DINAS JAGA
Istilah Jaga menurut kamus, berarti melihat dengan cermat atau waspada. Jaga juga
berarti satu masa waktu untuk berjaga. Dalam tugas jaga laut, istilah itu berarti
tugas (biasanya selama 4 jam) untuk perwira kapal/crew/pekerja sebuah kapal. Jadi,
istilah tugas jaga berarti penjagaan dengan :
1. Cermat, menyatakan memberikan perhatian penuh dan mengawasi dengan
waspada atau menjaga kapal dengan seksama.
2. Awas, berarti penjagaan dengan terus-menerus dan sangat hati-hati karena
suatu alasan atau tujuan yang pasti terutama untuk melihat dan menghindari
bahaya tubrukan.
3. Waspada, menekankan pada suatu keadaan sangat siaga dan siap untuk
bertindak mengatasi apapun yang akan terjadi.
Yang dimaksud dengan dinas jaga diatas kapal adalah seorang atau sekelompok
orang yang pada periode tertentu bertugas menjaga dan bertanggungjawab atas
kondisi kapal dan kelancaran pekerjaan operasional kapal yang sedang dilakukan.
Berdasarkan ketentuan SOLAS 1974/1978, STCW 1978 Amandemen 2010 Manila
Bab VIII Yang mengatur hal-hal yang di perlukan oleh awak kapal selama
melaksanakan tugasnya baik di pelabuhan maupun dilaut/ berlayar. Bagi awak
kamar mesin, khususnya perwira mesin atau Masinis, dinas jaga mesin adalah salah
satu tugas yang harus dilakukan pada waktu-waktu yang sudah ditentukan.
Bertugas dinas jaga berarti menjaga semua peralatan permesinan, baik yang ada di
kamar mesin maupun yang ada diluar mesin, terutama yang sedang beroperasi.
Tujuan utamanya adalah semua mesin tetap beroperasi dengan normal, serta
menjaga keselamatan kapal dan lingkungan laut.
Seperti diuraikan dalam bab sebelumnya, untuk para perwira mesin telah ditetapkan
jam-jam jaganya, termasuk tugas apa saja yang harus dilakukan selama waktu
jaganya. Perlu digaris bawahi, perwira jaga mesin adalah penanggungjawab jaga
dan bertindak untuk dan atas nama Kepala Kamar Mesin. Biasanya Perwira Jaga
Awak kapal yang bertugas jaga. Sebelum jaga dilarang minum beralkohol /
memabukkan, begitu pula penggunaan obat-obatan terlarang merupakan
pelanggaran ketentuan hukum dan kesehatan seseorang.
Apabila dalam kesiapan fisik dan mental untuk tugas jaga tidak memadai atau
beresiko mengganggu kelancaran dan keselamatan pengoperasian kapal, maka
awak kapal dapat minta dispensasi mencari pengganti jaga. Namun dalam keadaan
darurat, awak kapal tersebut harus pula siap untuk melaksanakan tugas
penyelamatan baik untuk dirinya maupun untuk orang lain sesuai kemampuan.
Sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam STCW 1978 (Standard Training
and Certification of Watchkeeping) yang diterbitkan oleh badan organisasi
internasional IMO (International Maritime Organization), Bab III. setiap petugas
dinas jaga harus memiliki sertifikat kompetensi, baik untuk Perwira Mesin maupun
Rating (bawahan). Adapun persyaratan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi
Perwira Dinas Jaga Mesin tersebut, untuk kapal yang memiliki mesin penggerak
utama dengan kekuatan 750 kilowatt atau lebih, menurut Aturan STCW Seksi A-
III/1 adalah :
1. Berbadan sehat sesuai ketentuan yang diberlakukan bagi semua calon pelaut di
Indonesia.
2. Harus sudah berumur sekurang-kurangnya 18 tahun.
3. Lulus dari sekolah umum tingkat SLTP dan/atau SLTA.
4. Sudah mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya 30 bulan di institusi
pendidikan dan pelatihan yang diakui, termasuk pelatihan dikapal yang tercatat
dibuku.
