Anda di halaman 1dari 45

BAB I

DINAS JAGA

A. Definisi Dinas Jaga

Istilah Jaga menurut kamus, berarti melihat dengan cermat atau waspada. Jaga juga
berarti satu masa waktu untuk berjaga. Dalam tugas jaga laut, istilah itu berarti
tugas (biasanya selama 4 jam) untuk perwira kapal/crew/pekerja sebuah kapal. Jadi,
istilah tugas jaga berarti penjagaan dengan :
1. Cermat, menyatakan memberikan perhatian penuh dan mengawasi dengan
waspada atau menjaga kapal dengan seksama.
2. Awas, berarti penjagaan dengan terus-menerus dan sangat hati-hati karena
suatu alasan atau tujuan yang pasti terutama untuk melihat dan menghindari
bahaya tubrukan.
3. Waspada, menekankan pada suatu keadaan sangat siaga dan siap untuk
bertindak mengatasi apapun yang akan terjadi.

Yang dimaksud dengan dinas jaga diatas kapal adalah seorang atau sekelompok
orang yang pada periode tertentu bertugas menjaga dan bertanggungjawab atas
kondisi kapal dan kelancaran pekerjaan operasional kapal yang sedang dilakukan.
Berdasarkan ketentuan SOLAS 1974/1978, STCW 1978 Amandemen 2010 Manila
Bab VIII Yang mengatur hal-hal yang di perlukan oleh awak kapal selama
melaksanakan tugasnya baik di pelabuhan maupun dilaut/ berlayar. Bagi awak
kamar mesin, khususnya perwira mesin atau Masinis, dinas jaga mesin adalah salah
satu tugas yang harus dilakukan pada waktu-waktu yang sudah ditentukan.
Bertugas dinas jaga berarti menjaga semua peralatan permesinan, baik yang ada di
kamar mesin maupun yang ada diluar mesin, terutama yang sedang beroperasi.
Tujuan utamanya adalah semua mesin tetap beroperasi dengan normal, serta
menjaga keselamatan kapal dan lingkungan laut.

Seperti diuraikan dalam bab sebelumnya, untuk para perwira mesin telah ditetapkan
jam-jam jaganya, termasuk tugas apa saja yang harus dilakukan selama waktu
jaganya. Perlu digaris bawahi, perwira jaga mesin adalah penanggungjawab jaga
dan bertindak untuk dan atas nama Kepala Kamar Mesin. Biasanya Perwira Jaga

Dinas Jaga Mesin 1


mesin dibantu rating tugas jaga dimana mereka tidak dibenarkan untuk bertugas
sendiri tanpa ada perwira jaga pada jam tugas mereka. Bisa saja semua pekerjaan
dilakukan oleh rating tugas jaga, tetapi tanggungjawabnya tetap pada perwira atau
masinis jaga. Ini harus benar-benar dipahami oleh petugas dinas jaga, sehingga
setiap akan melakukan sesuatu, harus sepengetahuan atau seijin perwira mesin jaga.

B. Kesiapan Tugas Jaga

Sebelum seseorang melaksanakan tugas jaga awak kapal harus mempersiapkan


fisik dan mentalnya secara memadai serta pengetahuan dan keterampilan agar tugas
jaga dapat dilaksanakan dangan baik. Untuk mempersiapkan fisik dan mental, awak
kapal harus memiliki waktu istirahat yang cukup seperti yang dijelaskan pada
STCW 1978 Amandemen 2010 Manila section A-VIII/I yaitu :
1. Semua orang yang bertugas jaga sebagai perwira jaga atau anak buah
kapal yang melaksanakan tugas jaga waktu istirahat ditentukan 10 jam
dalam 1 (satu) periode 24 jam.
2. Waktu istirahat dapat dibagi menjadi tidak boleh lebih dari 2 periode
yang mana satu periode tidak boleh kurang dari 6 jam lamanya .
3. Dalam pemenuhan peraturan ini boleh mengabaikan peraturan 1 dan 2
pada situasi keadaan darurat, latihan, kondisi kegiatan yang padat .
4. Periode minimum istirahat 10 jam bisa dikurangi dimana tidak boleh
kurang dari 6 jam yang telah ditetapkan dimana pengurangannya tsb
tidak melebihi 2 hari dan tidak kurang dari 70 jam waktu istirahat
dalam setiap 7 hari.
5. Administrasi/ pejabat berwenang mengisyaratkan dijadwalkan untuk
mempermudah pelaksanaannya.

Awak kapal yang bertugas jaga. Sebelum jaga dilarang minum beralkohol /
memabukkan, begitu pula penggunaan obat-obatan terlarang merupakan
pelanggaran ketentuan hukum dan kesehatan seseorang.

Apabila dalam kesiapan fisik dan mental untuk tugas jaga tidak memadai atau
beresiko mengganggu kelancaran dan keselamatan pengoperasian kapal, maka
awak kapal dapat minta dispensasi mencari pengganti jaga. Namun dalam keadaan
darurat, awak kapal tersebut harus pula siap untuk melaksanakan tugas
penyelamatan baik untuk dirinya maupun untuk orang lain sesuai kemampuan.

Dinas Jaga Mesin 2


Selain itu sebelum bertugas, awak kapal wajib melengkapi diri dengan
perlengkapan diri yang memadai didalam tugasnya misalnya : sapatu aman, pakaian
tertutup dan perlengkapan lain sesuai fungsinya bila harus melaksanakan tugas
khusus ( mengelas, memadamkan api, memasuki tangki, dsb )

C. Syarat-syarat Dinas Jaga

Sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam STCW 1978 (Standard Training
and Certification of Watchkeeping) yang diterbitkan oleh badan organisasi
internasional IMO (International Maritime Organization), Bab III. setiap petugas
dinas jaga harus memiliki sertifikat kompetensi, baik untuk Perwira Mesin maupun
Rating (bawahan). Adapun persyaratan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi
Perwira Dinas Jaga Mesin tersebut, untuk kapal yang memiliki mesin penggerak
utama dengan kekuatan 750 kilowatt atau lebih, menurut Aturan STCW Seksi A-
III/1 adalah :
1. Berbadan sehat sesuai ketentuan yang diberlakukan bagi semua calon pelaut di
Indonesia.
2. Harus sudah berumur sekurang-kurangnya 18 tahun.
3. Lulus dari sekolah umum tingkat SLTP dan/atau SLTA.
4. Sudah mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya 30 bulan di institusi
pendidikan dan pelatihan yang diakui, termasuk pelatihan dikapal yang tercatat
dibuku.
5. Memenuhi standard kompetensi sesuai ketetapan Aturan STCW - Seksi A-III/1
6. Berpengalaman berlayar di bagian mesin sebagai Masinis atau Perwira Mesin
paling kurang 6 bulan.

Sedangkan untuk Rating yang ikut membantu Perwira Jaga Mesin juga harus
memiliki sertifikat kompetensi sebagai bawahan yang ambil bagian dalam tugas
jaga dikamar mesin, atau yang ditunjuk untuk ikut bertugas jaga secara berkala, dan
sudah berumur tidak kurang dari 16 tahun, dan:
1. Telah menyelesaikan tugas belajar yang diinstitusi yang diakui, termasuk
pelatihan dikapal selama 6 bulan,
2. Lulusan SLTP dan berbadan sehat.

Dinas Jaga Mesin 3


3. Telah menjalani pelatihan khusus, menjelang berlayar atau ketika praktek
diatas kapal selama sekurang-kurangnya 2 bulan.
4. Memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Aturan STCW Seksi A-
III/4.

Praktek berlayar sebagaimana disebutkan dalam persyaratan diatas, harus meliputi


pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jaga
dikamar mesin, dan harus mengikuti pelaksanaan tugas-tugas tertentu yang
dilakukan dibawah pengawasan langsung Perwira Mesin atau Kepala Kamar Mesin
yang memenuhi syarat.

Adapun persyaratan tehnis pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perwira mesin / masinis dan rating dinas jaga antara lain:
1. Mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi secara efektif dengan
anjungan dan KKM dengan alat-alat komunikasi yang tersedia dikamar mesin,
seperti telepon, telegraph, bunyi alarm kode, dll.
2. Mengetahui cara menjalankan dan mematikan semua mesin, baik mesin induk
maupun mesin-mesin lain yang harus dioperasikan untuk melayani kebutuhan
di kapal, terutama energi / arus listrik.
3. Khusus untuk mesin bantu generator, petugas dinas jaga harus mampu
menjalankan dan mematikan generator, terutama jika harus diparalel secara
benar dan aman.
4. Mampu menjalankan alat-alat / mesin-mesin bantu yang harus dijalankan
sesuai perintah maupun karena kondisinya mengharuskan yang demikian.
Sebagai contoh, perintah untuk memindahkan bahan bakar atau air balas,
memompa got kamar mesin, mengisi tangki harian, dan lain-lain selama
periode tugasnya.
5. Mampu membaca dan mengetahui batas-batas ukuran yang ditentukan terhadap
semua alat-alat ukur dan alat-alat kontrol yang terdapat disemua alat/mesin
yang sedang beroperasi dan mengisikan hasil pengamatannya kedalam buku
laporan / log book.

Dinas Jaga Mesin 4


6. Mengetahui standard minimum isi/ukuran tangki-tangki bahan bakar, minyak
pelumas, air pendingin dan lain-lain, dan mengetahui bagaimana
menambahnya jika dianggap kurang, namun tidak berlebihan.
7. Mampu membuat laporan dan/atau mengisi formulir-formulir yang harus diisi
sehubungan dengan tugas jaganya (log book, laporan pemakaian spare parts,
pemakaian bahan additive, check list, dll).
8. Mampu bertindak tepat dan cepat dalam hal peristiwa kecelakaan atau keadaan
darurat seperti membunyikan tanda-tanda peringatan, alarm, dan mengetahui
kemana harus melaporkan kejadiannya.
9. Mengetahui lokasi dan cara-cara penyelamatan diri dari kamar mesin jika
terjadi bahaya atau kecelakaan dan/atau keadaan darurat.
10. Mampu mengatasi kerusakan-kerusakan kecil yang tidak membahayakan
operasional mesin yang terjadi seperti alarm palsu, kebocoran pipa air, baut-
baut pengikat yang kendor dan lain-lain.

