Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

OLEH
KELOMPOK 2

1. RAMDAN HUNOWU (841418015)


2. IBRAHIM YASIN (841418022)
3. FITRIYANTI POHIYALU (841418029)
4. IIN UNO ()
5. IMELDA SASKIA PUTRI (841418006)
6. MERIANTI TANTALAMA (841418016)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang
berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker
membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6
% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Medis Leukemia ?
2. Bagaimana Konsep Keperawatan Leukemia ?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan Konsep Medis Leukemia.
2. Mendeskripsikan Konsep Keperawatan Leukemia
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Leukemia adalah suatu penyakit neoplasma yang mengenai sel dari sistem
hematolimfopoietik dengan karakteristik infiltrasi sel leukosit ke darah, sumsum tulang, dan
jaringan lain. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya homeostasis tubuh sehingga terjadi
gangguan pada berbagai sistem organ (Rahmadin, Bayu, dkk. 2017).
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia dan diakhiri dengan kematian, Leukemia merupakan penyakit akibat
terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imantur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta
sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia trombositopeni (Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016)
2.2 Etiologi
Penyebab dasar leukemia tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
predisposisi genetik maupun faktor lingkungan berperan terhadap kejadian leukemia, seperti
insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang. Pada kembar
monozigot (identik) insiden meningkat sampai 20%. Individu dengan kelainan kromosom,
seperti sindrom Down mempunyai insiden leukemia akut dua puluh kali lipat. Faktor
lingkungan berupa pajanan dengan radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia
yang timbul bertahun-tahun kemudian serta zat-zat kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen antineoplastik) berperan terhadap kejadian leukemia
(Kusumawati, Ni Nengah. 2103).
2.3 Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hemapoetik yang fatal dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukosit. Jumlah besar dari sel, pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit
dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik
dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan
splenomegali. (Moorhead, Sue. Dkk. 2016)
Limfosit imanut berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit
jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. (Moorhead, Sue. Dkk.
2016)
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik
lainnya dan mengarah kepada pembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan
jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
karena penurunan imun. (Moorhead, Sue. Dkk. 2016)
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekia dan ekimosis
atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membran
mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak
yang disebabkan oleh infark tulang. (Moorhead, Sue. Dkk. 2016)
Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal untuk
mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker. Dengan
adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan mempengaruhi eritrosit,
leukosit, faktor pembekuan juga mengalami infeksi yang manifestasinya berupa demam.
(Moorhead, Sue. Dkk. 2016)
Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan
menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian sel normal oleh limpa, lifer, nodus
limfe dan tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang dan persendian. Hal tersebut juga
akan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat yakni adanya infiltrasi SSP sehingga timbullah
meningitis leukemia. Hal tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme sehingga sel akan
kekurangan makanan. (Moorhead, Sue. Dkk. 2016)
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun
demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Demam
Penderita akan mengalami demam yang kadang suhu tubuh turun dengan
sendirinya namun setelah itu demam datang dengan suhu tubuh yang lebih tinggi dari
demam sebelumnya. Hal ini akibat dari aktivitas sel imun yang menyerang sel kanker
dalam tubuh sebagai bentuk pertahanan tubuh.
2. Sakit kepala
Penderita sering mengalami pusing yang datang tiba-tiba. Hal ini dikarenakan
aktivitas sel kanker yang menghimpit saraf kerja otak, dimana sel kanker tersebut
masuk ke dalam otak melalui sumsum tulang belakang.
3. Berat badan menurun
Berat badan merupakan salah satu gejala yang timbul akibat proses
penyerapan gizi yang tidak stabil karena adanya gangguan sel kanker yang menyerang
organ-organ pencernaan. Fungsi dari organ-organ tersebut terganggu sehingga
fungsinya kurang maksimal.
4. Anemia
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah
merah dibawah normal menyebabkan oksigen dalam tubuh berkurang, akibatnya
penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oksigen dalam
tubuh).
5. Perdarahan
Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan
dijaringan kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
6. Terserang Infeksi
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk
adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh
penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, pilek dan batuk.
7. Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
mendesak padat oleh sel darah putih. Sehingga penderita merasakan nyeri pada tulang
dan persendiannya.
8. Nyeri Perut
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan
pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat
berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
9. Pembengkakan Kelenjar Limpha
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa,
baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.
10. Kesulitan Bernafas (Dispnea)
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada,
apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis. Pada
leukemia akut, gejala-gejala nampak dan memburuk secara cepat. Orang-orang
dengan penyakit ini pergi ke dokter karena mereka merasa sakit. Gejala-gejala lain
dari leukemia akut adalah muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan serangan-
serangan (epilepsi). Sel-sel leukemia juga dapat berkumpul pada buah-buah pelir
(testikel) dan menyebabkan pembengkakan. Juga, beberapa pasien-pasien
mengembangkan luka-luka pada mata-mata atau pada kulit. Leukemia juga dapat
mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal, paru-paru, atau bagian lain dari tubuh
(Chandrayani, 2010).
2.5 Komplikasi
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. anemia
2.6 Penatalaksanaan
1. Transfusi darah
Di berikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat yang
massif dapat diberikan transfuse trombosit. (Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016)
2. Kortikosteroid
Seperti prednisoni, cortison, dexametasom, dan sebagianya. Setelah dicapai remisi
(sel kanker sudah tidak ada lagi adalam tubuh dan gejala klinik membaik), dosis dikurangi
sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. (Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016)
3. Sitostatika
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi : Vinkristine,
asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, metotrecate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi
untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada sistem saraf pusat. (Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016)
Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita di isolasi dalam kamar yang
bebas hama). (Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016)
4. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukimia yang cukup rendah (105-106), imunoterapi di berikan pengobatan yang spesifik
dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae Bacterium dan
dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukimia yang telah diradiasi.
(Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016)
5. Transplantasi sumsum tulang.
Adalah tindakan medis yang dilakukan untuk meperbarui sumsusm tulang yang
rusak dan tidak lagi mampu meproduksisel darah sehat. Transplantasi sumsum tulang
disebut juga transplantasi sel induk atau sel puncka (stem cell). (Bulechek, Gloria M. Dkk.
2016)
6. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang diberikan ke
cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk dapat mencapai ke seluruh tubuh agar
terapi yang diberikan efektif. Pengobatan dengan kemoterapi pada leukemia mieloblastik
akut diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi dalam waktu yang singkat.
Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di berikan dengan dosis yang rendah
dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-3 tahun (Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016).
7. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya pada pasien
leukemia. Hal ini dikarenakan selsel leukemia telah menyebar keseluruh tubuh melalui
sumsum tulang menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi pembedahan hanya
dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi. (Bulechek, Gloria M. Dkk.
2016).
8. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk menghancurkan
sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan untuk mencegah penyebaran dari sel-sel
leukemia ke otak maupun ke testis.
MODUL I
LEMAH

