LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi tugas Fisiologi Hewan dan Manusia yang dibimbing
oleh :
Bapak Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si dan BapakWira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc
Oleh:
Kelompok 6 /Offering I 2018
Annisa Elchamida (180342618083)
Artika Muliani Tindaon (180342618047)
Oktaviani Jannati Kolbi (180342618038)
Suci Yana Lestari (180342618026)
Dalam melakukan praktikum ini alat dan bahan yang digunakan diantaranya ialah
Alat :
Batang gelas
Gelas arloji
Gelas piala 50 cc
Pipet
Baterai
lampu spiritus,
Bahan
Kapas
Kristal NaCl
Larutan HCL
C. Cara kerja
Menggunting kulit katak pada bagian abdomen yaitu 3 cm diatas paha ke arah
tranversal mengitari bagian abdomen sehingga terlepas dari betis katak
Membuka perut dan membuang organ visera sehingga tersisa saraf iskhium yang
tampak dibawah tulang belakang
Setelah dibuang bagian yang tidak berguna, maka telah memeroleh sediaan otot-
saraf kemudian memindahkannya ke cawan petri yang telah berisi ringer untuk
diistirahatkan 2-3 menit
Perlakuan terhadap otot dan saraf
a) Perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis
1. Rangsang mekanis
2. Rangsangan termis
Menyentuh saraf kanan dengan batang gelas hangat, mengamati respon pada otot
gastroknemius kanan maupun kiri
Melakukan perlakuan yang sama pada otot gastroknemius kanan maupun kiri,
mencatat hasilnya,
3. Rangsangan kimia
Meneteskan 1-2 tetes HCL 1% pada saraf kanan dan mengamati otot
gastroknemius, mengulangi di bagian kiri
Melakukan perlakuan yang sama pada otot gastroknemius kanan maupun kiri,
mencatat hasilnya
4. Rangsangan osmotis
Membubuhkan sedikit kristal NaCl pada saraf kanan dan mengamati otot
gastroknemius, mengulanginya di bagian kiri
5. Rangsangan listrik
Melakukan perlakuan yang sama pada otot gastroknemius kanan maupun kiri,
mencatat
Menyentuhkan saraf sebelah kanan hasilnya
dengan kabel yang sduah dihubungkan di
baterai mengamati otot gastroknemius, mengulangi di bagian kiri
Melakukan perlakuan yang sama pada otot gastroknemius kanan maupun kiri,
mencatat hasilnya lalu mengistirahatkan selama 1-2 menir
b) Perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis
Mengerjakan perlakuan seperti saraf sebelum diputus dari medula spinalis (yaitu
perlakuan 1 s/d 5) pada sediaan yang telah diputus dari medula spinalis
D. Data Pengamatan
F. Pembahasan
Praktikum kali ini ialah tentang iritabilitas otot dan saraf, yang bertujuan untuk
mengetahui sifat iritabilitas otot dan saraf dengan menggunakan hewan amatan yaitu
katak (Rana sp.). Pengamatan dilakukan terhadap otot gastroknemieus dan juga saraf
iskhiadukus dengan melakukan dua perlakuan. yaitu sebelum saraf diputus dari
medula spinalis dan sesudah saraf diputus dari medula spinalis. Setiap perlakuan akan
diamati berdasarkan rangsangan mekanis, rangsangan termis, rangsangan kimia,
rangsangan osmotik, dan rangsangan listrik. Setiap kali selesai diuji dengan satu
rangsangan, hewan amatan atau sediaan harus diistirahatkan terlebih dahulu dengan
menteskan larutan ringer. Pembahasan sebagai berikut:
a. Rangsangan mekanis
Setelah itu, dilakukan pengamatan pada sediaan yang telah diputuskan saraf
iskhiadukus bagian kanan dari medula spinalisnya. Bagian kanan saraf iskhiadikus
dicubit secara perlahan dan tidak terlihatnya respon apapun dari kedua otot kanan
dan kiri. Rangsangan berikutnya di pindahkan pada posisi yang mengarah pada
saraf iskhiadikus kiri yang masih menyambung dengan medula spinalis. Namun,
bagian kiri saraf iskhiadikus juga tidak memberikan sebuah rangsangan. Pada saat
pengamatan otot gastroknemius bagian kanan maupun bagian kiri, tetapi respon
yang ditunjukkan tetap sama, yaitu tidak adanya respon atau rangsangan. Hasil
pengamatan ini kurang sesuai dengan teori Soewolo (1999) yang menyebutkan
bahwa saraf iskhiadikus merupakan bagian daripada saraf perifer yang dapat
berfungsi apabila masih tersambung dengan medula spinalis. Seharusnya pada
saraf iskhiadikus bagian kiri yang masih berhubungan langsung dengan medula
spinalis atau belum di putuskan dari medula spinalis memberikan adanya sebuah
respon atau pergerakkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satu
diantaranya ialah terlalu lamanya sediaan dibiarkan atau tidak dengan segera di
beri perlakuan. Oleh sebab itu, energi yang ada pada saraf iskhiadikus katak
(sediaan) lama-kelamaan akan habis sehingga saat diberi perlakuan, tidak
memberikan adanya respon atau rangsangan bahkan gerakan sekalipun tidak.