Dinas Jaga Mesin 5


BAB II
PENGATURAN DINAS JAGA

A. Prosedur Dinas Jaga

Setiap petugas dinas jaga, sebagaimana persyaratan yang sudah disebutkan diatas,
harus mengetahui dengan baik apa saja yang harus dilakukan selama bertugas.
Untuk dikamar mesin, sesuai dengan jabatan dan tugas-tugas khusus harian,
petugas jaga harus mengetahui semua jenis mesin-mesin dan lokasi masing-masing
mesin. Lebih penting lagi mereka harus memahami cara kerjanya, termasuk cara
menjalankan dan menghentikan setiap mesin yang menjadi tanggungjawabnya.

Selanjutnya, semua petugas dinas jaga harus memahami pengaturan dan


prosedurnya. Pengaturan dan prosedur tidak selalu sama disetiap kapal, namun
pada dasarnya adalah komposisi tugas jaga harus diatur sedemikian rupa, sehingga
petugas jaga dianggap mampu untuk menjamin pengoperasian kamar mesin aman
sesuai dengan kondisi masing-masing kapal.

Untuk menentukan komposisi para petugas dinas jaga, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan:
1. Kualifikasi dan pengalaman petugas jaga
2. Keselamatan jiwa, kapal, muatan, daerah dimana kapal berada, terutama
pelabuhan dan perlindungan lingkungan
3. Kepatuhan terhadap peraturan-peraturan internasional, nasional dan
lokal/setempat
4. Jenis kapal, jenis-jenis mesin dan kondisi masing-masing
5. Efektifitas pengawasan terhadap semua permesinan berkaitan dengan
keamanan pengoperasian kapal yang terus menerus.
6. Cara pengoperasian semua permesinan dalam kondisi khusus seperti cuaca,
perairan yang tercemar, perairan dangkal, penanganan mesin jika terjadi
kerusakan, dll.
7. Sistem/cara mempertahankan pengoperasian mesin/kapal secara normal.

Selanjutnya, prosedur dinas jaga harus benar-benar dipahami, karena dalam setiap
bertugas, harus diawali dan diakhiri dengan timbang terima jaga, yang walaupun

Dinas Jaga Mesin 6


kelihatannya biasa dan sederhana, tetapi dibalik itu terdapat nilai tanggungjawab
yang tidak kecil.

Dengan telah diberlakukannya Aturan Manajemen Keselamatan Internasional yaitu,


ISM-Code (International Safety Management), maka setiap kapal seharusnya
memiliki Sistem Manajemen Keselamatan (SMK), dan semua sistem serta
aturannya tertulis dalam sebuah buku yang juga harus ada di kapal. Buku ini harus
dibaca, dipahami dan diikuti oleh semua awak kapal, termasuk petugas dinas jaga.

Didalam buku Sistem Manajemen Keselamatan berisi antara lain, prosedur dan
pelaksanaan kegiatan operasional kapal, termasuk prosedur dinas jaga. Jadi, setiap
petugas jaga harus mengikuti prosedur sebagaimana yang tertera dalam Sistem
Manajemen Keselamatan ini.

Walaupun demikian masih ada beberapa kapal atau di kapal-kapal jenis tertentu
yang tidak mengikuti aturan ISM-Code dan tidak memiliki SMK. Dalam hal ini
prosedur dinas jaga hanya mengikuti apa yang biasanya diberlakukan di kapal
tersebut. Apakah kapal tersebut sudah memiliki SMK atau belum, ada beberapa
ketentuan yang harus diikuti dan ditaati, yaitu bahwa:
1. Petugas dinas jaga (baik perwira maupun rating) harus dalam kondisi sehat, ini
artinya, mereka yang sedang sakit tidak boleh diberi tugas jaga, dan bagi yang
akan diganti, tidak boleh menyerahkan tugas jaganya kepada pengganti tugas
jaga yang sedang sakit.
2. Petugas dinas jaga tidak boleh dalam keadaan mabuk akibat minuman atau
obat-obatan, baik sebelum maupun selama dinas jaga. Seperti diatas, bagi
petugas jaga yang akan digantikan juga tidak menyerahkan tugasnya kepada
mereka yang sedang mabuk karena minuman dan obat-obatan (bukan mabuk
laut).
3. Pimpinan tugas jaga (di kamar mesin) adalah perwira mesin yang kompeten
dan yang bertanggungjawab kepada KKM. Selama dinas jaga, perwira mesin
atau masinis akan bertindak untuk dan atas nama KKM. Adapun rating dinas
jaga, hanya membantu perwira mesin yang dinas jaga, dan harus mematuhi
setiap perintahnya selama berdinas jaga. Rating dinas jaga tidak
bertanggungjawab kepada KKM.

Dinas Jaga Mesin 7


4. Dalam hal-hal yang penting, atau terjadi sesuatu yang dapat menimbulkan
bahaya atau keadaan darurat, petugas dinas jaga harus segera melaporkan
peristiwanya kepada KKM dan anjungan agar dapat diambil tindakan yang
perlu. Dalam kondisi ini, jika yang mengetahui kejadiannya pertama kali
adalah rating, maka rating dinas jaga harus melaporkan dulu kepada perwira
dinas jaga. Jika tidak dapat menemukan dengan segera, dapat segera langsung
melapor ke KKM dan anjungan.
5. Dalam hal kejadian darurat tersebut diatas, jika terpaksa dan dianggap penting,
baik rating maupun perwira jaga dibenarkan untuk melakukan setiap tindakan
untuk menanggulanginya, dan melaporkan segalanya kepada KKM dan
anjungan segera sesudahnya.
6. Komunikasi dan saling meminta informasi antara pengganti dan yang akan
digantikan adalah hal yang sangat baik dan perlu dibiasakan.

Selanjutnya petugas dinas jaga juga perlu mengetahui prosedur-prosedur sewaktu


menerima dan/atau menyerahkan tugas dan bagaimana rinciannya.

B. Menerima Tugas Jaga

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerima tugas jaga, atau akan
menggantikan jaga dari rekan kita yang sebelumnya bertugas, adalah :
1. Petugas pengganti harus hadir selambat-lambatnya 15 menit sebelum jam tugas
jaga mulai. Jadi misalnya tugas jaga 08.00 – 12.00, maka pengganti jaga harus
sudah di kamar mesin pada jam 07.45.
2. Sebelum dilakukan timbang terima, petugas pengganti harus memeriksa
keadaan seluruh kamar mesin dan lokasi-lokasi lain yang menjadi bagain
pengawasannya dan memastikan bahwa semua mesin dan alat-alat yang
beroperasi dalam keadaan normal, demikian juga dengan keadaan tangki-
tangki bahan bakar, minyak pelumas, air pendingin dan lain-lain, harus berisi
penuh atau tidak kurang dari semestinya.
3. Memastikan bahwa jika suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh petugas
yang akan diganti sudah dilaksanakan dengan baik dan dilaporkan. Jika
pekerjaan tersebut belum selesai, harus dipastikan apa dan bagaimana tindakan
yang harus dilakukan selanjutnya dan siapa yang harus melakukannya.

Dinas Jaga Mesin 8


4. Memeriksa log-book dan buku / catatan-catatan lain yang perlu apakah sudah
diisi dengan benar dan semestinya, jika perlu dicocokkan dengankeadaan
sebenarnya, dan lain-lain.

C. Menyerahkan Tugas Jaga

Seperti telah diuraikan diatas, ada beberapa hal yang harus dipastikan sebelum
menyerahkan tugas jaga kepada pengganti, yaitu kondisi kesehatan dan fisik dari
para pengganti, apakah yang bersangkutan cukup fit atau tidak untuk bertugas jaga.

Karena jika kita menyerahkan tugas jaga kepada pengganti yang tidak fit, pihak
yang menyerahkan tugas jaga juga akan ikut bertanggungjawab. Dalam hal ini
KKM harus diberitahu dan mintakan saran serta instruksi selanjutnya.

Terlepas dari hal-hal tersebut, sebelum menyerahkan tugas jaga, pihak yang akan
digantikan wajib “membereskan” semua urusan jaga, artinya harus dipastikan
bahwa:
1. Kamar mesin dalam keadaan rapi dan bersih.
2. Semua mesin / alat-alat yang beroperasi dalam keadaan normal
3. Semua tangki-tangki berisi zat dengan jumlah, tekanan dan temperatur normal
4. Keadaan kamar mesin bersih dan rapi, termasuk lantai dan tangga-tangga.
5. Menyiapkan catatan dan informasi untuk diberikan kepada petugas pengganti,
mengenai pekerjaan atau hal-hal yang harus dilakukan pada jam tugas jaga
berikutnya karena belum selesai dikerjakan atau karena sebab-sebab yang lain.
6. Log-book dan buku atau catatan-catatan lain sudah diisi sebagaimana mestinya,
termasuk jumlah pemakaian BBM/ minyak lumas selama jaga, putaran mesin
induk dan counter putaran mesin pada jam saat terakhir jaga, dan lain-lain.

Jika semua sudah “beres” dan pihak pengganti “puas”, maka tugas jaga diserahkan
tepat pada saat atau jam pergantian jaga.

D. Jenis-Jenis Dinas Jaga

Tugas jaga di atas kapal dibagi atas 3 kelompok.


a. Menurut pengoperasian kapal : jaga laut dan jaga pelabuhan.

Dinas Jaga Mesin 9


Pengelompokan menurut pengoperasian kapal adalah membagi tugas jaga
kapal sesuai keadaan operasional kapal, yaitu :
1) Jaga laut yaitu tugas jaga yang dilakukan pada saat kapal sedang berlayar.
2) Jaga pelabuhan yaitu tugas jaga yang dilakukan pada saat kapal berada di
pelabuhan baik sandar (a long side) atau labuh jangkar (kegiatan bongkar
muat, perbaikan dok).
b. Menurut pembagian tugas : bagian dek dan mesin
Pengelompokan menurut pembagian tugas adalah membagi tugas jaga awak
kapal sesuai bagiannya, yaitu :
1) Bagian deck (tugas jaga yang dilakukan oleh awak kapal yang melakukan
pekerjaan bagian deck).
2) Bagian mesin (tugas jaga yang dilakukan oleh awak kapal yang melakukan
pekerjaan bagian mesin).
c. Menurut sifatnya : jaga rutin, jaga darurat dan jaga khusus.
Pengelompokan menurut sifatnya adalah membagi tugas jaga awak kapal
sesuai sifat kegiatannya, yaitu :
1) Jaga rutin : tugas jaga oleh awak kapal secara rutin baik di laut maupun
pelabuhan sesuai pembagian tugas & jadwal yang ditetapkan dalam
pengoperasian kapal.
2) Jaga darurat : tugas jaga oleh awak kapal pada saat dalam keadaan darurat
dan dilakukan tindakan penyelamatan (badai, cuaca buruk dan terbakar).
3) Jaga khusus, tugas jaga oleh awak kapal yang sifatnya khusus yang di
dalam pelaksanaannya tidak mengacu pada pembagian tugas dan jadwal
tetapi mengacu pada kegiatan yang sedang dilakukan.
Suatu kebiasaan yang berlaku, walaupun kadang-kadang tidak tercantum dalam
aturan yang diberlakukan adalah pembagian waktu tugas jaga serta petugas dinas
jaga pada periode-periode tersebut.