5. Memenuhi standard kompetensi sesuai ketetapan Aturan STCW - Seksi A-III/1
6. Berpengalaman berlayar di bagian mesin sebagai Masinis atau Perwira Mesin
paling kurang 6 bulan.
Sedangkan untuk Rating yang ikut membantu Perwira Jaga Mesin juga harus
memiliki sertifikat kompetensi sebagai bawahan yang ambil bagian dalam tugas
jaga dikamar mesin, atau yang ditunjuk untuk ikut bertugas jaga secara berkala, dan
sudah berumur tidak kurang dari 16 tahun, dan:
1. Telah menyelesaikan tugas belajar yang diinstitusi yang diakui, termasuk
pelatihan dikapal selama 6 bulan,
2. Lulusan SLTP dan berbadan sehat.
Adapun persyaratan tehnis pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perwira mesin / masinis dan rating dinas jaga antara lain:
1. Mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi secara efektif dengan
anjungan dan KKM dengan alat-alat komunikasi yang tersedia dikamar mesin,
seperti telepon, telegraph, bunyi alarm kode, dll.
2. Mengetahui cara menjalankan dan mematikan semua mesin, baik mesin induk
maupun mesin-mesin lain yang harus dioperasikan untuk melayani kebutuhan
di kapal, terutama energi / arus listrik.
3. Khusus untuk mesin bantu generator, petugas dinas jaga harus mampu
menjalankan dan mematikan generator, terutama jika harus diparalel secara
benar dan aman.
4. Mampu menjalankan alat-alat / mesin-mesin bantu yang harus dijalankan
sesuai perintah maupun karena kondisinya mengharuskan yang demikian.
Sebagai contoh, perintah untuk memindahkan bahan bakar atau air balas,
memompa got kamar mesin, mengisi tangki harian, dan lain-lain selama
periode tugasnya.
5. Mampu membaca dan mengetahui batas-batas ukuran yang ditentukan terhadap
semua alat-alat ukur dan alat-alat kontrol yang terdapat disemua alat/mesin
yang sedang beroperasi dan mengisikan hasil pengamatannya kedalam buku
laporan / log book.
Setiap petugas dinas jaga, sebagaimana persyaratan yang sudah disebutkan diatas,
harus mengetahui dengan baik apa saja yang harus dilakukan selama bertugas.
Untuk dikamar mesin, sesuai dengan jabatan dan tugas-tugas khusus harian,
petugas jaga harus mengetahui semua jenis mesin-mesin dan lokasi masing-masing
mesin. Lebih penting lagi mereka harus memahami cara kerjanya, termasuk cara
menjalankan dan menghentikan setiap mesin yang menjadi tanggungjawabnya.
Untuk menentukan komposisi para petugas dinas jaga, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan:
1. Kualifikasi dan pengalaman petugas jaga
2. Keselamatan jiwa, kapal, muatan, daerah dimana kapal berada, terutama
pelabuhan dan perlindungan lingkungan
3. Kepatuhan terhadap peraturan-peraturan internasional, nasional dan
lokal/setempat
4. Jenis kapal, jenis-jenis mesin dan kondisi masing-masing
5. Efektifitas pengawasan terhadap semua permesinan berkaitan dengan
keamanan pengoperasian kapal yang terus menerus.
6. Cara pengoperasian semua permesinan dalam kondisi khusus seperti cuaca,
perairan yang tercemar, perairan dangkal, penanganan mesin jika terjadi
kerusakan, dll.
7. Sistem/cara mempertahankan pengoperasian mesin/kapal secara normal.
Selanjutnya, prosedur dinas jaga harus benar-benar dipahami, karena dalam setiap
bertugas, harus diawali dan diakhiri dengan timbang terima jaga, yang walaupun
Didalam buku Sistem Manajemen Keselamatan berisi antara lain, prosedur dan
pelaksanaan kegiatan operasional kapal, termasuk prosedur dinas jaga. Jadi, setiap
petugas jaga harus mengikuti prosedur sebagaimana yang tertera dalam Sistem
Manajemen Keselamatan ini.
