Anda di halaman 1dari 35

truestoryeka

Just another WordPress.com site


Skip to content

 Beranda
 About

MAKALAH KETERAMPILAN
BERBICARA
KETERAMPILAN BERBICARA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan persetujuan dalam


menyusun makalah pada Program Studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
STKIP BANTEN

LOGO

Nama Dosen : P. Hackam Aripin. Spd,

Disusun Oleh :

Kelompok 1

NAMA : 1. Trisnawati
2. Siti Nuralam

3. Royani

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) BANTEN

2012

LEMBAR PENGESAHAN

Dosen : P. Hackam Aripin. Spd

Jurusan : PKN

Semester : VII (Tujuh)

Kelompok 1 : Ketua Trisnawati

Siti Nuralam

Royani
Dosen Ketua

(P. Hackam Aripin. Spd) (Trisnawati)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena tanpa
Rahmat & RidhoNya, kita dapat menyelesaikan mekalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada P. Hackam Aripin. Spd selaku dosen mata kuliah
Bahasa SBGI Sarana Komunikasi yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu
dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang keterampilan berbicara. Mungkin dalam
pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon
saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Tangerang 27 Januari 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR
PENGESAHAN………………………………………………………………………………….. i

KATA
PENGANTAR …………………………………………………………………………………
……. ii

DAFTAR
ISI …………………………………………………………………………………………………
…. iii

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………
…. 1

BAB II
PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………
…. 3

a. Pengertian keterampilan
berbicara ……………………………………………………………………. 3

b. Tujuan
Berbicara …………………………………………………………………………………………
…. 3

c. Faktor –Faktor Penunjang Kegiatan


Berbicara ………………………………………………….. 4

d. Faktor Penghambat Kegiatan


Berbicara ……………………………………………………………. 5

e. Pengertian
Berbicara ………………………………………………………………………………………. 5

f. Pengertian Pendekatan Pengalaman


Berbicara ……………………………………………………. 5

g. Penilaian Keterampilan
Berbicara ……………………………………………………………………. 8

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk
berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat
manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa
dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik
mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai
kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang
memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun
tulisan.

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa.
Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan
pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya,
yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh
siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan,
1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara
turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun,
keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart
dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi
yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu
maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya
akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca
dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi
bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.

Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan
berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini
mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan
oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik,
dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh
sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-
fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut
memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang
lain.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan
oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai
siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.
Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan,
mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara
lisan.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan ini
secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat
ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara
dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk
semua mata pelajaran.

Menurut pandangan whole language berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama
dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan teresebut dapat dilihat bahwa dalam proses
pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan
berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan
keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan dapat hanya menggabungkan dua
keterampilan berbahasa saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.

Menurut Badudu (1993:131) pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang Sekolah
Dasar sampai Sekolah Menengah Atas masih terkesan bahwa guru terlalu banyak menyuapi
materi, guru kurang mengajak siswa untuk lebih aktif menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Proses pembelajaran di kelas yang tidak relevan dengan yang
diharapkan, mengakibatkan kemampuan berbicara siswa menjadi rendah. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa Sekolah
Dasar adalah penerapan pendekatan pengalaman berbahasa dalam pembelajaran berbicara
siswa Sekolah Dasar.

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-
bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil
berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta
perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-
tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan.
Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara
langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para
penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan
gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.

b. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan.
Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala
sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap
pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan
pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2)
menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.

Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan
berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana
maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara dengan pendengar
akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha
menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau
majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik,
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan
berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada
saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d)
kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.

Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi

a) ketepatan ucapan,

b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,

c) pilihan kata,
d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,

e) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi

f) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,

g) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,

h) kesediaan menghargai orang lain,

i) gerak-gerik dan mimik yang tepat,

j) kenyaringan suara,

k) kelancaran,

l) relevansi, penalaran,

m) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non

kebahasaan (nonlinguistik).

d. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima
oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab
gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:

1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar
partisipan.

2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan,
ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan

3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah,
menangis, dan sakit.

e. Pengertian Pendekatan
Pendekatan dalam pembelajaran kemampuan berbahasa dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik.
Menurut Muchlisoh (1996:15) mengemukakan bahwa pendekatan merupakan cara yang
dianggap terbaik untuk mencapai sesuatu. Pendekatan adalah suatu metode atau cara yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Definisi ini
sesuai dengan harapan dalam proses belajar mengajar, yaitu siswa dapat memahami suatu
konsep pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, pendekatan dalam proses belajar mengajar selalu
mengalami perkembangan.

f. Pengertian Pendekatan Pengalaman Berbahasa

Pendekatan Pengalaman Berbahasa merupakan alih kata dari istilah Language Experience
Approach (LEA). Seperti dikutip oleh Harjasujana(1997:196-197) bahwa Huff mendefinisikan
LEA berdasarkan makna yang terkandung dalam unsur-unsur kata pembentuknya, terutama
kata experience dan language. Menurut Huff, experience merupakan pengalaman seseorang
yang diperoleh dari aktivitas tertentu. Sementara itu, language merupakan cerminan dari empat
aspek keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. LEA
dimaknai sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran berbicara yang melibatkan kegiatan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sebagai cerminan dari pengalaman berbahasa anak.