1. Tugas Jaga laut

Yang dimaksud dengan tugas jaga laut adalah, tugas jaga selama kapal dalam
keadaan berlayar, dimana mesin penggerak utama jalan. Jam tugas jaga laut
selama 24 jam dibagi menjadi 3 shift, masing-masing petugas jaga

Dinas Jaga Mesin 10


melaksanakan tugas dua kali, dan setiap jaga 4 jam. Berikut pembagian jam
dinas jaga selama jaga laut:
a) 00.00 – 04.00 (larut malam) Masinis II
b) 04.00 – 08.00 (dini hari) Masinis I
c) 08.00 – 12.00 (pagi hari) Masinis III
d) 12.00 – 16.00 (siang malam) Masinis II
e) 16.00 – 20.00 (sore hari) Masinis I
f) 20.00 – 24.00 (malam hari) Masinis III
Biasanya setiap Masinis atau perwira mesin dibantu oleh rating dinas jaga
(Juru Minyak atau Oiler) tertentu yang ditunjuk.

Dalam prakteknya, tugas ini termasuk dan dimulai sejak aba-aba atau perintah
dari nakhoda yang populer disebut “One Hour Notice” atau OHN (Peringatan
Satu Jam) untuk manouvre (mengolah gerak).

Mengolah gerak kapal adalah salah satu kegiatan kapal yang penting, yang
harus dilakukan, yaitu kegiatan kapal sewaktu:
a) Berangkat dari suatu pelabuhan
b) Tiba di suatu pelabuhan
c) Berlabuh jangkar
d) Berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lain dalam area pelabuhan, baik dari
dermaga ke dermaga lain atau ke lokasi berlabuh jangkar dan sebaliknya.

Perintah OHN adalah perintah nakhoda kepada seluruh awak kapalnya agar
mulai mempersiapkan semua peralatan dan permesinan untuk manouver.
Mengolah gerak dianggap selesai jika nakhoda sudah mengeluarkan perintah
“Finish With Engine” atau FWE (Selesai Mesin).

Perintah satu jam (OHN) ini harus ditindak-lanjuti sesuai prosedur-prosedur


yang telah ditetapkan untuk seluruh bagian, baik dek, mesin maupun katering
dan radio. Semua awak kapal yang terlibat langsung dalam kegiatan manuver
harus mulai melaksanakan prosedur persiapan, standby, pelaksanaan olah gerak
dan lain-lain, hingga selesai. Untuk bagian mesin, prosedur ini meliputi:

Dinas Jaga Mesin 11


Persiapan

Tugas awak kapal mesin adalah menyiapkan mesin induk dan mesin-mesin lain
yang diperlukan, termasuk kebutuhan tenaga listrik yang dalam keadaan ini
memerlukan ekstra tenaga. Jadi, biasanya, perwira jaga mesin pertama-tama
memastikan ada dua generator yang harus jalan dan di paralel. Jika sebelumnya
hanya satu yang jalan, maka harus menjalankan satu generator lagi dan
diparalelkan dengan generator yang sudah jalan. Pekerjaan selanjutnya
meliputi:

a) Menyiapkan log-book dan buku olah gerak serta buku / catatan-catatan


lain.
b) Mencocokkan jam kamar mesin dengan jam anjungan, melakukan tes
telegrap, tes kemudi dan lain-lain bersama-sama petugas jaga di anjungan.
c) Menjalankan kompresor udara untuk mengisi tekanan botol angin yang
diperlukan untuk menjalankan mesin induk, hingga tekanannya penuh /
maksimum.
d) Menjalankan sistem pelumasan dan sistem pendingin mesin induk,
sekaligus memeriksa apakah jumlah minyak lumas dan air tawar didalam
sistem mencukupi, termasuk tekanan dan temperaturnya.
e) Menjalankan sistem bahan bakar, sekaligus memeriksa jumlah bahan
bakar di tangki harian dan tangki-tangki lain yang relevan. Pekerjaan ini
juga termasuk memeriksa saringan bahan bakar, flowmeter (mencatat
posisinya) mencerat bahan bakar di tiap-tiap injektor yang a di kop silinder
dll.
f) Menyiapkan arus listrik untuk mesin kemudi, mesin jangkar, capstan
(mesin penarik tali) dan lain-lain kebutuhan yang diminta oleh perwira
dek.
g) Menjalankan pompa untuk “air dek”, yaitu yang sebenarnya digunakan
untuk pemadam kebakaran, tetapi dalam olah gerak biasanya digunakan
untuk membersihkan jangkar dan rantainya.
h) Memutar motor induk dengan mesin pemutar (turning gear) untuk
memastikan tidak ada hambatan didalam silinder-silindernya.

Dinas Jaga Mesin 12


i) Memutar mesin induk dengan tenaga udara tekan dari botol udara (biasa
disebut blow-up) untuk memastikan mesin induk dapat diputar / distart
dengan udara.
j) Menyiapkan blower bantu (jika ada) untuk motor induk, yang biasanya
diperlukan sewaktu mesin induk distart agar mudah dihidupkan.
k) Menyiapkan udara tekan untuk suling kapal, dan lain-lain, tergantung
fasilitas dan kondisi masing-masing kapal.
Selama mengerjakan hal-hal tersebut, komunikasi dengan perwira dek di
anjungan harus selalu dilakukan agar setiap perkembangan terpantau, lebih-
lebih sewaktu blow-up mesin induk, harus mendapat ijin dulu dari anjungan.
Biasanya yang pertama dilakukan adalah, mencocokkan jam di kamar mesin
dengan jam di anjungan.

Demikian juga pengisian data dan keterangan-keterangan yang perlu didalam


log-book, harus dilakukan seketika dan seteliti mungkin. Hal ini perlu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengisian waktu (jam),
yang harus ditulis seteliti mungkin, hingga ke detik.
Jika semuanya sudah dilakukan dan berjalan sebagaimana mestinya, perwira
mesin jaga melaporkan kepada anjungan bahwa mesin sudah siap, dan
menunggu perintah selanjutnya untuk standby.

Mengolah gerak berangkat dari pelabuhan

Dalam mengolah gerak, kamar mesin mengikuti perintah dari anjungan, dan
harus berusaha memenuhi semua perintah yang diberikan. Ini dimulai saat
perintah “standby” diberikan oleh anjungan. Tergantung jenis konstruksi dan
fasilitas peralatan komunikasi dan sistem starting / stop mesin induk, pada
dasarnya departemen mesin hanya mengikuti perintah yang diberikan. Ada
mesin induk yang hanya dapat dihidupkan dari kamar mesin saja, tetapi ada
juga yang dapat dihidupkan dan dimatikan dari anjungan.

Untuk jenis yang terakhir, petugas jaga di kamar mesin hanya mengawasi
jalannya mesin induk, memeriksa temperatur dan tekanan, menjaga tekanan
udara tekan di botol angin, menjaga jumlah arus atau tenaga listrik yang
digunakan (melalui main switchboard), melakukan penyetelan dan penyesuaian

Dinas Jaga Mesin 13


seperlunya,dan lain-lain. Berbeda dengan mesin induk yang hanya dapat
dijalankan dari kamar mesin, petugas jaga (biasanya Masinis II) harus
menghidupkan dan mematikan mesin induk sesuai perintah dari anjungan
melalui telegraph. Apapun jenis dan fasilitas olah gerak atau manouver yang
ada, selama kapal mengolah gerak, hampir semua awak kapal mesin standby,
terutama para perwira mesin, termasuk KKM. Seluruhnya mengawasi jalannya
mesin-mesin yang dioperasikan, menjaga agar semua berjalan semestinya.
Kapal yang sedang mengolah-gerak dapat dikategorikan dalam keadaan
darurat. Seluruh awak kapal harus standby, siap sewaktu-waktu dibutuhkan
tenaganya.

Dalam kondisi mengolah gerak, setiap saat bisa terjadi kecelakaan, apakah
kapal tubrukan, menabrak dermaga, atau mesin induk tiba-tiba mati padahal
seharusnya jalan sehingga terjadi tabrakan. Itulah sebabnya, kewaspadaan dan
persiapan sebelum mengolah gerak sangat penting dan prosedur mengolah
gerak harus diikuti dengan seksama.

Selama mengolah gerak, mesin induk beroperasi dengan putaran yang selalu
berubah-ubah, sehingga tekanan dan temperatur air pendingin dan minyak
lumas harus dijaga agar tetap dalam kondisi yang aman, tidak terlalu rendah,
juga tidak terlalu tinggi. Dan pada jenis mesin induk yang dihubungkan
langsung dengan propeler, putarannya bukan saja selalu berubah, tetapi mesin
sering harus berputar kearah sebaliknya sehingga mesin harus stop dulu, dan
putarannya dibalik. Dengan seringnya jalan dan stop, dibutuhkan banyak udara
tekan, sehingga tekanan udara didalam botol harus dikontrol dan tidak boleh
kurang dan minimal tekanannya bida digunakan untuk menjalankan mesin
induk. Pada mesin induk yang menggunakan kopling atau CPP (controlable
pitch propeller), mesin induk hanya distart satu kali saja, hingga mengurangi
beban pengawasan.