Walaupun demikian masih ada beberapa kapal atau di kapal-kapal jenis tertentu
yang tidak mengikuti aturan ISM-Code dan tidak memiliki SMK. Dalam hal ini
prosedur dinas jaga hanya mengikuti apa yang biasanya diberlakukan di kapal
tersebut. Apakah kapal tersebut sudah memiliki SMK atau belum, ada beberapa
ketentuan yang harus diikuti dan ditaati, yaitu bahwa:
1. Petugas dinas jaga (baik perwira maupun rating) harus dalam kondisi sehat, ini
artinya, mereka yang sedang sakit tidak boleh diberi tugas jaga, dan bagi yang
akan diganti, tidak boleh menyerahkan tugas jaganya kepada pengganti tugas
jaga yang sedang sakit.
2. Petugas dinas jaga tidak boleh dalam keadaan mabuk akibat minuman atau
obat-obatan, baik sebelum maupun selama dinas jaga. Seperti diatas, bagi
petugas jaga yang akan digantikan juga tidak menyerahkan tugasnya kepada
mereka yang sedang mabuk karena minuman dan obat-obatan (bukan mabuk
laut).
3. Pimpinan tugas jaga (di kamar mesin) adalah perwira mesin yang kompeten
dan yang bertanggungjawab kepada KKM. Selama dinas jaga, perwira mesin
atau masinis akan bertindak untuk dan atas nama KKM. Adapun rating dinas
jaga, hanya membantu perwira mesin yang dinas jaga, dan harus mematuhi
setiap perintahnya selama berdinas jaga. Rating dinas jaga tidak
bertanggungjawab kepada KKM.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerima tugas jaga, atau akan
menggantikan jaga dari rekan kita yang sebelumnya bertugas, adalah :
1. Petugas pengganti harus hadir selambat-lambatnya 15 menit sebelum jam tugas
jaga mulai. Jadi misalnya tugas jaga 08.00 – 12.00, maka pengganti jaga harus
sudah di kamar mesin pada jam 07.45.
2. Sebelum dilakukan timbang terima, petugas pengganti harus memeriksa
keadaan seluruh kamar mesin dan lokasi-lokasi lain yang menjadi bagain
pengawasannya dan memastikan bahwa semua mesin dan alat-alat yang
beroperasi dalam keadaan normal, demikian juga dengan keadaan tangki-
tangki bahan bakar, minyak pelumas, air pendingin dan lain-lain, harus berisi
penuh atau tidak kurang dari semestinya.
3. Memastikan bahwa jika suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh petugas
yang akan diganti sudah dilaksanakan dengan baik dan dilaporkan. Jika
pekerjaan tersebut belum selesai, harus dipastikan apa dan bagaimana tindakan
yang harus dilakukan selanjutnya dan siapa yang harus melakukannya.
Seperti telah diuraikan diatas, ada beberapa hal yang harus dipastikan sebelum
menyerahkan tugas jaga kepada pengganti, yaitu kondisi kesehatan dan fisik dari
para pengganti, apakah yang bersangkutan cukup fit atau tidak untuk bertugas jaga.
Karena jika kita menyerahkan tugas jaga kepada pengganti yang tidak fit, pihak
yang menyerahkan tugas jaga juga akan ikut bertanggungjawab. Dalam hal ini
KKM harus diberitahu dan mintakan saran serta instruksi selanjutnya.
Terlepas dari hal-hal tersebut, sebelum menyerahkan tugas jaga, pihak yang akan
digantikan wajib “membereskan” semua urusan jaga, artinya harus dipastikan
bahwa:
1. Kamar mesin dalam keadaan rapi dan bersih.
2. Semua mesin / alat-alat yang beroperasi dalam keadaan normal
3. Semua tangki-tangki berisi zat dengan jumlah, tekanan dan temperatur normal
4. Keadaan kamar mesin bersih dan rapi, termasuk lantai dan tangga-tangga.
5. Menyiapkan catatan dan informasi untuk diberikan kepada petugas pengganti,
mengenai pekerjaan atau hal-hal yang harus dilakukan pada jam tugas jaga
berikutnya karena belum selesai dikerjakan atau karena sebab-sebab yang lain.