Soal Kasus 1 :

Seorang perempuan berusia 55 tahun di rawat di ruang interna dengan keluhan lemah.
keluhan ini dirasakan 2 minggu yang lalu disertai demam dan gusi sering berdarah. Pada
pengkajian ditemukan konjungtiva pucat, mual, muntah, sulit menelan, nyeri perut skala 3,
IMT 16, pemeriksaan TTV : TD 100/70 mmHg, Frekuensi nadi 84 kali/menit, Frekuensi
napas 22 kali/menit, suhu 390C. Hasil pemeriksaan laboratorium leukosit 19.000/mm3, Hb 8
g/dL, trombosit 100.000 mm3. Hasil pemeriksaan USG ditemukan Spleenomegali dan
hepatomogali.
1. Klarifikasi istilah-istilah penting
1. Lemah
2. Demam
3. Gusi sering berdarah
4. Konjungtiva Pucat
5. Mual
6. Muntah
7. Sulit menelan
8. Nyeri perut
2. Kata kunci
1. IMT (Indeks Masa Tubuh) 16
2. TD 100/70 mmHg
3. Frekuensi nadi 84 kali/menit
4. Frekuensi napas 22 kali/menit
5. suhu 390C
6. Hb 8 g/dL
7. leukosit 19.000/mm3
8. trombosit 100.000 mm3
9. Spleenomegali
10. Hepatomogali
3. Mind Map

Hemofilia

Leukimia Lemah Anemia

DBD

Lembar check list


Penyakit
Tanda Anemia Demam Berdarah Leukimia Hemofilia
& gejala
Lemah (√) (√) (√)
Demam (√) (√)
Gusi sering berdarah (√) (√) (√)
Konjungtiva pucat (√) (√) (√)
Mual (√) (√) (√)
Muntah (√) (√) (√) (√)
Sulit Menelan (√) (√)

