O4 2- 2CO2 + 2e- (x1)

2MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 10CO2 + 16H2O

4
2KMnO4 + 16 H+ + 5C2H2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 16H2O
Perhitungan
W asam Oksalat : 0,63 gr BE= 0,315 gr

V1 KmnO4 : 2 mL

V2 KmnO4 : 2,5 mL

V H2SO4 : 2 mL

𝑉1 𝐾𝑀𝑛𝑂4 + 𝑉2 𝐾𝑀𝑛𝑂4
V rata-rata = 𝑛

2 𝑚𝑙 + 2,5 𝑚𝑙
= 2

= 2,25 mL = 0,00225 L

𝑣 𝐻2 𝐶2 𝑂4
W H2C2O4 = x BE H2C2O4
𝑉𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

5 mL
= 100 mL × 0,315 gr

= 0,01575 gr
Mol KmnO4 = M KmnO4 x V KmnO4

= 0,02 M x 0,00225 L

= 0,000045 mol

𝑊 1000
M asam oksalat = 𝐵𝑀 x 𝑉

0,315 𝑔𝑟 1000
= 𝑥
126 100

= 0,025 M

Mol asam oksalat = M asam oksalat x V pengenceran H2C2O4

= 0,025 M x 0,1 L

= 0,0025 mol

5
𝑊𝐻 𝐶 𝑂 𝑚𝑜𝑙 𝐾𝑀𝑛𝑂4
Mol KmnO4 bereaksi = 𝐵𝑀 𝐻2 𝐶2 𝑂4 𝑥
2 2 4 𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝐶2 𝑂4

0,01575 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,000045 𝑚𝑜𝑙


= 𝑥
126 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 0,0025 𝑚𝑜𝑙

= 0,000125 mol x 0,018

= 0,00000225 mol = 2,25 x 10-6 mol


𝑚𝑜𝑙 𝐾𝑀𝑛𝑜4 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
Mol KmnO4 = 𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4
0,00000225 𝑚𝑜𝑙
= 0,00225 𝐿

= 0,001 M
Penentuan Konstanta Kelarutan
Ksp CaC2O4 = [Ca2+] [C2O42-]
= (0,05) (0,05)
= 0,0025

PEMBAHASAN

Percobaan ini merupakan percobaan mengenai efek ion bersamaan yang


bertujuan untuk menentukan nilai tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium oksalat
dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam kalsium
oksalat. Efek ion bersamaan merupakan suatu keadaan dimana apabila ditambahkan ion
senama kedalam suatu larutan maka kesetimbangan akan bergeser kekiri dan akan
membentuk endapan.
Ada dua uji yang dilakukan, yang pertama standarisasi larutan kalium
permanganate dan yang kedua penentuan konstanta hasil kali kelarutan kalsium oksalat.
Dari kedua percobaan terdapat perbedaan satu sama lain, pada uji yang pertama
sebelum dilakukan titrasi, terlebih dahulu ditambahkan asam sulfat, sedangkan pada uji
yang kedua tidak. Hal ini dikarenakan pada uji pertama diperlukan asam sulfat sebagai
katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi sedangkan pada uji kedua tidak
menggunakan asam sulfat dikarenakan kalsium oksalat sudah bersifat asam sehingga
tidak memerlukan katalis lagi untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya asam oksalat
yang digunakan sebgai titer atau sampel, asam sulfat sebagai katalis atau yang
mempercepat terjadinya suatu reaksi dan kalium permanganan sebagai autoindikator,