6. Log-book dan buku atau catatan-catatan lain sudah diisi sebagaimana mestinya,
termasuk jumlah pemakaian BBM/ minyak lumas selama jaga, putaran mesin
induk dan counter putaran mesin pada jam saat terakhir jaga, dan lain-lain.
Jika semua sudah “beres” dan pihak pengganti “puas”, maka tugas jaga diserahkan
tepat pada saat atau jam pergantian jaga.
Yang dimaksud dengan tugas jaga laut adalah, tugas jaga selama kapal dalam
keadaan berlayar, dimana mesin penggerak utama jalan. Jam tugas jaga laut
selama 24 jam dibagi menjadi 3 shift, masing-masing petugas jaga
Dalam prakteknya, tugas ini termasuk dan dimulai sejak aba-aba atau perintah
dari nakhoda yang populer disebut “One Hour Notice” atau OHN (Peringatan
Satu Jam) untuk manouvre (mengolah gerak).
Mengolah gerak kapal adalah salah satu kegiatan kapal yang penting, yang
harus dilakukan, yaitu kegiatan kapal sewaktu:
a) Berangkat dari suatu pelabuhan
b) Tiba di suatu pelabuhan
c) Berlabuh jangkar
d) Berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lain dalam area pelabuhan, baik dari
dermaga ke dermaga lain atau ke lokasi berlabuh jangkar dan sebaliknya.
Perintah OHN adalah perintah nakhoda kepada seluruh awak kapalnya agar
mulai mempersiapkan semua peralatan dan permesinan untuk manouver.
Mengolah gerak dianggap selesai jika nakhoda sudah mengeluarkan perintah
“Finish With Engine” atau FWE (Selesai Mesin).
Tugas awak kapal mesin adalah menyiapkan mesin induk dan mesin-mesin lain
yang diperlukan, termasuk kebutuhan tenaga listrik yang dalam keadaan ini
memerlukan ekstra tenaga. Jadi, biasanya, perwira jaga mesin pertama-tama
memastikan ada dua generator yang harus jalan dan di paralel. Jika sebelumnya
hanya satu yang jalan, maka harus menjalankan satu generator lagi dan
diparalelkan dengan generator yang sudah jalan. Pekerjaan selanjutnya
meliputi:
Dalam mengolah gerak, kamar mesin mengikuti perintah dari anjungan, dan
harus berusaha memenuhi semua perintah yang diberikan. Ini dimulai saat
perintah “standby” diberikan oleh anjungan. Tergantung jenis konstruksi dan
fasilitas peralatan komunikasi dan sistem starting / stop mesin induk, pada
dasarnya departemen mesin hanya mengikuti perintah yang diberikan. Ada
mesin induk yang hanya dapat dihidupkan dari kamar mesin saja, tetapi ada
juga yang dapat dihidupkan dan dimatikan dari anjungan.
Untuk jenis yang terakhir, petugas jaga di kamar mesin hanya mengawasi
jalannya mesin induk, memeriksa temperatur dan tekanan, menjaga tekanan
udara tekan di botol angin, menjaga jumlah arus atau tenaga listrik yang
digunakan (melalui main switchboard), melakukan penyetelan dan penyesuaian
Dalam kondisi mengolah gerak, setiap saat bisa terjadi kecelakaan, apakah
kapal tubrukan, menabrak dermaga, atau mesin induk tiba-tiba mati padahal
seharusnya jalan sehingga terjadi tabrakan. Itulah sebabnya, kewaspadaan dan
persiapan sebelum mengolah gerak sangat penting dan prosedur mengolah
gerak harus diikuti dengan seksama.
Selama mengolah gerak, mesin induk beroperasi dengan putaran yang selalu
berubah-ubah, sehingga tekanan dan temperatur air pendingin dan minyak
lumas harus dijaga agar tetap dalam kondisi yang aman, tidak terlalu rendah,
juga tidak terlalu tinggi. Dan pada jenis mesin induk yang dihubungkan
langsung dengan propeler, putarannya bukan saja selalu berubah, tetapi mesin
sering harus berputar kearah sebaliknya sehingga mesin harus stop dulu, dan
putarannya dibalik. Dengan seringnya jalan dan stop, dibutuhkan banyak udara
tekan, sehingga tekanan udara didalam botol harus dikontrol dan tidak boleh
kurang dan minimal tekanannya bida digunakan untuk menjalankan mesin
induk. Pada mesin induk yang menggunakan kopling atau CPP (controlable
pitch propeller), mesin induk hanya distart satu kali saja, hingga mengurangi
beban pengawasan.