b. Rangsangan Termis
c. Rangsangan Kimia
d. Rangsangan Osmotik
e. Rangsangan Listrik
Pengamatan rangsangan listrik juga diujikan pada katak yang telah diputus
sarafnya dari medula spinalis. Daripercobaan baik melalui otot dan saraf yang
disalurkan dengan listrik yang berasal dari batre, didapati hasil analisinya ialah
semua hasil amatan tidak mengalami respon apapun. Respon yang diterima tidak
ada. Hasil pengamatan ini dapat dikategorikan kurang sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa, saraf iskhiadikus ialah bagian dari saraf perifer yang memiliki
sistem kerja yang cukup dibutukan dengan adanya medula spinalis. Seharusnya,
setiap saraf iskhiadikus baik pada bagian kanan maupun pada bagian kiri yang
sarafnya masih terhubung dengan medula spinalis akan menunjukkan adanya
respon ketika diberi rangsangan yaitu berupa gerakan otot gastroknemius. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah, kadar stimulus yang kurang
atau bisa disebabkan karena kurang tepat waktu pada saat pemberian perlakuan
pada bagian tertentu. Besarnya rangsangan yang diberikan pada saraf iskhiadikus
pada perlakuan pertama akan mempengaruhi kontraksi otot gastroknemius
(Susilowati dkk,2000).
G. Kesimpulan
Iritabilitas merupakan suatu kemampuan bereaksi terhadap suatu rangsangan
fisik atau kimiawi dari luar tubuh. Aliran energi rangsang untuk selanjutnya
ditransduksikan oleh bagian khusus yaitu reseptor untuk diubah menjadi suatu
potensial listrik sehingga akhirnya mampu membangkitkan rangsang saraf.
Kemampuan khusus semacam iritabilitas terhadap suatu stimulus tertentu dan
konduktivitas, yang merupakan kemampuan untuk mentransmisi suatu respons
terhadap stimulasi. Sistem saraf menerima stimulus melalui reseptor yang terletak di
eksternal tubuh (somatik) dan internal tubuh (viseral). Stimulus diubah menjadi
impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf hingga menuju otak dan medulla
spinalis oleh reseptor, sehingga terbentuklah suatu respon. Otak dan medulla spinalis
menghasilkan impuls yang kemudian memperoleh respon yang sesuai dengan otot
maupun kelenjar yang disebut efektor. Jaringan otot memiliki strukturnya
dikhususkan untuk menghasilkan suatu gerakan, baik secara keseluruhan tubuh
maupun oleh bagian-bagian tubuh tertentu.
Daftar Rujukan
Bloom William, Don W. Fawcett. 2002. Buku ajar histologi. Edisi 12. Terjemahan Jan
Tambayong. Jakarta: EGC
Kee J.L., Hayes E.R.,1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
h.358
Kimball, John W., Biologi, Jilid 1, terj. Siti Soetarmi dan Nawangsari Sugiri, Bandung:
Erlangga, 1983, Cet. 5. Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman
Sloane,E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Soewolo. 1994. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang : Proyek pengembangan guru sekolah
menengah
Tenzer A .et.al.2014.Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1) (Bagian 2). Malang: OPF IKIP
Malang