Nyeri perut (√)

4. Pertanyaan- pertanyaan penting


1. Mengapa klien merasa lemah yang disertai demam dan gusi sering berdarah?
2. Mengapa klien mengalami mual, muntah, sulit menelan, serta nyeri perut?
3. Mengapa konjungtiva klien pucat?
4. Mengapa terjadi peningkatan leukosit?
5. Mengapa terjadi penurunan Hb, serta penurunan kadar trombosit pada klien?
6. Mengapa klien mengalami spleenomegali dan hepatomegali?

5. Jawaban pertanyaan penting


1. Terjadinya pemproduksian sel darah yang abnormal oleh sumsum tulang
belakang, menyebabkan tergantinya sel-sel darah yang normal tadi dengan sel-sel
darah yang abnormal. Hal ini menyebabkan proses pematangan sel leukosit tidak
terjadi secara sempurna, sehingganya menjadikan kelainan fungsi sel leukosit.
Kelainan fungsis sel leukosit berimbas pada perlawanan terhadap sel trombosit,
yang menyusahkan proses pembekuan darah, hal ini ditandai dengan kelurnya
cairan darah pada gusi serta memacu daya keja jantung yang menyebabkan
individu cenderung merasa lelah. Adanya kelainan pada sel leukosit merangsang
system saraf untuk memberikan sinyal pada hipotalamus untuk perubahan suhu,
sehingga individu akan meraa demam sebagai petunjuk dari system imun tubuh
terhadap kelainan yang terjadi.
2. Terjadi konsentrasi sel darah pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada oragn-organ tubuh ini. Adanya pembengkakan
pada organ hati dapat memicu timbulnya nyeri yang dirasakan pasien pada bagian
perut, akibatnya adalah hilangnya nafsu makan serta mual muntah.
3. Hemoglobin adalah protein yang berada dalam sel darah merah yang salah satu
fungsinya adalah untuk memberikan warna merah pada darah. Selain itu,
haemoglobin juga berfungsi untuk mengambil oksigen dari paru-paru kemudian
dibawah ke seluruh jaringan-jaringan tubuh melalui pembuluh darah. Secara
rasionalnya, ketika Hb menurun, maka warna kemerahan pada darah akan
menyusut juga. Hal ini akan sangat nampak pada jaringan-jaringan yang memilki
banyak pembuluh darah, dan salah satunya adalah konjungtiva.
4. Peningkatan leukosit disebabkan karena adanya kesalahan fungsi dari sum-sum
tulang sebagai sumber produksi darah. Hal ini menyebabkan produksi leukosit
meningkat namun leukosit yang ada tidak sampai pada proses pematangan yang
sempurna sehingga menyebabkan kelainan dari fungsi leukosit itu sendiri.
5. Kegagalan sumsum tulang merupakan hipofungsi sumsum tulang primer sehingga
terjadi penurunan produksi semua unsur sel hemopoietik (pansitopeni). Kegagalan
sumsum tulang merupakan ketidak sanggupan sumum tulang membentuk sel-sel
darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer stemsel mengakibatkan
anemia, leukopenia dan trombositopenia. Trombositopenia ini kemudian juga
mengakibatkan Hb darah menurun (Brunner,dan Suddarth. 2011)
6. Akibat proliferasi mieloid neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain
tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme ( terjadi
granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukimia juga menginfeksi tulang di
sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang. Proliferasi sel leukimia dalam
organ mengakibatkan pembesaran limpa/hepar sehingganya klien mengalami
hepatospleenomegali. (Brunner,dan Suddarth. 2011)
6. Tujuan pembelajaran selanjutnya
1. Pada klien leukemia, harusnya kemungkinan besar akan muncul bntik merah pada
kulit.
2. Mengidentifikasi perbedaan tanda dan gejala yang ada pada pasien leukemia dan
pasien dengan penyakit lainnya yang memiliki tanda dan gejala yang sangat mirip
dengan leukemia itu sendiri.
3. Menentukan spesifikasi leukemia yang terjadi pada pasien berdasarkan tanda dan
gejala yang ada.
7. Informasi tambahan
Sebagai informasi tambahan ada beberapa jurnal yang meneliti tentang penyakit
leukimia khususnya dalam hal yang berkaitan dengan intervensi penyakit leukimia itu
sendiri, yaitu:
1. Jurnal Ilmiah Flash oleh Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Nusa cendana, Kupang dengan judul “KLASIFIKASI KANKER
LEUKIMIA MENGGUNAKAN MICROARRAY EKSPRESI GEN” yang
diterbitkan pada tahun 2018
2. Jurnal repository oleh Universitas Gadjah Mada dengan judul “PENGARUH
TERAPI TERTAWA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK PENDERITA
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT USIA 3-15 TAHUN DI RSUP DR.
SARDJITO YOGYAKARTA” yang diterbitkan pada tahun 2014.
3. Jurnal kinetik oleh M. Fahruddin Ghozali, Ade Eviyanti, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo dengan judul “SISTEM PAKAR DIAGNOSIS DINI
PENYAKIT LEUKEMIA DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR” yang
diterbitkan pada tahun 2016.
8. Klarifikasi informasi
1. Berdasarkan Jurnal Ilmiah Flash oleh Departemen Mikrobiologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Nusa cendana, Kupang dengan judul “KLASIFIKASI
KANKER LEUKIMIA MENGGUNAKAN MICROARRAY EKSPRESI GEN”
yang diterbitkan pada tahun 2018 menyatakan bahwa:
Kanker adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh pembelahan secara
berlebihan dan tak terkendali darisel-sel dalam tubuh. Teknologi DNA microarray
telah memungkinkan untuk mengamati beribu-ribu ekspresi gen dalam waktu
bersamaan. Tingkat ekspresi gen dapatdigunakan untuk menentukan jenis sel
kanker dari seorang penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kemampuan machine learning dalam mengklasifikasi kanker leukimia
menggunakan data microarray ekspresi gen. Hasil percobaan menunjukan bahwa
jaringan syaraf tiruan memiliki akurasi sebesar 98% lebih tinggi dibandingkan