Keadaan mengolah gerak ini dapat berlangsung sebentar saja, mungkin kurang
dari satu jam, tetapi juga bisa sampai lebih dari 12 jam, tergantung dimana olah
geraknya. Karena itu tugas jaga harus dapat disesuaikan dan diatur sedemikian
Yang harus diutamakan adalah, bahwa selama kapal mengolah gerak, perhatian
harus dicurahkan sepenuhnya. Seseorang yang kelelahan tidak mungkin dapat
mencurahkan seluruh perhatiannya terhadap tugasnya.
Jika perintah mengolah gerak diawali oleh standby, maka akhir dari olah gerak
kapal diawali dengan “begin of sea voyage” jika berangkat menuju suatu
pelabuhan, atau “finish with engine” jika di pelabuhan. Pekerjaan yang harus
dilakukan dalam kedua jenis akhir olah gerak ini sangat berbeda, dan akan
dibahas sendiri-sendiri.
Dalam Pelayaran
Awal dari suatu pelayaran kapal adalah perintah “begin of sea voyage” yang
diberikan oleh nakhoda, baik melalui telegrap maupun melalui telepon secara
lisan. Waktunya harus dicatat secara rinci, disamping hari dan tanggal, juga
termasuk jam, menit dan detik.
a) Menaikkan putaran mesin induk, secara bertahap, dari putaran full speed
olah gerak hingga pada akhirnya mencapai putaran full speed jelajah.
Biasanya KKM sudah menentukan, berapa putaran maksimum mesin
induk.
b) Mengganti bahan bakar yang tadinya menggunakan bahan bakar ringan
(HSD atau MDF) dengan MFO yang lebih berat. Pekerjaan ini tidak dapat
dilakukan dengan hanya membuka atau menutup katup-katup saja, tetapi
perlu menaikkan temperatur bahan bakar secara pelan-pelan hingga
Catatan-catatan yang harus dibuat, termasuk di log book dan dibuku olah
gerak, harus diisi dengan cermat, termasuk pemakaian bahan bakar yang
digunakan selama oleh gerak atau manouvre.
Jika perintah “Finish With Engine” muncul di telegrap, berarti kapal selesai
mengolah gerak, yang berarti kapal sudah berlabuh jangkar. Tugas selanjutnya
adalah “menyelesaikan” dan/atau mematikan mesin induk dan mesin-mesin
lain yang tadinya digunakan untuk mengolah gerak. Pekerjaan ini sangat
penting dan harus dilakukan dengan sebaik-baik agar tidak terjadi masalah
pada operasi selanjutnya.
Tugas jaga pelabuhan sedikit lebih ringan dibandingkan dengan jaga laut.
Demikian juga dengan jam tugas jaga di pelabuhan berbeda dengan jam tugas
jaga dilaut atau selama pelayaran. Tugas jaga dipelabuhan untuk perwira mesin
atau Masinis adalah 24 jam atau sehari semalam. Walaupun demikian, bukan
berarti selama tugas jaga Masinis harus berada dikamar mesin. Hanya jika ada
suatu pekerjaan yang harus dilakukan, maka perwira mesin berada dikamar
mesin. Jika tidak, dan keadaan dianggap aman, perwira jaga dapat berada
Selama jaga pelabuhan, mesin induk tidak beroperasi, bahkan jika tidak sedang
bongkar muat, generator cukup satu saja yang dioperasikan. Jadi walaupun
kewaspadaan tetap harus tinggi, tetapi pengawasan terhadap mesin-mesin yang
beroperasi relatif lebih sedikit.