Keadaan mengolah gerak ini dapat berlangsung sebentar saja, mungkin kurang
dari satu jam, tetapi juga bisa sampai lebih dari 12 jam, tergantung dimana olah
geraknya. Karena itu tugas jaga harus dapat disesuaikan dan diatur sedemikian

Dinas Jaga Mesin 14


rupa, sehingga walaupun tetap dalam keadaan standby, faktor kelelahan
manusia harus diperhatikan.

Yang harus diutamakan adalah, bahwa selama kapal mengolah gerak, perhatian
harus dicurahkan sepenuhnya. Seseorang yang kelelahan tidak mungkin dapat
mencurahkan seluruh perhatiannya terhadap tugasnya.

Walaupun ini kewenangan KKM untuk mengaturnya, tetapi yang mengetahui


dengan tepat lelah atau tidaknya seseorang adalah dirinya sendiri. Karena itu
setiap awak kapal harus selalu menjaga kondisi kesehatannya sendiri.

Jika perintah mengolah gerak diawali oleh standby, maka akhir dari olah gerak
kapal diawali dengan “begin of sea voyage” jika berangkat menuju suatu
pelabuhan, atau “finish with engine” jika di pelabuhan. Pekerjaan yang harus
dilakukan dalam kedua jenis akhir olah gerak ini sangat berbeda, dan akan
dibahas sendiri-sendiri.

Dalam Pelayaran

Awal dari suatu pelayaran kapal adalah perintah “begin of sea voyage” yang
diberikan oleh nakhoda, baik melalui telegrap maupun melalui telepon secara
lisan. Waktunya harus dicatat secara rinci, disamping hari dan tanggal, juga
termasuk jam, menit dan detik.

Jika perintah tersebut diberikan, bukan berarti pekerjaan berkurang, bukan


tinggal jaga laut saja, tetapi bagi awak kapal mesin, dalam hal ini perwira
mesin dan petugas dinas jaga lain (oiler), harus menyiapkan mesin untuk
pelayaran panjang, yang meliputi:

a) Menaikkan putaran mesin induk, secara bertahap, dari putaran full speed
olah gerak hingga pada akhirnya mencapai putaran full speed jelajah.
Biasanya KKM sudah menentukan, berapa putaran maksimum mesin
induk.
b) Mengganti bahan bakar yang tadinya menggunakan bahan bakar ringan
(HSD atau MDF) dengan MFO yang lebih berat. Pekerjaan ini tidak dapat
dilakukan dengan hanya membuka atau menutup katup-katup saja, tetapi
perlu menaikkan temperatur bahan bakar secara pelan-pelan hingga

Dinas Jaga Mesin 15


temperatur tertentu yang telah ditetapkan oleh KKM. Ini memerlukan
perhatian dan pengawasan yang cukup serius. Pemakaian bahan bakar
akan menentukan apakah sebuah kapal dapat dikatakan efisien atau tidak.
c) Menjalankan separator (Fuel Oil Purifier) bahan bakar.

Gambar 2.1 Fuel Oil Purifier

d) Mencatat jumlah putaran mesin induk di revolution counter untuk dasar


perhitungan selama berlayar.
e) Mencatat pemakaian bahan bakar yang tertera di flowmeter untuk
perhitungan selanjutnya.
f) Mengatur tekanan dan temperatur air pendingin dan minyak pelumas
sesuai yang telah ditentukan.
g) Mengatur dan mengawasi tekanan uap di ketel. Yang harus diperhatikan
adalah tekanan ketel tidak boleh lebih rendah dari yang ditentukan, tetapi
masih aman sesuai kekuatannya.
h) Mengatur jumlah beban generator, dan mematikan salah satu generator
yang jalan.
i) Mematikan blower bantu motor induk, jika tekanan udara bilas atau
putaran turbocharger sudah cukup untuk mesin induk.
j) Membereskan semua alat atau mesin-mesin yang sudah tidak diperlukan
untuk olah gerak, mematikannya jika perlu atau menyiapkannya untuk
keperluan lain, dan lain-lain.
Sesudah semuanya beres, dan berjalan sesuai yang ditetapkan, maka tugas
selanjutnya barulah dianggap sebagai “tugas jaga laut”.

Dinas Jaga Mesin 16


Tugas pokok selama pelayaran adalah pengawasan atas jalannya mesin induk
dan mesin-mesin lain yang dioperasikan dan menjaga agar tetap dalam keadaan
“normal”.
Pekerjaan rutin selama tugas jaga laut, antara lain meliputi:
a) Menghitung jumlah pemakaian bahan bakar, minyak pelumas, serta
mencatat pemakaian-pemakaian lain yang dilakukan selama tugas jaga.
b) Mengawasi jumlah dan temperatur bahan bakar didalam tangki harian,
mencerat dan menambah jika dianggap perlu, demikian juga dengan
tekanan pompa-pompa bahan bakar, serta kondisi saringan-saringannya.
Jika perlu saringan dibersihkan.
c) Mengawasi jumlah dan temperatur serta tekanan minyak pelumas dalam
sistem, menambah jika perlu dan melakukan penyesuaian-penyesuaian
seperlunya, termasuk saringan-saringannya.
d) Mengawasi jumlah dan temperatur serta tekanan air tawar pendingin
dalam sistem, menambah jika perlu dan melakukan penyesuaian-
penyesuaian seperlunya.
e) Melakukan pencatatan (log-book) terhadap tekanan dan temperatur air
pendingin (air tawar dan air laut), minyak pelumas, bahan bakar, gas
buang, udara bilas dll.
f) Menghitung jumlah putaran selama jaga, mencatat jarak yang ditempuh
kapal yang dapat diminta dari anjungan pada saat-saat akhir dan awal jam
jaga, dan lain-lain.

Selain pekerjaan-pekerjaan rutin tersebut, biasanya masing-masing perwira


jaga mempunyai tugas sendiri yang harus dilakukan pada jam-jam jaganya.
Pekerjaan masing-masing perwira jaga antara mengganti generator atau
pompa-pompa yang sedang jalan, membersihkan saringan-saringan, blow-up
dan blow-down air ketel, memeriksa kualitas air ketel, sounding tangki-tangki
bahan bakar, menghitung sisa bahan bakar dan pelumas dan lain-lain, dimana
biasanya perlu bantuan dari rating dinas jaga.
Adapun tugas tambahan bagi rating dinas jaga yang harus dilakukan adalah,
terutama, menjaga kebersihan dan kerapian kamar mesin termasuk lantai-
lantai, tangga-tangga, ruang kontrol dan lain-lain.

Dinas Jaga Mesin 17


Pengawasan oleh petugas dinas jaga akan bertambah pada jam-jam kerja
harian, dimana ada pekerjaan harian yang mungkin harus membuka lantai
kamar mesin, tangga atau alat-alat pengaman. Dalam kondisi ini petugas jaga
disamping harus ekstra hati-hati juga perlu membantu mereka dalam hal
keselamatan, seperti memasang tanda peringatan, menyiapkan alat-alat
pengaman dan lain-lain. Walaupun demikian, petugas dinas jaga tidak boleh
terlibat langsung dengan pekerjaan harian, kecuali terpaksa, dan harus lebih
mementingkan tugas jaganya.

Olah gerak tiba di pelabuhan tujuan

Pada dasarnya mengolah gerak sewaktu kapal menjelang tiba di suatu


pelabuhan, dilakukan pekerjaan-pekerjaan yang merupakan kebalikan dari
pekerjaan sewaktu kapal berangkat. Seperti sewaktu akan berangkat dari suatu
pelabuhan, perintah mengolah gerak dimulai dari “one hour notice” tiba,
dimana perwira tugas jaga akan mulai melakukan persiapan-persiapan tiba, dan
mulai mengolah gerak jika sudah ada perintah “standby” dari anjungan.
Persiapan yang biasa dilakukan adalah:

a) Menurunkan putaran mesin induk secara bertahap hingga mendekati


putaran full speed olah gerak.
b) Menyiapkan dan melakukan penggantian bahan bakar dari MFO dengan
MDO atau HSD pada waktu yang diperkirakan relevan, agar pemakaian
MDO bisa sehemat mungkin, namun pada waktu standby, HSD atau MDO
harus sudah sepenuhnya terpakai. Pekerjaan ini termasuk menurunkan
temperatur bahan bakarnya.
c) Menyiapkan dan menjalankan generator dan paralel dengan yang sudah
ada untuk menerima beban yang lebih besar.
d) Menyiapkan tenaga/arus listrik untuk mesin jangkar dan capstan
e) Menyiapkan udara tekan di botol udara dan mengisinya hingga tekanan
maksimum.
f) Mematikan separator bahan bakar (Fuel Oil Purifier)
g) Menyiapkan blower bantu untuk start mesin induk jika diperlukan.
h) Menjalankan kompresor udara dan mengisi botol angin

Dinas Jaga Mesin 18


Gambar 2.2 Kompresor Udara

i) Menyiapkan log-book, buku manouver dan catatan lain-lain

Selanjutnya menunggu perintah standby dan melakukan olah gerak atau


manouver sesuai perintah melalui telegrap. Atau hanya melakukan pengawasan
terhadap jalannya mesin-mesin jika mesin induk dioperasikan dari anjungan.
Seperti halnya pada kondisi-kondisi olah gerak, perhatian dan pengawasan
harus dilakukan dengan penuh kewaspadaan karena setiap ada kemungkinan
keadaan darurat.

Seperti halnya dengan waktu berangkat, selama manouver, pengawasan


terhadap mesin dan alat-alat yang beroperasi harus lebih cermat, temperatur
dan tekanan air pendingin dan minyak lumas diperhatikan dan harus dijaga
tetap pada kondisi yang seharusnya, dan/atau disetel seperlunya. Jika putaran
mesin induk sudah rendah dan perlu bantuan blower, maka blower dijalankan
(jika tidak bekerja secara otomatis).

Catatan-catatan yang harus dibuat, termasuk di log book dan dibuku olah
gerak, harus diisi dengan cermat, termasuk pemakaian bahan bakar yang
digunakan selama oleh gerak atau manouvre.

Jika perintah “Finish With Engine” muncul di telegrap, berarti kapal selesai
mengolah gerak, yang berarti kapal sudah berlabuh jangkar. Tugas selanjutnya
adalah “menyelesaikan” dan/atau mematikan mesin induk dan mesin-mesin
lain yang tadinya digunakan untuk mengolah gerak. Pekerjaan ini sangat
penting dan harus dilakukan dengan sebaik-baik agar tidak terjadi masalah
pada operasi selanjutnya.