Oka (Harjasujana, 1997:187) mengatakan bahwa pendekatan pengalaman berbahasa adalah


metode pengajaran penguasaan keterampilan berbahasa yang menggabungkan pembelajaran
berbicara dengan pengalaman bahasa anak yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran itu meliputi kemampuan berpikir
dan kemampuan mengungkapkan bahasa.

Menurut Harjasujana (1997:197), hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pendekatan Pengalaman
Berbahasa (PPB) adalah.

1) PBB merupakan suatu pendekatan pengajaran.

2) Materi ajar digali dari pembelajar sendiri atau pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri.

3) Pelaksanaan pembelajarannya melibatkan seluruh aspek keterampilan berbahasa siswa secara


integratif.

g. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pengalaman Berbahasa

Keunggulan Pendekatan Pengalaman Berbahasa adalah sebagai berikut.

1. Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa dimulai dengan soal perkembangan bahasa anak.
Maksudnya, materi bahan ajar yang digunakan untuk pengajaran berbicara sesuai dengan tingkat
penguasaan bahasa anak. Tugas untuk memilih bahan yang cocok menjadi ringan karena wacana
yang digunakan sudah dengan sendirinya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa anak.

2. Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa mengintegrasikan semua kegiatan kebahasaan.


Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, anak-anak mendengarkan, berbicara, membaca, dan
terkadang menuliskan wacana yang tengah dikembangkan.

3. Pendekatan Pengalaman Berbahasa mempunyai sifat wajar.

4. Pendekatan Pengalaman Berbahasa tidak memerlukan banyak biaya.Suatu pendekatan yang


diterapkan pasti memiliki kelemahan di balik keunggulannya.

Kelemahan Pendekatan Pengalaman Berbahasa adalah sebagai berikut.

1. Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa hanya digunakan pada pengajaran penguasaan


ketrampilan berbahasa tingkat awal. Selanjutnya, Pendekatan Pengalaman Berbahasa dapat
dikembangkan pada pengajaran penguasaan keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis untuk tingkat lanjut. Hal ini dapat dikembangkan karena ada anak-anak
yang duduk di kelas atas namun kemampuan penguasaan keterampilan berbahasanya masih
berada pada peringkat permulaan.

2. PBB menuntut waktu yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pendekatan yang lain.

3. PBB menuntut agar selalu menyadari adanya sejumlah keterampilan dan sejumlah kosakata
sehingga guru harus mengetahui apa yang akan diajarkan dan kapan mengajarkannya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pengajaran kemampuan
berbahasa dengan menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa ada beberapa keunggulan
dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kelemahan-kelemahan
tersebut diatasi terlebih dahulu.

Cara mengatasi kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Guru terlebih dahulu harus mengetahui taraf keterampilan berbahasa siswa. Setelah itu guru
dapat menerapkan Pendekatan Pengalaman Berbahasa dalam pembelajaran keterampilan
berbicara.

b. Karena Pendekatan Pengalaman Berbahasa menuntut waktu yang lebih banyak dari metode
yang lain, maka guru terlebh dahulu membuat metode yang tepat dalam pembelajran berbicara
denga Pendekatan Pengalaman Berbahasa, sehingga dalam waktu yang relatif singkat tujuan
pembelajaran dapat tercapai.c. Karena dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan
Pengalaman Berbahasa melibatkan semua keterampilan berbahasa seperti menyimak, membaca,
dan menulis, serta sejumlah kosakata, maka guru harus dapat memilih tema-temayang sesuai
dengan kemampuan berpikir anak, dan kapan harus mengajarkannya kepada siswa.

c. Tujuan dan Asumsi Pendekatan Pengalaman Berbahasa


Menurut Space (Harjasujana, 1997:198) asumsi dasar penggunaan PBB ini adalah ekspresi
bahasa lisan siswa yang didasarkan pada pikiran, perasaan, dan pengalamannya sendiri yang
dapat ditulis dan dibca. Kegiatan ini dapat disamakan sebagaimana halnya siswa membaca ide-
ide orang lain yang telah dituangkan ke dalam wujud tulisan. Menurut Huff (Harjasujana,
1997:198) Pendekatan Pengalaman Berbahasa menganut pandangan bahwa anak-anak akan lebih
mudah mengenali tulisannya sendiri, karena kata-kata yang tertuang dalam tulisan tersebut
merupakan refleksi atau cerminan dari kehidupannya sehari-hari. Bahasa yang digunakan
merupakan bahasa yang akrab dengan kehidupannya yaitu bahasa yang menggambarkan latar
belakang pengalaman pribadinya.