6
karena memiliki fungsi selain sebagai larutan standar sekunder juga digunakan sebagai
indikator. Adapun cirri khas dari kalium permanganat diantaranya memiliki warna
ungu kehitaman. Hal ini dikarenakan pada kalium permanganat terdapat unsure mangan
yang mana merupakan salah satu unsure transisi. Warna yang dihasilkan mangan
dikarenakan terjadinya eksittasi electron pada unsure tersebut. Eksitasi electron
merupakan perpindahan energi dari tingkat rendah ketingkat yang tinggi dan kemudian
kembali lagi ketingkat energy rendah dengan memancarkan cahaya yang berupa warna.
Pada percobaan kedua bahan yang digunakan berupa kalsium oksalat, yang
mana kalsium oksalat tersebut dapat diganikan dengan natrium oksalat. Hal tersebut
dapat dilakukan, dikarenakan keduanya merupakan golongan alkali dan sama-sama
berada pada orbital atau blos s.
Titrasi yang digunakan pada percobaan ini meruapakan titrasi
permanganometri. Titrasi permanganometri dapat didefinisikan sebagai suatu metode
penentuan kadar suatu zat dengan menggunakan kalium permanganate sebagai larutan
standar sekunder sekaligus indikator. Pada saat standarisasi dilakukan titrasi secara
duplo. Volume KMnO4 yang digunakan pertama yaitu 2 ml, dan yang kedua 2,5 ml
dengan rata-rata 2,25 ml. Pada langkah kedua yaitu penentuan hasil kali kelarutan
CaC2O4 volume KMnO4 yang digunakan yaitu 0,05 ml, begitu juga dengan percobaan
3 yaitu pengaruh [C2O42-]2 terhadap Kelarutan CaC2O4 volume KMnO4 yang digunakan
juga 0,05 ml.
Kelarutan merupakan jumlah maksium zat terlarut yang dapat larut dalam suatu
pelarut. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi suatu kelarutan diantaranya suhu,
tekanan, konsentrasi, ion senama, ion asing, pengadukan, jenis zat, luas permukaan dan
tetapan dielektrik. Hasil kali kelarutan meruapakan hasil kali konsentrasi ion-ion
berppangkat koefisiennya. Suatu larutan dikatakan larutan jenuh apabila hasil kali
kelarutannya sama dengan hasil kali ion-ionnya sedangkan larutan belum jenuh atau
larutan encer erupakan suatu larutan yang apabila hasil kali kelarutannya lebih besar
dibandingkan hasil kali ion-ionnya dan larutan lewat jenuh merupakan suatu larutan
yang apabila hasil kali kelarutannya lebih kecil dibandingkan hasil kali konsentrasinya.

Adapun analisa yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya analisa


kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif merupakan suatu analisa yang
berdasarkan alat indra sedangkan analisa kuantitatif merupakan suatu analisa yang

7
berdasarkan perhitungan. Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan Ksp dari
CaC2O4 yaitu 0,0025.

IV. KESIMPULAN
o Kalium permanganat berfungsi sebagai autoindikator, yang mana selain
bertindak sebagai larutan standar sekunder juga digunakan sebagai indikator.
o Penambahan ion senama kedalam suatu larutan akan mengakibatkan
kesetibangan bergeser kekiri dan akan membentuk endapan.
o Nilai Ksp dari CaC2O4 yaitu 0,0025

V. DAFTAR PUSTAKA
o Bahan ajar.2008. penambahan ion senama(http://kimia.upi.edu/utama/
bahanajar/ kuliah_web/2008/ 20(060294)/.html)
o Chang Raymond. 2003. Kimia Dasar jilid 2. Jakarta: Erlangga
o Hollic. 2012. Pengaruh ion senama
(http://chemistryhollic.com/2012/12/07pengaruh- ion-senama.html/)

Hari, tanggal: Kamis-Jumat, 28-29 November 2014

8
Judul Percobaan: Stoikiometri Reaksi Logam Dengan Garam

I. Pendahuluan
I.I DasarTeori
Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yan melibatkan perubahan
struktur, komposisi, dan energi setiap spesies yang berperan serta dalam skala
molekuler, bahkan kadang-kadang atomik. Stoikiometri merupakan salah satu
cabang ilmu kimia yang mempelajari berbagai aspek kesetaraan massa antar zat
yang terlibat dalam reaksi kimia, baik dalam skala molekuker maupun
eksperimental. Pengetahuan tentang kesetaraan massa antar zat yang bereaksi
merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol
diperlukan untuk mengkonversi kesetaraan massa antar zat dari skala molekuler ke
dalam laboratorium.

Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari


berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam
reaksi kimia baik secara molekuler maupun secara eksperimental. Pengetahuan
kesetaraan massa antara zat yang bereakasi merupakan dasar penyelesaian hitungan
yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk mengkonversikan
kesetaraan massa antara zat dari skala molekuler ke skala eksperimental dalam
laboratorium.
Sebagai contoh dapat ditemukan dengan mengetahui stoikiometri reaksi
dalam proses analisa volumetri, data hasil titrasi dapat digunakan untuk menghitung
konsentrasi suatu senyawa yang terlibat dalam proses itu.
Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam
tembaga dengan larutan besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil
secara volumetri. Secara teoritis ion tembaga monovalen dan ion tembaga bivalen
merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi ini.
Dengan memenfaatkan harga potensial elektroda standart untuk setiap spesies dapat
diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki kemungkinan lebih
tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dua spesies itu.
Banyak logam tersusun rapat. Selama atom mempunyai kecenderungan
lemah terhadap kovalensinya, akan mempunyai karakter yang lemah terhadap
ikatannya dan memperoleh bilangan yang maksimal akibat dari susunan yang rapat

9
bahwa logam mempunyai kerapatan yang tinggi. Unsur-unsur yang berada pada
blok d, dekat Ir dan Os yang mengandung padatan yang rapat.

Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga
dengan larutan garam besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisahasil reaksi
secara volumetrik. Secara teoritis, ion tembaga monovalen Cu+ dan ion tembaga
bivalen Cu2+ merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga
dalam reaksi ini. Dengan memanfaatkan harga potensial elektroda dapat
diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki kemungkinan lebih
besar untuk terbentuk.
Reaksi antara logam Cu dengan larutan Fe3+ dapat diperkirakan berlangsung
menurut persamaan reaksi berikut:
Cu + Fe3+ Fe2+ + Cu+ (1)
Cu + 2 Fe3+ 2 Fe2+ + Cu+ (2)
Reaksi yang terjadi dapat diketahui dari harga perbandingan jumlah mol ion Fe3+
yang bereaksi dengan loam yang terpakai. Jika harga perbandingan jumlah mol itu
digunakan simbol r maka diperoleh rumus:
𝑚𝑜𝑙 Fe2 + 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑟=
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

Harga r berkisar antara 1-2. Jika reaksi yang terjadi hanya reaksi (1) maka r=1 dan
r=2 apabila reaksi yang terjadi hanya reaksi (2).

I.II Tujuan
 Mempelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi
(III)
 Meramalkan ion tembaga yang dihasilkan

II. Metode Praktikum


 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, kaca arloji, labu
ukur, pipet gondok, buret, labu erlenmeyer, 1 set pemanas. Sedangkan

10
bahan yang digunakan yaitu Lapisan tembaga pada bekas kabel, H2SO4,
KMnO4, Fe(NH4)(SO4)2, H2C2O4.2H2O.
 Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M
Ditimbang 0,63 gram asam oksalat H2C2O4.2H2O dan dilarutkan dalam
labu ukur 100 ml, kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas. 5 ml larutan asam oksalat diambil dan ditempatkan dalam labu
erlenmeyer 100 ml, ditambahlan 20 ml H2SO4 2,5 M dan dititrasi dengan
larutan standar KMnO4 yang akan distandarisasi dalam buret. Titrasi
dilakukan secara triplo dan dihitung molaritas rata-rata larutan standar
KMnO4.
2. Stoikiometri reaksi logam Cu dengan larutan Fe(III)
Ditimbang 0,2 gram tembaga dalam breaker glass/kaca arloji kecil yang
telah diketahui beratnya. Ke dalam gelas kimia 250 ml dimasukkan 30
ml larutan besi (III) 0,2 M dan 15 ml larutan asam sulfat 2,5 M.
Dimasukkan dengan hati-hati gelas aroi kecil yang telah berisi tembaga
ke dalam gelas kimia yang berisi larutan besi (III). Diusahakan semua
tembaga masuk ke dalam larutan. Gelas kimia ditutup dengan gelas
arloji besar, kemudian dididihkan sampai semua tembaga larut
sempurna. Setelah reaksi berhenti, larutan didinginkan dan dipindahkan
ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan sampai tanda batas. Diambil
sebanyak 25 ml larutan dengan pipet gondok, dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 100 ml, kemudian ion besi (III) yang ada dalam larutan
dititrasi dengan larutan standar KMnO4 0,02 M. Konsentrasi Fe2+ yang
diasilkan dihitung dan dihitung pula perbandingan jumlah mol r, dengan
rumus:
𝑚𝑜𝑙 Fe2 + 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑟=
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
Dari hasil percobaan, ditentukan reaksi mana yang lebih mungkin
terjadi: reaksi (1) atau (2).