Dinas Jaga Mesin 19


Penyelesaian (Finishing)

Pekerjaan ini kelihatannya mudah dan sederhana, namun jika diabaikan,


akibatnya bisa fatal di kemudian hari. Tugas akan dimulai sewaktu perintah
“Finish With Engine” diberikan dari anjungan, baik melalui telegraph maupun
melalui telepon. Berarti tugas mesin induk selesai. Agar kondisi mesin induk
tetap sempurna dan siap dijalankan lagi, maka beberapa prosedur dasar perlu
dilakukan, antara lain:
a) Katup indikator dibuka, menutup katup-katup dan pompa sistem bahan
bakar.

Gambar 2.3 Katup Indikator

b) Mesin induk diblow-up untuk membuang sisa-sisa gas pembakaran


c) Pasang mesin pemutar (turning gear) dan putar mesin induk selama 10-15
menit.
d) Mematikan sistem pendingin dan sistem pelumas, jika temperatur mesin
induk sudah dingin atau mendekati temperatur udara disekitarnya.
Tugas selanjutnya adalah administrasi, yaitu mengisi buku harian (log book)
dan laporan-laporan, catatan pemakaian bahan bakar, dan lain-lain.

2. Tugas Jaga Pelabuhan

Tugas jaga pelabuhan sedikit lebih ringan dibandingkan dengan jaga laut.
Demikian juga dengan jam tugas jaga di pelabuhan berbeda dengan jam tugas
jaga dilaut atau selama pelayaran. Tugas jaga dipelabuhan untuk perwira mesin
atau Masinis adalah 24 jam atau sehari semalam. Walaupun demikian, bukan
berarti selama tugas jaga Masinis harus berada dikamar mesin. Hanya jika ada
suatu pekerjaan yang harus dilakukan, maka perwira mesin berada dikamar
mesin. Jika tidak, dan keadaan dianggap aman, perwira jaga dapat berada

Dinas Jaga Mesin 20


ditempat lain atau dikamarnya sendiri, bahkan tidur. Yang selalu harus berada
dikamar mesin adalah juru minyak atau oiler, yang sehari bertugas selama 8
jam berturut-turut, bergantian.

Selama jaga pelabuhan, mesin induk tidak beroperasi, bahkan jika tidak sedang
bongkar muat, generator cukup satu saja yang dioperasikan. Jadi walaupun
kewaspadaan tetap harus tinggi, tetapi pengawasan terhadap mesin-mesin yang
beroperasi relatif lebih sedikit.

Walaupun demikian, kewaspadaan tetap harus dijaga, terutama dalam


menghadapi “intervensi” dari luar, misalnya tamu atau buruh. Dan sering ada
petugas / pejabat pelabuhan atau pihak-pihak resmi lain yang datang ke kapal.
Kewaspadaan disini adalah, bukan karena mereka membahayakan kapal, tetapi
umumnya mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin menimpa mereka
dikapal. Selain hal tersebut, di beberapa pelabuhan atau wilayah tertentu
memang sering terjadi pembajakan atau pencurian. Disini berlaku peraturan
dan prosedur ISPS Code (International Ship and Port Facility Security), yang
harus diterapkan dikapal, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan aturan dan prosedur ISPS Code kadang-kadang berbeda dari satu
pelabuhan dengan pelabuhan lain. Oleh karena itu, dalam hal ini perlu
pengalaman dan informasi dari pejabat setempat dan agen atau dari mereka
yang lebih mengenal kondisi pelabuhan dimana kapal berlabuh atau sandar di
dermaga.
Intervensi dari luar bukan hanya dari orang lain atau tamu saja, tetapi juga dari
laut, atau keadaan laut disekitar kapal. Kondisi cuaca dan alam sekitar
pelabuhan, seperti kedangkalan dan kondisi dasar laut (lumpur, pasir) sangat
mempengaruhi jalannya mesin, karena mesin memerlukan air laut sebagai
pendingin. Jika terlalu dangkal, kemungkinan lumpur terisap pompa dan
menyumbat saringan, sehingga mesin menjadi panas.

Jika disekitar kapal berlabuh terdapat sarang ubur-ubur, sering terisap pompa
pendingin sehingga berakibat sama, yaitu saringan buntu. Akibatnya adalah,
mesin menjadi panas, generator tiba-tiba mati sendiri dan “black-out”,
sehingga listrik di kapal padam.

Dinas Jaga Mesin 21


BAB III
KEADAAN DARURAT

A. Pengertian Keadaan Darurat

Kecelakaan kapal terjadi dapat pada waktu kapal melaksanakan pelayaran di tengah
laut, pada waktu berlabuh jangkar di tempat berlabuh jangkar (Anchorage), pada
waktu kapal dikat/dikepil dibuoy, atau pada waktu kapal sandar
dipelabuhan/dermaga/terminal pada waktu kapal melakukan bongkar dan muat,
meskipun sudah diupayakan cara penanggulangannya dan pencegahannya.

Dari berbagai kecelakaan yang terjadi dianalisa bahwa kecelakaan (defiency) terjadi
karena faktor kesalahan manusia.Dengan diberlakukannya International Safety
Management Code (ISM Code) adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan
sehingga hilangnya nyawa Manusia (Life at Sea), Harta benda/Kapal dan
muatannya serta pencegahan adanya pencemaran di laut (Enviroment) dapat
dicegah.
1. Prosedur
Prosedur adalah suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam
melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik.
2. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan normal yang
mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan baik bagi
keselamatan manusia, harta benda dan pencemaran lingkungan.
3. Prosedur Keadaan Darurat
Prosedur keadaan darurat adalah tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi
suatu keadaan darurat dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi
kerugian lebih lanjut atau semakin besar.
4. Jenis-jenis Prosedur Keadaan Darurat
a. Prosedur Intern (Lokal)
Prosedur intern merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing
bagian/departemen dengan pengertian keadaan darurat yang bersangkutan,
tanpa melibatkan kapal-kapal atau penguasa pelabuhan setempat.

Dinas Jaga Mesin 22


b. Prosedur Umum (Utama)
Prosedur Umum merupakan suatu pedoman perusahaan secara menyeluruh
dan telah menyangkut keadaan darurat yang cukup besar atau paling tidak
dapat membahayakan kapal-kapal lain atau dermaga/terminal.
Dari cara penanggulangannya dibutuhkan pengarah personil yang banyak dan
melibatkan kapal-kapal atau penguasa pelabuhan setempat.

B. Jenis-jenis Keadaan Darurat


Selama pelayaran adakalanya suatu kapal akan menghadapi suatu masalah yang
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti keadaan cuaca (weather
condition), keadaan alur pelayaran (Intensity of channel), manusia, kapal-kapal lain
serta hal yang lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan pada
akhirnya menimbulkan gangguan pada pelayaran kapal tersebut. Keadaan gangguan
dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat. Jenis-jenis keadaan darurat tersebut
adalah :
1. Tubrukan (Collision)
Tubrukan kapal dapat terjadi karena tubrukan kapal dengan kapal lain, kapal
dengan dermaga ataupun benda tertentu sehingga dapat menimbulkan kerugian
antara lain kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut
(kapal Tanker), pencemaran dan dapat menimbulkan kebakaran.
Akibat lain yang dapat ditimbulkan adalah kepanikan atau ketakutan
penumpang/anak buah kapal sehingga dapat mengganggu atau memperlambat
tindakan pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat
tersebut.

Dinas Jaga Mesin 23


Gambar 3.1 Tubrukan Kapal

2. Kebakaran (Fire) ledakan (explosion)


Kebakaran kapal dapat terjadi diberbagai lokasi yang rawan terhadap
kebakaran, misalnya dikamar mesin, ruang muatan, gudang/store cat,
penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi
nahkoda dan anak buah kapal. Selain itu kebakaran terjadi timbul karena
tubrukan.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran
terjadi karena ledakan yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi
keadaan darurat serta perlu di atasi, keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan
darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi
yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau
ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan
yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.

Gambar 3.2 Kebakaran Kapal

Dinas Jaga Mesin 24


3. Kandas (Grounding)
Tanda-tanda kapal kandas adalah putaran baling-baling terasa berat, asap
cerobong mendadak hitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah
kemudian berhenti mendadak dan kemudi dapat digerakkan.
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung
pada permukaan dari dasar laut atau perairan, sungai dan situasi dalam kapal
tertentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada saat kapal kandas kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan
pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak
terdapat di atasi sedangkan bahaya kebakaran tertentu akan dapat saja terjadi
kebakaran jika bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang
rusak menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan
kebakaran.
Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi
karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi
kapal. Kapal kandas dapat terjadi permanent dan sementara tergantung dari
dasar laut atau sungai ataupun cara mengatasi keadaan jadi rumit.

Gambar 3.3 Kapal Kandas


4. Kebocoran/tenggelam
Keadaan ini terjadi karena kapal kandas, tubrukan, kebakaran serta kerusakan
kulit kapal pelat kapal karena korosi sehingga perlu segera di atasi. Air yang
masuk dengan cepat sehingga air tidak dapat segera di pompa keluar akan
menyebabkan stabilitas kapal jelek dan menimbulkan kapal tenggelam.

Dinas Jaga Mesin 25


Gambar 3.4 Kapal Tenggelam

5. Orang jatuh ke laut (Man Overboard)


Keadaan darurat ini misalkan penumpang atau anak buah kapal yang sedang
melakukan/melaksanakan kerja di deck. Untuk melakukan pertolongan ini
tergantung dari keadaan cuaca dan kemampuan kapal berolah gerak dan
semangat hidup dari korban sehingga dapat terjadi kerja sama dan operasi
dapat dilakukan dengan baik.

Gambar 3.5 Orang Jatuh Ke Laut


6. Pencemaran
Pencemaran laut terjadi karena kapal tubrukan, kapal kandas, kebocoran,
buangan limbah muatan kapal tangki, buangan limbah dari kamar mesin tidak
lebih dari 15 ppm. Dalam melakukan pencegahan pencemaran di laut harus
didasari dari personil yang sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan.