Pendekatan Pengalaman Berbahasa merupakan suatu pendekatan yang bisa digunakan untuk
pengajaran berbicara yang diikuti oleh keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa lisan anak merupakan landasan utama dalam
pengelolaan pembelajaran berbicara. Pendekatan Pengalaman berbahasa ini sangat menekankan
arti pentingnya kondisi awal pembelajar dalam hal kemampuan bahasa lisan. Dengan demikian,
pelaksanaan pembelajaran berbicara senantiasa diawali oleh penggalian pengalaman berbahasa
anak yang diungkapkan secara lisan, kemudian direkam ke dalam bentuk tulisan maupun dalam
bentuk kaset. Hasil rekaman inilah yang kemudian dijadikan alat untuk pembelajaran berbicara.
Dengan kata lain, pendekatan Pengalaman Berbahasa menganut pandangan belajar dari anak,
untk anak, dan oleh anak.

Harapan dari pembelajaran dengan pendekatan seperti inii adalah pembelajar akan lebih berhasil
manakala sejak awal si pembelajar meyakini dirinya mampu dan bisa melakukan sesuatu.
Dengan bahan ajar yang digali dari siswa sendiri, siswa diharapkan lebih mudah memahami
dalam pembelajaran. Dengan cara seperti ini siswa akan memiliki rasa percaya diri dan
menganggap semua yang dipelajari adalah sesuatu yang bermakna (memiliki nilai guna).i.
Prosedur PBB dalam Pembelajaran Berbicara

Prosedur Pendekatan Pengalaman Berbahasa dalam pengajaran berbicara memiliki empat


langkah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi minat, latar belakang pengalaman, dan fasilitas bahasa lisan anak.

Pada langkah ini, guru berdialog atau mengadakan percakapan ringan dengan anak. Misalnya
bertanya tentang nama, kesukaan, tentang berita atau kejadian aktual di sekitar lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan sekolah. Langkah ini dimaksudkan untuk merancang dan
membangkitkan skemata anak, sehingga dia dapat mengeluarkan pikiran dan perasaannya pada
saat guru memintanya.

2) Merencanakan dan mendiskusikan pengalaman anak atau topik tertentu yang dipilih anak.

Langkah ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman bahasa anak. Melalui rangsangan tertentu
yang kemudian dijadikan topik diskusi, guru membimbing anak untuk dapat mengekspresikan
pengalamannya melalui bahasa lisan.
3) Mencatat dan merekam bahasa (cerita) anak

Pembelajaran pada tahap ini, siswa menuliskan ataupun membacakan hasil tulisannya di depan
kelas. Hal ini dimaksudkan bahwa bacaan-bacaan lain yang ditulis orang lain dihasilkan melalui
proses yang sama seperti yang dilihat dan dialaminya pada saat itu.

4) Mengembangkan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan

Pada langkah ini, barulah pembelajran yang sesungguhnya dimulai. Berdasarkan hasil rekaman
pengalaman berbahasa siswa, guru mengawali pembelajaran berbicara. Dengan cara
membacakan ataupun memperdengarkan hasil rekaman pada siswa, guru mengajarkan hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan berbicara serta melatih keterampilan berbicara siswa
sampai akhirnya siswa mempunyai keberanian dan keterampilan dalam menyampaikan gagasan,
pendapat, ide, dan menceritakan kembali kepada orang lain baik secara lisan maupun secara
tertulis.

j. Penilaian Keterampilan Berbicara

Setiap kegiatan belajar perlu diadakan penilaian termasuk dalam pembelajaran kegiatan
berbicara. Cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu berbicara adalah
tes kemampuan berbicara. Pada prinsipnya ujian keterampilan berbicara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berbicara, bukan menulis, maka penilaian keterampilan
berbicara lebih ditekankan pada praktik berbicara.Untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan
tertentu perlu ada penilaian. Penilaian yang dilakukan hendaknya ditujukan pada usaha perbaikan
prestasi siswa sehingga menumbuhkan motivasi pada pelajaran berikutnya. Penilaian
kemampuan berbicara dalam pengajaran berbahasa berdasarkan pada dua faktor, yaitu faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi lafal, kosakata, dan struktur
sedangkan faktor nonkebahasaan meliputi materi, kelancaran dan gaya (Haryadi, 1997:95).

Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya harus memperhatikan


lima faktor, yaitu.

a) Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?

b) Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta rekaman suku kata memuaskan?

c) Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internall
memahami bahasa yang digunakan?

d) Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?

e) Sejauh manakah “kewajaran” dan “kelancaran” ataupun “kenative-speaker-an” yang


tecermin bila sesorang berbicara?

Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa dilakukan melalui tugas
bercerita. Untuk mengevaluasi kemampuan berbicara siswa dibutuhkan format penilaian
berbicara. Berikut merupakan format penilaian berbicara/bercerita yang dimodifikasi dari
penilaian Jakovits dan Gordon (Nurgiyantoro, 2001:290).