Jika disekitar kapal berlabuh terdapat sarang ubur-ubur, sering terisap pompa
pendingin sehingga berakibat sama, yaitu saringan buntu. Akibatnya adalah,
mesin menjadi panas, generator tiba-tiba mati sendiri dan “black-out”,
sehingga listrik di kapal padam.
Kecelakaan kapal terjadi dapat pada waktu kapal melaksanakan pelayaran di tengah
laut, pada waktu berlabuh jangkar di tempat berlabuh jangkar (Anchorage), pada
waktu kapal dikat/dikepil dibuoy, atau pada waktu kapal sandar
dipelabuhan/dermaga/terminal pada waktu kapal melakukan bongkar dan muat,
meskipun sudah diupayakan cara penanggulangannya dan pencegahannya.
Dari berbagai kecelakaan yang terjadi dianalisa bahwa kecelakaan (defiency) terjadi
karena faktor kesalahan manusia.Dengan diberlakukannya International Safety
Management Code (ISM Code) adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan
sehingga hilangnya nyawa Manusia (Life at Sea), Harta benda/Kapal dan
muatannya serta pencegahan adanya pencemaran di laut (Enviroment) dapat
dicegah.
1. Prosedur
Prosedur adalah suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam
melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik.
2. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan normal yang
mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan baik bagi
keselamatan manusia, harta benda dan pencemaran lingkungan.
3. Prosedur Keadaan Darurat
Prosedur keadaan darurat adalah tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi
suatu keadaan darurat dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi
kerugian lebih lanjut atau semakin besar.
4. Jenis-jenis Prosedur Keadaan Darurat
a. Prosedur Intern (Lokal)
Prosedur intern merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing
bagian/departemen dengan pengertian keadaan darurat yang bersangkutan,
tanpa melibatkan kapal-kapal atau penguasa pelabuhan setempat.
Kondisi pengoperasian kapal tidak pernah sama, dan selalu berbeda dari satu waktu
ke waktu lain, dari satu lokasi ke lokasi lain. Demikian juga dengan kondisi cuaca
dilaut yang tidak selamanya cerah dan sangat tergantung pada musim dan atmosfir
yang selalu berubah. Demikian juga dengan lokasi dimana kapal berada pada suatu
saat, tidak pernah sama dan bahkan sering berubah cepat dan sangat berlawanan
dengan kondisi sebelumnya.
Untuk menghadapi hal-hal tersebut, perlu kewaspadaan tinggi dari seluruh awak
kapal, termasuk awak kamar mesin. Nakhoda dan/atau perwira dinas jaga
dianjungan akan memberitahukan keadaannya dan meminta kewaspadaan dinas
jaga dikamar mesin untuk sewaktu-waktu melakukan tindakan yang perlu jika
terjadi keadaan tidak terduga. Berikut beberapa kondisi yang memerlukan perhatian
khusus.
Selain itu, jika terjadi kejadian yang tidak dapat dielakkan, misalnya tubrukan,
atau nyaris tubrukan, mesin induk harus dapat segera dioperasikan seperti
dalam kondisi manouvre dan sewaktu-waktu distop dan dihidupkan kembali.
Untuk menyiagakan mesin induk dalam kondisi manouvre ini, berati mesin-
mesin bantu tertentu harus disiapkan atau dijalankan.
Secara singkat, dalam kondisi jarak pandang dilaut terbatas, banyak kejadian
yang mungkin terjadi, dan kewaspadaan yang tinggi dari setiap petugas jaga,
sangat diperlukan. Yang jelas, dalam kondisi jarak pandang terbatas disuatu
wilayah, dimana kapal berlayar, tugas jaga laut berubah menjadi tugas jaga
seperti halnya kapal dalam keadaan olah gerak atau manuver, baik untuk
Di daerah perairan yang sempit, seperti diselat atau didekat pantai, dimana
banyak kapal lain yang juga berlayar disekitarnya, perlu kewaspadaan tinggi
dari petugas jaga di anjungan. Bahkan biasanya nakhoda harus hadir dan
memimpin sendiri pengoperasian kapalnya.