Gambar 3.6 Pencemaran Laut

Dinas Jaga Mesin 26


C. Tugas Jaga dalam Keadaan Khusus

Kondisi pengoperasian kapal tidak pernah sama, dan selalu berbeda dari satu waktu
ke waktu lain, dari satu lokasi ke lokasi lain. Demikian juga dengan kondisi cuaca
dilaut yang tidak selamanya cerah dan sangat tergantung pada musim dan atmosfir
yang selalu berubah. Demikian juga dengan lokasi dimana kapal berada pada suatu
saat, tidak pernah sama dan bahkan sering berubah cepat dan sangat berlawanan
dengan kondisi sebelumnya.

Untuk menghadapi hal-hal tersebut, perlu kewaspadaan tinggi dari seluruh awak
kapal, termasuk awak kamar mesin. Nakhoda dan/atau perwira dinas jaga
dianjungan akan memberitahukan keadaannya dan meminta kewaspadaan dinas
jaga dikamar mesin untuk sewaktu-waktu melakukan tindakan yang perlu jika
terjadi keadaan tidak terduga. Berikut beberapa kondisi yang memerlukan perhatian
khusus.

1. Kondisi Jarak Pandang dilaut Terbatas


Dalam keadaan ini kapal perlu membunykan suling untuk memberi tanda bagi
kapal-kapal lain yang berada disekitarnya.
Tergantung jenis suling kapal, tetap memerlukan “energi” yang harus
disediakan oleh kamar mesin. Ada suling elektrik, ada yang menggunakan
udara bertekanan tinggi, dan ada juga yang memerlukan uap untuk
membunyikannya. Semuanya harus disiapkan dari kamar mesin.

Selain itu, jika terjadi kejadian yang tidak dapat dielakkan, misalnya tubrukan,
atau nyaris tubrukan, mesin induk harus dapat segera dioperasikan seperti
dalam kondisi manouvre dan sewaktu-waktu distop dan dihidupkan kembali.
Untuk menyiagakan mesin induk dalam kondisi manouvre ini, berati mesin-
mesin bantu tertentu harus disiapkan atau dijalankan.

Secara singkat, dalam kondisi jarak pandang dilaut terbatas, banyak kejadian
yang mungkin terjadi, dan kewaspadaan yang tinggi dari setiap petugas jaga,
sangat diperlukan. Yang jelas, dalam kondisi jarak pandang terbatas disuatu
wilayah, dimana kapal berlayar, tugas jaga laut berubah menjadi tugas jaga
seperti halnya kapal dalam keadaan olah gerak atau manuver, baik untuk

Dinas Jaga Mesin 27


bagian dek maupun untuk bagian mesin. Jika memang membahayakan,
biasanya KKM akan berada dikamar mesin, memimpin sendiri dalam
penjagaan mesin.

Gambar 3.7 Pelayaran Jarak Pandang Terbatas

2. Berlayar didaerah Perairan Sempit

Di daerah perairan yang sempit, seperti diselat atau didekat pantai, dimana
banyak kapal lain yang juga berlayar disekitarnya, perlu kewaspadaan tinggi
dari petugas jaga di anjungan. Bahkan biasanya nakhoda harus hadir dan
memimpin sendiri pengoperasian kapalnya.

Sama halnya dengan kapal diperairan yang berkabut atau jarak pandang
terbatas, maka kapal harus disiagakan dalam kondisi sama dengan mengolah
gerak. Dalam hal ini, biasanya petugas jaga “diperkuat” dengan beberapa
personil mesin lain, dan jika dianggap perlu, KKM akan turun ke kamar mesin
ikut berjaga dan mengawasi situasinya.

Gambar 3.8 Berlayar pada Jalur Sempit

Dinas Jaga Mesin 28


3. Berlayar Dalam Keadaan Darurat

Keadaan darurat disini bisa berarti terjadinya musibah dikapal seperti


tenggelam atau nyaris tenggelam, kebakaran disalah satu lokasi di kapal, atau
kapal berada dalam bahaya karena cuaca dilaut yang sangat berbahaya seperti
berad diareal badai, taifun, ombak laut sangat tinggi dan lain-lain.
Jika kapal berada didaerah dimana ada angin topan atau taifun, dan dimana
kapal selalu oleng baik kekiri-kanan maupun kedepan-belakang, maka para
petugas jaga harus waspada dan mengikat semua benda-benda lepas yang
mungkin bisa jatuh atau bergeser. Mesin induk harus dijaga agar tetap jalan,
dan putarannya harus diatur semikian rupa, sehingga akibat kapal oleh, dan
beban mesin induk juga selalu berubah dari minimum yang tiba-tiba melebihi
maksimum, mesin tetap berjalan dengan risiko kecepatan kapal berkurang dan
dibawah normal. Keselamatan kapal akan terancam jika mesin induk tiba-tiba
mati sendiri dan kemungkinan bencana lain timbul akibat kapal tidak dapat
dikendalikan. Termasuk dalam situasi darurat adalah jika terjadi tumpahan
minyak dari kapal ke laut.

a. Terjadi Kebakaran

Dalam hal terjadi kebakaran dikapal, maka segera diberlakukan situasi


darurat dimana rol atau peran kebakaran diberlakukan. Kondisi demikian
diawali oleh bunyi sirine atau suling sebagaimana yang ditetpkan, yaitu 7
kali tiupan pendek diikuti satu kali tiupan panjang. Semua personil sudah
ditunjuk untuk melakukan satu tugas tertentu, dan semua porang harus
segera menuju pos masing-masing membawa alat atau perlengkapan yang
sudah ditentukan.

Nakhoda dan KKM segera mengorganisir upaya pemadaman bersama-


sama dengan regu-regu yang sudah ditentukan dalam peran darurat ini.
Upaya pembatasan dan pemadaman kebakaran, pertolongan terhadap
korban, pemulihan akibat kebakaran dan lain-lain harus dilakukan tanpa
menimbulkan kepanikan diantara para awak kapal, sehingga situasi panik
tersebut tidak menimbulkan masalah baru yang lebih serius.

Dinas Jaga Mesin 29


Sementara itu, pengoperasian kapal tetap diupayakan tanpa melakukan
perubahan atau penyimpangan dari yang sudah ditentukan, kecuali
situasinya menghendaki demikian dan harus atas perintah nakhoda. Dalam
hal ini, petugas jaga biasanya diganti dengan regu dinas jaga yang sudah
ditentukan, dan tugasnya mempertahankan jalannya mesin-mesin yang
beroperasi, serta memberikan bantuan seperti menjalankan pompa
kebakaran, menyiapkan sistem pemadaman kebakaran lain yang
diperlukan seperti APAR (Alat Pemadam Kebakaran Ringan) dan APAT
(Alat Pemadam Kebakaran Tetap).

Jika kebakaran sudah berhasil dipadamkan, maka nakhoda memerintahkan


membunyikan sirine atau suling tanda situasi darurat selesai, dan regu
pemulihan segera melakukan tugasnya. Sistem pengoperasian kapal
dikembalikan ke kondisi normal.

Jika kebakaran tidak berhasil dipadamkan dan situasi darurat berkembang


menjadi gawat, maka operasi penyelamatan diri diberlakukan.

b. Kandas/Tenggelam

Kapal kandas dapat terjadi di perairan dangkal atau diatas karang. Usaha
pertama jika kapal kandas adalah penyelamatan kapal agar terbebas dari
kandas. Namun hal ini sangat berisiko, yaitu jika akibat kandas, pelat dasar
kapal bocor, dan air laut masuk kekapal. Hal ini dapat mengakibatkan
kapal tenggelam karena masuknya air laut ke kapal.

Oleh karena itu, jika kapal mengalami kandas, maka pertama-tama yang
harus dilakukan adalah memastikan ada tidaknya kebocoran kapal yang
mengakibatkan air laut masuk kedalam ruang kapal. Untuk ini, biasanya
semua tangki dasar “disounding”, yaitu diukur isinya dengan meteran
sounding.

Dinas Jaga Mesin 30


Gambar 3.9 Sounding Tangki

Jika ditangki yang sebelumnya kosong dan setelah disounding ternyata ada
isinya, yaitu air laut, maka berarti bagian dasar tangki tersebut bocor, dan
harus dilakukan tindakan-tindakan pengamanan agar kebocoran tidak
meluas. Jika perlu, dan memungkinkan, air laut ditangki yang bocor
dipompa keluar kapal menggunakan pompa dikamar mesin. Namun
sebelum memompa air di tangki tersebut, harus memperhitungkan risiko
timbulnya pencemaran laut, yang sedapat mungkin dihindari.

Hal yang sama juga dilakukan dilantai dasar kamar mesin, petugas jaga
harus segera memeriksa semua tangki-tangki dibawah kamar mesin,
termasuk got-got yang biasanya dasarnya berhubungan langsung dengan
air laut. Jika air laut bertambah digot-got kamar mesin, berarti ada
kebocoran pelat dasar kapal dibawah kamar mesin. Harus dilakukan tindak
yang tepat agar kebocoran tidak meluas, dan air yang masuk kekamar
mesin harus segera dibuang ke laut menggunakan pompa got (bilge pump)
atau pompa dinas umum (GSP – General Service Pump).

Jika kebocoran tidak bisa diatasi, harus segera dilaporkan ke KKM dan
Nakhoda untuk dilakukan tindakan-tindakan lain yang lebih efektif, atau
keputusan lain yang memungkinkan.

Jika semua usaha penyelamatan ternyata tidak berhasil, tindakan dan/atau


keputusan terakhir adalah meninggalkan kapal (abandon ship) yang akan
dikeluarkan oleh Nakhoda.

Dinas Jaga Mesin 31


4. Kapal Tanpa Tenaga Penggerak

Yang dimaksud dengan kapal tanpa tenaga penggerak adalah suatu kejadian
dilaut, dimana mesin induk atau mesin penggerak utama kapal mati atau tidak
dapat dioperasikan. Dalam kejadian ini, kapal akan terapung-apung dilaut dan
tidak bisa dikendalikan. Kapal biasanya hanyut mengkuti arus air laut dilokasi
tersebut. Kondisi demikian termasuk dalam keadaan darurat dan seluruh awak
kamar mesin perlu campur tangan membantu agar keadaan ini segera dapat
diatasi.
Sementara itu, petugas dinas jaga anjungan, perlu mengambil langkah-langkah
pengamanan seperlunya. Biasanya nakhoda menangani sendiri dan mengambil
alih komando dianjungan dan mengeluarkan instruksi-instruksi pengamanan
seperlunya.