Lembar Penilaian Berbicara

Nama : Pengamat :

Tanggal : Hasil :

Komponen yang Dinilai Skala Nilai Keterangan

Lafal 5 4 3 2 1

Kosakata 5 4 3 2 1

Struktur 5 4 3 2 1

Materi 5 4 3 2 1

Kelancaran 5 4 3 2 1

Gaya 5 4 3 2 1

Jumlah 5 4 3 2 1

Kriteria Penilaian:

A. Aspek Kebahasaan

a. Lafal

5 Pelafalan fonem jelas, standar, dan intonasi jelas

4 Pelafalan fonem jelas, standar, dan intonasi kurang jelas

3 Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, dan intonasi kurang tepat

2 Pelafalan fonem kurang jelas terpengaruh dialek, dan intonasi tidak tepat.

1 Pelafalan fonem tidak jelas, banyak dipengaruhi dialek, dan intonasi tidak tepat

b. Kosakata

5 Penguasaan kata-kata, istilah, dan ungkapan yang tepat, sesuai dan variatif
4 Penggunaan kata, istilah dann ungkapan kurang tepat, kurang sesuai meskipun variatif

3 Penggunaan kata, istilah dan ungkapan kurang dan kurang sesuai serta kurang bervariatif

2 Penggunaan kata, istilah dan ungkapan kurang tepat, kurang sesuai dan sangat terbatas

1 Penggunaan kata, istilah dan ungkapan tidak tepat, tidak sesuai, dan sangat terbatas

c. Struktur

1 Hampir tidak terjadi kesalahan struktur

2 Sekali-kali terdapat kesalahan struktur

3 Kesalahan struktur terjadi berulang-ulang dan tepat2 Kesalahan struktur terjadi berulang-ulang
an banyak jenisnya

4 Kesalahan struktur banyak, berulang-ulang sehingga mengganggu pemahaman

B. Aspek Nonkebahasaan

a. Materi

5 Topik dan uraian sesuai, mendalam, mudah dipahami dan unsur wacana lengkap

4 Topik dan uraian sesuai, kuarang mendalam, agak sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap

3 topik dan uraian sesuai, kurang mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap

2 topik dan uraian kurang sesuai, kurang mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap

1 topik dan uraian tidak sesuai, tidak mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap

b. Kelancaran

5 pembicaraan lancar sejal awal sampai akhir, jeda tepat

4 Pembicaraan lancar, jeda kurang tepat

3 Pembicaraan agak tersendat, jeda kurang tepat

2 Pembicaraan sering tersendat, jeda tidak tepat

1 Pembicaraan tersendat-sendat, dan jeda tidak tepat

c. Gaya
5 Gerakan, busana santun, wajar, tepat, luwes

4 Gerakan, busana santun, wajar, tepat, kurang luwes

3 Gerakan, buasana santun, wajar, kurang tepat, kurang luwes2 Gerakan, busana kurang santun,
kurang wajar, kurang tepat, kurang luwes

1 Gerakan dan busana tidak santun, tidak wajar, tidak tepat, dan tidak luwes

PENUTUP

Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu. Salah satu
target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berbicara di sekolah dasar
adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa SD karena keterampilan ini
secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa
dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan
kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

Pembelajaran berbicara di sekolah dasar dilaksanakan dengan berbagai metode. Setiap metode
pembelajaran berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing. Metode yang satu
akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat memilih salah satu atau menggabungkan
berbagai metode sesuai dengan kondisi siswa dan tersedianya sarana pendukung lainnya. Selain
itu, guru juga boleh menciptakan model baru dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara.

Pendekatan pengalaman berbahasa merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh
guru untuk meningkatkan kelancaran dalam berbicara di sekolah dasar, karena dalam endekatan
pengalaman berbahasa, materi dikembangkan oleh guru bersamasama dengan muridnya secara
tatap muka. Dalam kegiatan pengembangan materi itu dapat dikembangkan semua keterampilan
berbahasa; menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan
padukannya semua keterampilan dalam suatu kegiatan itu guru dituntut untuk lebih kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Burhan Nurgiyantoro.1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.


Yogyakarta: BPFE.

Cox, Carole.1998. Teaching language arts (a student-and response-centered classroom).New


York: A Viacom Company.
Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta.

Haryadi dan Zamzani.1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Depdikbud


Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Muchlisoh, dkk.1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9. Jakarta:Depdikbud.

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Badudu (1993:131)

Tarigan, Djago.1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta:Depdikbud.

Tompkins, Gail E & Hosskisson.1993. Language arts: content and teaching strategies. New
York: Macmillan College Publishing Company.

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud

https://truestoryeka.wordpress.com/2012/01/28/makalah-keterampilan-berbicara/
I Pengertian Berbicara

• Berbicara adalah : Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk


mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

• Berbicara adalah : Suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

• Berbicara adalah : Proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan
din sebagai anggota masyarakat.

• Berbicara adalah : Ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar
alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan
ide baru.