Sama halnya dengan kapal diperairan yang berkabut atau jarak pandang
terbatas, maka kapal harus disiagakan dalam kondisi sama dengan mengolah
gerak. Dalam hal ini, biasanya petugas jaga “diperkuat” dengan beberapa
personil mesin lain, dan jika dianggap perlu, KKM akan turun ke kamar mesin
ikut berjaga dan mengawasi situasinya.
a. Terjadi Kebakaran
b. Kandas/Tenggelam
Kapal kandas dapat terjadi di perairan dangkal atau diatas karang. Usaha
pertama jika kapal kandas adalah penyelamatan kapal agar terbebas dari
kandas. Namun hal ini sangat berisiko, yaitu jika akibat kandas, pelat dasar
kapal bocor, dan air laut masuk kekapal. Hal ini dapat mengakibatkan
kapal tenggelam karena masuknya air laut ke kapal.
Oleh karena itu, jika kapal mengalami kandas, maka pertama-tama yang
harus dilakukan adalah memastikan ada tidaknya kebocoran kapal yang
mengakibatkan air laut masuk kedalam ruang kapal. Untuk ini, biasanya
semua tangki dasar “disounding”, yaitu diukur isinya dengan meteran
sounding.
Jika ditangki yang sebelumnya kosong dan setelah disounding ternyata ada
isinya, yaitu air laut, maka berarti bagian dasar tangki tersebut bocor, dan
harus dilakukan tindakan-tindakan pengamanan agar kebocoran tidak
meluas. Jika perlu, dan memungkinkan, air laut ditangki yang bocor
dipompa keluar kapal menggunakan pompa dikamar mesin. Namun
sebelum memompa air di tangki tersebut, harus memperhitungkan risiko
timbulnya pencemaran laut, yang sedapat mungkin dihindari.
Hal yang sama juga dilakukan dilantai dasar kamar mesin, petugas jaga
harus segera memeriksa semua tangki-tangki dibawah kamar mesin,
termasuk got-got yang biasanya dasarnya berhubungan langsung dengan
air laut. Jika air laut bertambah digot-got kamar mesin, berarti ada
kebocoran pelat dasar kapal dibawah kamar mesin. Harus dilakukan tindak
yang tepat agar kebocoran tidak meluas, dan air yang masuk kekamar
mesin harus segera dibuang ke laut menggunakan pompa got (bilge pump)
atau pompa dinas umum (GSP – General Service Pump).
Jika kebocoran tidak bisa diatasi, harus segera dilaporkan ke KKM dan
Nakhoda untuk dilakukan tindakan-tindakan lain yang lebih efektif, atau
keputusan lain yang memungkinkan.
Yang dimaksud dengan kapal tanpa tenaga penggerak adalah suatu kejadian
dilaut, dimana mesin induk atau mesin penggerak utama kapal mati atau tidak
dapat dioperasikan. Dalam kejadian ini, kapal akan terapung-apung dilaut dan
tidak bisa dikendalikan. Kapal biasanya hanyut mengkuti arus air laut dilokasi
tersebut. Kondisi demikian termasuk dalam keadaan darurat dan seluruh awak
kamar mesin perlu campur tangan membantu agar keadaan ini segera dapat
diatasi.
Sementara itu, petugas dinas jaga anjungan, perlu mengambil langkah-langkah
pengamanan seperlunya. Biasanya nakhoda menangani sendiri dan mengambil
alih komando dianjungan dan mengeluarkan instruksi-instruksi pengamanan
seperlunya.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh petugas dinas jaga adalah
membuat laporan tertulis yang harus diisikan ke dalam buku-buku atau
formulir-formulir yang sudah disiapkan. Salah satu yang terpenting adalah
Buku Harian Kamar Mesin (dibagian Dek Buku Harian Kapal) yang harus diisi
dan ditandatangani oleh Perwira Dinas Jaga. Dikapal buku ini dikenal dengan
Loh Book, dimana buku ini harus disyahkan dan distempel oleh Pejabat
Pelabuhan (Syahbandar atau Adminisrator Pelabuhan) setempat, paling kurang
satu bulan sekali, dimanapun kapal ini berada. Sesuai ketentuan undang-
undang, semua log book harus di-eksibitum atau disyahkan oleh Syahbandar
dan distempel.