5. Laporan Dinas Jaga dan Buku Harian Kamar Mesin

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh petugas dinas jaga adalah
membuat laporan tertulis yang harus diisikan ke dalam buku-buku atau
formulir-formulir yang sudah disiapkan. Salah satu yang terpenting adalah
Buku Harian Kamar Mesin (dibagian Dek Buku Harian Kapal) yang harus diisi
dan ditandatangani oleh Perwira Dinas Jaga. Dikapal buku ini dikenal dengan
Loh Book, dimana buku ini harus disyahkan dan distempel oleh Pejabat
Pelabuhan (Syahbandar atau Adminisrator Pelabuhan) setempat, paling kurang
satu bulan sekali, dimanapun kapal ini berada. Sesuai ketentuan undang-
undang, semua log book harus di-eksibitum atau disyahkan oleh Syahbandar
dan distempel.
Selain log book, laporan-laporan lain yang harus diisi oleh Perwira Dinas Jaga
adalah:
a. Abstract Log (Laporan bulanan) dan/atau laporan perjalanan (voyage
report) yang harus dilaporkan ke kantor pusat setiap bulan. Isinya adalah
kutipan dan ringkasan log book dan laporan-laporan lain yang diperlukan
perusahaan.
b. Laporan Tengah Hari (Noon Report), laporan yang harus dibua oleh KKM
setiap tengah hari (jam 12.00 siang) selama kapal berada dalam pelayaran,

Dinas Jaga Mesin 32


yang isinya disamping posisi kapal, juga kecepatan, putaran mesin,
pemakaian bahan bakar dan air tawar, minyak pelumas, stok pada saat
tengah hari dan lain-lain.
c. Jam kerja mesin-mesin (Running Hours), baik mesin induk maupun mesin-
mesin lain. Laporan ini biasanya diisi oleh masing-masing Perwira Mesin
yang diserahi tugas perawatan mesin-mesin tertentu.
d. Sisa bahan bakar dikapal dan pemakaian bahan bakar (Fuel Used and
Remaining stock) yang biasanya diisi oleh Masnis II atau KKM, setelah
sesaat sebelumnya dilakukan pengecekan bahan bakar disemua tangki-
tangki simpan, termasuk tangki dasar, settling, tangki harian dan lain-lain.
e. Pemakaian minyak lumas dan sisa / stok (Lub Oil Used and Remaining
Stock) yang diisi oleh Perwira Mesin yang bertugas untuk itu setelah
sebelumnya dilakukan pemeriksaan yang seksama setiap harinya.
f. Pemakaian bahan-bahan lain seperti bahan kimia dan aditif (Chemcial
Used and Stock)
g. Pemakaian suku cadang (Spare part Used and Stock)
h. Pekerjaan perawatan dan perbaikan yang dilakukan, baik harian maupun
mingguan. Laporan ini akan dilaporkan setiap bulan ke kantor pusat.
i. Laporan-laporan lain yang disyaratkan oleh kantor pusat, yang biasanya
bersifat jangka panjang, seperti rencana dok dan pekerjaan-pekerjaan apa
saja yang akan dilakukan.

D. Denah Keadaan Darurat

1. Persiapan
Perencanaan dan persiapan adalah hal yang paling utama dalam melakukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat untuk
keberhasilan kegiatan tersebut.
Nahkoda dan anak buah kapal harus menyadari apa yang harus mereka
lakukan pada saat menghadapi keadaan darurat, misalnya kebakaran di
dapur, kebakaran dikamar mesin, kebakaran di gudang penyimpanan cat,
kebakaran dalam akomodasi, menolong orang pingsan di dalam ruang
tertutup, kapal lepas dari dermaga dan lain-lain.

Dinas Jaga Mesin 33


Dengan adanya persiapan dan perencanaan dapat mengambil keputusan
dengan tepat apa yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi keadaan
darurat. Informasi yang harus selalu disiapkan adalah sebagai berikut.
a. Jenis, jumlah dan pengaturan muatan
b. Apakah ada cairan kimia yang berbahaya
c. General arrangement dan stabilitas info
d. Rencana perawatan peralatan pemadam kebakaran
2. Tindakan Pendahuluan
Anak buah kapal yang menemukan keadaan darurat harus segera melakukan
tindakan yang tegas seperti membunyikan alarm atau tanda bahaya,
melaporkan kepada Perwira Jaga, sehingga cepat mengambil tindakan
sesuai dengan organisasi yang telah dibentuk. Personil yang berada ditempat
kejadian keadaan darurat segera melakukan tindakan awal untuk
mengendalikan keadaan sampai keadaan tersebut diambil alih oleh
organisasi kedaan darurat.
Setiap personil harus sudah mengetahui dimana posisi, tugas serta tanggung
jawabnya termasuk kelompok pendukung harus sudah siap (stand by)
menunggu perintah dari pusat komando.
3. Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran atau tanda terjadinya kebakaran harus dibedakan untuk
mengetahui tempat dan lokasi terjadinya kebakaran. Pada waktu di terminal
atau dermaga alarm ini harus diikuti dengan beberapa tiupan panjang
dengan waktu tidak kurang dari 10 detik.
4. Denah Peralatan Pemadam Kebakaran
Denah lokasi penyimpanan peralatan kebakaran harus dipasang pada tempat
yang mudah dilihat oleh anak buah kapal atau penumpang, denah tersebut
biasanya disebut dengan FIRE PLAN ditempatkan disamping pintu keluar
masuk di geladak utama kanan dan kiri, serta di setiap gang.

Dinas Jaga Mesin 34


Gambar 3.10 Fire Plan

5. Pengawasan dan Pemeliharaan


Pengawasan dan pemeliharaan terhadap alat-alat keselamatan (life saving
appliances) dan alat-alat kebakaran (fire fighting equipment) harus
dilaksanakan secara terencana dan periodik sehingga jika alat-alat ini dalam
keadaan darurat dapat digunakan secepatnya (ready for use). Pemeliharaan
ini dilakukan oleh seorang Perwira yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab akan pemeliharaan dan perawatan alat tersebut.
6. Latihan
Latihan dilaksanakan agar anak buah kapal atau personil terampil dan siap
dalam menghadapi situasi keadaan darurat. Latihan ini dibagi menjadi dua
yaitu praktek dan teori (drill and training on board) dilaksanakan secara
berkala (periodik) dan terencana.
Keuntungan dibuatnya organisasi penanggulangan keadaan darurat adalah
sebagai berikut :
a. Tugas dan tanggung jawab tidak terlalu berat, karena dipikul bersama serta
berbeda-beda.
b. Tugas dan tanggung jawab dapat tertulis dengan jelas dengan demikian
dapat mengurangi tindakan-tindakan yang kurang disiplin.
c. Hanya ada satu pimpinan sehingga perintah instruksi dan lain-lain akan
lebih terarah, teratur dan terpadu terhindar dari kesimpangsiuran.
d. Dapat terhindar dari hambatan hirarki formal yang selalu ada dalam
perusahaan karena petugas dari berbagai bidang yang diperlukan semuanya
sudah tergantung dalam suatu bentuk organisasi.

Dinas Jaga Mesin 35


e. Apabila terjadi sesuatu kegagalan karena melaksanakan tugas yang tertentu
maka hal ini dapat segera dipelajari kembali untuk perbaikan.
f. Dengan adanya organisasi keadaan darurat maka semua harus saling terkait.

E. Pola Penanggulangan Keadaan Darurat

Pola penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada pola terpadu yang


mampu mengintegrasikan aktivitas/kegiatan penanggulangan keadaan darurat
tersebut secara cepat, tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan
sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia.
Dengan memahami pola penanggulangan keadaan darurat ini dapat diperoleh
manfaat. Manfaat dari pola penanggulangan keadaan darurat adalah sebagai
berikut :
1. Mencegah (menghilangkan) kemungkinan kerusakan akibat meluaskan
kejadian darurat.
2. Memperkecil kerusakan-kerusakan materi lingkungan
3. Dapat mengusai keadaan darurat (Under Control)
Untuk menanggulangi keadaan darurat diperlukan beberapa langkah
mengantisipasi yang terdiri dari :
Pendataan
Dalam menghadapi setiap keadaan darurat dikenal selalu diputuskan tindakan
atau langkah yang akan diambil untuk mengatasi peristiwa atau keadaan darurat
tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendataan sejauh mana keadaan
darurat tersebut dapat membahayakan jiwa manusia, kapal dan lingkungannya
serta bagaimana cara mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana
yang berada di atas kapal.
Langkah-langkah pendataan adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kerusakan kapal
b. Gangguan keselamatan kapal
c. Keselamatan manusia
d. Kondisi muatan
e. Pengaruh muatan
f. Pengaruh kerusakan pada lingkungan

Dinas Jaga Mesin 36


g. Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam menanggulangi keadaan darurat disesuaikan


dengan jenis keadaan darurat yang dialami dengan memperhatikan kapal dan
personil tersebut sampai kembali dalam keadaan normal.
Personil atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi mengatasi keadaan
darurat seharusnya dapat bekerja sama dengan pihak lain atau kapal lain, team
SAR jika diperlukan.
Secara keseluruhan peralatan yang dipergunakan dalam keadaan darurat adalah :
a. Life saving appliances (alat-alat keselamatan)

Gambar 3.11 Life Buoy Gambar 3.12 Life Jacket

3.13 Gambar Safety Helmet 3.14 Gambar Immersion Suit

Dinas Jaga Mesin 37


b. Fire Fighting Equipment termasuk SCBA

Gambar 3.15 Fireman Outfit


c. Alat Komunikasi
d. Alat Medis

Mekanisme Kerja

Setiap kapal harus mempersiapkan sebuah team yang bertugas dalam


perencanan dan penerapan dalam mengatasi keadaan darurat. Keadaan darurat
ini harus meliputi aspek-aspek dari tindakan yang harus diambil pada saat
keadaan darurat serta dibicarakan dengan penguasa setempat/pelabuhan, team
pemadam kebakaran, alat negara dan instansi lain yang berkaitan dengan
pengerahan tenaga/personil penyiapan prosedur dan tanggung jawab organisasi,
sistem komunikasi, pusat pengawasan, inventaris dan denah penyimpanannya.
Tata cara dan tindakan yang diambil antara lain :
a. Persiapan
Persiapan yaitu langkah-langkah persiapan yang diperlukan dalam
menangani keadaan darurat tersebut berdasarkan jenis dan kejadiannya.