• Berbicara ada!ah : Tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan
lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.

http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2009/03/pengertian-berbicara.html

B. BERBICARA

Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam keseharian kehidupan kita
sebagai manusia. Sehingga sejak dini melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa dilatih
untuk belajar bicara. Tujuan dari belajar berbicara adalah menyampaikan buah pikiran, gagasan
dan ide dengan bahasa yang dapat dipahami orang lain dengan tingkat kebahasaan sesuai dengan
karakter umur dan kelompok kelas siswa bersangkutan. Dengan berbicara maka segala unek-
unek, gagasan, ide dan pendapat akan tersampaikan. Apabila isi dari pembicaraan seseorang
mendapat tanggapan yang baik dari si penyimak maka akan menciptakan efek kepercayaan diri
yang lebih dari si pembicara untuk selanjutnya berkreasi menyampaikan gagasan lainnya.
Melalui penyampaian gagasan akan berdampak pada daya imajinasi siswa dalam mengolah
pikirannya sehingga akan meningkatkan daya pikir dan logika. Tak ayal lagi hanya melalui
melatih siswa dalam berbicara mereka akan berkreasi tanpa batas menghasilkan manusia-
manusia unggul dan berhasil kelak dikemudian hari.

http://baliteacher.blogspot.co.id/2011/05/metode-pembelajaran-berbicara-bahasa.html
Pengertian Berbicara
Berbicara adalah aktivitas Manusia untuk dapat berkomunikasi atau berinteraksi antar sesama
Manusia. Di dalam merakukan komunikasi Manusia melakukan interaksi social kepada suatu
lingkungan. Lingkungan luas menjadi interaksi social yang perlu di lakukan agar dapat menjadi
Manusia yang di kenal dengan Manusia lain. Manusia berbicara menggunakan mulut untuk
mengeluarkan suara atau bunyi yang di keluarkan.

Bunyi yang di keluarkan memiliki artian yang di sepakati oleh masyarakat luas. Bukan hanya itu
saja, Manusia berkomunikasi tidak hanya melalui mulut saja tetapi dapat lewat bahasa tubuh dan
lewat media apa saja. Dengan berbicara kita dapat berinteraksi dan mendekatkan kita kepada
masyarakat luas.

Pengertian Berbicara Menurut Para Ahli

Pengertian berbicara memiliki arti luas dan banyak sekali. Para ahli memberikan pendapatnya
tentang berbicara yaitu adalah sebagai berikut:

1. Akhmadi

Berbicara merupakan suatu keterampilan di dalam menciptakan arus system bunyi artikulasi
yang memiliki kegunaan untuk menyampaikan suatu keinginan, perasaan, dan kehendak kepada
orang lain.

2. Laksana

Berbicara merupakan perbuatan yang menghasilkan suatu bahaya yang dapat di gunakan untuk
berkomunikasi, merupakan berbahasa yang merupakan salah satu keterampilan dasar.

3. Moris dan Novia

Berbicara merupakan alat komunikasi yang di gunakan antar anggota masyarakat dengan alami
guna menyampaikan suatu pikiran dan suatu tingkah laku di dalam melakukan sosialisasi.

4. Badudu-Zain

Berbicara merupakan bercakap-cakap, berkata-kata, dan berpidato. Yang di maksudkan berbicara


ialah mengarah kepada jenis berbicara yang di lakukan secara umum.

5. Taringan

Berbicara merupakan kemampuan yang memiliki guna untuk mengucapkan bunyi-bunyian


dengan artikulasi atau memiliki kata-kata untk dapat di ekspresikan, menyatakan gagasan,
menyampaikan pikiran, dan perasaan.
6. Nuraeni

Berbicara merupakan proses yang berguna dalam menyampaikan informasi dari pembicara atau
sumber kepada pendengar. Yang memiliki ujuan untuk mengubah keterampilan, pengetahuan,
dan juga sikap dari si pendengar yang di libatkan informasi yang terlah di terimanya.

Sekianlah penjelasan mengenai 6 Pengertian Berbicara Menurut Para Ahli yang di jelaskan
oleh seputarpengetahuan. Dengan berbicara dapat membuat Manusia bersosialisasi kepada

masyarakat luas untuk dapat berhubungan dengan baik. Semoga bermanfaat

http://www.spengetahuan.com/2016/10/6-pengertian-berbicara-menurut-para-ahli.html

Tujuan berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan-gagasan pembicara kepada pendengar.


Menurut Mulyana mengelompokkan tujuan berbicara ke dalam empat tujuan, yaitu tujuan sosial,
ekspresif, ritual, dan instrumental.
Ini dia penjelasannya simak ya heheheh

a. Tujuan Sosial
manusia sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatan berbicara sebagai sarana untuk
membangun konsep diri (dengan bahasa orang dapat mengetahui kepribadian orang lain),
eksistensi diri (dengan berbicara, seseorang akan dipandang sebagai orang yang eksis),
kelangsungan hidup (dengan berbicara orang dapat mengungkapkan keinginannya kepada
orang lain), memperoleh kebahagiaan, dan menghindari tekanan serta ketegangan.