Selain log book, laporan-laporan lain yang harus diisi oleh Perwira Dinas Jaga
adalah:
a. Abstract Log (Laporan bulanan) dan/atau laporan perjalanan (voyage
report) yang harus dilaporkan ke kantor pusat setiap bulan. Isinya adalah
kutipan dan ringkasan log book dan laporan-laporan lain yang diperlukan
perusahaan.
b. Laporan Tengah Hari (Noon Report), laporan yang harus dibua oleh KKM
setiap tengah hari (jam 12.00 siang) selama kapal berada dalam pelayaran,
1. Persiapan
Perencanaan dan persiapan adalah hal yang paling utama dalam melakukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat untuk
keberhasilan kegiatan tersebut.
Nahkoda dan anak buah kapal harus menyadari apa yang harus mereka
lakukan pada saat menghadapi keadaan darurat, misalnya kebakaran di
dapur, kebakaran dikamar mesin, kebakaran di gudang penyimpanan cat,
kebakaran dalam akomodasi, menolong orang pingsan di dalam ruang
tertutup, kapal lepas dari dermaga dan lain-lain.
Peralatan
Mekanisme Kerja
Prosedur di atas harus meliputi segala macam keadaan darurat yang ditemui baik
menghadapi kebakaran, kandas, pencemaran, dan lain-lain dan harus dipahami,
dimengerti oleh personil atau anak buah kapal secara teratur, terlatih dan dapat
dilaksannakan dengan baik.
Keseluruhan kegiatan tersebut merupakan suatu mekanisme kerja yang
hendaknya dengan mudah dipahami oleh setiap management di atas kapal.
Sehingga dalam menghadapi situasi keadaan darurat dapat berlangsung secara
bertahap tanpa harus menggunakan waktu yang lama, aman, lancar dan tingkat
penggunaan biaya yang memadai. Untuk itu peran aktif anak buah kapal sangat
tergantung pada kemampuan individual untuk memahami mekanisme kerja yang
didasari pada prinsip kebersamaan dalam hidup bermasyarakat di atas kapal.
Mekanisme kerja yang diciptakan dalam situasi darurat tertentu sangat berbeda
dengan situasi normal, mobilitas tinggi dalam menghadapi kegiatan situasi
keadaan darurat dengan lingkup kerja yang biasanya tidak dapat dibatasi oleh
waktu karena tuntutan keselamatan. Oleh sebab itu loyalitas untuk keselamatan
bersama selalu terjadi karena ikatan moral kerja dan dorongan demi
kebersamaan.
1. Tubrukan (Collision)
a) Bunyikan sirine (Emergency alarm stop)
b) Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh
tubrukan
c) Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup
d) Lampu-lampu dek dinyalakan
e) Menginformasikan kepada nahkoda
f) Menginformasikan kepada kamar mesin
g) VHF dipindah ke channel 16
h) Posisi kapal tersedia diruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan
2. Kandas (Grounding)
a) Stop mesin
b) Bunyikan sirine bahaya
c) Pintu-pintu kedap air ditutup
d) Menginformasikan kepada Nahkoda dan kamar mesin
3. Kebakakaran (Fire)
a) Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
b) Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui
lokasi kebakaran
c) Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup
d) Lampu-lampu didek dinyalakan
e) Informasikan kepada Nahkoda dan Kamar Mesin
f) Posisi kapal tersedia dikamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
Jalan menuju pintu darurat (emergency exit) ditandai dengan panah berwarna
putih dengan papan dasar berwarna hijau. Pada kapal penumpang dari ruang
penumpang dan ruang awak kapal pasti tersedia tangga/jalan yang menuju
embarkasi dek sekoci penolong dan rakit penolong. Bila ruang tersebut berada
di bawah sekat dek (bulkhead deck) tersedia dua lintas penyelamatan diri dari
ruang bawah air. Bila ruang tersebut berada di atas sekat dek dan zona tengah
utama (main vertical zone) harus tersedia minimal dua lintas penyelamatan diri
yang terbuat dari tangga baja yang terpisah satu dengan yang lainnya.