dengan algoritma lain.
2. Berdasarkan Jurnal repository oleh Universitas Gadjah Mada dengan judul
“PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK
PENDERITA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT USIA 3-15 TAHUN DI
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA” yang diterbitkan pada tahun 2014
menyatakan bahwa:
Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang terjadi pada sel darah putih,
yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan (Handayani, 2008).Di
negara Barat insidensi leukemia adalah 13 per 100.000 penduduk per tahun (Tim
Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah
memperkirakan lima tahun pertama kehidupan untuk anak-anak didiagnosis 80%,
anak-anak usia antara 5-9 tahun didiagnosis 75%, usia antara 10-14 tahun
didiagnosis 62%, dan tingkat kelangsungan hidup pada bayi didiagnosis dengan
leukemia lebih rendah yaitu sebesar 44% (Coebergh et al., 2006). Leukemia
limfoblastik akut mencatat lebih dari 75% terjadi pada masa kanak-kanak dan
merupakan kanker anak yang paling umum terjadi (Coebergh et al., 2006).
3. Berdasarkan Jurnal kinetik oleh M. Fahruddin Ghozali, Ade Eviyanti, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo dengan JUDUL “SISTEM PAKAR DIAGNOSIS DINI
PENYAKIT LEUKEMIA DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR” yang
diterbitkan pada tahun 2016. Menyatakan bahwa:
Penyakit kanker darah (Leukemia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada
anak. Namun, penanganannya di Indonesia masih terbilang lambat. Leukemia
perlu diketahui sedini mungkin, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
adanya sebuah sistem pakar. Perhitungan ketidakpastian dalam sistem pakar ini
menggunakan metode certainty factor. Metode ini merupakan perhitungan tingkat
kepastian terhadap kesimpulan yang diperoleh dan dihitung berdasarkan nilai
probabilitas penyakit karena adanya evident gejala. Maka, bisa diasumsikan
bahwa sistem pakar identifikasi dini penyakit leukemia dapat menggunakan
metode certainty factor sebagai metode pendukungnya. Diharapkan dengan sistem
ini, orang awam dapat memanfaatkannya untuk penanganan atau pertolongan
pertama penyakit leukemia. Sistem pakar identifikasi dini penyakit leukemia
dengan metode certainty factor melakukan diagnosis dengan cara menganalisis
masukan gejala tentang apa yang dirasakan oleh pasien. Masukan gejala tersebut
kemudian diolah dengan menggunakan kaidah tertentu sesuai dengan ilmu
pengetahuan pakar atau dokter umum yang sebelumnya sudah disimpan di dalam
basis pengetahuan. Hasil dari penelitian ini adalah membangun dan
mengembangkan sebuah aplikasi sistem pakar identifikasi dini penyakit leukemia
dengan metode certainty factor. Aplikasi ini dapat dijadikan alternatif
pemanfaatan teknologi agar dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit kanker
darah (leukemia) sejak dini secara cepat, tepat, dan akurat, sehingga untuk
kedepannya penanganan terhadap penderita penyakit leukemia bisa lebih cepat
dan lebih banyak jiwa yang bisa diselamatkan
9. Analisa dan sintesa
Berdasarkan hasil diskusi yang tetap merujuk pada kasus, dimana ada seorang
perempuan berusia 55 tahun di rawat di ruang interna dengan keluhan lemah yang
sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu disertai demam dan gusi sering
berdarah. Dengan berbagai hasil pemeriksaan yang didapatkan mulai dari
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik sampai pada pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan USG.
Berdasarkan informasi dan pemeriksaan yang tertera pada kasus bahwa tanda
dan gejala yang dirasakan pasien menunjukkan pasien mengalami masalah pada
darah, dimana dilihat dari tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien kemudian
dari hasil pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital serta didukung dengan adanya
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG. Berdasarakan hal tersebut
dapat timbul beberapa diagnosis banding untuk mengindentifikasi lebih lanjut
sebelum ditetapkan penyakit yang dialami pasien. Diagnosis bandingnya adalah
demam berdarah, anemia, serta leukimia. Ketiga diagnosa tersebut terdapat
beberapa manifestasi klinis yang sesuai dengan tanda dan gejala yang dirasakan
oleh pasien serta berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, Namun dari
ketiga diagnosa tersebut yang paling sesuai dengan tanda dan gejala serta
pemeriksaan yang didapatkan yaitu Leukimia. Dimana dari tanda dan gejala yang
dikeluhkan pasien serta pemeriksaan fisik yang ditandai dengan adanya rasa nyeri
yang dirasakan pasien pada bagain abdomen, perdarahan pada gusi yang sudah
berlangsung sejak 2 minggu, konjungtiva anemis, mual muntah, serta merasa
lelah. Tanda-tanda vital menurunnya tekanan darah, meningkatnya suhu tubuh.
Hasil pemeriksaan laboratorium adanya peningkatan leukosit serta menurunnya
kadar trombosit dan Hb. Tes diagnostik berupa EKG didapatkan adanya
hepatomegali (pembengkakan hati) dan spleenomegali (pembesaran limfa).
Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditetapkan diagnosa utama dari dignosa
pembanding bahwa pasien mengalami kelainan pada darah yang merujuk pada
leukimia sebagai diagnosis utamanya.
10. Laporan diskusi
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama :
Umur : 55 tahun
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Leukemia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Lemah
2) Riwayat kesehatan sekarang
Leukemia
P (Provokating) : tidak terkaji
Q (Quality) : tidak terkaji