b.Tujuan Ekspresif
dalam tujuan ekspresif, berbicara digunakan manusia sebagai alat untuk
menyampaikan perasaannya. Contohnya Dengan bahasa yang penuh kasih sayang, seorang
mahasiswa dapat mengekspresikan rasa cinta kepada seorang mahasiswi, kadang-kadang
didukung oleh simbol-simbol di luar bahasa, misalnya dengan bunga.
c. Tujuan Ritual
kegiatan ritual sering menggunakan bahasa sebagai media untuk menyampaikan pesan ritual
penganutnya. Seperti Doa. Doa yang digunakan oleh umat beragama dijadikan sarana untuk
berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini menggambarkan bahwa bahasa sebagai media
berbicara digunakan juga untuk tujuan-tujuan yang bersifat ritual.
d.Tujuan Instrumental
kegiatan berbicara digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu (jabatan, pekerjaan, dan
lain-lain).

https://zerrox145.blogspot.co.id/2013/11/tujuan-berbicara_18.html

Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami
apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara
mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan
menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya
adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar,
memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa
tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki
reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan
sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur
pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah
diuraikan di atas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk
memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau
mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau
penerima informasi.

http://www.kajianpustaka.com/2013/06/pengertian-tujuan-dan-tes-kemampuan.html
TUJUAN BERBICARA

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami
apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara
mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan
menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996: 46-47) mengemukakan tujuan berbicara diantaranya
adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar,
memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa
tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki
reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan
sesuatu kepada pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3) menghibur
pendengar. Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah
diuraikan di atas.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk
memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau
mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau
penerima informasi
Ciri-Ciri Pembicara Terbaik

Beberapa persamaan yang dimiliki para pembicara terbaik adalah :

1. Mereka memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang
yang tak terduga pada hal-hal yang umum.
2. Mereka memiliki cakrawala luas. Mereka memikirkan dan membicarakan isu-isu dan
beragam pengalaman di luar kehidupan mereka sehari-hari.
3. Mereka antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat dalam
kehidupan mereka, maupun pada apa yang Anda katakan pada kesempatan itu.
4. Mereka tidak pernah membicarakan diri mereka sendiri.
5. Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya, “mengapa?” Mereka ingin tahu lebih
banyak mengenai apa yang Anda katakan.
6. Mereka menunjukkan empati. Mereka berusaha menempatkan diri mereka pada posisi
Anda untuk memahami apa yang Anda katakan.
7. Mereka memiliki selera humor, dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
Sungguh, seorang pembicara terbaik sering mengisahkan pengalaman konyol mereka
sendiri.
8. Mereka memiliki gaya bicara sendiri.

https://hirzithariqi.wordpress.com/tag/ciri-ciri-pembicara-yang-baik/

Setiap orang memunyai ciri-ciri kepribadian yang berbeda-beda. Dari uaraian yang diungkapkan oleh
Larry King, dalam bukunya "Seni Berbicara kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja", terdapat
kesamaan ciri-ciri pembicara yang terbaik yaitu:

1. Memandang Suatu hal dari sudut pandang yang baru.


Para pembicara yang baik dapat mengambil titik pandang yang baru, tak terduga pada hal-hal yang
sudah pernah dilakukan

2. Memiliki Cakrawala yang luas.


Mereka selalu berpikir dan berbicara tentang isu-isu serta berbagai pengalaman yang ada diluar
kehidupan mereka sehari-hari. Mmemunyai pengetahuan yang global.
3. Selalu Antusias.
Antusias adalah modal awal bagi setiap setiap individu yang menginginkan kesuksesan. Para
pembicara yang terbaik akan menunjukkan minat besar terhadap apa yang mereka perbuat dalam
kehidupan mereka, maupun apa yang anda katakan dalam suatu kesempatan.
4. Tidak pernah membicarakan dirinya sendiri.
Mereka tertarik kepada lawan bicara, itu pun akan membuat mereka selalu membicarakan lawan
bicaranya, tidak membicarakan tentang dirinya sendiri.
5. Memiliki Sifat Ingin Tahu Yang Kuat.
Mereka selalu bertanya, "Mengapa?", Mereka ingin tahu lebih banyak tentang apa yang dikatan
oleh lawan bicaranya. Sehingga lawan bicaranya merasa senang berbicara dengannya.
6. Selalu menunjukkan Empati.
Para pembicara terbaik selalu berusaha mendapatkan dirinya pada posisi lawan bicara untuk
memahami akan apa yang diakatan lawan bicara.
7. Memiliki Selera Humor.
Pembicara yang terbaik terkadang mengisahkan tentang pengalaman-pengalaman konyol mereka
sendiri, atau selalu membawa lawan bicara kepada keceriaan.
8. Memunyai Gaya Bicara Yang Khas.
Para pembicara yang terbaik selalu memunyai gaya bicara tersendiri.

http://arisychology.blogspot.co.id/2012/01/ciri-ciri-pembicara-terbaik.html

Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Maret 29, 2016

Seorang pembicara yang baik harus mempu memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang
dibicarakan. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain
menguasai topik, seorang pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas
dan tepat.Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan seseorang untuk dapat menjadi pembicara yang baik.

Faktor-faktor tersebut adalah faktor verbal dan faktor non-verbal.