Dinas Jaga Mesin 38


b. Prosedur Praktis
Prosedur praktis adalah prosedur yang sederhana dan lengkap yang harus
diikuti dari beberapa kegiatan/bagian secara terpadu.
c. Organisasi yang solid
Organisasi harus mempunyai garis-garis komunikasi yang jelas dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan berdasarkan di atas harus dilaksanakan secara efektif dan
terpadu.

Prosedur di atas harus meliputi segala macam keadaan darurat yang ditemui baik
menghadapi kebakaran, kandas, pencemaran, dan lain-lain dan harus dipahami,
dimengerti oleh personil atau anak buah kapal secara teratur, terlatih dan dapat
dilaksannakan dengan baik.
Keseluruhan kegiatan tersebut merupakan suatu mekanisme kerja yang
hendaknya dengan mudah dipahami oleh setiap management di atas kapal.
Sehingga dalam menghadapi situasi keadaan darurat dapat berlangsung secara
bertahap tanpa harus menggunakan waktu yang lama, aman, lancar dan tingkat
penggunaan biaya yang memadai. Untuk itu peran aktif anak buah kapal sangat
tergantung pada kemampuan individual untuk memahami mekanisme kerja yang
didasari pada prinsip kebersamaan dalam hidup bermasyarakat di atas kapal.
Mekanisme kerja yang diciptakan dalam situasi darurat tertentu sangat berbeda
dengan situasi normal, mobilitas tinggi dalam menghadapi kegiatan situasi
keadaan darurat dengan lingkup kerja yang biasanya tidak dapat dibatasi oleh
waktu karena tuntutan keselamatan. Oleh sebab itu loyalitas untuk keselamatan
bersama selalu terjadi karena ikatan moral kerja dan dorongan demi
kebersamaan.

Dinas Jaga Mesin 39


BAB IV
TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

A. Sijil bahaya (MUSTER LIST)


Dalam keadaan darurat atau bahaya setiap awak kapal wajib bertindak sesuai
ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan
diinformasikan pada seluruh awak kapal. Sijil darurat di kapal perlu digantungkan
ditempat strategis, mudah dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh
pelaut/pelayar dan memberikan perincian prosedur dalam keadaan darurat seperti :
1. Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh
setiap anak buah kapal.
2. Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat berkumpul
(kemana setiap awak kapal harus pergi).
3. Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang ditetapkan
oleh pemerintah.
4. Sebelum kapal berangkat sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya
digantungkan dibeberapa tempat yang strategis di kapal terutama diruang ABK.
5. Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap
ABK misalnya :
a) Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang-lubang
pembuangan air di kapal dll.
b) Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat radio jinjing maupun
perlengkapan lainnya.
c) Menurunkan sekoci penolong.

Dinas Jaga Mesin 40


Gambar 4.1 Contoh Muster List

B. Tata Cara Khusus dalam Prosedur Keadaan Darurat

1. Tubrukan (Collision)
a) Bunyikan sirine (Emergency alarm stop)
b) Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh
tubrukan
c) Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup
d) Lampu-lampu dek dinyalakan
e) Menginformasikan kepada nahkoda
f) Menginformasikan kepada kamar mesin
g) VHF dipindah ke channel 16
h) Posisi kapal tersedia diruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan

2. Kandas (Grounding)
a) Stop mesin
b) Bunyikan sirine bahaya
c) Pintu-pintu kedap air ditutup
d) Menginformasikan kepada Nahkoda dan kamar mesin

Dinas Jaga Mesin 41


e) VHF dipindah ke channel 16
f) Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
g) Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
h) Lampu dek dinyalakan
i) Got -got dan tangki-tangki diukur/sounding
j) Kedalaman laut disekitar kapal diukur
k) Posisi kapal tersedia dikamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan

3. Kebakakaran (Fire)
a) Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
b) Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui
lokasi kebakaran
c) Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup
d) Lampu-lampu didek dinyalakan
e) Informasikan kepada Nahkoda dan Kamar Mesin
f) Posisi kapal tersedia dikamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan

4. Air masuk kedalam ruangan (Flooding)


a) Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
b) Siap-siap dalam keadaan darurat
c) Pintu-pintu kedap air ditutup
d) Nahkoda dan kamar mesin diinformasikan
e) Posisi kapal tersedia dikamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan

5. Meninggalkan kapal (Abandon Ship)


a) Sirine tanda berkumpul disekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal
misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nahkoda
b) Awak kapal berkumpul disekoci/rakit penolong

6. Orang jatuh kelaut (Man Over Board)


a) Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampung apung dan
asap sedekat orang yang jatuh
b) Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling
c) Posisi dan letak pelampung diamati

Dinas Jaga Mesin 42


d) Mangatur gerak untuk menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup
disarankan menggunakan metode “ Williamson Turn”)
e) Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
f) Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
g) Regu penolong siap di sekoci
h) Nahkoda diberitahu
i) Latak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh diplot

C. Latihan keadaan darurat (Drill)

1. Di kapal Penumpang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan


1 kali seminggu jika mungkin latihan-latihan tersebut juga harus dilakukan bila
meninggalkan suatu pelabuhan terakhir untuk pelayaran internasional jarak
jauh.
2. Di kapal barang latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilakukan 1 kali
sebulan. Latihan-latihan tersebut di atas harus juga dilakukan dalam jangka
waktu 24 jam setelah meninggalkan suatu pelabuhan dimana ABK telah diganti
lebih dari 25%.
3. Latihan-latihan tersebut di atas dicatat dalam log book kapal dan bila dalam
jangka waktu 1 minggu (kapal penumpang) atau 1 bulan (kapal barang) tidak
diadakan latihan-latihan maka harus dicatat dalam log book dengan alasan-
alasannya.
4. Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh dalam waktu 24
jam setelah meninggalkan pelabuhan harus diadakan latihan-latihan untuk
penanggulangannya.
5. Sekoci-sekoci penolong dalam kelompok penanggulangan harus digunakan
secara bergilir pada latihan-latihan tersebut dan bila mungkin diturunkan ke air,
dalam jangka waktu 4 bulan latihan-latihan tersebut harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga awak kapal memahami dan memperoleh
pengalaman-pengalaman dalam melakukan tugasnya masing-masing instruksi-
instruksi tentang melayani rakit-rakit penolong.
6. Semboyan bahaya untuk penumpang-penumpang supaya berkumpul di stadion,
masing-masing harus terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan

Dinas Jaga Mesin 43


tiupan panjang pada suling kapal dengan cara-cara berturut-turut. Di kapal
penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh harus ditambah dengan
semboyan-semboyan yang dilakukan secara elektris.
Maksud dari semboyan-semboyan yang berhubungan dengan penumpang-
penumpang dan lain-lain instruksi harus dinyatakan dengan jelas di atas kartu-kartu
dengan bahasa yang bisa dimengerti (bahasa Indonesia, bahasa Inggris)dan
dipasang dalam kamar-kamar penumpang dan lain-lain ruangan untuk penumpang.

Gambar 4.2 Lifeboat Drill

D. Lintas Penyelamatan Diri

1. Mengetahui Lintas Penyelamatan Diri (Escape Routes)


Dalam keadaan darurat dimana kepanikan sering terjadi maka kadang-kadang
untuk mencapai suatu tempat misalnya sekoci sering mengalami kesulitan.
Untuk itu para pelaut/pelayar terutama awak kapal harus mengenai/mengetahui
dengan lintas penyelamatan diri (escape routes), komunikasi di dalam kapal itu
sendiri dan sistem alarmnya.
Untuk itu sesuai dengan ketentuan SOLAS 1974 BAB II-2 tentang konstruksi
perlindungan penemuan dan pemadam kebakaran dalam peraturan 53
dipersyaratkan untuk di dalam dan dari semua ruang awak kapal dan
penumpang dan ruangan-ruangan yang biasa oleh awak kapal bertugas selain
terdapat tangga-tangga diruangan permesinan harus ditata sedemikian rupa
tersedianya tangga yang menuju atau keluar dari daerah tersebut secara darurat.
Di kapal lintas-lintas penyelamatan secara darurat atau escape routes dapat
ditemui pada tempat-tempat tertentu seperti pada kamar mesin.

Dinas Jaga Mesin 44


2. Kamar Mesin

Adanya lintas darurat menuju ke geladak kapal melalui terowongan poros


baling-baling yang sepanjang lintasan tersebut didahului oleh tulisan
“Emergency Exit” dan disusul dengan tanda panah atau simbol orang berlari.
Ruang akomodasi khususnya pada ruangan makan awak kapal dalam ruangan
tertentu selalu dilengkapi dengan pintu darurat atau jenela darurat bertuliskan
“Emergency Exit“.
Setiap awak kapal wajib mengetahui dan terampil menggunakan jalan-jalan
atau lintas-lintas darurat tersebut sehingga dalam kondisi-kondisi yang tidak
memungkinkan digunakannya lalu-lintas umum yang tersedia maka demi
keselamatan lintas darurat tersebut dapat dimanfaatkan.
Disamping itu semua awak kapal demi keselamatannya wajib memperhatikan
tanda-tanda gambar yang menuntun setiap orang untuk menuju atau memasuki
maupun melewati haluan ataupun lorong darurat pada saat keadaan darurat,
kelalaian atau keteledoran hanya akan menyebabkan kerugian bagi diri sendiri
bahkan melibatkan orang lain.

3. Tanda atau sign

Jalan menuju pintu darurat (emergency exit) ditandai dengan panah berwarna
putih dengan papan dasar berwarna hijau. Pada kapal penumpang dari ruang
penumpang dan ruang awak kapal pasti tersedia tangga/jalan yang menuju
embarkasi dek sekoci penolong dan rakit penolong. Bila ruang tersebut berada
di bawah sekat dek (bulkhead deck) tersedia dua lintas penyelamatan diri dari
ruang bawah air. Bila ruang tersebut berada di atas sekat dek dan zona tengah
utama (main vertical zone) harus tersedia minimal dua lintas penyelamatan diri
yang terbuat dari tangga baja yang terpisah satu dengan yang lainnya.

Gambar 4.2 Tanda Emergency Exit

Dinas Jaga Mesin 45

Anda mungkin juga menyukai