R (Region) : abdomen
S (Severity/Skala) :3

T (Time) : tidak terkaji

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji


b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2) Pernah dirawat : Tidak terkaji
3) Alergi : Tidak terkaji
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga :tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : leukemia
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : tidak terkaji
2) Saat sakit : tidak terkaji
c. Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : tidak terkaji
- Sebelum sakit : tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : tidak terkaji
- Sebelum sakit : tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : tidak terkaji

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
- Sebelum sakit : tidak terkaji
- Sebelum sakit : tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : tidak terkaji
- Sebelum sakit : tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelum sakit : tidak terkaji
- Sebelum sakit : tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Taat beribadah
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji

HR : tidak terkaji
RR : 22 x/menit
Suhu : 390C
N : 84 x/menit
TD : 100/70 mmHg
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : konjungtiva pucat
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher :
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : nyeri abdomen
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukimia :
- Leukosit 19.000/mm3,
- Hb 8 g/dL,
- trombosit 100.000 mm3.
6. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukimia :
- Transfusi bila perlu
- klorambusil
6.2 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi
Kategori : fisiologis
Subkategori : nutrisi dan cairan
2. Resiko Perdarahan
Kategori : fisiologis
Subkategori : sirkulasi
Problem Etiologi Symptom
DS: Leukemia Defisit nutrisi
Pasien mengeluh lemah Poliferasi sel darah putih di
DO: sumsum tulang tidak teratur
- mual Overproduksi sel darah putih
- muntah
Leukoblas meningkat
- sulit menelan
Infiltrasi ke berbagai organ
- nyeri perut skala 3
- IMT 16 Hepar dan limfa