11
III. Hasil dan Pembahasan
Reaksi
a. Standarisasi Larutan KMnO4

KMnO4 K+ + MnO4-
H2C2O4.2H2O H2C2O4 + 2H2O
H2C2O4 2H+ + C2O42-
MnO4- + 5e- + 8H+ Mn2+ + 4H2O ........ x2
C2O42- 2CO2 + 2e- ......................... x5

2MnO4- + 16H+ 5C2O42- 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2

b. Stoikiometri logam Cu dan garam


Cu + Fe3+ Cu+ + Fe2+
Cu + Fe3+ Cu2+ + 2Fe2+
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O ..... x1
Fe2+ Fe3+ + 3e- ................................... x5
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+

1. Volume Fe(III) dan Cu = 8,5 ml


Warna larutan = biru muda sekali
2. Volume KMnO4 pada saat standarisasi = 5,2 ml; 6,0 ml; 5,4 ml
Rata-rata = 5,53 ml
Warna akhir = ungu
3. Volume KMnO4 pada titrasi akhir =13,75 ml; 14,10 ml
Rata-rata = 13,925 ml
Warna akhir = ungu

Perhitungan
a. Standarisasi larutan KMnO4

w. asam oksalat = 0,63 gram


V. Pengenceran = 100 mL = 0,1 Liter
BM. Asam oksalat = 126 gr/mol
v. asam oksalat = 5 mL = 0,005 Liter
V. KMnO4 rata-rata = 5,53 mL = 0,00553 Liter

12
𝑤.𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑔𝑟) 1000
M. asam oksalat = 𝐵𝑀.𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 × 𝑉.𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

0,63 𝑔𝑟 1000
= ×
126 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝐿
= 0,005 𝑥 10 = 0,05 𝑀
𝑛. 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑀. 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑉. 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝐿)
= 0,05 × 0,005
= 0,00025

b. Stoikiometri reaksi Cu dengan Fe

W Cu = 0,2 gram
Bm. Cu = 63,5 gr/mol
M. KMnO4 = 0,02 M
V. Fe = 8,5 mL = 0,0085 Liter
V. KMnO4 = 13,925mL = 0,013925 Liter
𝑊.𝐶𝑢
n. Cu = 𝐵𝑀.𝐶𝑢
0,2 𝑔𝑟
=63,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,003

n. KMnO4 = M. KMnO4 . V. KMnO4


= 0,02 M x 0,013925 L
= 0,0002785
n. Fe2+ awal = 5/1 x n.KMnO4
= 5 x 0,0002785 = 0,0013925
n. Fe2+sisa = M x V. Fe
= 0,02 M x 0,0085
= 0,00017
n. Fe yang bereaksi = n. Fe2+ awal - n. Fe2+sisa
= 0,0013925 – 0,00017
= 0,0012225
r = n. Fe2+yang bereaksi / n. Cu
0,0012225
= = 0,4075
0,003

13
Perbandingan
[𝐶𝑢+] 2−𝑟
=
[𝐶𝑢2+] 𝑟−1
2−0,4075 1,6
= = (−0,6)
0,4075−1

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai stoikiometri reaksi


logam dengan garam. Dimana stoikiometri itu sendiri dapat didefinisikan sebagai
salah satu cabang ilmu mimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut
kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia baik dalam skala
molecular maupun skala eksperimental.
Pada percobaan dilakukan titrasi. Dimana titrasi diartikan sebagai metode
yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan
larutan yang telah diketahui konsentrasi. Pada saat proses titrasi terdapat titik
ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen terjadi apabila antara titran dan titrat
tepat bereaksi dan terjadi perubahan warna yang belum konstan. Sedangkan titik
akhir titrasi terjadi apabila antara titran dan titrat tepat habis bereaksi dan terjadi
perubahan warna yang konstan, dan titrasi harus dihentikan.
Dalam titrasi terdapat larutan yang dijadikan sebagai larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan ynag
mengandung zat padat murni yang konsentrasinya telah diketahui secara tepat
melalui metode gravimetric (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Dalam percobaan stoikiometri ini dilakukan titrasi berupa titrasi
permanganometri. Dinana titrasi permanganometri di definisikan sebagai titrasi
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate. Reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara kalium
permanganat dengan larutan antara tembaga dan lartan besi. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri . Kalium permanganat berfungsi sebagai larutan auto indikator.
Larutan auto indikator merupakan larutan yang bias berfungsi sebagai titran dan