1. Faktor Verbal

a) Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini
akan mengganggu keefektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat
akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang
terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau
pemakainya (pembicara) dianggap aneh.

b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan
kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya
menjadi menarik.Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan
menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang. Penempatan tekanan pada kata atau suku
kata yang kurang sesuai akan mengakibatkan kejanggalan.

Kejanggalan ini akan mengakibatkan perhatian pendengar akan beralih pada cara berbicara
pembicara,sehingga pokok pembicaraan atau pokok pesan yang disampaikan kurang
diperhatikan.Akibatnya, keefektifan komunikasi akan terganggu.

c) Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Dalam setiap pembicaraan pemakaian kata-kata
populer tentu akan lebih efektif daripada katakata yang muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal
memang mengakibatkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Hendaknya
pembicara menyadari siapa pendengarnya, apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan
katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya. Pendengar akan lebih tertarik dan senang
mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya.

d) Ketepatan sasaran pembicaraan Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang
menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang
pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan pengaruh,meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat.

2. Faktor Nonverbal
a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku Pembicaraan yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan
memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara
sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya.

Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat dan penguasaan materi. Penguasaan materi
yang baik setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan. Kalau
sudah terbiasa,lamakelamaan rasa gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar

b) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara Pandangan pembicara hendaknya diarahkan kepada
semua pendengar. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar merasa
kurang diperhatikan. Banyak pembicara ketika berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi
melihat ke atas, ke samping atau menunduk. Akibatnya, perhatian pendengar berkurang. Hendaknya
diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.

c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang
pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia
menerima kritik,bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, tidak berarti si
pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya. Ia juga harus mampu
mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja pendapat itu harus mengandung
argumentasi yang kuat, yang diyakini kebenarannya.

d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang
keefektifan berbicara. Hal-hal penting selain mendapatkan tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak
tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Akan tetapi, gerak-gerik
yang berlebihan akan menggangu keefektifan berbicara. Mungkin perhatian pendengar akan terarah
pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pesan kurang dipahami.

e) Kenyaringan suara Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah
pendengar. Yang perlu diperhatikan adalah jangan berteriak. Kita atur kenyaringan suara kita supaya
dapat didengar oleh pendengar dengan jelas.

f) Kelancaran Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Seringkali pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang
terputus itu 20 diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang mengganggu penangkapan pendengar, misalnya
menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga
akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

g) Relevansi/Penalaran Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis.Proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam
kalimat,hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

h) Penguasaan Topik Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik
yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan
kelancaran. jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.

http://pendidikansrg.blogspot.co.id/2016/03/faktor-faktor-penunjang-keefektifan.html

FAKTOR – FAKTOR PENUNJANG KEEFEKTIFAN BERBICARA

2.1. FAKTOR-FAKTOR KEBAHASAAN SEBAGAI PENUNJANG KEEFEKTIFAN


BERBICARA
1. Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara

tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar.

Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing-masing mempunyai

gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan,

perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok,

sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu

2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai


Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam

berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang

dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,

akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat

dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.

3. Pilihan kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti

oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham,

kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya,

kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata

yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa

ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-

kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret menunjukkan

aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan kata itu tentu harus kita

sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar).

Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata untuk

menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks.

Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah

1. memiliki kosakata

2. memahami makna kata tersebut,

3. memahami cara pembentukannya

4. memahami hubungan-hubungannya,
5. memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi kaidah

struktural dan logis.

Ada 6 kriteria yang dapat digunakan untuk memilih kata, yaitu criteria

1. humanis antropologis

2. linguistis pragmatis

3. sifat ekonomis

4. psikologis

5. sosiologis

6. politis.

Berdasarkan kriteria tersebut dapat digunakan beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari

segi

1. bentuk kata

2. baku tidaknya kata

3. makna kata

4. konkret atau abstraknya kata

5. keumuman dan kekhususan kata

6. menggunakan gaya bahasa/majas

7. idiom.

4. Ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif

akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini

sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan

pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh,

berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap

tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan

pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan

perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal

atau akhir kalimat

2.2. FAKTOR-FAKTOR NONKEBAHASAAN SEBAGAI PENUNJANG KEEFEKTIFAN


BERBICARA
Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti yang sudah diuraikan di

atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal,

faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan berbicara. Dalam proses belajar-

mengajar berbicara, sebaliknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, Ketika

berbicara di depan umum, mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang

kualitas pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran

gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak banyak mahasiswa yang

mampu menggunakan dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, perlu adanya bahasa yang

digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi atau berbicara di depan umum. dapat dimulai dari

segi penggunaan bahasa yang digunakan dalam berbicara. Kemudian selanjutnya pada ilmu

retorika yang harus digunakan, yaitu metode dan etika retorika.


Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan berbicara mahasiswa akan

termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara secara intelektual”. sehingga kalau faktor

nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan.

Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :

1. Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika

berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan

bersemangat dalam berbicara.

2. Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan

matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat dalam

pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif,

misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.

3. Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam

mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia

menerima kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau

tidak dilandasi argumentasi yang kuat

4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu

mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk

mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari penggunaan gerak-

gerik yang tidak ajeg, berlebihan, dan bertentangan dengan makna kata yang

digunakan.

5. Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang

nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi akustik.
Kenyaringan yang terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik

sedangkan kenyaringan yang terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem,

lesu dan tanpa gairah

6. Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya

dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar menangkap

keutuhan isi paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari bunyi-bunyi

penyela seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak berarti pembicara harus berbicara

dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya

7. Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang dibicarakan.

Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang, penguasaan materi

yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri. dan Penalaran,

seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran yang baik dalam

menata gagasannya sehingga pendengar akan mudah memahami dan

menyimpulkan apa yang disampaikannya.

2.3. FAKTOR PENGHAMBAT KEEFEKTIFAN BERBICARA

faktor penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan internal dan

eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri pembicara,

sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar pembicara (Taryono,

1999:68). Adapun hambatan internal yang dimaksud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai

berikut.
1. Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak

sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil

postur dan posisi tubuh

2. Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu: hambatan

mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan mental yang

temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi. Hambatan mental

yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah, tipe ehm vokalis, tipe

penggumam, dan tipe tuna gairah;

3. Hambatan lain-lain meliputi

a. kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, dan tata makna;

b. kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;

c. kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan

d. adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).

Sedangkan hambatan eksternal menurut Taryono (1999:72-77) meliputi:

1. hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari luar ruang;

2. hambatan yang berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal, misalnya di atas bus kota,

kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi formal jarang dijumpai;

3. hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan di malam hari atau

ruang yang gelap tanpa pencahayaan

4. hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau pembicara tidak

memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara pembicara dengan pendengar.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara agar berbicara kita efektif antara lain

sebagai berikut :

1. Cerdas Menguasai Suasana

Orang belajar menulis semestinya terlebih dahulu mempelajari hal-hal yang tidak akan dia tulis.

Begitu juga orang belajar berbicara semestinya terlebih dahulu mempelajari kapan seharusnya

tidak berbicara. Kita tentu pernah memdengar pepatah “bicara itu perak, diam itu emas”, entah

perkataan itu benar atau tidak akan tetapi sebelum membahasa bagaimana seharusnya berbicara

akan lebih baik kalau kita terlebih dulu memahami bagaimana seharusnya tidak berbicara kita

diam bukan berarti tidak bersuara. Mungkin kita sedang mempraktekkan ilmu padi semakin

merunduk semakin berisi. Karena didalam berbicara kita harus tahu berbicara dengan siapa dan

di mana kita berbicara. Dengan demikian kita bisa menguasai suasana

Sering juga kita dengar orang berkata banyak bicara banyak salah, mengapa demikian karena

tidak bisa menguasai suasana. Coba kita renungkan, jika teman kita sedang menghitung uang,

apakah kita akan terus menerus berbicara? Tentu tidak, apabila kita kita terus menerus berbicara

dengannya besar kemungkinan dia akan salah dalam menghitung uangnya.


2. Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh semua

yang terlibat, adapun caranya sebagai berikut :

a. Pilih topik yang dapat melibatkan semua orang sebelum berbicara tentu terlebih dahulu

memikirkan apa yang akan kita bicarakan. Dalam hal itu kita tidak perlu memilih topic-topik

yang berat misalnya tentang politik, bila orang-orang yang kita ajak bicara tidak banyak suka

politik. Bila kita lakukan maka kemungkinana besar orang-orang yang kita ajak bicara akan tutup

mulut dan secara otomatis pembicaraan kita akan mati.

b. Meminta pendapat, kita akan dikenang sebagai pemicara yang baik jika kita meminta pendapat

dari orang sekitar yang akan kita ajak berbicara. Dengan demikian pembicaraan kita tidak bisa

timbal balik

c. Bantulah orang yang paling pemalu dalam kelompok, sebagai pembicara yang baik kita perlu

mengajak orang-orang disekitar kita atau orang-orang yang kita ajak bicara untuk ikut serta

dalam pembicaraan. Khususnya mereka yang tampaknya enggan untuk bergabung dan dengan

berbagai macam cara misanya memacing orang yang kurang terlibat itu dengan topic yang anda

tahu akan dia nikmati.

d. Jangan memonopoli percakapan atau pembicaraan, dalam berbicara kita tidak perlu berbicara

terus menerus seperti seorang monolog atau interrogator, walaupun demikian juga jangan terlalu

sedikit berbicara. Bila kita terlalu pelit berbicara, orang-orang akan menganggap kita tidak cukup

pandai atau tidak ramah.

e. Memancing pendapat, pertanyaan-pertanayaan yang dapat memancing pendapat sangat efektif

untuk memulai percakapan atau pembicaraan dalam lingkungan sosial atau untuk memecahkan

keheningan misalnya kita dapat menanyakan hal yang sedang menjadi topic hangat dan yang

akan ada dibenarkan orang-orang saat itu. http://unhaki.blogspot.co.id/2011/05/2.html

Anda mungkin juga menyukai