- Ditemukan Pembesaran organ


splenomegaly dan Hepatomegaly dan
hepatomegaly Splenomegaly

Perasaan tidak nyaman


diperut kuadran kanan atas (
nyeri perabaan )

Mual, muntah, tidak nafsu


makan

Defisit nutrisi
DS: Leukemia Resiko pendarahan
Pasien mengeluh lemah Poliferasi sel darah putih di
disertai demam , gusi sering sumsum tulang tidak teratur
berdarah sejak 2 minggu yang Overproduksi sel darah putih
lalu. Leukoblas meningkat
DO:
Menekan elemen sel darah
- Konjungtiva pucat, yang lain
- leukosit 19.000 mm3,
Trombosit
- Hb 8 g/dL,
Trombositopenia
- trombosit 100.000
mm3, suhu 390C. Mudah terjadi pendarahan

Resiko pendarahan
3.3 Intervensi Dan Rasional

N Diagnosis Tujuan dan Hasil SIKI Rasional


o Kriteria
1. Defisit nutrisi SLKI Manajemen nutrisi Observasi:
Definisi : asupan Status nutris a.observasi 1. Mengidentifikasi alergi dan intoleran makanan
nutrisi tidak cukup Hasil kriteria : 1. Identifikasi bertujuan agar dapatdilakukan intervensi dalam
untuk memenuhi Setelah dilakukan alergi dan pemberian makanan atau obat-obatan pada pasien
kebutuhan tindakan keperawatan intoleransi 2. Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi
metabolisme. selama 3 x 24 jam pada makanan protein-protein,khususnya apabila berat badan
DS : masalah defisit nutrisi 2. Identifikasi kurang dari normal
- Cepat kenyang dapat tertasi dengan kebutuhan 3. Memonitor asupan makanan bertujuan untuk
setelah makan indikator: kalori dan mendokumentasikan masukan oral selama 24
- Kram/nyeri - Kekuatan otot jenis nutrien jam,riwayat makanan,jumlah kalori dengan tepat.
abdomen mengunyah 3. Monitor 4. Memonitor berat badan bertujuan agar kita dapat
- Nafsu makan cukup meningkat asupan mengetahui perkembangan dari berat badan pasien
menurun - Kekuatan otot makanan Terapeutik
DO : menelan cukup 4. Monitor berat 1.Memberikan makanan dengan tinngi kalori dan
- Berat badan meningkat badan protein bertujuan untuk melawan selkanker dan
menurun - Serum albunin b.terapeutik: membuat tubuh menjadi kuat
minimal 10% menurun 1. Berikan 2.Menyajikan makanan dengan menari k dan suhu
dibawah - Perasaan cepat makanan yang sesuai akan membuat pasien berselera untuk
rentang ideal kenyang cukup tinggi protein makan
- Bising usus menurun dan kalori Edukasi
hiperaktif - Nyeri abdomen 2. Sajikan 1.Kepatuahn terhadap diet atau memperhatikan pola
- Otot menurun makanan makan dapat mempermudah prose penyembuhan
pengunyah - Sariawan secara leukemia
lemah menurun menarik dan Kolaborasi
- Otot menelan - Rambut rontok suhu yang 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
lemah cukup menurun sesuai bertujuan agar mendapat efek yang diinginkan
- Membran - Diare cukup c. edukasi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
mukosa pucat menurun 1. Anjurkan diet jumlah kalori dan jenis nutrien yang
- Sariawan - Berat badan yang dibutuhkan,jika perlu bertujuan membantu dalam
- Serum albumin cukup membaik diprogramkan proses penyembuhan
turun - Nafsuh makan d. kolaborasi
- Rambut rontok membaik 1. Kolaborasi
berlebihan - Bising usus pemberian
- Diare cukup membaik medikasi
Kondisi klinis terkait sebelum
- Stroke makan
- Parkinson (mis.perih dan
- Mobius nyeri,
syndrom antimietik),
- Cleft lip jika perlu
- Cleft palate 2. Kolaborasi
- Amyotropic dengan ahli
lateral gizi untuk
sclerosis menentukan
- Kerusakan jumlah kalori
neuromuskular dan jenis
- Luka bakar nutrien yang
- Kanker dibutuhkan,jik
- Infeksi a perlu.
- AIDS
- Penyakit
crhon’s
- Enterokolitis
Fibrosis kistik
2. Resiko Perdarahan SLKI: Pencegahan Observasi:
1. Perdarahan dapat diatasi atau diminimalisir
Definisi: beresiko Tingkat Perdarahan Perdarahan
dengan mengetahui tanda dan ngejalany
mengalami kehilangan Hasil kriteria : 6.3 Observasi : 2. Hemoglobin merupakan satu diantara komponen
darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen
darah baik internal Setelah dilakukan 1.Monitor tanda dan
dalam darah, kekurangannya merupakan hal yang
(terjadi dalam tubuh) tindakan keperawatan gejala perdarahan bermasaalah sehingganya patut kiranya perawat
mengetahui kadar Hb pasien sebelum dan setelah
maaupun eksternal selama 3 x 24 jam pada 2.Monitor adanya perdarahan
Terapeutik:
(terjadi diluar tubuh). masalah resiko hematokrit/hemog
1. Tirah baring atau bedrest menjadikan pasien
Faktor Resiko: perdarahan dapat tera lobin sebelum dan dalam keadaan berbaring. Hal ini dapat
mengurangi tingkat perdarahan yang akan dialami
- Aneurisma tasi dengan indikator: setelah
pasien
- Gangguan - Hemoglobin kehilangan darah 2. Tindakan invasif adalaha tindakan kedokteran
yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan
gastrointestinal membaik 6.4 Terapeutik:
jaringan tubuh pasien. Hal ini dapat ditolelir
(mis. Ulkus - Tekanan darah 1. Pertahankan bed dengan mengurangi tindakannya.
3. Pengukuran suhu tubuh melalui rektal biasanya
lambung, cukup membaik rest selama
hanya digunakan pada bayi atau lansia, pada klien
polip, varises) - Suhu tubuh perdarahan selain itu akan lebih akurat jika pengukurannya
pada axila. Selain itu pada klien dengan
- Gangguan membaik 2. Batasi tindakan
perdarahan akan lebih mudah pengukurannya pada
fungsi hati invasive, jika perlu axila.
Edukasi :
(mis. Sirosis 3. Hindari
1. Pengetahuan pasien terhadap tanda dan gejala
hepatitis) pengukuran suhu perdarahan dapat menjadikan ia melakukan
pencegahan secara mandiri.
- Komplikasi rektal
2. Konstipasi atau susah buang air adalah hal yang
kehamilan 6.5 Edukasi: disebabkan oleh kurangnya cairan dalam tubuh.
Sehingganya klien dianjurkan untuk meningkatkan
(mis. Ketuban 1. Jelaskan tanda dan
asupan cairan untuk menormalkan frekuensi buang
pecah sebelum gejala perdarahan air
3. Aspirin adalah obat yang berfungsi pada
waktunya, 2.Anjurkan
pengenceran darah sedangkan antikoagulan adalah
plasenta meningkatkan jenis obat yang berfungsi untuk menghambat
pembekuan darah. Sehingganya kedua obat ini
previa/abrubsi asupan cairan untuk
akan bertolak belakang dengan kondisi pasien
o, kehamilan menghindari (perdarahan) dan patut untuk dihindari
4. Vitamin K berfungsi untuk membantu proses
kembar) konstipasi pembekuan darah, sehingga sangat tepat untuk
ditingkatkan asupannya pada klien perdarahan
- Komplikasi 3.Anjurkan
5. Dengan melaporkan perdarahan yang terjadi pada
pasca partum menghindari aspirin perawat, dapat mengurangi atau mengatasi
perdarahan yang lebih banyak se segera mungkin
(mis. Atoni atau antikoagulan
Kolaborasi :
uterus, retensi 4.Anjurkan 3. Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan
lainnya atau juga dengan kelurga klien untuk
plasenta) meningkatkan
pengontrolan perdarahan yang terjadi pada klien
- Gangguan asupan makanan agar tidak semakin memburuk dan mampu diatasi
sesegera mungkin
koagulasi (mis. dan vitamin K
4. Jika perdarahan yang terjadi bersifat berat dan
Trombositopen 5.Anjurkan segera menyebabkan klien kehilangan jumlah darah yang
banyak, maka perawat perlu melakukan kerja
ia) melapor jika terjadi
kolaboratif bersama tim kesehatn lainnya guna
- Efek agen perdarahan pemberian produk darah (transfuse darah)
farmakologis 6.6 Kolaborasi:
- Tindakan 1. Kolaborasi
pembedahan pemberian obat
- Trauma pengontrol
- Kurang perdarahan, jika
terpapar perlu
informasi 2.Kolaborasi
tentang pemberian produk
pencegahan darah, jika perlu
perdarahan
- Proses
keganasan
Kondisi Klinis
terkait:
- Aneurisma
- Koagulopati
intravaskuler
diseminata
- Sirosis hepatis
- Ulkus lambung
- Varises
- Trombositopen
ia
- Ketuban pecah
sebelum
waktunya
- Plasenta
previa/abrubsi
o
- Atonia uterus
- Retensi
plasenta
- Tindakan
pembedahan
- Kanker
- Trauma