14
juga berfungsi sebagai indikator. Indikator merupakan senyawa organik asam atau
basa lemah yang memiliki warna molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya.
Ada beberapa macam bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
diantaranya asam oksalat, aquades, asam sulfat, larutan kalium permanganat, logam
tembaga, dan larutan besi.
Dalam percobaan stoikiometri ini digunakan logam tembaga yang berasal
dari bekas kabel dan larutan kalium permanganate yan berwarna ungu. Hal tersebut
dikarenakan logam tembaga dan mangan dalam kalium permanganat termasuk
golongan logam trasisi, dimana dalam golongan logam transisi terdapat orbital d
yang kosong sehingga energy dari tingkat bawah bergerak menuju energy tingkat
atas yang bergerak atau berpindahnya electron maka kejadian ini diesbut eksitasi
electron. Pada saat electron akan kembali ke tingkat energy rendah maka pada saat
itulah memencarkan warna akibat penyerapan cahaya. Titrasi pada saat standarisasi
dilakukan secara triplo dan didapatkan volume KMnO4 yang digunakan pada saat
standarisai yaitu 5,2 ml; 6,0 ml; dan 5,4 ml. Dan didapat Molaritas asam oksalat
yaitu 0,05 M dengan n-nya yaitu 0,00025.
Pada stoikiometri reaksi logam tembaga dan larutan garam besi digunakan
analisa berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif terjadi
saat mengamati perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan titrasi. Karena
analisa kualitatif merupakan analisa yang berdasarkan pada pengamatan panca
indera, misalnya bau, warna, dan suhu. Sedangkan analisa kuantitatif terjadi saat
menghitung molaritas dan mol asam oksalat, serta menghitung volume rata-rata
kalium permanganat, mol tembaga, mol kalium permanganate, mol larutan besi
awal dan sisa, dan menghtung perbandingan tembaga. Karena analisa kuantitatif
merupakan analisa yang berdasarkan pada perhitungan.

Pada saat pemanasan antara larutan Fe(III) dan tembaga terjadi pelarutan
tembaga yang sangat lama dikarenakan tembaga yang digunakan tidak benar-benar
murni tembaga. Maka untuk titrasi dibutuhkan waktu yang lama. Dipisahkan antara
larutan tembaga dan didapatkan volumenya yaitu 8,5 ml dan diencerkan. Setelah
diencerkan maka diambil 2,5 ml untuk titrasi dan didapatkan volume KMnO4 yang
digunakan rata-rata yaitu 13,925 ml. Dan setelah dilakukan perhitungan maka
didapatkan n Fe yang bereaksi yaitu 0,0012225 dengan r yaitu 0,4075 perbandingan
antara Cu+ dan Cu2+ yaitu 1,6:(-0,6).

15
IV. KESIMPULAN
 Pada Percobaan kali ini dilakukan titrasi KMnO4
 KMnO4 bertindak sebagai autoindikator
 M asam oksalat yang digunakan yaitu 0,005 M
 Volume pelarutan Fe(III) dan Cu yaitu 8,5 ml
 Volume KMnO4 yang digunakan untuk mentitrasi larutan Fe(III) dan Cu
yaitu 13,925 ml
 n Fe yang bereaksi yaitu 0,0012225 dengan r yaitu 0,4075 perbandingan
antara Cu+ dan Cu2+ yaitu 1,6:(-0,6)

V. DAFTAR PUSTAKA
 Anonim. 2012. Reaksi Kimia. (http://www.chem-is-try.org/kimia-
dasar/reaksi-kimia) diakses 08 Desember 2012, Pukul 19:20 WIB.
 Lesbani, Aldes. 2003. Kimia Anorganik I. Inderalaya : Universitas
Sriwijaya.
 Chang, Raymond. 2004. Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
 Day & Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
 Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
 Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

16

Anda mungkin juga menyukai