3.4 Implementasi
Hari/tanggal Kode Diagnosis Implementasi
D.0019 Observasi
1. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Terapeutik
1. memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
1. Menganjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

D.0012 Observasi
1. Memonitor tanda dan gejala perdarahan
2. Memonitor hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
Terapeutik
1. Mempertahankan bed rest selama perdarahan
2. Menghindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
1. Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Menganjurkan pasien untuk segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Berkoolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
2. Berkolaborasi pemberian produk darah
3.5 Evaluasi
1. Defisit Nutrisi
S (Subjektif) : klien mengatakan sudah tidak merasa lemah
O (Objektif) : berat badan klien meningkat dan klien tak nampak lemah
A (Assesment): masalah sebagian teratasi
P (Planing) : lanjutkan intervensi

2. Resiko Perdarahan
S (Subjektif) : pasien mengatakan perdarahan digusi sudah mulai berkurang
O (Objektif) : gusi pasien perdarahannya Nampak berkurang dan berdasarakan hasil
pemeriksaan trombosit pasien mulai normal
A (Assesment): masalah sudah mulai teratasi
P (Planing) : lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Leukemia adalah suatu penyakit neoplasma yang mengenai sel dari sistem
hematolimfopoietik dengan karakteristik infiltrasi sel leukosit ke darah, sumsum tulang, dan
jaringan lain. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya homeostasis tubuh sehingga terjadi
gangguan pada berbagai sistem organ.
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia dan diakhiri dengan kematian.
4.2 Saran
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan lebih lengkap sesuai
dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut , karena ditakutkan akan ada
komplikasi yang mengakibatkan fatal pada kien dan Seluruh mahasiswa keperawatan agar
meningkatkan pemahamannya terhadap penyakit leukemia sehingga dapat dikembangkan
dalam tatanan pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Singapure: Elsevier
Global Rights
Chandrayani. 2010. Gambaran Epidemiologi Kasus Leukemia Anak di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais”, 2004-2008. Indonesian Journal of Cancer, Vol. 4, No. 1.
Kusumawati, Ni Nengah. 2103.analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan masyarakat
perkotaan pada penderita leukemia limfositik akut yang mengalami mual-muntah di
rsup fatmawati Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta
Moorhead, Sue. Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification. Singapure: Elsevier Global
Rights
Rahmadin, Bayu, dkk. 2017. Profil Penderita Leukemia Mieloblastik Akut di Bagian
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang: Jurnal Kesehaatan.
LAMPIRAN
Pathway..

LAMPIRAN Leukimia
Pathway
Poliferasi sel darah putih disumsum tulang tidak terartur

Over produksi sel darah putih

Leukoblast meningkat

Menekan elemen sel darah yang lain Infiltrasi ke berbagai organ

Hepar dan Limpa


Eritrosit trombosit

Pembesaran organ
Anemia Trombestitopenia

Hepatomegali &
Lemah Mudah terjadi
slenomegali
& pucat perdarahan

Aktivitas terbatasi Perasaan tidak nyaman di perut


Resiko
quadran kanan atas (nyeri perabaan)
perdarahan

Mual, muntah, tidak nafsu makan

Defisit nutrisi

Anda mungkin juga menyukai